BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007)"

Transkripsi

1 BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007) Johand Dimalouw Berapa besar biaya produksi minyak bumi (alias minyak mentah alias crude oil)? Apakah benar Cost Recovery (CR) dalam kontrak PSC (Production Sharing Contract) antara Pemerintah NKRI dan Perusahaan/Pengusaha Migas merugikan NKRI dan Rakyatnya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering diangkat dalam pembicaraan masyarakat di pemberitaan maupun di Mailing Lists. Untuk itu saya coba menjelaskan secara ringkas, berdasarkan pengalaman saya dahulu ketika bekerja di perusahaan MIGAS. Cost Recovery atau disingkat CR, adalah istilah yang dipakai dalam kontrak MIGAS kita, PSC (Production Sharing Contract) atau Kontrak Bagi Hasil atau istilah baru lainnya yg kini digunakan spt KKS. Secara umum, dalam PSC, perusahaan MIGAS yg terikat kontrak dengan Pemerintah NKRI untuk mencari dan memproduksi Minyak Bumi yang seratus persen adalah milik Pemerintah NKRI. Kontraktor harus menyediakan dananya sendiri dalam proses pencarian/eksplorasi dan dan produksi minyak bumi. Setelah berhasil memproduksi minyak bumi, maka minyak bumi itu dibagi di antara Pemerintah NKRI dan Kontraktor Migas tsb. Dari 100% produksi (dihitung per tahun) akan dibagi sebagai berikut: 1. 25% diambil sebagai Minyak DMO (Domestic Marker Obligation) yaitu minyak untuk kebutuhan dalam negeri NKRI. Ini bagian yang utama. 2. Dari jumlah sisa yg 75%, diambil sebagian untuk membayar biaya produksi yg telah dikeluarkan oleh kontraktor. Nilai mata uang dikonversi ke nilai minyak bumi, dengan harga ICP (Indonesian Crude Price) saat itu ygbesarannya ditentukan sesuai dgn nilai/harga pasar minyak Indonesia dan disebut Cost Recovery Oil atau minyak CR. Jadi minyak CR ini adalah penggantrian biaya produksi, yg secara detel diatur dalam PSC. 3. Kemudian sisa minyak bumi (setelah dikurangi minyak DMO dan minyak CR di atas) disebut minyak keuntungan usaha (Profit Oil), dibagi di antara Pemerintah NKRI dan Kontraktor. Kemudian bagian profit oil milik Kontraktor dihitung dan dipotong pajak penghasilan. Angka akhirnya 85/15 atau 80/20 yang sering disebut-seut di media. Jadi pada dasarnya minyak Cost Recovery (CR) adalah Pengembalian biaya Operasi dan Explorasi oleh pemerintah NKRI kepada Investor MIGAS yang wilayah kerjanya (blok) sudah berproduksi saja. Blok yg belum berproduksi tidak diberikan CR. Pemerintah NKRI dan Kontraktor terikat dalam kontrak PSC untuk masing-masing blok wilayah kerja minyaknya. Misalkan sebuah perusahaan PT ABCD memegang 5 buah kontrak PSC, maka masing-masing Blok harus dilaporkan secara sendiri-sendiri. Jadi tidab boleh keuntungan atau kerugian dialihkan ke Blok yang lainnya. Dari data Cost Recovery (CR) yang dibahas bersama DPR dan dimuat di berbagai harian (lihat Lampiran-1 di bawah), dapat kita hitung beberapa informasi sbb.: 1. CR untuk minyak bumi kita 4,8 Milyar US $ untuk produksi minyak bumi sebesar 347,493, dalam tahun 2007 (data ESDM lampiran-2) atau per hari. Jadi CR minyak bumi per barel = US$ 13,82. Dapat juga kita katakan bahwa

2 biaya produksi (operasi dan investasi) minyak bumi kita adalah sebesar US$ 13,82 per barel rata-rata untuk semua kontraktor. 2. Dengan menggunakan angka harga minyak Indonesia yang disebut IPC, mari kita hitung berapa besar keuntungan usaha minyak bumi kita. Pada lampiran-5 disebut angka ICP adalah $60/bbl untuk tahun 2007 dan produksi minyak bumi NKRI adalah barel. Jadi keuntungan usaha minyak bumi NKRI adalah jumlah produksi dikalikan (ICP/bbl CR/bbl) = US$ selama tahun Jadi keuntungan usaha Minyak bumi ini adalah sebesar 3,34 kali jumlah Cost Recovery atau biaya Produksi Minyak bumi. Misalkan rata-rata keuntungan ini dibagi 75/25 (angka tepatnya saya tidak tahu), maka keuntungan masing-masing pihak adalah sbb.: 1. Pemerintah NKRI = US$ 12,036 Milyar atau untung 251% atas modal ganti biaya CR. 2. Kontraktor Migas = US$ 4,012 Milyar atau untung 84% atas modal investasi dan biaya operasi Jadi usaha minyak bumi yg penuh risiko, terutama pada masa pencarian, eksplorasi itu saat harga minyak naik sangat menguntungkan pihak-pihak terkait. Tentu dalam perhitungan bisnis yg lebih detel cost of money ikut diperhitungkan oleh kontraktor, karena pada masa-masa eksplorasi sampai dengan produksi (sekitar 7 tahun mereka harus menguras isi kantong, para investornya. 3. Sayangnya konsumsi minyak kita menanjak dari tahun ke tahun, sejak pembagunan dilaksanakan (1970), sedangkan produksi minyak kita yang semula menanjak dan sempat mencapai 1,5 juta barel per hari di tahun 1980, mulai menurun sejak tahun 1990an dan kini kita tidak dapat menikmati keuntungan karena kenaikan minyak bumi di pasar global. 4. Data CR untuk blok Rokan yang dikelola oleh Chevron adalah US $ 1,133 milyar. Ini adalah Blok produsen minyak bumi terbesar milik NKRI saat ini. Dari lampiran-4 dan -5, terlihat angka-angka produksi Chevron sekarang. Bila kita andaikan produksi dari blok Rokan itu saja pada tahun 2007 adalah sebesar bbl/hari. Jadi CR untuk Chevron itu setara degan biaya produksi sebesar US$ 8,87 per barel (cukup dekat dgn angka yg saya tahu dulu sekitar US$ 5 per barel. Angka Biaya Produksi yang hanya US$ 8,87 per barel ini merifleksi biaya produksi minyak bumi yang beroperasi di daratan dengan ladang minyak yg besar (Minas, Duri, Bangko, Kotabatak, dll). Dapat kita bayangkan keuntungan yg bisa kita peroleh dari ladang minyak lain yg sampai saat ini belum juga berproduksi dgn berbagai alasan. Tentu dari dalang minyak lepas pantai akan lebih mahal. 5. Data CR untuk PERTAMINA disebut sebesar US$ 1,96 milyar. Dari pemberitaan (lampiran-3) dilaporkan produksi Pertamina dalam tahun adalah sebesar per hari rata-rata atau sama dengan barel setahun. Jadi biaya produksi minyak bumi Pertamina adalah US$ 37,00/barel. Angka ini mewakili biaya produksi dari ladang-ladang minyak lama dan kecil-kecil, yang dikelola oleh Pertamina. Walaupun tinggi biaya produksi dari ladang-ladang lama dan kecil lebih tinggi, tetap saja masih tetap menguntungkan bila diproduksi.

3 Simulasi Dengan kondisi harga minyak bumi saat ini, saya coba membuat simulasi, untuk berbagai harga minyak dan saya lampirkan 2 buah contoh yaitu harga minyak bumi berada pada harga US$90/bbl dan US$60/bbl (lampiran-6 dan -7). Di sini diandaikan produksi per hari adalah bbl, DMO = 25% dan pembagian keuntungan adalah 15% untu kontraktor dan 85% untuk Pemerintah NKRI. Terlihat di sini beberapa kesimpulan saya sbb.: Pada harga minyak bumi US$ 60/bbl maka para kontraktor hanya mampu untuk meningkatkan produksinya sampai dengan biaya produksi pada tingkat US$ 19/bbl karena masih ada profit margin sebesar 20%. Kurang dari profit margin ini, kemungkinan induk perusahaan mereka akan investasi dananya di negara lain. Pada harga minyak bumi US$ 60/bbl, Pertamina sbg perusahaan milik negara, dengan biaya produksi US$ 37/bbl masih tetap memberikan profit magin sebesar 18%, walaupun keuntungannya hanya 3%. Pada harga minyak bumi US$ 90/bbl maka para kontraktor akan mampu untuk meningkatkan produksinya sampai dengan biaya produksi pada tingkat US$ 28/bbl karena masih ada profit margin sebesar 20%. Kurang dari profit margin ini, kemungkinan induk perusahaan mereka akan investasi dananya di negara lain. Pada harga minyak bumi US$ 90/bbl, Pertamina sbg perusahaan milik negara, dengan biaya produksi US$ 37/bbl memberikan profit magin sebesar 70% dan keuntungannya berada pada level 12%. Semoga rekan-rekan mendapatkan gambaran umum yang lebih jelas dan bermanfaat. ---

4 Lampiran-1 Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007 Alih Istik Wahyuni - detikfinance Rabu, 23/01/ :11 WIB Jakarta - Cost Recovery yang harus dibayarkan pemerintah untuk seluruh kontraktor selama 2007 mencapai US$ 8,33 miliar. Pertamina masih menjadi perusahaan dengan permintaan cost recovery terbesar. Hal itu terungkap dari data yang dipaparkan BP Migas dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII di gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (23/1/2008). "Besaran cost recovery untuk seluruh kontraktor KKS produksi tahun 2007 mencapai US$ 8,33 miliar," bunyi data BP Migas. Rinciannya, cost recovery untuk produksi minyak sebesar US$ 4,802 miliar dan untuk produksi gas sebesar US$ 3,535 miliar. Dalam data itu, tercatat cost recovery untuk Pertamina mencapai US$ 1,956 miliar. Angka itu merupakan cost recovery untuk kegiatan hulu Pertamina baik melalui Pertamina EP maupun Joint Operating Body, Joint Operating Agreement, dan kepemilikan saham di beberapa lapangan. Menanggapi angka ini, Direktur Keuangan Pertamina Frederick Siahaan menjelaskan, cost recovery Pertamina sebesar itu masih mengandung cost recovery tidak langsung yang sempat dipersoalkan beberapa waktu lalu. "Angkanya masih dihitung, jadi angka itu (cost recovery) belum dikoreksi," kata Frederick kepada detikfinance disela RDP dengan Komisi VII di saat yang sama. Ia menambahkan, angka cost recovery itu memang tidak berubah jauh dari tahun sebelumnya. Selanjutnya Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan PS mencatat cost recovery sebesar US$ 1,133 miliar dan disusul Inpex di blok East Kalimantan dengan cost recovery sebesar US$ 828 juta dan berikutnya Total E&P Indonesie mencatat cost recovery sebesar US$ 823 juta di blok Mahakam. (lih/arn) Pak, numpang tanya, memangnya pendapatan kita dari minyak bumi berapa? APBN-nya aja cuma Rp 800T atau sekitar USD 80M. Terus investasi yang masuk untuk perminyakan sepanjang tahun 2007 kira-kira berapa?

5 Lampiran-2 Data Produksi Energi NKRI (Sumber ESDM) dlm barel dlm barel dlm barel dlm barel Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor ,822, ,714, ,623, ,224, ,493, ,302, ,134, ,448, ,289, ,845, ,172, ,545, ,497, ,493, ,766, ,159, ,486, ,494, ,234, ,489, ,814, ,190, ,195, ,761, ,738, ,806, ,901, ,269, ,849, ,668, ,947, ,361, ,415, ,955, ,840, ,206,903.00

6 Lampiran-3 Cadangan Minyak Pertamina capai 2,6 miliar barel Sumber: Kompas Cyber media Jumat, 28 Desember :09 wib JAKARTA,JUMAT - Cadangan minyak dan gas (migas) PT Pertamina (Persero) hingga akhir 2007 tercatat mencapai 2,6 miliar barel setara minyak. Direktur Hulu Pertamina Sukusen Soemarinda dalam paparan akhir tahun di Jakarta, Jumat (28/12) mengatakan, cadangan tersebut terdiri dari minyak 1,07 miliar barel dan gas 8,7 triliun kaki kubik. "Sepanjang 2007, temuan eksplorasi memang agak kurang," katanya. Tahun ini, temuan eksplorasi minyak hanya 34 juta barel dan gas sebesar 507 juta kaki kubik atau total 115 juta barel setara minyak. "Namun, kami sedang membor enam sumur eksplorasi untuk menambah cadangan," katanya. Sukusen menambahkan, sampai Desember 2007, total produksi minyak Pertamina mencapai barel per hari atau naik 7,2 persen dibandingkan Produksi minyak itu terdiri dari produksi PT Pertamina EP barel per hari dan mitra barel per hari. "Tahun 2008, kami targetkan produksi mencapai barel per hari atau naik 24,5 persen dibandingkan tahun ini," katanya. Tingkat produksi 2008 terdiri dari Pertamina EP barel per hari dan mitra barel per hari. Untuk gas, lanjut Sukusen, pada 2007, produksi Pertamina mencapai 1.113,9 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang terdiri dari Pertamina EP 986 MMSCFD dan mitra 127,9 MMSCFD. Sedangkan pada 2008, Pertamina menargetkan produksi gas mencapai 1.485,3 MMSCFD yang terdiri dari Pertamina EP 1.325,5 MMSCFD dan mitra 159,8 MMSCFD. Sukusen menambahkan, aktivitas hulu migas di luar negeri juga masih berlangsung. Saat ini, lanjutnya, Pertamina memfokuskan pengembangan enam blok migas di Sudan, Qatar, Libya, Vietnam, dan Malaysia. "Aktivitas hulu di luar negeri mencapai 20 persen dari keseluruhan," ujarnya. (ANT/EDJ)

7 Lampiran-4 Pemerintah Masih Andalkan Chevron Kejar Target /12/07 14:28 Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia masih mengandalkan produksi minyak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) untuk mencapai target produksi yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar 1,084 juta barel per hari. Wakil Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Abdul Muin di sela pertemuan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dengan para pemangku kepentingan di sektor ESDM di Jakarta, Jumat mengatakan, pemerintah mengharapkan Chevron berproduksi sekitar barel per hari pada Angka produksi Chevron itu mencapai 40,7 persen dari target nasional 1,084 juta barel per hari. "Chevron memiliki potensi itu. Kuncinya, tinggal menambah sumur dan melakukan perawatan saja," katanya. Selain Chevron, lanjutnya, pemerintah juga berharap pada produksi PT Pertamina (Persero) dan ConocoPhillips. Menurut dia, hampir di semua lapangan yang dikelola Pertamina memiliki potensi minyak cukup tinggi. Menyangkut Blok Cepu, Muin mengatakan, blok tersebut memang akan mulai berproduksi pada "Namun, karena produksinya di akhir tahun, maka tambahan buat 2008 relatif kecil. Tahun 2009, Cepu baru akan memberikan sumbangan produksi cukup besar," katanya. Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi VII DPR, BP Migas mentargetkan produksi 2008 direncanakan berasal antara lain dari Chevron barel per hari, Pertamina barel per hari, Conoco SNSB barel per hari, Inpex barel per hari, CNOOC barel per hari, dan Total Indonesie barel per hari. Selanjutnya, Medco E&P Rimau barel per hari, BP ONWJ barel per hari, BOB CPP barel per hari, Pertamina Hulu-PPI/JOA-JOB barel per hari, Petrochina Jabung barel per hari, dan JOC Pertamina-Mobil Cepu barel per hari. Selain lapangan yang sudah lama ada, BP Migas juga akan mengandalkan produksi minyak 2008 dari setidaknya 22 lapangan baru. Sebanyak 10 lapangan minyak di antaranya merupakan lapangan yang baru berproduksi pada Ke-10 lapangan itu adalah North Duri, Kotabatak, Bekapai, Handil, Tunu 11A, Pulau Gading dan Sungai Kenawang, Fariz, Kuat, Singa, dan Tangguh. Sementara, 12 lapangan lainnya sudah mulai produksi awal 2007, namun akan mencapai produksi dengan jumlah yang cukup besar pada Ke-12 lapangan itu adalah SW Betara, Tunu 12, TSB, Ujung Pangkah, Soka, Fariz, NE Aja, Balam South, KE-32, KE-38, KE-39, dan KE-54.(*) COPYRIGHT 2007

8 Lampiran-5 Target Produksi Minyak 2008 Diragukan Sinar Harapan Rabu, 29 Agustus 2007 Oleh Novan Dwi Putranto Jakarta-Sejumlah anggota Komisi VII DPR meragukan target produksi minyak mentah pemerintah sebesar 1,034 juta barel per hari. Anggota Komisi VII DPR Zulkliemansyah menyangsikan target produksi minyak tersebut mengingat kecenderungannya yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun ini saja, target produksi harus direvisi. Bagaimana bisa tahun depan produksi akan meningkat, ujarnya usai rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Selasa (28/8). Hal senada disampaikan Sonny Keraf yang mengatakan pemerintah seharusnya memberikan angka-angka yang lebih realistis, karena angka itu akan berpengaruh pada asumsi makro lainnya. Pada APBN tahun 2007, produksi minyak ditetapkan sebesar satu juta barel per hari, namun dalam RAPBN 2007 direvisi menjadi barel per hari. Meski demikian, Komisi VII DPR menyepakati tingkat lifting minyak dalam RAPBN 2008 sebesar 1,034 juta barel per hari dengan harga patokan minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) US$ 60 per barel seperti yang diajukan pemerintah. Ketua Komisi VII DPR Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya akan memonitor pencapaian angka-angka tersebut dalam rapat-rapat mendatang. Kami akan tagih target pemerintah, khususnya dalam produksi minyak dalam rapat-rapat mendatang, katanya. Dengan lifting minyak itu maka penerimaan migas 2008 diperkirakan mencapai Rp 112,3 triliun atau mengalami kenaikan Rp 6,9 triliun (6,5 persen) dibandingkan RAPBN Perubahan 2007 sebesar Rp 105,4 triliun. Angka lifting merupakan tingkat produksi setelah dikurangi pengalihan barel minyak dengan gas di Lapangan Duri milik PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Dengan demikian, tingkat produksi minyak mentah dan kondensat tahun 2008 ditargetkan mencapai 1,084 juta barel per hari. Harga Minyak DPR menilai asumsi harga minyak Indonesia ICP sebesar US$ 60 terlalu rendah dibandingan dengan harga minyak dunia saat ini. Jangan sampai tiga bulan lagi, kami diajak duduk bersama untuk merevisi, kata Misbah Hidayat, anggota Komisi VII DPR dari FPKB. Namun, Gubernur Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk Indonesia Maizar Rahman menjelaskan, tingginya harga minyak belakangan ini merupakan siklus tahunan dan sekarang dalam kecenderungan turun. Menurut dia, sejumlah faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak adalah kenaikan jumlah permintaan minyak dunia yang dapat dipenuhi negara-negara OPEC dan non-opec. Selain itu, kapasitas kilang dunia mencukupi dan produksi premium di Amerika melebih permintaan karena telah melewati musim berpergian, persediaan stok minyak di atas lima tahun, dan sentimen pasar pada perdagangan berjangka cenderung turun. Hanya kondisi cuaca dan geopolitik yang memungkinkan harga minyak bergerak naik, kata Maizar. Optimistis Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) optimistis target produksi minyak 2008 bisa tercapai dengan mengandalkan produksi minyak mentah dari 10 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, produksi minyak 10 KKKS terbesar tersebut mencapai barel per hari. Tingkat produksi minyak 10 KKKS itu mencapai 80,1 persen dari target RAPBN 2008 sebesar 1,034 juta barel per hari, katanya. Kesepuluh KKKS itu adalah PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) sebesar barel per hari, PT Pertamina EP barel per hari, ConocoPhillips

9 SNSB barel per hari, Inpex barel per hari, dan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) barel per hari. Selain itu, KKKS lainnya adalah Total Indonesia barel per hari, Medco EP Rimau barel per hari, BP ONWJ barel per hari, BOB CPP barel per hari, dan Pertamina Hulu-PPI/JOA-JOB barel per hari.(dwi)

10 Lampiran- 6 Simulasi Harga Minyak US$ 90/Bbl & Biaya Produksi ICP (US$) PRODUKSI per hari (bbl) Biaya per Bbl (US$)l Profit OiL Total NKRI Total PSC Profit Margin NKRI Porfit Margin PSC Keterangan , ,778 86,861 13, % 491% , ,556 84,972 15, % 238% , ,444 84,028 15, % 188% , ,333 83,083 16, % 154% , ,222 82,139 17, % 130% , ,111 81,194 18, % 112% , ,000 80,250 19, % 98% Rokan Blok , ,889 79,306 20, % 86% , ,778 78,361 21, % 77% , ,667 77,417 22, % 69% , ,556 76,472 23, % 63% , ,444 75,528 24, % 57% , ,333 74,583 25, % 53% , ,222 73,639 26, % 48% , ,111 72,694 27, % 45% , ,000 71,750 28, % 41% , ,889 70,806 29, % 38% , ,778 69,861 30, % 36% , ,667 68,917 31, % 33% , ,556 67,972 32, % 31% , ,444 67,028 32, % 29% , ,333 66,083 33, % 27% , ,222 65,139 34, % 26% , ,111 64,194 35, % 24% , ,000 63,250 36, % 23% , ,889 62,306 37, % 21% , ,778 61,361 38, % 20% , ,667 60,417 39, % 19% , ,556 59,472 40, % 18% , ,444 58,528 41,472 94% 17% , ,333 57,583 42,417 89% 16% , ,222 56,639 43,361 84% 15% , ,111 55,694 44,306 79% 14% , ,000 54,750 45,250 74% 13% , ,889 53,806 46,194 70% 12% Pertamina , ,778 52,861 47,139 66% 12% , ,667 51,917 48,083 62% 11% , ,556 50,972 49,028 58% 10% , ,444 50,028 49,972 55% 10% , ,333 49,083 50,917 52% 9% , ,222 48,139 51,861 48% 9%

11 Lampiran-7 Simulasi Harga Minyak US$ 60/Bbl & Biaya Produksi ICP (US$) PRODUKSI per hari (bbl) Biaya per Bbl (US$)l Profit OiL Total NKRI Total PSC Profit Margin NKRI Porfit Margin PSC Keterangan , ,667 85,917 14, % 323% , ,333 83,083 16, % 154% , ,667 81,667 18, % 120% , ,000 80,250 19, % 98% , ,333 78,833 21, % 81% , ,667 77,417 22, % 69% , ,000 76,000 24, % 60% Rokan Blok , ,333 74,583 25, % 53% , ,667 73,167 26, % 46% , ,000 71,750 28, % 41% , ,333 70,333 29, % 37% , ,667 68,917 31, % 33% , ,000 67,500 32, % 30% , ,333 66,083 33, % 27% , ,667 64,667 35, % 25% , ,000 63,250 36, % 23% , ,333 61,833 38, % 21% , ,667 60,417 39, % 19% , ,000 59,000 41,000 97% 17% , ,333 57,583 42,417 89% 16% , ,667 56,167 43,833 81% 14% , ,000 54,750 45,250 74% 13% , ,333 53,333 46,667 68% 12% , ,667 51,917 48,083 62% 11% , ,000 50,500 49,500 57% 10% , ,333 49,083 50,917 52% 9% , ,667 47,667 52,333 47% 8% , ,000 46,250 53,750 43% 8% , ,333 44,833 55,167 38% 7% , ,667 43,417 56,583 35% 6% , ,000 42,000 58,000 31% 5% , ,333 40,583 59,417 28% 5% , ,667 39,167 60,833 24% 4% , ,000 37,750 62,250 21% 4% , ,333 36,333 63,667 18% 3% Pertamina , ,667 34,917 65,083 16% 3% , ,000 33,500 66,500 13% 2% , ,333 32,083 67,917 11% 2% , ,667 30,667 69,333 8% 1% , ,000 29,250 70,750 6% 1% , ,333 27,833 72,167 4% 1%

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 I. Harga Minyak Asumsi Harga minyak Indonesia dalam APBN dirujuk dalam harga rata-rata minyak mentah Indonesia berdasarkan perhitungan Formula

Lebih terperinci

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Latar Belakang : 1. Defisit Neraca APBN tiap tahun serta kenaikan harga BBM. Disisi lain indonesia masih menghasilan minyak

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno Journal of Applied Business and Economics Volume 1 Nomor 2 Januari 2015 PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI ABSTRAK Oleh: Bambang Rusamseno Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Disampaikan Dalam FGD Tranparansi Dana Bagi Hasil (DBH) Industri Ekstraktif Batam, 09 April 2018 1 II DAFTAR ISI

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

LAPOARAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI DALAM RANGKA PROGRAM LEGISLASI PENYUSUNAN RUU MIGAS

LAPOARAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI DALAM RANGKA PROGRAM LEGISLASI PENYUSUNAN RUU MIGAS LAPOARAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI DALAM RANGKA PROGRAM LEGISLASI PENYUSUNAN RUU MIGAS KE LAPANGAN GAS TOTAL EP DI SENIPAH, HANDIL KUTAI KERTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Objek Penelitian Keberhasilan proses otonomi daerah dapat dinilai dari tata kelola administrasi dan keuangan di masing-masing pemerintah daerah. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Profil PT. Chevron Pacific Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Profil PT. Chevron Pacific Indonesia BAB I 1.1 Tinjauan Objek Studi PENDAHULUAN 1.1.1 Profil PT. Chevron Pacific Indonesia PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi

Lebih terperinci

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13 Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar

Lebih terperinci

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Perkembangan Pasar Minyak Dunia Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING Oleh: KUSWO WAHYONO 1 PRODUCTION SHARING CONTRACT Produksi setelah dikurangi cost recovery dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor berdasarkan suatu persentase

Lebih terperinci

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS Biro Riset BUMN Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Tantangan pengelolaan migas di Indonesia dihadapkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Jenis metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi perbandingan (comparative

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 12011 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN INPEX JAWA Ltd OLEH PT PERTAMINA HULU ENERGI I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan KOMERSIALITAS 1 Sistem Kontrak Bagi Hasil Kontrak bagi hasil adalah bentuk kerjasama antara pemerintah dan kontraktor untuk melaksanakan usaha eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya migas berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Persen Kontribusi thp Pen Dom & Harga Minyak US$ per Barel Produksi Minyak Bumi ribu BOPD PERAN MIGAS DALAM APBN 100 1800 90 80 1600 70 60 1400

Lebih terperinci

Menyoal Transparansi Migas Indonesia. Firdaus Ilyas Jakarta, 29 September 2010

Menyoal Transparansi Migas Indonesia. Firdaus Ilyas  Jakarta, 29 September 2010 Menyoal Transparansi Migas Indonesia Firdaus Ilyas www.antikorupsi.org Jakarta, 29 September 2010 Karakteristik Industri Migas Sumber Daya Alam yang tidak bisa diperbaharui, Dari segi ekonomi tidak tepat

Lebih terperinci

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW Jakarta, 18 Juli 2011

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW  Jakarta, 18 Juli 2011 Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK Indonesia Corruption Watch ICW www.antikorupsi.org Jakarta, 18 Juli 2011 Pajak Migas - Pengantar Pernyataan KPK, Kamis 14 Juli 2011 (sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi awal tonggak reformasi kegiatan usaha hulu migas di Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bisnis minyak dan gas merupakan bisnis yang membutuhkan biaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bisnis minyak dan gas merupakan bisnis yang membutuhkan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis minyak dan gas merupakan bisnis yang membutuhkan biaya investasi yang besar dan menggunakan teknologi tinggi yang senantiasa terus berkembang. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas?

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? MIKHAEL GEWATI Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? Kompas.com - 30/05/2017, 15:17 WIB Aktivitas hulu migas di lepas pantai (Dok SKK Migas ) KOMPAS.com Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017 LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2017-2018 30 November 2 Desember 2017 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2017 I. LATAR

Lebih terperinci

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

ERA BARU MIGAS INDONESIA: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Temu Netizen ke-8 ERA BARU MIGAS INDONESIA: Investasi dan Kontrak Gross Split Migas Selasa, 20 Februari 2018 1 Realisasi dan Rencana Investasi Sektor Energi dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI DATA JODI OIL SEMESTER I-2014

ANALISIS DAN EVALUASI DATA JODI OIL SEMESTER I-2014 ANALISIS DAN EVALUASI DATA JODI OIL SEMESTER I-2014 Analisis dan Evaluasi Data JODI Oil 1 Daftar Isi Halaman Judul... 1 Daftar Isi... 2 Daftar Grafik... 3 Ringkasan Utama... 4 1. Kebutuhan (Konsumsi):...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT. X Berdasarkan data yang diperoleh melalui Laporan Tahunan 2009, PT. X didirikan pada 9 Juni 1980 di bawah hukum Republik Indonesia dan memulai usahanya

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT William

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA Tahun 1893 Sumur minyak pertama di bor di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda di Telaga Said

Lebih terperinci

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com T ahun 1977-1992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5 juta barrel per hari. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN 2012-2013 Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas Pada Acara Sosialisasi & Seminar EITI Meningkatkan Partisipasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PROFIL PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

BAB II DESKRIPSI UMUM PROFIL PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA BAB II DESKRIPSI UMUM PROFIL PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA A. Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia PT Chevron Pacific Indonesia merupakan salah satu perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip 264 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan : 5.1.1 Syarat-syarat dan ketentuan dalam kontrak EPCI di bidang usaha hulu Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip unidroit. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era industri migas dikelompokkan menjadi tiga era yaitu era kolonial belanda, era awal kemerdekaan, dan era industri migas modern. Era kolonial Belanda ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia minyak dan gas bumi masih menjadi salah satu kegiatan penopang perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas bumi yang secara umum

Lebih terperinci

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split 9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split #Kelebihan PSC Gross Split #Model Gross Split Pertama di Dunia April, 2017 Ariana Soemanto, ST, MT

Lebih terperinci

Ini merupakan penandatanganan pemenang kontrak hasil tender Reguler Putaran I tahun 2005, ujar Dirjen Migas Luluk Sumiarso. Berdasarkan Keputusan

Ini merupakan penandatanganan pemenang kontrak hasil tender Reguler Putaran I tahun 2005, ujar Dirjen Migas Luluk Sumiarso. Berdasarkan Keputusan Hasilkan Signature Bonus US$ 14,50 Juta, 5 Kontrak Migas Diteken Jum'at, September 006 :16 Lima kontrak bagi hasil migas antara Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dengan

Lebih terperinci

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

Negara Hadapi Risiko Likuiditas http://sinarharapan.co/news/read/140528037/negara-hadapi-risiko-likuiditas-span-span- Negara Hadapi Risiko Likuiditas 28 Mei 2014 Saiful Rizal/Faisal Rachman Ekonomi Kemampuan membayar utang pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi. Ekplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR VERSI PUBLIK PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 10612 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN CNOOC ONWJ LTD OLEH EMP INTERNATIONAL (BVI) LTD I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 010 Depletion Premium : Tinjauan Teori, Hukum, dan Penerapan Pada Kontrak

Lebih terperinci

Oleh Jum'at, 22 September :21 - Update Terakhir Jum'at, 22 September :34

Oleh Jum'at, 22 September :21 - Update Terakhir Jum'at, 22 September :34 Lima kontrak bagi hasil migas antara Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dengan lima perusahaan asing diteken hari Jum at (/9) di Jakarta. Penandatangan antara Kepala BP

Lebih terperinci

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro SIMULASI SEDERHANAA : PERHITUNGAN HARGA SUBSIDI BBM BERSUBSIDI Pendahuluan Definisi subsidi BBM adalah selisih harga keekonomian BBM dengan harga subsidi. Harga keekonomian dipengaruhi oleh besaran ICP

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

PERAN DIREKTORAT JENDERAL MIGAS KEMENTERIAN ESDM DALAM TRANSPARANSI DANA BAGI HASIL SDA MIGAS

PERAN DIREKTORAT JENDERAL MIGAS KEMENTERIAN ESDM DALAM TRANSPARANSI DANA BAGI HASIL SDA MIGAS PERAN DIREKTORAT JENDERAL MIGAS KEMENTERIAN ESDM DALAM TRANSPARANSI DANA BAGI HASIL SDA MIGAS Disampaikan Dalam Acara Workshop EITI Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Perkonomian Direktorat Pembinaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004 No. 37 / VII / 1 JULI PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Mei kembali bertahan di atas US$ 5 milyar, yaitu mencapai US$ 5,50 milyar atau lebih tinggi 5,60

Lebih terperinci

Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan

Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan I. Pendahuluan Sejak tahun 2008 Indonesia resmi menjadi net importer migas akibat tingginya konsumsi yang tidak dibarengi dengan produksi yang ada. Posisi ketahanan

Lebih terperinci

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Ringkasan Dengan menggunakan besaran harga MOPS yang bersumber dari perhitungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara baik dari sisi negara penghasil (produsen) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki prospek industri minyak bumi yang menjanjikan kedepannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Berbagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

OPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS

OPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS OPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS 1. Perkembangan Penerimaan PPh Migas Dasar penerimaan migas adalah Kontrak Kerja Sama (KKS). Dalam KKS diatur bahwa Kontraktor wajib melakukan pembayaran pajak-pajak

Lebih terperinci

POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI?

POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI? POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI? HARGA MINYAK DUNIA JATUH Jatuhnya harga minyak dunia menjadi pukulan bagi negara-negara produsen migas, termasuk Indonesia. Hampir seluruh kontraktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis Perlakuan perpajakan..., Rusfin Molid Alamsyah, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis Perlakuan perpajakan..., Rusfin Molid Alamsyah, FISIP UI, 2009 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu negara. Saat ini, energi yang dominan di dunia berasal dari fosil. Bentuk energi yang tidak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI Jakarta, 6 Februari 2014 I KONDISI HULU MIGAS 2 CADANGAN GAS BUMI (Status

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA Tahun Sejarah Perkembangan Migas Dunia Akhir 1800 Rockeffeler memulai bisnisnya di Cleveland, Ohio. Yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Chevron adalah perusahaan Energi asal Amerika Serikat terbesar ke 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Chevron adalah perusahaan Energi asal Amerika Serikat terbesar ke 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Chevron adalah perusahaan Energi asal Amerika Serikat terbesar ke 3 (tiga) di dunia menurut majalah Fortune500, 2012, berdasarkan kepada pendapatan dan profit, serta

Lebih terperinci

BAB II ANALISA BISNIS

BAB II ANALISA BISNIS BAB II ANALISA BISNIS 2.1 Analisa Industri Perkembangan industri Migas tidak terlepas dari besarnya ketersediaan dan permintaan atas minyak (supply and demand). Data atas permintaan minyak dunia selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut?

Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut? Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut? Benny Lubiantara Agustus 2011 Beberapa bulan yang lalu, kita melihat di mass media isu mengenai masalah pembayaran pajak perusahaan minyak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sektor minyak dan gas bumi (migas) di negara Republik Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional

Lebih terperinci

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas IATMI 2005-39 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja

Lebih terperinci

PIDATO KEPALA BPMIGAS DALAM RANGKA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 65 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Bapak dan Ibu sekalian,

PIDATO KEPALA BPMIGAS DALAM RANGKA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 65 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Bapak dan Ibu sekalian, PIDATO KEPALA BPMIGAS DALAM RANGKA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 65 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 17 Agustus 2010 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Lebih terperinci

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya

Lebih terperinci

MENJAWAB KERAGUAN TERHADAP GROSS SPLIT Tanggapan atas Opini Dr Madjedi Hasan Potensi Permasalahan dalam Gross Split

MENJAWAB KERAGUAN TERHADAP GROSS SPLIT Tanggapan atas Opini Dr Madjedi Hasan Potensi Permasalahan dalam Gross Split MENJAWAB KERAGUAN TERHADAP GROSS SPLIT Tanggapan atas Opini Dr Madjedi Hasan Potensi Permasalahan dalam Gross Split Oleh Prahoro Nurtjahyo Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

Production Sharing Contract

Production Sharing Contract bagian VI Production Sharing Contract Apa yang dikerjakan oleh Rachmat bersama Timnya dalam melakukan studi resevoir sebenarnya tidak terlepas dari pelaksanaan pengawasan yang dilakukan di bawah sistem

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

Mengapa Harga BBM Harus Naik? Mengapa Harga BBM Harus Naik? Pro dan kontra perihal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus menjadi hal yang panas dan memanaskan dalam pembahasan masyarakat Indonesia beberapa bulan belakangan

Lebih terperinci

Membongkar Penyimpangan Hulu Migas Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 20 Agustus 2013

Membongkar Penyimpangan Hulu Migas Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW)  Jakarta, 20 Agustus 2013 Membongkar Penyimpangan Hulu Migas Indonesia Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 20 Agustus 2013 Celah Penyimpangan Hulu Migas 1. Sisi Pendapatan (revenue) : volume (produksi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN TAHUN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MIGAS

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN TAHUN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MIGAS LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-28/PJ/2011 TENTANG : BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI BIDANG USAHA HULU

Lebih terperinci

I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA

I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA V. PERHITUNGAN TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. VERIFIKASI TKDN 1. REGULASI & KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN Contributed by Administrator Friday, 20 April 2012 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI 1 1 I LATAR BELAKANG 2 2 Kondisi Hulu Migas Saat ini 1. Skema PSC Cost Recovery kurang

Lebih terperinci

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil A. Konteks Sejak diberlakukan pada tahun 2001, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU 22/2001) telah tiga kali dimintakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources), dalam pengelolaannya dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian

Lebih terperinci

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA 1. Kesinambungan kebijakan fiskal (fiscal sustainability) secara makro 2. Mengoreksi ketimpangan vertikal (vertical imbalance) antara Pusat dan Daerah 3. Mengoreksi

Lebih terperinci

Membedah Program Ekonomi Calon Presiden dalam Bidang Energi

Membedah Program Ekonomi Calon Presiden dalam Bidang Energi Membedah Program Ekonomi Calon Presiden dalam Bidang Energi Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014 Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah semakin berkurangnya

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH No. Konten Informasi Dasar Hukum Batas Waktu Konsekuensi Pengecualian Akibat Jika Info Dibuka Manfaat Jika

Lebih terperinci