BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi migas yang akan dihasilkan. - Biaya yang telah atau akan dikeluarkan. - Harga migas per satuan volume. - Sistem dan mekanisme bagi hasil yang dicapai. Profil produksi migas yang akan dihasilkan tergantung dari potensi cadangan migas yang ada di bawah permukaan tanah. Hal ini menggambarkan suatu proyek tingkat keekonomian tertentu dari kegiatan eksplorasi dan produksi suatu wilayah. Untuk mengetahui potensi sumber daya maupun cadangan terbukti migas, maka kontraktor harus melakukan kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi dimaksud meliputi studi dan evaluasi data geologi dan geofisika, pengeboran eksplorasi serta pengetesan mekanika tanah yang akan menghasilkan suatu pengetahuan mengenai jenis batuan (yang akan membedakan apakah jenis kandungan berupa minyak atau gas), jumlah cadangan, serta letak kandungan migas untuk menentukan kedalaman sumur. Selanjutnya dari eksplorasi ini maka dibuatlah suatu estimasi cadangan migas 84

2 yang dapat diproduksi serta informasi-informasi teknis lainnya yang sangat berguna untuk perencanaan investasi. Besar biaya yang akan dikeluarkan tergantung keadaan perilaku fisik permukaan tanah maupun bawah tanah wilayah dimana migas ditemukan dan akan diproduksikan, juga sangat terkait dengan letak geografis dan geologis dimana sumber daya migas itu berada. Misalnya jika letak geografis dimana migas ditemukan itu berada dilepas pantai, maka biaya yang akan dikeluarkan tentu lebih besar dibandingkan dengan letak geografis yang berada di daratan. Hal ini disebabkan karena penggunaan teknologi serta biaya transportasi dan mobilisasi yang berbeda. Selanjutnya atas dasar hasil survey lokasi, evaluasi data geologi dan geofisika lapangan serta penentuan jenis teknologi yang akan digunakan, maka dibuatlah suatu rencana investasi untuk pembiayaan proyek tersebut. Dalam menentukan harga minyak, para kontraktor selalu memperkirakan harga minyak walaupun seringkali ramalan tersebut meleset. Dalam kontrak bagi hasil di Indonesia digunakan sistem harga rata-rata dari lima jenis minyak mentah yang sangat aktif diperdagangkan di kawasan Asia Pasific, lalu dibandingkan dengan harga rata-rata minyak mentah di Indonesia. Cara ini disebut ICP (Indonesian Reference Crude Price). Sedangkan sistem dan mekanisme bagi hasil yang digunakan tergantung dari ketentuan-ketentuan yang telah disepakati didalam kontrak. Tidak semua lahan mempunyai jenis kontrak dan mekanisme bagi hasil yang 85

3 sama. Untuk itu dalam melakukan kerja sama dengan Pertamina, kontraktor juga harus mengetahui secara jelas sistem dan mekanisme yang bagaimana atau atau jenis apa yang akan diterapkan, agar didalam menghitung keekonomian proyek tidak terjadi kesalahan. Dalam laporan ini, mekanisme bagi hasil dapat dibaca di Bab III hal 65. IV.2 Metode Analisis Keekonomian Migas Tujuan dari analisis keekonomian migas adalah untuk mengeahui sejauh mana gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan baik dilihat dari financial benefit dan social benefit. Hasil analisis keekonomian migas merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Perkiraan benefit (cash in flows) dan perkiraan cost (cash out flows) yang menggambarkan tentang posisi keuangan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai alat control dalam pengendalian biaya untuk memudahkan dalam pencapaian usaha. Dipihak lain dengan adanya hasil analisis seperti ini, penanam modal (investor) dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah modal yang ditanam lebih baik pada proyek atau pada instrument investasi lain seperti bank dan pasar modal dan lain sebagainya. 86

4 Adapun penulis akan melakukan analisis proyek melalui penghitungan metode sebagai berikut: 1. Internal Rate of Return (IRR) 2. Net Present Value (NPV) 5. Sensitivity Analisis IV.3 Perhitungan Perekonomian Migas Menurut Perusahaan Sebagai mana telah dikemukakan diatas bahwa didalam perhitungan perekonomian migas diperluan adanya beberapa asumsi seperti, jumlah produksi, harga minyak per satuan, periode ekonomis, dan kondisi kontrak serta mekanisme bagi hasil. Maka sebelum asumsi itu dibuat, perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penelitian di lapangan serta evaluasi dari data yang sudah pernah ada. Dalam kasus yang dihadapi perusahaan yaitu: Perusahaan merencanakan untuk meningkatkan produksi pada tahuntahun mendatang (2010 dan seterusnya) sehingga perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pemboran sumur-sumur baru dan penelitian serta evaluasi geologi untuk tujuan tersebut. Maka perusahaan memutuskan untuk menjual proyek dan mencari investor baru untuk mendanai proyek. Dari hasil survei dan penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli geologi dan geophisic dari perusahaan menyatakan bahwa cadangan minyak yang masih dapat diproduksi dalam tahun-tahun mendatang sampai berakhirnya kontrak TAC (2017) adalah sebesar 2.6 juta barrel. 87

5 Biaya proyek awal / initial project cost yang dibutuhkan ialah $20,700,000,- yang akan dialokasikan selama 3 tahun, dan biaya operasional untuk 9 tahun sebesar $7,9,- dolar per barrel. Pengertian proyek awal disini adalah biaya yang dibutuhkan untuk membiayai pembelian-pembelian dan operasional proyek. Biaya ini terdiri dari biaya capital dan non capital (gambar III-3 Bab III) dan dialokasikan secara bertahap dalam 3 tahun (rinciannya lihat tabel IV.1). Harga minyak yang diperkirakan sebesar $50,- per barrel yang merupakan kebijakan dari Pertamina. Proyek ini sesungguhnya sudah berjalan dari tahun 1997, namun pada tahun 2006, perusahaan memutuskan untuk tidak berproduksi karena terjadi penurunan produksi pada sumur-sumur yang ada, dimana sumur-sumur yang ada hanya memproduksi 10 barel per hari, sehingga dianggap tidak ekonomis lagi. Disatu sisi, biaya produksi cukup tinggi. Tahun 2009 perusahaan berencana untuk mengembangkan lagi proyek ini mengingat harga minyak yang mulai tinggi saat ini dan menurut perhitungan geologi dan geofisika bahwa dalam lapangan ini masih terdapat cadangan minyak yang masih bisa di produksi secara ekonomis. Adapun tujuan perusahaan pada saat ini membuat perhitungan perekonomian proyek adalah untuk menunjukan nilai ekonomis dari lapangan minyak yang dimiliki dalam rangka mencari investor untuk berinvestasi didalamnya dengan cara mengambil alih kepemilikan dari pemegang saham perusahaan, sehingga indikator-indikator keekonomian proyek yang ditampilkan (NPV, IRR, dan discounted rate) hanyalah gambaran umum tentang nilai ekonomis proyek yang dimiliki perusahaan yang akan 88

6 ditawarkan kepada investor. Sedangkan mengenai keputusan tentang ikut atau tidaknya investor untuk berinvestasi pada proyek tersebut tergantung pertimbangan investor itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan syarat-syarat atau target-target yang diharapkan investor tersebut. Selain itu perusahaan ini sedang merugi yang artinya tidak ada laba ditahan juga, tidak mempunyai dana untuk mengelolah sendiri proyek yang akan dijalani sehingga pemegang saham memutuskan untuk menjual sahamnya kepada pihak lain. Adapun cash flow diambil berdasarkan penghitungan yang dilakukan perusahaan seperti pada tabel IV.1 Adapun kondisi serta sistem bagi hasil yang telah disepakati dengan Pertamina adalah sebagai berikut (lihat diagram sistem bagi hasil pada bab III hal 65): Contractors Share : % Pertamina s Share : % Maximum Cost Recovery : 65% DMO Requirement : 25% x (Contr. Entitlement) DMO Fee : 15% x (DMO Req) Government Tax : 44% for Contractor Atas dasar asumsi dan kondisi diatas, maka dibuatlah suatu analisis keekonomian migas seperti tabel IV-1. Tujuan penulis ialah mengevaluasi hasil perhitungan perusahaan melalui metode penganggaran yang disebutkan sebelumnya, yang nantinya 89

7 dapat menjadi bahan pertimbangan investor, apakah dananya lebih baik berinvestasi di instrument lain atau proyek ini. Karena tujuan perusahaan adalah untuk menjual proyek ini, sedangkan investor belum diperoleh oleh perusahaan maka penulis mengevaluasi hasil analisis perusahaan dengan menggunakan tingkat bunga 12% sebagai discount factor yang menurut perusahaan didapat dari tingkat bunga Bank Indonesia pada bulan Februari 2009 yaitu sebesar 8.25% ditambah premi resiko sebesar 3.75%. Penulis ingin menjelaskan berapa besarnya present value jika investor menanamkan dananya dalam proyek ini. Penulis juga membuat membuat sensitivity analisys dengan tingkat discount factor yang berbeda (24%, 36%, dan 48%). Perbandingan ini nantinya digunakan perusahaan untuk meyakinkan investor agar mau membeli proyek ini. Dalam tabel IV-1, net cash flow yang dihasilkan proyek selama 9 tahun adalah sebesar $27,556,665,-. Penjelasan dalam Tabel IV-1 seperti berikut: - Tahun pertama dimulai dari tahun ke12 yaitu tahun 2009, karena proyek ini adalah kelanjutan dari proyek sebelumnya. Sisa proyek ini berjumlah 9 tahun lagi. - Minyak yang diperkirakan selama 9 tahun sebesar 2,611,454 barrel. Harga minyak $50,- per barrel. - Revenue didapat dari perkalian jumlah minyak dan harga minyak. 90

8 - Capital, non capital, dan operating expense (opex) berasal dari asumsi perusahaan. Capital depreciation menggunakan metode garis lurus dari kolom capital - Recoverable Cost tahun pertama didapat dari kolom biaya non capital, ditambah opex, ditambah depreciation ditambah pengeluaran yang belum diganti oleh Pertamina diperiode sebelumnya sebesar $18,500,000,- - Recoverable tahun selanjutnya didapat dari penjumlahan biaya non capital, ditambah opex, ditambah depreciation ditambah pengeluaran yang belum diganti oleh Pertamina disatu tahun sebelumnya yang ada dikolom unrecovered cost. - Max cost recovery 65% dari revenue. Jika recoverable cost ditiap tahunnya lebih besar dari Max cost recovery, maka biaya yang akan diganti oleh Pertamina (kolom cost recovery) adalah biaya dalam kolom Max cost recovery. Jika sebaliknya biaya recoverable cost ditiap tahunnya lebih besar dari Max cost recovery maka biaya yang akan diganti oleh Pertamina (kolom cost recovery) adalah biaya dalam kolom recoverable cost. Selisih antara kolom recoverable cost dan Max cost recovery (kolom unrecovered cost) akan diganti oleh Pertamina ditahun berikutnya. - Kolom equity to be split didapat dari pengurangan tiap tahun kolom revenue dengan kolom max cost recovery. - Kolom contractor share didapat dari kebijakan Pertamina yaitu % dikali kolom equity to be split. 91

9 - Kolom DMO Requirement didapat dari 25% kali kolom contractor share. DMO fee didapat dari 15% dikali kolom DMO Requirement. Ketentuan DMO ialah jika kolom cost recovery sudah menggunakan kolom recoverable cost. Artinya bahwa proyek sudah tidak perlu unrecovered cost (biaya penggantian) lagi. - Kolom taxable share didapat dari kolom contractor share dikurangi DMO Requirement ditambah DMO fee. Kolom tax didapat dari 44% dikali taxable share. - kolom income after tax didapat dari kolom taxable share dikurangi kolom tax hasilnya akan menjadi masuk ke kolom cash in setelah ditambah pendapatan dari kolom cost recovery. - Kolom cash out didapat dari kolom capital ditambah non capital, ditambah dengan opex. 92

10 TAC PERTAMINA PT AKAR GOLINDO ECONOMICS OF TUBA OBI EAST AREA IN US DOLLARS TABEL IV.1 LIFTING OIL INVESTMENT CAPITAL RECOVER MAX. COST COST UNRECO EQUITY Year Yearly Cumm PRICE REVENUE Non OPEX DEPRE ABLE RECOVERY RECOVERY VERED TO BE (BBL) (BBL) (US$) Capital Capital CIATION COST 65% COST SPLIT ,500 13, , , ,000 20,005, , ,750 19,566, , , , ,175,000 1,750,000 8,250,000 1,956, ,500 30,209,750 9,213,750 9,213,750 20,996,000 4,961, , , ,548,750 1,750,000 8,250,000 2,256, ,000 32,377,000 16,606,688 16,606,688 15,770,313 8,942, ,329 1,242, ,716,450 2,592, ,000 19,237,313 14,115,693 14,115,693 5,121,620 7,600, ,179 1,611, ,458,950 2,592, ,000 8,588,620 11,998,318 8,588,620 9,870, ,803 1,925, ,690,150 2,592, ,500 3,029,500 10,198,598 3,029,500 12,660, ,732 2,192, ,336,600 2,592,000 2,592,000 8,668,790 2,592,000 10,744, ,722 2,418, ,336,100 2,592,000 2,592,000 7,368,465 2,592,000 8,744, ,714 2,611, ,635,700 2,592,000 2,592,000 6,263,205 2,592,000 7,043,700 2,611,454 2,611, ,572,700 3,500,000 17,200,000 20,569,000 3,500,000 59,769,000 70,803,700 41,269,000 CONTR. D.M.O D.M.O TAXABLE TAX INCOME CONTRACTORS CASH FLOWS PERTAMINA INCOME Year SHARE REQ. FEE SHARE AFTER CASH CASH NET CUMM SHARE NET CUMM % 25% 15% 44% TAX IN OUT CASHFLOW CASH FLOW % INCOME INCOME ,281 63,281 27,844 35, ,187 1,505,000 (1,030,813) (1,030,813) 172, , , ,328,906 1,328, , ,187 9,957,937 11,956,000 (1,998,063) (3,028,875) 3,632,344 3,632,344 3,805, ,395,194 2,395,194 1,053,885 1,341,309 17,947,996 12,256,000 5,691,996 2,663,121 6,546,868 6,546,868 10,352, ,035,916 2,035, ,803 1,140,113 15,255,806 2,592,000 12,663,806 15,326,926 5,564,841 5,564,841 15,917, ,643, ,959 99,144 2,082, ,090 1,165,932 9,754,552 2,592,000 7,162,552 22,489,478 7,226,493 7,788,308 23,705, ,391, , ,172 2,670,604 1,175,066 1,495,538 4,525,038 2,592,000 1,933,038 24,422,517 9,269,406 9,990,046 33,695, ,878, , ,926 2,266, ,233 1,269,205 3,861,205 2,592,000 1,269,205 25,691,722 7,866,584 8,478,162 42,173, ,342, ,542 87,831 1,844, ,561 1,032,896 3,624,896 2,592,000 1,032,896 26,724,618 6,401,932 6,899,642 49,073, ,886, ,676 70,751 1,485, , ,037 3,424,037 2,592, ,037 27,556,655 5,156,996 5,557,920 54,631,102 18,965,267 3,285, ,824 16,172,598 7,115,943 9,056,655 68,825,655 41,269,000 27,556,655 27,556,655 51,838,433 54,631,102 54,631,102 93

11 IV.4 Evaluasi Atas Perhitungan dan Analisis Perusahaan Evaluasi yang dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan metode IRR dan NPV. IV.4.1 Metode Internal Rate Return Internal Rate Return adalah suatu tingkat diskonto yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Untuk menentukan besarnya nilai IRR, harus dihitung dahulu nilai NPV 1 dan nilai NPV 2 dengan cara coba-coba untuk menentukan nilai tengah dari PV positif yang paling mendekati 0 (nol) dan PV negatif yang paling mendekati 0 (nol). Apabila perhitungan IRR lebih besar dari discount factor yang ditetapkan perusahaan, maka usulan proyek diterima, jika sama dengan discount factor yang ditetapkan berarti perusahaan mencapai Break Even Point, jika lebih rendah, maka usulan proyek tidak layak dijalankan. Setelah memakai cara coba-coba, ditemukan bahwa nilai NPV positif yang paling mendekati 0 (nol) adalah discount factor 156%, yang berarti NPV negatif pasti berada di discount factor 157%. Nilai IRR yang dicari berada di antara discount factor 156% dan 157%. Dalam perhitungan ini, hasil present value tidak perlu dikurangi dengan nilai investasi awal lagi, karena kolom net cash flow sudah termaksud perhitungan cash out flow yang di dalamnya sudah termaksud investasi awal. Untuk mencari nilai tengah-tengah tersebut, digunakan rumus interpolasi sebagai berikut: IRR = P2-P1 C2-C1 94

12 TABEL IV.2 Internal Rate Return Discount Factor at 156%,157% ($) NET DF PRESENT DF PRESENT CASHFLOW 156% VALUE 157% VALUE (1,030,813) (402,661.14) (401,094.37) (1,998,063) (304,880.20) (302,512.21) 5,691, , , ,663, , , ,162, , , ,933, , , ,269, , , ,032, , ,556,655 1, (4,971.30) Diketahui : P1 = 156% C1 = 1, P2 = 157% C2 = (4,971.30) IRR = ,33 x , , = , = = 156,18% Dari hasil perhitungan, IRR sebesar 156,18% jauh lebih tinggi dari discount factor yang ditentukan perusahaan (12%), yang artinya tingkat pengembalian net cash flow dimasa depan lebih besar dari discount factor 12%, dimana investor lebih baik menginvestasikan dananya di proyek ini, jika misalnya IRR lebih kecil atau sama maka lebih baik investor menginvestasikan 95

13 dananya di instrumen keuangan lain saja. Dengan demikian, proyek tersebut layak untuk dijalankan.. Dalam metode ini, dapat dilihat juga sampai tingkat discount factor berapa, proyek ini masih menguntungkan. Jika tingkat Discount Factor lebih dari %, maka proyek ini tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini secara garis besar sesuai dengan teori, hanya diteori kasus disini menggunakan rumus interpolasi karena hasil IRR yang didapat berada diantara 156% dan 157%. Sedangkan soal diteori hasil IRR tepat pada discount factor 22%. IV.4.2 Metode Net Present Value (NPV) Net present value adalah salah satu metode analisis investasi yang banyak digunakan dalam mengukur layak atau tidaknya suatu usulan proyek. Perhitungan NPV merupakan Net Cash Flow yang telah didiskontokan dengan menggunakan cost of capital (CoC) sebagai discount Factor. Dalam hal ini tingkat diskonto yang digunakan adalah 12% sesuai dengan asumsi perusahaan yang menurut penulis bisa diterapkan. Apabila perhitungan NPV lebih besar dari 0 (nol), maka dapat dikatakan bahwa usulan proyek tersebut layak untuk dijalankan sebaliknya jika lebih kecil dari 0 (nol) proyek tersebut tidak layak dijalankan. Jika perhitungan NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut dalam keadaan Break Even Point (BEP). Dalam menghitung NPV suatu usulan investasi, yang perlu mendapat perhatian adalah perkiraan arus kas masuk (cash in flows) dan arus kas keluar (cash out flows) yang menyangkut perkiraan pendapatan dan biaya dimasa datang. 96

14 Dalam rangka menghitung NPV dari usulan investasi dibidang perminyakan di atas, maka data-data tentang cash out flows dan cash in flows dari proyek yang direncanakan dapat disusun dan dihitung seperti dalam tabel IV.3 Tabel IV.3 Net Present Value Discount Factor At 12% ($) CASH CASH NET CUMM DF Present Value IN OUT CASHFLOW CASH FLOW 12% 474,187 1,505,000 (1,030,813) (1,030,813) (920,368.32) 9,957,937 11,956,000 (1,998,063) (3,028,875) (1,592,843.51) 17,947,996 12,256,000 5,691,996 2,663, ,051, ,255,806 2,592,000 12,663,806 15,326, ,048, ,754,552 2,592,000 7,162,552 22,489, ,064, ,525,038 2,592,000 1,933,038 24,422, , ,861,205 2,592,000 1,269,205 25,691, , ,624,896 2,592,000 1,032,896 26,724, , ,424,037 2,592, ,037 27,556, , ,825,655 41,269,000 27,556,655 27,556,655 15,921,212 Net present value yang didapat investor dengan discount factor 12% adalah $15,921,212,-. Berarti hasil ini lebih tinggi dari 0, dimana kriteria NPV yang layak untuk menjalankan proyek ialah NPV > 0, yang berarti juga bahwa proyek mempunyai nilai lebih sebesar $15,921,212,-. Dengan discount factor 12%, investor seharusnya menerima proyek ini. Hal ini juga berarti, dengan tingkat discount factor 12% proyek ini layak dijalankan. Cara perhitungan ini secara garis besar tidak ada perbedaan dengan teori, hanya saja kasus dalam teori modal awal investasi sudah ditentukan sedangkan dalam praktik perusahaan, modal investasi sudah dimasukan kedalam cash out. 97

15 Dalam teori, untuk menentukan besarnya discount factor kita harus menghitung biaya dari modal pinjaman jika perusahaan meminjam dari pihak lain, menghitung biaya modal sendiri jika perusahaan tidak meminjam dari pihak manapun, dan proporsi biaya jika perusahaan menggunakan dana dari pihak lain dan dana sendiri atau WACC (lihat bab II, cost of capital). Dalam asumsi skripsi ini, penulis mengasumsikan WACC dengan nilai 24%, 36%, dan 48%, karena menganggap premi resiko cukup tinggi. Asumsi ini didapat dari tingkat bunga ORI 5 saat ini sebesar 11,45%. Cara menghitung asumsi tersebut ialah dengan metode CAPM (Ke = Rf + (Rm-Rf) ßi. Contohnya saat discount factor 24%, berarti 24% = 11.45% + (24% %) ßi, dengan asumsi Rm 24% dan apabila ßi sama dengan 1 adalah 24%. Dalam kasus ini, perusahaan hanya mengandalkan semua sumber dana dari modal sendiri, maka perhitungan WACC perusahaan adalah 100% x 24% = 24%. (Cara yang sama digunakan juga pada discount factor 36%, dan 48%). Saat discount factor 36%, berarti 36% = 11.45% + (24% - 11,45%) ßi. Dengan asumsi Rm 24% dan apabila ßi sama dengan Sumber dana 100% dari modal sendiri investor. Maka WACC perusahaan adalah 100% x 36% = 36%. Saat discount factor 48%, berarti 48% = (24% %) ßi. Dengan asumsi Rm 24% dan apabila ßi sama dengan Sumber dana 100% dari modal sendiri investor. Maka WACC perusahaan adalah 100% x 48% = 48%. 98

16 IV.5 Evaluasi yang Dibuat Penulis Evaluasi disini dengan asumsi tidak ada yang berubah atau sesuai dengan permalan yang dibuat perusahaan. IV.5.1 NPV Jika Discount Factor Mencapai 24%. Tabel IV.4 Net Present Value Discount Factor At 24% ($) Yr Net Cash DF Present Flow 24% Value 1 (1,030,813) (831,300) 2 (1,998,063) (1,299,469) 3 5,691, ,985, ,663, ,356, ,162, ,443, ,933, , ,269, , ,032, , , ,046 27,556,655 9,772,425 Saat discount factor mencapai 24%, maka NPV yang dihasilkan adalah sebesar $9,772,425,-. Karena NPV masih diatas 0, maka proyek masih layak untuk diterima. NPV yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan saat discount factor 12% yaitu $15,921,212,-. 99

17 IV.5.2 NPV Jika Discount Factor Mencapai 36% Tabel IV.5 Net Present Value Discount Factor At 36% ($) Yr Net Cash DF Present Flow 36% Value 1 (1,030,813) (757,950) 2 (1,998,063) (1,080,268) 3 5,691, ,262, ,663, ,701, ,162, ,539, ,933, , ,269, , ,032, , , ,275 27,556,655 6,259,348 Saat discount factor mencapai 36%, maka NPV yang dihasilkan adalah sebesar $6,259,348,-. Karena NPV masih diatas 0, maka proyek masih layak untuk diterima. NPV yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan saat 12% dan 24% yaitu $15,921,212,- dan saat 24% yaitu $9,772,425,-. 100

18 IV.5.3 NPV Discount Factor Mencapai 48% Tabel IV.6 Net Present Value Discount Factor At 48% ($) Yr Net Cash DF Present Flow 48% Value 1 (1,030,813) (696,495) 2 (1,998,063) (912,191) 3 5,691, ,755, ,663, ,639, ,162, ,008, ,933, , ,269, , ,032, , , ,422 27,556,655 4,130,132 Saat discount factor mencapai 48%, maka NPV yang dihasilkan adalah sebesar $4,130,132,-. Karena NPV masih diatas 0, maka proyek masih layak untuk diterima. NPV yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan saat 12%, 24% dan 36% yaitu $15,921,212,-, $9,772,425,- dan $6,259,348,-. Kesimpulan yang didapat, semakin besar discount factor (dengan asumsi tidak ada perubahan yang terjadi), semakin kecil NPV yang didapat. Perbedaannya dapat kita lihat di bawah ini: DF NPV 12% 15,921,212 24% 9,772,425 36% 6,259,348 48% 4,130,132 Nilai NPV akan minus jika mencapai lebih dari discount factor % 101

19 IV.6 Sensitivity Analisis Pada bagian ini, penulis juga akan menganalisa jika biaya modal ( cost of capital / CoC ) atau dengan kata lain discount factor yang akan dinilai investor sebesar 24%, 36%, 48%. Metode yang digunakan dalam analisis ini sebenarnya sama dengan metode yang digunakan untuk mencari NPV, akan tetapi data inputnya seperti harga minyak diubah dengan beberapa perkiraan harga, jumlah produksi dan kapital investasi serta non kapital investasi juga diubah naik atau turun secara persentase. IV.6.1 Penilaian Sensitivitas Saat Discount Factor 12% Penilaian disini mencakup perubahan harga, produksi, dan biaya modal proyek (capital dan non capital). IV Pengaruh Perubahan Harga Minyak Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow. TABEL IV.7 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP HARGA MINYAK (ICP) ($) ICP Sensitivity Table ICP IRR NCF % 5,018,072 13,767, % 10,385,060 22,940, % 12,720,456 24,638, % 14,481,519 26,130, % 15,921,212 27,556, % 17,368,085 29,168, % 18,452,852 30,489, % 19,641,886 32,076, % 20,830,919 33,664,

20 Tabel IV.7 menjelaskan bahwa apabila harga minyak sama dengan $50 per barrel maka IRRnya adalah %. Apabila terjadi kenaikan harga minyak sebesar $55,-, $60,-, atau $65,- maka IRR secara berurutan akan naik sebesar %, % dan %. Demikian juga sebaliknya, apabila harga minyak turun menjadi $45,-, $40,-, $35,-, IRR akan menjadi 115.3%, 82.46% dan 56.07%. Dari sisi NPV dan Net Cash Flow, perubahan terjadi sebagai berikut. Mengacu pada tabel (IV-5) dan (Gambar IV-2). Apabila harga minyak $50 per barrel, maka NPV dengan discount factor 12% yang didapat adalah $15,921,212,- dan Net Cash Flow sebesar $27,556,655,-. Apabila harga minyak naik $60 per barrel, maka NPV pada discount factor 12% akan naik menjadi $ ,- dan Net Cash Flow naik menjadi $30,489,299,-, begitu juga jika harga minyak turun menjadi $40 per barel, NPV akan turun menjadi $12,720,456 dan Net Cash Flow menjadi turun menjadi $24,638,063,-. Proyek dengan harga minyak $25, discount factor 12% maka akan menyebabkan NPV menjadi negatif yang berarti proyek seharusnya tidak dijalankan lagi. Perubahan IRR, NPV dan Net Cash Flow yang terjadi karena perubahan harga akan ditampilkan pada gambar IV.1 dan IV

21 GAMBAR IV.1 GRAFIK SENSTIVITAS IRR TERHADAP HARGA MINYAK Sensitivity to Crude Price 500% 450% 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% IRR GAMBAR IV.2 GRAFIK SENSITIVITAS NPV DAN NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN HARGA MINYAK 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 ICP (US$) NCF

22 IV Pengaruh Perubahan Jumlah Produksi Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow TABEL IV.8 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP HASIL PRODUKSI ($) Production Sensitivity Table Prod IRR NCF 50% 10.64% (348,916) 4,594,659 60% 32.03% 5,018,072 13,767,391 70% 56.07% 10,385,060 22,940,123 80% 82.46% 12,720,456 24,638,063 90% % 14,481,519 26,130, % % 15,921,212 27,556, % % 17,368,085 29,168, % % 18,452,852 30,489, % % 19,641,886 32,076, % % 20,830,919 33,664, % % 22,019,953 35,251,676 Pada kapasitas produksi 100%, maka IRR ditetapkan pada %, jika kapasitas produksi naik menjadi 110% maka IRR naik menjdi %. Demikian juga jika kapasitas produksi turun menjadi 90%, maka IRR turun menjadi %. Pada kapasitas produksi 100%, maka NPV yang didapat sebesar $15,921,212,- dan NCF yang didapat sebesar $27,556,654,-. Jika produksi naik menjadi 110%, maka NPV akan naik menjadi sebesar $17,368,085,- dan NCF akan naik menjadi $29,168,341,- Jika produksi turun menjadi 80%, maka NPV turun menjadi $12,720,455,- dan NCF menjadi turun sebesar $24,638,062,-. Perusahaan akan merugi jika ternyata hasil produksi yang bisa dicapai hanya 50% saja dari yang diramalkan, karena NPV pada hasil itu sudah minus ($- 105

23 348,916,-). Grafik perubahan IRR, NPV dan Net Cash Flow akan ditampilkan pada gambar IV.3 dan gambar IV.4. GAMBAR IV.3 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI % IRR Sensitivity to Production % % % % % 0.00% IRR 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.4 GRAFIK SENSITIVITAS NPV DAN NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 (5,000,000) NCF 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% Production Performance 106

24 IV Pengaruh Perubahan Biaya Investasi Proyek terhadap IRR, NPV dan Net Cash Flow TABEL IV.9 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI PROYEK Capital Investment Sensitivity ($) IRR NPV NCF 50% % 10,286,731 27,763,374 60% % 10,183,870 27,722,030 70% % 10,081,009 27,680,686 80% % 9,978,148 27,639,342 90% % 9,875,286 27,597, % % 9,772,425 27,556, % % 9,669,564 27,515, % % 9,566,703 27,473, % % 9,463,842 27,432, % % 9,360,980 27,391, % % 9,258,119 27,349,936 Jika investasi modal yang dianggarkan 100% sesuai dengan yang diramalkan ($3,500,000,-) maka IRR yang didapat sebesar %, NPV yang didapat sebesar $15,921,212,- dan Net Cash Flow sebesar $27,556,655,-. Jika modal yang diberi ternyata turun menjadi 90% dari yang diramalkan, maka IRR yang didapat naik menjadi %, NPV yang didapat naik menjadi sebesar $16,012,488,- dan Net Cash Flow naik menjadi $27,597,999,- bila modal ternyata naik menjadi 120%, maka IRR turun menjadi %, NPV turun menjadi $15,738,659.,- dan Net Cash Flow turun sebesar $27,473,967,-. Semakin sedikit modal yang digunakan, IRR, NPV dan Net Cash Flow akan semakin besar. Ini disebabkan karena semakin 107

25 besar modal yang digunakan akan mempengaruhi besar nilai uang keluar (Cash Out Flow). Jika uang yang keluar semakin besar, maka semakin kecil keuntungan Net Cash Flow yang didapat. Perubahan IRR, NPV dan Net Cash Flow akan ditampilkan pada gambar IV.5 dan IV.6 GAMBAR IV.5 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI Capital Cost Sensitivity % % % % % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% IRR 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.6 GRAFIK SENSITIVITAS NPV DAN NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 NPV & NCF Sensitivity 10,000,000 5,000,000 NCF 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% 108

26 IV Pengaruh Perubahan Non Modal Investasi Proyek Terhadap IRR, NPV dan Net Cash Flow TABEL IV.10 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI Non Capital Investment Sensitivity ($) IRR NPV NCF 50% % 17,791,955 28,330,255 60% % 17,448,521 28,127,080 70% % 17,105,087 27,923,906 80% % 16,814,645 27,963,005 90% % 16,367,928 27,759, % % 15,921,212 27,556, % % 15,474,496 27,353, % % 15,143,006 27,356, % 92.63% 14,604,073 27,153, % 79.50% 14,065,141 26,949, % 69.07% 13,526,208 26,746,713 Sama seperti biaya modal proyek, semakin kecil non modal yang dikeluarkan semakin besar pula NPV dan Net Cash Flow yang didapat. Jika biaya non modal proyek yang dikeluarkan 100% tepat sesuai dengan rencana peramalan maka IRR yang didapat sebesar %, NPV pada 12% yang didapat sebesar $15,921,212,- dan Net Cash Flow yang diterima sebesar $27,556,655,-. Bila biaya non modal bertambah besar (140%) maka IRR yang didapat sebesar 79.50%, NPV menjadi $14,065,141,-, dan Net Cash Flow menjadi $26,949,888,-. Jika pada kenyataan non modal berkurang sebesar 70%, maka IRR menjadi sebesar %, NPV menjadi $17,448,521,- dan Net Cash 109

27 Flow menjadi $27,923,906,-. Perubahan IRR, NPV dan Net Cash Flow akan ditampilkan pada Gambar IV,7 dan IV-8. GAMBAR IV.7 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI IRR Non Capital Sensitivity % % % % % IRR % 0.00% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.8 GRAFIK SENSITIVITAS NPV DAN NET CASH FLOW TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI NPV & NCF Sensitivity to Non Capital 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NCF 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% 110

28 IV.6.2 Penilaian Penulis Dengan Sensitivitas Saat Discount Factor 24%, 36% dan 48% IV Pengaruh Perubahan Harga Minyak Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow. TABEL IV.11 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP HARGA MINYAK (ICP) ($) ICP Sensitivity Table ICP IRR NCF % 1,272,303 (422,587) (1,200,276) 13,767, % 4,738,323 1,982, ,198 22,940, % 6,847,616 3,730,062 1,980,465 24,638, % 8,470,583 5,127,013 3,158,145 26,130, % 9,772,425 6,259,348 4,130,132 27,556, % 11,031,080 7,339,820 5,054,605 29,168, % 11,953,545 8,133,784 5,742,425 30,489, % 12,910,464 8,931,671 6,421,163 32,076, % 13,867,383 9,729,558 7,099,901 33,664,217 Saat harga produksi sesuai dengan peramalan ($50), maka IRR yang dihasilkan sebesar %, dan NCF sebesar $27,556,655,-. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut sebesar $9,772,425,-, $6259,348,- dan $4,130,132,-. Jika ICP turun menjadi 30%, maka proyek dengan discount factor 36% dan 48% dinyatakan tidak layak, karena NPV sudah minus. Jika harga naik menjadi 60%, maka NPV dengan discount factor 24%, 36% dan 48% berturut-turut adalah $11,953,545, $8,133,784,- dan $5,742,425,- serta NCF sebesar $30,489,299,-. Dapat dilihat disini bahwa 111

29 semakin kecil discount factor, semakin besar NPV yang didapat. Semakin menurun harga minyak, semakin kecil NPV dan NCF. GAMBAR IV.9 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN HARGA MINYAK Sensitivity to Crude Price 500% 450% 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% IRR GAMBAR IV.10 GRAFIK SENSITIVITAS 24% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HARGA MINYAK 40,000,000 35,000,000 NCF 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 NPV 5,000,

30 GAMBAR IV.11 GRAFIK SENSITIVITAS 36% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HARGA MINYAK 40,000,000 35,000,000 30,000,000 NCF 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 NPV 5,000,000 (5,000,000) GAMBAR IV.12 GRAFIK SENSITIVITAS 48% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HARGA MINYAK 40,000,000 35,000,000 30,000,000 NCF 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV (5,000,000)

31 IV Pengaruh Perubahan Hasil Produksi Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow TABEL IV.12 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP HASIL PRODUKSI Production Sensitivity Table Prod IRR NCF 50% 10.64% (2,193,718) (2,827,646) (2,960,751) 4,594,659 60% 32.03% 1,272,303 (422,587) (1,200,276) 13,767,391 70% 56.07% 4,738,323 1,982, ,198 22,940,123 80% 82.46% 6,847,616 3,730,062 1,980,465 24,638,063 90% % 8,470,583 5,127,013 3,158,145 26,130, % % 9,772,425 6,259,348 4,130,132 27,556, % % 11,031,080 7,339,820 5,054,605 29,168, % % 11,953,545 8,133,784 5,742,425 30,489, % % 12,910,464 8,931,671 6,421,163 32,076, % % 13,867,383 9,729,558 7,099,901 33,664, % % 14,824,302 10,527,446 7,778,638 35,251,676 Saat kapasitas produksi sesuai dengan peramalan, maka IRR yang dihasilkan sebesar %, dan NCF sebesar $27,556,655,-. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut sebesar $9,772,425,-, $6259,348,- dan $4,130,132,-. Jika tingkat produksi turun menjadi 60%, maka NPV dengan discount factor 36% dan 48%, proyek sudah tidak layak lagi karena NPV sudah minus. Kerugian pada NPV dengan discount factor 24% baru akan dialami jika kapasitas produksi turun menjadi 50%. Jika tingkat produksi naik menjadi 110%, maka IRR akan naik sebesar 209,95%, NPV pada discount factor 24%, 46%, dan 48% secara berurutan sebesar $11,031,080,-, $7,339,820,-, dan $5,054,605,-. NCF yang dihasilkan $29,168,,341,-. Jika kapasitas produksi naik, maka IRR, NPV dan NCF naik. 114

32 GAMBAR IV.13 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI % IRR Sensitivity to Production % % % % IRR % 0.00% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.14 GRAFIK SENSITIVITAS 24% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 (5,000,000) 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% Production NCF NPV 115

33 GAMBAR IV.15 GRAFIK SENSITIVITAS 36% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 (5,000,000) 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% Production NCF NPV GAMBAR IV.16 GRAFIK SENSITIVITAS 48% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN HASIL PRODUKSI 40,000,000 35,000,000 NCF 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV (5,000,000) 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% Production 116

34 IV Pengaruh Perubahan Modal Investasi Proyek Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow TABEL IV.13 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP MODAL INVESTASI PROYEK Capital Investment Sensitivity ($) IRR 24% 36% 48% NCF 50% % 10,286,731 6,759,544 4,590,987 27,763,374 60% % 10,183,870 6,659,505 4,498,816 27,722,030 70% % 10,081,009 6,559,466 4,406,645 27,680,686 80% % 9,978,148 6,459,427 4,314,474 27,639,342 90% % 9,875,286 6,359,387 4,222,303 27,597, % % 9,772,425 6,259,348 4,130,132 27,556, % % 9,669,564 6,159,309 4,037,961 27,515, % % 9,566,703 6,059,270 3,945,790 27,473, % % 9,463,842 5,959,230 3,853,618 27,432, % % 9,360,980 5,859,191 3,761,447 27,391, % % 9,258,119 5,759,152 3,669,276 27,349,936 Saat modal investasi proyek sesuai dengan peramalan, maka IRR yang dihasilkan sebesar %, dan NCF sebesar $27,556,655,-. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut masih seperti sebelumnya yaitu sebesar $9,772,425,-, $6259,348,- dan $4,130,132,-. Jika terjadi kenaikan biaya modal proyek menjadi 130%, maka IRR sebesar %. NCF sebesar $27,432,624,-. Besar NPV Saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturutturut yaitu sebesar $9,463,842,-, $5,959,230,-, dan $3,853,618,-. Semakin besar modal investasi tersebut, semakin kecil IRR, NPV dan NCF. 117

35 GAMBAR IV.17 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI PROYEK Capital Investment Sensitivity % % % % % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% IRR 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.18 GRAFIK SENSITIVITAS 24% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% 118

36 GAMBAR IV.19 GRAFIK SENSITIVITAS 36% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.20 GRAFIK SENSITIVITAS 48% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% 119

37 IV Pengaruh Perubahan Non Modal Investasi Proyek Terhadap NPV, IRR dan Net Cash Flow TABEL IV.14 SENSITIVITAS IRR, NPV, NET CASH FLOW TERHADAP BIAYA NON MODAL INVESTASI PROYEK Non Capital Investment Sensitivity IRR 24% 36% NCF 50% % 11,960,343 8,448,516 6,196,365 28,330,255 60% % 11,576,216 8,066,415 5,834,082 28,127,080 70% % 11,192,089 7,684,313 5,471,799 27,923,906 80% % 10,789,032 7,258,284 5,059,766 27,963,005 90% % 10,280,728 6,758,816 4,594,949 27,759, % % 9,772,425 6,259,348 4,130,132 27,556, % % 9,264,122 5,759,880 3,665,315 27,353, % % 8,824,299 5,303,154 3,228,278 27,356, % 92.63% 8,215,854 4,717,388 2,694,181 27,153, % 79.50% 7,607,409 4,131,621 2,160,085 26,949, % 69.07% 6,998,963 3,545,854 1,625,988 26,746,713 Saat non investasi modal proyek tercapai (100%) sesuai dengan peramalan, maka IRR yang dihasilkan sebesar %, dan NCF sebesar $27,556,655,-. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut masih seperti sebelumnya yaitu sebesar $9,772,425,-, $6259,348,- dan $4,130,132,-. Jika biaya ini mengalami kenaikan menjadi 130%, maka IRR yang dihasilkan adalah 92.63%. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut yaitu sebesar $8,215,854,-, $4,717,388,- dan $2,694,181,-. NCF sebesar $27,153,063,-. Jika harga turun ke 70%, maka IRR akan naik menjadi 303,44%. NPV saat discount factor 24%, 36%, dan 48% berturut-turut yaitu 120

38 sebesar $11,192,089,-, $7,684,313,- dan $5,471,799,-. Semakin kecil non modal investasi, semakin besar IRR, NPV dan NCF. GAMBAR IV.21 GRAFIK SENSITIVITAS IRR TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI PROYEK % % % IRR Non Capital Sensitivity % % IRR % 0.00% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% GAMBAR IV.22 GRAFIK SENSITIVITAS 24% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity to Non Capital 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 NPV 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% 121

39 GAMBAR IV.23 GRAFIK SENSITIVITAS 36% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity to Non Capital 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% NPV GAMBAR IV.24 GRAFIK SENSITIVITAS 48% DAN NCF TERHADAP PERUBAHAN NON MODAL INVESTASI PROYEK NPV & NCF Sensitivity to Non Capital 30,000,000 25,000,000 NCF 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% 120% 130% 140% 150% NPV 122

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan KOMERSIALITAS 1 Sistem Kontrak Bagi Hasil Kontrak bagi hasil adalah bentuk kerjasama antara pemerintah dan kontraktor untuk melaksanakan usaha eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya migas berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN COALBED METHANE (CBM) DI INDONESIA DENGAN BERBAGAI MODEL PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) BERBASIS JOINT STUDY PADA LAPANGAN CBM X Abstrak Arif Budi Ariyanto, Siti Nuraeni

Lebih terperinci

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI Rudi Rubiandini R.S, Andrias Darmawan, Herbert Sipahutar

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B Sebelum dilakukan perhitungan keekonomian dari pengusahaan Gas Metana- B sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada Bab III, kita harus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 2 KERANGKA STRATEGIK KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL Keputusan penganggaran modal harus dihubungkan dengan perencanaan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA ILMIAH...

KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERUNTUKAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi TAKARIR Break Event Point Cost Recovery Casing Declining Balance Dry Gas First Tranche Petroleum Flow Line Gross Revenue Higher Rate of Income Tax Net Present Value Off Shore On Shore Packer Payback Period

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING Oleh: KUSWO WAHYONO 1 PRODUCTION SHARING CONTRACT Produksi setelah dikurangi cost recovery dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor berdasarkan suatu persentase

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab ini membahas pemodelan yang dilakukan untuk pengembangan kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia dengan melakukan review terhadap model

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ASPEK INVESTASI UU & PERATURAN BIDANG USAHA STRATEGI BISNIS KEBIJAKAN PASAR LINGKUNGAN INVESTASI KEUANGAN TEKNIK & OPERASI ALASAN INVESTASI EKONOMIS Penambahan Kapasitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR)

Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR) Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR) Aplikasi IRR, arus kas setiap tahun jumlahnya sama. Soal 1 : Suatu pabrik mempertimbangkan ususlan investasi sebesar Rp. 13.. tanpa nilai sisa dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis. ABSTRAK PT. Usaha Panca Samitra merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor umum. Didirikan pada november tahun 2003 oleh beberapa pengusaha. Pada saat ini PT. Usaha Panca Samitra berencana

Lebih terperinci

Investasi dalam aktiva tetap

Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Secara konsep Investasi dalam aktiva tetap tidak ada perbedaan dengan Investasi dalam aktiva lancar Perbedaannya terletak pada waktu dan cara perputaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan disuatu lokasi lapangan sumur gas Segat di propinsi Riau dan Jakarta. Penelusuran data dilakukan di Jakarta yang merupakan kantor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Handout Manajemen Keuangan

Handout Manajemen Keuangan Handout Manajemen Keuangan CAPITAL BUDGETING TECHIQUES 1 PENDAHULUAN Setelah penentuan informasi arus kas relevan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan penganggaran modal dilakukan, langkah selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Proyek Menurut Kasmir dan Jakfar mendifinisikan, Proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang lebih baik, turut serta meningkatkan iklim pertumbuhan investasi dalam negeri. Hal ini

Lebih terperinci

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi PENILAIAN INVESTASI I. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman (pengeluaran) modal (uang) waktu sekarang yang hasilnya baru diketahui diwaktu kemudian. Bentuk investasi dibedakan. Berdasarkan asset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat melakukan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pada bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian telah dilakukan berupa pengumpulan dan pengolahan data. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M.

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M. Modul ke: Penganggaran Modal Fakultas EKONOMI Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return Program Studi Manajemen 84008 www.mercubuana.ac.id Nurahasan Wiradjegha,

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1

TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1 TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1 Penganggaran Barang Modal (Capital Budgeting) Adalah proses perencanaan pengeluaran untuk aktiva yang diharapkan akan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI BAB V KEPUTUSAN INVESTASI A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami Pentingnya Keputusan Investasi Mampu Menghitung Cash Flow Proyek Investasi Memahami

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan MK MANAJEMEN BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Pertemuan 4 Manajemen Keuangan Tujuan Memahami mengenai manajemen keuangan, manfaat nilai waktu uang dan dapat membuat analisis laporan keuangan Manajemen Keuangan adalah

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA. Oleh : Rizky Sulaksono*

PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA. Oleh : Rizky Sulaksono* PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA Oleh : Rizky Sulaksono* Sari Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 01 Tahun 2008, yang dimaksud dengan sumur

Lebih terperinci

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen 1 BAB 14 Keputusan Investasi & Penganggaran Modal Ekonomi Manajerial Manajemen 2 PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Capital Budgeting. Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

TIME VALUE OF MONEY DAN NET PRESENT VALUE (NPV)

TIME VALUE OF MONEY DAN NET PRESENT VALUE (NPV) TIME VALUE OF MONEY DAN NET PRESENT VALUE (NPV) Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Dosen Pengampu : Prof. Dr. Amries Rusli Tanjung, MM. Ak. Disusun Oleh Kelompok I : RADILLA WIDYASTUTI WARDALIANI RIZQA ANITA

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT William

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Provisioning Provisioning (Quickguide Standar Instalasi PT-1) adalah proses penyediaan suatu layanan jaringan FTTH (Fiber To The Home) yang mencakup persiapan material, aksesoris

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas IATMI 2005-39 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan dan Analisa

Bab IV Pembahasan dan Analisa 39 Bab IV Pembahasan dan Analisa IV.1. Evaluasi Ekonomi Dalam hasil perhitungan keekonomian dengan mempergunakan harga minyak dunia pada saat ini sebesar US$ 100 / barrel, menunjukan nilai indikator ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP

INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP INVESTSI DLM KTIV TETP nggaran/budget adalah suatu rencana yang menjelaskan arus kas keluar dan arus kas masuk yang diproyeksikan selama periode tertentu dimasa yang akan datang. Peranggaran Modal adalah

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

Cost of Capital & Capital Structure

Cost of Capital & Capital Structure Cost of Capital & Capital Structure 1 COST OF CAPITAL After Tax Cost of Debt Cost of Preffered Stock Cost of Retained Earning Cost of Common Stock Weighted Average Cost of Capital 2 BALANCE SHEET FUND

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara

Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara 120 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 120-132, November 2012 Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara (Feasibility Study of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

LEAST COST METHOD DAN MUTUALLY EXCLUSIVE DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

LEAST COST METHOD DAN MUTUALLY EXCLUSIVE DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB LEAST COST METHOD DAN MUTUALLY EXCLUSIVE DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Terbatasnya dana, waktu, dan tenaga dalam mengerjakan suatu bisnis telah mendorong para investor atau pihak manajemen untuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat terutama pada sektor industri, telah mendorong berkembangnya perusahaan industri dalam bentuk yang bervariasi. Industri mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Penelitian Terdahulu Hellen Mayora Violetha (2014) Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA VALUASI PROYEK MIGAS MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC DISCOUNTED CASH FLOW DAN REAL OPTIONS TERHADAP VOLATILITAS HARGA MINYAK TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA VALUASI PROYEK MIGAS MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC DISCOUNTED CASH FLOW DAN REAL OPTIONS TERHADAP VOLATILITAS HARGA MINYAK TESIS UNIVERSITAS INDONESIA VALUASI PROYEK MIGAS MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC DISCOUNTED CASH FLOW DAN REAL OPTIONS TERHADAP VOLATILITAS HARGA MINYAK TESIS ARIHTA KAROLINA PINEM 0806432291 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci