Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vi xii BAB I BAB 2 BAB 3 BAB 4 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Indikator Keluaran Tempat Kegiatan METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Pola Pikir Tahapan Pelaksanaan Kegiatan GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI KABUPATEN DONGGALA A. Letak Wilayah Studi B. Kondisi Kependudukan C. PDRB wilayah studi D. Kondisi Tata Guna Lahan E. Potensi Sumber Daya Alam KONDISI TRANSPORTASI WILAYAH STUDI A. Prasarana Transportasi Darat B. Terminal C. Jaringan Pelayanan Angkutan Umum D. Kondisi Transportasi ASDP E. Prasarana Transportasi Laut i

2 BAB 5 BAB 6 BAB 7 ANALISIS PEMODELAN TRANSPORTASI A. Arah Pengembangan Wilayah B. Potensi Wilayah C. Pergerakan Perjalanan Orang ANALISIS AWAL ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI A. Tren Lingkungan Strategis B. Prediksi Bangkitan Perjalanan Orang Dan Barang C. Model Pengembangan Jaringan Transportasi D. Idealisasi Jaringan Transportasi E. Pengembangan Transportasi F. Arah Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi G. Strategi dan Upaya PENJADWALAN PROGRAM PENGEMBANGAN A. Penjadwalan Program Pengembangan B. Kondisi Transportasi Dengan Adanya Program Pengembangan Transportasi ii

3 DAFTAR GAMBAR BAB Gambar 1.1 Wilayah Kegiatan Studi Gambar 2.1 Metode Pendekatan Teknis Gambar 2.2 Alur Program Pekerjaan Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Donggala Gambar 3.2 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Donggala Gambar 4.1 Visualisasi Jalan di Kabupaten Donggala Gambar 4.2 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Petalolo (Arah Donggala ke arah Trans Sulawesi dan Sebaliknya Gambar 4.3 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Sulawesi (Arah Palu ke arah Donggala dan Sebaliknya) Gambar 4.4 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Jati (Arah Perkantoran ke arah Jati dan Sebaliknya) Gambar 4.5 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Donggal-Palu (Arah Kab.Donggala ke Palu dan Sebaliknya) Gambar 4.6 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Thamrin (Arah Kab.Donggala ke Palu dan Sebaliknya) Gambar 4.7 Peta Kinerja Ruas Jalan Kab. Donggala Gambar 4.8 Peta Kinerja Aksesibilitas Kabupaten Donggala Gambar 4.9 Terminal Banawa Gambar 4.10 Jenis Angkutan Kota Gambar 4.11 Peta Titik Angkutan barang di Kabupaten Donggala Gambar 4.12 Peta Lintas Angkutan Barang Gambar 4.13 Peta Jaringan Pelayanan Jasa Penyeberangan di Kabupaten Donggala 4-31 Gambar 4.14 Visualisasi Pelabuhan Gambar 4.15 Jaringan Alur Pelayaran Gambar 5.1 Peta Potensi Pertambangan Mineral Logam Gambar 5.2 Peta Potensi Pertambangan Mineral Non Logam Gambar 5.3 Peta Zona Kabupaten Donggala Gambar 5.4 Grafik Bangkitan dan Tarikan Kabupaten Donggala xii

4 Gambar 5.5 Moda Split Kabupaten Donggala Gambar 6.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Donggala Gambar 6.2 Pola Perjalanan saat ini di Kabupaten Donggala Gambar 6.3 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Orang Gambar 6.4 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Barang Gambar 6.5 Tingkat Perbedaan Kepadatan Penduduk di Kab. Donggala Gambar 6.6 Kendaraan yang parkir di sembarang tempat Gambar 6.7 Area yang belum terintegrasi dengan fasilitas prasarana transportasi Gambar 6.8 Visualisasi Aksesbilitas paling baik dan paling buruk di Kab.Donggala Gambar 6.9 Lokasi Pantai Tanjung Karang Gambar 6.10 Presentase kondisi jalan di Kab. Donggala Gambar 6.11 Peta Jalan yang dilakukan Perbaikan Gambar 6.12 Peta area yang diberlakukan pembatasan parkir on street Gambar 6.13 Visualisasi Parkir on street Gambar 6.14 Kondisi Ruas Jalan Trans Sulawesi Gambar 6.15 Visualisasi jalan yang membutuhkan fasilitas perlengkapan jalan Gambar 6.16 Visualisasi Jalan di Kab. Donggala Gambar 6.17 Peta Pembuatan Akses Jalan Baru Gambar 6.18 Rencana Penetapan Angkutan Umum Massal Di Kab. Donggala Gambar 6.19 Contoh Sarana Angkutan Umum Massal Gambar 6.20 Tampak Depan Desain Halte Gambar 6.21 Tampak Samping Desain Halte Gambar 6.22 Tampak Atas Desain Halte Gambar 6.23 Penempatan Tempat Henti Kendaraan Angkutan Umum Massal Gambar 6.24 Perencanaan Penempatan Halte Angkutan Perkotaan Gambar 6.25 Contoh Penempatan Halte Gambar 6.26 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Tiga Gambar 6.27 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Empat Gambar 6.28 Peta Lokasi Terminal Usulan dan Terminal Eksisting Gambar 6.29 Kondisi Terminal Banawa Gambar 6.30 Peta jaringan lintas berdasarkan pola pergerakan dan geometrik jalan 6-77 Gambar 6.31 Visualisasi angkutan barang yang parkir disembarang tempat xiii

5 Gambar 6.32 Kondisi Jalan Kab.Donggala Gambar 6.33 Sistem Intermoda Angkutan Barang Gambar 6.34 Peta Lokasi Rencana Titik Simpul Angkutan Barang Kabupaten Banggai 6-80 Gambar 6.35 Peta Lokasi Pelabuhan Nasional, Lokal dan Rencana Pelabuhan Baru 6-81 Gambar 6.36 Alur penyeberangan Tompe Palu Utara Gambar 7.1 Grafik Perbandingan Rasio Pada Ruas Jalan Gambar 7.2 Grafik Perbandingan Js/Jl Kab Donggala xiv

6 DAFTAR TABEL BAB Tabel 2.1 Kebutuhan Data Sekunder Tabel 2.2 Kebutuhan Data Primer Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Doggala Beserta Jumlah Kelurahan 3-2 Tabel 3.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala Tabel 3.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Donggala Tabel 3.4 Karateristik Sosial dan Ekonomi Wilayah Kabupaten Donggala Tabel 3.5.Luas lahan berdasarkan jenis penggunaannya di Kabupaten Donggala Tabel 3.6 Potensi Sumber Daya Mineral Kabupaten Donggala Tabel 4.1 Nama jalan dan Panjang Jalan di Kabupaten Donggala Tabel 4.2 Keadaan Kondisi Jalan Tabel 4.3 Keadaan Perkerasan Jalan Tabel 4.4 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi) Tabel 4.5 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggala) Tabel 4.6 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Palu menuju ke arah Donggala) Tabel 4.7 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu) Tabel 4.8 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah perkantoran menuju ke arah jati) Tabel 4.9 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah dari Jati menuju ke Perkantoran) Tabel 4.10 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala-Palu(arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu) 4-17 Tabel 4.11 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala-Palu (arah dari Palu menuju ke Kab. Donggala) Tabel 4.12 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin vi

7 (arah Jl. Trans Donggala-palumenuju ke arah Donggala) Tabel 4.13 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin (arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-palu) Tabel 4.14 Tabel Tingkat Aksesbilitas Tiap Kecamatan Tabel 4.15 Data Terminal Kabupaten Donggala Tabel 4.16 Jaringan Trayek Kabupaten Donggala Tabel 4.17 Kinerja Angkutan Umum Kabupaten Donggala dengan Perengkingan terburuk Tabel 4.18 Jalan Lintas Angkutan Barang Tabel 4.19 Fasilitas Pelabuhan di Kabupaten Donggala Tabel 4.20 Jumlah Data Bongkar Muat Pada Pelabuhan Donggala Tahun Tabel 5.1 Zona Kabupaten Donggala Tabel 5.2 Bangkitan Perjalanan per Hari Tabel 5.3 Tarikan Perjalanan per Hari Tabel 5.4 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun Tabel 5.5 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun Tabel 5.6 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun Tabel 5.7 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun Tabel 5.8 Distribusi Barang dari Kab Donggala Ke Luar Negeri Tabel 5.9 Distribusi Barang dari Kab Donggala Ke Kabupaten Atau Kota Lain Tabel 6.1 Skenario Operasionalisasi Kawasan Prioritas Pengembangan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 6.2 Output Skenario Fase 1 MP3EI, Tahun Tabel 6.3 Output Skenario Fase 2 MP3EI Tahun Tabel 6.4 Output Skenario Fase 3 MP3EI Tahun Tabel 6.5 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan) Penumpang Pada Tahun Rencana Tabel 6.6 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan) Barang Pada Tahun Rencana Tabel 6.7 Matrik OD Penumpang Tabel 6.8 Matrik OD Penumpang Tabel 6.9 Matrik OD Penumpang MP3EI vii

8 Tabel 6.10 Matrik OD Penumpang Tabel 6.11 Matrik OD Penumpang MP3EI Tabel 6.12 Matrik OD Penumpang Tabel 6.13 Matrik OD Penumpang 2025+MP3EI Tabel 6.14 Matrik OD Penumpang Tabel 6.15 Matrik OD Barang Tabel 6.16 Matrik OD Barang Tabel 6.17 Matrik OD Barang 2015+MP3EI Tabel 6.18 Matrik OD Barang 2020+MP3EI Tabel 6.19 Matrik OD Barang 2025+MP3EI Tabel 6.20 Matrik OD Barang 2030 (ton) Tabel 6.21 Standar Minimal Tingkat Pelayanan Jalan Tabel 6.22 Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Jalan Arteri Primer Tabel 6.23 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Utama Tahun Pada Kondisi Do-Nothing Tabel 6.24 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala Tahun pada kondisi Do-Nothing Tabel 6.25 Rasio Demand-Supply Jaringan Pelayanan Transportasi Tahun pada Kondisi Do-Nothing Tabel 6.26 Perangkingan JS/JL dan Ratio Tertimbang Kab. Donggala Tabel 6.27 Perbandingan Kinerja Sebelum dan Sesudah Pembuatan Akses Tabel 6.28 Data Jalan yang Direncakan Dilalui Angkutan Umum Massal Tabel 6.29 Hirarki Perencanaan Angkutan Umum Tabel 6.30 Lokasi Perencanaan Penempatan Terminal di Kab. Donggala Tabel 7.1 Penjadwalan Program Rencana Induk Transportasi Perkotaan di Kabupaten Donggala Tabel 7.2 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala Tahun Pada Kondisi Do-Something Tabel 7.3 Perbandingan Hasil JS/JL dengan do-something Tabel 7.4 Perbandingan Ratio Supply-Demand Tanpa Skenario Dengan Ratio Supply-Demand dengan skenario viii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah di identifikasi lokasi kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota. Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional mer upakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu d ilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka 1

10 meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional. Koridor Ekonomi Sulawesi dalam sistem ekonomi nasional memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi : a) Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulai lain di Indonesia; b) Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja; c) Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relative tertinggal dibandingkan di daerah lain; d) Infrastruktur perekonomian dan social seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai. Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan, dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya konsisten untuk membangun industri hilir pertambangan dan hasil perkebunan. Hilirisasi industri diiringi pemasaran secara sinergis dan strategis akan menghasilkan pertambahan nilai optimal di dalam koridor yang berimplikasi pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk yang dihasilkan. Pembangunan struktur ruang diarahkan pada pemahaman pola pergerakan barang dari hasil perkebunan (kakao) maupun tambang nikel, dan migas, menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industry, yang berlanjut menuju ke pelabuhan. Untuk itu, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan di setiap provinsi diarahkan untuk melayani angkutan barang disepanjang jalur konektivitas ekonomi di provinsi yang bersangkutan. Demikian pula pembangunan infrastruktur air dan energy dilakukan untuk mendukung produksi pertanian pangan, kakao, maupun pertambangan yang ada disetiap provinsi, yang berujung pada peningkatan manfaat dan nilai tambah produk yang dihasilkan. 2

11 Pembangunan struktur ruang Koridor Ekonomi Sulawesi akan berkembang sejalan dengan pembangunan dan keberadaan jalan raya trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi bagian Selatan hignga utara. Struktur ruang koridor ini mengalami dinamika yang tinggi seiring dengan percepatan pergerakan barang dan orang dari intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor Ekonomi Sulawesi maupun antar antar Koridor Ekonomi Sulawesi dengan koridor ekonomi lainnya di Indonesia. Selain itu, mengingat bahwa koridor ini berada di sisi Samudra Pasifik dan jalur pelayaran Internasional, maka sangat penting untuk dapat menentukan lokasi yang akan berfungsi sebagai hubungan internasional. Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, atau pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan merupakan alternative pelabuhan yang dapat dikembangkan menjadi hubungan internasional. Penetapan hubungan internasional di kawasan Indonesia Timur diharapkan dapat mempercepat pembangunan di Indonesia Timur yang lebih di dominasi oleh pulau-pulau. Sebagai unsur pendorong, Tatrawil berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang strategis. Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) pada hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Tran sportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok). Di sisi lain, fungsi transportasi sebagai unsur promoting dan servicing dalam pengembangan transportasi yang menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis. Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalam Mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional, Propinsi dan Lokal Kabupaten / Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah propinsi (Tatrawil) telah disusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti 3

12 dengan penyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayah Kabupaten / Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yang dapatberperan dalam mendukung perekonomian wilayah (MP3EI) dan mendorong pertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, provinsi hingga nasional/internasional. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari studi ini adalah menyusun Tataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi wilayah dan pola Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, sebagai pedoman pengaturan, pembangunan dan penyelenggaraan transportasi Lokal. Tujuan studi adalah tersedianya dokumen rencana dan program pengembangan transportasi lokal kabupaten/kota di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala, yang efektif dan efisien dalam mendukung Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). 1.3 RUANG LINGKUP a) Ruang Lingkup Pekerjaan Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi permasalahan sistem transportasi lokal yang ada; 2. Identifikasi pelayanan, jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi secara terpadu; 3. Analisis permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan terkait dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI; 4. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi lokal kabupaten / kota; 5. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi; 6. Merumuskan kebijakan, strategi dan program pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi; 7. Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokal dalam kurun waktu 2014, 2019, 2025 dan 2030; 4

13 8. Menyusun rancangan peraturan Bupati / Walikota tentang Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok); 9. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten / Kota untuk mendapatkan masukan alternatif pengembangan jaringan transportasi lokal; b) Ruang Lingkup Jangka Waktu Adapun jangka waktu perencanaan dalam penyusunan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah untuk kurun waktu dari tahun c) Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan Tataran Transportasi Lokal kabupaten/kota terkait dengan permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan, utamanya untuk mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Sulawesi. 1.4 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN Indikator pelaksanaan penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah Tersedianya Dokumen Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas penetapannya di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala. Keluaran kegiatan adalah enam (6) laporan di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala. 1.5 TEMPAT KEGIATAN Pelaksanaan studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah di Koridor IV Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat di gambar berikut ini. 5

14 Gambar 1.1 Wilayah Kegiatan Studi 6

15 BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1 POLA PIKIR Pola pikir penyusunan tatralok pada dasarnya menggunakan pendekatan model perencanaan transportasi. Konsep dasar dari perencanaan transportasi ( transport planning) secara umum adalah untuk hal-hal sebagai berikut : a) Memprediksi jumlah bangkitan perjalanan dan pola pergerakan orang dan barang di kawasan studi, pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijakan investasi perencanaan transportasi. b) Memperkirakan kinerja prasarana transportasi dan efisiensinya untuk semua sistem transportasi yang ada dan yang mungkin diadakan di wilayah studi. c) Menentukan strategi penataan dan pengembangan prasarana transportasi serta penyusunan program untuk implementasinya. Selain pada hal-hal yang telah disebutkan tersebut diatas, Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor IV Sulawesi. Dengan demikian studi ini harus menjadikan MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) harus menjadi rujukan utama dalam penyusunan studi ini. Hal ini disebabkan oleh karena dalam MP3EI, telah dibagi koridor-koridor ekonomi Indonesia yang terdiri atas : a) Koridor Ekonomi Sumatera b) Koridor Ekonomi Jawa c) Koridor Ekonomi Kalimantan d) Koridor Ekonomi Sulawesi e) Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara f) Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku Berdasarkan konsep tersebut di atas, pendekatan sistem dalam perencanaan transportasi di Provinsi Sulawesi Tengah untuk Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam 1

16 Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi tersebut, secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini Kajian Kebijakan Tinjau Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota Inventarisasi Rencana Umum dan Teknis Pengembangan Perhubungan Kebijakan-Kebijakan Nasional Khususnya MP3EI dan MP3KI Kompilasi Data Data Statistik Data Asal Tujuan Potensi Wilayah Prasarana dan Sarana Transportasi Analisis Wilayah Analisis Teknis Analisis Prediksi Pemetaan Demand Pelayanan Transportasi Pola Kecenderungan dan Arah Pengembangan Wilayah Potensi dan Masalah Pengembangan Wilayah Kajian Terhadap RTRW K Analisis Bangkitan Tarikan Analisis Permintaan Transportasi Kab./Kota Model Pengembangan Jaringan Transportasi Kab/Kota Alternatif Pengembangan Transportasi Kab./Kota Alternatif Pemilihan Moda Proyeksi Demand Pelayanan Transportasi Pemetaan Supply Pelayanan Transportasi Proyeksi Supply Pelayanan Transportasi Besaran dan pola pergerakan arus lalu lintas (orang dan barang) Strategi penataan dan pengembangan sistem transportasi yang ada dan yag akan datang untuk agkutan orang dan barang: Sistem angkutan darat Sistem angkutan laut Sistem angkutan udara PENYUSUNAN TINGKAT PRIORITAS PENYUSUNAN PROGRAM UNTUK IMPLEMENTASINYA Kinerja sistem transportasi dan defisiensi: Jaringan jalan Trayek angkutan umum Jaringan lintas angkutan barang Fasilitas bongkar muat barang Fasilitas parkir Guna ruang jalan. Outlet transportasi Prov. Sulawesi Tengah (dermaga, pelabuhan, bandara, terminal) penumpang dan barang) REKOMENDASI: Penataan dan Pengembangan Sistem Transportasi dan Sistem Pendanaannya Gambar 2.1 Metode Pendekatan Teknis 2

17 Secara garis besar pendekatan dan pola pikir yang digunakan didalam pelaksanaan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah sebagai berikut : 2.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah ini dilaksanakan dengan mengacu pada program kerja berikut, disesuaikan dengan petunjuk teknis penyusunan Tatralok yang telah ada.secara umum, alur program yang digunakan dalam pengerjaan pekerjaan ini disajikan pada gambar berikut. TAHAP KEGIATAN Tahap Persiapan Kerangka Persiapan dan Mobilisasi Koordinasi dan Mobilisasi Tim Penajaman Metode dan Rencana Kerja Penyiapan Peta Dasar Pengumpulan Data Awal Kajian Literatur Penyiapan Perangkat Survey Pelaporan Laporan Pendahulu an Pelaksanaan Survey Tahap Survey dan Pengumpulan Data Tinjau Ulang Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota Inventarisasi Rencana Umum dan Teknis Pengembangan Perhubungan Inventarisasi Sistem Perencanaan Pengembangan Perhubungan Identifikasi Kebijakan Pengembangan Transportasi Identifikasi Jaringan Pelayanan dan Jaringan Prasarana Transportasi Eksisting Studi Terdahulu Kompilasi Data Analisis Awal Laporan Antara Analisis Tatralok Analisis Tatralok Tahap Akhir Analisis Teknis Analisis Normatif Analisis Wilayah Kajian Terhadap RTRWK Analisa Bangkitan Tarikan Penyusunan Kebijakan Merumuskan Kebijakan Tatralok Kedepan Wujud Jaringan yang Diinginkan Aspek Integrasi Antar Moda Focus Group Discussion Finalisasi Studi Tersusunnya Tatralok 6 Kota/Kabupaten Sulteng yang Mendukung Percepatan Pembangunan ekonomi Pola Kecenderungan: Dampak Ekonomi Pasar, Demografi yang Akan Datang Lingkungan Strategis Kabupaten/Kota, Propinsi Otonomi Daerah Gambar 2.2 Alur Program Pekerjaan Draft Laporan Akhir Laporan Akhir 3

18 Secara umum, tahapan pekerjaan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi akan terdiri atas tahapan penting, yaitu: a) Tahapan persiapan; b) Tahap pengambilan di lapangan; c) Tahap pengumpulan data dan informasi; d) Tahap FGD; e) Tahap penyusunan laporan akhir. Pada bagian-bagian selanjutnya akan dijelaskan secara mendalam rencana pelaksanaan kajian pada setiap tahapan yang disampaikan. Dalam tahapan-tahapan tersebut.diharapkan tahapantahapan ini dapat menghasilkan jawaban yang tepat bagi pelaksanaan kajian. a) Tahap Persiapan Kajian pustaka atau kajian literatur merupakan bagian penting dari studi ini, yang bertujuan untuk mengkaji studi-studi terdahulu yang dianggap relevan dengan topik bahasan studi ini. Pada dasarnya kajian literatur menghasilkan rangkuman mengenai kajian penelitian yang telah dilakukan, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengembangkan teori atau pendekatan baru yang akan diterapkan dalam studi ini. Sumber-sumber penelitian ini didasari dari berbagai teori yang bersumber dari berbagai text book serta hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai jurnal penelitian dalam bentuk print-out atau hasil unduhandari internet. Kajian literatur ini akan mendukung teori, metodologi, serta data awal dan asumsi-asumsi yang dikembangkan dalam studi ini. Secara umum sumber-sumber tersebut terbagi menjadi tiga kelompok informasi, yaitu: Text book; pada dasarnya merupakan sumber landasan teori yang menjadi acuan dari studi ini. Dari berbagai sumber literatur tersebut diperoleh berbagai acuan tentang teori perkiraan bangkitan perjalanan orang dan barang, perkiraan distribusi perjalanan, pemilihan moda, dan perencanaan trayek/rute operasi Hasil Studi Sebelumnya; merupakan hasil-hasil studi yang telah dilakukan tentang penyusunan tatralok dan pengambilan kebijakan pada penyusunan sistranas, tatranas, dan tatrawil serta penyelarasan tatralok dengan rencana tata ruang wilayah. 4

19 Data sekunder; diperoleh dari berbagai sumberyang berasal, antara lain, dari internet serta dari instansi terkait, seperti Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, dan Biro Pusat Statistik. b) Persiapan Survey Survei primer maupun sekunder dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang belum dimiliki sebagai bahan atau input dari proses analisis yang akan dilakukan. Sebelum melakukan survei perlu dilakukan inventarisasi data dan informasi yang diperlukan pada proses analisis, sehingga survei dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Pada tahap persiapan survei ini dilakukan penetapan metoda survei dan penyiapan SDM dan koordinasi. Penetapan metoda survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. SDM dan alat alat survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. Sebagai gambaran awal, salah satu survei yang akan dilakukan adalah melakukan wawancara dengan instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengetahui persepsinya tentang tingkat penyediaan, tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan sarana perhubungan. c) Persiapan Analisis Tahap persiapan analisis dititikberatkan pada identifikasi dan perumusan masalah. Sehingga akan terbentuk pola pikir studi yang tepat dalam pengerjaan pekerjaan ini. Termasuk ke dalam persiapan proses analisis adalah: 1. Kajian terhadap Kebijakan Pemerintah yang relevan, antara lain: Undang undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Undang undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Undang undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Undang undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Undang undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah 2. Kajian terhadap Kebijakan Nasional Sistranas dan Tatranas 5

20 Sislognas MP3EI MP3KI RPJM RPJM Provinsi Sulawesi Tengah RPJMD masing-masing Kabupaten/Kota (wilayah kajian) 3. Kajian terhadap Sinergitas Pusat, Wilayah dan Lokal 4. Kajian terhadap Permasalahan Transportasi Wilayah dan Lokal Sinkronisasi MP3EI dengan Tatrawil serta Tatralok Sinkronisasi Sislognas dengan Tatrawil serta Tatralok Pola Pembiayaan KPS Pada tahap persiapan analisis ini juga akan dipilih metoda yang sesuai untuk pemetaan potensi dan kendala, dan metoda penyusunan kebijakan. d) Tahap Pengambilan di Lapangan/Survey Tahap pengumpulan data dengan pelaksanaan survei, baik di Pusat (Jakarta) maupun di Daerah ( 1 Kota, 5 Kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah). Sasaran dari pengumpulan data adalah mendapatkan bahan bahan input untuk proses analisis yang akan dilakukan selanjutnya.pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait maupun dari studi studi sebelumnya : Tabel 2.1 Kebutuhan Data Sekunder No Jenis Data Sumber 1 Dokumen Perencanaan - RTRW (Nasional, Pulau Sulawesi, Propinsi Sulawesi Tengah dan Propinsi Perbatasan) - RTRW Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Sistranas, Tatranas, Tatrawil dan Tatralok 6 - Kementerian Koordinator Perekonomian - Kementerian PU - Kementerian Perhubungan - Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara - Pemerintah Daerah Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Instansi terkait lainnya

21 No Jenis Data Sumber - MP3EI 2 Data dan peta Jaringan Transportasi Jalan SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Eksisting - Rencana - Dinas PU Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Dinas Perhubungan Prop SULTENG - Dinas Perhubungan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala 3 Hasil O-D Nasional Badan Litbang Kementerian Perhubungan 4 Data Sosio Ekonomi - BPS Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala 5 Jaringan pelayanan & prasarana transportasi Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala (trayek, terminal, dermaga/pelabuhan,bandara) - DISHUB Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Pengelola Pelabuhan - Pengelola Bandara 6 Studi-studi terdahulu yang terkait - Dinas/Instansi terkait lainnya Sumber : Hasil Analisis, 2013 Pada dasarnya survai lapangan dilakukan untuk melakukan verifikasi terhadap data yang diperoleh melalui survey data sekunder. Dari Kerangka Acuan Kerja dapat ditarik beberapa item data yang harus dikumpulkan konsultan melalui survey lapangan dalam pelaksanaan Studi Tinjau Ulang TATRAWIL Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi di Koridor IV Sulawesi ini, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Kebutuhan Data Primer No Jenis Data Sumber 1 Data guna lahan Survey land use 2 Data volume lalu lintas Survey traffic counting 3 Data inventarisasi jalan Survey road inventory 7

22 No Jenis Data Sumber 4 Data inventarisasi terminal, dermaga/pelabuhan, bandara Survey inventarisasi terminal, pelabuhan, bandara 5 Data bongkar muat barang Survey lokasi bongkar muat barang 6 Data kinerja terminal, dermaga/pelabuhan, bandara Survey performance terminal, pelabuhan dan bandara 7 Data O-D (up date) Survey wawancara 8 Data persepsi regulator, operator dan user terhadap pengembangan jaringan transportasi di Sulawesi Tengah Survey wawancara Sumber : Hasil Analisis, 2013 e) Tahap Pengolahan, Analisa dan Evaluasi/Kompilasi Data Tahap kompilasi data merupakan proses mengumpulkan data berupa narasi, tabel dan peta yang akan dijadikan masukan (input) pada proses analisis. Data yang disajikan merupakan data terbaru yang didapat dari berbagai instansi terkait, terutama Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, Badan Pusat Statistik, dan Bakosurtanal. Tahapan ini dilakukan setelah data-data primer serta sekunder mengenai kajian terkumpul dari lokasi-lokasi survey. Pelaksanaan tahap Pengolahan, Analisis dan Evaluasi akan dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut: 1. Pengelompokkan data dan informasi yang dikumpulkan 2. Tabulasi Data Kuesioner sesuai dengan metode analisa yang akan digunakan 3. Analisis dan Evaluasi Data berdasarkan masing-masing lokasi survey 4. Analisis data dengan software aplikasi yang sesuai 5. Identifikasi persoalan berdasarkan analisa yang telah dilakukan 6. Penyusunan Laporan Sementara/Draft Laporan Akhir 8

23 f) Tahap Input Tahap input merupakan masukan berupa faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses analisis dan pengambilan keputusan rekomendasi. Beberapa input yang diperlukan dalam Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini meliputi : 1. Kondisi fisik wilayah, yang meliputi batas wilayah, luas wilayah, iklim, topografi, kondisi tanah dan batuan; 2. Kondisi sosial ekonomi wilayah yang meliputi: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan, penduduk usia produktif, tingkat PDRB dan PDRB perkapita, besaran ekspor dan impor, tingkat inflasi, komoditas andalan; 3. Kondisi transportasi, yang meliputi identifikasi jaringan sarana dan prasarana, jaringan pelayanan, moda unggulan serta identifikasi kinerja moda-moda transportasi di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri atas moda transportasi jalan raya, jalan rel, moda transportasi udara serta moda transportasi air yang meliputi angkutan sungai dan penyeberangan (ASDP) dan angkutan laut. 4. Peraturan dan regulasi yang terkait, yang meliputi Undang-undang dan peraturan pelaksanaan di bawahnya yang berkaitan dengan transportasi dan MP3EI. 5. Kebijakan yang berkaitan dalam lingkup regional (misalnya RTRWP, Sistem Transportasi Wilayah/Regional); dan lingkup nasional (misalnya RTRWN, Sistem Transportasi Nasional). g) Tahap Proses Tahap proses merupakan tahap pengkajian dan analisis terhadap masukan yang diperoleh dari tahap sebelumnya, meliputi : 1. Identifikasi dan analisis awal isu-isu strategis yang terkait dengan kondisi fisik wilayah; kondisi sosial ekonomi; kondisi transportasi; dan rencana penataan tata ruang yang ada; 2. Analisis kelembagaan dan finansial mencakup peraturan perundang-undangan dan kepemilikan; pengusahaan jasa transportasi; koordinasi kelembagaan dan efisiensi; analisis pola pendanaan/pembiayaan; 3. Analisis penyediaan jaringan transportasi, mencakup identifikasi jaringan prasarana dan pelayanan transportasi antar zona dalam skala propinsi serta skala regional dan nasional terkait; analisis tingkat pelayanan/kinerja operasional; analisis kinerja biaya; analisis 9

24 keterpaduan antar dan intra moda serta pelayanan multimoda; analisis dampak pengoperasian sistem transportasi; 4. Analisis permintaan jasa transportasi, mencakup penentuan zona; bangkitan dan distribusi arus barang dan orang; analisis pola arus barang dan orang serta model pengembangan transportasi; pemilihan moda; 5. Identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang, mencakup identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang berdasarkan tingkat kinerja sasaran saat ini; pengaruh peningkatan operasional terhadap kebutuhan transportasi di waktu yang akan datang; pendefisian dan kriteria koridor kritis; 6. Analisis dan evaluasi alternatif koridor kritis, mencakup analisis pilihan jenis angkutan pada koridor kritis; permintaan lalu lintas terhadap jenis angkutan pada koridor kritis; penyusunan, analisis dan evaluasi perencanaan pada koridor kritis; serta peringkat koridor kritis. 7. Analisis dan evaluasi alternatif rencana dan program transportasi wilayah, mencakup penyusunan alternatif; modal split dan arus lalu lintas di waktu yang akan datang; dampak jangka panjang terhadap alternatif rencana pola arus lalu lintas; analisis komprehensif masing-masing alternatif; serta evaluasi alternatif rencana. Tahap output sebagai tahap akhir studi merupakan tahap penyusunan rekomendasi yang terkait dengan rencana pengembangan jaringan sarana dan prasarana transportasi wilayah yang mencakup struktur jaringan, pelayanan transportasi, moda transportasi unggulan, serta outlet wilayah yang akan digunakan bersama-sama dokumen RTRW Provinsi Sulawesi Tengah dalam pengambilan kebijakan penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana transportasi di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada horizon waktu 20 tahun. h) Focus Group Discussion Diskusi yang melibatkan tim penyedia jasa, tim teknis pengguna jasa, dan para nara sumber yang disiapkan oleh pengguna jasa. Diskusi ini adalah suatu interaksi komunikasi antara tim teknis penguna jasa, tim penyedia jasa, dan para nara sumber. 10

25 i) Tahap Penyusunan Laporan Akhir Tahap akhir ini dilakukan setelah melakukan koordinasi dan diskusi dengan pihak pusat dan daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Pada tahap ini dilakukan perumusan naskah akademis Tataran Transportasi Lokal1 Kota dan 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang berisikan tentang rumusan kebijakan Sistranas pada Tatralokdi Provinsi Sulawesi Tengah, landasan pengembangan jaringan transportasi lokal, pengembangan jaringan pelayanan transportasi, dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokal yang tersusun berdasarkan program pembangunan jangka pendek dan menengah. Tahap finalisasi merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan. Seperti dijelaskan sebelumnya, keluaran yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini adalah tersusunnya Dokumen hasil kajian tataran transportasi lokal di 1 Kota, 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan tahap ini akan dilakukan dengan dengan langkahlangkah berikut: 1. Penyempurnaan Laporan Kemajuan 2. Penyesuaian hasil diskusi teknis dan hasil FGD 3. Penyusunan Laporan Akhir 11

26 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI KABUPATEN DONGGALA A. Letak Wilayah Studi Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5, kilometer 2 secara geografis terletak di antara 0º30 LU dan 2º20 LS, dan 119º45-121º45 BT persegi terbagi menjadi 16 kecamatan dimana Kecamatan Rio Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 km2.pada Tabel 3.1 berikut ini ditampilkan luas wilayah kecamatan di Kabupaten Donggala beserta jumlah kekelurahan/desa pada tiap kecamatan. Gambar 3.22 Peta Administrasi Kabupaten Donggala Kondisi topografis Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam. Puncak tertinggi pada kawasan tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas 1

27 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 ± 700 m dari permukaan laut.pada Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong terdapat tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Doggala Beserta Jumlah Kelurahan No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase Jumlah Kelurahan / Desa 1 Rio Pakava 872,16 16,53% 14 2 Pinembani 402,61 7,63% 6 3 Banawa 99,04 1,88% 14 4 Banawa Selatan 430,67 8,16% 15 5 Banawa Tengah 74,64 1,41% 7 6 Labuan 126,01 2,39% 6 7 Tanantovea 302,64 5,74% 8 8 Sindue 177,19 3,36% 12 9 Sindue Tombusabura 211,55 4,01% 5 10 Sindue Tobato 211,92 4,02% 5 11 Sirenje 286,94 5,44% Balaesang 314,23 5,96% Balaesang Tanjung 188,85 3,58% 8 14 Damsol 732,76 13,89% Sojol 705,41 13,37% 9 16 Sojol Utara 139,07 2,64% 4 Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS 2

28 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 Kabupaten Donggala dengan luas wilayah 5.275,69 km2 mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Toli-Toli : Kabupaten Sigi, Kota Palu, dan wilayah Propinsi Sulawesi Barat : Selat Makassar dan Wilayah Provinsi Sulawesi Barat : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi B. Kependudukan Penduduk Kabupaten Donggala mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2012 mencapai jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir Tahun 2012 kepadatan penduduk rata-rata mencapai 86,4 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala 5.275,69 km². Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Banawa merupakan wilayah dengan kepadatan tertinggi yaitu 358 jiwa/km², hal ini dikarena Kecamatan Banawa adalah merupakan Ibukota Kabupaten Donggala, sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah yaitu sebanyak 16,3 jiwa/km². Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa terdapat 35,78 persen penduduk masih berusia dibawah 15 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Donggala masih tergolong penduduk muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia nonproduktif dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan pada Tahun 2010 yaitu sebesar 65. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 orang penduduk usia tidak produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa terdapat 35,78 persen penduduk masih berusia dibawah 15 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Donggala masih tergolong penduduk muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia nonproduktif dengan penduduk 3

29 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 usia produktif dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan yaitu sebesar 65. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 orang penduduk usia tidak produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Pada Tabel 3.2 berikut ditampilkan data kependudukan Kabupaten Donggala. Tabel 3.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala Luas Tahun No Kecamatan Wilayah (Km2) RioPakawa 872, Pinembani 402, Banawa 99, BanawaSelatan 430, BanawaTengah 74, Labuan 126, Tanantovea 302, Sindue 177, SindueTombusabora 211, SindueTobata 211, Sirenja 286, Balaesang 314, BalaesangTanjung 188, Damsol 732, Sojol 705, SojolUtara 139, Total 5275, Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS 4

30 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 Berdasarkan data penduduk menurut lapangan pekerjaan Kabupaten Donggala lapangan pekerjaan yang dominan dilakukan oleh masyarakat yaitu pertanian dan jasa. Ini dapat dilihat dari jumlah orang yang berpenghasilan dari pertanian yaitu sebanyak jiwa dan jasa sebanyak jiwa. Sebagai salah satu daerah penerima transmigrasi yang sangat potensial di Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala hingga Tahun 2011 telah menempatkan sebanyak Kepala Keluarga (KK) atau ji wa transmigran. Jumlah tersebut terdiri dari KK (26.907Jiwa) Transmigran Umum dan 355 KK (1.367 Jiwa) Transmigran Swakarsa. C. PDRB Wilayah Studi Produk Domestik Regional Regional Bruto Kabupaten Donggala tahun 2011 berdasarkan harga berlaku sebesar juta rupiah. Nilai ini mengalami peningkatan 21% dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sebesar juta rupiah. Demikian pula terjadi peningkatan yang signifikan pada produk domestic regional bruto riil yang mencapai juta rupiah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar juta rupiah. Dengan demikian secara umum PDRB Kabupaten Donggala tahun 2012 baik atas dasar harga berlaku maupun konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. PDRB menurut sektor ekonomi yang paling besar kontribusinya dalam perekonomian di Kabupaten Donggala berasal dari sektor pertanian, yang mencapai 39,14%. Peranan terbesar kedua pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 20,04%. Sedangkan peranan terbesar ketiga pada sektor perdagangan, hotel,dan restoran, yang mencapai 13,35%. 5

31 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 Tabel 3.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Donggala No Sektor Usaha / Lapangan Usaha Tahun ( Rp. Jutaan) Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa TOTAL Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS

32 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 Tabel 3.4 Karateristik Sosial dan Ekonomi Wilayah Kabupaten Donggala No. Karakteristik Sosial Ekonomi Kabupaten Donggala 1 Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB ADHB(Juta Rp) PDRB Perkapita (Rp) Sektor Ekonomi Yang Paling Berpengaruh Pertanian (38,62%); Jasa-jasa (18,65%) 5 Transportasi Dalam PDRB (6,97% dari PDRB) Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS D. Kondisi Tata Guna Lahan Daerah Studi Berdasarkan data Hasil perhitungan peta penggunaan lahan, dari luas keseluruhan daratan Kabupaten Donggala ,00 Ha (5.275,69 Km2); 1,23 persen merupaka n lahan untuk permukiman, pertambangan 0,12 persen, pertanian yang terbagi atas lahan basah, 2,66 persen, lahan kering 21,14 persen, perkebunan 13,45 persen, dan sebagian besar yaitu 61,36 persen berupa hutan, padang rumput, sungai dan danau. Tabel 3.5.Luas lahan berdasarkan jenis penggunaannya di Kabupaten Donggala Jenis Penggunaan Lahan Luas penggunaan Persentase lahan (Ha) (%) Permukiman 6.480,00 1,23 Pertambangan 650,00 0,12 Perikanan/Tambak 222,60 0,04 Pertanian lahan basah ,00 2,66 Pertanian lahan kering ,62 21,14 Perkebunan ,89 13,45 KSA, KPA, Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Konversi ,89 61,36 Jumlah ,00 100,00 Sumber : RPJMD Kabupaten Donggala

33 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 E. Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Donggala, secara geologis memungkinkan bagi terbentuk, dan tersebarnya bahan galian non logam dan logam. Batuan yang menyusun Kabupaten Donggala terdiri baik dari batuan induk dari batuan beku, sedimen dan metamorf maupun rombakan batuan asal yang tersebar luas hampir di seluruh Kabupaten Donggala. Material hasil rombakan ini yang nantinya menjadi primadona dan sumber Pendapaan Asli Daerah (PAD) bagi kabupaten Donggala dalam menunjang kelangsungan perekonomian. Potensi sumber daya mineral yang terdapat kabupaten Donggala adalah emas, niji besi, tembaga, batu bara, dan berbagai mavam potensi sumber daya mineral lainnya. Gambar 3.23 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Donggala 8

34 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah 2013 Tabel 3.6 Potensi Sumber Daya Mineral Kabupaten Donggala. Jenis Sumber No Daya Deposit Lokasi Keterangan 1 Emas ha Kec. Balaesang Tanjung Tahap Eksplorasi PT. DRK ha Kec. Labuan Tahap Eksplorasi PT. WMN ha Kec. Balaesang Tahap Eksplorasi PT. BMS ha Kec. Sirenja Tahap Eksplorasi PT. BMS ha Kec. Damsol Bahan Bakar Fosil Sumber Energi Panas ha Kec. Banawa Tahap Eksplorasi PT. BAS ha Kec. Rio Pakava Tahap Eksplorasi PT. BMS 2 Biji Besi ha Kec. Sojol ha Kec. Damsol ha Kec. Sindue ha Kec. Tombusabora ha Kec. Banawa Tengah 3 Tembaga ha Kec. Tanantovea ha Kec. Pinembani ha Kec. Pinembani 4 Batu Bara 0,331 juta m3 Kec. Sindue s/d Kec. Tobato 5 Gabro Kec. Damsol Lembah ha (Gabbro) Mukti ha Kec. Pinembani 6 Granit 12,31 milyar m3 Kec. Sojol & Sojol Utara 8,43 milyar m3 Kec. Balaesang 2,40 m3 Kec. Sirenje 7 Pasir Felspar Kwarsa 15,90 juta m3 Kec. Damsol 9

35 Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Provinsi Sulawesi Tengah ,30 juta m3 Kec. Balaesang 0,51 juta m3 Kec. Sirenje 8 Diorit & Adesit 30 ha Kec. Tanantovea 120 ha Kec. Labuan 500 ha Kec. Banawa 50 ha Kec. Sindue 25 ha Kec. Sin Tobata 40 ha Kec. Tombusabor 75 ha Kec. Sirenja 9 Lampung dan Tanah Liat 5,10 juta m3 Kec. Banawa 24,40 juta m3 Kec. Damsol 10

36 BAB IV KONDISI EKSISITING WILAYAH STUDI KABUPATEN DONGGALA A. TRANSPORTASI DARAT 1. Jaringan Prasarana Jalan Kabupaten Donggala memiliki panjang jalan sepanjang 871,40 km yang terbagi di beberapa kecamatan. Total panjang jalan pada Kecamatan Banawa sebesar 107,54 km, untuk Kecamatan Banawa Tengah sebesar 43,30 km, untuk Kecamatan Banawa Selatan sebesar 137,90 km, untuk Kecamatan Rio Pakava sebesar 46 km, untuk Kecamatan Pinembani sebesar 62 km, untuk Kecamatan Tanatovea sebesar 48,90 km, untuk Kecamatan Labuan sebesar 23,37 km, untuk Kecamatan Sindue sebesar 34,42 km, untuk Kecamatan Sindue Tambusabora sebesar 33,20 km, untuk Kecamatan Sindue Tobata sebesar 31 km, untuk Kecamatan Sirenja sebesar 110,05 km, untuk Kecamatan Balaesang sebesar 93,65 km, untuk Kecamatan Balaesang Tanjung sebesar 44,20 km, untuk Kecamatan Dampelas sebesar 98,80 km, untuk Kecamatan Sojol sebesar 78,95 km, untuk Kecamatan Sojol Utara sebesar 22 km. Rincian nama jalan yang berada pada Kabupaten Donggala dengan panjang jalan dari tiap-tiap jalan tersebut dapat dilihar pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Nama jalan dan Panjang Jalan di Kabupaten Donggala No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) KABONGA BESAR - SALUBOMBA 14,00 2 BONEOGE - PUSAT LAUT 3,00 3 SP. TG. KARANG - BONEOGE 4,40 1

37 No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) LOLI TASIBURI - AIR TERJUN 1,50 5 LOLI INDAH - PERMANDIAN 1,50 6 GANTI - BONE OGE 6,00 7 DUSUN IV GANTI - TG.KARANG 2,30 8 GANTI KABUTI - BATU PUTIH 3,00 9 KABONGA BESAR - TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH (TPA) 3,00 10 TOSALE - DUSUN KANGANDO 1,80 11 GANTI - DUSUN LAPALOANG 2,00 12 LOLI PESUWA - POWELUA 8,50 13 LIMBORO - PUSAT LAUT 4,80 14 LIMBORO - BAMBARIMI 17,80 15 TOWALE - BONEOGE 10,50 16 LEMBASADA - BAMBARIMI 5,60 17 POWELUA - INTAKE AIR BERSIH 3,50 18 LIMBORO PUSAT LAUT - DUSUN AVUMPAE 1,10 19 SP.LEMBASADA - TANAMEA 2,00 20 BAMBARIMI - SALUMPAKU 8,60 21 BAMBARIMI - PERKEBUNAN 3,30 22 LALOMBI - SALUMPAKU 6,70 23 LALOMBI I - SALUMPAKU I 2,50 24 WATATU - TANAMPULU 8,90 25 SP. WATATU - SURUMANA BARU 2,00 26 WATATU - MBUWU 3,30 27 MBUWU - ONGULARA 7,00 28 TANAMEA - DUSUN IV PERKEBUNAN 2,00 2

38 No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) ONGULARA - GIMPUBIA 37,00 30 SP. TANAMPULU - LALUNDU 86,60 31 TAIPA - BALE 6,20 32 PANTOLOAN - WOMBO 4,20 33 KINTALAWE - LIKU 2,00 34 WANI - LANTA 5,50 35 WANI - LIMOYONG 4,00 36 WANI II - WANI I 3,00 37 WANI II - LELEA 3,00 38 WOMBO - AIR TERJUN 11,00 39 LABUAN - DALAKA 10,40 40 LABUAN - POL. AIRUD 0,40 41 LABUAN TOPOSO - SIMOO 2,50 42 LAIBA - DUSUN TARABU 2,80 43 TOAYA - TARIPA 6,60 44 SUMARI - APE 2,80 45 SUMARI - KUMBASA 3,30 46 MASAINGI - APE SALOYA 11,00 47 ENU - P K M T 2,30 48 TIBO - SALOYA 10,80 49 SP. SALOYA - TOKESALE 1,70 50 SALOYA - DUSUN PALAYUA 4,00 51 BATUSUYA - TAMARENJA 9,70 52 KALIBURU - PERKEBUNAN 3,00 53 TAMARENJA - SALOYA 20,00 3

39 No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) OTI - PKMT SIPESO 4,50 55 SIKARA - PKMT 3,00 56 SP. OMBO - PITULEMPA 7,00 57 OMBO - SIOTI 5,00 58 TONDO - JONO 2,50 59 SP. TONDO - SAO 2,60 60 BALINTUMA - DOMPU 2,50 61 TG. PADANG - OMBO 13,45 62 TOMPE - SIBADO 3,00 63 SIBADO - SIPI 2,50 64 SP. LENDE - LOMBONGA/LOBU 6,00 65 SIOTI - PITULEMPA 3,00 66 TANJUNG PADANG - KOTA 3,00 67 DAMPAL - JONO 2,50 68 BALINTUMA - SIPI 2,00 69 OMBO - PURA PERKEBUNAN 18,00 70 SIPI - PURA PERKEBUNAN 14,00 71 LENDE - AIR TERJUN GUMBASA 15,00 72 UWELENTE - AIR PANAS 5,00 73 BOSA - LOMBONGA 1,20 74 LABEAN - MAPAGA 2,00 75 LABEAN - MANIMBAYA 47,00 76 KAMONJI - LOMBONGA 39,20 77 SINJALIANG - MAPAGA 5,00 78 MELI - IRIGASI 1,80 4

40 No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) SIWELI - PERKEBUNAN 4,00 80 TAMBU - KAMPUNG BARU 1,90 81 SIBAYU - SIOYONG 17,30 82 SP.SIBAYU - PKMT 2,50 83 SIBOALONG - DUSUN II 3,00 84 Sp. LABEAN MAPAGA - SP. LABEAN MANIMBAYA 1,00 85 LABEAN - DUSUN II (PKK) 1,50 86 MELI - DUSUN IV DAN VI 3,00 87 MELI - DUSUN III ABO 0,30 88 LOMBONGA - SINJALIANG 3,00 89 SP. SIOYONG - PEMUKIMAN / DUSUN III 2,50 90 KAMBAYANG - SABANG 20,00 91 LONG - LEMBAH MUKTI 9,80 92 LAMBONANG - UNIT I MALONAS 9,00 93 RERANG - SIRAURANG 4,00 94 MALONAS I - MALONAS III 6,00 95 BINA MUKTI - RERANG 6,00 96 SABANG - DUSUN I 2,00 97 KARYA MUKTI - DUSUN IV 4,00 98 TALAGA DUSUN I - DUSUN IV 4,00 99 PONGGERANG - DUSUN IV 8, PARISAN AGUNG - BUDI MUKTI 6, PANII - KARYAMUKTI 16, SIWALA - SIWALEMPU 3, OU - PKMT TRANS 3,20 5

41 No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) OU - PANGALASIANG 2, BABATONA - PEMUKIMAN TRANS 21, SP. OU PKMT - MALAGA 10, BALUKANG - DUSUN III PONJU 5, SIBOANG - DUSUN I 5, BOU DUSUN I - DUSUN II 4, TONGGOLOBIBI - PELABUHAN 1, TONGGOLOBIBI - DUSUN TAIPA 2, TONGGOLOBIBI - BUKIT HARAPAN 8, BALUKANG - MTS DDI 1, SIBOANG - DUSUN MAROS 8, OGOAMAS - BENGKOLI 6, OGOAMAS I - LABULAN 3, LENJU - DUSUN I - II 5, OGOAMAS II - DUSUN MANUBA 5, POLANTO JAYA - MINTI MAKMUR 12, LALUNDU KAMPUNG - LALUNDU IV 8, LALUNDU - TINAUKA 8, LALUNDU - TOVIORA 8,00 JUMLAH 871,40 Kabupaten Donggala pada Tahun 2011 memiliki ruas jalan yang di aspal sepanjang 714,64 km yang terdiri dari Jalan Negara 320,02, Jalan Propinsi 7,89 dan Jalan Kabupaten 386,73 km. Jalan di Kabupaten Donggala sepanjang 1.343,22 km, kondisinya yang ada sekarang ini sebagian sudah rusak dan rusak berat yaitu 195,57 6

42 km rusak dan 253,91 km rusak berat, sedangkan yang baik sepanjang 344,88 km dan yang kondisinya sedang 139,06 km, yang memprihatikan adalah jalan sepanjang 198,81 km belum tembus. Selain keadaan kondisi akan jalan yang ada di Kabupaten tersebut diamana keadaan perkerasan akan jalan di Kabupaten Donggala juga Sebagian besar masih berupa kerikil, Tanah dan bahkan masih ada yang belum terinci. Keadaan kedua kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.44 berikut ini: Tabel 4.2 Keadaan Kondisi Jalan Negara Propinsi Kabupaten Jumlah Baik 249,12 2,4 204,36 455,88 Sedang 67,1 2 69,96 139,06 Rusak 2,4 3,49 289,68 295,57 Rusak Berat 1, ,51 253,91 Belum Tembus ,81 198,81 Total 1343,23 Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa panjang jalan dengan kondisi baik sepanjang 455,88 km, untuk jalan dengan kondisi sedang sepanjang 139,06, untuk jalan dengan kondisi rusak sepanjang 295,57 km, untuk jalan dengan kondisi rusak berat sepanjang 253,91 dan untuk jalan dengan kondisi belum tembus atau belum memiliki akses sepanjang 198,81 km. 7

43 Tabel 4.3 Keadaan Perkerasan Jalan Negara Propinsi Kabupaten Jumlah Diaspal 320,02 7,89 386,73 714,64 Kerikil ,39 239,39 Tanah ,93 220,93 Tidak dirinci ,26 168,26 Total 1343,22 pada tabel diatas dapat diketahui panjang jalan dengan kondisi di aspal sepanjang 714,64 km, untuk panjang jalan dengan kondisi kerikil sepanjang 239,39, untuk panjang jalan dengan kondisi jalan tanah sepanjang 220,93 km, dan untuk kondisi jalan dengan kondisi tidak dirinci sepanjang 168,26 km. 8

44 Berikut merupakan beberapa gambar dari jalan yang ada pada Kabupaten Donggala : Gambar 4.1 Visualisasi Jalan di Kabupaten Donggala 9

45 2. Kinerja Jalan Kinerja jaringan pada tiap ruas jalan berbeda, tergantung dari fungsi tata guna lahan disekitarnya dan kelas jalan tersebut, berikut merupakan volume dari beberapa ruas jalan yang terdapat di Kabupaten Donggala : a. Jalan Petalolo Gambar 4.2 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Petalolo (Arah Donggala ke arah Trans Sulawesi dan Sebaliknya) Dari gambar 4.41 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Petalolo di Kab. Donggala, pada arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Sedangkan pada arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggalavolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Petalolo dapat dilihat pada Tabel 4.46 dan Tabel 4.47 berikut. Tabel 4.4 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total

46 No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Petalolo arah dari Kabupaten Dongggala menuju Jl. Trans Sulawesi terdapat pada jam sebesar 113 smp/jam. Tabel 4.5 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggala) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data,

47 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Petalolo arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju Kabupaten Donggala terdapat pada jam sebesar 113 smp/jam. b. Jalan Trans Sulawesi (Tambu) Gambar 4.3 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Sulawesi (Arah Palu ke arah Donggala dan Sebaliknya) Dari gambar 4.42 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Trans Sulawesi (Tambu) di Kab. Donggala, pada arah dari Palu menuju ke arah Donggala, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Sedangkan pada arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Trans Sulawesi (Tambu) dapat dilihat pada Tabel 4.48 dan Tabel 4.49 berikut. 12

48 Tabel 4.6 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Palu menuju ke arah Donggala) Waktu No. MC LV HV Total Pengamatan Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Sulawesi arah dari Arah Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam sebesar 239 smp/jam. Tabel 4.7 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total

49 No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Sulawesi arah dari Arah Donggala menuju Arah Palu terdapat pada jam sebesar 283 smp/jam. c. Jalan Jati Gambar 4.4 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Jati (Arah Perkantoran ke arah Jati dan Sebaliknya) Dari gambar 4.43 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Jati di Kab. Donggala, pada arah perkantoran menuju ke arah jati, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Sedangkan pada arah dari Jati menuju ke Perkantoranvolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Jati dapat dilihat pada Tabel 4.50 dan Tabel 4.51 berikut. 14

50 Tabel 4.8 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah perkantoran menuju ke arah jati) Waktu No. MC LV HV Total Pengamatan Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Jati arah dari Arah Perkantoran menuju Arah Jati terdapat pada jam sebesar 380 smp/jam. Tabel 4.9 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah dari Jati menuju ke Perkantoran) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total

51 No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Jati arah dari Arah Jati menuju Arah Perkantoran terdapat pada jam sebesar 415 smp/jam. d. Jalan Trans Donggala Palu Gambar 4.5 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Donggala-Palu (Arah Kab. Donggala ke Palu dan Sebaliknya) Dari gambar 4.44 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Trans Donggala-Paludi Kab. Donggala, pada arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Sedangkan pada arah dari Palu menuju ke Kab. Donggalavolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Trans Donggala-Palu dapat dilihat pada Tabel 4.52 dan Tabel 4.53 berikut. 16

52 Tabel 4.10 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala- Palu(arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Donggala - Palu arah dari Arah Donggala menuju Arah Palu terdapat pada jam sebesar 522 smp/jam. Tabel 4.11 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala-Palu (arah dari Palu menuju ke Kab. Donggala) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total

53 No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Donggala - Palu arah dari Arah Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam sebesar 469 smp/jam. e. Jalan Thamrin Gambar 4.6 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Thamrin (Arah Trans Donggala-palu ke Palu dan Sebaliknya) Dari gambar 4.45 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Thamrindi Kab. Donggala, pada arah Jl. Trans Donggala-palumenuju ke arah Donggala, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul Sedangkan pada arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-paluvolume lalu lintas 18

54 terbesar adalah antara pukul Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Thamrin dapat dilihat pada Tabel 4.54 dan Tabel 4.55 berikut. Tabel 4.12 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin (arah Jl. Trans Donggala-palumenuju ke arah Donggala) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Thamrin dari Jl. Trans Donggala - Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam sebesar 63 smp/jam. Tabel 4.13 Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin (arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-palu) No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total

55 No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Thamrin dari Arah Donggala menuju Jl. Trans Donggala - Palu terdapat pada jam sebesar 80 smp/jam. Gambar 4.7 Peta Kinerja Ruas Jalan Kab. Donggala 20

56 2. Aksesbilitas Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Tingkat Aksesbilitas Kabupaten Donggala dari indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.14 Tabel Tingkat Aksesbilitas Tiap Kecamatan Luas Panjang No Kecamatan Wilayah Aksesbilitas Perengkingan jalan (Km) (Km2) 1 Rio Pakava 872, , Sojol 705,41 78,95 0, Dampelas 732,76 98,8 0, Sindue Tobata 211, , Pinembani 402, , Sindue Tombusabura 211,55 33,2 0, Sojol Utara 139, , Tanantovea 302,64 48,9 0, Labuan 126,01 23,37 0, Sindue 177,19 34,42 0, Balaesang Tanjung 188,85 44,2 0, Balaesang 314,23 93,65 0, Banawa Selatan 430,67 137,9 0, Sirenja 286,94 110,05 0, Banawa Tengah 74,64 43,3 0, Banawa 99,04 96,27 0, Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kinerja aksesbilitas paling butuk terdapat pada kecamatan Rio Pakava dengan nilai aksesblitas sebesar 0,05 dimana luas

57 Kecamatan Rio Pakava seluas 872,16 km 2 dan jumlah panjang jalan yang dimiliki sepanjang 46 km. Dan untuk kinerja aksesbilitas paling baik terdapat pada kecamatan Banawa dengan nilai aksesbilitas sebesar 0,97 dengan luas wilayah seluas 99,04 km 2 dan panjang jalan yang dimiliki sepanjang 96,27 km. Peta kinerja aksesbilitas dapat dilihat pada peta dibawah ini : Gambar 4.8 Peta Kinerja Aksesbilitas Kabupaten Donggala 22

58 A. TERMINAL Kabupaten Donggala memiliki 6 (enam) simpul termin al dan keenam simpul tersebut merupakan terminal tipe c, untuk 6 simpul tersebut dapat di lihat berdasarkan tabel 4. berikut ini: Tabel 4.15 Data Terminal Kabupaten Donggala No Uraian Tipe Keterangan 1 TERMINAL BANAWA C 2640 M 2 TERMINAL WATATU C 8550 M 3 TERMINAL LABUAN C 5456 M 4 TERMINAL SIOYONG C 2950 M 5 TERMINAL OGOAMAS C 3000 M 6 TERMINAL GANTI C 4800 M Untuk Keadaan akan simpul terminal yang berada di Kabupaten Donggala sebagai contoh pada terminal Banawa. Gambar 4.9 Terminal Banawa 23

59 Pada terminal Banawa dimana untuk Kendaraan yang dilayani merupakan angkutan kota, dan untuk jenis moda yang digunakan yaitu kendaraan roda empat tipe sedan, untuk gambar akan jenis kendaraan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.10 Jenis Angkutan Kota 24

60 Untuk jaringan trayek yang berasal dari terminal Banawa yaitu 1) Malonda Surumana 2) Malonda Loli 3) Malonda Lalundu Untuk terminal lainnya seperti terminal Watatu, Labuan, Siayong,dan Ogoamas juga memiliki jaringan trayek seperti berikut: 1) Terminal Watatu Jaringan trayeknya yaitu: Surumana Malonda 2) Terminal Labuan Jaringan Trayek di terminal ini: a. Labuan Sioyong b. Labuan Tambun c. Labuan Balukang d. Labuan Ogoamas e. Laguan Siboang f. Laguan Tompe Toaya 3) Terminal Sioyong Jaringan Trayek di terminal ini: a. Sioyong Karyamukti b. Sioyong Budimukti 4) Terminal Ogoamas Jaringan Trayek di terminal ini: a. Ogoamas Labuan b. Ogoamas Bangkir 25

61 B. JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM Kabupaten Donggala memiliki 22 trayek, untuk lebih jelasnnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.16 Jaringan Trayek Kabupaten Donggala No Jaringan Trayek Jumlah Armada Keterangan 1 DALAM KOTA DONGGALA 6 UNIT DALAM KOTA DONGGALA 2 MALONDA - TG. KARANG 3 UNIT SDA 3 MALONDA - BONEOGE 3 UNIT SDA 4 MALONDA - TOWALE 4 UNIT SDA 5 MALONDA - SURUMANA 198 UNIT ANGKUTAN PEDESAAN 6 MALONDA LOLI 6 UNIT SDA 7 LABUAN TAMBU 12 UNIT SDA 8 LABUAN - SABANG 4 UNIT SDA 9 SIOYONG - KARYA MUKTI 1 UNIT SDA 10 MALONDA - LALUNDU 4 UNIT SDA 11 MALONDA - BAMBARIMI 1 UNIT SDA 12 MALONDA - WATATU 8 UNIT SDA 13 LABUAN - TOMPE 45 UNIT SDA 14 LABUAN SIOYONG 3 UNIT SDA 15 SIOYONG - LEMBA MUKTI 1 UNIT SDA 16 SIOYONG - KAMBAYANG 2 UNIT SDA 17 SIOYONG - KEMBAYANG 1 UNIT SDA 18 LOLI MANONDA 4 UNIT SDA 19 LABUAN - MAMBORO 12 UNIT SDA 20 OGOAMAS - BANGKIR 6 UNIT SDA 21 TAMBU - KASIMBAR 2 UNIT SDA 22 DONGGALA - PALU 23 UNIT SDA 26

62 Dari seluruh Jaringan trayek yang memiliki kinerja angkutan umum terburuk terdapat pada trayek Sioyong Kembayang dengan jumlah armada sebanyak 1 unit armada serta memiliki headway sebesar 68 menit dan jumlah frekuensi sebesar 1 kendaraan perjam. Sedangkan untuk kinerja angkutan umum paling baik terdapat pada trayek Malonda Surumana dengan jumlah armada sebanyak 198 unit yang memiliki headway sebesar 3 menit dan jumlah frekuensi sebanyak 20. Tabel 4.17 Kinerja Angkutan Umum Kabupaten Donggala dengan Perengkingan terburuk No Jaringan Trayek Jumlah Headway Armada (menit) Frekuensi Peringkat 1 SIOYONG - KEMBAYANG SIOYONG - LEMBA MUKTI MALONDA - BAMBARIMI SIOYONG - KARYA MUKTI TAMBU - KASIMBAR SIOYONG - KAMBAYANG LABUAN SIOYONG MALONDA - BONEOGE MALONDA - TG. KARANG MALONDA - TOWALE LABUAN - SABANG MALONDA - LALUNDU LOLI - MANONDA DALAM KOTA DONGGALA MALONDA - LOLI OGOAMAS - BANGKIR MALONDA - WATATU LABUAN - TAMBU LABUAN - MAMBORO

63 No Jaringan Trayek Jumlah Armada Headway (menit) Frekuensi Peringkat 20 DONGGALA - PALU LABUAN - TOMPE MALONDA - SURUMANA Terminal Angkutan Barang Terminal angkutan barang di Kabupaten Donggala terletak pada masing-masing pelabuhan, sehingga tidak ada lagi tempat penyimpanan barang selain di pelabuhan. Barang langsung didistibusikan ketempat tujuan dengan menggunakan truk atau peti kemas. Gambar 4.11 Peta Titik Angkutan Barang di Kabupaten Donggala 28

64 2. Jaringan Lintas Angkutan Barang Jaringan lintas angkutan barang merupakan rangkaian jalan yang digunakan sebagai aksesbilitas pendistribusian barang di Kabupaten Donggala, biasanya melewati Jalan Trans Sulawesi yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.12 Peta Lintas Angkutan Barang pada gambar diatas terlihat dimana jaringan jalan yang digunakan sebagai akses pendistribusian barang menggunakan jaringan jalan besar seperti Jalan Trans Sulawesi. 29

65 Tabel 4.18 Jalan Lintas Angkutan Barang Volume Lalu lintas No Nama Jalan (kend/hari) 1 Jl. Trans Sulawesi Jl. Trans Palu-Donggala Jl. Karejalemba Jl. Binangga Jl. Petalolo Jl. Jati Jl. Thamrin 898 D. TRANSPORTASI ASDP 1. Pelabuhan Penyeberangan Pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Donggala diantaranya: a) Pelabuhan Lero di Kecamatan Sindue; Melayani jaringan kemana saja b) Pelabuhan Labuan di Kecamatan Labuan; Melayani jaringan kemana saja c) Pelabuhan Tompe di Kecamatan Sirenja; d) Pelabuhan Kabonga di Kecamatan Banawa; e) Pelabuhan Pomolulu di Kecamatan Balaesang Tanjung; f) Pelabuhan Pangalaseang di Kecamatan Sojol. 2. Jaringan Pelayanan 30 Sedangkan untuk jaringan pelayanan untuk lintas penyeberangan, yaitu: a) Lintas Penyeberangan antar provinsi Taipa Donggala Balikpapan b) Lintas Penyeberangan dalam Kabupaten Kabolga Besar (kecamatan Banawa) Lero (Kecamatan Sindure) dan Labuan (kecamatan Labuan)

66 : Lintas Penyeberangan Antar Provinsi : Lintas Penyeberangan Antar Kabupaten Gambar 4.13 Peta Jaringan Pelayanan Jasa Penyeberangan di Kabupaten Donggala E. TRANSPORTASI LAUT 1. Pelabuhan Laut Pelabuhan laut merupakan salah satu sub sistem transportasi laut adalah merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan atau penumpang dengan menggunakan moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Selain itu pelauhan laut 31 berperan besar dalam pencapaian sistem transportasi laut yang efektif dan efesien, untuk tercapainya sistem yang efektif dan efisien sangat di pengaruhi oleh kinerja pelabuhan laut. Di kabupaten Donggala ini sendiri terdapat beberapa pelabuhan laut, diantaranya : a) Pelabuhan Wani di Kecamatan Tanantovea; Melayani kemana aja

67 b) Pelabuhan Donggala di Kecamatan Banawa; Melayani kemana aja c) Pelabuhan Ogoamas di Kecamatan Sojol Utara; Melayani kemana aja Gambar 4.14 Visualisasi Pelabuhan Saat ini fasilitas utama yang terdapat di pelabuhan donggala adalah dermaga yang memiliki panjang 70 meter. Sedangkan untuk di pelabuhan Wani panjang dermaganya adalah 46 meter. 32

68 Tabel 4.19 Fasilitas Pelabuhan di Kabupaten Donggala No Nama Pelabuhan Deskripsi Fasilitas 1 Pelabuhan Donggala Panjang Dermaga : 70 m 2 Pelabuhan Wani Jumlah Dermaga : 1 buah Panjang Dermaga : 46 m Jumlah barang yang datang di pelabuhan kabupaten Donggala adalah sebanyak ton Kedatangan paling banyak terjadi pada bulan juli yaitu sebanyak ton. Sedangkan yang berangkat dari kabupaten donggala saat ini adalah sebanyak ton dimana kebebrangkatan terbesar terjadi pada bulan april yaitu sebanyak ton. Tabel 4.20 Jumlah Data Bongkar Muat Pada Pelabuhan Donggala Tahun 2012 No Bulan Bongkar Muat 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Jumlah Data Bongkar Muat Pada Pelabuhan Donggala Tahun

69 Disamping itu di Kabupaten Donggala juga terdapat beberapa pelabuhan yang khusus melayani angkutan barang. Pelabuhan yang berfungsi melayani angkutan bahan galian pasir terdapat Di Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tombusaora, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sojol Pulau Kalimantan. Di Kabupaten Donggala juga terdapat pengembangan pelabuhan khusus Depo Pertamina yang terdapat di Desa Loli Oge dan Pelabuhan Peti kemas Loli Pesua di Kecamatan Banawa Pulau Kalimantan dan Pulau jawa. d) Jaringan Pelayanan Berdasarkan rencana Alur pelayanan laut dimana pada Kabupaten Donggala memiliki beberapa alur pelayaran dari pelabuhan, diantaranya: 1) Alur Pelayaran Nasional Yaitu Donggala Makassar Surabaya - Kalimantan 2) Alur Pelayaran Antar Kabupaten a) Alur Pelayaran Kabupaten Donggala Kabupaten Tolitoli b) Alur Pelayaran Kabupaten Donggala Kabupaten Buol Pelabuhan fungsi utama melayani angkutan bahan galian pasir. Di Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tombusaora, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sojol Pulau Kalimantan. Pengembangan pelabuhan khusus Depo Pertamina Desa Loli Oge dan Pelabuhan Peti kemas Loli Pesua di Kecamatan Banawa Pulau Kalimantan dan Pulau jawa. 34

70 Untuk Jaringan Laut dan Penyeberangan dapat dilihat pada gambar berikut ini: : Alur Pelayaran Nasional : Alur Pelayanan Antar kabupaten Gambar 4.15 Jaringan Alur Pelayaran 35

71 BAB 5 LANDASAN PEMIKIRAN DAN LINGKUNGAN STRATEGIS A. Arah Pengembangan Wilayah Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Donggala merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikaitkan dengan kearifan budaya local. 1) Peran Dalam Konteks Lokal a. Dengan Daerah Hinterlandnya Sesuai kondisi geografis yang relatif dekat dengan kota Palu yang juga adalah ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, menjadikan kota ini menjadi outlet dan inlet sistem perdagangan dari dan ke Kawasan Kabupaten Donggala. Aliran komoditi diantar pulaukan melalui Kota Palu.Perdagangan antar pulau komoditi unggulan memegang peranan penting dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di Kawasan Kabupaten Donggala.Hal ini didukung kemudahan keberadaan pelabuhan Pantoloan, Bandara Mutiara Palu dan jaringan jalan darat regional trans-sulawesi. b. Dengan internal kawasan Simpul kegiatan perdagangan internal di Kawasan Kabupaten Donggala adalah pasar-pasar tradisional yang tersebar pada beberapa desa. Peranan kota Palu sebagai bagian mata rantai distribusi bahan makanan hasil pabrik dari luar wilayah ke pasar-pasar tradisionil ini sangat menonjol, kota ini menjadi distributor bagi pasar, toko/kios eceran pada tiap desa yang ada di Kabupaten Donggala. 2) Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Pengembang Wilayah Kawasan Kabupaten Donggala adalah: a. Mendukung dan mengembangkan tercapainya fungsi lindung dan fungsi budidaya yang disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah melalui penuangan program dan proyek. b. Menetapkan pola perwilayahan dan kebijaksanaan perwilayahan yang meliputi susunan c. Membentuk wadah kerjasama antar wilayah baik dalam konteks nasional, maupun regional dan melalui wadah bekerjasama tersebut. 1

72 3) Hirarki Tata Ruang Hirarki tertinggi pelayanan yakni di Biromaru, Dolo, Palolo sebagai kota orde III. Kota-kota ibukota kecamatan ini membawahi desa-desa lingkup administrasi masing-masing yang memiliki hirarki yang lebih rendah. Saat ini kota-kota ibukota kecamatan di Kabupaten Donggala ini lebih menonjol peranannya sebagai pusat pelayanan administrasi pemerintahan (civic center) tingkat kecamatan, sedangkan orientasi perdagangan dan jasa perdesaan lebih kuat ke Kota Palu yang letaknya relatif sangat dekat ke kawasan ini. Asas aturan hirarkis yang dipedomani dalam RTRW Kabupaten Donggala adalah aturan hirarkis yang terbentuk karena jenjang pemerintahan, secara hirarkis dari yang tertinggi ke terendah di Kabupaten Donggala adalah sebagai berikut: Hirarki tertinggi: Kota pusat pemerintahan Kecamatan Dolo, Sigi Biromaru dan Palolo dan Hirarki berikutnya adalah desa-desa yang ada di kawasan ini. Aturan hirarkis berdasarkan pemerintahan ini lebih bersifat politis dimana pusat kecamatan ibukota kecamatan mengendalikan sepenuhnya desa-desa bawahannya. B. Potensi Wilayah Saat ini Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Donggala merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya baik pada wilayah daratan maupun laut. 1) Rencana Peruntukan kawasan Budidaya Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, terdiri dari: a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan pertanian; c. kawasan peruntukan perikanan; d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri; f. kawasan peruntukan pariwisata; g. kawasan peruntukan permukiman; dan h. kawasan peruntukan lainnya. 2

73 2) Rencana Kawasan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Donggala seluas kurang lebih (seratus empat puluh tujuh ribu tujuh ratus delapan belas) hektar terdiri atas: a. Kawasan hutan produksi terbatas terdapat di seluruh Kecamatan, kecuali Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah dengan luasan kurang lebih (seratus tujuh puluh tujuh ribu seratus dua puluh satu) hektar. b. Kawasan hutan produksi tetap terdapat di Kecamatan Rio Pakava dan di Kecamatan Damsol dengan luasan kurang lebih (dua belas ribu sembilan puluh enam) hektar. c. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Pinembani, Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang Tanjung dengan luasan kurang lebih (dua puluh empat ribu sembilan ratus tiga puluh dua) hektar. 3) Kawasan Pertanian meliputi: Lahan sawah yang ditetapkan juga sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan dengan luas kurang lebih ha meliputi : Kecamatan Tanantovea 105 ha, Kecamatan Sojol Utara ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sindue Tobata 153 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora 45 ha, Kecamatan Sindue 715 ha, Kecamatan Rio Pakava 471 ha, Kecamatan Pinembani 66 ha Kecamatan Labuan 261 ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Banawa Tengah 55 ha, Kecamatan Banawa Selatan 900 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 53 ha, Kecamatan Balaesang ha; a. Kawasan peruntukan tanaman hortikultura tersebar di seluruh Kecamatan Kabupaten Donggala. b. Kawasan peruntukan perkebunan kurang lebih ha meliputi : Kecamatan Tanantovea ha, Kecamatan Sojol Utara ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sindue Tobata ha, Kecamatan Sindue Tombusabora ha, Kecamatan Sindue 876 ha, Kecamatan Rio Pakava ha, Kecamatan Pinembani 195 ha, Kecamatan Labuan ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Banawa Tengah ha, Kecamatan Banawa Selatan ha, Kecamatan Balaesang Tanjung ha, Kecamatan Balaesang ha, dengan rencana 3

74 pengembangan seluas kurang lebih ha, meliputi : Kecamatan Balaesang dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Balaesang Tanjung dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Banawa dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Banawa Selatan dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Banawa Tengah dengan luas kurang lebih 628 ha, Kecamatan Damsol dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Labuan dengan luas kurang lebih 571 ha, Kecamatan Pinembani dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Rio Pakava dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sindue dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sindue Tobata dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sirenja dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sojol dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sojol Utara dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Tanantovea dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Sindue Tombusabora dengan luas kurang lebih ha. c. Kawasan peruntukan peternakan terdiri dari ternak sapi di seluruh Kecamatan, ternak kambing dan Domba di Kecamatan Tanantovea dan Kecamatan Labuan, serta ternak babi di Kecamatan Rio Pakava dan Kecamatan Damsol yang dikelola oleh rakyat dan saat ini ada pengembangan ternak sapi potong di Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue dan Kecamatan Sirenja yang dikelola dengan sistem intensif, dengan rencana pengembangan ternak sapi potong di Kecamatan Banawa Tengah dan Kecamatan Banawa Selatan, ternak kambing dan domba di Kecamatan Labuan dan Kecamatan Tanantovea serta pengembangan ternak babi di Kecamatan Rio Pakava dan Kecamatan Damsol. 4) Kawasan Pertambangan terdiri atas: a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam, meliputi: Pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara Batu gamping di Kecamatan Banawa dan Kecamatan Sindue; Lempung dan Napal di Kecamatan Banawa dan Kecamatan Damsol; 4

75 Pasir fesfat- kuarsa di Kecamatan Dampelas dan Kecamatan Sojol, Kecamatan Sirenja, dan Kecamatan Balaesang; Granit di Kecamatan Sindue, Sirenja, Balaesang, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Balaesang Tanjung; Andesit di Kecamatan Banawa, Kecamatan Tanantovea dan Kecamatan Labuan Diorit di Kecamatan Banawa; Tras di Kecamatan Banawa; dan Gabbro di Kecamatan Damsol. b. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, meliput: Emas dan Biji besi di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Labuan, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara dan Kecamatan Rio Pakava; Tembaga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, dan Kecamatan Sojol Utara; Molibdenum di Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Damsol. Kawasan peruntukan pertambangan batubara terdapat di Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata dan KecamatanSindue Tombusabora. Kawasan peruntukan pertambangan minyak bumi terdapat di Blok Dampelas, Blok Balaesang Tanjung dan Blok Surumana. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi terdapat di Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Labuan Kecamatan Sindue Tobata dan Kecamatan Sindue Tombusabora. Potensi Wilayah yang akan mendatang Sejak awal diterbitkannya MP3EI pada 27 Mei 2011 dengan didasarkan atas Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), jumlah proyek sektor riil di Koridor Ekonomi Sulawesi adalah 113 proyek 5

76 dengan nilai investasi Rp. 243,6 Triliun dan jumlah proyek infrastruktur adalah 80 proyek dengan nilai investasi Rp. 111 Triliun. Hingga akhir Maret 2013, telah dilakukan validasi terhadap seluruh proyek MP3EI di KE Sulawesi dan telah terjadi perubahan atas jumlah dan nilai investasi proyek MP3EI. Jumlah proyek sektor riil yang telah tervalidasi adalah 63 proyek dengan nilai investasi Rp. 97,579 Triliun, sedangkan untuk infrastruktur adalah 188 proyek dengan nilai investasi Rp. 185,573 Triliun. Potensi yang akan di kembangkan di Kabupaten Donggala, berdasarkan MP3EI 2013 adalah sebagai berikut : 6

77 Kegiatan Utama Kecamatan Lokasi PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG a. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Banawa sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1. Penyusunan Rencana Rinci Perkotaan Banawa Banawa Perkotaan Banawa 2. Pembangunan Pusat pemerintahan kabupaten; Banawa Perkotaan Banawa 3. Pembangunan Pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten RSU Banawa Kelurahan Kabonga Besar 4. Kelas B; Banawa 5. Pembangunan Perdagangan dan Jasa Regional Banawa Perkotaan Banawa 6. Pembangunan Terminal Tipe B Banawa, Perkotaan Banawa, 7. Industri Pengolahan Ikan Banawa Kecamatan Banawa 8. Pembangunan pusat informasi dan pelayanan Wisata Banawa Perkotaan Banawa 9. Pembangunan Pusat olahraga dan kesenian Banawa Perkotaan Banawa b. Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal (PKL); 1. Penyusunan Rencana Rinci Perkotaan Tambu dan Watatu Balaesang dan Banawa Perkotaan Tambu dan Desa Selatan.Watatu 2. Pembangunan dan pengembangan pusat perikanan laut Balaesang, Banawa Desa Tambu dan Desa Watatu 3. Pembangunan industri pengolahan hasil perikanan Balaesang Desa Tambu 7

78 4. Pembangunan Pusat Pemerintahan kecamatan (kantor kecamatan, Balaesang,Banawa Selatan kantor desa) 5. Pembangunan pendidikan kecamatan (SD, SMP, SMA, SMK) Balaesang,Banawa Selatan Desa Tambu dan Desa Watatu 6. Pembangunan sarana perdagangan dan fasilitas jasa Balaesang,Banawa Selatan Desa Tambu dan Desa Watatu c. Pengembangan perkotaan PusatKegiatan Lokal (PKLp); 1. Penyusunan Rencana Rinci Perkotaan PKLp Sindue, Damsol, Desa Toaya dan Desa Sabang, 2. Pengembangan industri pengolah perikanan Sindue, Damsol, Desa Toaya dan Desa Sabang, 3. Pengembangan kegiatan wisata. Damsol Sabang 4. Pembangunan Pusat Pemerintahan kecamatan (kantor kecamatan, kantor desa) Sindue, Damsol Desa Toaya dan Desa Sabang, 5. Pembangunan pendidikan kecamatan (SD, SMP, SMA, SMK) Sindue, Damsol Desa Toaya dan Desa Sabang, 6. Pembangunan sarana perdagangan dan fasilitas jasa Sindue, Damsol Desa Toaya dan Desa Sabang, d. Pengembangan perkotaan ibu kota kecamatan yang bukan pusat PKLp sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). 1. Penyusunan Rencana Rinci Perkotaan PPK Sojol Utara,Sojol, 2. Pengembangan pusat pendidikan sesuai potensi wilayah 3. Pengembangan kesehatan (puskesamas dan polindes) 4. Pembangunan pusat industri dan pemasaran hasil pertanian 5. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa e. Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), dengan kegiatan : Balaesang Tanjung. Sindue Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Labuan, Tanantovea, Riopakava, Banawa Tengah, Pinembani Ogoamas II Balukang,Sabang Malei, Tibo Alindau, Tompe, Labuan, Wani II, Lalundu, Limboro, 8

79 1. Penyedian sarana dan prasarana permukiman, pertanian, perikanan, peternakan 2. Perencanaan dan Pengembangan Agropolitan 3. Perencanaan dan Pengembangan Minapolitan 4. Perencanaan dan pengembangan Agrowisata 5. Perencanaan dan Pengembangan kawasan agrobisnis peternakan Sojol, Damsol, Balaesang Tanjung, Sirenja, Tambusabora, Sindue Tobata, Banawa Tengah Rio Pakava, Sindue, Balaesang dan Damsol Balaesang, Balaesang Tanjung, Banawa Tengah dan Banawa Selatan, Sojol Utara dan Sojol Banawa Tengah dan Balaesang Tanjung Sirenja, Balaesang, Banawa Selatan, Tanantovea, dan Riopakava Desa Tonggolabibi, Desa Rerang, Desa Rano B, Desa Jono, Desa Saloya, Desa Tamarenja,Desa Sipeso, Desa Gimpubia, Desa Kola-Kola Rio Pakava, Sindue, Balaesang, Damsol Balaesang, Balaesang Tanjung, Banawa Tengah dan Banawa Selatan, Sojol Utara dan Sojol Banawa Tengah dan Balaesang Tanjung Sirenja, Balaesang, Banawa Selatan, Tanantovea, dan Riopakava 9

80 Gambar 5.1 Peta Potensi Pertambangan Mineral Logam 10

81 Gambar 5.2 Peta Potensi Pertambangan Mineral Non Logam 11

82 C. Pergerakan Perjalanan Orang 1) Zona dan Karakteristik Wilayah Untuk wilayah Kabupaten Donggala dibagi menjadi 3 kelompok zona. Penetapan Zona tersebut didapat dari data sekunder dan data primer. Data sekunder yang yang digunakan adalah data Donggala dalam Angka Tahun 2012, RTRW dan beberapa peta seperti : Peta Administrasi, Peta Tata Guna Lahan dan Peta Jaringan Jalan serta didukung dengan survey dilapangan dengan menentukan potensi wilayah. Kondosi Geografi Kab.Donggala yang bervariasi menyebabkan akses perjalanan menjadi kecil. Pembagian 3 kelompok zona tersebut yaitu berupa zona Internal, Zona Eksternal dan Zona Khusus, dimana zona internal merupakan zona yang berada di dalam Kabupaten Donggala dan dalam studi ini menggunakan batas administrasi yaitu batas Kecamatan, untuk zona eksternal merupakan zona luar dari Kabupaten Donggala yaitu Kabupaten yang berseberangan dengan Kabupaten Donggala, dan untuk zona khusus merupakan zona intermediate yaitu pelabuhan dan bandar udara. Tabel 5.1 Zona Kabupaten Donggala ZONA WILAYAH ZONA 1 Rio Pakava 2 Pinembani 3 Banawa Selatan 4 Banawa Tengah 5 Banawa 6 Balaesang Tanjung 7 Sojol Utara 8 Sojol 9 Damsol 10 Balaesang 11 Sirenja 12 Sindue Tobata 13 Sindue Tombusabura 12

83 ZONA WILAYAH ZONA 14 Sindue 15 Labuan 16 Tanantovea Gambar 5.3 Peta Zona Kabupaten Donggala 2) Permodelan Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Kawasan pemukiman dan pusat kegiatan di Kabupaten Donggala dibandingkan dengan keseluruhan luas wilayah masih relative kecil, hal ini akan mempengaruhi jumlah Bangkitan dan Tarikan perjalanan di Kabupaten Donggala. 13

84 Tabel 5.2 Bangkitan Perjalanan / Hari JUMLAH BANGKITAN ZONA PERJALANAN/HARI PROSENTASE % % % % % % % % % % % % % % % % Sumber : Hasil Analisa, 2013 Sesuai dengan Tabel diatas, Jumlah bangkitan terbesar terdapat pada zona 5 sebesar 25543perjalanan/hari dengan prosentase sebesar 17.75% dibandingkan dengan zona lainnya. Hal ini dikarenakan zona 5 berada di Kec. Banawa yang secara administrasi merupakan Ibu Kota Kabupaten Donggala, pusat kegiatan dan kawasan pemukiman.edangkan Jumlah bangkitan terkecil terdapat pada zona 2 dan 12 dengan 878 dan 1918 perjalanan/hari. 14

85 Tabel 5.3 Tarikan Perjalanan / Hari JUMLAH TARIKAN ZONA PERJALANAN/HARI PROSENTASE % % % % % % % % % % % % % % % % Sumber : Hasil Analisa, 2013 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Jumlah tarikan terbesar terdapat pada zona 5 sebesar perjalanan/hari dengan prosentase sebesar 14,59 %. Hal ini dikarenakan zona 5 berada di Kec. Banawa yang secara administrasi merupakan Ibu Kota Kabupaten Donggala dimana pada wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan seperti perkantoran, perdagangan dan kawasan pendidikan. 15

86 Sumber : Hasil Analisis Gambar 5..4 Grafik Bangkitan dan Tarikan Kabupaten Donggala 3) Moda Split Berdasarkan grafik dibawah ini Prosentase pemilihan moda yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kab. Donggala adalah sepeda motor dengan prosentase sebesar 70 %. Hal ini dikarenakan motor masih merupakan alat transportasi yang murah dan cepat. Apabila dihubungkan dengan karakteristik geografi di Kab. Donggala yang berupa daratan, pantai dan pegunungan sepeda motor dapat menjadi transportasi yang dapat membantu aksesbilitas warga dengan jarak yang tidak begitu jauh. 16

87 Gambar 5.5 Moda Split Kabupaten Donggala Untuk prosentase terbesar kedua adalah Mobil Pribadi dengan prosentase sebesar 22 %, masyarakat juga cenderung memilih mobil pribadi sebagai salah alat transportasi utama dikarenakan terdapat beberapa kawasan pemukiman yang begitu jauh dan apabila terdapat perjalanan keluar wilayah maka mobil merupakan kendaraan yang begitu mendukung untuk kondisi geografi di Donggala. Pergerakan Orang saat ini Berdasarkan dengan kondisi eksisting yaitu tahun 2013, Jika dilihat jumlah perjalanan orang per hari terbesar di Kabupaten adalah perjalanan orang yang berasal dari zona 5 menuju zona 5 (interzona) dengan jumlah 3727Perjalanan/Hari, dalam hal ini zona 5 merupakan Kecamatan Banawa. Kecamatan Banawa merupakan pusat pemerintahan serta pusat kegiatan ekonomi yang merupakan suatu tarikan bagipara masyarakat diluar daerah Banawa untuk melakukan kegiatan di daerah tersebutt dan bertempat tinggal di daerah sekitar Banawa. 17

88 Sedangkan untuk prediksi jumlah perjalanan 5 tahun mendatang atau tahun rencana, pada tahun 2018 jumlah perjalanan perhari di kabupaten Donggala didominasi pergerakan orang dari zona 5 (interzona) dengan jumlah perjalanan sebesar 9318 Perjalanan/Hari. Sesuai dengan Kondisi tersebut, maka dibutuhkan perhatian khusus dalam mengidentifikasi potensi masalah transportasi baik segi aksesibilitas, keselamatan, kelancaran, efektifitas maupun efisiensi, sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin. Selain itu, Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat mendukung pembangunan daerah sesuai dengan MP3EI. Tabel 5.4 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala tahun 2013 O/D

89 Tabel 5.5 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala tahun 2018 O/D

90 Tabel 5.6 Tabel Prediksi Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala tahun 2023 O/D

91 Tabel 5.7 Tabel Prediksi Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala tahun 2028 O/D

92 Pergerakan Barang saat ini Pergerakan distribusi barang ang dari Kabupaten Donggala yang melakukan import ke berbagai negara dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.8 Tabel distribusi barang dari Kabupaten Donggala ke Luar Negeri Donggala Afrika Selatan C h i n a India Jepang Prancis Singapura Thailand Biji Kakao 175, Semen ,406 17, Rotan 0 422, ,62 Tepung Kelapa Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah distribusi barang terbesar adalah jenis Tepung Kelapa yaitu 875 ton ke Singapura, dan paling rendah adalah jenis Semen sebesar 9,406 ton ke Jepang. Tabel 5.9 Tabel distribusi si barang dari Kabupaten Donggala ke Kabupaten/Kota lain. Besar Besar Besar Besar No Kabupaten Muatan Muatan Muatan Muatan Kabupaten/Kota Tujuan Asal tahun 2006 tahun 2011 tahun 2016 tahun 2021 (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) 1 Donggala Bolang Mongondowndow Donggala Minahasa Donggala Sangihe Talaud Donggala Kepulauan Talaudaud Donggala Minahasa Selatan Donggala Minahasa Utara Donggala Kota Manado Donggala Kota Bitung

93 Besar Besar Besar Besar No Kabupaten Muatan Muatan Muatan Muatan Kabupaten/Kota Tujuan Asal tahun 2006 tahun 2011 tahun 2016 tahun 2021 (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) 9 Donggala Kota Tomohon Donggala Banggai Kepulauan Donggala Banggai Donggala Morowali Donggala Poso Donggala Toli-Toli Donggala Buol Donggala Parigi Moutong Donggala Tojo Una-Una Donggala Kota Palu Donggala Selayar Donggala Bantaeng Donggala Jeneponto Donggala Maros Donggala Pangkajene Kepulauan Donggala Barru Donggala Bone Donggala Soppeng Donggala Wajo Donggala Sidenreng Rappang Donggala Pinrang Donggala Enrekang Donggala Luwu Donggala Tana Toraja Donggala Luwu Utara

94 Besar Besar Besar Besar No Kabupaten Muatan Muatan Muatan Muatan Kabupaten/Kota Tujuan Asal tahun 2006 tahun 2011 tahun 2016 tahun 2021 (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) 34 Donggala Luwu Timur Donggala Kota Makassar Donggala Kota Parepare Donggala Kota Palopo Donggala Buton Donggala Muna Donggala Kolaka Donggala Konawe Selatan Donggala Wakatobi Donggala Kolaka Utara Donggala Kota Kendari Donggala Kota Bau Bau Donggala Boalemo Donggala Gorontalo Donggala Bone Bolango Donggala Kota Gorontalo Donggala Majene Donggala Polewali Mandar Donggala Mamasa Donggala Mamuju Donggala Mamuju Utara Pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah pendistribusian barang terbesar terdapat pada pendistribusian barang dari Kabupaten Donggala menuju Bolang Mongondow sebesar ton/tahun pada tahun 2006, sebesar ton/tahun pada tahun 2011, sebesar ton/tahun pada tahun 2016, dan sebesar ton/tahun pada tahun

95 BAB 6 KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA A. TREN LINGKUNGAN STRATEGIS 1. Globalisasi dan Tuntutan Efisiensi Transportasi Globalisasi telah membawa pengaruh yang luas terutama perubahan perilaku masyarakat dalam berbagai hal. Misalnya, gaya hidup, perjalanan, komunikasi, makanan, pakaian, nilai-nilai, dan tradisi. Bagi masyarakat sekarang, menempuh jarak yang jauh tidaklah menjadi kendala. Berbagai sarana angkutan sudah tersedia dari yang sederhana sampai yang canggih. Di era globalisasi ini, pergerakan orang dan barang makin cepat dan mudah. Teknologi transportasi yang berkembang dengan pesat memberikan pelayanan prima. Inilah dampak positif dari arus globalisasi di bidang transportasi. Semakin banyak pergerakan orang dengan menggunakan maka semakin banyak bahan bakar yang digunakan, pada saat ini sektor transportasi telah menggunakan sebanyak 56% dari energi yang ada, sehingga perlu adanya penangan untuk mengatasi hal tersebut. Langkah yang diambil untuk mengurangi penggunakan energi antara lain : a. Optimalisasi angkutan dengan menggunakan besarnya permintaan dan jarak yang akan ditempuh; b. Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi; c. Pengembangan angkutan massal; d. Pemanfaatan angkutan multimoda yang dapat dipertukarkan seperti angkutan petikemas yang dapat diangkut dengan menggunakan truk petikemas, kereta api, dan kapal laut. 2. Potensi Pengembangan Daerah a. Potensi Daerah Berdasarkan analisis potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Donggala maka diperoleh data sebagai berikut : 1) Sektor Pertanian Dari sektor pertanian Kabupaten Donggala memiliki potensi sebagai berikut : a) Komoditi Kelapa pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ton yang berasal dari Kecamatan Balaesang; 1

96 b) Komoditi Kelapa sawit pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ton yang berasal dari Rio Pakava; c) Komoditi Kakao pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ton yang berasal dari Kecamatan Sindue Tombusabora. 2) Sektor Peternakan Dari sektor peternakan Kabupaten Donggala memiliki potensi sebagai berikut : a) Komoditi Sapi pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Sireja; b) Komoditi Kambing pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Tanantovea; c) Komoditi Babi pada tahun 2011 diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Damsol; d) Komoditi Ayam Broiler pada tahun 2011diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Banawa; e) Komoditi Ayam Petulut pada tahun 2011diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Banawa; f) Komoditi Ayam Buras pada tahun 2011diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Banawa Selatan; g) Komoditi Itik pada tahun 2011diproduksi sebanyak ekor yang berasal dari Kecamatan Damsol. b. Kawasan Strategis Kawasan strategis yang diprioritaskan (karena keberadaan atau untuk mendukung pengembangan sektor yang diprioritaskan) didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain yaitu : 1) Pengembangannya tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap wilayah yang lebih luas (provinsi bahkan nasional); 2) Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan itu akan membutuhkan lahan dalam skala besar; 3) Pengembangannya mempunyai prospek ekonomi yang cerah; 4) Pengembangannya dapat memacu perkembangan wilayah sekitarnya yang miskin dan terbelakang; 5) Pengembangannya dapat mengurangi permasalahan di wilayah sekitarnya; 2

97 6) Sektor yang akan diakomodasikan mempunyai prioritas tinggi dalam lingkup provinsi/ nasional; Adapun kawasan strategis Kabupaten Donggala antara lain sebagai berikut : 1) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas : a) Kawasan agropolitan; b) Kawasan agrowisata; c) Kawasan minapolitan; d) Kawasan agroindustri; e) Kawasan ekowisata; f) Kawasan pelabuhan; dan g) Kawasan pertambangan. 2) Kawasan agropolitan terdapat di Kecamatan Damsol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue dan Kecamatan Rio Pakava 3) Kawasan agrowisata terdapat di di Kecamatan Banawa Tengah dan Kecamatan Balaesang Tanjung. 4) Kawasan minapolitan terdapat di Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan Banawa Tengah, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara; 5) Kawasan agroindustri terdapat di Kecamatan Rio Pakava, Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang, dan Kecamatan Damsol. 6) Kawasan pelabuhan terdapat di Pelabuhan Donggala Kecamatan Banawa, dan Pelabuhan Wani di Kecamatan Tanantovea, Pelabuahan Ogoamas di Kecamatan Sojol Utara 7) Kawasan pertambangan berupa: a) Kawasan pertambangan mineral non logam, terdiri atas : (1) Pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara ; dan (2) Granit di Kecamatan Sindue, Sirenja, Balaesang, Kecamatan Sojol. b) Kawasan pertambangan mineral logam dan batuan, terdiri atas : (1) Emas dan Biji besi di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Labuan, Kecamatan 3

98 Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara dan Kecamatan Rio Pakava; (2) Tembaga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol, dan Kecamatan Sojol Utara; Gambar 6.1 : Peta Kawasan Strategis Kabupaten Donggala 3. Pola Perjalanan Transportasi Secara umum kerangka pendekatan di dalam penyusunan Perencanaan Transportasi di Kabupaten Donggala dimulai dengan tinjauan terhadap kebijakan, rencana-rencana, potensi wilayah dan kondisi sistem transportasi eksisting.. Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) skenario, yakni based on-demand, maupun mendasarkan kepada potensi wilayah. Berdasarkan uraian tersebut informasi terkait pola perjalanan sangat diperlukan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya potensi pergerakan di Kabupaten Donggala cukup tinggi, terlebih Kabupaten Donggala merupakan daerah penyangga Kota Palu yang merupakan ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah. 4

99 Untuk itu pergerakan eksternal ke Kota Palu cukup besar. Disamping itu pergerakan eksternal yang cukup besar adalah pergerakan yang mengarah ke Gorontalo dan Ke Sulawesi Barat. Pola perjalanan masyarakat saat ini di Kabupaten Donggala dalam hubungan perjalanan internal dan eksternal di Kabupaten Donggala dapat digambarkan seperti berikut : Gambar 6.2 Pola Perjalanan saat ini di Kabupaten Donggala Kabupaten Donggala ternyata mempunyai hubungan erat dengan kabupaten lainnya diwilayah Sulawesi Tengah seperti kekabupaten Donggala, Kabupaten Toli-Toli dan Kota Palu. B. PREDIKSI POTENSI BANGKITAN PERJALANAN ORANG DAN BARANG 1. Penetapan Skenario Penetapan skenario ini sangat diperlukan sebelum melakukan prediksi bangkitan dan distribusi arus barang/penumpang pada masa yang akan datang. Skenario yang dibuat adalah prediksi permintaan baik tanpa MP3EI maupun dengan MP3EI. Berdasarkan dokumen MP3EI, bahwa tahapan pelaksanaan kawasan prioritas pengembangan ekonomi tersebut terdiri atas 3 fase, yaitu a. fase 1, implementasi (quick wins) dalam kurun waktu tahun , b. fase 2, memperkuat basis ekonomi dan investasi dalam kurun waktu tahun , c. fase 3, melaksanakan pertumbuhan berkelanjutan dalam kurun waktu tahun

100 maka seluruh prioritas pengembangan yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Donggala terkait dengan MP3EI tersebut harus dapat diselesaikan dan beroperasi pada tahun Kabupaten Donggala pada skenario ini adalah mendukung Kawasan ekonomi Khusus Palu dan sekitarnya. Oleh karenanya penetapan skenario ini akan menggunakan pelaksanaan KEK Palu dan sekitarnya yang harus dapat beroperasi pada tahun Tabel 6.1 Skenario Operasionalisasi Kawasan Prioritas Pengembangan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah NO PRIORITAS PENGEMBANGAN EKONOMI (MP3EI) VOLUME SATUAN SKENARIO 1 KOTA PALU DAN SEKITARNYA KEK Palu dan KAPET Palapas ha operasional KABUPATEN MOROWALI a. Penambangan Nikel ha operasional 2015 b. Penambangan minyak bumi 106,56 MMBO operasional 2015 c. Pengembangan budidaya & pengolahan perikanan ,20 ton/thn operasional KABUPATEN TOJO UNA UNA Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,78 ton/thn operasional KABUPATEN BANGGAI Penambangan minyak bumi 23 MMBO operasional 2015 penambangan gas bumi 28 tcf operasional KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,33 ton/thn operasional 2015 Sumber : MP3EI dan berbagai sumber, 2012 Selain skenario operasionalisasi kawasan prioritas pengembangan ekonomi, diperlukan pula asumsi peningkatan jumlah tenaga kerja dan produksi dari setiap kegiatan ekonomi utama yang dilakukan. Namun demikian jika terdapat data prediksi peningkatan tenaga kerja dan hasil produksi barang berdasarkan dokumen terdahulu atau suimber-sumber resmi lainnya, maka prediksi tersebut dapat digunakan dalam pelaksanaan analisis berikutnya. Penjelasan tentang peningkatan jumlah tenaga kerja dan hasil produksi berdasarkan asumsi dan sumber-sumber resmi lainnya, berdasarkan dari beberapa sumber yang diperoleh pengembangan KabupatenDonggala terkait dengan program MP3EI Sulawesi Tengah adalah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dan sekitarnya, sampai dengan hektar, serta aka n menyerap tenaga kerja sebesar orang. Sedangkan hasil produksi dari kegiatan KEK tersebut diperkirakan mencapai 3,5 juta ton per tahun dan akan berkembang menjadi 5,0 juta ton pada tahun , serta 7,0 juta ton pada tahun

101 Berdasarkan dokumen MP3EI, bahwa tahapan pelaksanaan kawasan prioritas pengembangan ekonomi tersebut terdiri atas 3 fase, yaitu fase 1, implementasi (quick wins) dalam kurun waktu tahun , fase 2, memperkuat basis ekonomi dan investasi dalam kurun waktu tahun , fase 3, melaksanakan pertumbuhan berkelanjutan dalam kurun waktu tahun Oleh karenanya, pada penetapan skenario ini, pengembangan Kabupaten Donggala guna menujang pelaksanaan KEK Palu dan sekitarnya, harus dapat beroperasi pada tahun Selanjutnya pada tahun 2020, terus tumbuh dan meningkat untuk memperkuat basis ekonomi dan investasi, dan pada tahun 2025, melaksanakan pertumbuhan secara berkelanjutan. Gambaran pergerakan dari output per skenario MP3EI tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Out put skenario fase 1 MP3EI, Tahun 2015 Out put skenario fase 2 MP3EI, Tahun 2020, Out put skenario fase 3 MP3EI, Tahun Tabel 6.2 Output Skenario Fase 1 MP3EI, Tahun 2015 N O P R I O R I T A S P E N G E M B A N G A N E K O N O M I ( M P 3E I) T e n a g a K e r j a ( o rg) H a sil Pr o d uk s i 1 K O T A P A LU D A N S E K I T A R N Y A K E K Pa lu d a n KA P E T Pa la p a s ,5 j u ta t on /t h 2 K A B U P A T E N M O R O W A L I a. P e n a m b a n g a n N ik e l m e tr i k t on /t h b. P e na m ba ng a n m i ny a k b u m i r ib u b a r e l/t h c. P e n g e m b a n g a n b u d id a y a & p e n g o l a h a n p e r i k a n a n , 52 t on /t h 3 K A B U P A T E N T O JO U N A U N A P e ng e m b a n g a n bu d id a y a d a n p e ng o la h a n pe r ik a na n , 58 t on /t h 4 K A B U P A T E N B A N G G A I a. P e n a m b a n g a n m i n y a k bu m i r ib u b a r e l/t h b. P e na m ba ng a n g a s b u m i ju t a c f/t h 5 K A B U P A T E N B A N G G A I KE PU LA U A N P e ng e m b a n g a n bu d id a y a d a n p e ng o la h a n pe r ik a na n , 50 t on /t h Sumber : Hasil Analisis Berbagai Sumber,

102 Tabel 6.3 Output Skenario Fase 2 MP3EI Tahun 2020 NO PRIORITAS PENGEMBANGAN EKONOMI (MP3EI) Tenaga Kerja (org) Hasil Produksi 1 KOTA PALU DAN SEKITARNYA KEK Palu dan KAPET Palapas ,0 juta ton/th 2 KABUPATEN MOROWALI a. Penambangan Nikel metrik ton/th b. Penambangan minyak bumi ribu barel/th c. Pengembangan budidaya & pengolahan perikanan ,20 ton/th 3 KABUPATEN TOJO UNA UNA Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,22 ton/th 4 KABUPATEN BANGGAI a. Penambangan minyak bumi ribu barel/th b. Penambangan gas bumi juta cf/th 5 KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,28 ton/th Sumber : Hasil Analisis Berbagai Sumber, 2012 Tabel 6.4 Output Skenario Fase 3 MP3EI Tahun 2025 NO PRIORITAS PENGEMBANGAN EKONOMI (MP3EI) Tenaga Kerja (org) Hasil Produksi 1 KOTA PALU DAN SEKITARNYA KEK Palu dan KAPET Palapas ,0 juta ton/th 2 KABUPATEN MOROWALI a. Penambangan Nikel metrik ton/th b. Penambangan minyak bumi juta barel/th c. Pengembangan budidaya & pengolahan perikanan ,33 ton/th 3 KABUPATEN TOJO UNA UNA Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,43 ton/th 4 KABUPATEN BANGGAI a. Penambangan minyak bumi juta barel/th b. Penambangan gas bumi juta cf/th 5 KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Pengembangan budidaya dan pengolahan perikanan ,81 ton/th Sumber : Hasil Analisis Berbagai Sumber, Prediksi Permintaan Perjalanan Orang dan barang Prediksi permintaan yang dibuat terdiri dari pola pergerakaan Internal-Internal maupun pola pergerakan eksternal baik orang maupun penumpang. Pergerakan internal-eksternal merupakan pergerakan orang maupun barang yang berasal dari Kabupaten Donggala menuju keluar wilayah Kabupaten Donggala, sedangkan pergerakan eksternal-internal adalah pergerakan orang dan barang yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Donggala menuju Kabupaten Donggala sehingga 8

103 Kabupaten Donggala merupakan tujuan pergerakan yang menimbulkan tarikan pergerakan orang dan barang.pada tahun 2013 pergerakan orang terbesar ke Kabupaten donggala berasal dari Kota Palu sebanyak perjalanan. Sedangkan perjalanan dari kabupaten Donggala juga paling banyak menuju Kota Palu yaitu sebanyak perjalanan. Sedangkan pergerakan barang terbesar ke Kabupaten Donggala berasal dari Kota Palu yaitu sebanyak Ton sedangkan pergerakan dari Kabupaten Donggala banyak menuju ke Kota Palu sebesar Ton. 9

104 Tabel 6.5 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan) Penumpang Pada Tahun Rencana Donggala MP3EI MP3EI MP3EI 2030 Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Banggai Poso Toli-Toli Buol Morowali Bangkep Parigi Moutong Tojo Una-Una Donggala Kota Palu Total Sumber : Hasil Analisis 10

105 Tabel 6.6 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan) Barang Pada Tahun Rencana Donggola MP3EI MP3EI MP3EI 2030 Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Banggai Poso Toli-Toli Buol Morowali Bangkep Parigi Moutong Tojo Una- Una Donggala Kota Palu Total Sumber : Hasil Analisis 11

106 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.7 Matrik OD Penumpang 2013 Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

107 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.8 Matrik OD Penumpang 2015 Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

108 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Tabel 6.9 Matrik OD Penumpang MP3EI Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

109 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.10 Matrik OD Penumpang 2020 Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

110 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Tabel 6.11 Matrik OD Penumpang MP3EI Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

111 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.12 Matrik OD Penumpang 2025 Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

112 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.13 Matrik OD Penumpang 2025+MP3EI Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL

113 O/D Rio Pakava Pinembani Banawa Banawa Selatan Banawa Tengah Tabel 6.14 Matrik OD Penumpang 2030 Labuan Tanantovea Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara TOTAL Rio Pakava ,83 Pinembani ,79 Banawa ,8 Banawa Selatan ,3 Banawa Tengah ,4 Labuan ,4 Tanantovea ,3 Sindue ,2 Sindue Tombusabura ,1 Sindue Tobata ,9 Sirenja ,5 Balaesang ,1 Balaesang Tanjung ,3 Damsol ,6 Sojol ,8 Sojol Utara ,6 19

114 Tabel 6.15 Matrik OD Barang 2013 O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa 620,86 431,62 583, , , , ,04 543,09 476,99 605,31 683, , ,69 749, ,93 908, ,79 Pinembani 7,50 5,29 7,06 16,54 28,23 16,10 17,86 6,62 5,73 7,28 8,38 19,19 14,78 9,04 12,57 11, ,33 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,64 BanawaSelatan 3915, , , , , , , , , , , , , , , , ,13 BanawaTengah 1119,12 776, , , , , ,35 977,55 859, , , , , , , , ,80 Labuan 39,45 27,31 37,18 87,25 147,57 84,60 93,70 34,52 30,35 38,31 43,25 99,77 77,39 47,42 66,01 57, ,99 Tanantovea 31,70 22,01 29,84 70,12 118,61 68,26 75,34 27,60 24,24 30,96 35,06 80,19 62,29 38,04 52,96 46, ,27 Sindue 248,07 172,22 232,66 546,69 927,88 532,08 588,56 216,86 190,39 241,75 272,56 627,67 486,65 298,63 413,57 362, ,00 SindueTombusabora 170,56 118,18 159,88 375,91 638,05 365,85 404,83 148,98 130,96 166,16 187,33 431,65 334,63 205,35 284,34 249, ,10 SindueTobata 102,26 70,88 95,99 225,38 382,53 219,51 242,80 89,30 78,57 99,63 112,39 258,80 200,68 123,12 170,51 149, ,57 Sirenja 548,36 379,85 513, , , , ,15 479,30 421,29 534,55 602, , ,01 660,25 914,40 801, ,63 Balaesang 51,84 35,94 48,39 114,05 193,54 111,29 123,04 44,93 39,40 50,46 56,68 130,64 101,61 62,21 86,40 75, ,48 BalaesangTanjung 61,06 42,35 57,61 135,41 229,45 131,47 145,75 53,67 47,27 59,58 67,46 155,10 120,14 73,86 102,42 89, ,60 Damsol 12553, , , , , , , , , , , , , , , , ,59 Sojol 950,64 663,24 895, , , , ,54 834,57 729,56 928, , , , , , , ,98 SojolUtara 460,01 318,31 431, , ,93 987, ,53 402,51 353,22 447,69 505, ,40 901,54 554,48 766,00 673, ,31 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,20 20

115 Tabel 6.16 Matrik OD Barang 2015 O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa 755,07 524,93 709, , , , ,89 660,49 580,10 736,16 830, , ,35 911, , , ,30 Pinembani 9,12 6,44 8,58 20,11 34,33 19,58 21,72 8,05 6,97 8,85 10,19 23,33 17,97 11,00 15,29 13,41 234,94 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 BanawaSelatan 4761, , , , , , , , , , , , , , , , ,88 BanawaTengah 1361,04 944, , , , , , , , , , , , , , , ,37 Labuan 47,98 33,22 45,21 106,11 179,47 102,88 113,95 41,98 36,91 46,60 52,59 121,34 94,12 57,67 80,28 70, ,43 Tanantovea 38,56 26,76 36,29 85,28 144,25 83,01 91,63 33,57 29,48 37,65 42,64 97,53 75,75 46,27 64,41 56,25 989,31 Sindue 301,69 209,45 282,95 664, ,45 647,09 715,79 263,74 231,55 294,00 331,47 763,35 591,85 363,18 502,98 441, ,43 SindueTombusabora 207,44 143,73 194,44 457,17 775,97 444,94 492,34 181,19 159,27 202,08 227,82 524,96 406,97 249,74 345,81 303, ,11 SindueTobata 124,37 86,20 116,73 274,11 465,22 266,96 295,29 108,61 95,56 121,17 136,68 314,74 244,06 149,74 207,36 182, ,78 Sirenja 666,90 461,96 624, , , , ,42 582,91 512,35 650,10 732, , ,60 802, ,06 974, ,49 Balaesang 63,05 43,71 58,84 138,70 235,38 135,34 149,63 54,64 47,92 61,37 68,93 158,88 123,57 75,66 105,08 91, ,33 BalaesangTanjung 74,25 51,50 70,06 164,68 279,05 159,89 177,25 65,27 57,49 72,46 82,04 188,63 146,11 89,82 124,56 108, ,05 Damsol 15267, , , , , , , , , , , , , , , , ,24 Sojol 1156,14 806, , , , , , ,98 887, , , , , , , , ,38 SojolUtara 559,45 387,12 524, , , , ,69 489,52 429,58 544,47 614, , ,42 674,34 931,58 819, ,41 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,34 21

116 Tabel 6.17 Matrik OD Barang 2015+MP3EI O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,36 Pinembani 13621, , , , , , , , , , , , , , , , ,18 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,29 BanawaSelatan 39663, , , , , , , , , , , , , , , , ,08 BanawaTengah , , , , , , , , , , , , , , , , ,33 Labuan 41666, , , , , , , , , , , , , , , , ,45 Tanantovea 34054, , , , , , , , , , , , , , , , ,21 Sindue , , , , , , , , , , , , , , , , ,95 SindueTombusabora , , , , , , , , , , , , , , , , ,91 SindueTobata , , , , , , , , , , , , , , , , ,19 Sirenja , , , , , , , , , , , , , , , , ,08 Balaesang 30047, , , , , , , , , , , , , , , , ,33 BalaesangTanjung 49679, , , , , , , , , , , , , , , , ,21 Damsol , , , , , , , , , , , , , , , , ,72 Sojol 68909, , , , , , , , , , , , , , , , ,81 SojolUtara 89742, , , , , , , , , , , , , , , , ,97 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,07 22

117 Tabel 6.18 Matrik OD Barang 2020+MP3EI O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,02 Pinembani 21849, , , , , , , , , , , , , , , , ,51 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,50 BanawaSelatan 63621, , , , , , , , , , , , , , , , ,91 BanawaTengah , , , , , , , , , , , , , , , , ,11 Labuan 66834, , , , , , , , , , , , , , , , ,49 Tanantovea 54624, , , , , , , , , , , , , , , , ,52 Sindue , , , , , , , , , , , , , , , , ,39 SindueTombusabora , , , , , , , , , , , , , , , , ,58 SindueTobata , , , , , , , , , , , , , , , , ,85 Sirenja , , , , , , , , , , , , , , , , ,53 Balaesang 48197, , , , , , , , , , , , , , , , ,24 BalaesangTanjung 79687, , , , , , , , , , , , , , , , ,06 Damsol , , , , , , , , , , , , , , , , ,58 Sojol , , , , , , , , , , , , , , , , ,52 SojolUtara , , , , , , , , , , , , , , , , ,69 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,51 23

118 Tabel 6.19 Matrik OD Barang 2025+MP3EI O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,92 Pinembani 34999, , , , , , , , , , , , , , , , ,93 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,30 BanawaSelatan , , , , , , , , , , , , , , , , ,82 BanawaTengah , , , , , , , , , , , , , , , , ,24 Labuan , , , , , , , , , , , , , , , , ,82 Tanantovea 87497, , , , , , , , , , , , , , , , ,34 Sindue , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 SindueTombusabora , , , , , , , , , , , , , , , , ,89 SindueTobata , , , , , , , , , , , , , , , , ,82 Sirenja , , , , , , , , , , , , , , , , ,11 Balaesang 77203, , , , , , , , , , , , , , , , ,89 BalaesangTanjung , , , , , , , , , , , , , , , , ,73 Damsol , , , , , , , , , , , , , , , , ,39 Sojol , , , , , , , , , , , , , , , , ,67 SojolUtara , , , , , , , , , , , , , , , , ,42 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,26 24

119 Tabel 6.20 Matrik OD Barang 2030 (ton) O/D RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara TOTAL RioPakawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,62 Pinembani 57087, , , , , , , , , , , , , , , , ,09 Banawa , , , , , , , , , , , , , , , , ,37 BanawaSelatan , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 BanawaTengah , , , , , , , , , , , , , , , , ,77 Labuan , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 Tanantovea , , , , , , , , , , , , , , , , ,84 Sindue , , , , , , , , , , , , , , , , ,99 SindueTombusabora , , , , , , , , , , , , , , , , ,27 SindueTobata , , , , , , , , , , , , , , , , ,02 Sirenja , , , , , , , , , , , , , , , , ,44 Balaesang , , , , , , , , , , , , , , , , ,40 BalaesangTanjung , , , , , , , , , , , , , , , , ,84 Damsol , , , , , , , , , , , , , , , , ,30 Sojol , , , , , , , , , , , , , , , , ,15 SojolUtara , , , , , , , , , , , , , , , , ,72 TOTAL , , , , , , , , , , , , , , , , ,67 25

120 3. Tren Pertumbuhan Orang dan Barang tanpa dan dengan MP3EI a. Pertumbuhan Pergerakan Orang Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka terdapat hubungan yang kuat antara pertumbuhan jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan dengan jumlah perjalanan yang dilakukan. Atas dasar hal tersebut diatas, maka dengan menggunakan metode faktor pertumbuhan rata-rata jumlah perjalanan penumpang pada setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Donggala dapat dilakukan perhitungan. Penjelasan tentang total bangkitan perjalanan di Kabupaten Donggala dari tahun tanpa pengembangan MP3EI. Namun dengan pengembangan MP3EI maka pertumbuhan perjalanan orang akan menyesuaikan dengan prediksi jumlah tenaga kerja yang diakibatkan dengan penerapan program tersebut. Disamping itu dengan pesatnya pertumbuhan kegiatan akibat diterapkannya MP3EI maka pergerakan orang juga akan meningkat. Gambar 6.3 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Orang 26

121 Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa perjalanan orang pada saat diterapkannya MP3EI lebih tinggi jika tidak diterapkannya MP3EI. Perbedaan pertumbuhan tersebut dimulai pada saat MP3EI mulai dioperasikan secara penuh. b. Pertumbuhan Pergerakan Barang Pertumbuhan barang tanpa adanya skenatio MP3EI dilakukan dengan menggunakan trend pertumbuhan produksi barang di Kabupaten Donggala. Sedangkan prediksi pertumbuhan pergerakan barang dengan adanya skenario MP3EI dilakukan dengan menambahkan potensi prediksi produksi barang pada program MP3EI. Gambar 6.4 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Barang 27

122 Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa trend pertumbuhan pergerakan barang tanpa adanya program MP3EI lebih kecil jika dibandingkan dengan trend pertumbuhan barang dengan adanya program MP3EI. Berdasarkan hal tersebut skenario perencanaan jaringan transportasi harus mengakomodir pertumbuhan pergerakan barang akibat diterapkannya program MP3EI. C. MODEL PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI Berdasarkan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah, pola aktivitas, serta bangkitan dan distribusi arus barang/penumpang, sebagaimana telah dijelaskan dimuka, maka model pengembangan jaringan transportasi yang akan dilakukan di Kabupaten Donggala adalah penggunaan model sistem kegiatan dan sistem jaringan. Salah satu unsur dalam pendekatan secara sistem adalah meramalkan apa yang akan terjadi pada jaringan transportasi jika wilayah tersebut terus berkembang tanpa ada perubahan pada sistem transportasinya. Hal ini dikenal dengan sistem do-nothing. Lebih lanjut, bahwa kebijakan baru sistem tata guna lahan dan sistem transportasi dapat dilakukan dengan sistem do-something, yaitu dengan melakukan beberapa perubahan pada sistem jaringan. Hasilnya, kemudian dibandingkan dengan sistem do-nothing. Pada kondisi do-nothing, akan dapat digambarkan kinerja jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Donggala tahun Untuk melakukan evaluasi kinerja prasarana jalan, maka diperlukan pelaksanaan survey lalu lintas dan dimensi jalan yang dilakukan pada seluruh koridor jalan utama yang ada di wilayah Kabupaten Donggala. Survey dilakukan pada seluruh ruas jalan utama yang ada di Kabupaten Donggala, untuk mengetahui VJP (volume jam puncak), dan C (kapasitas ruas jalan). Dari data tersebut selengkapnya dapat dijadikan dasar untuk mengetahui kinerja V/C ratio setiap ruas jalan. Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, telah ditetapkan standar minimal pelayanan jalan dari berbagai fungsi jalan. Terkait dengan ruas jalan utama yang diamati, maka berdasarkan fungsi termasuk dalam fungsi arteri primer, dengan standar minimal pelayanan jalan LOS = B, dengan batasan nilai V/C ratio antara 0,21-0,45. Untuk menjelaskan tentang standar minimal tingkat pelayanan jalan dan karakteristik operasi jalan arteri primer tersebut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 28

123 Tabel 6.21 Standar Minimal Tingkat Pelayanan Jalan NO FUNGSI JALAN TINGKAT PELAYANAN 1 Sistem jaringan jalan primer a. Jalan Tol b. Jalan Artei Primer c. Jalan Kolektor Primer d. Jalan Lokal Primer B B B C 2 Sistem jaringan jalan sekunder a. Jalan Arteri Sekunder b. Jalan Kolektor Sekunder c. Jalan Lokal Sekunder d. Jalan Lingkungan C C D D Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 Lebih lanjut, terkait dengan karakteristik operasi dan tingkat pelayanan jalan pada fungsi jalan arteri primer, harus berada pada level of service B. Kondisi ini dapat digambarkan sebagai awal dari kondisi arus stabil, kecepatan lalu lintas > 80 km/jam, volume lalu lintas dapat mencapai 45% dari kapasitas yaitu 900 smp per jam 2 arah. Penjelasan secara lengkap dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini. Tabel 6.22 Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Jalan Arteri Primer TINGKAT NO PELAYANAN 1 A KARAKTERISTIK OPERASI TERKAIT oarus bebas okecepatan lalu lintas > 100 km/jam ojarak pandang bebas untuk mendahului hasrus selalu ada ovolume lalu lintas mencapai 20% dari kapasitas (yaitu 400 smp per jam, 2 arah) 29

124 osekitar 75% dari gerakan mendahului dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa tundaan 2 B oawal dari kondisi arus stabil okecepatan lalu lintas > 80 km/jam ovolume lalu lintas dapat mencapai 45% dari kapasitas (yaitu 900 smp per jam 2 arah) 3 C oarus masih stabil okecepatan lalu lintas > 65 km/jam ovolume lalu lintas dapat mencapai 70% dari kapasitas (yaitu smp per jam, 2 arah) 4 D oarus mendekati tidak stabil okecepatan lalu lintas turun sampai 60 km/jam ovolume lalu lintas dapat mencapai 85% dari kapasitas (yaitu smp per jam, 2 arah) 5 E okondisi mencapai kapasitas dengan volume mancapai smp per jam, 2 arah. okecepatan lalu lintas pada umumnya berkisar 50 km/jam 6 F okondisi arus tertahan okecepatan lalu lintas < 50 km/jam ovolume dibawah smp per jam Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 Pada kondisi do-nothing, maka lebar jalan utama di Kabupaten Donggala tersebut, dianggap masih tetap tidak ada perubahan, sehingga kapasitas jalan pada ruas jalan tersebut nilainya sama sampai dengan akhir tahun perencanaan tahun Dengan demikian, kinerja V/C ratio dari tahun tersebut dapat dihitung, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 21. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, belum terdapat tingkat pelayanan jalan yang kritis (LOS = E,F). Pada awal tahun 2020, sudah terdapat 4 (empat) ruas jalan yang mempunyai LOS kritis yaitu Jl. Poros Palu -Donggala, dan Jl. Poros Palu-Parigi. Kinerja lalu lintas tersebut, terus menurun hingga pada tahun 2030, seluruh ruas 30

125 jalan utama di Provinsi Sulawesi Tengah sudah berada pada tingkat pelayanan jalan yang kritis (LOS = E,F). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6.23 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Utama Tahun Pada Kondisi Do- Nothing TIPE LEBAR C NO NODE ARAH JALAN (m) (smp/jam) VJP V/C LOS VJP V/C LOS VJP V/C LOS VJP V/C LOS VJP V/C V/C Jl. Poros Palu-Donggala Palu ,15 A 336 0,23 B 592 0,41 B ,72 D ,16 F 2/2 UD 7,00 1 Donggala ,27 B 589 0,41 B ,72 D ,26 F ,03 F Tabel 6.24 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala Tahun pada kondisi Do-Nothing KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2012 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2012) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,0 0,57 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,2 0,95 E 3 Jl. Karejalemba ,6 0,64 C 4 Jl. Binangga ,8 0,67 C 5 Jl. Petalolo ,6 0,22 B 6 Jl. Jati ,2 0,61 C 7 Jl. Thamrin ,2 0,15 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2013 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2013) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,31 0,62 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,52 1,05 F 3 Jl. Karejalemba ,38 0,70 D 31

126 4 Jl. Binangga ,36 0,74 D 5 Jl. Petalolo ,47 0,24 B 6 Jl. Jati ,98 0,67 C 7 Jl. Thamrin ,55 0,16 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2014 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2014) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,44 0,69 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,00 1,16 F 3 Jl. Karejalemba ,19 0,78 D 4 Jl. Binangga ,52 0,81 D 5 Jl. Petalolo ,69 0,27 B 6 Jl. Jati ,04 0,74 D 7 Jl. Thamrin ,76 0,18 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2015 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2015) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,92 0,76 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,24 1,28 F 3 Jl. Karejalemba ,81 0,86 E 4 Jl. Binangga ,00 0,90 E 5 Jl. Petalolo ,84 0,29 B 6 Jl. Jati ,96 0,82 D 7 Jl. Thamrin ,23 0,20 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2015+MP3EI No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2015+MP3EI) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,45 0,84 D 32

127 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,11 1,41 F 3 Jl. Karejalemba ,17 0,94 E 4 Jl. Binangga ,69 0,99 E 5 Jl. Petalolo ,51 0,32 B 6 Jl. Jati ,48 0,90 E 7 Jl. Thamrin ,40 0,22 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2016 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2016) V/C LOS 8 Jl. Trans Sulawesi 2344, ,88 0,97 E 9 Jl. Trans Palu-Donggala 2329, ,79 1,65 F 10 Jl. Karejalemba 2313, ,42 1,13 F 11 Jl. Binangga 2297, ,69 1,11 F 12 Jl. Petalolo 2281, ,39 0,36 B 13 Jl. Jati 2265, ,53 1,03 F 14 Jl. Thamrin 2249, ,76 0,26 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2017 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2017) V/C LOS 15 Jl. Trans Sulawesi 2234, ,27 1,12 F 16 Jl. Trans Palu-Donggala 2218, ,75 1,91 F 17 Jl. Karejalemba 2202, ,92 1,31 F 18 Jl. Binangga 2186, ,29 1,28 F 19 Jl. Petalolo 2170, ,22 0,42 B 20 Jl. Jati ,23 1,20 F 21 Jl. Thamrin 2139, ,85 0,30 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2018 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2018) V/C LOS 33

128 22 Jl. Trans Sulawesi 2123, ,90 1,30 F 23 Jl. Trans Palu-Donggala 2107, ,86 2,22 F 24 Jl. Karejalemba 2091, ,29 1,52 F 25 Jl. Binangga 2075, ,05 1,49 F 26 Jl. Petalolo 2060, ,82 0,48 C 27 Jl. Jati 2044, ,93 1,39 F 28 Jl. Thamrin 2028, ,25 0,35 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2019 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2019) V/C LOS 29 Jl. Trans Sulawesi 2012, ,28 1,51 F 30 Jl. Trans Palu-Donggala 1996, ,38 2,59 F 31 Jl. Karejalemba 1980, ,41 1,77 F 32 Jl. Binangga 1965, ,77 1,74 F 33 Jl. Petalolo 1949, ,10 0,57 C 34 Jl. Jati 1933,5 3140,20 1,62 F 35 Jl. Thamrin 1917, ,62 0,41 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2020 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2020) V/C LOS 36 Jl. Trans Sulawesi 1901, ,16 1,77 F 37 Jl. Trans Palu-Donggala 1886, ,00 3,02 F 38 Jl. Karejalemba 1870, ,46 2,07 F 39 Jl. Binangga 1854, ,54 2,03 F 40 Jl. Petalolo 1838, ,06 0,66 C 41 Jl. Jati 1822, ,89 1,90 F 42 Jl. Thamrin 1806, ,68 0,48 C 34

129 KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2021 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2021) V/C LOS 43 Jl. Trans Sulawesi 1791, ,60 2,07 F 44 Jl. Trans Palu-Donggala 1775, ,90 3,55 F 45 Jl. Karejalemba 1759, ,94 2,42 F 46 Jl. Binangga 1743, ,80 2,38 F 47 Jl. Petalolo 1727, ,80 0,78 D 48 Jl. Jati ,16 2,23 F 49 Jl. Thamrin 1696, ,22 0,57 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2022 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2022) V/C LOS 50 Jl. Trans Sulawesi 1680, ,97 2,43 F 51 Jl. Trans Palu-Donggala 1664, ,79 4,17 F 52 Jl. Karejalemba 1648, ,73 2,85 F 53 Jl. Binangga 1632, ,30 2,81 F 54 Jl. Petalolo 1617, ,54 0,92 E 55 Jl. Jati 1601, ,48 2,63 F 56 Jl. Thamrin 1585, ,13 0,67 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2023 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2023) V/C LOS 57 Jl. Trans Sulawesi 1569, ,97 2,88 F 58 Jl. Trans Palu-Donggala 1553, ,98 4,93 F 59 Jl. Karejalemba 1537, ,09 3,37 F 60 Jl. Binangga 1522, ,21 3,32 F 61 Jl. Petalolo 1506, ,63 1,08 F 35

130 62 Jl. Jati 1490,5 4654,67 3,12 F 63 Jl. Thamrin 1474, ,37 0,80 D KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2024 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2024) V/C LOS 57 Jl. Trans Sulawesi 1569, ,72 3,17 F 58 Jl. Trans Palu-Donggala 1553, ,44 5,44 F 59 Jl. Karejalemba 1537, ,75 3,72 F 60 Jl. Binangga 1522, ,13 3,67 F 61 Jl. Petalolo 1506, ,55 1,20 F 62 Jl. Jati 1490,5 5135,96 3,45 F 63 Jl. Thamrin 1474, ,01 0,88 E KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2025 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2025) V/C LOS 64 Jl. Trans Sulawesi 1458, ,72 3,77 F 65 Jl. Trans Palu-Donggala 1443, ,84 6,47 F 66 Jl. Karejalemba 1427, ,89 4,43 F 67 Jl. Binangga 1411, ,11 4,36 F 68 Jl. Petalolo 1395, ,93 1,43 F 69 Jl. Jati 1379, ,02 4,11 F 70 Jl. Thamrin 1363, ,22 1,05 F KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2026 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2026) V/C LOS 71 Jl. Trans Sulawesi 1348, ,98 4,50 F 72 Jl. Trans Palu-Donggala 1332, ,64 7,73 F 73 Jl. Karejalemba 1316, ,27 5,30 F 36

131 74 Jl. Binangga 1300, ,76 5,22 F 75 Jl. Petalolo 1284, ,58 1,71 F 76 Jl. Jati ,99 4,93 F 77 Jl. Thamrin 1253, ,31 1,26 F KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2027 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2027) V/C LOS 71 Jl. Trans Sulawesi 1348, ,00 4,96 F 72 Jl. Trans Palu-Donggala 1332, ,21 8,53 F 73 Jl. Karejalemba 1316, ,20 5,84 F 74 Jl. Binangga 1300, ,24 5,76 F 75 Jl. Petalolo 1284, ,50 1,88 F 76 Jl. Jati ,55 5,44 F 77 Jl. Thamrin 1253, ,71 1,39 F KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2028 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2028) V/C LOS 78 Jl. Trans Sulawesi 1237, ,85 5,97 F 79 Jl. Trans Palu-Donggala 1221, ,86 10,26 F 80 Jl. Karejalemba 1205, ,68 7,04 F 81 Jl. Binangga 1189, ,35 6,95 F 82 Jl. Petalolo 1174, ,89 2,28 F 83 Jl. Jati 1158, ,96 6,57 F 84 Jl. Thamrin 1142, ,01 1,68 F KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2029 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2029) V/C LOS 78 Jl. Trans Sulawesi 1237, ,23 6,58 F 37

132 79 Jl. Trans Palu-Donggala 1221, ,96 11,32 F 80 Jl. Karejalemba 1205, ,41 7,77 F 81 Jl. Binangga 1189, ,60 7,67 F 82 Jl. Petalolo 1174, ,16 2,51 F 83 Jl. Jati 1158, ,14 7,25 F 84 Jl. Thamrin 1142, ,96 1,86 F KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2030 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2030) V/C LOS 85 Jl. Trans Sulawesi 1126, ,55 7,98 F 86 Jl. Trans Palu-Donggala 1110, ,09 13,74 F 87 Jl. Karejalemba 1094, ,89 9,44 F 88 Jl. Binangga 1079, ,29 9,33 F 89 Jl. Petalolo 1063, ,00 3,06 F 90 Jl. Jati 1047,5 9268,72 8,85 F 91 Jl. Thamrin 1031, ,47 2,27 F Gambaran kinerja pelayanan jaringan transportasi wilayah secara keseluruhan moda dapat dilakukan dengan pendekatan rasio demand-supply. Artinya dengan melakukan menghitung ketersediaan layanan pada masing-masing moda yang ada saat ini di Kabupaten Donggala, dengan pertumbuhan perjalanan penumpang pada skenario with MP3EI. Dari perhitungan, rasio demand-supply untuk keseluruhan moda tersebut, dapat dijelaskan melalui tabel berikut. 38

133 Tabel 6.25 Rasio Demand-SupplyJaringan Pelayanan Transportasi Tahun pada Kondisi Do-Nothing NO TAHUN KETERSEDIAAN KAPASITAS MAX RASIO SUPPLY- TOTAL PENUMPANG ORANG PER TAHUN DEMAND (%) (org/tahun) Jalan ASDP Jalan ASDP ,81 140, ,89 103, ,39 76, ,40 55, ,27 41, ,49 30, ,71 22, ,67 16, ,17 12, ,07 8, ,25 6, ,66 4, ,22 3, ,90 2, ,66 1, ,48 1, ,36 1, ,26 0,76 Dari tabel tersebut, terlihat bahwa rasio demand-supply dari moda angkutan jalan dan asdp, mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dengan kondisi terus menurunnya tingkat kinerja jaringan prasarana dan pelayanan transportasi tersebut, maka diperlukan pengembangan jaringan transportasi wilayah di Kabupaten Donggala, sehingga dapat mengantisipasi seluruh pertumbuhan bangkitan dan distribusi barang 39

134 maupun penumpang, terutama dengan dilaksanakannya pengembangan ekonomi utama MP3EI untuk wilayah Kabupaten Donggala. D. IDEALISASI JARINGAN TRANSPORTASI WILAYAH Berdasarkan sistem transportasi nasional pada tataran transportasi nasional tersebut, perlu kiranya disampaikan pula standar pelayanan minimal bidang perhubungan daerah provinsi sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 81 Tahun 2011 tentang Standar Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. 1. Jaringan Pelayanan Transportasi 1) Untuk indikator pelayanan minimal yang ditetapkan adalah tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kabupaten dan antar kota kecamatan, dengan nilai 100% dan batas waktu pencapaian pada tahun ) Terhubungnya seluruh ibukota kecamatan dengan jaringan jalan minimal sampai tahun Jaringan Prasarana Transportasi a. Untuk indikator pelayanan minimal yang ditetapkan adalah tersedianya terminal tipe B pada setiap koridor utama kases keluar dan masuk Kabupaten Donggala, untuk melayani pergerakan barang/orang yang masuk dan keluar Kabupaten Donggala, dengan nilai 100% dan batas waktu pencapaian pada tahun b. Tersedianya terminal tipe C pada setiap ibu kota kecamatan, guna melayani pergerakan barang/orang antar ibu kota kecamatan, sehingga seluruh kota kecamatan dapat terlayani dengan baik dan terintegrasi, dengan nilai 100% dan batas waktu pencapaian pada tahun 2020 E. PENGEMBANGAN TRANSPORTASI KABUPATEN DONGGALA (SINKRONISASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG) Pengembangan transportasi di Kabupaten Donggala diharapkan sinkron dengan rencana tata ruang dan kondisi social ekonomi.berdasarkan observasi dan analisis, dirangkum beberapa permasalahan yang ada terkait dengan tata ruang dan kependudukan di Kabupaten Donggala, antara lain : 40

135 1. Adanya tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang cukup besar yang ada di Kabupaten Donggala dan sekitarnya menimbulkan bangkitan perjalanan/pergerakan yang meningkat di Kabupaten Donggala; 2. Sebaran kepadatan penduduk Kabupaten Donggala yang tidak merata, dimana ada Kecamatan Banawa dengan kepadatan 325,55 jiwa/km 2 dan untuk Kecamatan Pinembani tingkat kepadatannya hanya 14,85 jiwa/km 2 ; Gambar 6.5 Tingkat Perbedaan Kepadatan Penduduk di Kab. Donggala 3. Masih dijumpai adanya potensi parkir yang muncul dibadan jalan, yang dapat menimbulkan hambatan bagi pengguna jalan. 41

136 Gambar 6.6 Kendaraan yang parkir di sembarang tempat 4. Belum terintergrasinya pusat kegiatan di Kabupaten Donggala dengan penyedia prasarana transportasi. Gambar 6.7 Area yang belum terintegrasi dengan fasilitas prasarana transportasi 42

137 5. Buruknya tingkat aksesbilias antar kecamatan yang ada di Kabupaten Donggala. Di Kabupaten Donggala masih terdapat Kecamatan yang belum terlayani oleh jaringan jalan. Dimana tingkat aksesbilitas paling buruk terdapat pada akses dari Kecamatan Banawa Tengah menuju Kecamatan Banawa sebesar 5,69 dan aksesblititas paling baik terdapat pada akses dari Kecamatan Labuan menuju Kecamatan Balaesang Tanjung sebesar 1,22. Berikut merupkan peta aksesbilitas dari peringkat terbaik dan terburuk : : Jalan Sebenarnya : Jalan Lurus Gambar 6.8 Visualisasi Aksesbilitas paling baik dan paling buruk di Kab.Donggala 43

138 6. Guna ruang jalan yang belum tertata dengan baik, yaitu banyaknya kendaraan parkir di badan jalan yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi kendaraan parkir, yang menyebabkan gangguan terhadap kelancaran arus lalu lintas di beberapa ruas jalan di kawasan kota; Keberhasilan pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Donggala tidak terlepas dari penataan dan pengembangan tata ruang wilayah di masing-masing kecamatan, sehingga perlu diupayakan keharmonisan pengembangan tata ruang dan sistem transportasinya, yang mengarah pada pusat kota yang padat dan kompak, dikombinasikan dengan sistem transportasi yang terstruktur dan terpadu. F. ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI DI KABUPATEN SIGI Arah pengembangan transportasi harus selaras dan terintegrasi dengan arah pengembangan moda transportasi lainnya. Untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang terpadu dengan moda transportasi lain perlu ditetapkan jaringan transportasi jalan (JTJ) yang menghubungkan seluruh wilayah. Dengan ditetapkannya jaringan transportasi jalan akan terwujud keterpaduan baik lalu lintas dan angkutan jalan dengan angkutan sungai danau dan penyeberangan yang mempunyai kesamaan wilayah pelayanan di daratan maupun antara lalu lintas dan angkutan jalan dengan moda transportasi laut dan udara yang keseluruhannya ditata dalam pola jaringan transportasi jalan dalam kesatuan sistem transportasi nasional. Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan menetapkan rencana umum jaringan transportasi jalan (RUJTJ). Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi yang handal, beberapa pokok kebijakan pengembangan transportasi jalan di Kabupaten Donggala diarahkan kepada beberapa target pencapaian yaitu sebagai berikut : 1. Peningkatan Kinerja Jaringan Pelayanan Dan Prasarana Kabupaten Donggala dalam meningkatkan kinerja jaringan palayanan dan prasarana dilakukan dengan meningkatkan kapasitas (pelebaran/pembangunan jalan) dan kualitas 44

139 jaringan jalan dan jembatan.dengan hal tersebut kepadatan lalu lintas dapat dikurangi, dan meminimalkan lokasi-lokasi rawan kecelakaan lalu lintas di jalan. Sasaran program ini adalah : Kegiatan pokok yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas ruas-ruas jalan tertentu melalui pelebaran jalan pada kawasan volume lalulintas padat, meningkatkan kualitas jalan di daerah permukiman, membangun dan meningkatkan kapasitas jalan terobosan (alternatif) untuk mengurangi kemacetan, meningkatkan kapasitas persilangan utama, merintis pembangunan angkutan massal yang baik dan nyaman untuk masyarakat. Meningkatnya kinerja jaringan jalan dan aksesibilitas baik di dalam maupun antar kawasan permukiman dan pusat kegiatan ekonomi di Kabupaten Donggala khususnya pada kawasan perkotaan seperti Banawa, dan Sindea dan kawasan wisata Tanjung Karang. Tersedianya fasilitas trotoar yang memadai bagi pejalan kaki serta fasilitas parkir untuk kendaraan di pusat pusat kota. 2. Peningkatan Aksesibilitas Dalam meningkatkan aksesibilitas di wilayah Kabupaten Donggala program yang dapat dilakukan adalah pengembangan sarana dan prasarana jalan serta fasilitas perlengkapan jalan dengan adanya program ini dapat mengoptimalkan tingkat pelayanan jaringan jalan melalui pengembangan sarana dan fasilitas perlengkapan jalan. Pendekatan pengembangan jaringan jalan berdasarkan skala prioritas dengan justifikasi sebagai berikut: a) Aksesibilitas antar sistem perkotaan harus merupakan jalan aspal memiliki kapasitas yang cukup dengan tingkat kondisi kerusakan permukaan jalan kecil sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan selamat, lancar, cepat. Direkomendasikan jalan ini merupakan jalan dengan status jalan kabupaten, fungsi jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer atau fungsi jalan arteri dalam sistem jaringan jalan sekunder dengan lebar jalan minimal tujuh meter dengan kapasitas jalan minimal satuan mobil penumpang per jam. b) Aksesibilitas antara pusat pengembangan dengan hirarki lebih rendah (antar hirarki II) dalam lingkup kabupaten harus merupakan jalan aspal memiliki kapasitas yang cukup 45

140 dengan tingkat kondisi kerusakan permukaan jalan kecil sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan selamat, lancar, cepat. Direkomendasikan jalan ini merupakan jalan dengan status jalan desa, fungsi jalan kolektor dalam system jaringan jalan sekunder dengan lebar jalan minimal enam meter dengan kapasitas jalan minimal satuan mobil penumpang per jam. c) Aksesibilitas dalam masing masing kecamatan yang menghubungkan antar desa sebaiknya merupakan jalan aspal memiliki kapasitas yang cukup dengan tingkat kondisi kerusakan permukaan jalan kecil sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan selamat, lancar, cepat. Direkomendasikan jalan ini merupakan jalan dengan status jalan desa, fungsi jalan lokal dalam system jaringan jalan sekunder dengan lebar jalan minimal lima meter dengan kapasitas jalan minimal satuan mobil penumpang per jam. d) Aksesibilitas menuju pusat-pusat kantong produksi sebaiknya merupakan jalan aspal dengan lebar minimal 4 meter. e) Aksesibilitas menuju kawasan wisata terbatas pantai tanjung karang sebaiknya merupakan jalan aspal dengan lebar maksimal 2 meter untuk membatasi pegerakan dan pengamanan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi. f) Pengembangan jaringan jalan pada wilayah tertinggal seperti di Rio Pakava dan Pinembani diarahkan untuk pembukaan akses dengan perkerasan minimal lapen dengan lebar minimal 3 meter sesuai dengan karakteristik alam. Strategi peningkatan aksesibilitas pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dapat dilakukan dengan menjaga keterkaitan antar-kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, dan antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya, pengembangan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan, mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan 46

141 transportasi darat, laut, dan udara, mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di kawasan terisolasi, peningkatan kualitas pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik serta mewujudkan keterpaduan sistem kelistrikan, peningkatan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air. 3. Peningkatan Penggunaan Angkutan Umum Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat.peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek yang sangat strategis dan diharapkan mampu mengakomodir seluruh kegiatan masyarakat.namun, hal tersebut belum dapat diwujudkan terkait dengan berbagai kendala. Rendahnya tingkat penggunaan kendaraan umum dibandingkan penggunaaan kendaran pribadi di kawasan perkotaan, menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi masih tinggi dan di sisi lain pelayanan angkutan umum perkotaan terlihat masih rendah. Kegiatan pokok yang dapat dilakukan meliputi kegiatan : a) Penyediakan jaringan pelayanan angkutan umum yang melayani semua wilayah di Kabupaten Donggala mulai dari angkutan kota antar provinsi, angkutan kota dalam provinsi, angkutan perkotaan serta angkutan pedesaan/perintis. b) Meningkatkan pelayanan angkutan umum dengan melaksanakan penataan rute pelayanan angkutan dan terminal penumpang serta menerapkan sistem pelayanan angkutan yang lebih berkualitas, membangun prasarana angkutan umum yang bersifat mass transportation, meningkatkan disiplin para pengemudi kendaraan umum melalui penerapan dan penegakan aturan berlalu lintas secara tegas, serta menyusun peraturan daerah tentang penyelenggaraan angkutan umum dan pengaturan kelembagaannya, termasuk pembentukan dewan transportasi kota dan partisipasi sektor swasta. 4. Menunjang Pengembangan Kawasan Ekonomi Pengembangan jaringan transportasi diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.di Kabupaten Donggala. 47

142 Disamping itu untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, penyelenggaraan transportasi diharapkan berperan mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas baik di perkotaan maupun perdesaan dengan harga terjangkau, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk melancarkan distribusi barang dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektorsektor ekonomi di wilayah Kabupaten Donggala dan sekitarnya. Peranan transportasi diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan.tersedianya pelayanan transportasi antar wilayah yang mendorong dan meningkatkan perdagangan antar wilayah, mengurangi perbedaan harga antar wilayah, meningkatkan mobilitas dan pemerataan tenaga kerja untuk mendorong terciptanya kesamaan kesempatan pembangunan wilayah. Pemerataan pelayanan transportasi secara adil dan demokratis juga dimaksudkan agar setiap lapisan masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pelayanan jasa transportasi secara mudah dan terjangkau. G. STRATEGI DAN UPAYA Dengan melihat kondisi eksisting jaringan transportasi, kebutuhan pengembangan wilayah, potensi yang dimiliki serta kebutuhan peningkatan perjalanan maka berikut ini beberapa permasalahan utama yang perlu diantisapi didalam menyusun rencana pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Donggala adalah sebagai berikut : 1 Meningkatnya kebutuhan pengembangan sistem jaringan jalan, mengingat makin bertambahnya arus pergerakan orang dan barang; 2 Kapasitas jalan-jalan kolektor primer dan arteri sekunder yang masih rendah di Kabupaten Dongala 3 Buruknya pelayanan angkutan umum di Kabupaten Donggala, terbukti dengan burukya kinerja angkutan umum dilihat dari frekuensi maupun headway; 4 Masih banyak ditemukan angkutan umum yang tidak beroperasi dan hanya menunggu penumpang; 48

143 5 Masih ditemukannya naik turun penumpang yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga menggangu kinerja lalu lintas; 6 Meningkatnya kebutuhan akan fasilitas tempat henti angkutan umum 7 Banyaknya angkutan barang yang parkir di jalan, sehingga menggangu kinerja jalan; 8 Angkutan barang yang memiliki muatan tinggi sehingga lambat laun akan mengakibatkan kondisi jalan memburuk; 9 Masalah lingkungan dimana akibat pergerakan angkutan barang akan menimbulkan kebisingan, getaran, dan emisi gas buang. 10 Angkutan barang dengan satuan mobil penumpang sangat menambah volume lalu lintas sehingga dapat menggangu kelancaran kinerja lalu lintas. 11 Belum didukungnya fasilitas penyeberangan pada Kecamatan Banawa, yang tidak sebanding dengan jumlah bangkitan yang menggunakan angkutan penyeberangan; 12 Masih sedikitnya rute alur penyeberangan di Kabupaten Donggala; 13 Masih minimnya fasilitas pelabuhan di pelabuhan di Kab. Donggala Dari permasalahan yang dirangkum di atas, disusunlah kebijakan, program dan kegiatan yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Sebagaimana dijelaskan diatas strategi pengembangan akan difokuskan pada target utama yaitu peningkatan kinerja jaringan pelayanan dan prasarana, peningkatan aksesibilitas, peningkatan jaringan pelayanan angkutan umum dan dalam upaya menunjang kawasan potensi ekonomi. Seluruh strategi yang dikembangkan dalam upaya pencapaian target dimaksud.strategi strategi yang dikembangkan juga disinkronisasi dengansistranas, Tatanan Transportasi wilayah (Tatrawil) Propinsi Sulawesi tengah serta disesuaikan dengan rencana Tata ruang wilayah (RTRW ) propinsi mapun Kabupaten Donggala. Strategi yang direncanakan adalah sebagaimana berikut : 1. Strategi Peningkatan Kinerja Prasarana dan Pelayanan Strategi peningkatan kinerja jaringana prasarana dan pelayanan difokuskan pada peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan jaringan yang sudah ada.peningkatan kualitas difokuskan pada perbaikan serta optimilisasi jaringan prasarana baik jalan maupun angkutan 49

144 umum. Uraian strategi yang dikembangkan dalam rangka peningkatan kinerja jaringan prasarana dan pelayanan adalah : a. Pengembangan Jaringan Jalan Mendukung kawasan pariwisata di pantai Tanjung Karang; Untuk meningkatkan daya tarik wisata domestik maupun manca negara, kawasan wisata yang potensial dikembangkan adalah kawasan Pantai Tanjung Karang, karena pantai tersebut memiliki potensi yang sangat baik, sehingga perlu untuk dikembangkan.prasarana transportasi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan kawasan wisata tersebut antara lain pengembangan jalan akses dan fasilitas parkir kendaraan. Gambar 6.9 Lokasi Pantai Tanjung Karang 50

145 Akses masuk dan area parkir sangat mendukung dalam pengembangan kawasan pariwisata, sehingga perlu adanya perhatian khusus pada sektor pariwisata agar dapat berjalan dengan baik. b. Manajemen lalu lintas pada Wilayah Perkotaan Strategi ini mencakup pengaturan arus lalu lintas di kawasan perkotaan di kabupaten Donggala yang mempunyai pergerakan lalu lintas yang cukup tinggi. Dengan pelaksanaan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja lalu lintas pada kawasan tersebut. Disamping itu juga akan ditingkatkan fasilitas pejalan kakisehingga diharapkan bukan hanya meningkatkan efektifitas pergerakan kendaraan namun juga nyaman untuk pejalan kaki dan sedikit polusi. c.penetapan ITS Pelaksanaan penerapan ITS dalam bidang transportasi sangat penting dalam peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum.pelaksanaan ITS di Kabupaten Sigi juga nantinya diharapkan dapat meningkatkan hal tersebut. Penerapan ITS yang dapat dilakukan di Kabupaten Sigi antara lain adalah : Penerapan ATCS pada simpang jalan utama yang merupakan koridor angkutan BRT Koridor Palu-Donggala. Dengan penerapan ATCS ini diharapkan akan dapat meningkatkat kinerja lalu lintas pada persimpangan seperti memberikan prioritas pada angkutan umum, dengan hasil yang diharapkan 100% dengan batas waktu pelaksanaan pada tahun Pemasangan GPS pada angkutan BRT Koridor Palu Donggala, serta setiap angkutan umum yang ada di Kabupaten Sigi. Dengan pemasangan GPS ini akan memudahkan untuk mengetahui posisi angkutan umum yang ada di jalan sehingga lebih mudah dalam mengawasi dan mengaturnya, dengan hasil yang diharapkan 100% dan dapat terlaksana pada tahun

146 BIC (Bus Information Center) yang bertujuan untuk mengetahui penjadwalan angkutan umum khususnya angkutan BRT Koridor 3 : Palu-Dolo-Sigi Biromaru dan semua angkutan umum yang ada di Kabupaten Sigi. Dengan adanya BIC (Bus Information Center) penumpang angkutan akan lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan angkutan umum yang nantinya juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum, dengan hasil yang diharapkan 100% dengan batas waktu pelaksanaan pada tahun Pemasangan fasilitas informasi pada setiap halte. Penerapan system tiket elektronik. Dalam pelaksanaan penetapan ITS perlu juga dilakukan beberapa tahapan antara lain yaitu : 1. Tahap studi kelayakan yaitu kajian yang dilakukan sebelum pelaksanaan penerapan ITS dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah penerapan ITS tersebut bermanfaat atau menguntungkan untuk diterapkan atau tidak secara finansial dan ekonomi, serta seberapa manfaat dan keuntungan tersebut bagi masyarakat. 2. Pembangunan prasarana ITS yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja jalan serta pelayanan angkutan 3. Implemetasi dan evaluasi yaitu tahapan setelah dilakukannya ITS, serta melakukan evaluasi guna menyempurnakan pelaksanaan penetapan ITS secara berkelanjutan. d. Penetapan status dan fungsi jalan Penetapan status dan fungsi jalan dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja jaringan jalan secara keseluruhan. Dengan penetapan status dan fungsi jalan akan dapatmenunjang perawatan serta tanggung jawab dari pemegang kewenangan, sehingga jalan dapat terus terjaga kondisi nya dan dapat dilakukan selalu perawatan. 52

147 e. Perbaikan geometri dan pelebaran jalan dan peningkatan struktur pada ruas jalan eksisting yang masih dibawah standar. Jalan di Kabupaten Donggala masih banyak yang tidak sesuai dengan standar, baik dari sisi kondisi perkerasan maupun dari sisi geometrik jalan. Berdasarkan data saat ini 28 % ruas jalan di kabupaten Donggala masih dalam kondisi rusak dan 23 % dalam kondisi rusak berat. Untuk itu diperlukan peningkatan kondisi jalan baik dari segi perkerasan dan peningkatan geometri jalan. 7% 20% 20% Belum Tembus Rusak Berat 25% Rusak Berat 28% Sedang Baik Gambar 6.10 Presentase kondisi jalan di Kab. Donggala Peningkatan kondisi jalan di fokuskan pada ruas ruas jalan strategis yang menghubungkan antara pusat pusat kegiatan dan pusat produksi. Disamping itu peningkatan ruas jalan dilakukan dalam rangka peningkatan akses pada lokasi simpul simpul transportasi. 53

148 Gambar 6.11 Peta Jalan yang dilakukan perbaikan f. Rencana Pembatasan On Street Parking di Pusat Kota. Terkait dengan perencanaan pembatasan parkir di badan jalan ( on street parking) khususnya di pusat Kabupaten mempunyai tujuan untuk meningkatkan kapasitas jalan dengan mengurangi hambatan samping yaitu salah satunya adalah parkir di badan jalan.dengan berkurangnya kendaraan yang parkir di badan jalan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jalan dan meningkatkan kinerja ruas jalan. 54

149 Gambar 6.12 Peta area yang diberlakukan pembatasan parkir on street Terkait dengan keterbatasan lokasi parkir di Kabupaten Donggala, hal yang lebih efisien untuk mengendalikan pertumbuhan kendaraan pribadi adalah menerapka transport demand management dengan strategi pembatasan jumlah satuan ruang parkir dan pembatasan lokasi parkir. Kabupaten Donggala mempunyai prasarana jalan yang sangat terbatas, sehingga kendaraan pribadi dominan memakai badan jalan untuk parkir kendaraannya.strategi yang diusulkan adalah menerapkan larangan parkir di badan jalan terutama untuk jalan yang mempunyai fungsi jalan arteri primer, tetapi dengan konsekuensi menyediakan lokasi parkir off street parking.strategi ini juga harus didukung dengan berapa besar tingkat kemauan berjalan kaki masyarakat Kabupaten Donggala. Dan untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting lokasi parkir di badan jalan pada pusat kota dan jalur pantura dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 55

150 Gambar 6.13 Visualisasi Parkir on street g. Pengembangan fasilitas pejalan kaki Seiring dengan perkembangan, fasilitas pejalan kaki perlu ditingkatkan untuk mendukung keselamatan dalam perjalanan (transportasi).dalam perkembangan ke depannya idealnya untuk perkotaan di Kabupaten Donggala terdapat trotoar pejalan kaki, namun karena biaya yang dibutuhkan tidak sedikit perlu skala prioritas yang saat ini kemungkinan sudah hampir terpenuhi. Fasilitas penyeberangan perlu juga ditingkatkan, hal ini tidak harus membuat jembatan penyeberangan mengingat arus pergerakan belum terlalu tinggi dan sering tidak termanfaatkan secara optimal.maka, hanya perlu mempertegas marka-marka untuk pejalan kaki seperti zebracross.dalam pembuatan fasilitas pejalan kaki harus memperhatikan fasilitas bagi penyandang cacat. 56 h. Rambu dan Marka Jalan di Kabupaten Donggala Perambuan dan pemarkaan jalan di Kabupaten Donggala merupakan salah satu strategi.hal tersebut terkait dengan peningkatan keselamatan bagi para pengguna jalan di Kabupaten Donggala.Kabupaten Donggala merupakan akses untuk jalur Trans Sulawesi, sehingga dengan melihat kondisi tersebut diperlukan rambu-rambu dan marka

151 jalan yang jelas dan tegas untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi para pengguna jalan. Pemasangan rambu pada akses jalur Trans Sulawesi dan jalan lain yang berada di Kabupaten Donggala yang sering digunakan adalah : 1) Rambu peringatan hati-hati; 2) Rambu batas kecepatan maksimum; 3) Rambu dilarang berhenti; 4) Rambu dilarang parkir; 5) Rambu halte bus (untuk tempat menaikkan dan menurunkan penumpang); 6) Rambu penyeberangan pejalan kaki. Dan terkait dengan marka jalan, di Kabupaten Donggala dan Sekitarnya masih banyak pada beberapa ruas jalan terkait dengan marka belum semuanya terdapat marka jalan.untuk lebih jelasnya mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 6.14 Kondisi Ruas Jalan Trans Sulawesi 57

152 Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa untuk ruas jalan Trans Sulawesi tidak tersedia marka jalan yang digunakan sebagai pembatas untuk pemisah jalur tersebut dan hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. i. Perencanaan Fasilitas Perlengkapan Jalan Perencanaan fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrail) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan kabupaten/kota adalah prosentase perlu dilakukan di kabupaten Donggala pada saat ini masih banyak ruas jalan yang belum dilengkapi fasilitas perlengkapan jalan yang memadai. Gambar 6.15 Visualisasi jalan yang membutuhkan fasilitas perlengkapan jalan Perencanaan fasilitas perlengkapan jalan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan.fasilitas 58 perlengkapan jalan memberi informasi kepada pengguna jalan tentang peraturan dan

153 petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus lalu lintas yang selamat, seragam dan beroperasi dengan efisien. j. Penambahan kapasitas jalan di Kab. Donggala Untuk menjaga dan meningkatkan kinerja jalan di Kabupaten Donggala, maka perlu adanya peningkatan kapasitas jalan tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas jalan adalah dengan pelebaran jalan maupun dengan penertiban hambatan samping. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan pelebaran jalan maupun pernertiban hambatan samping.peningkatan kapasitas dengan melebarkan ruas jalan dilakukan pada ruas jalan yang memiliki bahu jalan yang masih lebar. Sedangkan peningkatan kapasitas dengan menghilangkan hambatan samping dilakukan pada ruas jalan yang berada diwilayah pemukiman maupun pusat kegiatan. Gambar 6.16 Visualisasi Jalan di Kab. Donggala 59

154 2. Strategi Peningkatan Aksesbilitas Strategi peningkatan aksesibilitas diharapkan dapat meningkatkan keterjangkauan seluruh wilayah di Kabupaten Donggala, sehingga diharapkan dengan strategi peningkatan aksesibilitas seluruh wilayah di Kabupaten Donggala dapat terhubung dengan jaringan jalan serta seluruh pusat produksi dapat terhubung ke pusat distribusi sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Berdasarkan data perengkingan JS/JL ratio tertimbang didapatkan permasalahan aksesibilitas yang terburuk sampai yang baik.dari perengkingan tersebut dapat diusulkan pembangunan jalan baru guna memperbaiki nilai aksesibilitas dari pusat pusat kegiatan. Adapun perengkingan permasalahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6.26 Perangkingan JS/JL dan Ratio Tertimbang Kab. Donggala No Kec. Asal Kec. Tujuan JS/JL Perjalanan Ratio Tertibang Perankingan 1 Banawa BanawaTengah 5, BanawaTengah Labuan 4, ,3 2 3 SindueTombusabora BanawaTengah 3, , Sindue BanawaTengah 3, , BanawaTengah Tanantovea 2, , Banawa Labuan 4, , BanawaTengah Banawa 5, , SindueTobata BanawaTengah 2, , BanawaTengah Balaesang 1, , BanawaTengah BanawaSelatan 2, ,57 10 Dari perengkingan tersebut strategi dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Pembuatan Jalan Baru yang menghubungkan Kecamatan Banawa Kecamatan Banawa Tengah; Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan indikator aksesbilitas maka didapati adanya rute perjalanan yang tidak efisien, untuk itu perlunya dibaut jalan untuk dapat 60 meningkatkan aksesbilitas antara Kecamatan Banawa Banawa Tengah. Selain dilihat

155 dari nilai aksesbilitas, dari segi rasio tertimbang juga Kecamatan Banawa Banawa Tengah memiliki nilai sebesar yang menjadikan sebagai prioritas untuk dilakukan penangan terlebuh dahulu. Berikut merupakan gambar rencana pembangunan akses baru untuk Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah : Jalur Eksisting : Jalur Perencanaan Gambar 6.17 Peta pembuatan akses jalan baru 61

156 Tabel 6.27 Perbandingan kinerja sebelum dan sesudah pembuatan akses Skenario Jarak Sebenarnya Jarak Langsung JS/JL Sebelum pembangunan 27,3 4,8 5,69 Setelah pembangunan 12,6 4,8 2,63 Dengan adanya pembuatan jalan baru tersebut, maka akan meningkatkan kinerja aksesbilitas yang menghubungkan Kecamatan Banawa dan Kecamatan Banawa Tengah diman nilai aksesbilitas sebelumnya berjumlah 5,69 dan setelah dilakukan pembangunan maka nilai aksesbilitasnya menjadi 2, Strategi Peningkatan Kinerja Pelayanan Angkutan Umum Strategi peningkatan angkutan umum diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat kabupaten Sigi untuk menggunakan moda angkutan umum. Dengan meningkatnya penggunaan angkutan umum diharapkan akan mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sebesar 50%. Hasil pengolahan yang diperoleh dari survai pada respon keluarga terhadap pelayanan angkutan umum diperoleh hasil bahwa penggunaan moda angkutan umum yang tertinggi adalah dengan nilai pelayanan Biasa Saja (41,67%).Sedangkan respon keluarga terhadap pelayanan angkutan pribadi diperoleh hasil bahwa penggunaan moda angkutan umum yang tertinggi adalah dengan nilai pelayanan Biasa Saja (36,67%).Kemudian dari Hasil pengolahan juga diperoleh bahwa keluarga yang merespon bahwa pelayanan angkutan umum sangat tidak puas cenderung menggunakan angkutan pribadi.sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan moda angkutan pribadi cenderung dikarenakan pelayanan angkutan umum yang kurang baik. Untuk keterangan selebihnya dapat dilihat pada tabel, grafik dan diagram dibawah ini. 62

157 a. Penyusunan Masterplan SAUM Kabupaten Donggala; Angkutan umum masal sangat diperlukan guna mengatasi permasalahan lalu lintas, salah satunya untuk meningkatkan kinerja angkutan umum.untuk rencana penetapan angkutan umum masal dapat dioperasikan pada ruas jalan utama pada Kabupaten Donggala, terutama untuk menghubungkan daerah2 yang berpotensi. Salah satunya adalah untuk menghubungkan Kecamatan Banawa dengan Kota Palu. Peta jaringan angkutan umum massal dapat dilihat pada peta dibawah ini : Gambar 6.18 Rencana Penetapan Angkutan Umum Massal Di Kab. Donggala 63

158 Dimana ruas jalan yang direncakan dilalui angkutan umum masal antara lain : Tabel 6.28 Data jalan yang direncakan dilalui angkutan umum massal No Nama Jalan Panjang Jalan Lebar Jalan 1 Jl. Banawa 4,7 km 5,5 m 2 Jl. Banawa - Palu 24,7 km 5,5 m 3 Jl. Diponegoro 2,3 km 8 m 4 Jl. Imam Bonjol 2,7 km 8 m Pada jalan dengan lebar jalan rendah harus dilakukan pelebaran jalan, sehingga layak untuk dilalui angkutan umum massal. b. Penyiapan sarana dan prasarna pendukung SAUM Dibutuhkan sarana dan prasarana guna mendukung angkutan umum tersebut. Seperti halte atau tempat pemberhentian sebagai tempat naik turun penumpang.prasarana angkutan umum tersebut harus diletakan pada koridor pelayanan angkutan umum masal tersebut. Berikut contoh sarana angkutan umum masal : Gambar 6.19 contoh sarana angkutan umum massal 64

159 Halte merupakan fasiltas penunjang yang sangat penting bagi terselenggaranya pelayanan angkutan umum. Untuk rencana desain fisik halte, bentuk fisik halte yang akan digunakan adalah bentuk dengan ketinggian lantai dari permukaan tanah disesuaikan dengan tinggi kabin bus, dengan ruangan tertutup yang dilengkapi dengan pintu otomatis buka tutup saat bus datang dan berangkat, dengan luas ruang tunggu yang disediakan dengan ukuran 5000 mm x mm, juga hanya terdapta satu pintu masuk dan satu pintu keluar halte dan satu pintu dengan dua daun pintu untuk akses menuju bus. Tampak Depan Gambar 6.20 Tampak Depan Desain Halte 65

160 Tampak Samping Tampak Atas Gambar 6.21 Tampak Samping Desain Halte Gambar 6.22 Tampak Atas Desain Halte Pada trayek utama akan disediakan halte di sepanjang rute yang akan dilalui untuk trayek BRT sebagai tempat naik turun penumpang agar tidak terjadi naik turun di sembarang tempat. Penempatan titik halte halte harus sesuai dengan banyaknya penumpang naik turun, sehingga penempatan prasana bisa efektif dan efisien, selain penempatan tempat pemberhentian dapat dilakukan dengan menggunakan dasar demand, penempatan prasarana bisa ditempatkan berdasarkan desain sesuai dengan 66

161 jenis guna lahan pada area di sekitar jalan tersebut, untuk peta penempatan tempat henti dapat dilihat padapeta dibawah ini : Gambar 6.23 Penempatan Tempat Henti Kendaraan Angkutan Umum Massal c. Penerapan E-Ticketing Dan Singel Tarif Dalam memudahkan pengguna angkutan umum dalam menggunakan jasa pelayanan angkutan umum di Kabupaten Donggala, penerapan e-ticketing dan single tarif perlu direncanakan khususnya untuk prioritas kepada angkutan massal serta pada semua angkutan umum secara bertahap. Dengan penerapan e-ticketing dan single tariff akan memudahkan penumpang dalam melakukan perjalanan ketika ada perpindahan penggunaan moda serta dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pengguna jasa 67

162 angkutan umum. Penerapan e-ticketing dan single tariff ini diharapkan sudah berlaku pada tahun 2020 dengan nilai 100%. d. Pengembangan jaringan angkutan umum berdasarkan hirarki. Pada dasarnya seluruh wilayah di Kabupaten Donggala harus dilayani oleh angkutan umum, oleh karena itu pengembangan jaringan angkutan umum sangat diperlukan. Pengembangan jaringan angkutan umum harus berdasarkan hirarki jalan. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Untuk jalan utama dilayani oleh angkutan umum dengan kapasitas besar seperti bus, dan untuk kelas jalan dibawahnya menggunakan angkutan umum dengan kapasitas lebih kecil, sebagai contoh elf. Dan untuk kelas jalan lokal menggunakan angkutan umum jenis mobil penumpang. Berikut contoh pengembangan jaringan angkutan umum berdasarkan hirarki jalan : Tabel 6.29 Hirarki perencanaan Angkutan Umum No Hirarki Angkutan Jenis Angkutan Warna Trayek 1 Antar Kecamatan Elf Merah 2 Di Dalam Kecamatan Mobil Penumpang Kuning e. Perencanaan tempat pemberhentian angkutan umum di Kab.Donggala. Tempat pemberhentian kendaran untuk angkutan perkotaan juga harus diperhatikan, sehingga angkutan perkotaan tidak menaikan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Penempatan yang efektif sangat berguna untuk mendukung kinerja angkutan umum tersebut. Penempatan halte angkutan umum dapat menggunakan dasar jarak sebesar 500 m 1 km tergantung dengan jenis tata guna lahan pada jalan tersebut. Peta penempatan halte guna angkutan perkotaan adalah sebagai berikut : 68

163 : Perencanaan penempatan halte angkutan perkotaan Gambar 6.24 Perencanaan penempatan halte angkutan perkotaan Untuk area-are tertentu penempatan halte tidak boleh ditempatkan disembarang tempat. Penempatan halte di ruas jalan harus memiliki celukan atau lay bay sehingga angkutan umum yang berhenti tidak mengganggu arus lalu lintas, berikut gambar contoh penempatan halte pada ruas jalan : 69

164 Gambar 6.25 Contoh penempatan halte Samahalnya pada ruas jalan, penempatan halte pada persimpangan juga memiliki peraturan tersendiri, seperti minimal berjarak 20 m dari mulut simpang. Berikut merupakan contoh penempatan halte pada persimpangan : 70

165 Gambar 6.26 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Tiga Gambar 6.27 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Empat 71

166 f. Perencanaan Terminal Angktutan Penumpang di Kab. Donggala Fungsi utama dari terminal adalah sebagai pengumpul dan sebagai penyebar, dalam artian terminal harus dapat mengumpulkan perjalan-perjalan pendek yang akan meneruskan dengan perjalan jarak jauh, dan artian meyebarkan adalah setelah melakukan perjalan jauh, maka akan disebar dengan menggunakan angkutan lebih kecil. Berdasarkan hasil analisis pergerakan perjalanan di kabupaten donggala diperoleh bahwa pergerakan terbesar terjadi pada pergerakan didalam zona dibandingkan dengan pergerakan antar zona. Hal ini terjadi karena jarak antar zona sangat jauh. Dengan direncanakan jaringan angkutan umum yang melayani seluruh kecamatan maka diperlukan terminal penumpang minimal terminal tipe C sebagai tempat untuk mengumpulkan pergerakan didalam zona sebelum melakukan perjalanan antar zona dengan angkutan umum. Berdasarkan hal tersebut berikut diusulkan lokasi terminal tipe C di kabupaten Donggala. 72

167 : Terminal Eksisting : Terminal Usulan Gambar 6.28 Peta Lokasi Terminal Usulan dan Terminal Eksisting Usulan penempatan perencanaan terminal angkutan penumpang di Kabupaten Donggala antara lain : 73

168 Tabel 6.30 Lokasi Perencanaan Penempatan Terminal di Kab. Donggala NO Kecamatan Keterangan 1 Sojol Terminal Tipe C 2 Balaesang Terminal Tipe C 3 Sindue Terminal Tipe C 4 Pinembani Terminal Tipe C 5 Rio Pakava Terminal Tipe C g. Peningkatan Terminal Banawa yang sebelumnya tipe C menjadi tipe B Dalam kaitannya pergerakan masyarakat yang dilakukan antar kabupaten di dalam provinsi maka perlu ditingkatkan status dari tipe C menjadi tipe B. Dimana terminal yang akan dijadikan menjadi tipe B adalah Terminal Banawa. Hal ini diperlukan mengingat lokasi terminal banawa yang cukup strategis berada dekat pada jalan trans sulawesi yang banyak dilalui pergerakan antar kabupaten. Disamping itu potensi pergerakan eksternal Kabupaten Donggala cukup besar terutama ke Kota Palu terlebih jika nanti program MP3EI dijalankan. Gambar 6.29 Kondisi Terminal Banawa Setelah dilakukan peningkatan menjadi terminal tipe B, maka fasilitas dari terminal Banawa harus ditambah sesusai dengan peraturan yang telah berlaku. 74

169 h. Perbaikan Sistem Pengelolaan Angkutan Umum Salah satu kelemahan yang diinventarisasi terkait penyelenggaraan angkutan umum adalah manajemen pengelolaannya.saat ini pengelolaan angkutan umum di Kabupaten donggala dilakukan oleh perorangan seshingga sulit untuk melakukan pengawasan.berdasarkan hal tersebut perlu disusun strategi pembenahan pengelolaan sistem manajemen angkutan umum yang ada di Kabupaten Donggala.Sistem pengelolaan dapat dilakukan dengan menerapkan pengelolaan angkutan umum dengan sistem buy the service, penjadwalan yang tetap, system informasi yang akurat, menggunakan system tender dalam pelaksanaan angkutan umum, serta melakukan evaluasi secara berkala. Dengan perbaikan system pengelolaan angkutan umum tersebut diharapkan nantinya pelayanan angkutan umum akan terus semakin meningkat dan masyarakat yang menggunakan angkutan umum menjadi suka menggunakan angkutan umum dalam setiap melakukan perjalanan. Perbaikan system pengelolaan angkutan ini diharapkan telah dapat dilaksanakan pada tahun 2015 serta dilakukan secara berkelanjutan. i. Kampanye Dan Sosialisasi Penggunaan Angkutan Umum Untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum di Kabupaten Donggalaperlu disusun strategi pelaksanaan kampanye dan sosialisasi penggunaan angkutan umum.kampanye dan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan manfaat yang baik dalam menggunakan angkutan umum sehingga masyarakat mau untuk menggunakan angkutan umum. Kampanye dan sosialisasi penggunaan angkutan umum ini diharapkan dilakukan oleh pihak berwenang secara berkelanjutan sehingga semua masyarakat Kabupaten Donggalaakan semakin tahu tentang manfaat penggunaan angkutan umum bagi diri mereka dan daerah Kabupaten Donggala secara umum. 75

170 4. Strategi Pengembangan Dalam Rangka Mendukung Kawasan Ekonomi Dalam pengembangan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Donggala perlu dilakukan strategi strategi dalam pengembangan kawasan kawasan ekonomi strategis. Adapun strategi strategi tersebut fokusnya adalah pengembangan jaringan pelayanan dan simpul pelayanan pada pusat pusat produksi seperti yang dijelaskan berikut ini : a. Perencanaan Jaringan Lintas Angkutan Barang Dengan melihat potensi masing-masing daerah dengan tingkat produksi yang besar, proses distribusi pasti sangat diperlukan untuk menyalurkan hasil produksi ke daerahdaerah lain yang memerlukan dan membutuhkan. Walaupun distribusi dapat dilakukan dari darat, laut dan udara tetapi asal produksi adalah di darat sebelum berganti moda menjadi laut ataupun udara. Sehingga perlu dibuat perencanaan jaringan lintas angkutan barang untuk Kabupaten Donggala. Dengan melihat pola pergerakan perjalanan di Kabupaten Banggai, dapat diketahui jalanjalan mana saja yang sering dilintasi oleh angkutan barang serta jalan yang berpotensi sebagai lintas untuk hasil produksi tertentu. Selain melihat pola pergerakan perjalanan, dapat dilihat jalan-jalan yang memang bisa dilewati oleh kendaraan barang. Karena tidak semua jalan dapat dilintasi oleh kendaraan barang dikarenakan lebar jalan yang tidak memadai dan akan bercampurnya arus lalu lintas disana yang akan menyebabkan kemacetan dan berkurangnya faktor keselamatan diwilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut berikut merupakan usulan perencanaan jaringan lintas angkutan barang di Kabupaten Donggala. Untuk mendukung penentapan jaringan lintas tersebut perlu dilakukan peningkatan kondisi dan geometri jalan sehingga dapat dilalui oleh kendaraan barang dengan dimensi yang besar. Disamping itu perlu digalakkan sistem pengawasan dan monitoring pada penyelenggaraan angkutan barang 76

171 dijalan sehingga distribusi barang dapat tetap dilakukan pada jaringan lintas yang telah ditetapkan. Gambar 6.30 Peta jaringan lintas berdasarkan pola pergerakan dan geometrik jalan b. Perencanaan penempatan rambu larangan parkir bagi kendaraan angkutan barang untuk tidak parkir pada ruas jalan yang tidak diizinkan. Pencegahan perlu dilakukan untuk mengantisipasi angkutan barang yang parkir disembarang tempat, dengan adanya pecegahan tersebut maka akan menjaga kinerja lalu lintas tetap baik. Berikut merupakan contoh angkutan barang yang parkir tidak pada tempat yang telah disediakan : 77

172 Gambar 6.31 Visualisasi angkutan barang yang parkir disembarang tempat c. Peningkatan kelas jalan guna meningkatkan rute lintas angkutan barang Untuk mendukung penentapan jaringan lintas angkutan barang perlu dilakukan peningkatan kelas jalan yang dilalui. Peningkatan kelas jalan tersebut dilakukan agar jalan jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan angkutan barang yang memiliki dimensi yang besar. Peningkatan kelas jalan dilakukan dengan penongkatan geomteri dan peningkatan kondisi perkerasan jalan. 78 Gambar 6.32 Kondisi Jalan Kab.Donggala

173 d. Strategi peningkatan Intermoda dalam angkutan barang Peran intermoda dalam proses pengiriman barang sangat diperlukan. Dengan penerapan intermoda maka akan mengurangi waktu didalam distribusi pengangkutan barang sehingga akan mengurangi biaya distribusi. Perencanaan intermoda dapat dilakukan dengan membangun fasilitas intermoda secara fisik, jadwal maupun dokumennya. Gambar 6.33 Sistem Intermoda Angkutan Barang e. Perencanaan Simpul Angkutan Barang Dengan melihat jaringan jalan yang sering dilintasi oleh angkutan barang, akan didapatkan pola pergerakan angkutan barangnya yang dapat dijadikan rekomendasi untuk penentuan letak potensi titik simpul angkutan barang yang nantinya akan bertujuan sebagai tempat pergantian kendaraan barang, dari kendaraan tronton/berat menjadi pick up atau truk sedang dan lainnya. Dengan adanya konsep terminalisasi ini akan memudahkan proses distribusi barang baik yang berasal dari luar Kabupaten Donggala maupun yang akan didistribusikan keluar kabupaten Donggala. Berikut ini adalah lokasi usulan perencanaan penentuan titik simpul berdasarkan pola pergerakan angkutan barang Kabupaten Donggala : 79

174 Gambar 6.34 Peta Lokasi Rencana Titik Simpul Angkutan Barang Kabupaten Banggai Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa lokasi titik simpul ditempatkan didalam dan diluar kabupaten dikarenakan untuk membagi area pelayanan di Kabupaten Donggala. 80 Untuk beberapa simpul ditempatkan di titik dimana angkutan barang keluar masuk suatu kawasan dengan ditempatkan juga fasilitas pengawas muatan barang didekat simpul/terminal tersebut. Sedangkan terminal/simpul yang berada didalam kabupaten dimaksudkan sebagai titik pengumpul sekaligus titik transfer angkutan barang ke kawasan yang dituju/ kawasan asal. Kemudian untuk titik simpul/terminal yang berada di ibukota kabupaten ditujukan sebagai titik simpul/terminal yang berkaitan dengan pelabuhan, sehingga barang yang masuk/keluar dari pelabuhan dapat langsung masuk

175 ke titik simpul dan barulah disalurkan ke tujuannya. Fasilitas pengawas muatan juga harus ditempatkan di dekat titik simpul yang berada di ibukota kabupaten tersebut, untuk melindungi jalan agar tidak cepat rusak dan meningkatkan tingkat keselamatan di jalan. f. Pembangunan dermaga penyeberangan di Pelabuhan Banawa Untuk meningkatkan kinerja pelayanan angkutan penyeberangan maka perlu dibuatnya pelabuhan penyeberangan di Kab. Donggal. Berdasarkan hasil analisa pergerakan masyarakat menggunaka jasa penyeberangan maka perlu di buat pelabuhan di Kecamatan Banawa. Peta pelabuhan di Kab. Donggala ada sebagai berikut : : Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Lokal : Perencanaan Pelabuhan Banawa Gambar6.35 Peta Lokasi Pelabuhan Nasional, Lokal dan Rencana Pelabuhan Baru 81

176 g. Pembangunan pelabuhan penyeberangan di Tompe Kab. Donggala Dilihat dari potensi pergerakan masyarakat menggunakan jasa angkutan penyeberangan maka akan di bangun pelabuhan penyeberangan di daerah Tompe Kab. Donggala. Pelabuhan ini akan melayani rute penyeberangan Tompe Palu utara seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 6.36 Alur penyeberangan Tompe Palu Utara 82

177 BAB 7 PENJADWALAN PROGRAM PENGEMBANGAN A. Penjadwalan Program Pengembangan Dalam rangka membentuk suatu sistem transportasi di Kabupaten Donggala yang terpadu dan berkesinambungan, maka pemecahan permasalahan sistem jaringan transportasi yang ada harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Isu otonomi daerah (meningkatkan peran kabupaten/kota). 2. Sistem transportasi lokal kawasan yang lebih luas. Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sistem transportasi. Proses perencanaan jaringan tidak dapat lagi bersifat top-down dengan pemerintah Kabupaten Donggala sebagai aktor utama. Pendekatan bottom-up akan lebih cocok untuk mencerminkan adanya demokrasi dalam proses pengambilan kebijakan. Untuk itu dalam mengembangkan kebijakan yang akan tertuang dalam sistem transportasi lokal, setidaknya ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Partisipasi, dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka bagaimanapun juga aspirasi/keinginan dari pemerintah Kabupaten harus dipertimbangkan. Namun demikian, penyelenggaraannya harus tetap dalam konteks pengembangan sistem jaringan transportasi wilayah atau nasional. 2. Bertahap, sesuai dengan kemampuan pendanaan yang ada, maka tidak memungkinkan semua keinginan dalam mengembangkan sistem transportasi dapat diwujudkan sekaligus, untuk itu pelaksanaan pembangunan harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan prioritas. Pengambilan keputusan dalam penjadwalan program sistem transportasi akan dihadapkan kepada sejumlah variabel yang komplek sesuai pembobotan dari sistem transportasi. Setidaknya variabel program pembangunan transportasi yang telah direncanakan, program pembangunan transportasi dalam mendukung aksesibilitas transportasi, dampak dari pengembangan sistem transportasi, dan pembiayaan program tersebut menjadi kriteria dalam menentukan kapan pengembangan transportasi itu dilakukan. 1

178 Berdasarkan kegiatan analisis akan dihasilkan daftar panjang (long list) program transportasi di Kota Tegal dan Sekitarnya (Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes), untuk melakukan pentahapan dalam program jangka pendek, menengah atau panjang akan digunakan metode skoring, dengan beberapa kriteria yang akan ditetapkan. Kriteria penilaian yang digunakan dalam memilih tahap daftar panjang ke pentahapan/jangka waktu pelaksanaan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian yaitu, kegiatan program yang direncanakan, aksessibilitas transportasi, dampak program dan pembiayaan. Penjelasan masing-masing kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Yang Telah Diprogramkan (Tatranas/Tatrawil) Kriteria ini mengakomodasi beberapa kegiatan proyek transportasi darat yang telah menjadi commited project baik di tingkat regional maupun nasional. Proyek-proyek tersebut bergantung pada pelaksanaan yang baik seperti koordinasi yang mudah, ketersediaan dana serta badan pelaksana yang mampu melaksanakan tugas tersebut. Usulan perencanaan yang telah ada perjanjian kerjasama, komitmen pelaksanaan, dan alternatif pendanaan diberikan nilai tinggi (H) dengan skor 50. Usulan perencanaan yang telah ada perjanjian kerjasama, komitmen pelaksanaan, dan tetapi alternatif pendanaan belum ada diberi nilai sedang (M) dengan skor 25 sedangkan usulan perencanaan yang telah ada perjanjian kerjasama, komitmen pelaksanaan belum kuat, dan belum ada alternatif pendanaan diberikan nilai rendah (L) dengan skor Aksessibilitas Transportasi Aksessibilitas transportasi di Kabupaten Donggala, menjadi kriteria yang juga menentukan keterhubungan, disparitas, defisiensi transportasi antar wilayah tersebut menjadikan dasar dalam mempertimbangkan aksessibilitas transportasi tersebut. Usulan perencanaan transportasi yang sesuai dengan hirarki fungsi kabupaten/kota, sangat mendukung pusat andalan dan ekonomi terpadu, serta mengembangkan daerah tertinggal diberi nilai tinggi (H) dengan skor 50. Usulan perencanaan sesuai dengan hirarki fungsi kabupaten/kota, tetapi kurang mendukung pusat andalan dan ekonomi terpadu, serta mengembangkan daerah tertinggal diberi nilai sedang (M) dengan skor 25 sedangkan usulan perencanaan sesuai dengan hirarki fungsi kabupaten/kota, tetapi tidak mendukung pusat andalan dan ekonomi terpadu, serta mengembangkan daerah tertinggal diberi nilai rendah (L) dengan skor 0. 2

179 3. Dampak Proyek Kriteria ini mengupayakan bahwa proyek atau kegiatan yang timbul nantinya akan dapat menarik minat tidak hanya pemerintah pusat dan daserah namun juga pihak swasta untuk ikut berpartisipasi, sehingga proyek yang timbul mempunyai nilai dampak transportasi yang tinggi. Usulan perencanaan yang sangat menguntungkan secara ekonomi, adanya peluang investor tertarik dan sangat menguntungkan secara ekonomi, adanya peluang investor tertarik dan sangat meningkatkan skala ekonomi diberi nilai tinggi (H) dengan skor 50. Usulan perencanaan yang kurang menguntungkan secara ekonomi, adanya peluang investor tertarik dan meningkatkan skala ekonomi diberi nilai sedang (M) dengan skor 25 sedangkan usulan perencanaan yang tidak menguntungkan secara ekonomi, peluang investor tertarik kecil diberi nilai rendah (L) dengan skor Pembiayaan Dengan keterbatasan anggaran pemerintah saat ini, perlu juga dipertimbangkan peran swasta, masyarakat dan pemerintah daerah diberikan porsi untuk ikut membangun transportasi. Usulan perencanaan yang telah ada alternatif pendanaan dan membutuhkan biaya rendah diberi nilai tinggi (H) dengan skor 50. Usulan perencanaan yang telah ada alternatif pendanaan dan membutuhkan biaya cukup besar diberi nilai sedang (M) dengan skor 25. Usulan perenc anaan yang belum ada alternatif pendanaan dan membutuhkan biaya besar diberi nilai rendah (L) dengan skor 0. Berdasarkan analisis penjadwalan program yang telah diusulkan maka didapatkan program kegiatan Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Donggala, dasar yang digunakan adalah program kegiatan yang mendapatkan skor <50 dikelompokkan dalam kegiatan jangka panjang, skor dikelompokkan dalam jangka menengah dan program dengan skor >80 dikelompokkan jangka pendek. Berdasarkan pada analisis penjadwalan di atas maka akan didapatkan program kegiatan pada Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Donggala yang terbagi dalam program jangka pendek, menengah dan panjang. Analisis penjadwalan program pengembangan Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 3

180 Tabel 7.1 Penjadwalan Program Rencana Induk Transportasi Perkotaan di Kabupaten Donggala No Program Pengembangan A. SINKRONISASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG Program yang telah Aksessibilitas Dampak Score Pembiayaan direncanakan Transportasi Program H M L H M L H M L H M L Time frame 1 2 Pengembangan kawasan pariwisata di pantai Tanjung Karang Pembuatan Jalan Baru yang menghubungkan Kecamatan Banawa Kecamatan Banawa Tengah 80, S M 3 Penataan Kawasan 80, S 4 Mengembangkan Kawasan Hijau M B. PENATAAN DAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI JALAN (RAYA) Penetapan status dan fungsi jalan di 1 Kabupaten Donggala sesuai dengan rekomendasi hirarki fungsi jalan dari rencana induk. 80, S 2 Penetapan status dan fungsi jalan 80, S 3 Perbaikan 4 geometri dan pelebaran jalan dan M

181 peningkatan struktur pada ruas jalan eksisting yang masih dibawah standar. 4 Rencana Pembatasan On Street Parking di Pusat Kota. 80, S 5 Pengembangan fasilitas pejalan kaki 80, S 7 Perencanaan Fasilitas Perlengkapan Jalan M 8 Penambahan kapasitas jalan di Kab. Donggala 80, S C. JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM Penyusunan Masterplan SAUM Kabupaten Donggala; Penyiapan sarana dan prasarna pendukung SAUM Pengembangan jaringan angkutan umum berdasarkan hirarki. Perencanaan tempat pemberhentian angkutan umum di Kab.Donggala. Perencanaan Terminal Angktutan Penumpang di Kab. Donggala Peningkatan Terminal Banawa yang sebelumnya tipe C menjadi tipe B 80, S M M 80, S 80, S 28, L 5

182 D. JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN BARANG Perencanaan Jaringan Lintas Angkutan 1 Barang 80, S Perencanaan penempatan rambu larangan parkir bagi kendaraan angkutan barang untuk 2 tidak parkir pada ruas jalan yang tidak M diizinkan 3 Peningkatan kelas jalan guna meningkatkan rute lintas angkutan barang M 4 Intermoda dalam angkutan barang M 5 Perencanaan Simpul Angkutan Barang M D. ANGKUTAN PENYEBERANGAN Pembangunan dermaga penyeberangan di 1 Pelabuhan Banawa M 2 Pembangunan pelabuhan penyeberangan di Tompe Kab. Donggala M 6

183 B. Kondisi Transportasi Dengan Adanya Program Pengembangan Transportasi Di Kabupaten Donggala 1. Kinerja Ruas Jalan (Do Something) Kinerja ruas jalan yang ada di Kabupaten Donggala setelah dilakukan program program pengembangan transportasi serta kebijakan transportasi yang ditetapkan, kondisi transportasi dilihat dari segi kinerja ruas jalan telah mengalami peningkatan. Berikut ini adalah kondisi kinerja ruas jalan setelah dilakukan program pengembangan transportasi Tabel 7.2 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala Tahun Pada Kondisi Do-Something KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2012 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2012) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,0 0,57 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,2 0,95 E 3 Jl. Karejalemba ,6 0,64 C 4 Jl. Binangga ,8 0,67 C 5 Jl. Petalolo ,6 0,22 B 6 Jl. Jati ,2 0,61 C 7 Jl. Thamrin ,2 0,15 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2013 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2013) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,31 0,62 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,52 0,40 B 3 Jl. Karejalemba ,38 0,70 D 4 Jl. Binangga ,36 0,74 D 5 Jl. Petalolo ,47 0,24 B 6 Jl. Jati ,98 0,67 C 7 Jl. Thamrin ,55 0,16 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN

184 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2014) V/C LOS 8 1 Jl. Trans Sulawesi ,44 0,69 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,00 0,45 B 3 Jl. Karejalemba ,19 0,78 D 4 Jl. Binangga ,52 0,81 D 5 Jl. Petalolo ,69 0,27 B 6 Jl. Jati ,04 0,74 D 7 Jl. Thamrin ,76 0,18 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2015 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2015) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,92 0,76 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,24 0,49 C 3 Jl. Karejalemba ,81 0,86 E 4 Jl. Binangga ,00 0,90 E 5 Jl. Petalolo ,84 0,29 B 6 Jl. Jati ,96 0,82 D 7 Jl. Thamrin ,23 0,20 A KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2015+MP3EI No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2015+MP3EI) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,45 0,84 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,11 0,54 C 3 Jl. Karejalemba ,17 0,94 E 4 Jl. Binangga ,69 0,99 E 5 Jl. Petalolo ,51 0,32 B 6 Jl. Jati ,48 0,90 E 7 Jl. Thamrin ,40 0,22 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2016 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2016) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,88 0,35 B 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,79 0,60 C

185 3 Jl. Karejalemba ,42 0,42 B 4 Jl. Binangga ,69 0,40 B 5 Jl. Petalolo ,39 0,36 B 6 Jl. Jati ,53 0,37 B 7 Jl. Thamrin ,76 0,24 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2017 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2017) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,27 0,38 B 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,75 0,66 C 3 Jl. Karejalemba ,92 0,46 C 4 Jl. Binangga ,29 0,44 B 5 Jl. Petalolo ,22 0,39 B 6 Jl. Jati ,23 0,41 B 7 Jl. Thamrin ,85 0,27 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2018 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2018) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,90 0,42 B 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,86 0,73 D 3 Jl. Karejalemba ,29 0,51 C 4 Jl. Binangga ,05 0,48 C 5 Jl. Petalolo ,82 0,43 B 6 Jl. Jati ,93 0,45 B 7 Jl. Thamrin ,25 0,29 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2019 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2019) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,28 0,47 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,38 0,80 D 3 Jl. Karejalemba ,41 0,56 C 4 Jl. Binangga ,77 0,53 C 5 Jl. Petalolo ,10 0,48 C 6 Jl. Jati ,20 0,49 C 9

186 7 Jl. Thamrin ,62 0,32 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2020 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2020) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,16 0,52 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,00 0,89 E 3 Jl. Karejalemba ,46 0,62 C 4 Jl. Binangga ,54 0,59 C 5 Jl. Petalolo ,06 0,53 C 6 Jl. Jati ,89 0,55 C 7 Jl. Thamrin ,68 0,36 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2021 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2021) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,60 0,57 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,90 0,98 E 3 Jl. Karejalemba ,94 0,68 C 4 Jl. Binangga ,80 0,65 C 5 Jl. Petalolo ,80 0,58 C 6 Jl. Jati ,16 0,60 C 7 Jl. Thamrin ,22 0,39 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2022 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2022) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,97 0,63 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,79 0,74 D 3 Jl. Karejalemba ,73 0,75 D 4 Jl. Binangga ,30 0,71 D 5 Jl. Petalolo ,54 0,64 C 6 Jl. Jati ,48 0,66 C 7 Jl. Thamrin ,13 0,43 B KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2023 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2023) V/C LOS 10

187 11 1 Jl. Trans Sulawesi ,97 0,69 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,98 0,81 D 3 Jl. Karejalemba ,09 0,83 D 4 Jl. Binangga ,21 0,79 D 5 Jl. Petalolo ,63 0,71 D 6 Jl. Jati ,67 0,73 D 7 Jl. Thamrin ,37 0,48 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2024 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2024) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,72 0,76 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,44 0,90 E 3 Jl. Karejalemba ,75 0,91 E 4 Jl. Binangga ,13 0,87 E 5 Jl. Petalolo ,55 0,78 D 6 Jl. Jati ,96 0,81 D 7 Jl. Thamrin ,01 0,53 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2025 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2025) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,72 0,84 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,84 0,99 E 3 Jl. Karejalemba ,89 1,01 F 4 Jl. Binangga ,11 0,96 E 5 Jl. Petalolo ,93 0,86 E 6 Jl. Jati ,02 0,89 E 7 Jl. Thamrin ,22 0,58 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2026 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2026) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,98 0,64 C 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,64 0,82 D 3 Jl. Karejalemba ,27 0,71 D 4 Jl. Binangga ,76 0,71 D

188 5 Jl. Petalolo ,58 0,22 B 6 Jl. Jati ,99 0,98 E 7 Jl. Thamrin ,31 0,64 C KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2027 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2027) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,00 0,71 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,21 0,91 E 3 Jl. Karejalemba ,20 0,78 D 4 Jl. Binangga ,24 0,79 D 5 Jl. Petalolo ,50 0,25 B 6 Jl. Jati ,55 1,09 F 7 Jl. Thamrin ,71 0,71 D KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2028 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2028) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,85 0,78 D 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,86 1,00 E 3 Jl. Karejalemba ,68 0,86 E 4 Jl. Binangga ,35 0,87 E 5 Jl. Petalolo ,89 0,27 B 6 Jl. Jati ,96 1,20 F 7 Jl. Thamrin ,01 0,78 D KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2029 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2029) V/C LOS 12 1 Jl. Trans Sulawesi ,23 0,86 E 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,96 1,10 F 3 Jl. Karejalemba ,41 0,95 E 4 Jl. Binangga ,60 0,96 E 5 Jl. Petalolo ,16 0,30 B 6 Jl. Jati ,14 1,32 F 7 Jl. Thamrin ,96 0,86 E KINERJA LALU LINTAS TAHUN 2030

189 No Titik Pengamatan Kapasitas Smp/jam (2030) V/C LOS 1 Jl. Trans Sulawesi ,55 0,95 E 2 Jl. Trans Palu-Donggala ,09 1,22 F 3 Jl. Karejalemba ,89 1,05 F 4 Jl. Binangga ,29 1,06 F 5 Jl. Petalolo ,00 0,33 B 6 Jl. Jati ,72 1,46 F 7 Jl. Thamrin ,47 0,95 E Sumber : Hasil Analisis Gambar 7.1 Grafik Perbandingan Kinerja Ruas Jalan Berdasarkan gambar grafik perbandingan kinerja ruas jalan do nothing dan do something dapat disimpulkan bahwa dengan dilaksanakannya program pengembangan transportasi yang telah direncanakan akan dapat meningkatkan kinerja ruas jalan. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya nilai V/C ratio ruas jalan. 13

190 2. Ratio JS/JL (Do Something) Dengan adanya program program pengembangan transportasi di Kabupaten Donggala, khususnya program pengembangan jalan jalan baru yang direncanakan untuk dilaksanakan dapat meningkatkan nilai aksesibilitas. Hal ini terlihat dari Ratio JS/JL antar zona ibu kota kecamatan yang ada di Kabupaten Donggala sudah mendekati 1 (satu). Berdasarkan nilai ratio JS/JL tersebut wilayah Kabupaten Donggala berarti sudah dilayani dengan prasarana jalan secara keseluruhan, sehingga distribusi barang/orang antar ibu kota kecematan di wilayah kabupaten Donggala akan semakin mudah dan waktu tempuh juga semakin berkurang. Berikut ini adalah nilai ratio JS/JL setelah dilakukan pembangunan dan pengembangan jalan jalan baru : 14

191 Tabel 7.3 Perbandingan Hasil JS/JL dengan do-something No Kecamatan RioPakawa Pinembani Banawa BanawaSelatan BanawaTengah Labuan Tanantovea Sindue SindueTombusabora SindueTobata Sirenja Balaesang BalaesangTanjung Damsol Sojol SojolUtara 1 RioPakawa 0,000 1,620 1,523 1,760 1,862 1,420 1,620 1,620 1,520 1,620 1,620 1,830 1,630 1,793 1,795 1,838 2 Pinembani 1,033 0,000 1,173 1,534 1,167 1,105 1,213 1,114 1,046 1,057 1,085 1,043 1,108 1,082 1,029 1,011 3 Banawa 1,235 1,157 0,000 1,840 1,680 1,720 1,930 1,170 1,920 1,620 1,830 1,758 1,850 1,691 1,697 1,787 4 BanawaSelatan 1,620 1,179 1,620 0,000 1,360 1,270 1,520 1,350 1,520 1,520 1,240 1,871 1,520 1,798 1,789 1,858 5 BanawaTengah 1,450 1,266 1,520 1,240 0,000 1,620 1,620 1,730 1,710 1,830 1,000 1,940 1,620 1,833 1,828 1,892 6 Labuan 1,520 1,055 1,640 1,620 1,620 0,000 1,559 1,477 1,421 1,424 1,391 1,215 1,439 1,301 1,418 1,551 7 Tanantovea 1,620 1,098 1,523 1,520 1,250 1,559 0,000 1,830 1,875 1,800 1,719 1,702 1,606 1,651 1,711 1,803 8 Sindue 1,620 0,915 1,670 1,230 1,930 1,477 1,620 0,000 1,620 1,730 1,746 1,387 1,645 1,433 1,529 1,657 9 SindueTombusabora 1,330 0,922 1,520 1,920 1,630 1,421 1,875 1,790 0,000 1,240 1,630 1,469 1,859 1,482 1,568 1, SindueTobata 1,520 1,024 1,620 1,670 1,240 1,424 1,800 1,240 1,730 0,000 1,350 1,455 1,839 1,474 1,580 1, Sirenja 1,730 1,007 1,520 1,360 1,720 1,391 1,719 1,746 1,230 1,730 0,000 1,422 1,743 1,471 1,586 1, Balaesang 1,340 1,127 1,670 1,620 1,460 1,215 1,702 1,387 1,469 1,455 1,422 0,000 1,831 1,591 1,691 1, BalaesangTanjung 1,370 1,019 1,720 1,520 1,620 1,439 1,606 1,645 1,859 1,839 1,743 1,831 0,000 1,975 1,909 1, Damsol 1,730 1,045 1,320 1,820 1,833 1,301 1,651 1,433 1,482 1,474 1,471 1,591 1,975 0,000 1,230 1, Sojol 1,460 1,014 1,740 1,260 1,828 1,418 1,711 1,529 1,568 1,580 1,586 1,691 1,909 1,520 0,000 1, SojolUtara 1,838 1,013 1,270 1,460 1,892 1,551 1,803 1,657 1,699 1,730 1,750 1,613 1,520 1,240 1,620 0,000 Sumber : Hasil Analisis 15

192 Gambar 7.2 Grafik Perbandingan Ratio JS/JL Kab. Donggala 16

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vi xii BAB I BAB 2 BAB 3 BAB 4 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan... 1-4 1.3. Ruang Lingkup... 1-4 1.4. Indikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Hal i iii vi BAB I BAB 2 BAB 3 BAB 4 i PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan... 1-4 1.3. Ruang Lingkup... 1-4 1.4. Indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL(TATRALOK) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber

Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber BAB I Pendahuluan Master Plan I.1. LATAR BELAKANG Keberadaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Donggala merupakan salah satu dari modal pembangunan yang harus dikelola dengan baik dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, November 2013 Tim Penyusun PT. GRAHASINDO CIPTA PRATAMA

KATA PENGANTAR. Surabaya, November 2013 Tim Penyusun PT. GRAHASINDO CIPTA PRATAMA KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi Sistranas pada Tataran Transportasi

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitan Berdasarkan lingkup kegiatan dan permasalahan-permasalahan dalam penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK), penelitian ini tidak termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi sedang, dan studi kecil yang dibiayai dengan anggaran pembangunan.

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua

Lebih terperinci

FINAL REPORT KOTA TERNATE

FINAL REPORT KOTA TERNATE Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Utara dalam KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KAB. HALMAHERA TENGAH

EXECUTIVE SUMMARY KAB. HALMAHERA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRATALOK) DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DALAM RANGKA MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengembangkan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan

Lebih terperinci

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRATALOK) DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DALAM RANGKA MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Kuliah ke 12 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2013 PT. GIRI AWAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2013 PT. GIRI AWAS KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara Dalam Rangka Mendukung Prioritas

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OUT L I NE Integrasi Transportasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA RENCANA PROPOSAL Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seleksi Masuk Program Studi Pasca Sarjana Oleh : SYANNE PANGEMANAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Pertemuan Pertama Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pengembangan wilayah, perlu dibatasi pengertian wilayah yakni ruang permukaan bumi dimana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut

Lebih terperinci

Paparan Menteri Perhubungan

Paparan Menteri Perhubungan Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN O U T L I N E Integrasi Transportasi dan Tata Ruang; Isu Strategis

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI GROUNDBREAKING PROYEK JALAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci