MENURUNKAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN DENGAN GETARAN PAKSA BERENERGI RENDAH PADA BAJAK GETAR SELF-EXCITED VIBRATION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENURUNKAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN DENGAN GETARAN PAKSA BERENERGI RENDAH PADA BAJAK GETAR SELF-EXCITED VIBRATION"

Transkripsi

1 MENURUNKAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN DENGAN GETARAN PAKSA BERENERGI RENDAH PADA BAJAK GETAR SELF-EXCITED VIBRATION (Draft force and energy reduction by low energy force vibration method on Self-Excited Vibration Vibratory-Tillage) Abstrak Penggetaran paksa berenergi rendah pada pegas bajak getar Self Excited Vibration guna menurunkan draft pembajakan dan energi selama membajak tanah telah dikembangkan dan diuji secara eksperimental. Pengujian dilakukan di dalam soil bin berukuran panjang 1.2 m, lebar 0.3 m dan dalam 0.4 m. Eksperimen menggunakan tanah liat dan dikondisikan sehingga mendekati kondisi lapang di mana lapisan hardpan dibuat setebal sekitar 15 cm dengan tahanan penetrasi sekitar 2.75 MPa. Kedalaman operasi diatur sekitar 17 cm sedangkan tebal lapisan hardpan yang dibongkar adalah sekitar 10 cm. Digunakan tillage tool jenis chisel dengan kemiringan shank sebesar 35 0 dan sudut potong sebesar Chisel dihubungkan dengan fixed structure oleh sebuah pegas elastis berbentuk semieliptis. Pada batang bajak dipasang sebuah motor listrik dengan bobot 9.7 kg. Sebagai penggetar digunakan massa tak imbang yang diputar dan mempunyai bobot kg serta dipasang pada motor listrik pada radius 6.5 cm. Kecepatan membajak divariasikan yaitu dari kecepatan 0.158, dan m/s. Hasil-hasil eksperimen menunjukkan bahwa metode penggetaran ini berhasil menurunkan draft pembajakan dibandingkan dengan eksperimen tanpa penggetaran sebesar % dan penurunan daya sebesar %. Kata kunci: Draft pembajakan, getaran paksa berenergi rendah, pegas elastis, massa tak imbang Abstract Draft force and energy reduction during tillage operation by low energy force vibration method on an elastic spring has been developed and tested experimentally. The experiments were conducted in soil bin, 1.2 m long, 0.3 wide and 0.4 m depth and soil that used in this experiment was clay loam soil; the thickness of hardpan in soil bin was 15 cm with penetration resistance of 2.75 MPa. The depth of operation was 17 cm while the thickness of the hardpan to be tilled was 10 cm. Chisel with incline angle of shank about 35 0 and lift angle of about 30 0 was used as tillage tool. A new model of elastic spring having shape of semi elliptic was used to connect the tillage toolto a fixed structure. An electric motor 9.7 kg of mass was installing to the plow shank. The vibration of tillage tool was caused by rotating unbalanced mass that was installed in the electric motor. The mass of unbalance mass was kg and the eccentricity was 6.5 cm. The tillage speed was 0.158, dan m/s. Comparing to non vibratory tillage, reduction of average draft force about % and energy reduction about % were found. Keyword: draft force, low energy-force vibration, elastic spring and rotating unbalance mass.

2 110 Pendahuluan Lapisan tanah padat dengan tahanan penetrasi tanah di atas 2 MPa. dan densitas tanah di atas 1.8 g/cm 3 sulit ditembus oleh akar tanaman, menghambat penetrasi air dan nutrisi serta menghambat sirkulasi udara di dalam tanah. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman serta menurunkan produktivitas hasil tanaman (Soil Quality Institute 2003, Susan et al. 1994). Untuk membongkar lapisan padat demikian diperlukan draft pembajakan dan konsumsi energi yang besar. Besarnya draft pembajakan ini digunakan untuk mengatasi gesekan antara tanah dengan tillage tool, mengatasi gesekan antar tanah, mengatasi percepatan tanah bongkaran di depan tillage tool serta karena adanya kelengketan antara tanah dengan tillage tool (Gill dan Van den Berg 1968, Uphadaya at.al, 2009) Kondisi ini tidak menguntungkan sehingga gaya dan konsumsi energi tersebut harus diturunkan. Penggetaran paksa dengan cara memberikan energi mekanis secara langsung ke batang bajak telah banyak diteliti dan berhasil menurunkan draft pembajakan secara signifikan. Sayangnya, penggetaran batang bajak ini memerlukan energi secara berlebihan (Bandalan et al. 1999, Butson et al. 1981, Niyamapa et al. 2000, Yow et al. 1976). Penurunnan draft pembajakan ini terjadi bilamana rasio kecepatannya (perbandingan antara kecepatan getar maksimum dari batang bajak dengan kecepatan maju traktor) lebih besar dari satu. Hal ini diupayakan dengan cara membuat kombinasi antara amplitudo dan frekuensi getar dari batang bajak. Parameter utama yang berpengaruh terhadap turunnya draft pembajakan pada fenomena ini adalah: Tumbukan antara pisau bajak dengan tanah pada kecepatan tinggi mengakibatkan terjadi retakan dan kehancuran tanah padat di depan pisau bajak. Hal ini terjadi bila batang bajak diosilasikan dengan frekuensi rendah dengan amplitudo getar yang relatif besar. Penggetaran dengan frekuensi getar tinggi pada amplitude getar rendah mengakibatkan hancurnya tanah di depan pisau bajak sehingga gesekan antara pisau bajak dengan tanah menurun, turunnya kelengketan antara tanah dengan pisau bajak serta turunnya kohesi di dalam tanah. Fenomena ini mengakibatkan turunnya tahanan tanah.

3 111 Adapun parameter yang menyebabkan terjadinya kenaikan penggunaan energi pada fenomena ini adalah: Tingginya energi yang diperlukan untuk menggerakkan inersia dari batang bajak beserta mekanismenya. Perlu tambahan energi guna mengatasi gaya vertikal yang diberikan oleh pisau bajak ke pada tanah. Butson et al. (1981) membuat penelitian bajak getar dengan memberikan energi mekanis ke batang bajak. Penelitian dilakukan di dalam soil tank (panjang: 27.6 m, lebar: 1.8 m dan dalam 0.6 m) dengan menggunakan clay soil sebagai sample tanah. (Gambar 66). Kecepatan membajak divariasikan dari m/s. Frekuensi getar divariasikan dari 7-51 Hz sedangkan amplitude getar divariasikan dari mm. Peralatan penelitian tidak dilengkapi dengan elemen guna menyimpan dan melepas energi sebagai akibat dari variasi draft pembajakan. Dalam studi analitisnya, Butson et al. (1981) memhubungkan turunnya draft dengan membuat prediksi grafik draft pembajakan sebagai fungsi dari waktu. Gambar 66 Peralatan penelitian dari Butson et al. (1981). Yang menarik dalam eksperimennya adalah kesimpulan dari Butson et al. (1981) sebagai berikut: Tidak terjadi penurunan draft pembajakan pada rasio kecepatan di bawah satu. Di atas rasio kecepatan satu, terjadi penurunan draft pembajakan yang merupakan fungsi parabolis terhadap rasio kecepatannya. Terjadi kenaikan penggunaan energi pada semua kondisi rasio kecepatan di mana kenaikan energi berbanding lurus dengan rasio kecepatannya.

4 112 Diperkirakan 50 % konsumsi energinya digunakan untuk mengatasi gesekan mekanis pada mekanisme serta digunakan untuk menggerakkan mekanisme itu sendiri. Szabo et al. (1998) melaporkan turunnya draft pembajakan pada vibrating bulldozer dan plow blade. Penggetaran dilakukan dengan cara memberikan energi mekanis ke plow blade (Gambar 67). Blade diosilasikan pada frekuensi Hz dengan amplitudo getar 1 dan 2.5 mm. Rasio kecepatan dibuat tinggi di atas 17. Tercatat penurunan draft pembajakan sekitar 70-85% pada frekuensi getar antara Hz. Hal ini karena penggetaran dengan frekuensi di atas mengakibatkan kohesi di dalam tanah serta adhesi antara tanah dengan blade menurun drastis. Szabo et al. (1998) tidak melaporkan seberapa tinggi kenaikan energi yang diperlukan. Demikian pula tidak dilakukan analisis tentang turunnya kohesi tanah serta turunnya adhesi antara tanah dengan pisau bajak. Gambar 67 Peralatan eksperimen yang digunakan oleh Szabo et al. (1998). Niyamapa et al. (2000) melaporkan hasil eksperimen penurunan draft pembajakan pada bajak getar (Gambar 68). Penggetaran dilakukan dengan memberikan energi mekanis ke tillage tool. Kecepatan osilasi maksimum tillage tool dibuat 2.5 m/s. Pada kecepatan maju traktor 0.34 dan 0.85 m/s, terjadi penurunan draft pembajakan masing-masing sebesar 37 dan 7% sedangkan pemakaian energinya naik masing-masing sebesar 45 dan 41%. Penyebab turunnya draft pembajakan adalah turunnya effective stress tanah akibat ditambahkan kecepatan pembebanan yang sangat tinggi sedangkan penyebab kenaikan kebutuhan energi adalah tingginya pemakaian energi yang digunakan untuk menggerakkan inersia dari bajak getar. Kendati demikian, Niyamapa et al.

5 113 (2000) tidak menganalisis fenomena turunnya effectice stress pada tanah sebagai akibat ditambahkan kecepatan pembebanan yang sangat tinggi. Gambar 68 Diagram kinematis dari peralatan eksperimen yang digunakan oleh Niyamapa et al. (2000). Wang et al. (1998) membuat penelitian guna menurunkan adhesi antara tanah dengan pelat logam (Gambar 69). Tanah jenis silt loam disemprotkan dengan kecepatan 5-7 m/s ke pelat logam yang digetarkan. Pada frekuensi getar pelat sampai dengan 40 Hz, tanah yang melekat pada pelat banyaknya sekitar %, pada frekuensi getar pelat 50 Hz, tanah yang lengket pada pelat banyaknya sekitar %, sedangkan pada frekuensi getar pelat antara Hz tidak terjadi pelengketan tanah pada pelat logam sama sekali. Yang unik adalah pada frekuensi getar di atas 100 Hz, tanah yang lengket pada pelat semakin banyak. Wang et al. (1998) juga menyimpulkan bahwa kelengketan tanah pada pelat banyaknya berbanding terbalik dengan percepatan getar di setiap titik pada pelat. Ganbar 69 Skema eksperimental dari Wang et al. (1998).

6 114 Radite dan Soeharsono (2010) melaporkan penurunan draft dan energi pada penggetaran paksa batang mole plow ke arah samping kiri-kanan. Pengujian lapangan dilakukan dengan traktor 4 roda 72 hp pada kedalaman operasi cm dengan kecepatan maju km/jam. Dilaporkan bahwa respon frekuensi getar yang efektif adalah pada 7-12 Hz. Pada kisaran frekuensi getar ini penurunan draft yang terjadi berkisar antara %, di mana penurunan draft terbesar yaitu 23.6 % terjadi pada frekuensi getar 9 Hz. Pada kisaran frekuensi getar 7, 9 dan 12 Hz juga dilaporkan terjadi penurunan energi, di mana draft turun 19.6, 23.6 dan 18.2 % sementara kenaikan daya kinetis masing-masing hanya sebesar 2.9, 4.2 dan 6.1 %. Sementara frekuensi getar 15 Hz kurang efektif karena penurunan draft hanya 3.1 % sedangkan daya kinetis meningkat 10.9 %. Gambar 70 Skema penelitian dari Soeharsono et al. (2010). Soeharsono et al. (2011) melaporkan pengaruh orientasi pagas pada bajak getar jenis self-excited vibration terhadap draft pembajakan. Adapun skema penelitiannya ditunjukkan pada Gambar 70. Penelitian dilakukan di dalam soil bin pada kecepatan membajak rendah yaitu 0.158, dan m/s. Digunakan tiga jenis perlakuan yang meliputi perlakuan tanpa pegas (NST), perlakuan dengan pegas menghadap ke muka (FST) dan perlakuan pegas menghadap ke belakang (RST). Pada perlakuan FST, draft pembajakan membuat elevasi ujung pisau bajak bergerak turun yang mengakibatkan kenaikan draft pembajakan sampai dengan 90 %. Pada perlakuan RST, draft pembajakan membuat elevasi ujung pisau bajak bergerak naik yang mengakibatkan turunnya draft pembajakan sampai dengan %. Penurunan draft pembajakan dirasa masih relatif kecil sehingga perlu diupayakan untuk memperbesar penurunan draft pembajakan. Demikian pula perlu diupayakan agar kekakuan pegas dapat digunakan pada bajak

7 115 getar (jenis self-excited vibration) dengan rentang kepadatan tanah yang lebih lebar. Penggetaran suatu inersia berenergi rendah dengan frekuensi tinggi dan dengan amplitude yeng relatif rendah dapat dilakukan dengan menggetarkan inersia tersebut yang dihubungkan dengan suatu pegas elastis. Agar terjadi pembesaran gaya gangguan, diupayakan frekuensi getar dari gangguannya berada pada rentang frekuensi 1.41 dengan f n sebagai frekuensi alami sistem getar (Graham Kelly 1996, Rao et al. 2005, Krodkiewski JM. 2008). Dalam penelitian ini akan dilakukan metode alternatif guna menurunkan draft pembajakan pada bajak getar tanpa disertai dengan kenaikan energi. Metode tersebut dilakukan dengan cara penggetaran berenergi rendah kepada batang bajak yang dihubungkan dengan struktur tetap melalui sebuah pegas elastis. Sumber getar didapat dari kecepatan putar massa tak imbang yang diputar oleh sebuah motor listrik 180 Watt yang dipasang pada batang bajak. Gaya inersia dari putaran massa tak imbang ini mengakibatkan batang bajak berosilasi dengan amplitudo getar rendah. Getaran batang bajak ini diharapkan mampu menghancurkan tanah padat di depan pisau bajak sehingga tahanan tanahnya menjadi turun, akibatnya adalah draft pembajakan dan pemakaian energi menjadi turun pula. Tujuan dari penelitian ini adalah Mencari pengaruh penggetaran berenergi rendah pada bajak getar self-excited vibration terhadap besar penurunan draft pembajakan dan energi saat operasi membajak. Mengungkapkan mekanisme kerusakan tanah di depan pisau bajak sebagai akibat dari penggetaran berenergi rendah dengan frekuensi yang relatif tinggi. Memperbesar penurunan draft pembajakan pada bajak getar jenis self-excited vibration. Bahan dan Metode Peralatan dan Instrumentasi Peralatan dasar yang digunakan dalam eksperimen ini (Gambar 71), adalah sama dengan peralatan dasar yang digunakan untuk mencari draft pembajakan tanpa getar dan peralatan dasar pada bajak getar self-excited vibration dengan

8 116 komponen dasar terdiri atas soil bin, peralatan pemadat tanah, sistem konveyor, struktur bajak, load cell dan tillage tool. Hanya digunakan satu jenis tillage tool yaitu chisel plow dengan batang lurus miring S2 (Gambar 35 b). Gambar 71 Peralatan yang digunakan untuk eksperimen bajak getar SEV dengan penggetaran berenergi rendah. Yang membedakan adalah ditambahkannya penggetar pada batang bajak yang digunakan untuk mengosilasikan batang bajak (Gambar 72 a). Penggetar (Gambar 72 b) terdiri atas motor listrik 180 Watt, dua buah pelat berdiameter 150 mm dan massa tak imbang berbobot m= kg yang dipasang pada pelat pada radius r= 0.65 mm dengan jarak 0.35 m dari pusat getar. Jika massa m diputar dengan kecepatan sudut ω, maka gaya inersianya adalah: (32) Dengan kekakuan pegas k (Nm/rad), inersia sistem getar J serta faktor peredaman ξ, maka persamaan gerak dari sistem getar adalah: 2ξω θ 0.35 / (33) adalah frekuensi alami dari sistem getar Response getar adalah:. (34)

9 117 Massa tak imbang ω m 65 mm 0.55 m 150 mm 0.35 m (b) (a) Gambar 72 (a) Susunan pegas semi-eliptis, chisel plow dan penggetar, F i : gaya inersia dari massa tak imbang yang diputar dengan kecepatan sudut ω, (b) penggetar yang terdiri atas motor listrik, pelat serta massa tak imbang m. Bilamana efisiensi dari sistem adalah η, dengan memperhatikan jarak antara pusat getar dengan pusat putaran massa tak imbang serta jarak antara pusat getar dengan ujung pisau bajak, maka gaya F p yang ditransmisikan ke ujung pisau bajak guna memecah kepadatan tanah adalah: /0.55 (35) Gambar 73 Instrumentasi guna pengukuran gaya pada eksperimen penggetaran berenergi rendah. Instrumentasi guna mengukur draft pembajakan pada eksperimen penggetaran berenergi rendah ini adalah sama dengan instrumentasi pada Gambar 52, bedanya adalah pada batang bajak dipasang penggetar berenergi rendah seperti terlihat pada Gambar 73. Di samping itu ditambahkan pula sebuah stroboscope guna mengukur kecepatan putar dari penggetar.

10 118 Deskripsi dan Prosedur Eksperimen Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian, Bogor. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah liat dengan kandungan clay, sand dan silt masingmasing sebesar 83.41, 3.11 dan 13.48%. Sifat fisis tanah lainnya adalah batas plastis 45.51% dan batas cair 70.3% dengan kandungan air dikondisikan sekitar %. Tanah di dalam soil bin dipadatkan menjadi dua lapisan yaitu lapisan A dan lapisan B (Gambar 74). Lapisan A setebal sekitar 15 cm mensimulasikan lapisan tanah kedap (hardpan) dengan tahanan penetrasi sekitar 2.75 MPa, bulk density sekitar 1.6 g/cm 3. Lapisan B mensimulasikan lapisan tanah atas dengan ketebalan sekitar 7 cm dan tahanan penetrasi sekitar 1.1 MPa.. Lapisan kedap yang dibongkar setebal sekitar 10 cm sedangkan kedalaman membajak adalah sekitar 17 cm. VST NST h2 h1 B A 5 cm D V Gambar 74 Tanah di dalam soil bin dibagi menjadi dua lapisan. Tabel 14 Parameter tanah di dalam soil bin perlakuan VST (lihat Gambar 74) Kecepatan membajak (m/s) Tebal lapisan Tahanan penetrasi Massa m Treatment tanah (cm) (MPa) (kg) h1 h2 A B 0 NST VST VST NST VST VST NST VST VST

11 119 Eksperimen dilakukan dalam dua kondisi yaitu kondisi membajak tanah tanpa pegas elastis (NST) dan kondisi membajak tanah dengan penggetaran pada pegas elastis (VST). Pada kondisi NST, pegas elatis tidak dipasang serta vibrator tidak diputar sehingga tidak ada pengaruh getaran pada batang bajak. Pada kondisi VST, pegas elastis dipasang pada batang bajak sedangkan penggetar dipasang pada batang bajak. Penggetar berbobot 9.7 kg terdiri atas sebuah motor listrik (180 Watt), dua buah piringan silindris berdiameter 150 mm serta massa tak imbang kg. Detil dari setup eksperimen ditunjukkan pada Gambar 75. Sesuai dengan kecepatan membajak V, kondisi NST dibagi lagi menjadi tiga perlakuan yaitu perlakuan NST21 (V=0.158 m/s), NST22 (V=0.212m/s) dan perlakuan NST23 (V=0.268 m/s). Ada enam perlakuan pada VST disesuaikan dengan besar massa tak imbang m, kecepatan putar motor penggetar n serta kecepatan membajak V. Perlakuan teraebut meliputi: VST11 (kecepatan putar n=530 rpm, massa m=0.35 kg dan kecepatan membajak V=0.158 m/s). VST12 (kecepatan putar n=530 rpm, massa m=0.35 kg dan kecepatan membajak V=0.212 m/s). VST13 (kecepatan putar n=530 rpm, massa m=0.35 kg, kecepatan membajak V=0.265 m/s). VST21 (kecepatan putar n=1150 rpm, massa m=0.24 kg, kecepatan membajak V=0.158 m/s). VST22 (kecepatan putar n = 1150 rpm, massa m=24 kg, kecepatan membajak V=0.212 m/s). VST21 (kecepatan putar n=1150 rpm, massa m=0.24 kg (kecepatan membajak V=0.265 m/s). Selama eksperimen, kecepatan putar dari massa tak imbang diukur dengan menggunakan stroboskop. Selanjutnya kemungkinan terjadinya kerusakan tanah padat pada lapisan kedap dicari terlebih dahulu dengan menggunakan Mohr Column theory yang diberlakukan pada tanah yaitu pada persamaan 24 dan pada Gambar 31.

12 120 Detil dari parameter eksperimen tanah di dalam soil bin untuk setiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 14. Selama eksperimen, tutup soil bin di ujung kiri dibuka sedangkan tutup soil bin di sebelah kanan ditutup. Soil bin ditarik sehingga bergerak dari kiri ke kanan. Operasi membajak tanah diawali tepat pada saat pisau bajak menyentuh tanah padat dan diakhiri tepat sebelum pisau bajak menyentuh tutup soil bin sebelah kanan. Hasil yang didapat dari setiap perlakuan VST dibandingkan dengan hasil yang didapat dari perlakuan NST (membajak tanpa getar) dan perlakuan RST. Gambar 75 Setup eksperimen, perlakuan NST dan VST. Hasil dan Pembahasan Pertama kali dilakukan pengamatan terhadap kecepatan putar motor listrik penggetar (pada massa tak imbang 0.24 kg diputar pada 1150 rpm). Pengamatan menunjukkan bahwa pada saat chisel plow melalui tanah yang telah terbongkar, kecepatan putar massa tak imbang menjadi turun di bawah 1150 rpm. Hal ini disebabkan oleh adanya peredaman antara chisel plow dengan bongkaran tanah. Pada saat ujung pisau bajak menyentuh tanah padat, kecepatan putar massa tak imbang bergerak naik sampai sekitar 1150 rpm atau sekitar 19.2 Hz (Gambar 76). Dengan demikian maka perhitungan gaya inersia pada massa tak imbang yang diperlukan untuk merusak tanah padat didasarkan kepada kecepatan putar ini.

13 121 Gambar 76 Kecepatan putar massa tak imbang m=0.24 kg diputar 1150 rpm pada saat menyentuh tanah padat. Selanjutnya dicari kemungkinan rusaknya tanah padat di depan ujung pisau bajak akibat getaran yang ditimbulkan oleh gaya inersia dari massa tak imbang. Dari data uji direct shear, didapatkan data sebagai berikut: Persamaan fungsi kekuatan geser τ terhadap tegangan normal σ: (36) Didapat pula kohesi tanah C=49.54 KPa dan sudut gesekan antar tanah ϕ Grafik dari persamaan 36 ditunjukkan pada grafik 1 Gambar 67. Dalam hal tanah diberi tegangan geser di atas grafik 1, maka tanah akan rusak sesuai dengan sudut gesernya. Salah satu batas minimum agar tanah tidak rusak adalah jika tanah menerima beban berupa teganagn utama 194 KPa dan 0. Lingkaram Mohr dalam kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 67 dalam grafik 2. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada kondisi ini adalah τ = 97,4 KPa pada tegangan normal sebesar 97.6 KPa. Titik singgung antara lingkaran Mohr dengan garis 1 terjadi pada σ=37.3 KPa dan τ=76.7 KPa. Karena itu dapat disimpulkan bahwa bila akibat getaran massa tak imbang terjadi tegangan normal di depan ujung pisau bajak sebesar 194 KPa dan 0, maka tanah padat di depan ujung pisau bajak tepat akan rusak sesuai dengan arah gesernya. Sekarang akan dihitung tegangan utama yang terjadi pada tanah sebagai akibat adanya gaya inersia dari massa tak imbang. Perhitungan didasarkan pada persamaan Ujung pisau bajak mempunyai ketebalan t=0.5 mm dan lebar

14 122 b=80 mm. jika diambil kondisi yang ekstrim yaitu efisiensi dari sistem η=70 %, tegangan utama yang ke tiga besarnya diambil 15 % dari besar tegangan utama yang pertama sedangkan transmisibilitas gaya diambil sama dengan satu maka tegangan normal pada ujung pisau bajak adalah: Untuk m=0.35 kg diputar 530 rpm , 0 (36) Untuk m=0.24 kg diputar 1150 rpm , 0 (37) Gambar 77 Grafik kekuatan geser sebagai fungsi dari tegangan normal tanah yang digunakan dalam eksperimen (2: Lingkarann Mohr tegangan batas minimum agar terjadi kerusakan tanah, 3: Lingkaran mohr tegangan akibat putaran massa tak imbang m=0.35 kg, n=530 rpm, 4: Lingkaran Mohr tegangan akibat putaran massa tak imbang m=0.24 kg, n=1150 rpm). Lingkaran Mohr tegangan pada tanah padat yang bersesuaian dengan persamaan 36 (m=0.35 kg dan n=530 rpm) dan persamaan 37 (m=0.24 kg dan n=1150 rpm) ditunjukkan pada grafik 3 dan grafik 4 pada Gambar 67. Pada grafik 3, lingkaran berada di atas grafik 1 pada tegangan antara σ=149 KPa, τ =158 KPa dengan σ=316 KPa, τ = 284 KPa sedangkan pada grafik 4, lingkaran 4 berada di atas grafik 1 pada tegangan antara σ= 319 KPa, τ = 284 KPa dengan σ = 970 KPa,

15 123 τ = 756 KPa. Dengan demikian dapat diduga terjadinya kerusakan tanah padat di depan ujung pisau bajak sebagai akibat dari adanya gaya inersia putaran massa tak imbang m. Karena gaya inersia tersebut sifatnya siklis, maka kerusakan tanah di depan pisau bajak menjadi semakin banyak. Draft Pembajakan Grafik draft pembajakan hasil eksperimen ditunjukkan pada Gambar 78 (kondisi NST dan VST dengan massa tak imbang m = 0.35 kg diputar 530 rpm) dan Gambar 79 (kondisi NST dan VST dengan massa tak imbang m = 0.24 kg diputar 1150 rpm). Data numerik draft pembajakan untuk perlakuan dengan penggetaran dan tanpa penggetaran (VST-NST) ditunjukkan pada Tabel 15 sedangkan data numerik draft pembajakan untuk perlakuan dengan penggetaran dan perlakuan self excited vibration (SEV) ditunjukkan pada Tabel 16. Dari grafik dan data numerik pada Tabel terlihat bahwa terjadi penurunan draft pembajakan untuk semua perlakuan VST (dengan penggetaran) dibandingkan dengan draft pembajakan untuk semua kondisi NST (tanpa penggetaran) demikian pula terjadi penurunan draft pembajakan untuk perlakuan VST (dengan penggetaran) dibandingkan dengan perlakuan RST (self-excited Vibration). Dalam kondisi penggetaran dengan bobot massa tak imbang m=0.35 kg yang diputar pada kecepatan putar 530 rpm (frekuensi f=8.8 Hz), terjadi penurunan draft pembajakan rata-rata pada perlakuan VST11, VST12 dan VST13 dibandingkan dengan perlakuan tanpa getar NST21, NST22 dan NST23 berturut-turut sebesar 11.9, 7.3 dan 25.7 % sedangkan penurunan draft pembajakan maksimumnya berturut turut sebesar 7.2, 0.0 dan 22.8 %. Dalam kondisi penggetaran dengan bobot massa tak imbang m=0.24 kg yang diputar dengan kecepatan putar 1150 rpm (frekuensi f=19.2 Hz), terjadi penurunan draft pembajakan rata-rata pada perlakuan VST21, VST22 dan VST23 dibandingkan dengan draft pembajakan perlakuan tanpa getar NST21, NST22 dan NST23 berturut-turut sebesar 18.3, 24.9 dan 35.3 % sedangkan penurunan draft pembajakan maksimumnya berturut turut sebesar 19.1, 32.8 dan 38.3 %.

16 124 Draft pembajakan (N) Draft pembajakan(n) 5000 NST21, V=0.158m/s VST11, V=0.158 m/s Waktu (s) (a) 5000 NST22, V=0.212 m/s VST12, V=0.212 m/s waktu (s) (b) Draft pembajakan (N) VST13, V=0.265 m/s Waktu (s) (c) NST23, V=0.265 m/s Gambar 78 Draft pembajakan kondisi NST dan kondisi VST dengan massa tak imbang 0.35 kg diputar 530 rpm, (a) kecepatan membajak V= m/s, (b) kecepatan membajak V=0.212 m/s, (c) kecepatan membajak V=0.265 m/s.

17 NST21, V=0.158 m/s Draft pembajakan (N) VST21, V=0.158 m/s Waktu (s) (a) Draft pembajakan (N) (b) 1000 VST23, V=0.265 m/s Waktu (s) (c) NST23, V=0.265 m/s Gambar 79 Draft pembajakan kondisi NST dan kondisi VST dengan massa tak imbang 0.24 kg diputar 1150 rpm, (a) kecepatan membajak V = m/s, (b) kecepatan membajak V=0.212 m/s, (c) kecepatan membajak V=0.265 m/s.

18 126 Dibandingkan dengan perlakuan self-excited vibration, terjadi penurunan draft pembajakan maksimum pada perlakuan VST11,VST12 dan VST13 masing masing sebesar 4.7 %, -6.3 (draft pembajakannya naik), dan 9.0 % sedangkan draft pembajakan rata-ratanya turun masing masing sebesar 8.4, -3.7 (draft pembajakannya naik), dan 9.2 %. Untuk perlakuan VST21,VST22 dan VST23 penurunan draft pembajakan maksimumnya menjadi lebih besar yaitu masing masing sebesar 17.8, 20.4 dan 27.2 % sedangkan penurunan draft pembajakan rata-ratanya masing-masing adalah sebesar 15.1, 15.9 dan 27.2 %. Turunnya draft pembajakan ini dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 80): Draft pembajakan D membuat batang bajak mendorong pegas elastis sehingga batang bajak terdefleksi ke belakang serta elevasi dari ujung pisau bajak terangkat ke atas. Kenaikan elevasi ini membuat kedalaman membajak menjadi relatif lebih rendah sehingga draft pembajakannya turun. Fenomena ini juga terjadi pada perlakuan self-excited vibration. Pada waktu pegas terdefleksi ke belakang, energinya disimpan oleh pegas dalam bentuk energi regangan. Pada saat tanah terbongkar, draft pembajakan menjadi rendah. Energi regangan yang disimpan di dalam pegas dilepas dan mendorong batang bajak ke depan dengan kecepatan tinggi. Tumbukan yang terjadi antara ujung pisau bajak dengan tanah padat mengakibatkan terjadinya retakan di dalam tanah sehingga draft pembajakannya menjadi turun. Fenomena ini juga terjadi pada perlakuan self-excited vibration. Kecepatan putar (n) massa tak imbang m mengakibatkan getaran pada ujung pisau bajak dengan amplitudo getar rendah. Gaya inersia yang ditransmisikan ke ujung pisau bajak menyebabkan kerusakan tanah di depan ujung pisau bajak serta tidak terbentuknya irisan tanah sehingga luasan kontak antara ujung pisau bajak dengan tanah lebih kecil, selain itu getaran membuat waktu kontak antara tanah dan ujung pisau bajak lebih pendek sehingga kelengketan tanah, gesekan antara tanah dengan bajak serta kohesi di dalam tanah menjadi berkurang. Akibatnya adalah terjadi penurunan draft pembajakan. Fenomena ini tidak terjadi pada perlakuan self-excited vibration sehingga penurunan

19 127 draft pembajakan pada perlakuan penggetaran pegas elastis berenergi rendah selalu lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan draft pembajakan pada perlakuan self-excited vibration. Tabel 15 Penurunan draft pembajakan hasil eksperimen VST-NST Kecepatan membajak (m/s) Draft rata-rata Draft maksimum Perlakuan Besar draft (N) Penurunan draft (%) Besar draft (N) Penurunan draft (%) NST VST VST NST VST VST NST VST VST Kecepatan membajak (m/s) Tabel 16 Penurunan draft pembajakan hasil eksperimen VST-RST Draft rata-rata Draft maksimum Perlakuan Besar draft (N) Penurunan draft (%) Besar draft (N) Penurunan draft (%) RST VST VST RST VST VST RST VST VST Dari grafik dan data numerik terlihat bahwa penurunan draft pembajakan menjadi semakin besar bila kecepatan membajak semakin tinggi. Juga terlihat bahwa pada perlakuan massa tak imbang m=0.24 kg diputar dengan n=1150 rpm

20 128 (f=19.2 Hz) terjadi penurunan draft pembajakan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan draft pembajakan pada perlakuan massa tak imbang m=0.35 kg diputar dengan n=530 rpm (f=8.8 Hz). Penyebabnya adalah, pada perlakuan massa tak imbang m=0.24 kg diputar dengan frekuensi f=19.2 Hz, pisau bajak lebih sering mencacah tanah dibandingkan dengan perlakuan massa tak imbang m=0.35 kg diputar dengan frekuensi f=8.8 Hz. Disamping itu gaya inersia dari massa tak imbang m=0.24 kg (diputar 1150 rpm) lebih besar dibandingkan dengan gaya inersia massa tak imbang m=0.35 kg (diputar 530 rpm). Kondisi ini membuat kemampuan ujung pisau bajak dari perlakuan massa tak imbang m=0.24 kg (diputar 1150 rpm) dalam menghancurkan tanah akan lebih besar dibandingkan dengan kemampuan ujung pisau bajak dalam menghancurkan tanah dari perlakuan pada massa tak imbang m=0.35 kg (diputar 530 rpm). Hal lain yang menarik untuk diungkapkan dalam penelitian ini adalah kelengketan antara tanah dengan pisau bajak serta bongkaran tanah di depan pisau bajak. Pada perlakuan NST, terjadi banyak kelengketan antara tanah dengan pisau bajak sedangkan pada perlakuan VST hanya terjadi sedikit kelengketan antara tanah dengan pisau bajak (Gambar 82). Kelengketan membuat pisau bajak lebih tebal serta ujung pisau bajak seolah-olah menjadi tumpul. Perubahan ini menyebabkan proses pemotongan tanah lebih berat karena alat harus mengatasi gaya gesek dan kohesi sekaligus. Gambar 80 Mekanisme turunnya draft pembajakan pada fenomena VST.

21 129 Gambar 81 Beda elevasi permukaan tanah di dalam soil bin antara perlakuan NST dan VST. 82 Kelengketan tanah pada shank dan pada pisau bajak. Gambar Dari grafik pada Gambar 78 dan Gambar 79 terlihat bahwa beda antara draft pembajakan maksimum dengan draft pembajakan minimum untuk semua perlakuan NST selalu lebih besar jika dibandingkan dengan beda antara draft pembajakan maksimum dengan draft pembajakan minimum untuk semua perlakuan VST. Hal ini mengakibatkan ukuran tanah bongkaran di depan pisau bajak pada perlakuan NST menjadi besar. Sedangkan pada perlakuan VST ukuran agregat tanah di depan pisau bajak menjadi lebih kecil. Kondisi ini mengakibatkan permukaan tanah di depan pisau bajak untuk perlakuan NST selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan permukaan tanah di depan pisau bajak untuk perlakuan

22 130 VST (Gambar 81). Hal ini membuat kohesi tanah di depan pisau bajak serta gesekan antara tanah dengan batang bajak pada pelakuan NST menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan kohesi tanah di depan pisau bajak serta gesekan antara tanah dengan batang bajak pada pelakuan VST. Oleh karena itu, draft pembajakan pada perlakuan VST menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan draft pembajakan pada perlakuan VST. Kebutuhan Daya (P) Jika dianggap kecepatan soil bin selama membajak tanah adalah konstan serta semua daya dari motor listrik (180 Watt) digunakan untuk penggetaran, maka daya P yang diperluklan untuk membajak tanah adalah: Daya yang diperlukan dalam membajak tanah pada perlakuan NST: (38) Daya yang diperlukan dalam membajak tanah pada perlakuan VST: 180 (39) Di mana dan masing-masing adalah kebutuhan daya guna membajak tanah pada perlakuan NST dan VST, dan adalah draft pembajakan pada perlakuan NST dan VST serta V adalah kecepatan membajak. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 17, tanda positif menyatakan terjadinya penurunan daya yang diperlukan untuk membajak tanah sedangkan tanda negatif menyatakan terjadi kenaikan kebutuhan daya. Pada kecepatan membajak dan m/s, terjadi kenaikan kebutuhan daya pada perlakuan NST11 dan NST12 masing-masing sebesar 38 % dan 26 %. sedangkan pada perlakuan NST21 dan NST22 terjadi kenaikan kebutuhan daya masing masing sebesar 31.5 % dan 8.3 %. Pada kecepatan membajak m/s, terjadi penurunan pemakaian daya sebesar 4.8 % (VST13, massa tak imbang 0.35 kg diputar 530 rpm) dan % (VST23, massa tak imbang 0.24 kg diputar 1150 rpm). Pada Tabel-3 juga terlihat bahwa kebutuhan daya guna membajak tanah pada penggetaran dengan kecepatan putar massa tak imbang n=1150 rpm (f=19.3 Hz) lebih rendah jika dibandingkan

23 131 dengan kebutuhan daya pada penggetaran dengan kecepatan putar massa tak imbang n=530 rpm (f=8.8 Hz). Tabel 17 Penurunan konsumsi energi hasil eksperimen bajak VST Daya untuk m=0.35 kg Daya untuk m= 0.24 Kecepatan Daya P untuk n=530 rpm kg n=1150 rpm membajak perlakuan NST Daya P Penurunan Daya P Penurunan (m/s) (Watt) (Watt) daya (%) (Watt) daya (%) Kesimpulan Penggetaran dengan energi rendah pada pegas bajak getar SEV membuat ujung pisau bajak mencacah tanah menjadi gembur sehingga terjadi penurunan draft pembajakan dan kebutuhan energi yang diperlukan guna membajak tanah. Telah berhasil diungkapkan mekanisme kerusakan tanah di depan pisau bajak sebagai akibat dari penggetaran berenergi rendah dengan frekuensi yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan perlakuan NST, terjadi penurunan draft pembajakan pada perlakuan VST dengan bobot massa tak imbang m=0.35 kg (diputar 530 rpm) sebesar 18.3, 24.9 dan 35.3 % pada kecepatan membajak masingmasing sebesar 0.158, dan m/s. Sedangkan pada perlakuan VST dengan bobot massa tak imbang m=0.24 kg (diputar 1150 rpm) terjadi penurunan draft pembajakan sebesar 19.1, 32.8 dan 38.3 %. pada kecepatan membajak masing-masing sebesar 0.158, dan m/s. Dibandingkan dengan perlakuan self-excited vibration, tercatat penurunan draft pembajakan pada perlakuan VST11, VST12 dan VST13 masing-masing sebesar 8.4, -3.7 (draft pembajakannya naik), dan 9.2 %. sedangkan pada perlakuan VST21, VST22 dan VST23 tercatat penurunan draft pembajakan masing-masing sebesar 15.1,15.9 dan 19.8 %. Terjadi kenaikan penggunaan energi pada kecepatan membajak tanah dan m/s. Penurunan penggunaan daya tercatat pada kecepatan

24 132 membajak m/s yaitu sebesar 4.8 % (perlakuan VST13) dan 14.4% perlakuan VST23). Daftar Pustaka Bandalan EP, Salokhe VM, Gupta CP, Niyamapa T Performance of an oscillating subsoiler in breaking a hardpan. Journal of Terramechanics 36: Borghei AM, Taghinejad J, Minaei S, Karimi M, Varnamkhasti GM Effect of subsoiling on soil bulk density, penetration, penetration resistance, and cotton yield in northwest of Iran. International Journal of Agriculture & Biology. 10; 1: Butson JM, Rackham HD. 1981a. Vibratory soil cutting II. an improved mathematical model. J. agric. Eng. Research 26: Butson J M, Rackham HD. 1981b. Vibratory soil cutting I. soil tank studies of draught and power requirements. J. Agric. Eng. Research 26: Gill WR, Van den Berg GE Soil dynamics in tillage and traction. Agriculture hand-book No. 316 ARS USDA. Graham kelly S Mechanical vibrations. New York: Mcgraw-hill. Krodkiewski JM Mechanical vibration. Melbourne: The University of Melbourne Department of Mechanical and Manufacturing Engineering. Niyamapa T, Salokhe MV. 2000a. Force and pressure distribution under vibratory tillage-tool. Journal of Terramechanics 37: Niyamapa T. and Salokhe MV. 2000b. Soil disturbance and force mechanics of vibrating tillage-tool. Journal of Terramechanics 37, Rao SS, Yap Fook Fah Mechanical vibrations. Singapore: Prentice Hall. Radite PAS, Soeharsono. 2010b. Kinerja penggetaran struktur pada operasi bajak mol getar. Pros. Seminar Nasional Perteta 2010 Revitalisasi Mekanisasi Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi, Purwokerto, 10 Juli Paper no:c-13. Soeharsono, Radite PAS, Tineke M, Wawan H, Sapei A The influence of elastic springs and spring orientation on the draft force during tillage operation. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences. 6: 5: Soil Quality Institute 411s Soil compaction: detection, prevention, and alleviation. Soils.usda.gov/sqi. Soil quality Agronomy technical note. Paper no. 17. Susan DD, Nina LB A review of the effects of soil compaction and amelioration treatments on landscape trees. Journal of Arboriculture 20;1:9-17

25 133 Szabo B, Barnes F, Sture S, Ko JH Effectiveness of vibrating bulldozer and plow blades on draft force reduction. Transaction of the ASAE 41; 2: Upadhyaya SK, Sanchez PA, Sakai K, Chancellor WJ, Godwin RJ. Tillage, of chapter 3: In Advance in soil dynamics Volume Upadhyaya SK, Sanchez PA, Chancellor WJ, Perumtal JV, Wulfsohn D, Way TR. St. Joseph, Mich.: ASABE, Copyright 2009 American Society of Agricultural and Biological Engineers, eds., (2009), pp Wang XL, Ito N, Kito K, Garcia PP Study on use of vibration to reduce soil adhesion. Journal of Terramechanics, 35: Yow J, Smith UJ Sinusoidal vibratory tillage. Journal of Terramechanics 13; 4:

PEMBAHASAN UMUM Studi Analitis/Simulasi

PEMBAHASAN UMUM Studi Analitis/Simulasi PEMBAHASAN UMUM Penelitian dibagi menjadi dua tahapan yang meliputi tahapan persiapan dan tahapan lanjutan. Tahap persiapan dimaksudkan untuk menjamin keberhasilan penelitian sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DRAFT PEMBAJAKAN PADA OPERASI MEMBAJAK TANAH DI DALAM SOIL BIN

STUDI EKSPERIMENTAL DRAFT PEMBAJAKAN PADA OPERASI MEMBAJAK TANAH DI DALAM SOIL BIN STUDI EKSPERIMENTAL DRAFT PEMBAJAKAN PADA OPERASI MEMBAJAK TANAH DI DALAM SOIL BIN (Experimental Study in Soil Bin on Draft Force of a Tilled Operation) Abstrak Dalam bab ini dibahas hasil-hasil eksperimen

Lebih terperinci

STUDI ANALITIS SELF-EXCITED VIBRATION PADA VIBRATORY-TILLAGE

STUDI ANALITIS SELF-EXCITED VIBRATION PADA VIBRATORY-TILLAGE STUDI ANALITIS SELF-EXCITED VIBRATION PADA VIBRATORY-TILLAGE (Analytical Study of Self-Excited Vibration Vibratory-tillage) Abstrak Studi analitis dan eksperimental terhadap penggetaran batang bajak dengan

Lebih terperinci

'ioepartmen Teknik Mesin dan Biosislem, Inslitut Perlanian Bogar. 410epartmen Teknik Sipil dan Lingkungan, Inslitut Perlanian Bogar.

'ioepartmen Teknik Mesin dan Biosislem, Inslitut Perlanian Bogar. 410epartmen Teknik Sipil dan Lingkungan, Inslitut Perlanian Bogar. MENURUNKAN DRAFTTANAH DAN ENERGI PADA OPERASI MEMBAJAK TANAH DENGAN GETARAN PAKSA BERENERGI RENDAH PADA PEGAS ELASTIS (DRAFT FORCE AND ENERGY REDUCTION DURING TILLAGE OPERATION BYLOWENERGY FORCE VIBRA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Butson JM, Rackham HD. 1981a. Vibratory soil cutting II. an improved mathematical model. J Agric. Eng. Research 26:

DAFTAR PUSTAKA. Butson JM, Rackham HD. 1981a. Vibratory soil cutting II. an improved mathematical model. J Agric. Eng. Research 26: DAFTAR PUSTAKA Aluko OB, Seig DA. 2000. An experimental investigation of the characteristic and conditions for brittle fracture in two-dimensional soil cutting. Soil and Tillage Research. 57:143-157 Andrew

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Pertanian Journal of Agricultural Engineering

Pertanian Journal of Agricultural Engineering Jurnal Enjiniring Pertanian Journal of Agricultural Engineering Volume IX, Nomor: 1, April 2011 ISSN 1693-2900 NO. 140/ ARred-LlPI/P2MBI/03/2009.' KEMENTERIAN PERTANIAN Ministry of Agriculture BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

PENURUNAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN PADA MODEL SUBSOILER GETAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELF-EXCITED VIBRATION SOEHARSONO

PENURUNAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN PADA MODEL SUBSOILER GETAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELF-EXCITED VIBRATION SOEHARSONO PENURUNAN DRAFT DAN ENERGI PEMBAJAKAN PADA MODEL SUBSOILER GETAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELF-EXCITED VIBRATION SOEHARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KINERJA PENGGETARAN SAYAP PADA BAJAK SUBSOIL GETAR 1 (Performance of Wing Oscilation on Vibratory Subsoiler)

KINERJA PENGGETARAN SAYAP PADA BAJAK SUBSOIL GETAR 1 (Performance of Wing Oscilation on Vibratory Subsoiler) KINERJA PENGGETARAN SAYAP PADA BAJAK SUBSOIL GETAR 1 (Performance of Wing Oscilation on Vibratory Subsoiler) Radite P.A.S 2, Sigit O.S. 3, Dito W.H. 3, ABSTRAK Penggunaan getaran telah banyak diterapkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Bagian-bagian bajak singkal (Smith, 1955)

Gambar 1. Bagian-bagian bajak singkal (Smith, 1955) PERANCANGAN BAJAK SINGKAL PADA LAHAN DENGAN KANDUNGAN LIAT TINGGI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rancangan bajak singkal Sifat tanah liat yang padat, menggumpal dan sulit merembeskan air

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH FREKUENSI DAN AMPLITUDO GETARAN PADA MATERIAL MULTILAYER PIEZOELECTRIC TERHADAP ENERGI YANG DIBANGKITKAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH FREKUENSI DAN AMPLITUDO GETARAN PADA MATERIAL MULTILAYER PIEZOELECTRIC TERHADAP ENERGI YANG DIBANGKITKAN STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH FREKUENSI DAN AMPLITUDO GETARAN PADA MATERIAL MULTILAYER PIEZOELECTRIC TERHADAP ENERGI YANG DIBANGKITKAN Bagus D. Anugrah Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME PEMBANGKIT SINYAL LISTRIK AKIBAT BEBAN IMPAK DENGAN METODE PIEZOELECTRIC

STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME PEMBANGKIT SINYAL LISTRIK AKIBAT BEBAN IMPAK DENGAN METODE PIEZOELECTRIC STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME PEMBANGKIT SINYAL LISTRIK AKIBAT BEBAN IMPAK DENGAN METODE PIEZOELECTRIC Alain irjik Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12

Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12 LAMPIRAN 78 Panjang pegas kantilever (mm) Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12 TABEL PENGOLAHAN DATA AMPLITUDO HORIZONTAL KANTILEVER BEAM F (Hz) T1

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 132 Pemodelan dan Analisa Reduksi Respon Getaran Translasi pada Sistem Utama dan Energi Listrik yang Dihasilkan oleh Mekanisme

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

INTRODUKSI Dr. Soeharsono FTI Universitas Trisakti F

INTRODUKSI Dr. Soeharsono FTI Universitas Trisakti F INTRODUKSI Dr. Soeharsono FTI Universitas Trisakti F164070142 1 Terminologi getaran GETARAN: Gerak osilasi di sekitar titik keseimbangan Parameter getar: massa (m), kekakuan (k) dan peredam (c) in m,c,k

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG Prediction of Soil Friction Angle by Dilatation Angle on Direct Shear Test Sumiyanto, Gandjar Pamudji dan Hery Awan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 213 (593-62) ISSN: 2337-6732 PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT Almey Lolo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DRAINASE MOLE

II. TINJAUAN PUSTAKA DRAINASE MOLE II. TINJAUAN PUSTAKA A. DRAINASE MOLE Pembuatan saluran drainase merupakan salah satu kegiatan utama pada waktu menyiapkan suatu lahan pertanian. Tanaman membutuhkan cukup air untuk pertumbuhannya tetapi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-270

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-270 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-270 Studi Karakteristik Reduksi Getaran Translasi Dan Rotasi Sistem Utama dan Energi Listrik yang Dihasilkan oleh Mekanisme Cantilever

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1)

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi mochamad nur qomarudin, februari 015 mnurqomarudin.blogspot.com, alfiyahibnumalik@gmail.com bismillah. seorang kawan meminta saya mempelajari

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS

PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS Jurnal Mekanikal, Vol. 2 No. 2: Juli 2011: 163-168 ISSN 2086-3403 PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS Mustafa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN

STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN Sidang Tugas Akhir Bidang Studi : Desain STUDI PENGARUH JUMLAH LILITAN DAN PANJANG KUMPARAN TERHADAP VOLTASE DAN ARUS BANGKITAN PADA MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN Disusun oleh : DENNY SAPUTRA NRP. 2105

Lebih terperinci

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2 47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) Daniel Christianto 1, Yuskar Lase 2 dan Yeospitta 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S.Parman

Lebih terperinci

Talifatim Machfuroh 4

Talifatim Machfuroh 4 PENGARUH PENAMBAHAN DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DDVA)- DEPENDENT DALAM PEREDAMAN GETARAN PADA SISTEM UTAMA 2-DOF Talifatim Machfuroh 4 Abstrak: Suatu sistem yang beroperasi dapat mengalami getaran

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR GETARAN MEKANIS. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Getaran Mekanis. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Februari 2016

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR GETARAN MEKANIS. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Getaran Mekanis. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Februari 2016 BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR GETARAN MEKANIS oleh Tim Dosen Mata Kuliah Getaran Mekanis Fakultas Teknik Universitas Indonesia Februari 2016 DAFTAR ISI hlm. PENGANTAR 4 BAB 1 INFORMASI UMUM 5 BAB

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN

PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : WAHYU UTOMO NIM.

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a*

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a* Journal of Mechanical Engineering and Mechatronics Submitted : 2017-09-15 ISSN: 2527-6212, Vol. 2 No. 1, pp. 11-16 Accepted : 2017-09-21 2017 Pres Univ Press Publication, Indonesia Simulasi Peredam Getaran

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit di Indonesia seperti

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME VIBRATION ENERGY HARVESTING DENGAN METODE PIEZOELECTRIC UNTUK PEMBEBANAN FRONTAL DAN LATERAL

STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME VIBRATION ENERGY HARVESTING DENGAN METODE PIEZOELECTRIC UNTUK PEMBEBANAN FRONTAL DAN LATERAL STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN MEKANISME VIBRATION ENERGY HARVESTING DENGAN METODE PIEZOELECTRIC UNTUK PEMBEBANAN FRONTAL DAN LATERAL Andy Noven Krisdianto Wiwiek Hendrowati, ST. MT Prof. Ir.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.

Lebih terperinci

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5 ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5 Wahyu Nirbito 1),, Triwahyu Rahmatu Januar 1)* 1) Fakultas Teknik, Depok, Indonesia *Kontak penulis Tel: +62 8569136764

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi BAHAIROTUL LU LU ( )

Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi BAHAIROTUL LU LU ( ) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI SUDUT KONIS TERHADAP POLA GERAK PENDULUM DAN VOLTASE BANGKITAN PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT SISTEM BANDUL (PLTGL SB) KONIS Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK MEKANISME PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PADA SPEED BUMP DENGAN MEKANISME FLY WHEEL

UJI KARAKTERISTIK MEKANISME PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PADA SPEED BUMP DENGAN MEKANISME FLY WHEEL UJI KARAKTERISTIK MEKANISME PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PADA SPEED BUMP DENGAN MEKANISME FLY WHEEL ANDY PRASETYO (2105100138) Dosen Pembimbing: Ir. Abdul Aziz Achmad JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Putaran Pisau Simulasi dilakukan untuk menduga bentuk putaran yang akan terjadi pada saat melakukan pengujian. Di samping itu dari hasil simulasi ini dapat diketahui

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

Ardi Noerpamoengkas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Ardi Noerpamoengkas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ardi Noerpamoengkas 2106 100 101 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Latar Belakang Teknologi pengembangan potensi energi gelombang laut untuk memecahkan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Frekuensi dan Amplitudo Getaran Pada Material Multilayer Piezoelectric Terhadap Energi yang DIbangkitkan.

Studi Eksperimental Pengaruh Frekuensi dan Amplitudo Getaran Pada Material Multilayer Piezoelectric Terhadap Energi yang DIbangkitkan. Sidang Tugas Akhir Bidang Studi : Desain Studi Eksperimental Pengaruh Frekuensi dan Amplitudo Getaran Pada Material Multilayer Piezoelectric Terhadap Energi yang DIbangkitkan. Disusun oleh : Bagus Dwinanda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA. Program Studi Teknik Pertambangan

GERAK HARMONIK SEDERHANA. Program Studi Teknik Pertambangan GERAK HARMONIK SEDERHANA Program Studi Teknik Pertambangan GERAK HARMONIK SEDERHANA Dalam mempelajari masalah gerak pada gelombang atau gerak harmonik, kita mengenal yang namanya PERIODE, FREKUENSI DAN

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER Oleh : Bernadie Ridwan 2105100081 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Sutantra,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP DARI PERALATAN GUNA SIMULASI SELF-EXCITED VIBRATION VIBRATORY-TILLAGE

PERANCANGAN KONSEP DARI PERALATAN GUNA SIMULASI SELF-EXCITED VIBRATION VIBRATORY-TILLAGE PERANCANGAN KONSEP ARI PERALATAN GUNA SIMULASI SELF-EXCITE VIBRATION VIBRATORY-TILLAGE (Conceptual design of equipment used for simulation of Self-excited vibration vibratory-tillage) Abstrak Perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam IV. ANALISIS RANCANGAN A. RANCANGAN FUNGSIONAL Ide rancangan penggetaran mole plow adalah mengaplikasikan forced vibrations pada kantilever beam dari mole plow. Beam mole plow terbuat dari baja S45C yang

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER Oleh: Ichros Sofil Mubarot (2111 030 066) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Eddy Widiyono, MSc. NIP. 19601025 198701 1 001 2. Hendro Nurhadi, Dipl.-lng.,Ph.D NIP.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci