Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 49

2 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer, air, dan larutan pupuk (mb). 5. Timbang berat cawan evaporasi (mc). 6. Masukkan larutan pupuk dari piknometer ke dalam cawan evaporasi. 7. Masukkan dalam oven selama ± 24 jam. 8. Dinginkan cawan dalam desikator. 9. Timbang pupuk kering oven tersebut (ms). Perhitungan massa jenis. Dimana: m s : berat pupuk kering oven di dalam piknometer (g) m a : berat piknometer dan air pada T C (g) : berat tanah, air, dan piknometer pada T C (g) m b Data massa jenis pupuk No Keterangan Urea TSP KCl 1. Berat piknometer+air (ma) Suhu air ( C) Berat piknometer+air+larutan (mb) 4. Nomor wadah Berat wadah (mc) Berat wadah+air+larutan (ms) 7. Massa jenis Massa jenis rata-rata Perhitungan massa jenis campuran TSP dan KCl Perbandingan massa = 2:1 K K

3 51 Lampiran 2 Perhitungan Kadar Air 1. Wadah diberi nomor dan ditimbang massanya (m c ). 2. Wadah diisi pupuk dan ditimbang. Massa pupuk sebelum dioven (m a ) diperoleh setelah mengurangi massa wadah dan pupuk dengan massa wadah. 3. Pupuk dan wadah dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 C. 4. Setelah 24 jam, pupuk dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke desikator selama 30 menit. 5. Wadah dan pupuk yang telah dioven ditimbang dan dikurangi dengan massa wadah agar diperoleh nilai (m b ). 6. Kadar air pupuk dihitung dengan rumus: K Jenis pupuk m c (g) Hasil perhitungan kadar air Sebelum dioven Sesudah dioven m pupuk+wadah (g) m a m pupuk+wadah (g) m b (g) Kadar air (%) (g) Urea TSP TSP+KCl (2:1)

4 52 Lampiran 3 Prosedur Uji Geser Langsung (kohesi) 1. Contoh pupuk yang akan diuji dipadatkan menggunakan ring sample (trimming ring). 2. Contoh pupuk dimasukkan ke dalam shearing box. 3. Set proving ring dan dial gauge untuk pergerakan horizontal. 4. Berilah tekanan normalnya yaitu 0.5, 1.0, dan 1.5 kgf/cm Catat pergerakan horizontal dan pergerakan proving ring. Pengujian dilakukan hingga nilai shearing load konstan. 6. Ambil contoh pupuk dari shearing box dan amati permukaan geser dari contoh pupuk. 7. Lakukan pengulangan terhadap masing-masing jenis pupuk. 8. Nilai gaya geser diperoleh dengan perhitungan: Dimana: τ : gaya geser (N) σ : gaya normal (N) c : kohesi (Pa) φ : sudut gesekan dalam ( ) Dari persamaan di atas dapat dibuat menjadi: Dimana: τ : gaya geser k : konstanta proving ring (0.2693) dp : pergerakan proving ring A : luas permukaan ring Hasil pengujian geser langsung pada pupuk urea Pengujian Tegangan normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa) Grafik hubungan tegangan normal dan tegangan geser maksimum

5 53 Lampiran 2 (Lanjutan) Berdasarkan persamaan garis linear diperoleh: 8 Nilai sudut gesekan dalam ( ) dan kohesi pupuk (C) adalah: Hasil pengujian direct shear pada pupuk TSP Pengujian Tegangan Normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa) Grafik hubungan tegangan normal dan tegangan geser maksimum Berdasarkan persamaan garis linear diperoleh: 8 Nilai sudut gesekan dalam ( ) dan kohesi pupuk (C) adalah: 8

6 54 Lampiran 4 Prosedur Uji Geser Langsung (adhesi) 1. Contoh pupuk yang akan diuji dipadatkan menggunakan ring sample (trimming ring). 2. Akrilik berdiameter sesuai dengan shearing box dimasukkan ke bagian bawah shearing box. Bagian atas diisi dengan bahan pupuk yang akan diuji. 3. Set proving ring dan dial gauge untuk pergerakan horizontal. 4. Berilah tekanan normalnya yaitu 0.5, 1.0, dan 1.5 kgf/cm Catat pergerakan horizontal dan pergerakan proving ring. Pengujian dilakukan hingga nilai shearing load konstan. 6. Ambil contoh pupuk dari shearing box dan amati permukaan geser dari contoh pupuk. 7. Lakukan pengulangan terhadap masing-masing jenis pupuk. 8. Nilai gaya geser diperoleh dengan perhitungan: Dimana: F : gaya geser (N) N : gaya normal (N) C α : adhesi (Pa) δ : sudut gesekan bahan dengan pupuk ( ) Dari persamaan di atas dapat dibuat menjadi: Dimana: F : shear stress k : konstanta proving ring (0.2693) dp : pergerakan proving ring A : luas permukaan ring Bahan pengujian: akrilik dan polietilen Hasil pengujian adhesi pupuk urea-akrilik Pengujian Tegangan normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa)

7 55 Grafik hasil pengujian Sehingga: - Hasil pengujian adhesi pupuk TSP-akrilik Pengujian Tegangan normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa) Grafik hasil pengujian Sehingga: -

8 56 Lampiran 3 (Lanjutan) Hasil pengujian adhesi pupuk urea-polietilen Pengujian Tegangan normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa) Grafik hasil pengujian -, sehingga: - Hasil pengujian adhesi pupuk TSP polietilen Pengujian Tegangan normal (Pa) Tegangan geser maksimum (Pa) Grafik hasil pengujian -, sehingga: -

9 Lampiran 5 Perhitungan Luas Penampang Celah Penjatah Luas penampang celah penjatah rotor (luasan daerah yang diarsir) dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut: ( ) ( ) Di mana: A pc : luas penampang celah rotor penjatah (cm 2 ) A I : luas juring lingkaran (cm 2 ) A II : luas daerah II yang berbentuk segitiga (cm 2 ) A III : luas daerah III yang berbentuk persegi panjang (cm 2 ) A IV : luasan daerah kurva lingkaran (cm 2 ) A V : luas daerah yang berbentuk seperempat lingkaran (cm 2 ) Jari-jari lingkaran R adalah 2 cm, jari-jari lingkaran R 2 sebesar 1.5 cm. Jarijari lingkaran kecil r sebesar 0.45 cm. Luasan yang ditandai oleh daerah A I adalah daerah juring lingkaran dengan sudut pusat. Sehingga, perhitungan luasannya adalah: Luasan daerah A 2 adalah bangun segitiga sembarang yang memiliki sudut,, dan -turut sebesar,, dan 60. Salah satu panjang sisi yang diketahui yaitu sisi R sebesar 2 cm. Oleh karena itu, perhitungan luasannya adalah: Daerah A 3 merupakan daerah berbentuk persegi panjang dengan panjang sisi R 2 sebesar 1.5 cm dan r sebesar 0.45 cm. Sehingga, luas daerah A 3 dihitung berdasarkan rumus luas persegi panjang. Perhitungan luasan A IV menggunakan integral dari persamaan lingkaran yang berjari-jari 2 cm dengan batas atas r dan batas bawah bernilai 0. Sehingga menghasilkan rumus perhitungan luas daerah A IV berikut:

10 58 Lampiran 5 (Lanjutan) ( ) ( ), sehingga: ( ) Karena Maka: Sehingga: ( ) Karena - Maka: ( ) ( ) ( ) ( ) Melalui hubungan trigonometri pada segitiga berikut ini: Maka: -

11 59 Lampiran 5 (Lanjutan) Dan: Sehingga: ( - ) ( ) ( ) ( ) (( ) ( )) (( ) ( )) 8 Area A V merupakan daerah yang berbentuk seperempat lingkaran dengan jari-jari lingkaran r. Perhitungan luas daerah tersebut adalah: Sehingga, ( ) ( 8 )

12 60 Lampiran 6 Data Hasil Pengujian Ketepatan Penjatahan Pupuk Volume hopper 100% Hasil Pengujian Pupuk Urea Volume hopper 50%

13 61 Lampiran 6 (Lanjutan) Volume hopper % Volume hopper 100% Hasil Pengujian Pupuk TSP

14 62 Lampiran 6 (Lanjutan) Volume hopper 50% Volume hopper %

15 63 Lampiran 6 (Lanjutan) Volume hopper 100% Hasil Pengujian Pupuk TSP+KCl (2:1) Volume hopper 50%

16 64 Lampiran 6 (Lanjutan) Volume hopper %

17 65 Lampiran 7 Data Hasil Pengujian Keseragaman Penjatahan Pupuk Bukaan selubung 100% Hasil Pengujian Pupuk Urea Bukaan selubung 75%

18 66 Lampiran 7 (Lanjutan) Bukaan selubung 50% Bukaan selubung 100% Hasil Pengujian Pupuk TSP

19 67 Lampiran 7 (Lanjutan) Bukaan selubung 75% Bukaan selubung 50%

20 68 Lampiran 7 (Lanjutan) Bukaan selubung 100% Hasil Pengujian Pupuk TSP+KCl (2:1) Bukaan selubung 75%

21 69 Lampiran 7 (Lanjutan) Bukaan selubung 50%

22 70 Lampiran 8 Tabel Hasil Kalibrasi Handy Strain Meter Tabel hasil kalibrasi Beban (kg) F (N) r (m) Torsi (N m) µε Rataan Grafik hasil kalibrasi

23 Lampiran 9 Data Hasil Pengujian Kebutuhan Torsi Penjatahan Pupuk Pupuk: Urea Bukaan % Jenis Penjatah Torsi (N m) RPM RPM RPM Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Volume (%) Ulangan Ulangan Ulangan Rataan Bukaan 75% Jenis Penjatah Torsi (N m) RPM RPM RPM Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Volume (%) Ulangan Ulangan Ulangan Rataan Bukaan 100% Jenis Penjatah Torsi (N m) RPM RPM RPM Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Volume (%) Ulangan Ulangan Ulangan Rataan

24 72 Lampiran 9 (Lanjutan) 72 Pupuk: TSP Jenis Penjatah Torsi (N m) RPM RPM RPM Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Konvensional Edge-cell Volume (%) Ulangan Ulangan Ulangan Rataan

25 73 Lampiran 10 Data Hasil Validasi Model Penjatah Pupuk Pupuk: urea Volume Bukaan RPM RPM RPM Torsi (N m) Torsi (N m) Torsi (N m) (%) (%) Pendugaan Pengujian Pendugaan Pengujian Pendugaan Pengujian Volume Bukaan RPM RPM RPM Torsi (N m) Torsi (N m) Torsi (N m) (%) (%) Pendugaan Pengujian Pendugaan Pengujian Pendugaan Pengujian Pupuk: TSP Jenis Rotor (RPM) Volume pupuk (%) Volume pupuk (%) Torsi Pendugaan (N m) Torsi Pengujian (N m)

26 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:8 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Hopper Peringatan: No: 1 A4 74

27 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Gambar Piktorial Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:4 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Hopper dan Rumah Penjatah Rotor Konvensional Peringatan: No: 2 A4 75

28 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Gambar Piktorial Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:4 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Hopper dan Rumah Penjatah Rotor Edge-cell Peringatan: No: 3 A4 76

29 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung R Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:2 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Rumah Rotor Edge-cell Peringatan: No: 3 A4 77

30 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Keterangan Jenis Bahan Jumlah 1. Hopper 2. Rumah Rotor Edge-cell 3. Poros 4. Pegas 5. Penjatah Pupuk 6. Selubung Rotor 7. Mur Kuping 8. Sikat Penjatah Gambar Komposisi Akrilik Akrilik Polietilen Baja Baja Sok PVC Baja Akrilik Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:8 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Hopper dan Rumah Rotor Edge-cell 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Peringatan: No: 5 A4 78

31 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung 60 R R R Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala : 1:1 Satuan : mm Tanggal : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Rotor Peringatan: No: 6 A4 79

32 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : 1:1 : mm : Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Selubung Rotor 40.0 Peringatan: No: 7 A4 80

33 Lampiran 11 Gambar Teknik Alat Pemupuk Jagung Gambar Komposisi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor Skala Satuan Tanggal : : 1:1 : mm Digambar : Annisa Nur I NRP : F Diperiksa : Dr. Ir. Wawan H. MS Sikat Penjatah Peringatan: No: 8 A4 81

34 82 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 27 Februari Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ichsan Zulkarnain dan Asfiniar. Penulis merupakan lulusan dari SMA Negeri 5 Surabaya dan pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teknik Pertanian (TEP), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB dan lulus pada tahun Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian. Selain itu, penulis pernah mengikuti beberapa perlombaan seperti lomba debat bahasa Inggris yang diadakan oleh BEM Fakultas Teknologi Pertanian dan meraih Juara II (tahun 2007) dan Juara III (tahun 2008) melalui grup debat TRIWARAS bersama dua orang mahasiswa TEP lainnya. Bersama grup TRIWARAS ini pula, penulis menjadi finalis lomba Alternative Energy Competition pada tahun 2009 yang diselenggarakan oleh jurusan Teknik Mesin, Institut Teknik Sepuluh November, Surabaya. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan studi di Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan yang mewakili IPB yaitu summer course di Institut Pertanian Bogor dan winter course di Ibaraki University, Jepang.

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D 1. LINGKUP Percobaan ini mencakup uji kuat geser untuk tanah berbentuk silinder dengan diameter maksimum 75 mm. Pengujian dilakukan dengan alat konvensional dalam kondisi contoh tanah tidak terkonsolidasi

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Tanah merah diambil dari sebuah lokasi di bogor, sedangkan untuk material agregat kasar dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh : ARI SEMBODO F14101098 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH

Lebih terperinci

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI BESAR DIAMETER PONDASI MODEL TIANG PANCANG PIPA TERBUKA TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT DALAM TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF TERTENTU DAVID SULASTRO NRP : 0521018 Pembimbing :

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN MODEL PONDASI TIANG PIPA BAJA TERTUTUP TUNGGAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG TARIK PADA TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN TERTENTU

PENGARUH KEDALAMAN MODEL PONDASI TIANG PIPA BAJA TERTUTUP TUNGGAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG TARIK PADA TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN TERTENTU PENGARUH KEDALAMAN MODEL PONDASI TIANG PIPA BAJA TERTUTUP TUNGGAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG TARIK PADA TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN TERTENTU Jony Lepong Nrp : 0021100 Pembimbing : Ir. Herianto Wibowo,

Lebih terperinci

KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS. Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F

KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS. Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F14103101 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung ` III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan sampel tanah dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KALIBRASI ERLENMEYER

LAMPIRAN I HASIL KALIBRASI ERLENMEYER LAMPIRAN I HASIL KALIBRASI ERLENMEYER Nama Intani : Univerita Kriten Maranatha Nama Proyek : Praktikum Tuga Akhir Lokai Proyek : Dekripi Tanah : Pair Nama Operator : Yanward M R K Tabel L1.1 Hail Hail

Lebih terperinci

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS

BAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS BAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS A. TUJUAN Tujuan perobaan ini adalah untuk menentukan kuat tekan tanah pada arah aksial dan karakteristik tegangan regangan. B. ALAT DAN BAHAN Alat utama yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

percobaan, perhitungan rencana tiang cerucuk, hasil,

percobaan, perhitungan rencana tiang cerucuk, hasil, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Prosedur Penelitian Untuk keberhasilan penelitian yang akan dilaksanakan, maka perlu tahapan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian maupun pengambilan sampel tanah di lapangan.

Lebih terperinci

dan kurangnya peran mekanisasi pertanian pada proses produksi. Sejalan dengan

dan kurangnya peran mekanisasi pertanian pada proses produksi. Sejalan dengan Yosi Srimarliani. F01495054. Rancang Bangun Penjatah Pupuk untuk Alat Tanam dan Pemupuk Kedelai dengan Tenaga Tarik Traktor Tangan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Suastawa, hl Sc. dan Dr. Ir. Wawan

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester SMA Dwija Praja Pekalongan FISIKA X (Sepuluh) 1 (Satu) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi 1.1 Mengukur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D

UNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D 1. LINGKUP Uji kuat tekan bebas dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif. 2. DEFINISI Kuat tekan bebas (q u ) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL

LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL Sebelum melakukan uji tarik pondasi model tiang pipa tertutup pada pasir diperlukan data-data parameter dari tanah pasir. Untuk mencari parameter tersebut dilakukan percobaan

Lebih terperinci

Pengujian Berat Jenis Tanah

Pengujian Berat Jenis Tanah Pengujian Berat Jenis Tanah PERALATAN Alat-alat yang digunakan 1. Botol Erlenmeyer 2. Aquades 3. Timbangan digital dengan ketelitian,1 gr 4. Termometer 5. alat pemanas berupa kompor 6. Oven 7. Pipet 8.

Lebih terperinci

Kalibrasi Erlenmeyer

Kalibrasi Erlenmeyer Kalibrasi Erlenmeyer Nama Instalasi : Universitas Kristen Maranatha Kedalaman Tanah : Nama Proyek : Praktikum Tugas Akhir Nama Operator : Jemmy Lokasi Proyek : Nama Engineer : Deskripsi Tanah : Pasir Tanggal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error! DAFTAR ISI JUDUL... i PERSETUJUAN... ii LEMBAR PLAGIASI...iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR NOTASI...xvi BAB I PENDAHULUAN... Error!

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TORSI DAN DESAIN PENJATAH PUPUK BUTIRAN TIPE EDGE-CELL UNTUK MESIN PEMUPUK JAGUNG ANNISA NUR ICHNIARSYAH

ANALISIS KEBUTUHAN TORSI DAN DESAIN PENJATAH PUPUK BUTIRAN TIPE EDGE-CELL UNTUK MESIN PEMUPUK JAGUNG ANNISA NUR ICHNIARSYAH ANALISIS KEBUTUHAN TORSI DAN DESAIN PENJATAH PUPUK BUTIRAN TIPE EDGE-CELL UNTUK MESIN PEMUPUK JAGUNG ANNISA NUR ICHNIARSYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) Ronald P Panggabean NRP : 0221079 Pembimbing : Ir. Herianto

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN I. TUJUAN II. LABORATORIUM UJI TANAH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext.266 Bandung Subjek : Pengujian Tanah di Laboratorium Judul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X / 1 Mata Pelajaran : FISIKA 1. Standar : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : MADRASAH ALIYAH NEGERI BAYAH : X (Sepuluh) / 1 (Satu) : FISIKA 1. Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk Prototipe yang dibuat merupakan pengembangan dari prototipe pada penelitian sebelumnya (Azis 211) sebanyak satu unit. Untuk penelitian ini prototipe

Lebih terperinci

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot

Lebih terperinci

KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza.

KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza. KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza. H NRP : 0221105 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir, M.sc FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono Grace Helen Y. T Muh. Akram Ramadan KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016

NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono Grace Helen Y. T Muh. Akram Ramadan KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016 NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono 1406533251 Grace Helen Y. T 1406574106 Muh. Akram Ramadan 1406533346 KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016 JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio ASISTEN

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DAFTAR SIMBOL BJ : Berat Jenis ρ : Berat Jenis (kg/cm 3 ) m : Massa (kg) d : Diameter Kayu (cm) V : Volume (cm 3 ) EMC : Equilibrium Moisture Content σ : Stress (N) F : Gaya Tekan / Tarik (N) A : Luas

Lebih terperinci

GESER LANGSUNG (ASTM D

GESER LANGSUNG (ASTM D X. GESER LANGSUNG (ASTM D 3080-98) I. MAKSUD Maksud percobaan adalah untuk menetukan besarnya parameter geser tanah dengan alat geser langsung pada kondisi consolidated-drained. Parameter geser tanah terdiri

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap kuat geser dan tekan bebas dapat disimpulkan bahwa :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap kuat geser dan tekan bebas dapat disimpulkan bahwa : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, yang telah diolah dan dianalisis tentang pengaruh serabut kelapa terhadap kuat

Lebih terperinci

Tekanan Dan Kecepatan Uap Pada Turbin Reaksi Perbandingan Antara Turbin Impuls Dan Turbin Reaksi

Tekanan Dan Kecepatan Uap Pada Turbin Reaksi Perbandingan Antara Turbin Impuls Dan Turbin Reaksi Turbin Uap 71 1. Rumah turbin (Casing). Merupakan rumah logam kedap udara, dimana uap dari ketel, dibawah tekanan dan temperatur tertentu, didistribusikan disekeliling sudu tetap (mekanisme pengarah) di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilakukan pengujian pada alumunium seri 6063 (Al-Mg-Si), terlebih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilakukan pengujian pada alumunium seri 6063 (Al-Mg-Si), terlebih IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Awal Benda Kerja Sebelum dilakukan pengujian pada alumunium seri 6063 (Al-Mg-Si), terlebih dahulu dilakukan pemotongan dan pengukuran awal benda kerja sehingga benda

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH LATERAL

TEKANAN TANAH LATERAL TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan lateral tanah adalah tekanan oleh tanah pada bidang horizontal. Contoh aplikasi teori tekanan lateral adalah untuk desain-desain seperti dinding penahan tanah, dinding basement,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Menguasai Konsep Elastisitas Bahan. 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis.

Menguasai Konsep Elastisitas Bahan. 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis. SIFAT ELASTIS BAHAN Menguasai Konsep Elastisitas Bahan Indikator : 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis. Hal.: 2 Menguasai Konsep Elastisitas

Lebih terperinci

4. ANALISA UJI LABORATORIUM

4. ANALISA UJI LABORATORIUM 4. ANALISA UJI LABORATORIUM 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 hingga September 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA Pengertian Kriteria keruntuhan Mohr Coulomb Stress Path Penentuan parameter kuat geser Kuat geser tanah non kohesif dan kohesif

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Data pengukuran kohesi tanah digunakan untuk menhtung nilai rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi, fiekwensi dan korelasi spasial dari kohesi

Data pengukuran kohesi tanah digunakan untuk menhtung nilai rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi, fiekwensi dan korelasi spasial dari kohesi Hendri Afrial. F01495019. Variabilitas Spasial Dari Kohesi Tanah III Siiu Pada Tanah Latosol Darmaga, Bogor. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Asep Sapei, MS. Kekuatan tanah merupakan salah satu sifat dinamik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999))

TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D (1999)) XII. TRIAKSIAL PADA KONDISI UNCONSOLIDATED-UNDRAINED (ASTM D 2850-95 (1999)) I. MAKSUD Maksud percobaan adalah untuk menentukan parameter geser tanah dengan alat triaksial pada kondisi unconsolidated undrained

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

Grafik Kalibrasi Erlenmeyer

Grafik Kalibrasi Erlenmeyer LAMPIRAN 85 Weight Bottle + Water ; W 2 ( gram ) Lampiran L1 Berat Jenis Tanah (kalibrasi Erlenmayer) ERLENMEYER CALIBRATION Erlenmeyer Data Erlenmeyer No : 5 Form No. : Wt. of bottle ; W b : 193 gr Test

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR Sri Jumini 1, Lilis Muhlisoh 2 1,2) Prodi Pendidikan Fisika, FITK UNSIQ Wonosobo jawa Tengah Email : umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci