ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam"

Transkripsi

1 IV. ANALISIS RANCANGAN A. RANCANGAN FUNGSIONAL Ide rancangan penggetaran mole plow adalah mengaplikasikan forced vibrations pada kantilever beam dari mole plow. Beam mole plow terbuat dari baja S45C yang mempunyai sifat elastis dan berbentuk kantilever. Struktur beam yang berbentuk kantilever menyebabkan beam kuat terhadap tarikan ke depan dan lemah terhadap tarikan ke samping. Kondisi inilah yang membuat beam bisa dijadikan pegas yang akan bergetar apabila diberikan gaya getar ke arah samping. Penggetar berfungsi menggetarkan kantilever beam dari mole plow. Penggetaran dirancang untuk bisa dilakukan pada berbagai frekuensi agar bisa mengetahui frekuensi getar yang tepat untuk menurunkan draft mole plow. Penggetaran dirancang dengan membangkitkan gaya getar dari putaran massa unbalanced yang diputar oleh motor listrik dan dapat diseting jari-jari eksentriknya. Skema perancangan penggetar mole plow bisa dilihat pada Gambar11. penggetar kopling motor listrik blade beam Gambar 11. Skema rancangan penggetar mole plow. Penggetar mole plow dirancang dengan memanfaatkan prinsip eksentrisitas pusat massa. Dimana suatu massa eksentris atau unbalanced diputar pada pusat putaran tertentu. Pusat massa yang diputar berada diluar 26

2 sumbu pusat putaran sehingga terjadi ketidaksetabilan putaran. Kesetabilan putaran inilah yang akan menghasilkan getaran atau gaya penggetar. Untuk memenuhi fungsi penggetaran, penggetar mole plow terdiri dari beberapa bagian, yaitu unbalanced (piringan exciter+plat pengapit exciter), poros penggetar, tutup penggetar, pipa penggetar, dudukan penggetar, dudukan tutup penggetar, sistem transmisi, dan batang kantilever. 1. Piringan Exciter Piringan exciter berfungsi sebagai pembangkit gaya getar. Piringan exciter dirancang dengan bentuk dasar lingkaran yang dibuat sedemikian rupa sehinga profilnya merupakan serpihan dari suatu lingkaran. Pusat massa piringan exciter dirancang untk mempunyai jarak eksentrik (e) atau radius eksentrik (e) tertentu dari suatu pusat lingkaran. Dengan memutar massa piringan exciter yang berjarak e dari pusat putaran diharapkan akan terdapat suatu pussat massa yang berputar pada jarak e sehingga terjadi ketidaksetabilan putaran. Ketidaksetabilan putaran ini yang akan menimbulkan getaran. Dengan meracang jarak e pada piringan exciter maka akan bisa ditentukan besarnya gaya penggetaran dengan syarat massa exciter dan kecepatan putaran diketahui. Pada piringan exciter dibuat dua buah lubang baut pada bagian ujungnya. Lubang-lubang tersebut berfungsi sebagai tempat mengikat piringan exciter dengan baut. Dengan diikat dua buah baut, piringan exciter akan terkunci pada posisi tertentu. 2. Plat Pengapit Exciter Plat Pengapit exciter berfungsi untuk mengikat piringan exciter pada posisi tertentu. Pada saat diputar, pusat massa piringan exciter dijaga agar tetap berotasi dengan jarak e tetap terhadap pusat putaran sesuai penyetingan di awal pemasangannya. Plat pengapit exciter berfungsi mengapit piringan exciter agar tetap terjaga pada posisi awalnya. 27

3 Piringan exciter diikat pada plat pengapit exciter oleh dua buah baut supaya terkunci pada posisi tertentu. Sementara plat pengapit exciter diikat pada poros penggetar. Pada saat poros penggetar diputar, plat pengapit exciter akan meneruskannya ke piringan exciter sehingga piringan exciter berputar. Plat pengapit exciter berjumlah dua buah. Pada masing-masing plat pengapit exciter dibuat lima buah lubang yang posisinya sama pada kedua plat. Sehingga tiap lubang dari kedua plat berpasangan satu sama lain untuk mengikatkan baut. Dimana empat pasang lubang berfungsi untuk perubahan posisi pengikatan baut. Sementara satu pasang lubang tidak mengalami perubahan posisi pengikatan untuk menjadi tumpuan perputaran atau perubahan posisi piringan exciter pada plat pengapit exciter. Dengan membuat empat buah lubang, posisi piringan exciter pada plat pengapit exciter bisa diubah pada empat posisi. Dengan cara memutar piringan exciter pada plat pengepit exciter sampai menemukan lubang baut pada posisi yang dinginkan lalu menguncinya dengan baut, maka posisi e akan bisa diubah-ubah sesuai keinginan. Pada plat pengapit exciter dibuat sebuah alur pasak. Alur pasak ini berfungsi untuk mengikatkan plat pengapit exciter pada poros penggetar. Untuk memperkuat ikatan pada plat pengapit exciter dibuat naf pada salah satu sisinya. 3. Poros Penggetar Poros penggetar berfungsi meneruskan tenaga putar dari flexible coupling ke komponen penghasil getaran yaitu plat pengapit exciter dan piringan exciter. Tenaga putar dari flexible coupling mula-mula diteruskan ke plat pengapit exciter kemudian plat pengapit exciter memutar piringan exciter yang diapitnya. Dengan kondisi piringan exciter yang unbalanced maka tenaga putar ini akan menghasilkan getaran pada komponen penggetar. 28

4 baut pengikat lubang penyetelan e plat pengapit exciter piringan exciter poros penggetar Gambar 12. Piringan exciter terpasang pada plat pengapit exciter pada posisi e max dan e min. Pada poros penggetar dibuat dua buah alur pasak. Alur pasak ini berfungsi untuk membenamkan pasak yang akan mengikat poros penggetar dengan plat pengapit exciter. Dengan memasang pasak antara poros penggetar dengan plat pengapit exciter diharapkan pada saat berputar tidak terjadi slip putaran pada sambungan poros penggetar dan plat pengapit exciter. 4. Tutup Penggetar Tutup penggetar memiliki beberapa fungsi utama, yaitu sebagai tempat memasang bearing yang menahan poros penggetar, sebagi tempat bertumpu pipa penggetar, dan sebagai penyalur getaran dari bearing ke dudukan penggetar. Tutup penggetar berjumlah dua dan pada salah satu sisi dari masing-masing tutup penggetar dipasang bearing untuk tumpuan poros penggetar. Pada saat timbul getaran dari piringan exciter, plat pengapit exciter ikut bergetar. Selanjutnya getaran tersebut menggetarkan poros penggetar dan poros penggetar meneruskan getaran tersebut pada bearing. Tutup penggetar menerima getaran dari bearing dan meneruskanya ke dudukan penggetar. Getaran ini selanjutnya diteruskan ke beam mole plow oleh dudukan penggetar. 29

5 Gambar 13. Dua alternatif sketsa rancangan tutup penggetar. Ada perbedaan antara kedua tutup penggetar. Tutup penggetar bagian depan dipasang mati tidak bisa dilepas dari dudukan tutup penggetar. Pada tutup bagian belakang dibuat kupingan untuk mengikat tutup penggetar dengan dudukan penggetar mengguakan ikatan baut. Dengan menggunakan ikatan baut, tutup penggetar bagian belakang bisa dibuka untuk memudahkan membuka baut yang mengikat piringan exciter dan plat pengapit exciter pada saat penyetelan radius eksentrik. 5. Pipa Penggetar Untuk menutupi piringan exciter dan plat pengapit exciter maka di antara tutup penggetar dipasang sebuah pipa besi. Selain sebagai kesing dari penggetar pipa penggetar berfungsi juga untuk memperkuat tutup penggetar dalam menyalurkan getaran. Dengan adanya pipa penggetar yang diikat oleh baut pada tutup penggetar, getaran pada masing-masing tutup akan terhubung sehingga mengurangi beban yang ditahan oleh masing-msing tutup. 30

6 Gambar 14. Dua alternatif sketsa pipa penggetar. 6. Dudukan Tutup Penggetar Dudukkan tutup penggetar memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai mounting dari tutup penggetar, penguat struktur tutup penggetar, dan penyalur getaran dari tutup penggetar ke dudukan penggetar melalui ikatan baut. Tutup penggetar dipasang berdiri pada dudukan tutup penggetar. Dengan berdiri pada dudukan tutup penggetar, beban dari massa komponen-komponen pengetar yang telah disebutkan di atas bertumpu pada dudukan tutup penggetar. Getaran yang timbul pada tutup penggetar akibat penggetaran piringan exciter akan tersalurkan pada dudukan tutup penggetar. Gambar 15. Dua alternatif sketsa dudukan tutup penggetar. 7. Dudukan Penggetar Fungsi dari dudukan penggetar adalah sebagai mounting dari penggetar dan sebagai penyalur getaran yang timbul pada penggetar ke beam mole plow. Dudukan penggetar menghubugkan penggetar 31

7 pada beam mole plow. Dengan terhubungnya penggetar dan beam mole plow, getaran dari penggetar tersalurkan pada beam mole pow. Karena sifat elastis dari beam mole plow yang meupakan batang kantilever, maka dengan penggetaran tersebut akan timbul getaran struktur pada beam mole plow. Selanjutnya getaran struktur tersebut menggetarkan blade mole plow yang masuk ke dalam tanah. Gambar 16. Sketsa dudukan penggetar. 8. Sistem Transmisi Sistem transmisi yang dipergunakan pada penggetar mole plow adalah kopling. Kopling berfungsi untuk menyalurkan tenaga dari motor listrik ke pembangkit getaran. Kopling terdiri dari kopling flens, flexible coupling dan kopling freewheel. Kopling flens fungsinya menyalurkan tenaga dari flexible coupling ke poros penggetar. Flexible coupling berfungsi menyalurkan tenaga dari kopling freewheel ke kopling flens serta meredam getaran dari pembangkit getaran agar tidak merusak motor listrik. Kopling freewheel berfungsi menyalurkan tenaga dari motor listrik ke flexible coupling serta memutuskan tenaga dari putaran pembangkit getaran ke motor listrik saat motor listrik dimatikan. 9. Batang Kantilever Batang kantilever berfungsi sebagai rangka tarik dari blade mole plow dan sebagai pegas penggetar. Batang kantilever akan menimbulkan getaran struktur ketika mendapatkan gaya getar dari 32

8 unbalanced (piringan exciter+plat pengapit exciter). Batang kantilever merupakan bagian dari mole pow yaitu bagian beam mole plow. B. RANCANGAN STRUKTURAL Perancangan alat dan mesin memerlukan perhitungan atau simulasi tertentu untuk mewujudkanya secara struktural. Perhitungan tersebut menyangkut perhitungan gaya, beban dan perhitungan mengenai pemilihan bentuk serta bahan suatu struktur. Sementara simulasi bisa dilakukan dengan menggunakan CATIA. Hasil perhitungan dan simuasi ini terwujud dalam bentuk ukuran, bahan dan bentuk yang akan digunakan dalam merancang bagian komponen alat atau mesin. Dengan melakukan hal tersebut terjadinya kerusakan pada alat dan mesin yang telah dirancang dapat dicegah. Sebelum melakukan perhitungan mengenai struktur unit pembangkit getaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan pendahuluan. Perhitungan ini mengenai perhitungaan gaya penggetaran. Gaya penggetaran yang direncanakan didasarkan pada tahanan tanah. Berdasarkan hasil penelitian Dito (2009) di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian IPB di Leuwikopo, tahanan tanah pada arah depan terhadap subsoiler getar berkisar kn. Sedangkan pada arah sampinng tahanan tanah (F tana ) diasumsikan sekitar 20% tahanan tanah arah depan yaitu sekitar 2000 N. Gambar 17 menunjukan skema kebutuhan gaya getar (F getar ). Mole plow direncanakan beroperasi pada kedalaman (a) 50 cm dan jarak (F getar ) ke dalam tanah (b) sekitar 100 cm. Oleh karena itu, penggetaran direncanakan dilakukan di sekitar 4000 N. 33

9 F getar T a F tana F tana T b Gambar 17. Skema kebutuhan gaya getar. Besarnya gaya penggetaran dipengaruhi oleh massa unbalanced (m), jari-jari eksentrik (e), dan kecepatan putar (ω). Massa eksentrik unit pembangkit getaran (unbalanced) rencana dan jari-jari eksentrik rencana diperoleh dari simulasi pada CATIA. Unbalanced dirancang pada empat jari-jari eksentrik tergantung posisi penguncian piringan exciter pada plat pengapit exciter oleh baut pengikat. Akan tetapi pada perancangan diambil jari-jari eksentrik terbesar. Kecepatan putar maksimum direncanakan sebesar 1000 rpm sesuai dengan kecepatan maksimum dari PTO traktor. Gaya penggetaran (F getar) dihitung berdasarkan persamaan berikut (James et.al, 1994) : Gaya penggetaran Fgetar me 2 (1) Jari-jari eksentrik 2 e 2 x z (2) Jari-jari eksentrik adalah jarak titik berat dari pusat putaran. Karena gaya penggetaran diaplikasikan pada bidang xz maka jari-jari eksentrik berada pada bidang tersebut. Koordinat titik berat pada sumbu x dan z berturut-turut adalah 11 mm dan 31 mm. Dari hasil simulasi di CATIA untuk memperoleh gaya penggetaran sekitar 4000 N maka massa rencana unbalanced dan jairi-jari eksentrik berturut-turut adalah sebesar kg dan 0.03 m. Gaya penggetaran berdasarkan kondisi tersebut sebesar N. 34

10 Gambar 18. Penentuan titik berat dan massa unbalanced (piringan exciter +plat pengapit exciter) berdasarkan simulasi CATIA. 1. Poros Penggetar Poros penggetar direncanakan memiliki diameter sebesar 25 mm dan bahan S55C. Hal ini dilakukan brdasarkan ukuran bearing, ukuran poros, dan bahan poros yang banyak tersedia di pasaran. Sebagai acuan dalam perhitungan, daya putar yang disalurkan ke penggetar dari motor listrik 2 hp dengan kecepatan putar perancangan maksimum 1000 rpm. Berikut merupakan perhitungan ukuran diameter poros dan alur pasak yang direncanakan (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997). Daya rencana (Pd) = fc * P..(3) Momen puntir rencana (T) = 9.74 * 10 5 (Pd/n).. (4) 35

11 Berdasarkan persamaan 3 besarnya daya rencana adalah kw, dimana faktor koreksi yang diambil adalah 1.4 (1 1.5). Sedangkan besar momen puntirnya adalah kg.mm. Bahan poros yang digunakan adalah S55C dengan kekuatan tarik (σ B ) 66 kg/mm 2. Faktor keamanan untuk bahan tersebut Sf 1 = 6. Terdapat pasak pada poros yang direncanakan sehingga faktor koreksi untuk alur pasak Sf 2 = 2 (nilai antara ). Maka tegangan geser yang diizinkan τ a (kg/mm 2 ) dihitung menggunakan persamaan berikut (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997): Tegangan geser izin (τ a ) = σ B / (Sf 1 * Sf 2 ).. (5) Nilai tegangan geser yang diizinkan adalah 5.5 kg/mm 2. Poros penggetar mendapatkan beban dengan kejutan dan tumbukan sehingga faktor koreksi yang diambil yaitu K t = 2 (nilai antara 1.5 3). Selain beban puntir poros penggetar juga mendapat pembebanan momen bending dengan tumbukan berat, maka faktor koreksinya K m = 2 (nili 2 3). Diameter poros dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997): 1/3 (6) Diameter poros ( ds) 2 2 (5.1/ a) ( km* M ) ( Kt* T) Untuk dapat menghitung diameter poros (ds) maka perlu menghitung terlebih dahulu momen bending (M) maksimal yang terjadi pada poros penggetar. Berikut adalah perhitungan momen bending maksimal. unbalanced poros bearing Gambar 19. Gambar potongan penggetar. 36

12 180 mm 15 m 40 mm F/50 RA RB Gambar 20. Model pembebanan pada poros penggetar. Perhitungan gaya geser (V(X)): V X = RA; 0 X 15 V X = RA F 50 X 15 ; 15 X 40 V X = RA F 25; 40 X V X = RA F F X 140 ; 140 X Perhitungan momen bending (M(X)): M X = RAX; 0 X 15 M X = RAX F 50 X 15 X 15 2 ; 15 X 40 M X = RAX F 100 X 15 2 ; 15 X 40 M X = RAX F 25 X 27.5 ; 40 X M X = RAX FX F ; 40 X M X = RAX F 25 X F 50 X 140 X ; 140 X 165 Karena beban lentur terhadap poros isometrik maka momen bending mksimal (Mmax) berada pada tengah-tengah poros atau pada daerah 40 X 140, yaitu pada X = 90 mm. Persamaan momen 37

13 bending maksimalnya adalah sebagai berikut: M ( X ) RAX FX F..(7) 2 Dengan gaya penggetaran (F) = N atau setara dengan kg, maka nilai momen bending maksimal adalah kgmm. berikut: Dengan memasukan nilai momen bending pada persamaan 1/3 (8) Diameterporos ( ds) 2 2 (5.1/ a) ( km* M ) ( Kt* T) maka diperoleh diameter poros (ds) sebesar 22.6 mm. Besarnya diameter poros yang direncanakan berdasarkan persamaan (4) adalah 22.6 mm dan diameter poros yang digunakan adalah 25 mm serta dibuat alur pasak sebesar 8 x 4 mm dengan jarijari filet (r) 0.4 mm. Maka besarnya tegangan geser yang terjadi (τ max ) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997): τ max 16 2 ( ) (km*m) 3 (kt*t) π xd 2... (9) τa sf2 > τmax α (10) Nilai tegangan geser maksimal yang terjadi adalah 1.7 kg/mm 2. Harga faktor koreksi tegangan untuk alur pasak α yang diperoleh dari diagram R.E Peterson (Sularso dan Kiyokatsu, 1997) adalah Berdasarkan persamaan 9, besarnya tegangan geser izin kali faktor koreksi dari alur pasak adalah 11 kg/mm 2 sementara besarnya tegangan geser yang terjadi dikalikan faktor koreksi dari alur pasak berdasarkan diagram R.E Peterson adalah 7.43 kg/mm 2. Jadi menurut hasil perhitungan ukuran poros 25 mm dan alur pasak 8 x 4 x 0.4 mm adalah baik. Untuk lebih meyakinkan bahwa ukuran dan bahan poros yang digunakan baik maka dilakukan pula koreksi dengan perhitungan kecepatan putaran kritis, perhitungan defleksi puntiran, dan 38

14 perhitungan defleksi. Berikut adalah perhitungan koreksi ukuran dan bahan poros berdasarkan persamaan tersebut. Perhitungan perencanaan poros berdasarkan kecepatan putaran kritis (Martin, 1985): Kecepatan putaran kritis 3 3EI L ( ωn ).... (11) 3 3 ma b Inersia poros terhadap sumbu putaran 4 π ds ( I ).. (12) 64 ωn ωrencana.. (13) Dengan nilai elastisitas baja (E) = 210 GPa atau setara dengan 210 * 10 9 Pa, inersia (I) = x 10-8, panjang antar bantalan (L) = 0.18 m, massa plat exciter dan plat pengapit exciter (m) = kg, diameter poros (ds) = m, jarak dari ujung bantalan 1 ke pusat berat (a) =0.09 m, dan jarak dari ujung bantalan 2 ke pusat berat (b) =0.09 m maka diperoleh kecepatan putaran kritis (ω n ) sebesar rad/s atau setara dengan rpm. Sementara kecepatan putar maksimum yang direncanakan adalah 1000 rpm. Jadi berdasarkan persamaan 12 di mana kecepatan putaran kritis lebih besar dari kecepatan putar maksimum yang direncanakan maka ukuran poros baik. Perhitungan perencanaan poros berdasarkan defleksi puntiran (Sularso dan Kiyokatsu, 1997): Defleksi puntiran θ = 584 TL G baja ds 4 yang diizinkan... (14) Nilai defleksi putiran yang diizinkan ( yang diizinkan) adalah /m (Sularso dan Kiyokatsu, 1997). Dengan nilai modulus geser baja (G) = 8.3 x 10 3 kg/mm 2, momen puntir (T) = kgmm, jarak antar bantalan (L) =180 mm, dan diameter poros (ds) = 25 mm maka diperoleh defleksi puntiran (ө)sebesar /m. Jadi berdasarkan persamaan (14) di mana nilai defleksi puntiran kurang 39

15 dari nilai defleksi puntiran yang diizinkan maka ukuran dan bahan poros baik. Perhitungan perencanaan poros berdasarkan defleksi (Sularso dan Kiyokatsu, 1997): Defleksi (y)= 4 F L1 L2 3.23*10 * (15) 4 d L y 3 y yizin... (16) Nilai defleksi yang diizinkan (y yang diizinkan) adalah ( ) mm/m (Sularso dan Kiyokatsu, 1997). Dengan beban pada poros (F) = kg, jarak dari bantalan satu ke pusat beban (L1) = 90 mm, jarak dari bantalan dua ke pusat beban (L2) = 90 mm, diameter poros (ds) = 25mm, dan jarak antar bantalan (L) = 180 mm maka diperoleh defleksi (y) sebesar 0.03 mm/m. Jadi berdasarkan persamaan 16 di mana nilai defleksi masih ada dalam rentang nilai defleksi yang diizinkan maka ukuran dan bahan poros baik Baut Pengikat Piringan Exciter dan Plat Pengapit Exciter Baut pengikat piringan exciter dan plat pengapit exciter mengalami tegangan geser dan momen bending akibat massa piringan exciter. Oleh karena itu analisis struktural mengenai ukuran dan bahan baut dilakukan dengan melakukan penghitungan berdasarkan tegangan geser dan momen bending. Dari kedua metode perhitungan ini diambil ukuran baut terbesar. Sebelum melakukan perhitungan mengenai ukuran baut, terlebih dahulu menghitung gaya yang bekerja pada exciter. Untuk menentukan ukuran baut, gaya yang diperhitungkan adalah gaya getar akibat massa exiter saja dengan plat pengapit exciter sebagai tumpuan baut. Adapun perhitungan gaya tersebut adalah sebagai berikut. 40

16 F r2 ω r1 F1 Gambar 21. Skema gaya pada baut pengikat piringan exciter dan plat pengapit exciter. Gaya dari perputaran massa exciter F m e 2 Gaya yang terjadi pada baut...(17) r 2 F1 F..(18) r1 Dengan massa exciter (m) 7.67 kg, kecepatan putar (ω) 1000 rpm atau setara dengan rad/sekon dan jari-jari eksentrik exciter (e) 0.48 m, maka diperoleh gaya getar (F) N setara dengan kg dan gaya pada baut (F1) kg. Untuk menghitung diameter baut berdasarkan tegangan geser, terlebih dahulu harus diketahui tegangan geser izin (τa izin ). Untuk bahan SC difinis tinggi τa izin dapat diambil 6 kg/mm² (Sularso dan Kiyokatsu, 1997). Sementara τa geser izin adalah 0.5 τa izin. Jadi tegangan geser izin untuk bahan baut SC adalah sebesar 3 kg/mm². Berikut perhitungan diameter baut berdasarkan tegangan geser : Luas penampang baut Diameter baut F1 A a...(19) d A 4. (20) Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh dimeter baut minimal sebesar 7.6 mm 41

17 Berikut perhitungan ukuran dan bahan baut berdasarkan momen bending (Mx). 100 mm F/L RA RB Gambar 22. Model pembebanan pada baut pengikat piringan exciter dengan plat pengapit exciter. Gaya di ujumg baut F L F RA L RA... (21) 2 2 Dengan gaya getar (F) kg, panjang baut yang terkena beban (L) 100 mm, maka diperoleh unit gaya yang bekerja di ujung baut (RA) adalah sebesar kg. Perhitungan gaya geser (V(X)): F V ( X ) RA X 0 X 100 l Perhitungan momen bending (MX): M ( X ) RAX M ( X ) RAX F l F X 2L X X 2 F F M ( X ) X X 2 2L F X M ( X ) X (1 ) 2 l M ( X ) max berada pada daerah X F X M ( X ) max X (1 2 l 2 2 ) L / 2 karena pembebanansimetri 42

18 F ( L / 2) M ( X ) max ( L / 2)(1 ) 2 L FL 1 M ( X ) max (1 ) 4 2 FL M ( X ) max (1/ 2) 4 FL M ( X ) max 8 Dengan gaya getar (F) kg, panjang baut yang terkena beban (L) 100mm, maka diperoleh momen bending maksimal (Mmax) adalah sebesar kgmm. Dengan mengacu pada nilai tegangan izin (τa), maka diameter baut dapat dihitung dari rumus berikut (Zainuri,2008): Tegangan izin τa=mmax*c/i..(22) Dimana, c adalah jarak dari sumbu netral baut ke segmen terluar 4 π d (diameter/2) dan I adalah inersia lusan penampang baut ( 64 Berdasarkan rumus di atas maka diameter baut dapat dihitung 32 / menggunakan rumus berikut d 3 M km (23) a Dengan tegangan izin (τa) 6kg/mm², faktor keamanan km = 2, dan momen bending maksimal (Mmax) kgmm, maka diperoleh diameter baut minimal sebesar 18 mm. Dari perhitungan diameter baut berdasarkan tegangan geser diperoleh diameter baut sebesar 7.6 mm sementara berdasarkan momen bending diperoleh diameter baut sebesar 18 mm. Untuk keamanan maka diameter baut yang digunakan adalah diameter baut berdasarkan perhitungan momen bending karena nilainya lebih besar. Dengan mengacu pada diameter minimal baut, maka digunakan baut diameter 20 mm. ). 43

19 Gambar 23. Penentuan titik berat dan massa piringan exciter berdasarkan simulasi CATIA. 3. Pasak Poros Penggetar Pasak poros penggetar direncanakan memiliki panjang (L) 25 mm, lebar (b) 8 mm tinggi (t) 7 mm, tinggi terbenam pada poros(t1) 4 mm, dan tinggi terbenam pada naf (t2) 3 mm dengan bahan S55C. Sebagai acuan dalam perhitungan, daya putar yang disalurkan ke poros penggetar dari motor listrik 2 hp dengan kecepatan putar pada perancangan maksimum1000 rpm. Berikut merupakan perhitungan ukuran pasak yang direncanakan (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997). Daya rencana (Pd) = fc * P..(24) Momen puntir rencana (T) = 9.74 * 10 5 (Pd/n)... (25) Berdasarkan persamaan 24 besarnya daya rencana adalah kw, di mana faktor koreksi yang diambil adalah 1.4 (1 1.5). Sedangkan besar momen puntirnya adalah kg.mm. Gaya tangensial pada permukaan poros F T (ds / 2). (26) 44

20 Berdasarkan persamaan (26) besarnya gaya tangensial pada permukaan poros adalah kg. Dari tegangan geser yang diizinkan (τka), panjang pasak (L1) yang diperlukan dapat diperoleh. τ ka F b. L1. (27) Harga τka diperoleh dengan membagi kekuatan tarik σb (66 kg/mm²) dengan faktor keamanan Sf1* Sf2. Harga Sf1 diambil 6, dan harga Sf2 diambil 3 karena pembebanan dengan tumbukan berat (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997). Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh panajng pasak sebesar 1.39 mm. Seanjutnya, perhitungan panjang pasak untuk menghindari kerusakan permukaan samping pasak karena tekanan bidang. F Pa. (28) L2* t1 Harga Pa 4 kg/mm² untuk poros diameter kecil dengan putarn tinggi (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997). Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh panajng pasak (L2) sebesar 3.4 mm. Panjang pasak 25 mm sementara cukup baik karena sudah lebih besar dari nilai L1 dan nilai L2. Selanjutnya pengecekan lebar pasak dan panjang pasak berdasarkan diameter poros. Lebar pasak sebaikya 25-35% dari diameter poros dan panjang pasak % dari diameter poros (Sularso dan Kiyotkatsu, 1997) b / ds (29) 0.75 L / ds 1.5. (30) Nilai b/ds dan L/ds berturut-turut adalah 0.32 dan 1. Berdasarkan persamaan 29 dan 30 maka ukuran pasak baik. 45

21 4. Piringan Exciter Piringan exciter merupakan bagian yang membuat terjadinya ketidaksetabilan putaran. Piringan exciter dirancang dari bentuk dasar lingkaran dengan diameter 160 mm. Piringan exciter terbuat dari bahan S45C. Bagian ini terdiri dari sepuluh lempengan plat dengan tebal masing-masing plat 10 mm. Adapun perancangan bentuk, titik berat dan massa piringan exciter disimulasikan di CATIA. Beberapa bentuk rancangan piringan exciter dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 24. Beberapa rancangan bentuk penampang piringan exciter. Dari hasil simulasi di CATIA, diputuskan menggunakan bentuk piringan exciter model 2. Hal ini dilakukan karena dari hasil simulasi nilai jari-jari eksentrisitas (e) dan massa (m) piringan exciter model dua yang paling memungkinkan untuk mendapatkan gaya getar sekitar 4000 N. Setelah piringan exciter diikat pada posisi e maksimal (e max) oleh plat pengapit exciter sehingga membentuk sebuah unbalanced, diperoleh nilai e sebesar 33 mm dan m sebesar kg. Nilai e, m, dan Fgetar (Fe) dari tiap-tiap model unbalanced bisa dilihat pada Tabel 4. 46

22 Tabel 4. Nilai e, m, dan Fgetar (Fe) dari tiap-tiap model unbalanced Model m (kg) x(mm) y(mm) z(mm) e (mm) n (rpm) Fe (N) 1 min max min max min max max Plat Pengapit Exciter Plat pengapit exciter merupakan tumpuan dari piringan exciter. Pada plat ini, piringan exciter dapat disetel jari-jari eksentriknya. Oleh karena itu pada plat pengapit exciter dibuat beberapa lubang baut yang terdiri dari lubang tumpuan dan lubang penyetelan jari-jari eksentrik. Lubang tumpuan berjumlah satu lubang, sementara lubang penyetelan jari-jari eksentrik terdiri dari empat buah lubang. Jarak antar lubang penyetelan jari-jari eksentrik sebesar 14. Beberapa posisi penyetelan jari-jari eksentrik (e) dapat dilihat pada Gambar 25. Plat pengapit exciter terbuat dari bahan S45C dengan tebal 10 mm. Plat ini terdiri dari dua buah, yaitu plat pengapit exciter kiri dan plat pengapit exciter kanan. Pada kedua ujungnya dibuat nap untuk memperkuat strukturnya dan untuk membuat alur pasak padanya. Pada penelitian ini penggetaran dilakukan pada e maksimal di mana gaya penggetaran sebesar N. 47

23 posisi e maksimal posisi e ke-2 posisi e minimal Posisi e ke-3 Gambar 25. Beberapa posisi penyetelan jari-jari eksentrik. 6. Tutup Penggetar, Pipa Penggetar, Dudukan Tutup Penggetar dan Dudukan Penggetar Tutup penggetar, pipa penggetar, dudukan tutup penggetar dan dudukan penggetar terbuat dari bahan S45C. Tutup penggetar, dudukan tutup penggetar, dan dudukan penggetar terbuat dari plat tebal 15 mm. Pipa penggetar terbuat dari pipa dengan tebal 5 mm. 7. Baut Pengikat Tutup Penggetar pada Dudukan Tutup Penggetar Baut pengikat tutup penggetar dan dudukan tutup penggetar terdiri dari empat buah baut berbahan SC. Baut pengikat tutup penggetar dan dudukan tutup penggetar mengalami tegangan geser. Oleh karena itu analisis struktural mengenai ukuran dan bahan baut dilakukan dengan melakukan penghitungan berdasarkan tegangan geser. Berikut adalah perhitungan ukuran minimal baut pengikat tutup penggetar dan dudukan tutup penggetar. 48

24 unbalanced F getar baut p Gambar 26. Skema pembebanan pada baut pengikat tutup penggetar belakang. F getar * sf 4p... (31) F getar * sf 4x τ a xa... (32) F getar * s f A... (33) 4* τ a 4A d... (34) π di mana: Fgetar adalah gaya penggetaran (kg) p adalah gaya geser pada baut (kg) A adalah luas penampang baut (mm) τ a adalah tegangan geser izin (kg/mm²) s f adalah faktor koreksi/keamanan d adalah diameter baut minimal (mm) Dengan nilai gaya penggetaran (Fgetar) kg, tegangan geser izin (τa) 3 kg/mm² dan faktor koreksi/keamanan (sf) 1.4 maka diperoleh diameter baut minimal (d) 8 mm. Sementara baut yang digunakan adalah baut M12. 49

25 perakitan unbalanced unbalanced penggetar perakitan penggetar Gambar 27. Perakitan penggetar. 8. Baut Kopling Flens Baut kopling flens terdiri dari empat buah baut berbahan SC. Baut kopling flens mengalami tegangan geser. Oleh karena itu analisis struktural mengenai ukuran dan bahan baut dilakukan dengan melakukan penghitungan berdasarkan tegangan geser. Berikut adalah perhitungan ukuran minimal baut koplingn flens. 50

26 p flens r T baut p Gambar 28. Skema pembebanan pada baut kopling flens. T * 4 p * r * p T / 4r a d p A 4A... (35)..... (36) (37) (38) di mana: T adalah torsi dari putaran motor (kgmm) ω adalah kecepatan putar motor (rad/s) A adalah luas penampang baut (mm²) τ a adalah tegangan geser izin (kg/mm²) d adalah diameter baut minimal (mm) p adalah gaya geser pada baut (kg) r adalah jarak gaya geser kes umbu putaran (mm) Dengan nila torsi (T) kg, tegangan geser izin (τa) 3 kg/mm² dan jarak gaya geser ke sumbu putaran (r) 30 mm, maka diperoleh diameter baut minimal (d) 2.68 mm. Sementara baut yang digunakan adalah baut M7. 9. Analisis Kekuatan Beam Mole Plow dan Blade Mole Plow Pada perancangan unit penggetar mole plow, perlu diperhatikan juga tingkat kekuatan struktur mole plow yang akan digetarkan. Gaya penggetaran (F) yang kita bangkitkan tidak boleh menyebabkan kerusakan pada struktur mole plow. Bagian dari mole plow yang penting untuk dianalisis kekuatannya adalah beam dan blade, karena 51

27 kedua struktur ini langsung berhubungan dengan gaya penggetaran. Berikut adalah perhitungan kekuatan beam dan blade mole plow. a. Analisis kekuatan beam Dari bentuk penampang beam bisa diketahui bahwa pembebanan ke arah samping beam merupakan pembebanan yang paling memungkinkan untuk merusak beam. Pada arah samping, arah gaya searah dengan tebal beam (b) yang dimensinya relatip kecil dibandingkan dengan tinggi beam (h). Sementara gaya F kita anggap sama dengan gaya penggetaran yaitu kg. Beam terbuat dari bahan S45C L=1200mm F Gambar 29. Model pembebanan pada beam tampak atas. h b Gambar 30. Penampang beam. M = F*L... (39) σ = M*c/I... (40) c = b/2... (41) I= h*b³/12... (42) 52

28 di mana: M adalah momen bending (kgmm) σ adalah kekuatan material (kg/mm²) F adalah gaya penggetaran (kg) L adalah jarak pusat gaya ke titik penguncian (mm) I adalah inersia luasan penampang beam (m 4 ) c adalah jarak dari sumbu netral ke segmen terluar (mm) b adalah tebal beam (mm) h adalah tinggi beam (mm) Berdasarkan persamaan (39) besarnya momen bending adalah kgmm. Dengan nilai b = 25 mm dan h = 150 mm, maka diperoleh nilai σ sebesar kg/mm². Sementara kekuatan (σa) baja S45C adalah 58 kg/mm². Jadi dengan adanya penggetaran, beam mole plow tidak akan rusak sebab tegangan pada beam lebih kecil dari kekuatan baja S45C. b. Analisis kekuatan blade Blade mole plow mengalami beban ke arah belakang dari tahanan tarik tanah dan mengalami beban ke arah samping oleh gaya getar dari beam. Gaya getar dari beam dianggap sama dengan gaya dari pusat getaran. Ketika pembebanan ke arah belakang, beam mole plow dianggap kuat sehingga dijadikan tumpuan bagi blade. Sementara untuk pembebanan ke arah samping, tanah dianggap sebagai penjepit blade sehingga menjadi tumpuan bagi blade. Perhitungan kekuatan blade mole plow menggunakan rumus yang sama seperti pada perhitungan kekuatan beam mole plow. 53

29 F L=495 mm Gambar 31. Model pembebanan pada blade ke arah samping. Untuk pembebanan blade arah samping besarnya momen bending pada blade adalah kgmm. Dengan nilai b = 25 mm dan h = 240 mm, maka diperoleh nilai σ sebesar 8.53 kg/mm². Sementara nilai kekuatan izin (σa) baja S45C adalah 58 kg/mm². Jadi dengan adanya penggetaran, blade mole plow tidak akan rusak sebab tegangan pada blade lebih kecil dari kekuatan baja S45C. 600 mm F Gambar 32. Model pembebanan pada blade arah belakang. Untuk pembebanan blade arah belakang besarnya momen bending pada blade adalah kgmm. Dengan nilai b = 240 mm dan h = 25 mm, maka diperoleh nilai σ sebesar 2.1 kg/mm². Sementara nilai kekuatan (σa) baja S45C adalah 58 kg/mm². Jadi 54

30 dengan adanya tahanan tarik tanah, blade mole plow tidak akan rusak sebab tegangan pada blade lebih kecil dari kekuatan baja S45C. 10. Analisis Diameter Baut Pengikat Beam dengan Hitch Point Beam mole plow dengan hitch point diikat oleh tiga buah baut berbahan SC. Beban yang diterima tiga buah baut diasumsikan sama besarnya dengan tahanan tanah yaitu N atau setara dengan 1000 kg. Beban yang diterima masing-masing baut (p) adalah sepertiga dari tahanan tanah yaitu sebesar 3333 N atau setara dengan 333 kg. Model pembebanan pada baut bisa dilihat pada Gambar 31. Perhitungan diameter baut minimal menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: Tegangan geser pada baut (τ a ) = P/A...(43) Luas penampang baut (A) = 1 π 4 d2...(44) Diameter baut minimal (d) = 4P/A (45) Dengan tegangan geser izin (τ a ) sebesar 3 kg/mm², diperoleh diameter baut minimal (d) sebesar 12 mm. Ikatan beam dengan hitch point menggunakan tiga buah baut dengan diamter lebih besar yaitu sebesar 20 mm. hitch point beam p baut N Gambar 33. Model pembebanan baut pengikat beam dengan hitch point. 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM KARYA AKHIR PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM SURANTA GINTING 025202007 KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan September 2005 sampai Juni 2006 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Pertimbangan Desain Pada umumnya pesawat paratrike merupakan sebuah alat bantu olahraga, paratrike ini merupakan hasil modifikasi dari paramotor yang diracang untuk memenuhi

Lebih terperinci

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1. Desain Mesin 4.1.1. Tahap Klarifikasi Tujuan Pada Tahap ini diberikan penjelasan tujuan atas pertimbangan yang dilakukan dalam proses perancangan serta

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

operasional yang kontinyu dengan menggunakan debit yang normal pula.

operasional yang kontinyu dengan menggunakan debit yang normal pula. 2.2 Pengertian Turbin Pelton Turbin ini ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Amerika yang namanya melekat sebagai nama turbin ini yaitu Lester Allen Pelton. Penyempumaan yang dilakukan Pelton yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk 0/0/0 ELEMEN MESIN FLEKSIBEL RINI YULIANINGSIH Elemen mesin ini termasuk Belts, Rantai dan ali Perangkat ini hemat dan sering digunakan untuk mengganti gear, poros dan perangkat transmisi daya kaku. Elemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Roda Gigi Kerucut bidang kerucut ini disebut "kerucut jarak bagi". Besarnya sudut puncak kerucut tersebut merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Girder Crane Kerangka girder crane adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk mendukung semua mekanisme operasi, perlengkapan listrik, motor dan peralatan pengendali

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tugas Elemen Mesin adalah salah satu kurikulum jurusan teknik mesin Institut Teknologi Medan. Tugas ini adalah untuk merancang sebuah kopling. Pada pergerakan mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Bahan Baku Secara tradisional orang membuat tepung beras dengan cara menumbuk dalam lesung dengan antum atau alu. Beras menjadi halus dikarenakan adanya proses tekan

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci