BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Panti Rumah; tempat (kediaman); - asuhan, tempat memelihara anak yatim (piatu); - derma, rumah tempat merawat yatim piatu (orang tua dsb). Poerwadarminta, W. J.S. (1003) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rumah; tempat kediaman; asuhan, rumah, tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu; derma rumah tempat memelihara dan merawat orang jompo atau anak terlantar, werda tempat memelihara atau merawat orang jompo. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Definisi Jompo Fisik yang sudah lemah sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri; tua renta; uzur. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Definisi Panti Jompo Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung panti jompo dan perda No. 15 Tahun 2002, mengenai perubahan atas perda N0. 15 Tahun 2000, tentang dinas daerah, maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Tresna Werdha. Tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Dimana beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah baik pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban negara untuk menjaga dan memelihara setiap warga negaranya seperti yang tercantum dalam UU No. 12 Tahun Jadi dapat disimpulkan panti jompo adalah sarana yang disediakan untuk manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang memberikan pelayanan dan perawatan serta berbagai aktifitas yang dapat dimanfaatkan manula untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas. 9

2 Fungsi Panti Jompo Fungsi panti jompo adalah sebagai tempat untuk menampung manusia lanjut usia yang menyediakan fasilitas dan aktifitas khusus untuk manula yang dijaga dan dirawat oleh suster atau pekerja sosial Tujuan Panti Jompo Tujuan utama panti jompo adalah untuk menampung lansia dalam kondisi sehat dan mandiri yang tidak memiliki tempat tinggal dan keluarga atau yang memiliki keluarga namun dititipkan karena ketidak mampuan keluarga untuk merawat lansia Prinsip Perancangan Panti jompo Dalam artikel Pynos dan Regnier (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan lansia. Kedua belas itu dikelompokan dalam aspek fisiologis dan psikologis, yaitu sebagai berikut: 1. Aspek fisiologis a) Keselamatan dan keamanan, yaitu penyediaan lingkungan yang memastikan setiap penggunanya tidak mengalami bahaya, karena lansia mengalami permasalahan fisik seperti kesulitan mengatur keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, gangguan pengelihatan, radang persendiaan yang mengakibatkan lansia mudah terjatuh. Permasalahan fisik ini menyebabkan tingginya kejadian kecelakaan pada lansia. b) Signage/ orientation/ wayfindings, keberadaan penunjuk arah di lingkungan dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang tersedia. Lansia yang mengalami kehilangan memori lebih mudah mengalami kehilangan arah pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa (sama) dan tidak memiliki petunjuk arah. c) Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia. d) Adaptabilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan harus di rancang sesuai dengan pemakainya,

3 11 termasuk yang menggunakan kursi roda maupun tongkat penyangga. Kamar mandi dan dapur merupakan ruangan dimana aktivitas banyak dilakukan dan keamanan harus menjadi pertimbangan utama. 2. Aspek psikologis a) Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang / tempat mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga bebas dari gangguan yang tak dikenal. b) Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar pikiran dengan lingkungan sekitar (sekelilingnya). Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman dan kehidupan sehari-hari mereka.estetika atau c) Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktivitasnya sendiri tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti werdha. Kemandirian dapat menimbulkan rasa kepuasan tersendiri karena lansia dapat melakukan kegiatannya sehari-hari tanpa bantuan orang lain. d) Dorongan/ tantangan, yaitu memberikan lingkungan yang merangsang rasa aman tetapi menantang. Lingkungannya yang mendorong lansia untuk beraktifitas di dapat dari warna, keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras. e) Aspek panca indera, kemunduran fisik dalam hal penglihatan, pendengaran, pemciuman yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan bertambah tuanya seseorang. Rancangan dengan memperhatikan stimulus panca indera dapat digunakan unutk membuat rancangan yang lebih merangsang atau menarik. f) Ketidak asingan/ keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap lingungannya. Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan keakraban dengan para lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan karena perubahan yang ada. g) Estetika/ penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak menarik. Keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan

4 12 simbolik atau persepsi tertentu kepada pengunjung, teman, dan keluarga tentang kehidupan dan kondisi lansia sehari-hari. h) Personalisasi, yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan yang pribadi dan menandainya sebagai milik seseorang individu. Tempat tinggal lansia harus dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan ekspresi diri sendiri dan pribadi. 2.2 Definisi Lansia Pengertian secara umum seseorang dikatan lansia apabila berumur 65 tahun keatas,batasan umur seseorang yang dikategorikan lansia diantaranya adalah 60 tahun (UU No.13 tahun 1998) dan tahun (WHO).Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh gagalnya seseorang dalam mempertahankan kesetimbangan terhadap kesehatan dan kondisi stres fisioligis.selain pengertian secara umum diatas,ada beberapa pengertian lansia menurut ahli,sebagai berikut : Pengertian lansia menurut Smith (1999) : lansia terbagi menjadi 3, yaitu young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old-old (85 tahun). Pengertian lansia menurut Setyonegoro : lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Dan terbagi ke dalam tahun (young old); tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old). Pengertian lansia menurut UU No.13 tahun 1998 : lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Pengertian lansia menurut WHO : lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia tahun. Pengertian lansia menurut Sumiati AM: seseorang dikatakan lansia apabila usianya sudah mencapai 65 tahun keatas Kategori dan Kondisi Lansia Berdasarkan tingkat keaktifannya lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu go go s yang bersifat aktif bergerak tanpa bantuan orang lain, slow go s yang bersifat semi aktif dan no go s yaitu memiliki cacat fisik dan sangat bergantung terhadap orang lain. Cooper dan Francis megelompokan lansia menjadi tiga bagian berdasarkan usia.

5 13 Tabel 1. Pengelompokan Lansia Berdasarkan Usia. Young old Old Old-old Usia Antara usia tahun Antara usia tahun Kemampuan Mandiri dalam bergerak Cukup mandiri dalam Aktifitas Inisiatif, sendiri, santai, rekreasi, berhubungan kesehatan bersosialisasi, dengan bergerak Inisiatif sendiri dan berkelompok, kurang bergerak, bersosialisasi, berhubungan kesehatan dengan Kurang 80 tahun keatas mandiri,memiliki keterbatasan dalam gerak dan perawatan lebih Inisiatif berpindah, terapi Sumber: Tinjauan Umum Lansia, Panti Werdha dan Healing Environment membutuhkan terbatas,jarang bersosialisasi, Semua lansia mengalami kemunduran fisik dan psikologis tetapi kemunduran itu memiliki jenis yang berbeda-beda tergantung dari pertambahan umur dan kondisi kesehatannya. Kemunduran fisik yang dialami yaitu: Dalam hal visual kemunduran ketajaman dan luas pandangan,selain itu mata kurang peka dalam melihat cahaya dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,lebih sensitive terhadap sesuatu yang menyilaukan serta kurang mampu membedakan warna Dalam hal pendengaran lansia kurang mampu menangkap suara dengan frekuensi suara yang besar dan kecil dalam waktu yang bersamaan. Dalam hal indra perasa lansia kurang peka terhadap rasa, bau dan perubahan suhu. Dalam kemampuan gerak lansia melakukan mobilisasi lebih pasif. Kekurangan lainnya lansia kurang memiliki konsentrasi, lambatnya kemampuan kognitif dan kerja saraf. Masalah psikologis yang dialami lansia biasanya lansia merasa terasingkan, lansia merasa tidak berdaya, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia yang berada di kalangan menengah kebawah.

6 Jenis-jenis Terapi Untuk Lansia 1. Program Fisioterapi Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, misalnya aktivitas di tempat tidur seperti positioning, alih barang, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi, mobilisasi yaitu latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. 2. Program Okupasiterapi Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktivitas yang diinginkan. 3. Program Psikologi Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang mempunyai cirri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seseorang tipe agresif, atau konstruktif. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebagainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik. 4. Terapi Berkebun Terapi berkebun bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan dan untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki lansia. 2.4 Healing Environment Pendekatan desain sebuah fasilitas kesehatan yang terbaru adalah tidak hanya bertujuan untuk menyembuhkan (curing) namun juga bertujuan untuk memulihkan (healing). Konsep yang digunakan adalah melembutkan lingkungan kesehatan dan membuatnya lebih hangat dan lebih terlihat menyambut pasien yang datang, pendekatan semacam ini dapat dilakukan dengan menempatkan petunjuk orientasi dan lokasi serta peralatan yang memudahkan dan mempercepat pelayanan media bagi pasien. Bentuk pendekatan yang lain adalah dengan memberi keleluasan bagi pasien untuk mengatur keadaan melalui desain ruang dalam, contohnya dalam mengatur posisi furniture, pencahayaan, dan aliran udara di kamar periksa maupun

7 15 ruang tunggu pasien. Desain kamar juga harus diperhatikan sehingga dapat menunjang proses penyembuhan serta tetap memperhatikan privasi bagi para pasien. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan healing environment, yaitu: Kualitas udara: meliputi udara segar, jauh dari polusi udara. Kenyamanan suhu udara: meliputi kelembaban, kontrol suhu udara kamar, sirkulasi udara. Privasi: meliputi kemampuan untuk mengontrol pandangan ke luar, interaksi sosial, tempat untuk menyimpan barang-barang pribadi. Cahaya: meliputi pencahayaan yang tidak silau di kamar pasien, cahaya yang cukup terang untuk membaca, dan lain-lain. Komunikasi: meliputi kemampuan pasien untuk menghubungi karyawan jika dibutuhkan, tempat yang nyaman untuk pengunjung, fasilitas pendukung sesuai kebutuhan. Pemandangan: memberikan pemandangan yang baik untuk pasien seperti ke taman, gunung, laut atau pandangan ke hall panti werdha Tekstur: dapat diberikan variasi tekstur di permukaan dinding, lantai, plafon, furniture. Warna: digunakan untuk menciptakan suasana, meningkatkan semangat, dan membuat ruangan lebih berwarna. Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis. Menurut Murphy (2008), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam healing environment,yaitu: Alam Alam adalah alat yang mudah diakses dan melibatkan panca indera. Alam memliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan kontribusi

8 16 bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi. Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien dapat membantu menghilangkan stres yang diderita pasien. Menurut Kochnitzki (2011), ada beberapa jenis taman di dalam rumah sakit, yaitu contemplative garden, restorative garden, healing garden, enabling garden, dan therapeutic garden. Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan memperbaiki semangat, Restorative garden bermanfaat untuk kesehatan dan membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik, Healing garden mengacu pada berbagai fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stress dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah sakit. Enabling garden merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia serta kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic garden merupakan sebuah taman yang mencoba meningkatkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis. Indra Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan perasa. a) Indra pendengaran Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung sehingga menciptakan sensasi kenikmatan yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang dapat menenangkan pikiran, anatara lain: Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan dan bersantai bagi anak-anak autis dan pasien kejiwaan. Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat membuat suasana tenang dan menciptakan rasa kesejahteraan. Suara air mancur dapat memberikan energi spiritual dan membangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun. b) Indra penglihatan Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai seperti pemandangan, cahaya alami, karya seni, dan penggunaan warna tertentu. c) Indra peraba Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam menjelajahi dunia selama masa kanak-kanak karena sentuhan menegaskan apa yang mereka lihat, cium, rasa dan dengar.

9 17 d) Indra penciuman Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung, sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan. e) Indra perasa Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun menerima pengobatan. Hal ini biasanya ditunjukan dengan berubahnya rasa makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan harus diperhatikan. Psikologis Secara psikologis, healing environment membantu proses pemulihan pasien menjadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang diberikan memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara lain (Departement of Healthm2011): Rasa kasih saying, empati dan tanggapan terhadap kebutuhan Koordinasi dan integrasi Informasi dan komunikasi Kenyamanan fisik Dukungan emosional Keterlibatan keluarga dan teman-teman Prinsip Penerapan Healing Environment Prinsip user-centered design dalam konsep healing environment, tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep ini adalah membangun suasana melalui penyesuaian semua elemen desain untuk dapat memberikan rangsangan positif bagi kelima panca indera manusia. Prinsip-prinsip penerapan konsep tersebut sebagai berikut (Subekti, 2007): Desainnya harus mampu mendukung proses pemulihan baik fisik maupun psikis seseorang. Akses alam.

10 18 Adanya kegiatan-kegiatan outdoor yang berhubungan langsung dengan alam. Desainnya diarahkan pada penciptaan kualitas ruang agar suasana terasa aman, nyaman, tidak menimbulkan stress Elemen Tata Ruang Healing Environment Elemen tata ruang luar dari konsep healing environment yang paling menonjol adalah ruang hijau yang diwujudkan melalui keberadaan healing garden atau taman penyembuh, yaitu taman yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membuat orang merasa lebih baik (Eckerling, 1996). Tujuan dari taman penyembuh adalah membuat orang merasa aman, relaks, nyaman dan semangat. Keberadaan taman ini juga sebagai sarana terapi alam bagi pasien karena taman dapat menghadirkan elemen-elemen alam sehingga memungkinkan manusia untuk berinteraksi langsung dengan alam. Healing Garden dalam konsep Healing Environment membuktikan bahwa arsitektur tidak melulu tentang bangunan fisik tetapi juga memperhatikan kebutuhan dasar manusia untuk mencari arti spiritual dalam lingkungan yang menekan. Manfaatkan vegetasi berupa pohon yang bertekstur, baik daun, dahan dan batangnya. Bunga-bungaan seperti kamboja, melati, maupun tanaman wangi lainnya yang dapat merangsang indra penciuman. Penambahan elemen lansekap lain, khususnya air karena air mempunyai efek menenangkan bagi manusia. Transisi dari area publik menuju area privat juga perlu diperhatikan. Manfaat Healing Garden pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti yang dimuat dalam buku Healing Garden antaralain: Mengurangi stress pada pengunjung dan staf. Mengurangi tingkat depresi pada pasien, terlebih jika dihubungkan dengan aktifitas-aktifitas fisik. Menambah kualitas hidup. Mengurangi rasa sakit, penggunaan obata-obatan dan lama waktu rawat inap. Menambah kepuasaan pasien dan staf Menambah ruang gerak bagi pasien.

11 Kriteria Healing Garden Marcus dan Banes (1999) menyatakan beberapa prinsip desain healing garden, yaitu sebagai berikut: 1. Menyediakan keragaman ruang Ruang untuk berkumpul dan ruang untuk menyendiri. Dengan tersedianya pilihan atas beberapa ruang, akan menciptakan rasa pengendalian pengguna terhadap sekelilingnya yang akan menurunkan tingkat stress. Ruang untuk menyendiri tersedia bagi mereka yang ingin menjauh dari lingkungan rumah sakit. Sedangkan ruang untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau penunjang) menyediakan dukungan sosial kepada pasien. 2. Meratanya tanaman Material keras dikurangi dan material tanaman mendominasi taman. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi pengguna dari material keras menjadi sepertiga dari keseluruhan taman. Melalui tanaman yang terdapat pada lanskap sekitarnya, pasien dapat merasakan kemajuan pada kesehatannya. 3. Mendukung aktivitas Taman yang mendukung untuk aktivitas berjalan sebagai bentuk latihan yang berkaitan dengan penurunan tingkat depresi. 4. Menyediakan pengalihan yang positif Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, water features menurunkan tingkat stres. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun juga dapat menyediakan pengalihan yang positif di taman. 5. Meminimalisasi gangguan Faktor-faktor yang negatif seperti kebisingan kota, asap dan cahaya buatan diminimalisasi di taman. Pencahayaan yang alami dan bunyi merupakan tambahan dari efek positif pada taman. 6. Meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Lingkungan yang abstrak (seperti tempat-tempat yang misterius dan rumit) dapat menarik dan menantang bagi orang yang sehat, tetapi tidak kepada orang yang sakit. Sejumlah studi menunjukan bahwa keabstrakan sebuah desain tidak dapat diterima oleh orang yang sakit atau stres. Fitur-fitur dan elemen taman yang dapat diidentifikasi haruslah terdapat pada desain taman.

12 20 Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), sebuah healing garden memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya; 2. Menstimulasi kelima panca indra; 3. Mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif; 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pengguna melalui cara yang suportif dan positif; 5. Memiliki akses yang mudah dicapai. McDowwel (1998) menyatakan bahwa elemen desain pada healing garden adalah: 1. Pembuatan pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak pengunjung ke taman; 2. Peneydiaan elemen air untuk efek psikologis, spiritual, dan fisik; 3. Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif (dapat dengan tanaman atau cahaya buatan) untuk mendatangkan emosi, ketenangan dan kekaguman kepada pengunjung; 4. Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, seperti penggunaan material batu, kayu, pagar alami, atau angin, suara, dan lain-lain 5. Penggabungan dengan seni untuk meningkatkan keseluruhan nilai taman; 6. Penggunaan elemen pada taman yang menarik binatang liar dan menyediakan habitat bagi keanekaragaman jenis binatang tersebut. Kriteria design suatu taman terapi atau healing garden yang dikemukakan oleh para ahli dan semua kriteria tersebut beserta fokusnya dapat disimpulkan dalam skema berikut:

13 21 Gambar 1. Skema Kriteria Perancangan Healing Garden. Sumber: thesis Healing Garden: Creating Places for Restoration, Meditation, and Sanctuary tahun Tata Ruang Healing Garden Penataan ruang pada tapak dikembangkan menjadi tiga bagian, yaitu area aktif, area pasif serta area private, dan jalur sirkulasi. Area aktif berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas dan bersosialisasi. Area pasif dan area private berfungsi sebagai tempat untuk duduk-duduk, berkumpul, bersosialisasi serta menikmati pemandangan hijau, dalam ruang bersantai ditanami tanaman estetika serta tanaman

14 22 peneduh yang telah disediakan dalam tapak dan fitur air yang dapat menurunkan tingkat stres (Marcus dan Barnes,1999). Dalam ruang bersantai di sediakan juga ruang bersantai privat dengan fasilitas tambahan seperti kursi taman ukuran perseorangan. Jalur sirkulasi yang terbentuk membentuk ruang baru yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas berjalan. Jalur sirkulasi juga ditanami tanaman pengarah serta tanaman estetika yang memberikan pemandangan yang menyenangkan saat berjalan Aktivitas Pada Healing Garden Pada area aktif, lansia dapat melakukan kegiatan seperti berkebun serta bersosialisasi dengan lansia lainnya. Pada area pasif dan private lansia dapat bersantai, beristirahat sambil bersosialisasi dengan lansia lainnya ataupun menyendiri. Pada jalur sirkulasi, pasien dapat melakukan kegiatan berjalan sekaligus melatih panca indera dan menikmati tanaman yang ada pada tapak Tata Hijau Pada Healing Garden Tata hijau yang direncanakan dan dirancang terdiri dari tata hijau peneduh, tata hijau estetika dan pengarah, serta tata hijau untuk berkebun. Pada tata hijau peneduh, vegetasi yang digunakan adalah pohon yang memiliki tinggi 4 sampai 6 meter dengan kanopi yang cukup lebar untuk naungan kepada pasien disekitarnya. Pohon tidak ditanam pada ruang berkebun untuk memaksimalkan cahaya matahri dengan tujuan selain untuk meminimalisasi gangguan (cahaya buatan) yang dapat menambah efek positif pada taman (Marcus dan Barnes,1999). Pohon yang dipilih merupakan pohon yang berbunga sehingga dapat mengundang satwa dan dapat menegluarkan aroma bunga yang wangi. Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), salah satu kriteria pedoman desain taman terapi adalah dapat menstimulasi panca indera penciuman, penglihatan, peraba, perasa, dan pendengaran. Tata hijau estetika dan pengarah adalah tanaman yang memiliki bentuk indah, berbunga serta ditanam untuk mengarahkan lansia atau pengunjung taman kepada ruang berkebun dan ruang bersantai. Menurut Carpenter et al (1975) karakteristik vegetasi yang digunakan pada tata hijau estetis adalah tanaman yang mempunyai warna, daun, bunga, dan bentuk yang menarik. Tanaman, bunga serta kegiatan

15 23 berkebun merupakan pengalihan yang alami serta positif dalam taman (Marcus dan Barnes,1999). 2.6 Elemen-elemen Pada Healing Garden Elemen-elemen yang ada pada desain healing garden ada dua yaitu soft material dan hard material Hard Material 1. Kolam Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri, taman dengan kolam akan mampu meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan. 2. Gazebo Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. 3. Jalan Setapak (Stepping Stone) Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam pemeliharan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. 4. Perkerasan Perkerasan pada taman berupa tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya, tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki atau sebagai pembatas. 5. Lampu Taman Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada taman.

16 Soft Material 1. Perdu Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh, yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenville, kol banda, kembang sepatu dan lainnya. 2. Semak Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat 3. Tanaman Penutup Tanah Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun, dan berbunga indah, yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias dan lainnya. 4. Rumput Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang perisi berada diatas tanah, yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah dan lainnya. 2.7 Gerakan Lansia Menurut Frida Sianita Nur Af idah dalam jurnal tentang Studi Risiko Jatuh Melalui Pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) Pada Lansia Di Panti Werdha Hargodedali Surabaya. Penelitian yang dilakukan pada panti werdha Hargodedali berdasarkan kecepatan berjalan sebagian besar lansia memiliki kecepatan berjalan <1 m/detik, kecepatan normal lansia berjalan adalah 1m/detik. Hasil pemeriksaan terhadap kecepatan lansia berjalan menunjukan sebagian besar lansia dip anti werdha Hargodedali mengalami penurunan kecepatan berjalan dimana sebagian besar lansia memiliki kecepatan berjalan <1m/detik. Leiper (2001) menyatakan bahwa kecepatan rata-rata sehat berusia >75 tahun adalah 1m/detik. Hasil penelitian terhadap panjang langkah berjalan lansia dip anti werdha Hargodedali Surabaya bahwa lansia dip anti tersebut memiliki panjang langkah yang lebih pendek dari panjang langkah yang didapatkan oleh Elble dkk (2004) pada pengujian 19 lansia usia rata-rata 76 tahun yaitu 0,25m/langkah. 2.8 Studi Banding Healing Garden Berikut adalah hasil studi banding taman terapi yang ada pada PSTW Budi Mulia 1 dan PSTW Budi Mulia 4.

17 25 Tabel 2. Studi Banding Healing Garden. Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1 Taman Pengguna harus dilibatkan dalam proses desain Pada taman di PSTW Budi Mulia 4 terdapat fasilitas terapi untuk lansia seperti Pada taman di PSTW Budi Mulia 1 terdapat beberapa fasilitas, yaitu adanya jalan berbatu, kursi taman dan handrails jalan berbatu untuk terapi dan melatih indera lansia Taman menstimulasi harus Taman yang ada pada PSTW Budi Mulia 4 Taman yang terdapat pada PSTW Budi Mulia 1, untuk merangsang indera peraba panca indera penggunanya Pemilihan jenis tanaman terdapat jalan yang berbatu untuk merangsang indera peraba, warna pada taman tidak terlalu bervariasi sehingga warna tanaman cendrung berwarna hijau sehingga cukup tenang, suara burung yang berada di sekitar taman dapat merangsang indera pendengaran, aroma tersendiri, tidak ada tanaman yang dapat dikonsumsi. Warna tanaman pada taman ini cendrung. terdapat jalan berbatu, warna pada taman ini cenderung berwarna hijau sehingga kurang untuk melatih indera penglihatan, tidak ada suara burung, suara air atau dedaunan karena tidak ada pohon yang berdaun rindang di taman ini, aroma pada tanaman dan jenis tanaman yang dapat dikonsumsi juga tidak terdapat Warna tanaman pada taman ini berwarna hijau dan tidak ada variasi warna pada

18 26 Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1 monoton berwarna hijau taman ini, kondisi fisik pada tanaman kondisi fisik tanaman masih terawat, meskipun tanaman terawat tersebut terbilang baik tetapi tidak ada yang mengeluarkan aroma karena tanaman masih khas dari tanaman tersebut. dapat dirawat, pada tanaman disekitar taman tidak ada yang menimbulkan aroma khas dari tanaman itu sendiri. Bersentuhan dengan alam, Pada taman di PSTW Budi Mulia 4 taman di desain untuk lansia lebih dekat dengan alam, karena Pada taman di PSTW Budi Mulia taman yang di desain hanya untuk taman yang dapat melatih gerak lansia saja, sehingga suasana taman seperti taman biasanya dan mendukung terdapat pohon-pohonan, tidak ada yang mendukung ekosistem, ekosistem, tanaman hias, dan tidak ada tanaman atau pohon yang dapat mengundang satwa-satwa setempat terdengar suara burung mengundnag satwa setempat Kebebasan untuk Pada taman ini hanya Pada taman ini terdapat zoning untuk memilih ruang terdapat zoning taman melakukan berjalan dan ruang bagi pengguna untuk untuk melakukan bersosialisasi seperti santai, mengobrol, berkaitan dengan terapi berjalan, tidak tetapi tidak ada ruang privasi untuk kegiatan dan adanya ruang privasi dan melakukan kegiatan. privasi ruang sosialisasi. Pergerakan didalam Pada taman yang ada di PSTW Budi Mulia 4 alur Pada taman PSTW Budi Mulia 1 alur sirkulasi taman 2 arah dan dapat dilalui 2 taman/kebebasan sirkulasi jalan berbatu orang, tidak ada penunjuk arah, bagi bergerak didalam taman dapat di lewati 2 arah lebar jalur sekitar 1,5 meter, pengguna kursi roda ini hanya dapat di lalui 1 kursi roda dan memiliki akses tidak adanya penunjuk untuk masuk ketaman tersebut arah, dan tidak adanya akses jalan untuk pengguna kursi roda Memberikan rasa Pada taman di PSTW Budi Pada taman PSTW Budi Mulia 1 taman

19 27 Kriteria PSTW Budi Mulia 4 PSTW Budi Mulia 1 lega dan bebas Mulia 4 taman terasa lega terasa sempit karena adanya dinding stress pada para karena pada taman tidak pembatas dan kurang pohon-pohon yang penggunanya ada ruang pembatas, rindang, sehingga suasana di taman ini banyak pohon-pohon tidak bebas rindang yang berwarna hijau Taman bersifat Pada taman ini tidak ada Pada taman ini tidak ada tanaman yang menyambut tanaman yang bersifat bersifat menyambut pengunjung maupun (welcoming) menyambut pengunjung penggunanya atau pengguna taman ini Sumber: Olahan Pribadi Kesimpulan dari analisa diatas pada kedua taman belum memenuhi kriteria healing garden, karena belum terdapat warna, tanaman dan pohon-pohonan yang dapat merangsang panca indera, belum adanya sirkulasi yang jelas, belum adanya ruangan yang publik dan privat pada taman.

20 Kerangka Berpikir Gambar 2. Kerangka Berpikir. Sumber: Olahan Pribadi

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT III.1. Pengertian Healing Environment Menurut Jones (2003) dalam bukunya Health and Human Behaviour (Kurniawati, 2011), faktor lingkungan memegang peran besar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 158 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Diagram 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Rumah Sakit Jantung ini merujuk pada tema Healing Environment yang mengedepankan aspek

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN HEALING GARDEN PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA SELATAN

PENERAPAN HEALING GARDEN PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA SELATAN PENERAPAN HEALING GARDEN PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA SELATAN Lafisya Putra Syahrial, Albertus Galih Prawata, ST.Trikariastoto Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Kawasan Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, yaitu dengan menggunakan lingkungan yang tenang dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) LAMPIRAN 106 Lampiran 1 Kuesioner untuk Survey Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) Responden yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Rachma Kania. Saya sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku G254 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Satriani Dian Pertiwi dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep perancangan Sekolah Tinggi Seni Teater ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah INTERAKSI. Interaksi dapat diartikan sebuah bangunan yang dirancang

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN 03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN AKSESIBILITAS 31 Pada bab pembahasan ini akan memaparkan kritik desain yang dikaji bedasarkan hasil dari pendekatan masalah yang dikaji dengan teori mengenai aspek psikologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. DESKRIPSI PROYEK Pemilihan lokasi proyek berada di Jln Gudang air No. 14 C Kampung Dukuh, Jakarta Timur, karena lokasi tersebut sesuai Implementasi kebijakan provinsi DKI

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A24080164 3. LANSKAP Dari Gambar lanskap di atas dapat di jelaskan keadaan lereng gunung yang di kelilingi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuknya dari segi

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Tema: Healing Environment Khikmatus Amaliyah Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI Malang Jl.Gajayana no.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1. Arsitektur Perilaku Setiap orang pasti merasakan ketakutan tertentu secara psikologis mengenai hal yang berkenaan dengan Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan kita takut akan

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 279 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

Fasilitas Rehabilitasi Pascastroke di Yogyakarta TUGAS AKHIR ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN

Fasilitas Rehabilitasi Pascastroke di Yogyakarta TUGAS AKHIR ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN 17 A I PENDAHULUAN Pada bab I ini dibahas tentang latar belakang eksistensi proyek, permasalahan hingga sistematika penulisan Fasilitas Rehabilitasi Pascastroke di Yogyakarta. Penulisan ini ditekankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan kejiwaan atau sakit jiwa bisa dialami semua kalangan masyarakat, baik kaya maupun miskin, pria maupun wanita, tua maupun muda. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ruang Terbuka Ruang terbuka merupakan suatu tempat atau area yang dapat menampung aktivitas tertentu manusia, baik secara individu atau secara kelompok (Hakim,1993).

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT

KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT Vidra Lidayana 1), M. Ridha Alhamdani 2), Valentinus Pebriano 2) Abstrak Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT JANTUNG DI MANADO HEALING ENVIRONMENT Pathric Julio Languju 1 Johannes Van Rate 2 Claudia S. Punuh 3

RUMAH SAKIT JANTUNG DI MANADO HEALING ENVIRONMENT Pathric Julio Languju 1 Johannes Van Rate 2 Claudia S. Punuh 3 RUMAH SAKIT JANTUNG DI MANADO HEALING ENVIRONMENT Pathric Julio Languju 1 Johannes Van Rate 2 Claudia S. Punuh 3 ABSTRAK Menurut Departemen Kesehatan RI, penyakit jantung masih menempati posisi paling

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa oleh karena itu, proses tumbuh kembang anak merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan baik secara fisik, emosional, sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebuah bangunan baru dapat berfungsi apabila bangunan tersebut dapat mengakomodir aktifitas dari fungsi yang terdapat di dalamnya. Pemakai bangunan adalah setiap orang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 KONSEP PERANCANGAN Mengacu kepada sasaran fasilitas ini adalah remaja pengguna narkoba, maka diperlukan sebuah tempat dan susunan yang bersifat dapat membangkitkan semangat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

MANAJEMEN MUTU (KEPUASAN PELANGGAN)_AEP NURUL HIDAYAH_(RKM )_REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN_POLITEKNIK TEDC BANDUNG

MANAJEMEN MUTU (KEPUASAN PELANGGAN)_AEP NURUL HIDAYAH_(RKM )_REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN_POLITEKNIK TEDC BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya jumlah rumah sakit menjadikan masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menentukan rumah sakit mana yang akan mereka pilih. Masyarakat akan memilih rumah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anakanak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011),

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. Keadaan persalinan adalah keadaan di mana masa hamil, melahirkan dan penanganan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: BAB IV PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: Ruang studio di kampus Ruang studio di kampus Tabel 4.1 Perbandingan ruang studio desain

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

Teknik sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan contoh atau sampel kasus

Teknik sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan contoh atau sampel kasus Model Unit Kesehatan Ibu dan AnaJ^ RSU Tipe CPKU. MuAammadiya^ Jogjakarta Yjana Rehabilitatif dan Bernuansa Tempat Tmaaaf BabIII BAB in RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat

Lebih terperinci