BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture"

Ratna Sudjarwadi
6 tahun lalu
Tontonan:

1 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel dan point square Timur : Gedung Perkantoran Utara : Jalan Tol Layang Pondok Pinang Selatan : Area pemukiman penduduk Luas Lahan : m2 (1,07 ha) Peraturan Bangunan : Sesuai dengan PERDA No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW DKI Jakarta Peruntukan : Kkt (Perkantoran atau sejenisnya) GSB Depan : 20 m KDB : 20% (2.140 m2) KLB : 1,6 ( m2) Ketinggian Maksimum : 7 lantai Lebar Jalan Utama : 83 m (Jl. R.A. Kartini) Pemilik Proyek : Swasta Rencana Tapak dan Lokasi : Lokasi yang diusulkan terletak di kelurahan Lebak Bulus. Pemilihan lokasi di Jakarta Selatan atas pertimbangan bahwa Jakarta Selatan merupakan daerah yang paling asri dibanding daerah lainnya di Jakarta. Hal tersebut sangat mendukung untuk sebuah tempat rehabilitasi medik yang membutuhkan pendekatan alam. Disamping itu lokasi site yang berhadapan dengan ruas jalan Tol-JORR dapat mempercepat dan mempermudahkan akses dari penjuru kota Jakarta ke lokasi. 5

Gambar 2.1 Peta kawasan Lebak Bulus Sumber : (http://www.tatakota-jakartaku.net/) Gambar 2.2 Rencana Tapak 2.2. Sasaran Pengguna Pembangunan pusat reabilitasi medik ini di peruntukan bagi masyarakat golongan menengah keatas dan yang terdaftar dalam GAKIN.

Data masyarakat dengan cacat tubuh yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan suvey Nasional 2009 dapat dilihat pada lampiran 1.

2 Gambar 2.1 Peta kawasan Lebak Bulus Sumber : ( Gambar 2.2 Rencana Tapak 2.2. Sasaran Pengguna Pembangunan pusat reabilitasi medik ini di peruntukan bagi masyarakat golongan menengah keatas dan yang terdaftar dalam GAKIN. Sasarannya adalah pasien yang mengalami gangguan dan kekurangan dalam fungsi gerak. Pasien tersebut dapat merupakan pasien biasa atau merupakan pasien rujukan dari rumah sakit lain. Data masyarakat dengan cacat tubuh yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan suvey Nasional 2009 dapat dilihat pada lampiran 1. Pada lampiran 1 dapat dilihat bahwa jenis cacat badan terbanyak adalah cacat pada fungsi gerak, yaitu sebesar 40,3% dengan rentang usia terbanyak sekitar 31 hingga 59 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita tidak memiliki perbedaan yang signifikan, untuk itu sasarannya dianggap sama. Hal ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan fasilitas khusus yang membedakan antara pria dan wanita, misalnya fasilitas kamar mandi. Dari data tersebut diatas, maka sasaran pengguna fasilitas ini adalah Masyarakat dengan cacat pada fungsi gerak dengan rentang usia 5 hingga 60 tahun 6

3 2.3. Tinjauan Kasus Proyek Pengertian Pusat rahabilitasi medik adalah pusat pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh atau cedera melalui panduan intevensi medik untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian untuk mencapai hidup yang berkualitas 2. Definisi cacat menurut WHO ada 3, yaitu : Impairment (Cacat pada tingkat organ tubuh), yaitu adanya keterbatasan akibat penyakit, cedera atau kelainan bawaan. Disability (Cacat pada tingkat manusianya), yaitu ketidak mampuan untuk melakukan ketrampilan fungsional. Handicap (Cacat pada hubungan dengan lingkungannya). Contoh : Seorang penderita nyeri punggung akibat cedera. 1. Impairmentnya mungkin didapatkan gangguan pada syaraf/otot/tulang. 2. Disabilitynya penderita tidak dapat berjalan akibat nyerinya sehingga menggunakan kursi roda. 3. Handicapnya penderita tidak bisa masuk kerja karena dikantornya tidak tersedia lift, sementara kantornya terletak dilantai atas Undang-undang tentang Penyandang Cacat Pemerintah sudah mengupayakan agar penyandang cacat memiliki kemandirian dalam mewujudkan kesejahteraan dirinya, serta mampu berperan dalam lingkungan sosialnya. Hal tersebut 2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 7

4 ditetapkan melalui UU No. 4 Tahun 1997 pasal 8 yang menyebutkan bahwa pemerintah dan / atau masyarakat berkewajiban mengupayakan terwujudnya hak-hak penyandang cacat. Lebih lanjut dalam pasal 10 ayat (1) dan (2) dari UU No. 4 Tahun 1997 tersebut dinyatakan bahwa : Setiap kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksesibilitas. Pasal 10 ayat (2), penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat agar dapat hidup bermasyarakat. Pasal 11 ayat (1) dan (2) menyebutkan penyediaan aksesibilitas berbentuk fisik dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi : 1. Aksesibilitas pada bangunan umum. 2. Aksesibilitas pada jalan umum. 3. Aksesibilitas pada pertamanan dan pemakaman umum. 4. Aksesibilitas pada angkutan umum. Perangkat UU tersebut masih dilengkapi dengan PP No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui penyediaan aksesibilitas Jenis Fasilitas Pelayanan Jenis fasilitas pelayanan yang biasanya terdapat pada tempat rehabilitasi medik strata IIIB (Pusat rujukan nasional) adalah 3 : 1. Pelayanan rehabilitasi medik spesialistik dan subspesialistik. Adalah bentuk pelayanan dasar medis penyakit dalam yang ditangani oleh dokter spesialis. 3 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 8

5 2. Pelayanan Asuhan Keperawatan rehabilitasi medik. Adalah bentuk pelayanan berupa bantuan bimbingan, perlindungan yang diberikan oleh perawat dalam praktek profesinya untuk memenuhi kebutuhan pasien. 3. Pelayanan Fisioterapi. Adalah bentuk pelayanan untuk mengatasi gangguan fisik seperti nyeri, lemah otot, kekakuan sendi dan kemampuan fungsional dengan menggunakan sumber fisis seperti listrik (Elektro therapy), sinar (Aktino therapy), Air (Hidrotherapy), Manual (Manual Therapy), Terapi Latihan (Exercise Therapy). 4. Pelayanan Terapi Wicara. Adalah bentuk pelayanan yang bertujuan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi melalui latihan sensori organ bicara, mengembangkan kemampuan komunikasi verbal, signal dan baca. Serta melatih kemampuan, mengunyah, menelan dan menghisap pada gangguan menelan. 5. Pelayanan Terapi Okupasi. Adalah bentuk pelayanan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan usaha adaptasi dalam akivitas sehari-hari. Bentuk dari terapi okupasi ini adalah latihan koordinasi, aktivitas sehari-hari, pemakaian bidai serta berbagai fasilitas simulasi bagi penyandang cacat. 6. Pelayanan Ortotis-Protetis. Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisan medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan memasang alat bantu pengganti anggota gerak seperti penggunaan tongkat dan kursi roda. 9

6 7. Pelayanan Psikologi. Adalah bentuk pelayanan berupa pemeriksaan dan evaluasi psikologis dengan memberikan bimbingan dan terapi psikis bagi pasien dan keluarganya serta mengupayakan pemeliharaan motivasi pasien menuju tujuan rehabilitasi. 8. Pelayanan Sosial Medik. Adalah bentuk pelayanan sosial medik dengan menganalisa dan memberikan alternatif penyelesaian masalah sosial ekonomi pasien, penyesuaian lingkungan rumah, disamping itu juga memberikan informasi tentang peraturan dan ketentuan yang berlaku ditempat rehabilitasi tersebut. 9. Pelayanan konseling persiapan vokasional. Adalah bentuk pelayanan yang membantu pasien untuk mengenal, memahami dan menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaannya Sistem Pelayanan Pelayanan rehabilitasi medik dilaksanakan melalui sistem pelayanan satu pintu, artinya setiap pasien yang memerlukan pelayanan harus menjalani pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpRM) untuk menetapkan diagnosi medik dan program terapi yang dibutuhkan pasien tersebut. Kegiatan pelayanan ini merupakan pelayanan tersendiri, baik rawat jalan maupun rawat inap. Kriteria pasien rawat inap adalah : 1. Pasien akibat penyakit/trauma/cedera mengalami gangguan serta aktifitas sehari-hari. 10

7 2. Pasien yang dinyatakan tidak lagi membutuhkan perawatan dari segi penyakitnya, tetapi memerlukan pelayanan rehabilitasi medik secara terpadu Alur Pelayanan Pasien dapat berasal dari rujukan dari rumah sakit, rujukan dari dokter praktek swasta/klinik atau datang langsung. Selanjutnya pasien di diagnosa medik dan fungsional oleh dokter untuk mendapatkan pemeriksaan. Setelah itu dapat ditentukan paket program terapi rawat jalan atau rawat inap. Setelah melalui paket progam tersebut pasien dapat dikembalikan ke dokter pengirim (dalam keadaan sembuh, pulih dengan gejala sisa, meninggal) atau pasien sudah bisa kembali ke masyarakat. Gambar 2.3 Alur Pelayanan Rehabilitasi Medik Sumber : Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 11

8 Struktur Organisasi Untuk mencapai tujuan yang optimal dari program pelayanan rehabilitasi medik perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan wewenang yang jelas dan terinci baik secara adminstratif maupun secara teknis. Gambar 2.4 Struktur Organisasi Sumber : Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 12

dokumen-dokumen yang mirip

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN 5. Lokasi Lokasi Luas lahan : Jalan Tamansari, Bandung : ± 2.5 Ha Batas Batas : Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.