BAB V KONSEP PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONSEP PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung berjalannya proses rehabilitasi secara efektif. Dengan menerapkan aspekaspek utama CBT dalam perencanaan, maka bangunan dapat menunjang proses rehabilitasi dalam panti dan dapat mempercepat perbaikan karakter dari para remaja. Gambar 5.1. Konsep utama dari perancangan PSBR Yogyakarta Berdasarkan kajian teori dan analisis yang dilakukan, dihasilkan beberapa keputusan pengolahan elemen desain yang akan digunakan untuk menghasilkan karakter ruang yang sesuai dengan CBT, yaitu ruang yang menunjang interaksi positif, ruang yang dapat memotivasi, dan ruang yang fleksibel. Pada dasarnya, ketiga konsep dasar ini saling melengkapi satu sama lain. 71

2 Dalam sifat spasial Interactive, dibutuhkan suatu ruang yang dapat menunjang interaksi yang positif antar pengguna bangunan, serta dapat mengarahkan para remaja untuk mau bertanggungjawab pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Dalam sifat spasial Motivative, ruang yang dibutuhkan adalah ruang yang dapat memicu remaja untuk mengembangkan kreativitasnya secara positif serta memicu semangat untuk mengembangkan diri. Dalam sifat spasial Flexible, ruang yang dibutuhkan adalah ruang yang dapat menyesuaikan kegiatan-kegiatan dalam program secara efektif, serta memudahkan pengawasan dalam bangunan. Dalam penerapan terhadap perancangan, berikut beberapa analisis terhadap aspek arsitektural yang dapat diaplikasikan Konsep Orientasi Bangunan Gambar 5.2. Konsep orientasi bangunan yang menghadap timur Konsep orientasi bangunan yang dinilai paling sesuai untuk memicu interaksi yang positif antara pengguna bangunan dengan publik adalah orientasi bangunan yang menghadap timur. Jalan Beran di bagian timur yang menjadi orientasi bangunan ini merupakan jalan yang lebih strategis daripada jalan yang berada di sebelah utara. Dengan orientasi bangunan pada jalan yang strategis, tentu pencapaian ke lokasi akan lebih mudah bagi publik. Jika dianalisis dari segi konsep Interaktif, orientasi bangunan ke timur lebih sesuai karena interaksi dengan publik yang lebih baik. Bangunan panti harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kesan tertutup dari publik. Jika dianalisis berdasarkan konsep Motivatif, keterbukaan bangunan kepada publik dapat memicu remaja untuk lebih termotivasi mengembangkan diri, karena pada dasarnya para remaja 72

3 ini bukan narapidana yang harus hidup terkungkung. Dengan keterbukaan ini, remaja dapat membuktikan diri kepada publik dengan mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh di panti. Jika dianalisis berdasarkan konsep Fleksibel, kemudahan akses pencapaian ke bangunan menjadi nilai lebih. Kemudahan akses meningkatkan fleksibilitas pergerakan dalam bangunan. Jalan utama Gambar 5.3. Rancangan bangunan SOS Children s Village di Aqaba menghadap ke jalan yang strategis, memberikan kesan keterbukaan kepada pengguna jalan yang lain. (Sumber: akdn.org, 2015) 5.3. Konsep Tata Massa Bangunan Gambar 5.4. Konsep kluster dan terpusat pada tata massa bangunan. 73

4 Tata massa bangunan yang dinilai paling sesuai untuk diaplikasikan pada perancangan PSBR Yogyakarta adalah tata massa terpusat yang digabungkan dengan tata massa kluster. Dalam sistem tata massa kluster, pembagian fungsi dapat dilakukan dengan lebih baik, karena sifat tata massa ini mengelompokkan bangunan sesuai dengan kesamaan (baik fungsi maupun visual). Tata massa kluster juga dapat memicu pergerakan atau interaksi diantara ruang-ruangnya. Untuk membantu para remaja dapat berinteraksi dengan positif, tata massa terpusat berperan untuk membantu petugas dalam pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan dalam fasilitas dapat tercapai karena sifatnya yang terpusat. Selain itu, dengan menggabungkan kedua konsep tata massa ini, kepekaan remaja terhadap lingkungannya dapat ditingkatkan. Gambar 5.5. Konsep tata massa dalam bangunan Pada gambar 5.8, tata massa banguna terpusat pada salah satu fungsi ruang yang signifikan. Dengan tatanan bangunan yang terpusat dan terkluster seperti ini, pengawasan dapat berjalan dengan mudah karena titik pengawasan ada di bagian tengah. Selain itu, tatanan seperti ini akan memunculkan kedinamisan serta interaksi positif antara remaja dan petugas. 74

5 5.4. Konsep Tata Lansekap Gambar 5.6. Konsep tata lansekap terpusat. Konsep tata lansekap yang terpilih adalah tata lansekap terpusat. Tata lansekap yang bersifat terpusat memicu terjadinya interaksi yang terpusat di luar ruangan. Ini berperan sebagai kontrol terhadap perilaku remaja ketika berkegiatan di luar ruangan, dimana dengan tata lansekap terpusat, pengawasan dan pemantauan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, tata lansekap dapat memfasilitasi terlaksananya kegiatan rehabilitasi para remaja. Dengan tata lansekap terpusat, kegiatan rehabilitasi dapat lebih mudah terlaksana Konsep Bentuk Bangunan Gambar 5.7. Konsep bentuk tidak beraturan dalam bentuk beraturan Bentuk bangunan yang dinilai paling sesuai dengan perancangan PSBR Yogyakarta adalah bentuk tidak beraturan yang berada di dalam bentuk beraturan. Bentuk yang beraturan memberikan kesan formal. Di sisi lain, bentuk tidak beraturan memberikan kesan kedinamisan. Kedinamisan bentuk tidak beraturan merefleksikan 75

6 karakter remaja yang bebas. Bentuk ini dinilai dapat memicu interaksi positif bagi para pengguna bangunan (remaja-remaja serta remaja-petugas). Gambar 5.8. Ide konsep tata massa, lansekap, dan bentuk bangunan Dengan tatanan ruang diatas, petugas panti sosial dapat dengan mudah mengawasi kegiatan yang berjalan. Hal ini karena bentuk dan tatanan yang memusat sehingga kegiatan di dalam bangunan dapat lebih terkontrol Konsep Zonasi Berdasarkan kegiatan, zona pada Panti Sosial Bina Remaja dikategorikan berdasarkan tahapan rehabilitasi dalam CBT, yaitu tahap Identifikasi, Evaluasi, dan tahap Respon. Berikut ini adalah kategori zonasi berdasarkan kegiatan. 1. Zona Identifikasi Zona ini terdiri dari ruang case conference. Zona Identifikasi berfungsi sebagai penunjang kegiatan pertama dalam proses rehabilitasi remaja, yakni wawancara dan penilaian mengenai seorang remaja yang akan memasuki panti. 2. Zona Evaluasi Zona Evaluasi menunjang kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang ada dalam program, yaitu kegiatan bimbingan fisik dan mental, bimbingan psikologi, dan bimbingan keterampilan. Ruang-ruang yang didukung adalah lapangan olahraga, ruang keterampilan (ruang montir, las, menjahit, bordir, salon dan tata rias,dan perkayuan), ruang kesenian (ruang karawitan dan ruang band, ruang membatik/sablon dan ruang lukis/mural), lahan pertanian dan greenhouse, ruang konseling, asrama, dan ruang 76

7 diskusi. Dalam zona evaluasi, terdapat juga ruang gabungan seperti ruang kelas, ruang serbaguna, dapur dan ruang makan, perpustakaan, dan ruang belajar. 3. Zona Respon Zona Respon menunjang kegiatan-kegiatan dimana para remaja telah dinilai siap dari segi mental dan keterampilan. Artinya, para remaja dinilai telah mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi pikiran dan perilaku yang buruk dan dapat meresponnya dengan berperilaku yang baik. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan adalah memamerkan hasil karya para remaja yang telah berkualitas. Area ini dimaksudkan untuk dibuka kepada umum, untuk memperkenalkan kepada publik tentang citra para remaja terlantar yang berkualitas. Ruang yang ditunjang oleh zona ini adalah area display karya. 4. Zona Pendukung Zona pendukung menunjang ruang-ruang yang bersifat umum dan administratif, Ruang-ruang yang ditunjang adalah Ruang tamu, kamar mandi, ruang pimpinan, ruang karyawan (ruang tata usaha, ruang perlindungan dan rehabilitasi sosial, dan rtuang pekerja sosial), ruang dokumentasi, rumah dinas. ruang ibadah, gudang, ruang kesehatan, tempat parker, dan pos keamanan. Zona yang telah diuraikan diatas merupakan sebuah kesatuan yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan ini membutuhkan ruang yang fleksibel yang dapat memenuhi satu sama lainnya. Sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai zonasi dalam perancangan PSBR Yogyakarta, berikut ini adalah gambar zonasi ruangan. Gambar 5.9. Ide konsep zonasi ruang dalam perancangan PSBR Yogyakarta 77

8 Warna merah dalam ilustrasi adalah zona Identifikasi (ruang administrasi, ruang pengawasan, ruang wawancara, disertai dengan ruang serbaguna). Warna kuning merupakan zona Evaluasi (ruang pendidikan, ruang, dan warna biru adalah zona Respon. Zona Identifikasi berfungsi sebagai titik pusat pengawasan dimana seluruh kegiatan dapat dipantau dari zona ini. Namun kemudahan pemantauan ini tidak akan mengganggu berjalannya kegiatan. Tatanan ruang seperti ini diharapkan dapat membuat interaksi yang baik antara remaja dan petugas, serta meningkatkan motivasi remaja untuk terus memperbaiki diri Konsep Karakter Ruang yang fleksibel. Ruang yang mampu menunjang zonasi dapat ditunjukkan dengan karakter ruang Gambar Konsep karakter ruang fleksibel dengan ekspansibilitas Dalam waktu yang berbeda, suatu kegiatan terkadang membutuhkan kapasitas yang besar maupun kecil. Ruang dengan aspek ekspansibilitas ini memungkinkan banyaknya kegiatan dalam kelompok kecil ataupun terlaksananya kegiatan untuk menampung kelompok besar remaja. Inilah yang menjadikan ruang fleksibel yang dapat memenuhi kebutuhan kegiatan remaja. Gambar Konsep karakter ruang fleksibel dengan konvertabilitas Banyaknya kegiatan yang ditampung untuk menunjang proses rehabilitasi membutuhkan banyak kebutuhan ruang. Banyak kegiatan yang tidak berjalan pada waktu yang sama, sehingga akan ada ruang yang kosong dalam waktu-waktu tersebut. Hal itu menyebabkan ruang tidak berfungsi optimal. Oleh sebab itu, konsep konvertabilitas 78

9 ruang dibutuhkan sebagai solusi untuk menciptakan ruang yang mampu menampung beragam kegiatan tersebut. Gambar Penerapan aspek fleksibilitas dalam fasilitas PSBR Yogyakarta 5.8. Konsep Warna Proses rehabilitasi sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis remaja, dimana rehabilitasi dapat sukses dilakukan apabila para remaja termotivasi dari dalam dirinya sendiri. Unsur arsitektural yang dapat cepat memberi dampak terhadap keadaan psikologis remaja adalah warna. Warna yang terpilih adalah warna yang bersifat hangat dan terang serta warna yang dingin dan terang. Kedua jenis warna ini sesuai untuk meningkatkan kondisi psikologis para remaja. Warna yang hangat dan terang memberi dampak menghangatkan, sehingga dapat menstimulasi motivasi mereka. Untuk warna dingin dan terang bersifat menenangkan sehingga remaja diharapkan dapat mengontrol emosinya. Gambar Warna yang dipilih untuk digunakan dalam perancangan PSBR Yogyakarta 79

10 Berdasarkan analisis aplikasi warna yang telah diuraikan pada Bab IV, dipilihlah beberapa warna yang dinilai sesuai dengan karakteristik dan permasalahan psikologis remaja di PSBR Yogyakarta. Warna yang telah dipilih kemudian dianalisis bagaimana aplikasinya dalam ruangan yang ada di rencana perancangan PSBR Yogyakarta. Berikut ini adalah analisis pemilihan warna. Warna Merah Oranye Kuning Hijau Turquoise Violet Biru Tabel 5.1. Aplikasi Warna pada Bangunan Kegunaan Mendorong inisiatif yang baik dalam remaja Menunjang energi remaja yang tinggi Memberikan motivasi untuk berkembang Mendukung kreativitas remaja Meningkatkan optimisme dalam diri remaja Mendorong rasa tanggung jawab Meningkatkan kemampuan berpikir rasional Mendukung kreativitas remaja Mendorong keseimbangan dalam diri remaja Mendorong rasa persahabatan Memberikan ketenangan Mendukung penyembuhan diri Mendorong meningkatkan kepercayaan diri Memicu inspirasi dan imajinasi Memberikan ketenangan, kedamaian dan relaksasi Memunculkan nilai kejujuran Aplikasi pada Ruang Lapangan olahraga, ruang terbuka Area display Ruang kelas, ruang serbaguna Ruang kesenian, ruang terbuka Asrama, wawancara ruang Ruang pelatihan, perpustakaan dan ruang belajar Ruang asrama konseling, 5.9. Konsep Interaksi Visual Ruang Persepsi pengguna bangunan terhadap ruang akan menentukan bagaimana perilaku pengguna ketika melakukan kegiatan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh rancangan ruang yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya, aspek arsitektural berupa interaksi visual ruang harus dianalisis dan dipertimbangkan dengan 80

11 baik. Berikut ini adalah analisis konsep interaksi visual ruang dan aplikasinya dalam perancangan. Tabel 5.2. Konsep Interaksi Visual Ruang dan Aplikasinya dalam Perancangan Bentuk Interaksi antara Memberikan kesan Memisahkan satu Memberikan kesan ruang dengan tertutup namun ruang dengan penutupan yang Analisis ruang di sekitarnya kuat. tetap memungkinkan kemenerusan ruang yang lain. kuat, memberikan batasan ruang yang sangat jelas visual. Ruang komunal, Ruang Ruang belajar, Ruang pelatihan, Aplikasi lapangan. kesenian/ruang hobi, area display. perpustakaan dan pagar bangunan. konseling, serbaguna, rapat/wawancara. Bentuk-bentuk interaksi visual keruangan ini jika digabungkan dalam suatu rancangan dapat membentuk ruang yang mendukung terciptanya interaksi tanpa menyulitkan pengawasan terhadap kegiatan pengguna ruang. Salah satu penerapannya dalam perancangan adalah ruang komunal dalam bangunan. 81

12 Gambar Ilustrasi konsep penerapan interaksi visual keruangan. Gambar konsep interaksi visual keruangan diatas merupakan penerapan ide dalam ruang komunal di bangunan Panti Sosial Bina Remaja. Dengan menggabungkan beberapa bentuk interaksi visual yang telah dijelaskan sebelumnya, akan terbentuk suatu ruang yang mendukung interaksi pengguna bangunannya. Gambar Ilustrasi konsep penerapan interaksi visual keruangan. Interaksi yang tercipta dalam ruang bersifat dinamis, karena ruang yang tercipta bersifat menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Namun kedinamisan interaksi dalam ruang tetap didukung dengan kemudahan pengawasan terhadap kegiatan pengguna bangunan. 82

13 Gambar Ilustrasi penerapan interaksi visual dalam pagar bangunan. Selain penerapan dalam ruang komunal, interaksi visual juga dapat diaplikasikan dalam perancangan pagar bangunan. Pagar bangunan panti sosial harus memiliki unsur keterbukaan terhadap lingkungan sekitar, namun tetap harus menjaga keamanan dan pengawasan terhadap para remaja. Ilustrasi di atas menjelaskan gambaran pagar yang ideal dalam Panti Sosial Bina Remaja. Pagar bangunan berdiri setinggi garis pandang mata, namun tetap menjaga keterbukaan terhadap lingkungan sekitarnya dengan transparansi. Gambar Ilustrasi penerapan konsep interaksi visual dalam pengawasan kegiatan. Gambar 5.19 menunjukkan salah satu penerapan konsep interaksi visual dalam pengawasan kegiatan. Ruang yang tercipta antara massa bangunan dapat memunculkan interaksi. Bidang-bidang yang mengelilingi ruang tersebut dapat digunakan sebagai sarana pengawasan. 83

14 5.10. Konsep Skala Keruangan Skala ruangan dapat menentukan bagaimana persepsi pengguna bangunan terhadap suatu ruangan. Ini dapat meningkatkan fungsionalitas ruangan tersebut. Misalnya, ruang yang terasa intim dapat memberikan rasa terlindung kepada pengguna bangunannya, oleh karena itu rasa intim dapat diaplikasikan dalam ruang yang memiliki kegiatan interaksi di dalamnya. Berikut ini adalah hasil analisis dan penerapan konsep skala ruangan pada rancangan bangunan. Tabel 5.3. Konsep Skala Ruang dan Aplikasinya dalam Perancangan Bentuk Analisis Aplikasi dalam Rancangan Memberikan rasa terlindung kepada pengguna, mendekatkan antar pengguna bangunan, pergerakan dalam ruang sedikit. Dapat diterapkan pada ruang konseling, ruang diskusi, ruang wawancara, asrama. Memberikan kenyamanan kepada pengguna karena skala yang familiar bagi pengguna. Ruang kelas, ruang pelatihan, ruang belajar, ruang kelas, perpustakaan, area display, ruang kesenian. Menimbulkan kesan keagungan, sehingga meningkatkan spiritualitas pengguna bangunan, ruang terkesan berat. Ruang ibadah, ruang serbaguna. 84

15 Gambar Ilustrasi Penerapan Konsep Skala Ruang pada Ruang Konseling Gambar 5.17 adalah salah satu ilustrasi penerapan konsep skala ruang dalam ruang konseling. Kesan yang perlu ditimbulkan dalam ruang ini adalah kedekatan dan kehangatan. Oleh karena itu, tinggi ruangan dirancang rendah namun tetap nyaman bagi pengguna ruang Konsep Bukaan Ruang Bukaan ruang mempengaruhi persepsi kita akan bentuk dan orientasi ruang tersebut. Penerapan bukaan ruang dalam rancangan dapat meningkatkan efektivitas fungsi dari ruangan-ruangan dalam rancangan. Berikut ini adalah hasil analisis dan penerapan konsep bukaan ruang dalam rancangan. Tabel 5.4. Konsep Bukaan Ruang dan Penerapan dalam Rancangan Bentuk Analisis Aplikasi pada Perancangan Bukaan cocok diaplikasikan pada Ruang kelas, ruang ruang yang tertutup dan dapat kantor, ruang belajar, membuat pengguna bangunan ruang konseling, ruang terfokus terhadap kegiatan yang pelatihan, ruang berjalan. ruang serbaguna, wawancara/rapat. 85

16 Bukaan ini cocok untuk Ruang diaplikasikan pada ruang yang di perpustakaan, kesenian, ruang satu sisi memfokuskan pengguna display. bangunan terhadap kegiatannya, dan di sisi lain dapat memperoleh inspirasi dari lingkungan sekitar. Bukaan ini cocok untuk ruang Ruang komunal, taman, yang mendukung interaksi lapangan. kegiatan di dalam ruang dengan luar ruang. Gambar Ilustrasi Penerapan Bukaan Ruang dalam Ruang Kelas Gambar 5.18 menunjukkan penerapan bukaan ruang dalam rancangan ruang kelas. Untuk menjaga fokus remaja dalam memperhatikan pelajaran, bukaan diletakkan di tempat tinggi. Pencahayaan alami juga diberikan di kedua sisi kelas, sehingga tidak menyilaukan Konsep Material Bangunan Material bangunan dapat memberikan kesan dan menimbulkan persepsi akan suatu ruangan kepada pengguna bangunan. Oleh karena itu, pemilihan material juga 86

17 disesuaikan dengan fungsi ruangnya, sehingga fungsionalitas ruang tersebut dapat terjaga. Gambar Ilustrasi Penerapan Material dalam Ruang Kesenian Ilustrasi di atas menunjukkan penggunaan material yang disesuaikan dengan fungsi ruang. Ruang dalam gambar di atas adalah ruang kesenian. Material kayu dipilih sebagai material lantai karena sifatnya yang hangat dan menyenangkan. Kesan ini dapat mempengaruhi persepsi remaja ketika melakukan kegiatannya. Selain itu, material kaca dipilih sebagai bahan dinding karena sifatnya yang dinamis. Kaca memunculkan interaksi ruang kesenian dengan ruang di sekitarnya, sehingga diharapkan kreativitas remaja juga dapat terpacu karenanya. Gambar Ilustrasi Penerapan Material dalam Ruang Komunal 87

18 Penerapan material dalam rancangan selanjutnya terlihat dalam ruang komunal. Material kayu, batu bata dan plastik dinilai paling cocok untuk diterapkan dalam rancangan karena kesan yang mereka hasilkan. Material kayu memberikan kesan hangat dan menyenangkan, sehingga akan mendukung interaksi positif yang diharapkan terjadi dalam ruang komunal. Material plastik juga memberikan kesan ringan, dinamis dan informal. Kesan ini akan mendukung kedekatan interaksi remaja dengan petugas panti. Material batu bata bersifat fleksibel dan dekoratif, sehingga meningkatkan nilai estetika ruang komunal. 88

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Umum Perancangan Gambar 4. 1 Diagram Ilustrasi Konsep Umum Perancangan Berawal dari komunitas bernama generasi 90-an, muncul sebuah buku ilustrasi populer yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan 5.1 Konsep Makro Pada SLB yang akan dirancang, yang merupakan sasaran pengguna utama untuk SLB tersebut adalah anak tunagrahita. Diketahui tunagrahita merupakan difabel dengan

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang Unggul, Inklusif, dan Humanis

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang Unggul, Inklusif, dan Humanis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek 1.1.1. Kajian Tipologi Saat ini UAJY memiliki 6 fakultas dengan 11 program studi S-1 dan 5 program S-2, termasuk 4 program studi S-1 kelas internasional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN 5.1. Gaya dan Tema dalam Perancangan Konsep pada Fitness Center, interior desain yang ditampilkan oleh Fitness Center ini bergaya Modern Retro. Tema perancangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 KONSEP PERANCANGAN Mengacu kepada sasaran fasilitas ini adalah remaja pengguna narkoba, maka diperlukan sebuah tempat dan susunan yang bersifat dapat membangkitkan semangat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metodologi Dalam kerja praktek ini, peneliti berusaha menganalisa dan menemukan informasi sebagai jalan keluar untuk permasalahan yang ada pada bimbingan belajar Bright n

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Pengertian Tema Arsitektur Berwawasan Perilaku, berasal dari kata : Arsitektur : Arsitektur adalah ruang fisik untuk aktifitas manusia, yang memungkinkan pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Karakter Ruang Interaktif Ruang interaktif pada rumah singgah anak jalanan berupa tatanan ruang yang dapat mengajak anak jalanan mengikuti proses kegiatan pembinaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA SULAWESI SELATAN DI YOGYAKARTA 5.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.1. Penentuan Zoning Pembagian zone ruang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metodologi perancangan yang di gunakan selama kerja praktek di CV. Rombongku adalah : 3.1 Metodologi Dalam kerja praktek ini, penulis berusaha menemukan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir

BAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir 80 BAB V KONSEP A. Konsep Dasar Konsep terfokus pada upaya pembentukkan kesan serta perilaku khususnya pasien demi tercapainya kepuasan pasien serta kesembuhan yang menyeluruh, tidak hanya dari segi fisik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/ BAB V KAJIAN PUSTAKA 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain Arsitektur Humanis Tema desain pada proyek Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Konsep Perencanaan BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1.1 Konsep Perencanaan Tapak Perencanaan tapak didasarkan pada tanggapan tapak terhadap lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama

Lebih terperinci

Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa

Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 412 Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa Rofi atul Ilmia, Aria Weny Anggraita Departemen Desain

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Sesuai dengan konsep pemasyarakatan yang diterapkan oleh pemerintah, secara filosofis pemidanaan tidak lagi bertujuan untuk memberikan penderitaan sebagai bentuk

Lebih terperinci

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi. Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi. 2.5.2 Kondisi Bangunan keseluruhan PRSPP teratai Pada keseluruhan bangunan PRSPP

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka BAB 4 konsep perencanaan dan perancangan 4.1. KONSEP PERENCANAAN 4.1.1. Konsep Lokasi dan Site Lokasi yang diperuntukan bagi perencanaan panggung terbuka adalah di Taman Budaya Mataram dengan luas lahan

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo merupakan tempat dimana anak-anak terlantar dapat tinggal, terpenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PAMERAN SENI RUPA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN IV. 1 Konsep Citra Pada Ayu Balinese Beauty & Spa ini memilih untuk memberikan kesan citra seperti pada tabel dibawah ini. Bagan 4. 1 Konsep Citra IV. 2 Latar Belakang Pemilihan

Lebih terperinci

KOMPAS.com - Ungu itu bukan warna jomblo. Malah sebaliknya. Ungu itu membuat tubuh menjadi lebih rileks?

KOMPAS.com - Ungu itu bukan warna jomblo. Malah sebaliknya. Ungu itu membuat tubuh menjadi lebih rileks? Warna sejuk: Biru, Hijau, Ungu, Pirus dan Perak adalah warna-warna sejuk. Warna-warna sejuk cenderung berpengaruh memberikan perasaan tenang bagi yang melihatnya. Meskipun digunakan sendiri, warna-warna

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Hasil Analisa Kondisi Penerapan Healing Environment Hasil penelitian studi banding menyimpulkan bahwa rumah sakit-rumah sakit terkemuka di Jakarta

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Rancangan Kawasan Perancangan kawasan mengacu pada sebuah konsep dari arsitektur perilaku yang telah diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman. Konsep perancangan kawasan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang yang sudah menjadi pengguna, tidak mudah untuk bisa melepaskan diri dari ketergantungan. Narkoba membawa banyak racun ke dalam tubuh, namun proses pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu 14 BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Psikologi Anak Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu pada buku yang berjudul Perkembangan Anak karangan Elizabeth B. Hurlock menjelaskan,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN DESAIN INTERIOR RUANG KERJA CV AGUNG FURNITURE INTERIOR

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN DESAIN INTERIOR RUANG KERJA CV AGUNG FURNITURE INTERIOR ANALISIS DAN PENGEMBANGAN DESAIN INTERIOR RUANG KERJA CV AGUNG FURNITURE INTERIOR Dimas Purwo Sadewo Dwi Pribadi Anurah Jurusan Desain Komunikasi Visual Politeknik PalComTech Palembang ABSTRAK Interior

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman V.1. Konsep Gaya dan Tema BAB V KONSEP PERANCANGAN Kebutuhan : Natural Gaya yang dapat membuat nyaman pengunjung Gaya yang dapat menarik masyarakat umum Gaya yang dapat menampilkan kebudayaan Informatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan dari UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 5.1 Konsep Umum Perencanaan dan Perancangan Konsep yang diterapkan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta terdiri dari dua macam yaitu konsep sistem pembinaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan rangkuman dari ide-ide pokok dari bab-bab sebelumnya, pada tahap ini penyajian telah sampai pada tahap akhir. 5.1 SIMPULAN Desain melalui kajian empirik ( yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Setelah melalui proses perancangan maka penulis pada bab ini akan menyimpulkan hasil perancangan yang telah penulis buat dan memberikan saran yang penulis harapkan dapat berguna

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan ini merupakan sebuah pengantar untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi landasan penelitian seperti latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR.

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR. ARC HIT EC T U RE Lokasi rumah yang berada di tepi telaga, relatif jarang ditemukan untuk rumah tinggal di Jakarta dan sekitarnya, khususnya di Tangerang. Inilah yang menjadi keunggulan rumah karya Arsitek

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary Architecture White Simplicity in Neoclassic 80 #006 / 2014 Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto Eleganitas yang terpancar lewat pilihan warna, proporsi dan elemen detilnya, dapat melengkapi karakter

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam mempertahankan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku G254 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Satriani Dian Pertiwi dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Tema: Healing Environment Khikmatus Amaliyah Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI Malang Jl.Gajayana no.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perancangan Konsep Perancangan Health Care for Mother adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Kesimpulan diperoleh berdasarkan kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN V.1 Konsep Perancangan Interior V.1..1 Konsep Desain Perancangan interior untuk Interior Design Department of Binus University ini memiliki tema Dynamic

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu DESAIN PREMIS Resort arung jeram di wisata arung jeram sungai Serayu Banjarnegara dirancang sebagai sarana akomodasi di kawasan tersebut. Potensi alam yang ada berupa sungai Serayu yang memiliki jeram

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian judul : CENTER OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION IN SOLO DENGAN PENEKANAN TEORI WARNA adalah sebagai berikut : Early - Awal - Dini - Muda - Sebelum waktunya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci