BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal yang terdapat di sekelilingnya, seperti terlindung dari panas dan dinginnya cuaca maupun gangguan binatang-binatang kecil yang berbahaya. Pakaian juga berfungsi untuk menambah nilai estetika guna untuk mempecantik diri seseorang. Fungsi etika dari pakaian adalah untuk melindungi bagian-bagian tertentu. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh atau rumah. Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat, dan juga bertindak sebagai perlindungan dari unsur- unsur yang merusak yang berasal dari luar tubuh manusia. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Pakaian juga dapat mewakili kebudayaan suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Melalui pakaian dapat terlihat keindahan dan keunikan bangsa yang menggambarkan identitasnya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat langsung dari warna, motif, bentuk pakaian, bahkan alat-alat pelengkap seperti; topi, selendang, tali pinggang, tombak dan lainnya. Contoh pakaian tradisional antara lain kebaya yang berasal dari Indonesia, sarre yang

2 berasal dari India, baju kurung yang berasal dari Malaysia, serta hanbook yang berasal dari Korea, dan masih banyak lagi. Pakaian tradisional adalah hasil dari sebuah budaya suatu daerah yang mempunyai ciri khas tersendiri dan merupakan bagian penting yang juga diakui sebagai salah satu identitas bangsa (Wang, 2009: 1). Di Cina, fungsi pakaian bukan hanya untuk melindungi tubuh atau sebagai nilai estetika, namun zaman dahulu pakaian juga sebagai pengukur tingkat strata dan kedudukan seseorang. Secara tidak langsung dapat diketahui bahwa di Cina, pakaian juga memiliki makna sosial yang cukup kuat yang dapat melambangkan kekuasaan serta keterkaitan seseorang dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari motif yang terdapat pada pakaian tersebut. Cina yang senantiasa dijuluki sebagai yīguān wáng guó 衣冠王国 (kerajaan pakaian), juga memiliki sejarah perkembangan pakaian yang panjang dan mempunyai mempunyai beragam pakaian adat, salah satunya adalah cheongsam. Cheongsam merupakan pakaian tradisional wanita Cina one-piece (terusan) dengan corak yang menggambarkan khas bangsa Cina, dalam bahasa Mandarin dikenal juga dengan qípáo ( 旗袍 ),qípáor ( 旗袍儿 ) dan q i-p ao.meski tergolong sebagai pakaian tradisional, namun cheongsam mengalami perubahan secara pesat sehingga sukses diterima di dunia busana internasional. Nama cheongsam berarti pakaian panjang. Di daerah lain, termasuk di Beijing, dikenal dengan nama qipao. Karena di Indonesia qipao lebih dikenal dengan cheongsam, maka seterusnya penulis menggunakan kata cheongsam untuk menggantikan kata qipao.

3 Cheongsam di berbagai dinasti mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda. Orang-orang Man menggunakan pakaian cheongsam terusan dengan pola yang sederhana, berbentuk silindris, lebar di bagian kaki, berlapis-lapis dan menutupi seluruh tubuh wanita, menyisakan hanya kepala, tangan, dan ujung jari kaki (Lihat lampiran 1). Hal ini sangat berbeda jauh dengan masa dinasti Han. Pada dinasti Han, cheongsam adalah pakaian two-piece (atasan dan bawahan) dengan desain yang lebih kompleks dan lebih menekankan pada dekorasi di tiap bagiannya (Lihat lampiran 2). Teknik bordir dan berbagai motif yang menarik mulai diadopsi oleh orang-orang Han, dekorasi ini biasanya terdapat pada bagian depan, bagian dalam dan hem yaitu jahitan pada pinggiran pakaian (Xu, 2011: 4). Dari tampilannya potongan cheongsam memang sederhana, tidak memiliki banyak aksesoris, seperti sabuk, atau selendang. Namun jika melihat perkembangannya, cheongsam merupakan simbol dari kebangkitan wanita modern di Cina. Cheongsam mulai dikenakan pada awal abad 20 oleh para wanita di Shanghai. Elemen-elemen yang terdapat pada pakaian cheongsam menjadikan cheongsam sebagai salah satu pakaian adat yang mempunyai ciri khas tersendiri. Variasi kerah, bentuk lengan, hem, kancing simpul yang khas dan bordiran motif pada cheongsam merupakan elemen yang penting yang menunjang keindahan sebuah cheongsam. Yang paling penting dalam perkembangan cheongsam adalah motif, selain sebagai dekorasi untuk memperindah nilai estetika dari sebuah cheongsam motif juga berfungsi sebagai pengukur tinggi rendahnya tingkat strata kehidupan seseorang di masyarakat. Pada zaman dahulu, mereka yang memiliki cheongsam dengan warna, bordir dan motif tertentu dianggap sebagai wanita

4 berada atau bahkan mereka merupakan bagian dari keluarga kerajaan. Semakin banyak bordir dan motif pada cheongsam, semakin tinggi kelas ekonomi sang pemakai. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, cheongsam dengan motif yang indah menjadi busana wajib bagi wanita yang ingin digolongkan sebagai kalangan wanita menengah ke atas di Shanghai. Kini cheongsam tidak hanya familiar dikalangan etnis Tionghoa saja. Beberapa model potongan cheongsam perlahan diadopsi dan dipadukan dengan busana gaya apa saja. Di Medan, baju cheongsam banyak dipakai terutama saat menjelang tahun baru Imlek oleh kaum wanita keturunan Tionghoa, namun ada juga yang memakainya pada saat pesta pernikahan atau acara formal lainnya, tentunya dengan warna, model dan motif yang modern disesuaikan dengan kondisi acaranya. Perubahan desain cheongsam di Medan mengadopsi fashion dari negara barat, hasil adopsi cheongsam ini akhirnya menghasilkan berbagai desain busana dengan motif dan fungsi yang berbeda, namun tetap mempertahankan kesan elegan dan menarik. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai perubahan fungsi dan makna motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa dengan mengangkat judul Perubahan Fungsi dan Makna Motif Pakaian Tradisional Cheongsam bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

5 1.2 Batasan Masalah Menghindari batasan yang terlalu luas, maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian Perubahan Fungsi dan Makna Motif Pakaian Tradisional Cheongsam bagi Masyarakat Tionghoa di Medan dengan hanya membahas mengenai fungsi dan makna motif pakaian cheongsam bagi masyarakat Tionghoa yang berdomisili di Kelurahan Sei Putih Timur II. Di pilihnya lokasi penelitian ini berdasarakan pertimbangan adanya akulturasi kebudayaan yang terdapat di lokasi tersebut. Meskipun masyarakat Tionghoa di daerah ini termasuk golongan minoritas, namun mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang cukup lama di daerah tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan pakaian tradisional cheongsam yang mereka gunakan pada saat acaraacara penting seperti tahun baru imlek, cap go meh, upacara perkawinan dan upacara kematian. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan usaha untuk menetukan arah peneliti pada permasalahan yang lebih fokus, serta berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perubahan fungsi motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa di Kelurahan Sei Putih Timur II, Kota Medan?

6 2. Bagaimanakah perubahan makna motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa di Kelurahan Sei Putih Timur II, Kota Medan? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui perubahan fungsi dan makna motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa di Keluraha Sei Putih Timur II. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap makna pola pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa adalah : 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai adanya perubahan pemahaman tentang perubahan fungsi dan makna motifpada pakaian tradisional cheongsam khususnya bagi masyarakat Tionghoa. 2. Menjadi salah satu rujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang perubahan kebudayaan etnis Tionghoa di Indonesia umumnya dan di Medan khususnya.

7 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian perubahan fungsi dan makna motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa adalah untuk menambah pemahaman tentang adanya perubahan fungsi dan makna motif pakaian tradisional cheongsam bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan khususnya generasi muda, sebagai bagian dari salah satu etnis di Indonesia.

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam BAB IV KESIMPULAN Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam Pakaian pada Pernikahan Korea ini membahas mengenai pakaian pernikahan tradisional hollyebok yang dikenakan oleh keluarga

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG 2.1. Sejarah Kimono di Jepang Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa digunakan di pengadilan Cina. Kemudian berevolusi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang mengatakan bahwa pakaian yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja namun pakaian tradisional juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah satu kebutuhan pokok

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia fashion sudah mulai diminati oleh kalangan masyarakat Indonesia dan sudah mulai melirik karya-karya para desainer lokal. Permintaan masyarakat Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang mendasar dan harus dipenuhi. Hakikatnya,

Lebih terperinci

BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang

BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki adalah pakaian adat. Pakaian

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Serdang didirikan pada abad ke-18 sebagai pecahan dari kesultanan Deli. Keberadaan Kesultanan ini tentunya juga mempengaruhi keberadaan keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari perkembangan tersebut, berkembang pula peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga berfungsi sebagai identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota badan serta penutup untuk tangan, kaki, dan kepala. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. anggota badan serta penutup untuk tangan, kaki, dan kepala. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Umat manusia universal memakai pakaian pada tubuh untuk melindunginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Gbr 3.A.1 Hijab Pengguna Motor Busana memiliki nilai fungsi dan kegunaan maka ada beberapa hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS WALIKOTA, WAKIL WALIKOTA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai diperkenalkan secara global. Mulai dari Imlek, Cap Go Meh, dan lain-lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang meliputi Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan, salah

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam suku dan kebudayaan. Ragam kebudayaan dan kesenian yang ada di Indonesia tersebut salah satunya adalah busana

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 25 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK PERANCANGAN 1. Pengertian Sepatu Pada awalnya perkembangan sepatu adalah sebagai protection of the foot,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia makan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan, karena makan merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan peniti saat ini semakin pesat. Bisa dikatakan kerajinan yang sudah ada sejak dulu ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique 1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa pakaian bekas merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi 64 BAB V KESIMPULAN Nareh Hilir merupakan satu diantara 17 desa yang berada di kawasan Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi sentra sulaman benang emas di kota Pariaman,

Lebih terperinci

Misi. Tujuan. Visi. Memberikan pendidikan terjangkau di bidang fesyen untuk semua lapisan masyarakat

Misi. Tujuan. Visi. Memberikan pendidikan terjangkau di bidang fesyen untuk semua lapisan masyarakat Program D1 Fesyen Program pendidikan vokasi berkelanjutan yang mengedepankan keberlanjutan kompetensi keahlian di tingkatan diploma selama satu tahun dengan tujuan menghasilkan lulusan yang berkesempatan

Lebih terperinci

PEKELILING PERKHIDMATAN BIL. 2 TAHUN 1985 (PAKAIAN MASA BEKERJA DAN SEMASA MENGHADIRI UPACARA-UPACARA RASMI BAGI PEGAWAI-PEGAWAI AWAM)

PEKELILING PERKHIDMATAN BIL. 2 TAHUN 1985 (PAKAIAN MASA BEKERJA DAN SEMASA MENGHADIRI UPACARA-UPACARA RASMI BAGI PEGAWAI-PEGAWAI AWAM) PEKELILING PERKHIDMATAN BIL. 2 TAHUN 1985 (PAKAIAN MASA BEKERJA DAN SEMASA MENGHADIRI UPACARA-UPACARA RASMI BAGI PEGAWAI-PEGAWAI AWAM) ETIKA BERPAKAIAN PENJAWAT AWAM Cara berpakaian melambangkan keperibadian

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Menurut Wikipedia, pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai penutup tubuh. Pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di wilayah propinsi Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang memiliki kualitas baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban manusia di era globalisasi telah menunjukkan perubahan yang sangat pesat. Globalisasi, berarti proses yang mendunia dan sebuah upaya untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS BUTIK BUSANA MUSLIMAH

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS BUTIK BUSANA MUSLIMAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan dibutuhkan dari masa ke masa. Busana adalah segala sesuatu yang dipakai seseorang dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan manusia. Menurut Kusnadi (2005), perkawinan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta. Dari beberapa sumber jurnal yang didapat oleh penulis dari internet, defenisi tumbuhan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR

Lebih terperinci