BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bagi setiap manusia, ingatan terhadap pengalaman-pengalaman pribadinya merupakan suatu hal yang sangat mengesankan. Dengan itu, dia memperoleh perasaan identitasnya, bahkan mungkin kesadarannya. Tanpa itu dia tidak bisa mengambil suatu keputusan yang penting. Tidak bisa memperbaiki kondisinya dan tidak bisa bertahan. Manusia atau para leluhur mereka sudah lama belajar. Sejak kesempatan ada, belajar yang menyebabkan mereka menunda dan menunggu aksi. Penemuan penggunaan refleksi dan perenungan harus sudah merupakan suatu kejadian terpenting di dalam evolusi mereka. Oleh karena itu, cerita sebagaimana kita ketahui berperan didalam lingkungan kelompok-kelompok sebagian dilakukan berdasarkan ingatan (memory) dalam lingkungan individu-individu itu. Ibarat seseorang dapat menyebut sejarah (history) yang merupakan ingatan dari kelompok-kelompok itu. Seorang ahli sejarah Belanda berkata: Sejarah bukan ingatan (memorygeheugen), tetapi rekoleksi (He-reinnering). Ingatan (memory) adalah komprehensif, sedangkan rekoleksi merupakan pengunjung yang cerdas, yang mengenal apa yang dilihat dan diperhatikannya, dan apa pula yang sudah terjadi. 9 Penulis Belanda ini lupa bahwa memori itu sebenarnya selektif terhadap dirinya sendiri, namun tidak ada relevansinya. Tugas ahli sejarah adalah untuk merawat, menjaga. Memory ini dapat dipelihara terus dan ditinggalkan kepada perilaku-perilaku lain yang akan dapat dipergunakan dan dari bahan-bahan yang terkumpul itu yang akan disajikannya. Ingatan kita perlu ditarik ke belakang lagi. Bahwasannya filsafat sejarah adalah penelitian yang seksama dan tidak tergesa-gesa terhadap sejarah dan masa lalu masalahnya. Selama ini, sejarah harus dilakukan untuk menandakan 1 G.J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cetakan I, 1997, hlm

2 2 keduanya, baik sejarah maupun isinya. Perbedaan ini jelas dilakukan oleh Baner, yang mengatakan ada dua macam filsafat sejarah. Pertama, merupakan suatu Geschichtsphilosophie formal yang meneliti logika dan epistemologi sejarah. Ini tentu saja merupakan studi sejarah sistematis sebagai suatu cerita (story). Kedua, (Baner menyebutnya dengan filsafat sejarah dalam pengertian sempit, sebagaimana yang diterapkannya). Filsafat sejarah disini dimaksudkan dengan perjalanan peristiwa-peristiwa sejarah, menjadikannya sejarah dalam pengertian yang berkenaan dengan masa silam umat manusia yang beradab. Ini adalah pengertian yang disebut dalam bahasa Perancis Philosophie de L historie. 10 Sebagaimana kita ketahui sejarah umat manusia itu berkembang dalam suatu tatanan masyarakat. Dikarenakan masyarakat merupakan suatu sistem sosial, yang unsur-unsurnya saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Perubahan salah satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain, yang akhirnya mempunyai dampak terhadap kondisi sistem secara keseluruhan. Masyarakat dan kebudayaannya merupakan dwi tunggal yang sukar dibedakan, di dalamnya tersimpul sejumlah pengetahuan yang terpadu dengan kepercayaan dan nilai, yang menentukan situasi-situasi kondisi perilaku anggota masyarakat. Dengan kata lain, dalam kebudayaan tersimpul suatu simbol maknawi (symbolic system of meaning). Secara umum kebudayaan sering diartikan sebagai seperangkat sistem pengetahuan dan keyakinan yang terwujud dalam pola-pola tindakan sebagaimana ditunjukkan ke berbagai kehidupan sosial seperti ekonomi, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan (ritual) dan kegiatan berkesenian. Pada term ini, kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang berguna sebagai alat operasional dalam hal manusia menghadapi lingkunganlingkungan tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan untuk 10 G.J. Renier, op. cit., hlm

3 3 dapat hidup secara lebih baik. Karena itu, kebudayaan juga dinamakan sebagai desain menyeluruh dari kehidupan (blueprint). 3 Kebudayaan itu merupakan khas insani yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Misalnya, sejenis hewan. Bahkan yang bersifat transenden sekaligus. Hanya manusialah yang dengan dirinya dapat mewujudkan eksistensinya. Dengan akalnya guna memenuhi segala keinginan baik yang serupa nilai dan peradaban. 4 Peranan kebudayaan bagi umat manusia sangatlah besar. Bermacam-macam yang harus dihadapi manusia. Seperti, kekuatan alam di mana ia tinggal, maupun kekuatan-kekuatan lain dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali daripada itu, manusia memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun di bidang material. 5 Bertolak daripada pengertian di atas, Cina pernah terlibat langsung pada proses sejarah kebudayaan bangsa Indonesia baik dari sisi spirituil maupun sisi materiil (arsitektur, pakaian, makanan, dan lain-lain), yang dapat kita saksikan lewat apa yang lazim disebut oleh sejarawan, yaitu Sino Javanese Muslim Culture pada kurun abad ke-15 dan 16. Peranan bangsa Cina dalam proses penyebaran Islam di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti lebih mendetail lagi. Karena sampai saat ini belum ada kata sepakat di kalangan para sejarawan tentang asal-usul Islam di Nusantara ini. Ada yang mengatakan Islam Indonesia dibawa oleh orang-orang dari Gujarat (India), ada yang berpendapat dibawa oleh orang-orang Cina Yunnan, bahkan ada pula yang mempunyai statement bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah. 6 Terlepas dari khilafiyah itu, Cina memang pernah berperan besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Fakta ini dibuktikan dari beberapa peninggalan-peninggalan Cina Muslim di Indonesia. Misalnya, di Ancol 3 M. Mukhsin Jamil, Pemulihan Khong Hu Chu di Indonesia, Makalah pada Seminar Nasional Agama Khong Hu Chu pada Tanggal 12 Februari 2000 di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, hlm. 1 4 J.W.M. Baker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebagai Pengantar, Kanisius, Yogyakarta, 1992, hlm Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1982, hlm H.J. de. Graff, dkk, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI Antara Historisitas dan Mitos, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2004, hlm. 1

4 4 Jakarta, dan Gedung Batu Semarang. Dan yang paling monumental hingga sampai sekarang adalah Masjid Agung Demak. Berdasarkan beberapa catatan sejarah, dapat dipastikan pula beberapa Sultan dan Sunan yang mempunyai andil sangat besar dalam penyiaran Islam di Jawa, ternyata adalah keturunan Cina. Misalnya, Raden Fatah yang mempunyai nama Cina Jin Bun sebagai Raja Demak Pertama, Sunan Ampel, Sunan Gunung Djati, dan lain sebagainya. Selanjutnya, peristiwa politik bersejarah dan yang paling fenomenal ialah saat terjadinya ekspedisi Cheng Ho di masa pemerintahan Yung Lo dari Dinasti Ming. Yang melibatkan ribuan orang Cina. Sebagian besar awak kapal beragama Islam. Beberapa petinggi ekspedisi, selain tokoh legendaris Cheng Ho, yakni Ma Huan, Hasan, Wang Jing Hong (dikemudian hari terkenal dengan sebutan Kiai Dampoawang), Kung Wu Ping, Fei Hsin, dan lain-lain, juga seorang Muslim yang dikenal taat beragama. 7 Menurut Parlindungan dan Slamet Mulyana, yang penulis kutip dari Sumanto Al-Qurtuby dalam bukunya Arus Cina Islam Jawa, ekspedisi sejak awal abad ke-15 itu tercatat tiga kali mengunjungi Jawa. Setiap misi muhibahnya selalu meninggalkan jejak historis yang mengagumkan. Kegiatan penjelajahan samudera yang dipimpin langsung oleh Laksamana Cheng Ho ini tidak sekadar bermuatan politik dan ekonomi belaka. Tetapi juga menyimpan hidden agenda berupa Islamisasi. Hal ini terbukti dengan penempatan para konsul dan duta keliling Muslim Cina di setiap daerah yang dikunjunginya. Kemungkinan besar sebagian Cina Islam yang turut serta dalam rombongan Cheng Ho ini enggan pulang kembali ke negerinya. Baik karena alasan pengembangan bisnis di daerah baru yang dinilai lebih menjanjikan atau faktor kenyamanan politik, maupun alasan dorongan keagamaan untuk menyebarkan syi ar Islam di negeri kafir. 8 Jejak-jejak historis yang ditaburkan Cheng Ho ini begitu terasa mengurat dalam benak kehidupan masyarakat Jawa. Tidak hanya muncul 7 Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina Islam Jawa, Inspeal Press, Yogyakarta, 2003, hlm Ibid

5 5 lewat tradisi lesan melalui tokoh mitologi Kyai Dampo Awang. Tetapi juga beberapa peninggalan kesejarahan seperti bangunan mercusuar di Cirebon maupun berbagai kelenteng kuno yang dikaitkan dengan sang legendaris Laksamana Cheng Ho. Salah satunya adalah Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu Semarang. Kelenteng ini keberadaannya sangatlah monumental sekaligus fenomenal. Sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian dari berbagai segi. Utamanya dari segi bangunan kelenteng tersebut. Pengaruh Cina yang cukup kuat dan menimbulkan dugaan bahwa pada bentangan abad ke-15/16 telah terjalin apa yang disebut Sino-Javanese Muslim Culture. Dimana fungsi awal bangunan tersebut adalah sebagai Masjid (tempat sholat Cheng Ho beserta rombongan, hal ini dibuktikan dengan adanya Bedug dan tulisan pada dindingnya dalam bahasa Cina yang artinya Bacalah Al-Qur an ). 9 Kemudian beralih fungsi menjadi tempat peribadatan umat Khong Hu Chu (fakta sekarang memang demikian adanya) merupakan suatu fenomena yang harus kita terima. Bisa jadi, disamping fungsi awalnya sebagai Masjid, tidak menutup kemungkinan untuk peribadatan awak kapal Cheng Ho lainnya yang non-muslim. Karena, pada rombongan ekspedisi tersebut ada yang beragama Tao, Khong Hu Chu, dan Buddha (tiga kepercayaan tertua di Cina). Namun demikian, ada kemungkinan ketiga yang muncul. Yaitu hanya sebagai tempat singgah rombongan ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang tercatat tujuh kali melakukan pelayaran ke Kepulauan Nusantara. Di Semarang sendiri rombongan Cheng Ho tercatat mengunjungi sebanyak tiga kali. Hingga penulis menduga, Kelenteng Sam Po Kong atau Sam Po Tay Djien itu hanya sekadar Ekspresi Kebudayaan Cina Jawa Islam yang terletak di Gedung Batu Simongan Semarang. Hal tersebut perlu penelitian lebih mendalam lagi. Sehingga ketidakselarasan informasi yang selama ini membelenggu bisa terluruskan. Karena Kelenteng tersebut merupakan cagar budaya. Maka 9 Djawahir Muhammad (ed), Semarang Sepanjang Jalan Kenangan, Pemda Dati II Semarang, Dewan Kesenian Jawa Tengah, Aktor Studio Semarang, 1995, hlm. 145

6 6 harus senantiasa dijaga dan dilestarikan bersama. Supaya generasi dimasa yang akan datang bisa menyaksikan. Bahwasannya antara Cina-Jawa (yang lazim disebut pribumi-non pribumi) pernah hidup rukun bergandengan jauh dari perasaan saling curiga. Yang terwadahi dalam media Sino Javanese Muslim Culture. 2. Pokok Masalah Berdasarkan dari sekelumit deskripsi di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 2.1.Bagaimanakah Sejarah dan Fungsi Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu dalam Kehidupan Sejarah Kota Semarang? 2.2 Bagaimanakah Bentuk Akulturasi Kebudayaan Cina Jawa Islam dalam Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu Kota Semarang? 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Penelitian Dengan permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengungkap Sejarah dan Fungsi Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu dalam Kehidupan Sejarah Kota Semarang. b. Untuk mengungkap bentuk Akulturasi Kebudayaan Cina Jawa Islam dalam Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu Kota Semarang. 3.2 Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat ataupun kegunaan dari penelitian ini, adalah: a. Sebagai bentuk kepedulian terhadap salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kota Semarang melalui karya ilmiah. Sekaligus media informasi tentang peranan etnis Tionghoa di Kota Semarang pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. b. Sebagai satu bentuk ikhtiar, mengembalikan hubungan etnis Cina- Jawa di Kota Semarang pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya yang pernah harmonis pada zaman dahulu. Agar tidak

7 7 terjadi lagi konflik-konflik bernuansa etnis (SARA) yang berkepanjangan. 4. Tinjauan Kepustakaan Hal ini sengaja penulis angkat dengan melihat fenomena ketidakselarasan informasi atas bangunan Kelenteng tersebut, sekaligus sebagai spesifikasi penelitian atas beberapa karya terdahulu yang terkesan sepintas dalam membahasnya. Karya-karya tersebut, yaitu : - Prof. Kong Yuanzhi, Hembing Wijayakusuma (ed), Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pustaka Populer Obor, Buku ini menjelaskan tentang perjalanan pelayaran Laksamana Cheng Ho ke berbagai kota di Nusantara dan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara serta ke-islaman Laksamana Cheng Ho beserta para awak kapalnya. Dan tentunya sangat berbeda dengan skripsi ini yang nantinya akan dikupas habis tentang persinggahan Cheng Ho di Semarang beserta Kelenteng Sam Po Kong-nya dan dampaknya bagi kehidupan sejarah Kota Semarang, yang mana di buku tersebut tidak disinggung hal-hal yang sebagaimana peneliti sebutkan. - Sumanto Al-Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, Inspeal Press, Di dalamnya dikupas habis tentang peranan orang-orang Tionghoa dalam penyebaran Agama Islam di Nusantara abad XV dan XVI, dan jejak-jejak historis dari peninggalan kepurbakalaan Islam di Jawa yang mengisyaratkan adanya pengaruh Cina yang cukup kental dalam media Sino Javanese Muslim Culture. Perbedaannya dengan skripsi yang akan penulis tulis, di situ kurang dikupas lebih dalam akan simbol-simbol yang terdapat di Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu Semarang. - H.J. de Graff, dkk, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI, Yogyakarta, Tiara Wacana, Cetakan II, 2004, yang intinya meluruskan bahwa pembawa Islam ke Indonesia bukan hanya pedagang Gujarat-India, kaum sufi dari Arab (Persia), orang Cina-pun punya andil besar dalam Islamisasi Nusantara ini dan merupakan kritik atas Catatan Melayu: Teks

8 8 Perlindungan dengan Terjemahan (1964). Meski di buku ini dijelaskan tentang teori masuknya Islam di Jawa yang konon dibawa oleh Muslim dari daratan Cina, akan tetapi tidak disinggung secara khusus masuknya Islam di Semarang yang nantinya akan dibahas pada penelitian ini. - Dra. Misbah Zulfah Elizabeth, Simbol Islam di Kelenteng Sam Po Kong, Laporan Penelitian Individual, Pusat Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2003, yang menggarisbawahi bahwasannya Kelenteng Sam Po Kong yang berada di Gedung Batu Semarang disinyalir dulunya memang sebuah Masjid dilihat dari simbol-simbol ke-islaman yang ada pada bangunan tersebut. Yang dijadikan tolok ukur perbedaan dengan skripsi ini adalah dimana penelitian yang dilakukan oleh Sdr. Zulfah Elizabeth ini, hanya berkonsentrasi pada simbol-simbol yang bernafaskan Islam pada Kelenteng tersebut. Sehingga simbol-simbol yang lain tidak begitu dihiraukan, dan pada skripsi ini akan dikaji lebih lanjut tidak hanya simbol-simbol Islam, namun juga simbol Cina dan Jawa. 5. Metode Penelitian Langkah ini penulis ambil agar tidak terjadi ketumpangtindihan berbagai macam informasi yang masuk, maka dipandang perlu untuk memulainya dari: 5.1. Sumber Data Penelitian ini adalah merupakan penelitian sejarah sehingga sangat perlu kajian yang lazim digunakan pada kegiatan serupa. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research), dan metode penelitian pustaka (library research) agar mendapatkan data yang benar-benar valid dan teruji kebenarannya. Sehingga, disamping mengambil berbagai informasi dari hasil wawancara dengan sejarawan kota Semarang serta para pengurus Kelenteng dengan observasi langsung ke lokasi penelitian tersebut, penulis juga menggunakan data-data yang diambil dari buku-buku yang secara langsung membahas tema di atas, antara lain karya Prof. Khong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, dan Sumanto Al-Qurtuby, Arus Cina Islam Jawa (seperti yang peneliti

9 9 sebutkan di halaman 7 dan 8), karya ilmiah, manuskrip, serta cerita-cerita yang melegenda di masyarakat sebagai data pendukung Pengumpulan Data Setelah mendapatkan berbagai macam sumber, data-data tersebut penulis kumpulkan dengan cara: a. Studi/Kajian literatur atas berbagai sumber sejarah baik lisan maupun tulisan yang berkenaan dengan tema di atas. b. Wawancara, sebagai data penguat, penulis melakukan wawancara langsung dengan sejarawan kota Semarang dan pengurus Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu Semarang. c. Observasi, setelah mengadakan wawancara, penulis melakukan survei langsung ke Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu Semarang Metode Analisis Data Untuk menganalisis data yang sudah terkumpulkan, penulis menggunakan pendekatan sejarah terutama sejarah kebudayaan dan antropologi budaya dengan metode analisis kritis. Bidang kajian sejarah kebudayaan dan masalah-masalah metodologisnya ada batasannya. Batasan menjadi penting, karena selain menjelaskan apa yang sudah dikerjakan juga dapat memberikan gagasan baru apa yang dapat dikerjakan. Selanjutnya metodologi penting, karena setiap jenis penulisan sejarah memerlukan metodologi yang khusus pula. Setiap detail yang kecil dan tunggal sebenarnya adalah simbol dari keseluruhan dan satuan yang lebih besar. Hanya dengan pengetahuan tentang keadaan umum itu, orang akan terhindar dari perangkap kejadian-kejadian yang tak terhingga jumlahnya. Dengan meminjam istilah Burckhardt ( ) penulisan sejarah itu ibarat lukisan, yang komposisinya memberikan gambaran utuh sekaligus gambaran detailnya. Cara yang dipakai ialah dengan paralelisasi fakta-fakta, yaitu membandingkan dan melawankan, mencari persamaan dan perbedaan, sehingga antara fakta-fakta yang ada ditemukan kaitannya.

10 10 Penggambaran tulisan sejarah sebagai sebuah integrated equivalents yang menyuguhkan pemandangan menyeluruh, tetapi masing-masing bagian sama pentingnya, tidak ada yang sentral. Sejarah harus disuguhkan sebagai gambaran yang kongkrit. Dengan pendekatan yang sinkron, dan sistematis. 10 Langkah-langkah tersebut terdiri atas: a. Deskripsi, yaitu untuk mendapatkan gambaran umum yang meliputi sejarah pelayaran Cheng Ho ke Semarang, fungsi awal berdirinya Kelenteng Sam Po Kong di Gedung Batu dan proses penyebaran Islam di kota Semarang. b. Interpretasi, yaitu peneliti akan menyelami dan menelaah sumbersumber data yang diperoleh agar mendapatkan tafsiran-tafsiran yang lebih faktual dan signifikan. c. Analisis Kritis, metode ini peneliti pergunakan untuk menganalisis (studi analitik) terhadap data yang telah diinterpretasikan dan dikritisi sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang lebih komprehensif atas keberadaan Kelenteng Sam Po Kong tersebut Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain. Untuk mempermudah proses penelitian ini, penulis akan memaparkan sistematika penelitian ini sebagai berikut : BAB I merupakan pendahuluan dari skripsi ini yang memuat, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Dengan memahami bab ini, maka akan mencegah adanya kesalahpahaman atau kekeliruan dalam pembahasan selanjutnya. 10 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2003, Edisi Kedua, hlm. 138

11 11 BAB II nantinya akan memuat landasan teori dari kegiatan penelitian ini yang membahas tentang Agama sebagai Sistem Kebudayaan dalam Masyarakat yang terdiri dari, Pengertian Kebudayaan, Akulturasi Kebudayaan Melalui Agama, dan Penggunaan Simbol-simbol Agama dalam Masyarakat. BAB III memuat data-data tentang Sejarah Kelenteng Sam Po Kong dan Kebudayaan Cina Jawa Islam di Kota Semarang, yang terdiri dari Pelayaran Cheng Ho ke Nusantara dan Persinggahannya di Kota Semarang, Pembentukan Komunitas Cina dan Penyebaran Islam di Kota Semarang, dan Sejarah Kelenteng Sam Po Kong di Kota Semarang BAB IV merupakan analisa dengan tema Ekspresi Simbolik Kelenteng Sam Po Kong, yang akan menjawab pokok masalah penelitian ini yang terdiri dari, Rekonstruksi Sejarah Penyebaran Islam di Kota Semarang, dan Akulturasi Kebudayaan Cina, Jawa, Islam dalam Kelenteng Sam Po Kong. BAB V merupakan penutup yang menandakan akhir dari keseluruhan proses penelitian yang berisi kesimpulan (menerangkan hasil penelitian), saran-saran dari penulis yang terkait dengan pembahasan serta kata penutup sebagai akhir kata dan mengakhiri proses penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Kota Cirebon di Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota tua yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa yang kaya akan peninggalan budaya dan sejarah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para sejarawan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Pendapat pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan mengenai metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia, bab

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Semarang memiliki luas 373,70 km 2 atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Penduduk kota Semarang heterogen terdiri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA (1998-2010) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE

Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah Di Nusantara By Yuanzhi Kong READ ONLINE Sources: Kong Yuanzhi (transl by H.M Hembing Wijayakusuma), Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai etnis, ras dan budaya yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Nusantara. Keberagaman etnis dan budaya

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak hubungan antara Indonesia dengan Tiongkok diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha bernama Fa Hien dan Gunawarman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad Yasin dalam Perjuangan Harakah Al-Muqawamah Melawan Israel di Palestina Tahun 1987-2004. Suatu kajian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

Misteri Gandrung dari Tiongkok

Misteri Gandrung dari Tiongkok 1 Misteri Gandrung dari Tiongkok Sumono Abdul Hamid Dua puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 5 Maret 1990, saya menonton pementasan gandrung di Taman Ismail Marzuki, garapan seniman kondang Hendrawanto

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adam, Asvi Warman, Cina Absen Dalam Pelajaran Sejarah, dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo, 12/02/2002

DAFTAR PUSTAKA. Adam, Asvi Warman, Cina Absen Dalam Pelajaran Sejarah, dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo, 12/02/2002 DAFTAR PUSTAKA Adam, Asvi Warman, Cina Absen Dalam Pelajaran Sejarah, dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo, 12/02/2002, Pahlawan Nasional Etnis Tionghoa, dalam Surat Kabar Harian Kompas, 31/01/2003 Al-Qurtuby,

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah

Mam MAKALAH ISLAM. Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah Mam MAKALAH ISLAM Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah 13, februari 2014 Makalah Islam Wali Songo, antara Legenda dan Fakta Sejarah Jaja Zarkasyi, MA (Rumah Moderasi Islam (RUMI) Mungkin generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari berbagai sudut kepentingan. Sebagaimana satu generasi menggantikan generasi yang lain. Sejarah

Lebih terperinci

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi Gejolak Patani Dalam Pemerintahan Thailand (Kajian Historis Proses

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang

Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang Spirit Pluralisme dalam Klenteng Sam Po Kong Semarang Edi Nurwahyu Julianto (glowedy@gmail.com) (Dosen Ilmu Komunikasi FTIK USM) Abstrak Klenteng Sam Po Kong has very deep meaning as a symbol of multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana Buku teks pelajaran merupakan salah satu sumber dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan hanya kepada satu agama saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena terdapat banyak bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari masa kerajaan hingga komunisme. Kemasyuran peradaban masa lalu Tiongkok, dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dakwah Islam di Pulau Jawa mengalami proses yang cukup unik dan berliku-liku. Hal ini disebabkan karena kekuatan tradisi budaya dan sastra Hindu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang dihasilkan sendiri maupun yang lahir karena bercampur dengan budaya dari negara lain yang masuk ke

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara sederhana pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Kemajemukan ini. yang tercakup di dalamnya, serta ditunjang dengan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah masyarakat multi etnis yang mencakup lebih dari 360 kelompok etnis, serta dengan banyaknya variasi bahasa yang mereka pakai. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

Institut Seni Indonesia di Semarang

Institut Seni Indonesia di Semarang TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) Institut Seni Indonesia di Semarang (Dengan Penekanan Desain Postmodern Neo-Vernacular) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan proses penyampaian ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur an dan Sunnah secara berkesinambungan. Dakwah seringkali diartikan sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dengan akalnya menciptakan kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan untuk menemukan identitas diri. Melalui kebudayaan pula manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam sebagai agama merupakan suatu fenomena global yang telah memberikan perubahan yang signifikan dalam peradaban dunia. Satu abad saja dari kemunculannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ-organ yang menjalankan fungsi masyarakat. Lembaga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ-organ yang menjalankan fungsi masyarakat. Lembaga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga dalam artian sosiologi, dapat ditemukan dalam buku Herbert Spencer yang berjudul First Principles, maksudnya lembaga digambarkan sebagai organ-organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III ini, penulis memaparkan metode yang digunakan untuk melakukan penelitian. Metode penelitian ini akan menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan yang

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

Kemudian dari penelitian para ahli terdapat beberapa teori mengenai kemungkinan alur masuknya agama Islam ke Nusantara :

Kemudian dari penelitian para ahli terdapat beberapa teori mengenai kemungkinan alur masuknya agama Islam ke Nusantara : Penyebaran Tionghoa Muslim ke Nusantara. Pada beberapa naskah kuno di Tiongkok telah tercatat sejak dahulu tentang adanya pemukiman warga Tionghoa Muslim di pesisir pulau Jawa. Beberapa naskah yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci