BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok
|
|
- Sri Veronika Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok ke Indonesia juga masih membawa budaya dan kepercayaannya tersebut. Hingga pada bulan Desember 1967 dikeluarkanlah Peraturan Presiden yang menyatakan bahwa,...agama, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina (di Indonesia) yang berasal dari tanah leluhur mereka dengan berbagai manifestasinya mungkin dapat menimbulkan pengaruh yang tidak wajar terhadap kejiwaan, mentalitas, dan moralitas warga negara Indonesia dan karenanya menghambat jalan asimilasi secara wajar... 1 Hal tersebut menegaskan bahwa agama dan adat-istiadat Tiongkok tidak diberi kesempatan berkembang oleh pemerintah Indonesia, setidak-tidaknya sampai tahun Tapi di tahun 1969 pemerintah menyatakan dua agama minoritas yakni agama Buddha dan Konghucu, sebagai agama yang diakui resmi. UU no.5/1969 itu memberikan status resmi kepada kedua agama tersebut dan empat lainnya (Islam, Protestan, Katolik, Hindu). 2 Dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno, tiap warga negara Indonesia diharapkan memeluk salah satu agama. Hal ini mengacu pada Pancasila, sila 1 Instruksi Presiden Republik Indonesia No.14 Tahun 1967, Lie, Masalah WNI, hal Dr.Leo Suryadinata Dilema Minoritas Tionghoa. Grafiti Pers. Jakarta. Hal 169 1
2 pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-Undang ini diumumkan pada tahun Tidak jelas apa penyebab Soekarno mengeluarkan Undang-Undang seperti itu. Ada kemungkinan bahwa Soekarno menerima tekanan dari berbagai kelompok agama untuk mencegah Indonesia menjadi negara tak bertuhan. Ada pula kemungkinan bahwa Soekarno mencoba membuat keseimbangan antara kekuatan komunis dan religius. 3 Namun dibawah pemerintahan baru Presiden Soeharto, menganggap agama sebagai kekuatan yang dapat digunakan untuk mencegah munculnya kembali Partai Komunis Indonesia (PKI). Masyarakat Indonesia diminta menyatakan agama yang mereka peluk dalam kartu penduduk, dan pemerintah menganggap bahwa orang yang tidak memiliki agama adalah seorang komunis. Inilah alasan yang menjadikan Orang Tionghoa memilih agama Konghucu ataupun Buddha sebagai agama yang mereka peluk. 4 Pada prakteknya, masyarakat Tionghoa tetap meyakini kepercayaan Tao, Konghucu, dan Buddha secara bersamaan. Seperti yang telah disebutkan bahwa gabungan dari ketiga ajaran tersebut dikenal dengan nama Tri Dharma. Mereka memiliki tempat ibadah yang disebut kelenteng atau vihara. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa tidak semua tempat dapat dibangun kelenteng. Hal ini dikemukakan oleh para pengurus-pengurus kelenteng yang jauh lebih mengetahui tentang seluk beluk keyakinan masyarakat Tionghoa. Mereka sangat memperhitungkan aturan-aturan di dalamnya. Seperti halnya, bangunan suci harus 3 Ibid, hal Ibid, hal
3 dibangun lebih tinggi dari pijakan tanah, tata letaknya harus simetris, dikelilingi oleh pagar, memiliki ukiran-ukiran yang bisa memperindah bangunan, dan utamanya mengacu pada fengshui dalam menentukan lokasi, tata ruang dan arsitektur bangunannya. Pada umumnya, vihara dikhususkan untuk pemeluk agama Buddha. Sedangkan klenteng bisa digunakan secara majemuk oleh pemeluk agama Buddha maupun penganut ajaran Tao atau Konghucu. Istilah kelenteng juga sebenarnya hanya terdapat di Indonesia. Masyarakat Tionghoa juga melakukan ibadah secara rutin seperti umat lainnya. Sembahyang dan memanjatkan doa sesuai dengan tata cara yang mereka anut. Orang-orang Tionghoa percaya pada beberapa Dewa sebagai utusan Tuhan. Seperti halnya Dewa Cai Shen Ye ( 財神爺 ) yang mereka percayai sebagai Dewa uang. Dewa Xuan Tian Shang Di ( 玄天上帝 ) yang mereka percayai sebagai Dewa yang memiliki kekuasaan tertinggi di langit bagian utara, dan masih banyak lainnya. Dalam peribadatan yang mereka lakukan, mereka juga memanjatkan doa, sama halnya seperti pemeluk agama lain yang memiliki pengharapan yang baik dalam hidupnya. Namun yang unik, warga Tionghoa memanjatkan doa dengan menggunakan berbagai macam benda. Mereka percaya bahwa dalam benda tersebut memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Untuk ritual doa, biasanya mereka menggunakan 4 macam benda, yakni minyak, lilin, kertas emas, dan hio ( 香火 ). Minyak kegunaannya sebagai pelita agar harapan-harapan mereka secara khusus bisa terkabul. Lilin kegunaannya sebagai penerang, dapat digunakan dalam persembahyangan secara umum maupun untuk menerangi sebuah harapan secara 3
4 khusus. Kertas emas memiliki arti pemberian untuk Tuhan, dengan harapan doa bisa lebih cepat terkabul jika kita memberikan sesuatu pada Tuhan sebelum meminta. Terakhir ialah hio ( 香火 ) sebagai media memohon pada Tuhan. 5 Dupa ( 香火 ) atau juga disebut hio dalam bahasa Hokkian memiliki arti harum. Hio ( 香火 ) adalah unsur wajib yang harus digunakan ketika masyarakat Tionghoa berdoa. Sementara minyak, lilin, dan kertas emas terkadang tidak digunakan oleh masyarakat Tionghoa untuk ritual berdoa. Ini disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat Tionghoa akan makna-makna penting dibalik ketiga unsur tersebut. 6 Walaupun sesuai kepercayaan, seharusnya keempat benda tersebut digunakan agar doa yang dipanjatkan bisa lebih mudah dikabulkan oleh Tuhan atau Dewa utusan-nya. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan mengambil tema hio ( 香火 ). Penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang sejarah penggunaan hio ( 香火 ), perkembangan hio ( 香火 ), tata cara penggunaan hio ( 香火 ), serta makna dan jenis hio ( 香火 ) yang digunakan. Penulis juga ingin membantu masyarakat umum untuk sedikit mengerti tentang berbagai macam penggunaan hio ( 香火 ) yang ada di masyarakat Tionghoa dengan mengambil judul: Penggunaan Hio pada Masyarakat Tionghoa di Kelenteng Poo An Kiong Surakarta. 1.2 Rumusan Masalah 5 Hasil wawancara dengan Bapak Santo (Pengurus Kelenteng Poo An Kiong). 16 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Santo dan Pengunjung kelenteng Poo An Kiong, Bapak Eka. 4
5 Sebelum penulis menyusun Tugas Akhir, ada beberapa rumusan masalah yang menarik penulis untuk mengangkat tema ini dalam Tugas Akhir, yaitu: a. Bagaimana sejarah dan perkembangan kelenteng Poo An Kiong? b. Bagaimana sejarah dan perkembangan hio ( 香火 ) pada masyarakat Tionghoa? c. Bagaimana tata cara penggunaan hio pada masyarakat Tionghoa ketika berdoa? d. Apa saja makna dan jenis yang terdapat pada hio ( 香火 ) yang digunakan? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis, yaitu: a. Mengerti awal mula sejarah dan perkembangan kelenteng Poo An Kiong. b. Mengerti sejarah dan perkembangan penggunaan hio ( 香火 ) pada masyarakat Tionghoa. c. Memahami tata cara penggunaan hio ( 香火 ) pada masyarakat Tionghoa ketika berdoa. d. Memahami makna dan jenis hio ( 香火 ) yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa. 1.4 Manfaat Penulisan Penulis berharap agar penulisan Tugas Akhir ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang sejarah dan perkembangan kelenteng Poo An Kiong Surakarta, menjelaskan sejarah dan perkembangan hio ( 香火 ) pada masyarakat 5
6 Tionghoa, menginformasikan tentang makna dan jenis hio ( 香火 ) yang biasa digunakan masyarakat Tionghoa. Penulis juga ingin dengan Tugas Akhir ini bisa menjawab pertanyaan yang muncul pada masyarakat umum tentang bagaimana pentingnya kegunaan hio ( 香火 ) dalam peribadatan masyarakat Tionghoa 1.5 Metode Pengumpulan Data Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini, diperlukan adanya penelitian langsung dari penulis untuk memperoleh hasil yang akurat, serta informasi yang diperlukan sesuai fakta. Dalam upaya tersebut, penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi merupakan teknik pencarian dan pengumpulan data melalui cara mengadakan penelitian langsung ke obyek yang dijadikan obyek penelitian. Penulis melakukan pengamatan objek dan penelitian secara langsung dengan mengamati masyarakat Tionghoa yang melakukan peribadatan di kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) Surakarta, Jawa Tengah. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dengan narasumber yang berhak dan berkompeten memberikan informasi yang diperlukan. Penulis menggunakan metode wawancara kepada petugas penjaga kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), yaitu Bapak Santo (Lie Sen Sen) dan ketua pengurus kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), Bapak Tikno (Tan Liang Tik). Hal ini dimaksudkan 6
7 agar menambah nilai keakuratannya dan mempermudah penulis dalam mengumpulkan data ataupun informasi yang berhubungan dengan Tugas Akhir penulis. c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui pencarian data dari buku-buku yang berkaitan dengan tema penulisan laporan. Metode ini sangat diperlukan penulis agar memperoleh teori yang memenuhi dengan hasil laporan Tugas Akhir. Selain itu dengan dilakukannya studi pustaka, penulis dapat membuktikan keabsahannya. Dalam hal ini, data-data diambil dari buku-buku yang ada di Perpustakaan Umum Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, dan sebagian buku pribadi penulis. Ada pula yang dari website internet yang dapat dianggap sebagai acuan dalam pembuatan laporan tugas akhir ini. Semua data yang terkumpul kemudian disusun dalam sebuah bentuk tugas akhir dengan penulisan yang sederhana dan data yang kualitatif. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan, pada bab ini di jelaskan tentang latar belakang disahkannya keyakinan yang dianut oleh masyarakat Tionghoa, tempat peribadatannya, sampai ritual peribadatan yang mereka lakukan, rumusan masalah sejarah dan perkembangan kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), sejarah dan perkembangan hio ( 香火 ) pada masyarakat Tionghoa, makna dan jenis hio ( 香火 ) beserta tata cara penggunaannya, tujuan penulisan yang dimaksudkan 7
8 agar mempermudah pembaca dalam mengerti arah tulisan penulis, manfaat penulisan yang diharapkan agar pembaca dapat mengkaji lebih jauh tentang sejarah dan perkembangan kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), sejarah dan perkembangan hio ( 香火 ), makna dan jenis hio ( 香火 ) beserta detail tata cara penggunaannya, metode pengumpulan data yang menggunakan metode observasi, wawancara dan studi pustaka, serta sistematika penulisan. Bab II Sejarah dan Perkembangan Kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), pada bab kedua berisi tiga subbab, subbab pertama yaitu pengertian kelenteng yang berisi tentang penjabaran arti kelenteng dan sedikit penjelasan tentang bangunan kelenteng, subbab kedua tentang sejarah singkat kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) yang berisi tentang awal mula berdiri kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) dan mendeskripsikan sejarah singkat bagaimana kelenteng tersebut berdiri, dan subbab ketiga yaitu perkembangan kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) tahun yang berisi tentang perkembangan kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) sejak awal berdiri hingga sekarang. Bab III Sejarah dan Perkembangan Hio ( 香火 ) Masyarakat Tionghoa, pada bab ketiga, penulis menjabarkannya dalam tiga subbab, subbab pertama yakni definisi hio ( 香火 ) yang menjelaskan apa makna dan definisi dari hio ( 香火 ), subbab kedua yakni sejarah singkat hio ( 香火 ) pada masyarakat Tionghoa yang berisi tentang awal mula adanya hio ( 香火 ) di masyarakat Tionghoa dan seluk beluk penyebarannya, dan subbab ketiga yakni perkembangan hio ( 香火 ) pada 8
9 masyarakat Tionghoa yang berisi tentang perkembangan hio ( 香火 ) sejak awal mula hingga sekarang. Bab IV Penggunaan Hio ( 香火 ) pada Masyarakat Tionghoa di Kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng), pada bab keempat berisi dua subbab, yaitu tata cara penggunaan hio ( 香火 ) di kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) yang berisi tentang cara dan aturan penggunaan hio ( 香火 ) di kelenteng tersebut dan ragam makna penggunaan hio ( 香火 ) di kelenteng Poo An Kiong ( 保安宮 Băo Ān Gōng) yang berisi tentang berbagai arti penggunaan hio ( 香火 ) dari jumlah dan jenisnya. Bab V Penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan keseluruhan tugas akhir yang telah penulis susun, sekaligus sebagai kesimpulan dari pokok permasalahan yang telah dibahas pada tugas akhir ini. Lalu saran yang bisa penulis berikan pada sumber wawancara maupun lokasi observasi yang telah penulis pilih dalam menyusun tugas akhir ini. 9
BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.
BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan hanya kepada satu agama saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena terdapat banyak bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciMakalah Pendidikan Pancasila
Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap
I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk
BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN A. Geografis dan Demografis Desa bantan air merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengakui enam Agama Resmi yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian tentang etnik Tionghoa di Indonesia sangatlah menarik untuk mengkajinya secara lebih dalam. Paulus Hariyono menyatakan bahwa kepercayaan yang biasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Atas prakarsa dan swadaya masyarakat yang makin meningkat, jumlah tempat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sarana dan prasarana ibadat tersebut terutama dilakukan atas peran serta masyarakat yang mencerminkan besarnya kesadaran beragama masyarakat. Atas prakarsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.
BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi, membawa suatu thabiat dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Semarang memiliki luas 373,70 km 2 atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Penduduk kota Semarang heterogen terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciKEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: ARNIS RACHMADHANI NIM: 752011001 MAGISTER SOSIOLOGI
Lebih terperinciPANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta
PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta Nama Lengkap : Tasyrifah Santi R NIM : 11.02.8030 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan Dosen : Manajemen Informatika : M Khalis Purwanto,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diamati,
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pewarisan adalah proses peralihan harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia sebagai pemberi kepada para ahli warisnya sebagai penerima. 1 Seiring
Lebih terperinciI. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Kelenteng adalah tempat ibadat kehadiran Tuhan Yang Maha Esa serta tempat kebaktian atau penghormatan kepada para Nabi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi
Lebih terperinciPANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM
PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinciPENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)
PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga
Lebih terperinciMISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA
ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta Bangunan rumah ibadat yang dapat dikaitkan dengan ilmu Feng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa, kebudayaan, adat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin
150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa atau kelompok etnik dan ras yang tersebar diseluruh bagian penjuru Indonesia. Banyaknya suku bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat untuk menetap, tetapi lebih
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan panggilan Cina sering kali menjadi suatu keambiguan bagi masyarakat Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang salah mengartikan kata tersebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang. Selama tahun TVRI mengadakan siaran rata-rata 1 jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Televisi (TV) sebagai kotak ajaib, telah memberi pengaruh negatif dan positif bagi kehidupan umat manusia. Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Kualitas pendidikan suatu negara merupakan indikator keberhasilan dari maju tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akulturasi budaya adalah suatu proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah adanya keanekaragaman penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan tentu masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Wilayahnya meliputi dataran tinggi Karo, Deli Serdang bagian hulu, Langkat bagian hulu,
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen
KEWARGANEGARAAN Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Konsep Dasar Kewarganegaraan Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Konsep Dasar Kewarganegaraan Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan suatu keyakinan yang dianggap benar dan dianut oleh tiap individu ataupun suatu kelompok tertentu yang percaya terhadap Tuhan, sehingga dengan
Lebih terperinciPENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014
PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
Lebih terperinciPANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07
PANCASILA & AGAMA Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Reza Oktavianto Nim : 11.12.5818 Kelas : 11-S1SI-07 Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI KEL. : NUSANTARA DOSEN : Drs.
Lebih terperinciBAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公
BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Bangsa Tionghoa datang ke Indonesia sekitar 500 tahun yang lalu melalui kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara Tiongkok, menyebabkan
Lebih terperinciPENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciGEREJA HKBP DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 I. PEMOHON Perkumpulan Hisbut Tahrir Indonesia, organisasi
Lebih terperincid. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki penduduk lebih dari 237 juta jiwa, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berketuhanan yang mengakui enam agama resmi. Yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Namun dari sekian banyak penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin yang luar biasa dan pertimbangan yang matang. Seseorang harus menundukkan hatinya untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap tata kehidupan masyarakatnya.. Pada UUD
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
132 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Makna Tata Letak Massa Bangunan Pada Kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Serta Pengaruh Feng Shui Terhadapnya Letak Kawasan Kelenteng: Posisi
Lebih terperinciBAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta
40 BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta Pada jaman presiden Soekarno, agama bukan sebuah persoalan. Artinya, secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA
TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA DISUSUN OLEH : Nama : HERWIN PIONER NIM : 11.11.4954 Kelompok : D Program Studi : STRATA 1 Jurusan : Teknik Informatika DOSEN PEMBIMBING : TAHAJUDIN SUDIBYO Drs. UNTUK
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciPENERAPAN PANCASILA SILA KE 1 DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI KONTRAKAN DUSUN BAKUNGAN RT 02 RW 58
PENERAPAN PANCASILA SILA KE 1 DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI KONTRAKAN DUSUN BAKUNGAN RT 02 RW 58 Disusun oleh : Nama : Patria Nusa Nanta S NIM : 11.11.5064 Untuk memenuhi syarat mata kuliah Pendidikan Pancasila
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk melebihi 200 juta penduduk, bangsa Indonesia terdiri dari multi ras, etnis, kultur, dan agama.
Lebih terperinciANALISIS JATI DIRI KLENTENG PASCA KEBANGKITAN KONFUSIANISME SEBAGAI SEBUAH AGAMA
ANALISIS JATI DIRI KLENTENG PASCA KEBANGKITAN KONFUSIANISME SEBAGAI SEBUAH AGAMA Junianti, Theresia Liawanta, Sugiato Lim Binus University, Jl Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama
Lebih terperinciBAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO
BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO A. Tantangan Aliran Kerokhanian Sapta Darma di Desa Balongdowo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11 Fakultas Ikhwan Fikom Mata Kuliah Ini Memuat Pancasila dan Implementasinya (Sila Pertama) Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Humas 2 Pendahuluan Dr. Sila Ketuhanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. islam, kristen, hindu, budha, tapi juga konghucu. 3. kepada Tian, para Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki beraneka ragam bahasa, budaya, etnis atau suku, agama. 2 Agama di Indonesia tidak hanya islam, kristen, hindu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik arsitektur bangunan kuno maupun arsitektur bangunan modern. Arsitektur bangunan dapat berupa
Lebih terperinci(Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)
TUGAS AKHIR KE 33 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) SEMARANG TIMUR (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari dua akar kata, yaitu a: tidak, dan gama : kacau. Berdasarkan etimologi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan
Lebih terperinci