BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan menetap di Surabaya. Di antara para pedagang tersebut didominasi oleh para pedagang dari Cina daratan dan Arab. Pedagang ini menetap dan berdagang di kawasan Surabaya Utara yang berbatasan dengan Surabaya Timur yang dibatasi oleh Jembatan Merah. Sampai dengan saat ini masih tersisa peninggalan dari kebudayaan tersebut. Kampung Kapasan terletak di wilayah Surabaya Timur yang merupakan kawasan Pecinan. Kampung ini merupakan pemukiman masyarakat Tionghoa semenjak abad ke-19. Awal mula nama Kapasan dikarenakan dulunya kawasan ini banyak sekali hutan randu atau pohon kapas, kemudian masyarakat Surabaya lama memberikan nama Kapasan. Selain menjadi tempat pemukiman warga Tionghoa juga terdapat sebuah kuil atau klenteng yang bernama Boen Bio. Oleh karena itu kawasan Kapasan pada tahun 1900-an dinamakan Kapasan Boen Bio atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Kapasan Dalam. Pada saat ini mulai dikenal dan didatangi oleh pengunjung adalah Kampung Kapasan atau biasa disebut Kawasan Buaya Kapasan dan di tahun

2 yang lalu mulai mendapat julukan Kampung Kung-Fu dikarenakan pada zaman Hindia Belanda banyak sekali warga Tionghoa Kapasan disegani oleh pemerintah Hindia Belanda karena keberaniannya. Dalam perkembangannya kampung ini kemudian dikenal dengan keberadaan orang-orang yang pandai bela diri yang kemudian dipekerjakan di berbagai tempat hiburan, dan penjaga kemananan. Kampung Buaya Kapasan juga masih lekat dengan budaya Tionghoa yang berbentuk fisik dan non fisik, seperti sebuah kuil atau klenteng umat Tionghoa yang bernama Klenteng Boen Bio yang sudah berumur lebih dari seratus tahun. Kampung Kapasan masih menggambarkan pemukiman warga Tionghoa yang berbentuk kapling kecil dan masih terdapat rumah-rumah khas berarsitektur Tionghoa, salah satu cirinya dapat dilihat dari fasad yang memanjang dan pagar. Serta aktivitas kekerabatan warga Tionghoa yang sampai saat ini masih dilakukan, seperti arena berlatih Kung Fu juga masih bisa disaksikan di kampung ini. Di kampung ini terdapat juga sebuah acara kebudayaan tahunan yang disebut Sedekah Bumi atau Kelahiran Nabi Konghucu yang dirayakan dengan pertunjukan wayang dan tari-tarian barongsai yang melibatkan warga setempat dalam melaksanakan acara budaya turuntemurun ini. Artikel tentang potensi Kampung Kapasan ini pernah disampaikan dalam suatu artikel oleh Hifalobrain dalam National Geographic Indonesia Edisi Tanggal 27 Februari

3 Mereka masih berusaha mempertahankan warisan budaya yang ditinggalkan oleh leluhur, mereka rutin menggelar pertunjukkan wayang orang dan barongsai di lapangan kampung yang biasa dilakukan untuk merayakan hari lahir nabi Konghu-Cu (National Geographic, 2011) Melihat masih terdapatnya warisan budaya Tionghoa yang diliestarikan, keramahtamahan dan sifat terbuka masyarakat, living culture masyarakat yang erat dengan tradisi dan budaya warisan, serta sejarah dan citra kawasan yang unik, maka disadari bahwa potensi terebut merupakan sumber daya tarik bagi pengembangan pariwisata dalam bentuk budaya di Kampung Buaya Kapasan ini. Pada saat ini Kapasan telah menjadi salah satu daya tarik wisata minat khusus sejarah/budaya yang banyak mendatangkan kunjungan seperti Komunitas Jejak Petjinan Surabaya, Tour de Kampoeng dari beberapa universitas di Surabaya seperti Universitas Kristen Petra, hingga wisatawan. Berdasarkan kondisi dan potensi tersebut, maka sangat diperlukan upaya untuk mempertahankan citra kawasan, budaya, dan peninggalan sejarah melalui partisipasi masyarakat yang besar dalam pengembangan kepariwisataan di Kampung Buaya Kapasan. 3

4 Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Kampung Buaya Kapasan Sumber : Survey,

5 1.2 Perumusan Masalah Beberapa isu dan permasalahan yang dapat diangkat terkait dengan keberadaan Kampung Buaya Kapasan, Surabaya adalah sebagai berikut: 1) berkenaan dengan upaya pelestarian warisan budaya Kampung Buaya Kapasan dengan peninggalan arsitektur khas Tionghoa, sejarah, tradisi dan living culture masyarakat yang merupakan potensi untuk pengembangan pariwisata budaya (heritage), 2) berkenaan dengan peran serta dan paritisipasi masyarakat sebagai upaya untuk mempertahankan warisan tradisi dan budaya, serta mendukung pengembangan heritage tour berbasis masyarakat di Kampung Buaya Kapasan secara optimal, 3) berkenaan dengan perkembangan fungsi Kampung Buaya Kapasan sebagai kawasan heritage tourism yang terkait dengan persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap hal tersebut. Sejalan dengan perkembangan fungsi kawasan meningkatnya jumlah wisatawan yang semakin tertarik ke kampung ini, maka peran dan partisipasi masyarakat sangat penting. Sisi lain, telah banyak masyarakat pendatang sedangkan masyarakat asli telah berpindah untuk mengembangkan usahanya. Terkait dengan kondisi tersebut, beberapa pertanyaan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah : 5

6 1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap kunjungan wisata heritage tourism di Kampung Buaya Kapasan saat ini? 2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat terkait dengan upaya mempertahankan warisan budaya Kampung Buaya Kapasan untuk heritage tourism? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi motivasi masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan heritage tourism di Kampung Buaya Kapasan pada masa mendatang? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap heritage tourism di Kampung Buaya Kapasan. 2. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam melestarikan warisan budaya untuk pengembangan kegiatan pariwisata di Kampung Buaya Kapasan. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kegiatan heritage tourism di Kampung Buaya Kapasan pada masa mendatang. 6

7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini untuk selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan praktis sebagai berikut : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan wisata budaya (heritage tourism ), khususnya pada kawasan-kawasan sejenis dengan Kampung Buaya Kapasan yang terkait dengan persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap kepariwisataan. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana mendorong motivasi, peran, dan partisipasi masyarakat dalam rangka melestarikan potensi pariwisata budaya/ heritage terutama di kawasan kota lama. 1.5 Keaslian Penelitian Untuk dapat melihat bagaimana keaslian penelitian ini, dapat dilihat dari perbandingan tema peneliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilaksanakan. Keaslian penelitian dapat dilihat dari materi yang dibahas, lokasi penelitian maupun metode yang digunakan oleh peneliti terdahulu, seperti dapat dilihat di tabel berikut ini: 7

8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul Lokasi Metode Hasil Murniati D Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret ( Surakarta ) Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo) Desa Wirun,Sukoharjo Analisis deskriptif kualitatif. Adanya potensi wisata religi dan pengembangan desa wisata melalui partisipasi masyarakat Desa Wirun. Suwardi, M.Hum. Pusat Studi Budaya (UNY) Pengembangan Desa Budaya Nitiprayan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Sebagai Alternatif Pemberdayaan Wisata Kultural Di Era Otonomi Daerah Nitiprayan, Bantul Kualitatif dengan pendekatan fenomologi model paradigm naturalistic. - Visi dan misi wisata cultural Desa Nitiprayan. - Potensi Desa Nitiprayan sebagi wisata kultural Wulandari I Institut Pertanian Bogor Implementasi Manajemen Kolaboratif Dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat ( Studi Kasus : Kampung Citalahab Sentral - Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat) Kampung Citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak ) Kualitatif dengan tipe studi kasus intrinsic. - Pelaksanaan dan program ekowisata yang melibatkan masyarakat - Manfaat kolaboratif ekowisata berbasis masyarakat Christy Widyawati MPAR UGM 10/310736/PTK/07328 Analisis Pengaruh Heritage Tour Terhadap Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus: Kampung Buaya Kapasan, Surabaya Kapasan Dalam, Surabaya Kualitatif dengan pendekatan analisis deduktif rasionalistik - Persepsi masyarakat - Peluang keterlibatan (partisipasi) - Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi 8