BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Lanny Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan setiap manusia dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun dengan saudara kembarnya sendiri. Salah satu kategori usia yang menarik untuk dibahas yaitu remaja, terutama mahasiswa dengan segala karakteristiknya. Mahasiswa yang sering disebut sebagai komunitas terdidik, cerdas, memiliki berbagai keterampilan dan bervisimasa depan, dituntut kiprah dan peran positifnya di tengah kehidupan masyarakat. Secara umum dapat dikatakan, mahasiswa adalah bagian dari generasi muda atau anak bangsa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia memiliki Visidan Misi tertentu, salah satunya adalah di Universitas X sebagai Universitas Islam. Visidan Misi Universitas X tersebut jelas bertujuan untuk membentuk cendekiawan muslim dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islami serta berdaya saing tinggi, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra, dan seni yang berjiwa Islam, turut serta membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur serta mendapat ridla Allah SWT, dan mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat (Visi&Misi Universitas X,
2 Selanjutnya, di dalam buku Panduan Admisi Mahasiswa Baru (2012/2013) pada Universitas X dijelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang diagendakan rutin setiap tahunnya guna menunjang eksistensi sebagai Universitas Islam. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: (1) Pesona Ta aruf yaitu kegiatan perkenalan/ta aruf sesama mahasiswa baru, (2) Orientasi Nilai Dasar Islam (ONDI) yaitu pengenalan nilai dasar Islam bagi mahasiswa baru, kelulusan ONDI sebagai syarat mengambil mata kuliah Studi Kepemimpinan Dasar Islam, dan (3) Placement Test Agama yaitu tes pengelompokan kemampuan pemahaman keislaman bagi mahasiswa baru sebagai pedoman dalam pengelompokan pembinaan keagamaan. Selain itu, terdapat Mata Kuliah Wajib Institusi seperti: BTAQ, PDPI, PAI I, PAI II, SKI, ONDI, LKID, dan lain sebagainya (Buku Panduan Akademik, 2013). Sebagai bagian dari Universitas X, untuk lebih memberi bobot dari sikap dan perilaku yang sesuai dengan Visidan Misi, maka sosok mahasiswa harus memiliki identitas sebagai insan religius. Dengan identitas ini, maka mahasiswa Universitas X harus memiliki landasan moral yang kuat sebagai manifestasi dari ajaran agama Islam. Dengan demikian, mahasiswa Universitas X idealnya harus memiliki identitas diri yang baik yang dapat mengarahkan ucapan, perbuatan, serta pemikirannya bernafaskan Islam. Identitas diri, jelas diperlukan mahasiswa dalam menjalankan kehidupannya baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus. Menurut Marcia terdapat dua dimensi dari proses identitas yaitu eksplorasi dan komitmen. Mengacu pada dua dimensi tersebut, Marcia membedakan empat tipe status
3 identitas yaitu identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, dan identity achievement. Marcia mengatakan bahwa individu yang sudah sampai pada tahap identity achievement bilamana telah sukses mencapai identitas dalam berbagai bidang di kehidupannya, seperti pada bidang ideologi, agama, politik, hubungan dengan orang lain dan pekerjaan (Marcia, 1980). Dalam konteks penelitian ini hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana mahasiswa memandang dirinya, bagaimana mahasiswa memegang peranan identitas dirinya sebagai mahasiswa muslim, bagaimana mahasiswa mampu beradaptasi di lingkungan kampus, bagaimana cara mahasiswa mentaati peraturan yang berlaku, bagaimana mereka menyikapi persoalan dengan mahasiswa lain, dan sebagainya. Mahasiswa dalam tahapan perkembangannya termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu usia 18 sampai 22 tahun. Salah satu tugas perkembangan dalam masa remaja akhir adalah mahasiswa sudah mempunyai identitas diri yang matang atau identity achievement. Akan tetapi fenomena yang terjadi, masih ada mahasiswa yang mengalami kebingungan identitas. Mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai dirinya, akan lebih besar kemungkinannya hidup dalam ketidakpastian serta tidak mampu menyadari keunggulan maupun kekurangan yang ada pada dirinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gardner (1992) bahwa seorang individu yang tidak memiliki identitas diri yang baik, maka individu tersebut akan menjadi individu yang tidak percaya diri dan tidak memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri.
4 Menurut Fuhrmann (1990) individu yang belum mencapai identity achievement adalah mereka yang masih mengalami krisis identitas. Mereka belum memiliki kesadaran sosial dan konsep penguasaan kognitif terhadap lingkungan (Fuhrmann, 1990). Mahasiswa yang belum mencapai identity achievement berarti mereka yang sedang mengalami kebingungan dan krisis identitas. Kebingungan dan krisis identitas yang dimaksudkan adalah mahasiswa yang mengabaikan identitas dirinya sebagai mahasiswa muslim. Mahasiswa seharusnya tahu apa saja yang menjadi peraturan yang diberlakukan oleh Universitas X dan peraturan agama. Namun masih ada mahasiswa Universitas X, khususnya mahasiswa perempuan atau mahasiswi yang hanya paham peraturan Universitas tetapi kurang paham peraturan agama. Sebagai contoh, mahasiswi memang menaati peraturan di Universitas X untuk berbusana muslimah dan memakai jilbab, tetapi mereka membuka jilbabnya ketika sedang berada di luar lingkungan kampus. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 26 dan 27 November 2015 pada empat mahasiswi. Hasil wawancara menunjukkan bahwa menurut keempat mahasiswi tersebut, kewajiban menutup aurat dan berjilbab tetap mereka taati karena hal tersebut merupakan peraturan mutlak dari Universitas X. Namun di luar itu, kebebasan dalam berpakaian bukan menjadi suatu kewajiban bagi mereka. Jadi, ketika di luar lingkungan kampus mereka bebas memilih untuk berbusana seperti apa, termasuk tidak berjilbab. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka peneliti melakukan observasi di luar lingkungan kampus pada tanggal November 2015 dan 10 Januari 2015 yaitu di pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza, sekitar Malioboro,
5 dan sepanjang jalan UGM (saat kegiatan Sunmor UGM). Hasil observasi dan wawancara singkat menunjukkan bahwa dari 50 perempuan berbusana ketat, tidak menutup aurat atau tidak berjilbab, sebanyak 20 orang adalah mahasiswi Universitas X. Observasi juga dilakukan pada salah satu media sosial Instagram. Peneliti menemukan beberapa akun yang memuat foto-foto mahasiswi yang tidak berjilbab. Akun-akun di Instagram tersebut ( dan masih ada beberapa akun lain tetapi di kunci sehingga peneliti tidak bisa melihat foto-foto yang diunggah pada akun-akun tersebut. Contoh lain adalah cara berbusana mahasiswi masih ada yang tidak sesuai dengan ketentuan Universitas X. Peraturan Universitas no: 460/SK- Rek/Rek/X/2001 ( bab II pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap mahasiswa (putri) diwajibkan memakai busana muslimah selama berada di lingkungan Universitas. Kemudian pada bab III pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa setiap mahasiswa (putri) selama berlangsungnya proses belajar-mengajar, dilarang: memakai busana yang terlihat auratnya, memakai busana ketat, memakai busana yang transparan, memakai kaca mata gelap, memakai make-up secara berlebihan, merokok, memakai sandal atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Realita yang ada, masih ada mahasiswi yang memakai pakaian hanya melapisi badannya dengan celana atau baju yang ketat, tembus pandang, atau memakai jilbab yang tidak sampai menutup dada. Hal tersebut peneliti buktikan dengan melakukan observasi pada tanggal 24 November
6 2015 di lingkungan kampus FPSB. Hasil observasi menunjukkan bahwa ada mahasiswi yang memakai celana jeans ketat, memakai jilbab tidak sampai menutup dada, dan ada beberapa mahasiswi yang memakai make up secara berlebihan. Untuk memperkaya informasi, peneliti juga melakukan pre-study berupa pengukuran tingkat identity achievement pada mahasiswi di Universitas X, dengan menyebarkan sebanyak 50 angket. Hasilnya menunjukkan tingkat identity achievement pada mahasiswi di Universitas X berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 20 (40%). Hal tersebut menggambarkan bahwa mahasiswi di Universitas X belum sepenuhnya mencapai identity achievement. Berdasarkan beberapa uraian di atas menunjukkan bahwa berbagai permasalahan tersebut mengindikasikan mahasiswi Universitas X belum mencapai identity achievement dalam domain ideologi, khususnya dalam hal agama seperti yang dijelaskan oleh Marcia bahwa identity achievement memiliki dua domain utama yaitu ideologi dan interpersonal. Masing-masing ideologi tersebut memiliki subdomain, yang akan dijelaskan lebih rinci pada bab II. Mahasiswi di Universitas X berarti tidak memiliki komitmen yang cukup kuat terutama dalam penerapan agama maupun aturan dari Universitas. Beberapa contoh yang sudah disebutkan menjadikan peneliti penasaran untuk mengulik lebih dalam tentang bagaimana identitas diri mahasiswi di Universitas X dalam tahapan identity achievement. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa peneliti memfokuskan topik penelitian ini yaitu identity achievement pada mahasiswi di Universitas X.
7 Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi identitas. Fuhrmann (1990) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan identitas yaitu: pola asuh, homogenitas lingkungan, model untuk identifikasi, pengalaman masa kanak-kanak, perkembangan kognisi, sifat individu, pengalaman kerja, dan identitas etnik. Individu dalam usaha pencapaian identitas dirinya membutuhkan usaha yang besar, mulai dari mengeksplorasi dan menyelesaikan krisis identitas. Untuk itu diperlukan rasa ingin tahu dan keinginan yang kuat dalam diri individu untuk mengadakan eksplorasi, mengontrol setiap peristiwa yang terjadi guna membantu mencapai identity achievement. Kontrol individu terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi inilah yang disebut sebagai locus of control. Myers (2012) mengemukakan bahwa locus of control adalah sejauh mana orang merasakan hasil sebagai sesuatu yang dikendalikan secara internal oleh usaha mereka sendiri atau eksternal oleh kebetulan atau kekuatan diluar dirinya. Individu yang melihat diri mereka sendiri dikendalikan secara internal cenderung berhasil di sekolah, berhenti merokok, mengenakan sabuk pengaman, menangani masalah perkawinan secara langsung, mendapat penghasilan yang besar, dan menunda kegembiraan instan untuk meraih tujuan jangka panjang (Findley & Cooper, dalam Myers 2012). Mengacu pada pernyataan tersebut, mahasiswi yang memiliki locus of control internal berarti telah mampu mengatasi krisis identitasnya sebagai mahasiswi muslim. Sedangkan mahasiswi yang memiliki locus of control yang eksternal, maka mereka masih mengalami kebingungan dan krisis identitas yang disebabkan oleh hal lain diluar dirinya sendiri.
8 Berdasarkan beberapa kasus pada mahasiswi di Universitas X yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswi tersebut memiliki tingkat locus of control eksternal yang ditandai dengan kurangnya keinginan dan keyakinan yang kuat pada diri mahasiswi dalam mengintegrasikan nilai-nilai islam sebagai mahasiswi muslim, sehingga proses pencapaian identity achievementnya kurang berjalan dengan lancar atau terhambat. Sedangkan mahasiswi yang memiliki tingkat locus of control internal, berarti idealnya mereka sudah mampu mengatasi krisis identitas dirinya memiliki komitmen sebagai mahasiswi muslim. Selanjutnya, peneliti merumuskan bahwa locus of control dan identity achievement pada mahasiswi di Universitas X perlu dikaji lebih dalam, dimana mahasiswi di universitas X termasuk dalam kategori remaja akhir yang idealnya sudah sampai dalam tahapan pencapaian identitas (identity achievement). Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui locus of control yang dimiliki mahasiswi di Universitas X apakah internal atau eksternal. Maka, pertanyaan dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara locus of control dan identity achievement pada mahasiswi di Universitas X? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan subjek mahasiswi di Universitas X dari berbagai fakultas dan program studi. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara locus of control dan identity achievement pada mahasiswi di Universitas X.
9 C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperluas serta memperdalam pengetahuan yang sudah ada. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang identity achievement yang dimiliki mahasiswi di Universitas X dalam kaitannya dengan locus of control yang dimiliki mahasiswi. 2. Manfaat Praktis Keseluruhan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswi di Universitas X yang belum mencapai identity achievement. Sehingga mahasiswi dapat menyesuaikan sikap dan perilakunya dalam pencapaian identitas dirinya. D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Identity Achievement telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya adalah Agnes (2009) yang melakukan penelitian tentang Self-Identity by Teenagers Having Stepmother yang bertujuan untuk melihat bagaimana pencapaian identitas diri pada remaja yang memiliki ibu tiri dan faktor apa saja yang mempengaruhi pencapaian identitas diri pada remaja tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian identitas diri subjek kurang baik, tetapi subjek memiliki beberapa komponen yang
10 mendukung pencapaian identitas diri ke arah yang lebih baik, antara lain komponen fisik, pekerjaan, seksual, sosial, dan filsafah hidup. Kemudian Kusumaningrum (2009) meneliti tentang Hubungan Komunikasi Orangtua-Remaja dengan Identity Achievement Pada Remaja Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara komunikasi orangtua-remaja dengan identity achievement. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi orangtua-remaja dengan identity achievement pada remaja akhir. Selain itu, Verasari (2007) melakukan penelitian yang berjudul Peran Mawadah dan Rahmah dengan Identity Achievement Pada Remaja Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara mawadah dan rahmah dengan identity achievement pada remaja akhir. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara mawadah dan rahmah dengan identity achievement pada remaja akhir. Selanjutnya, Angesti (2014) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kelekatan Terhadap Orangtua dan Identity Achievement Pada Remaja Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara kelekatan terhadap orangtua dengan identity achievement pada remaja akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka penjelasan mengenai keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut:
11 1. Keaslian Topik Kusumaningrum (2009) dan Angesti (2014) melakukan penelitian dengan topik Identity Achievement pada remaja akhir. Agnes (2009) dan Verasari (2007) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama. Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan topik yang sama yaitu identity achievement. Bedanya, pada penelitian ini mengaitkan identity achievement dengan variabel locus of control. Sedangkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya mereka mengaitkan variabel identity achievement dengan variabel lain seperti kelekatan terhadap orangtua (Angesti, 2014). 2. Keaslian Teori Penelitian yang dilakukan oleh Verasari (2007) menggunakan teori yang dikemukakan oleh Marcia (1993), sama seperti teori yang digunakan pada penelitian lain yaitu Kusumaningrum (2009) dan Angesti (2014). Pada penelitian ini, peneliti juga memilih untuk menggunakan teori seperti yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu teori dari Marcia (1993). Sedangkan untuk locus of control menggunakan teori dari Rotter. 3. Keaslian Alat Ukur Penelitian yang dilakukan oleh Verasari (2007) menggunakan Skala Identity Achievement dengan mengacu aspek yang dikemukakan oleh Marcia (dalam Sprinthall dan Collins, 1995). Sedangkan pada penelitian ini, untuk mengukur identity achievement menggunakan alat ukur The Extend Objective Measure of Ego Identity Status Revised II (EOMEIS-2R) yang dibuat oleh Adams, dkk (Adams, 1998) berdasarkan teori Marcia dengan hanya
12 mengambil 16 aitem soal seperti yang digunakan pada penelitian lain oleh Angesti (2014). Kemudian untuk mengukur locus of control, peneliti menggunakan skala Locus of Control Instrument hasil pengembangan Pettijohn (2004) berdasarkan teori Rotter. 4. Keaslian Subjek Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2009) dan Angesti (2014) menggunakan subjek berupa remaja akhir usia tahun. Pada penelitian ini, peneliti juga memilih subjek dalam kategori remaja akhir, namun peneliti mengkhususkan subjek yaitu mahasiswi di Universitas X dari berbagai fakultas dan program studi sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2004), bahwa untuk. A. Identifikasi Variabel Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian harus menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini sangat penting agar dapat mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. IV, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: pada masa remaja awal. Sedangkan pada subyek A memutuskan untuk
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah didapat dan dijelaskan dalam Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Ketiga subyek memiliki persamaan dan perbedaan dalam
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun
BAB V PEMBAHASAN Populasi pada penelitian ini ialah para mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di IAIN Tulungagung yang terdiri dari tiga jurusan yaitu akuntansi syariah, ekonomi syariah
Lebih terperinciProses Dan Tahapan Pembinaan Aagama Di UII (Ondi, Pesantrenisasi Dan LKID)
Proses Dan Tahapan Pembinaan Aagama Di UII (Ondi, Pesantrenisasi Dan LKID) [caption id="attachment_135" align="alignleft" width="133"] Tian Wahyudi, S. PdI[/caption] Salah satu tantangan perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperinciPSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT
Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, sehingga wanita mudah dikenal melalui pesan penampilan atau hijab yang dikenakan. Melalui hijab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa remaja merupakan masa yang sangat riskan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul, baik permaslahan yang muncul dari dalam maupun dari luar individu.
Lebih terperincimedia sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif (http://www.depdiknas.go.id). Pemerintah Indonesia khususnya
BAB I Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maka standarisasi pendidikan nasional menjadi lebih tinggi, mutu dan daya saing bangsa menjadi lebih kompetitif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Erikson (dalam Papalia & Feldman, 2014 ) mendefinisikan identitas sebagai konsep yang berhubungan tentang diri yang membuat tujuan-tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dari berbagai macam bidang serta membentuk karakter dan kepribadian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang
Lebih terperincimateri tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta
materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA-REMAJA DENGAN IDENTITY ACHIEVEMENT PADA REMAJA AKHIR. Jatika Kusumaningrum Hepi Wahyuningsih INTISARI
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA-REMAJA DENGAN IDENTITY ACHIEVEMENT PADA REMAJA AKHIR Jatika Kusumaningrum Hepi Wahyuningsih INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sebagian besar remaja tunanetra usia 18-22 tahun yang mengikuti program rehabilitasi di PSBN Wyata Guna Bandung memiliki status identitas bidang vokasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelarangan penggunaan jilbab sebagai atribut Islam sangat ketat di beberapa negara. Setelah umat Islam mendapat kemerdekaan menggunakan segala bentuk atribut Islam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat Indonesia menganggap pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama dalam hal mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup
Lebih terperinciBAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga
BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di masa depan? Apa peranan saya bagi dunia? Mungkin pertanyaan-pertanyaannya tersebut merupakan pertanyaan
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman
Lebih terperinciBAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS
BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS 1. Disiplin Mahasiswa Berdasarkan SK Rektor tanggal 21 Oktober 2001 No. 460/SK-Rek/Rek/X/2001, mahasiswa yang melanggar peraturan disiplin mahasiswa akan dikenakan sanksi
Lebih terperinciKODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA
KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP SILIWANGI BANDUNG SURAT KEPUTUSAN KETUA STKIP SILIWANGI BANDUNG TENTANG KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA STKIP SILIWANGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting saat ini dimana masyarakat dituntut menjadi SDM yang berkualitas. Hal tersebut bisa didapat salah satunya melalui
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang
Lebih terperinciSeperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh (Carolyn, 2002) di
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: a. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada harga diri karyawan. Path-goal leadership theory membantu
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Ethnic Identity pada Remaja Akhir Batak Karo yang Lahir dan Dibesarkan di Bandung pada Gereja X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai khalifah manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara, dan memakmurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,
BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA Bismillahirrahmanirrahim REKTOR UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian menjadi isu menarik sejak 10 tahun terakhir diseluruh agama, Pakaian menjadi penanda bagi keberagamaan seseorang, seperti jilbab, jubbah dan penutup kepala.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciSARANA 1) Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku; dan 2) Rapat-rapat pimpinan Universitas, Program Pascasarjana, dan Program Studi.
TUJUAN 1) Memberikan penegasan tentang tata-cara pengaduan atas pelanggaran kode etik di PPs Unsyiah; dan 2) Memberikan pedoman bahwa proses pengaduan pelanggaran kode etik dan mekanisme penegakan etika
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO
BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan:
BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Regresi pertama adalah regresi linear berganda yang dimana Ha (hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah sekelompok kecil dari masyarakat yang berkesempatan mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam mendalami bidang yang diminatinya di perguruan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PENELITIAN
BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan
62 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pengumpulan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH BAGI SISWA, MAHASISWA DAN KARYAWAN BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa salah satu perwujudan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Selama masa hidupnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves
Lebih terperinciKODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA
KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Nomor : Un.03/PP.0.09/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang terdiri atas lebih kurang pulau ini dihuni oleh lebih dari 300
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara kepulauan. Penduduk Indonesia tahun 2010 sejumlah 237.556.363 jiwa, terdiri atas 119.507.580 pria dan 118.048.783 wanita. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciPANDUAN PKBR Pengertian Fungsi PKBR Tujuan PKBR
PANDUAN PKBR Pengertian Pembinaan karakter berbasis Religi (PKBR) dalam suatu sistem pendidikan merupakan suatu pembinaan kepribadian atau karakter yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Setelah dilakukan penelitian, kajian pustaka dan analisis data film Cinta Subuh mengenai nilai-nilai Islami di dalam film tersebut, maka dapat dikatakan bahwa film ini banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif dengan menerapkan psikologi positif dalam pendidikan. Psikologi positif yang dikontribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Pesatnya pangsa pasar yang disebabkan oleh semakin dinamisnya perokonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mingkin, karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak maupun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun psikologis menuju
Lebih terperinci