Wawancara. Memakai temuan untuk. Kebutuhan. mengklarifikasi benefisiari yang dituju

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wawancara. Memakai temuan untuk. Kebutuhan. mengklarifikasi benefisiari yang dituju"

Transkripsi

1 108

2 Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga No. Indikator Penjelasan Pertanyaan Instrumen Komponen Konteks 1. Identifikasi Memakai temuan untuk Apa yang menjadi kebutuhan Wawancara Kebutuhan mengklarifikasi benefisiari yang dituju Memakai temuan untuk menilai efektivitas dari program yang dijalankan sekolah sehingga menjalankan program SKS? Apakah terdapat manfaat bagi sekolah dengan diselenggarakannya program SKS? Latar Belakang dilaksanakan program Latar belakang sekolah melaksanakan program SKS Apa yang melatarbelakangi sekolah untuk menerapkan program SKS? Wawancara Kebijakan dari Undang-undang dan Apakah pelaksanaan program Wawancara 109

3 Pemerintah kebijakan dari SKS dilakukan atas inisiatif Studi pemerintah yang sekolah ataukah ada dokumentasi menaungi program penunjukan dari dinas pendidikan? Apakah sudah terdapat undang-undang yang mengatur pelaksanakan program SKS? Apa saja syarat yang harus dipenuhi sekolah agar dapat menjalankan program SKS? Visi dan Misi Memakai temuan untuk Apakah tujuan yang Wawancara Sekolah menelaah dan merevisi melatarbelakangi kebutuhan Studi secara tepat kebutuhan akan program SKS sudah dokumentasi sekolah dengan tujuan diterapkan dalam visi misi dari program seusai sekolah? /belum 110

4 2. Rencana Pelaksanaan Mekanisme Pelaksanaan Komponen Masukan (Input) Memastikan bahwa Apakah sebelum dilaksanakan strategi program program sudah dibuat rencana memungkinkan untuk pelaksanaannya terlebih memenuhi kebutuhan dahulu? yang diperlukan Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan rencana pelaksanaan program? Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan rencana pelaksanaan program? Apakah siswa mendapatkan buku petunjuk pelaksanaan program SKS? Mengetahui mekanisme Apakah terdapat petunjuk program untuk pelaksanaan dan petunjuk memenuhi kebutuhan teknis dari program SKS yang Wawancara Studi dokumentasi Wawancara Studi dokumentasi 111

5 dibuat oleh sekolah? Observasi Sudahkah dilakukan pelatihan bagi guru sebelum melaksanakan program? Sudahkah dilakukan sosialisasi kepada peserta didik dan orangtua tentang program SKS? Guru Menilai ketercukupan Bagaimana latar belakang guru Wawancara SDM sebagai faktor sebagai pelaksana program, Studi pendukung dalam sudahkah semua guru Dokumentasi menjalankan program memenuhi kompetensi pedagogis. Kepribadian, sosial dan profesional? Sudahkah terjadi koordinasi yang baik dari pihak penanggungjawab (kepala 112

6 skeolah,bagian kurikulum) dengan pihak pelaksana (guru) program? Peserta didik Menilai ketercukupan Apakah peserta didik sudah Wawancara SDM sebagai faktor dapat beradaptasi dengan baik Studi pendukung dalam dengan program SKS? dokumentasi menjalankan program Apakah terdapat perbedaan ketercapaian nilai dari sebelu dilaksanakan program dan sesudah dilaksanakan program? Apakah peserta didik memahami mekanisme pelaksanaan program SKS dengan baik? Pembiayaan Melihat ketercukupan Darimana sumber biaya bagi Wawancara biaya bagi kebutuhan keberlangsungan program SKS? Studi 113

7 program Apakah terdapat sumber dana Dokumentasi lainnya sebagai dana pendukung program? Sarana dan Melihat ketersediaan Apakah sekolah sudah memiliki Wawancara Prasarana sarpras bagi kebutuhan sarana prasarana yang Studi program memadai bagi keterlaksanaan Dokumentasi program? Observasi Jadwal Bagaimana cara pihak sekolah Wawancara mengatur jadwal agar sesuai Studi dengan program SKS? Dokumentasi Apakah jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum dapat dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana? Apakah kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dnegan jadwal yang 114

8 direncanakan? Apakah terdapat kendala dalam membuat dan melaksanakan jadwal? Komponen Proses 3. Persiapan Guru Memakai temuan untuk mengontrol dan memperkuat aktivitas SDM Bagaimana persiapan guru dalam mengajar dengan program SKS, apakah diperlukan persiapan khusus? Pelaksanaan Memakai temuan untuk Apakah guru memiliki strategi SKS mengontrol dan khusus dalam mengajar? memperkuat aktivitas Apakah pelaksanaan program SDM SKS sudah berjalan dengan baik ataukah masih terdapat kendala-kendala yang belum bisa teratasi? Apakah pelaksanaan program Wawancara Studi Dokumentasi 115

9 4. Ketercapaian tujuan SKS sudah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah dibuat? Bagaimana cara penyusunan hasil belajar peserta didik, apakah terdapat perbedaan untuk setiap mata pelajaran? Bagaimana dengan hasil evaluasi peserta didik, apakah mengalami peningkatan? Apakah orangtua peserta didik dapat memahami dnegan jelas apa yang dipaparkan dalam hasil belajar anaknya? Komponen Produk Menialai apakah Apakah program sistem kredit pelaksanaan sudah semester sudah berjalan sesuai Wawancara 116

10 Keberlanjutan program sesuai dengan tujuan Menilai apakah ada keberlanjutan program rencana awal? Apakah pelaksanaan program SKS sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan? Perlukah dilakukan perbaikan bagi program SKS di SMA N 1 Salatiga? Jika ya, tentang apa saja? Apakah program SKS akan terus digunakan di masa yang akan datang? Menurut pendapat Anda, apakah program SKS perlu ditiru oleh sekolah-sekolah lain? Apakah terdapat perbedaan yang dirasakan dengan adanya program SKS? 117

11 Lampiran 2 Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana No Sarana Prasarana 1. Jenis ruangan dan halaman Nama barang Ruang pembelajaran Halaman tempat upacara Kantor Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah Kantor guru Kamar mandi/wc Ruang perpustakaan Ruang Multimedia Ruang UKS Ruang Bimbingan Ruang Komputer Laboratorium Fisika Laboratorium Kimia Laboratorium Biologi Laboratorium Bahasa Ruang Agama Mushola Ruang tamu Ada/tidak ada Kondisi Jml Ket 118

12 2. Kelengkapan sarana kerja dan pendukung pembelajaran Ruang sarana dan prasarana Gedung Serba Guna Ruang Komite Ruang kerajinan Gudang Tempat parkir Kantin Dapur Papan tulis/whiteboard, kapur/marker, penghapus Meja, kursi peserta didik Meja kursi guru Almari/rak penyimpanan arsip Alat praktikum Biologi Alat praktikum Kimia Alat praktikum Fisika Alat peraga Rak buku Speaker Mikrofon Televisi Radio 119

13 3. Kelengkapan administrasi pembelajara 4. Bahan Pustaka Tape Recorder Komputer LCD Rak buku Jadwal pembelajaran Silabus RPP Prota Promes Rencana harian Daftar hadir peserta didik Buku persuratan Daftar nilai Buku cetak/buku pelajaran Buku fiksi (novel,dsb) Buku non fiksi Koran VCD pembelajaran 120

14 Lampiran 3 Pedoman Studi Dokumen Program SKS Aspek Komponen Sub Komponen Hasil Terdapat visi dan Konteks Visi dan Misi misi sekolah Sekolah berkaitan dengan program SKS Masukan (Input) Surat Keputusan berkaitan dengan program SKS Silabus Guru Terdapat SK yang berkaitan dengan program SKS Prota, Promes, Silabus, RPP, Rencana Harian, KRS (Kartu Hasil Studi), Jadwal, Pembagian Kelas Lintas Minat, Identitas guru Peserta didik Data peserta didik 121

15 Proses Hasil (produk) Pembiayaaan Sarana Prasarana Jadwal Penilaian hasil pembelajaran ketercapaian tujuan RKAS Data sarpras Pembagian jam mengajar dna mata pelajaran tiap kelas -daftar nilai -instrumen penilaian Data ketercapaian tujuan 122

16 Lampiran 4 123

17 Lampiran 5 Kartu Rencana Studi 124

18 Lampiran 6 Jadwal 125

19 Lampiran 7 Laporan Hasil Belajar Peserta Didik 124

20 Lampiran 8 Pembagian Kelas Lintas Minat 125

21 Lampiran 9 Surat Keterangan 126

22 LAMPIRAN 10 : SKRIP HASIL WAWANCARA 1. KEPALA SEKOLAH (KS) Tanggal wawancara : 2 September 2015 Tempat wawancara : Kantor Kepala Sekolah No Pertanyaan 1. Apa yang menjadi kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga? 2. Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga? Konteks Jawaban SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran. Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada kelas percepatan dimana harus ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya, jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu. Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus menunggu temantemannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga. Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. Pelaksanaan program SKS ini karena adanya penunjukan dari Dinas Pendidikan, setelah adanya evaluasi dan sebagainya kita memang ditetapkan untuk melaksanakan program SKS. Hampir semua sekolah ex-rsbi ditunjuk untuk melaksanakan SKS, misalnya SMA 3 Semarang, SMA Pati, dsb. Awalnya SMAN 1 Salatiga dianalisis terlebih dahulu, cocok tidak jika menerapkan SKS, setelah hasil evaluasi 127

23 3. Apakah terdapat buku panduan dari Dinas Pendidikan bagi pelaksanaan program SKS? 4. Siapakah yang membuat buku panduan pelaksanaan SKS di SMAN 1 Salatiga? 5. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka apa saja kriteria agar sekolah dikatakan layak melaksanakan program SKS? muncul dan ternyata bisa menerapkan program SKS maka munculah SK pelaksanaan program SKS. Sekolah membuat panduan sendiri dengan melihat situasi dan kondisi sekolah, tentunya pelaksanaan SKS di masing-masing daerah berbeda-beda, misalnya panduan SKS di SMAN 1 Salatiga tentunya tidak sama dengan panduan di SMA Pati, dll. Maka kami melakukan analisis terlebih dahulu hingga akhirnya bisa membuat buku panduan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di SMAN 1 Salatiga. Ada tim khusus mbak, ada Kepala Sekolah, ada bagian kurikulum, dan tim pengembangan kurikulum yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui SK. Sebenarnya tidak ada kriteria khusus bagi sekolah agar bisa menerapkan SKS, hanya saja sudah siapkah sekolah tersebut melaksanakan SKS, dilihat dari sumber daya yang ada baik guru,murid dan sarana prasarananya. Sebenarnya SKS ini mata pelajarannya juga sama dengan kurikulum biasanya, hanya pengemasannya saja dnegan cara yang berbeda. Kan tetap ada IPA, Matematika, dll, tidak ada yang berbeda. Sebenarnya Kurikulum 2013 (K13) kan sudah mengarah ke program SKS dengan adanya IPK, karena memang dirasa belum siap akhirnya dicabut dan dihentikan sementara. Padahal dengan SKS ini memberikan peluang bagi anak untuk memilih mata pelajaran yang disukai, misalnya suka pelajaran Biologi, tapi tidak menyukai Fisika, maka anak tersebut dapat mengambil jurusan IPS dengan lintas minat Biologi. Jurusan IPS pun bisa mengambil kedokteran di perguruan tinggi, asalkan lintas minatnya kan di berbagai mata pelajaran IPA. Menurut saya K13 yang mengarah ke SKS ini bagus, hanya mengubah mindset orang 128

24 6. Apakah tujuan yang melatarbelakangi dilaksanakannya program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah? 1. Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan prencanaan program? 2. Dalam pelaksanaannya saja yang susah, cuma kendalanya di penilaian, tapi penilaianpun kalau sudah dipersiapkan dengan baik hasilnya pun akan bagus dan mudah. Sebenarnya dengan melaksanakan K13 sekolah-sekolah lain secara tidak langsung juga telah melaksanakan SKS. Apalagi sekarang kelas akselerasi kan sudah dihentikan, nah salah satu solusi ya dengan program SKS ini, dengan program SKS maka bisa membuka kelas pengayaan dengan percepatan yang ditempuh dalam waktu 2 tahun, adalagi kelas pengayaan olimpiade yang bisa ditempuh dalam waktu 3 tahun. Kelas percepatan inipun bisa dilaksanakan di sekolah jika sudah mengantongi ijin dari Dinas pendidikan melalui SK. Sudah. Visi misi ini dibuat saat ada rapat manajemen mutu sekolah, ada Kepala Sekolah, ada WaKa masingmasing bidang beserta staf-stafnya kemudian dirapatkan dan muncullah visi misi tersebut. Hampir 25% dari jumlah guru dan staf yang terlibat dalam rapat, jadi menurut saya sudah mewakili dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada di SMAN 1 Salatiga, karena tidak mungkin jika semuanya diundang, nanti hasilnya malah tidak maksimal jika terlalu banyak orang sehingga terlalu banyak pendapat. Input Tentu saja sudah. Dalam perencanaannya kami melakukan IHT, semacam matrikulasi cara menggunakan SKS itu bagaimana, karena yang kami pakai kan bukan SKS murni, tapi SKS semi paket, sehingga perlu di ploting. Kan kalau tidak diploting nanti terjadi kebingungan, bagaimana gurunya, siswanya, dsb, sehingga ada kuota yang pasti. Agar terjadi pemerataan kelas, sehingga dari segi guru jam mengajarnya pun dapat terpenuhi, dari siswanya juga terpenuhi. Tidak mbak, kan semuanya juga demi kepentingan guru juga. Misalnya 129

25 apakah pernah terjadi kekurangan peserta didik bagi mata pelajaran tertentu? 3. Dalam pelaksanaannya pernahkah terjadi kendala kekurangan siswa? 4. Apakah sudah ada koordinasi yang baik antara penangungjawab program dengan pelaksana program? 5. Apakah terdapat kendala yang belum dapat teratasi sampai Matematika itu kan mata pelajaran yang paling diminati siswa, nah kalau dibuka banyak bisa-bisa mata pelajaran lain tidak kebagian siswa, sehingga kami batasi jumlah mata pelajaran tertentu, sehingga jumlah siswanya pun merata untuk masing-maisng mata pelajaran lain, seperti IPS, PKn, dll. Kebijakan kami kan juga mengacu pada UU guru dan dosen, kan jika guru mengajar kurang dari 24 jam seminggu nanti bisa saja sertifikasinya tidak keluar, jika anaknya kurang dari 20 siswa juga tidak keluar. Misalnya pelajaran bahasa inggris, kuotanya 20 siswa, jika sudah terpenuhi ya kami cut, jadi siswa yang lain harus mengambil mata pelajaran lainnya. Ya, walaupun setengah dipaksa, tapi kan tidak masalah. Sebelum dapodik berjalan, walau kekurangan siswa mata pelajaran tersebut tetap berjalan, namun dengan adanya dapodik kan pihak sekolah juga mengusahakan agar guru dapat memenuhi jam mengajarnya. Ya bukannya memaksakan kehendak kepada anak, tetapi kami juga harus memikirkan kepentingan guru juga, sehingga tidak ada yang dirugikan dengan adanya program SKS. Tentu saja sudah. Pelaksana program di sini yang dimaksud adalah guru bisa langsung menyampaikan kendalakendala dalam program langsung kepada bagian kurikulum, atau bisa juga saya menegaskan lagi waktu pembinaan hari Senin kita sampaikan juga. Dari bagian kurikulum menyampaikan adanya masukan dari si A, si B dan kendala-kendala yang terjadi berserta solusinya di saat pembinaan, sehingga pelaksana program lainnya juga mengetahui adanya kendala beserta solusinya. Saya kira sudah tidak ada. Semua kendala sudah bisa teratasi dengan baik. Kalau di awal-awal memang banyak kendala, karena belum terbiasa. 130

26 sekarang? Memang ada beberapa orang yang menganggap ada kendala, karena wajar kalau ada orang yang tidak mau belajar, lalu menganggap program ini merepotkan, tapi kan lama-lama orang ini mengikuti keadaan, kemudian mau belajar dan beradaptasi dengan program yang ada.sebenarnya hal baru itu kalau kita mau belajar pasti tidak akan ada kesulitan ataupun kendala, tapi kembali kepada manusianya mau berubah tidak. 6. Apakah guruguru di sini sudah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional? Masih ada beberapa yang belum memenuhi sih, ya namanya manusia kan beragam. Ada kan orang yang tidak mau berubah, tidak mau mengerti, sudah disampaikan tetapi tidak mau mendengarkan. Kembali kepada manusianya mau tidak untuk berubah dan belajar. Tetapi menurut saya dari keseluruhan guru yang ada di SMA 1 Salatiga sebanyak 85% telah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional, sedangkan 15% masih belum memenuhi beberapa aspek, misalnya dalam hal pedagogis, masih ada beberapa guru bersifat monoton dalam mengajar dan tidak bersedia mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Ada juga beberapa guru yang tidak mau mengajar mata pelajaran lain, misalnya mengajar Ekonomi ya hanya ekonomi, tidak mau mengajar akuntansi, dan lain-lainnya. Padahal hal tersebut dapat membantu guru tersebut untuk memenuhi jam mengajarnya. Nah hasil ini saya dapatkan saat saya melakukan supervisi, jadi kan tahu secara personal guru satu persatu bagaimana saat mengajar. Sebenarnya kan ujung tombaknya kan pada guru itu sendiri, berhasil atau tidaknya sebuah program bergantung pada guru. Sebenarnya dengan program SKS ini kan menyenangkan, saya kan mengajar matematika 4 jam, itu enak 2 jam menjelaskan 1 jam latihan soal, 1 jam untuk ulangan, jadi anak-anak pulang 131

27 7. Apakah peserta didik mendapatkan sosialisasi tentang program SKS? 8. Apakah ada buku panduan bagi peserta didik? 9. Apakah dilakukan perbaikan panduan berkala? buku secara 10. Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik dengan adanya program SKS? 11. Apakah terdapat perubahanperubahan pada peserta didik sebelum dan sesudah dilaksanakannya program SKS? itu sudah bebas tidak ada beban lagi tinggal mengulang sendiri di rumah jika mau. Iya, peserta didik mendapatkan sosialisasi, orang tuanya juga mendapatkan sosialisasi di awal masuk sekolah. Siswa sudah diterangkan apa itu SKS, bagaimana cara mengisi KRS, dan lain sebagainya. Buku panduannya ada, bukunya sama dengan buku panduan bagi para guru. Tentu saja, tetapi begini, ketika anak tersebut masuk, dia menerima buku panduan, nah buku panduan yang dia pegang berlaku selama dia di SMAN 1 Salatiga, jadi dari kelas X sampai dia kelas XII, nah baru nanti angkatan berikutnya dilakukan perbaikanperbaikan lagi. Misalnya mata pelajaran yang awalnya 4 seri itu, kemudian kami rubah menjadi 4-6 seri, jadi yang 4 seri ini hanya dipakai oleh kelas percepatan, kalau kelas reguler menggunakan mata pelajaran yang 6 seri. Kemudian untuk kelas percepatan juga berbeda dengan kelas reguler, kelas percepatan 1 jam pelajaran itu 30 menit, kalau reguler 1 jam pelajaran 45 menit. Karena kelas percepatan itu materinya ada yang diperdalam, diperluas dan dipercepat. Ini aturannya mengikuti permendiknas. Tentu sudah, apalagi ini yang siswa baru sudah berjalan hampir 2 bulan, kalau di awal-awal itu biasa ya kalau mereka bingung, tapi lama-lama semakin memahami mekanisme pelaksanaan program SKS. Tentu ada, tapi di SMAN 1 Salatiga ini perubahannya tidak terlalu melonjak tajam dari segi prestasinya, tetapi memang kemarin untuk UN karena kami sudah menggunakan CBT (Computer Based Test) yang diterima di perguruan tinggi negeri lebih banyak daripada tahun sebelumnya, karena perguruan tinggi itu lebih banyak yang 132

28 12. Darimana sumber biaya bagi keberlangsungan program SKS? 13. Apakah terdapat dana pendukung lainnya bagi keterlaksanaan program SKS? 14. Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai bagi keterlaksanaan program? percaya kepada nilai UN dengan CBT. Dari hasil UN pun juga meningkat, secara keseluruhan dari jumlah 900 SMA negeri maupun swasta yang ada di Jawa Tengah, dari jurusan IPA masuk 10 besar, IPSnya peringkat 5,jurusan Bahasa peringkat 3. Sumber biaya ya dari dana sekolah yang bersumber dari orangtua dan pemerintah. Sebelum menjadi RKAS masing-masing bidang mengajukan anggarannya yang kemudian kami seleksi menjadi RKAS, selanjutnya RKAS kami mintakan tandatangan kepada Dinas Pendidikan, karena sumber dana berasal dari orangtua melalui SOP (Standart Operating Procedure). Tidak ada, semua dana berasal dari dana sekolah tadi. Secara keseluruhan sarana prasarana sudah cukup memadai, namun tetap membutuhkan berbagai perbaikan, misalnya perpustakaan yang masih kurang layak. Walaupun sudah terdapat koleksi buku yang cukup banyak, internet juga sudah ada untuk mengakses e-book, sekarang sudah ada lebih dari 27 rombongan belajar lebih sehingga diperlukan ruang perpustakaan yang lebih besar, sehingga dari pihak sekolah mengusulkan untuk membuat perpustakaan menjadi 2 lantai tapi sampai sekarang masih belum di ACC, karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar, sekitar 1,2 M yang kami butuhkan. Belum lagi halaman depan dan pagar depan sekolahan yang juga memerlukan perbaikan. Saat ini yang baru di acc malah pagar depannya duluan. Tapi saya tidak bosan-bosannya mengusulkan untuk perbaikan perpustakaan, karena menurut saya perpustakaan juga merupakan salah stau ujung 133

29 15. Apakah pembuatan jadwal sudah berjalan dengan baik? 1. Bagaimana persiapan guru mengunakan program SKS, apakah diperlukan persiapan tombak anak-anak, kan semua ilmu bisa didapatkan di perpustakaan. Jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum sudah sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik, namun akan terdapat kendala ketika sistem dapodik mewajibkan guru untuk mengajar minimal 20 peserta didik, karena dengan program SKS ini pihak sekolah tetap harus membuka kelas ketika ada peserta didik yang berminat mengambil mata pelajaran tersebut walaupun jumlah pesertanya sedikit, misalnya hanya 3 peserta didik saja. Padahal dalam sistem dapodik diperlukan minimal 20 peserta didik agar jam mengajarnya diakui. Sehingga untuk menyiasati hal ini pihak sekolah melakukan beberapa improvisasi dalam program SKS. Pihak sekolah akan menutup kelas jika telah memenuhi kuota, sehingga peserta didik yang sebenarnya berminat mengambil mata pelajaran tersebut karena kuota sudah penuh dipaksa mengambil mata pelajaran lain. Misalnya matematika, banyak anak dari berbagai jurusan yang mengambil matematika sebagai mata pelajaran lintas minat mereka, sehingga kuota untuk mata pelajaran ini snagat banyak, untuk itu mata pelajaran ini hanya dibuka beberapa kelas saja, agar mata pelajaran lain juga mendapatkan peserta. Kalau masalah jadwal yang masih sering bertabrakan itu kadang terjadi karena kesalahan gurunya sendiri, ada beberapa guru yang ngeyel saya tidak mau ngajar di sini maka terjadi tabrakan jadwal. Process Saya rasa sama saja dengan pembelajaran sebelumnya ya, tidak ada persiapan khusus yang diperlukan. Persiapannya ya selayakanya guru, ada administrasi yang harus dipenuhi dari RPP, Promes, Prota dll, tapi kan sudah ada MGMP jadi bisa bekerjasama de- 134

30 khusus? ngan timnya untuk pembuatan administrasi guru. 2. Apakah pelaksanaan Kalau menurut saya sudah lancar ya, tapi kembali ke masing-masing individu, program SKS ada yang beranggapan masih ada sudah berjalan kendala, padahal kalau dipelajari lagi dengan lancar? sebenarnya kendala tersbeut dapat terpecahkan. Ada yang maish beranggapan program SKS itu ribet, padahal sebenarnya memudahkan dalam mengajar, jadi kalau menurut saya program SKS sudah berjalan dengan baik. 3. Bagaimana dengan penyusunan hasil belajar peserta didik, sudahkah berjalan dengan baik? Tentu saja sudah. Kami memiliki software khusus yang digunakan untuk memasukkan nilai, desainnya dari sekolah, tapi untuk program softwarenya kami menyuruh ornag untuk membuat. Tugas guru itu bukan hanya meng-input nilai saja, tetapi wali kelas tetap harus memiliki data, jadi ada kronologinya bagaimana tercipta nilai demikian. Nah, itu mindsetnya susah, harusnya kan prosedurnya jelas nilai ini darimana, gabungan nilai apa saja, harusnya kan jelas, tapi ada sebagain guru yang susah untuk melaksanakannya, bahkan ada nilai yang ngaji atau ngarang biji karena tinggal input saja. Padahal tugas guru bukan hanya menginput nilai tetapi juga member motivasi kepada anak, kenapa nilai anak-anak jelek harusnya guru juga mengoreksi diri jangan hanya menyalahkan semuanya pada anak. 1. Apakah program SKS sudah berjalan sesuai rencana awal? Produk Sudah. Program SKS ini sudah berjalan sesuai dengan tujuan sekolah yang ingin memfasilitasi kebutuhan perserta didik. Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga ini akan tetap kami lanjutkan sampai ada inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan jaman, namun sejauh ini program SKS sudah berjalan dengan baik, dan menurut saya kalau untuk dikatakan layak, ya sudah layak untuk dijadikan role model bagi sekolah- 135

31 2. Apakah program SKS perlu ditiru oleh sekolahsekolah lain? sekolah lain yang hendak melaksanakan program SKS. Tentu saja perlu, karena dengan program SKS ini banyak sekali manfaatnya bagi sekolah. 2. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Tanggal wawancara : 1 September 2015 Tempat wawancara No Pertanyaan 1. Apa yang menjadi kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga? : Ruang Bagian Kurikulum Jawaban Konteks Pada waktu itu SMAN 1 Salatiga terpilih sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), padahal untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dalam pelaksanaan pembelajarannya harus mengunakan sistem kredit semester (SKS). Sehingga agar SMAN 1 Salatiga bisa segera menjadi SBI maka sekolah menggunakan program SKS. Kemudian RSBI dihentikan, tetapi SMAN 1 Salatiga tetap menggunakan program SKS. Pada waktu itu merujuk pada permendikbud 81 A sebenarnya bukan hanya sekolah RSBI saja yang bisa melaksanakan program SKS, tetapi juga sekolah dengan kategori mandiri dan sekolahsekolah berstandar Nasional sudah bisa melaksanakan program SKS. Dalam sks tersebut ada ketentuan bahwa beban belajar di SMA bisa paling cepat 2 tahun, paling lama 5 tahun, tetapi kemudian direvisi menjadi paling lama 4 tahun. Selain tujuan untuk menjadi sekolah SBI, SMAN 1 Salatiga menggunakan program SKS dengan tujuan untuk bisa memfasilitasi peserta didik agar lebih cepat menyelesaikan sekolahnya di SMA, terutama bagi peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa (CI). Hal ini pertama kali dicetuskan oleh kepala sekolah waktu itu, yaitu bapak Saptono. Pada waktu itu beliau berpikiran selain agar SMAN 1 136

32 2. Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga? 3. Apakah sudah terdapat undangundang yang mengatur pelaksanaan program SKS? 4. Apakah terdapat buku panduan pelaksanaan SKS dari Dinas Pendidikan? Salatiga menjadi skeolah SBI, pelaksanaan program SKS juga dimaksudkan agar dapat meluluskan anak selama 2 tahun, sehingga nantinya hal ini dapat menjadi ciri khusus dari SMAN 1 Salatiga. Ya, waktu itu kan kepala sekolahnya yang mencetuskan idenya yaitu Pak Saptono, yang punya ide pada waktu itu Pak Saptono, namun setelah perkembangan itu justru pada waktu SKS sudah kita laksanakan, tetapi ternyata muncul yang namanya akselerasi, nah kemudian setelah akselerasi dihentikan baru skeolah kembali menggunakan SKS untuk mempersingkat waktu belajar anak menajdi 2 tahun. Jadi kembali ke SKS untuk percepatan itu ya baru tahun ini. Sebenarnya wacana untuk melaksanakan percepatan itu sudah lama, hanya saja pada waktu itu belum ada keputusan dari Dinas Pendidikan, atau dari pusat juga belum jelas. Ketika kami memberikan pertanyaan jika ingin meluluskan siswa dalam waktu 2 tahun caranya bagaimana, dari Dinas belum bisa memberikan penjelasan. Kalau sekarang sudah ada, yang terbaru itu bukan Undang-undang tetapi Permendikbud 158 tahun Sebelum adanya Permendikbud tersebut, kami menggunakan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013, sebelumnya lagi ada di Permen no 20 tahun 2009 atau 2008 ya saya agak lupa, tetapi ada di situ walaupun tidak disebutkan secara gamblang ya, tapi sudah menyinggung tentang program SKS. Di beberapa perundang-undangan tersebut sudah ada syarat-syarat bagi sekolah yang ingin menggunakan program SKS beserta ketentuan-ketentuannya. Kalau itu tidak ada, karena sekolah membuat sendiri buku panduannya. Kita dapatnya lewat pelatihan-pelatihan, dan diklat-diklat, karena pada waktu itu petunjuk teknis yang dibakukan itu 137

33 5. Apakah ada seleksi khusus bagi sekolah pelaksana program SKS? 6. Apakah tujuan yang melatarbelakangi dilaksanakannya belum ada, tetapi ada SMA yang sudah melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar-gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-besaran bagi sekolah RSBI itu, nah salah satu narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena mereka sudah melaksanakan lama, maka mereka memberikan panduan dari sekolahnya. Baru kemudian dari SMA 1 Salatiga mengembangkan sendiri. Nah, karena pada waktu itu setalah kita mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi banding kesana (ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3 Bandung). Ternayta dua skeolah ini memiliki dua versi yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN 1 Salatiga. Sebenarnya mbak, untuk melaksanakan SKS itu tidak harus memakai persyaratan-persyaratan itu, karena sebenarnya justru banyak sekolah yang melaksanakan program SKS karena terpaksa, karena adanya tuntutan RSBI itu tadi. Contohnya SMA 1 Solo itu melaksanakan SKS belum lama, ketika dia membutuhkan untuk anak percepatan 2 tahun baru melaksanakan program SKS, karena program akselerasi dihentikan. Padahal anjuran pemerintah kan memang untuk menggunakan program SKS itu. Jadi Pemerintah itu kan sudah menyeleksi sendiri mana sekolah-sekolah yang layak untuk melaksanakan program SKS. Sudah ada, dalam visi misi sudah pasti itu. Apalagi dalam visi misi kan selalu berkembang, mulai dari RSBI kemudian berganti program SKS itu kan sekolah 138

34 program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah? 7. Siapakah yang merancang visi misi tersebut? 1. Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan prencanaan program? 2. Kapan dan dimana program SKS ini dirancang? 3. Setelah program dilaksanasakan apakah guru dilibatkan dalam pembuatan program ini? 4. Apakah peserta didik langsung menyesuaikan visi misi sekolah. Yang merancang ya semua bidang melalui Raker (rapat kerja), bukan hanya dari bidang kurikulum tetapi menyangkut semua bidang karena visi misi sekolah kan juga menyangkut keseluruhan personil sekolah. Input Tentu saja sudah dibuat rancangannya. Kalau pakarnya ya bidang kurikulum itu sebagai narasumber, jadi ketika kita merancang SKS di SMAN 1 Salatiga kan yang berperan kurikulum, etapi utnuk lebih detailnya kan kita melakukan studi banding, kemudian mendatangkan narasumber tentang SKS melalui IHT (in House Training) dengan pembicara dari SMAN 3 Bandung. Pernah kita mendatangi diklat-diklat dnegan pembicara dari SMA 78 Jakarta, kemudian ada pakar SKS juga di Dinas Provinsi itu namanya Pak Topo itu pernah memberikan saran-saran, kemudian pada waktu itu Pak Saptono itu juga pakar SKS jadi juga memberikan dukungan melalui diklat-diklat. Sebelumnya kan kita belajar dulu melalui diklat-dilat tadi baru kemudian kita membuat program, nah baru program dilaksanakan dan itu memang pada waktu itu pelaksanaannya kan melibatkan Waka kurikulum waktu itu Bu Yulianti, saya waktu itu sebagai staf bagian kurikulum. Dalam perancangan program ini guru belum dilibatkan. Waktu itu guru belum dilibatkan sih mbak, kami yang merancang program, kemudian kami sosialisasikan, jadi guru tinggal melaksanakan programnya. Jadi guru di sini perannya ya sebagai pelaksana program SKS, karena memang yang diberikan tanggungjawab itu bidang kurikulum. Iya, siswa mendapatkan buku panduan program. 139

35 mendapatkan buku panduan program? 5. Siapakah yang merancang buku panduan program SKS tersebut? 6. Apakah terdapat buku panduan program SKS bagi guru dan staf? 7. Sudahkah dilakukan pelatihanpelatihan bagi guru tentang program SKS ini? 8. Apakah perlu dilakukan latihan lagi bagi pengembangan program SKS? 9. Apakah sekolah sudah membuat rencana/agenda kegiatan bagi pelatihan tersebut? 10. Apakah sudah dilakukan sosialisasi kepada peserta Bagian kurikulum yang merancang dna berwenang menyusun buku, tetapi buku tersebut terus menerus diperbaiki dari tahun ke tahun. Walaupun muatan mata pelajarannya tidak bertambah, tapi terjadi pergeseran-pergeseran di beban mata pelajarannya. Kan KTSP dengan kurikulum 2013 tentu beban mata pelajarannya juag berbeda. Nah buku itu berlaku utnuk tiap angkatan, jadi ketentuan-ketentuan yang ad adi buku panduan berlaku selama siswa tersebut bersekolah di SMAN 1 Salatiga. Walaupun ada perbaikan, perbaikan tersbeut berlakunya ya untuk angkatan selanjutnya. Bapak ibu guru buku panduannya juga sama dengan buku panduan siswa, karena di dalamnya sudah detail dan lengkap, sudah mencakup anak dan juga gurunya, jadi kami menggunakan satu buku panduan yang berlaku bagi guru maupun siswanya. Kalau pelatihan-pelatihan itu biasanya yang berangkat bidang kurikulum, sedangkan bapak ibu guru hanya mendapatkan sosialisasi-sosialisasi dari bidang kurikulum, karena bidang kurikulum selaku penanggung-jawab program SKS. Seharusnya perlu karena masih banyak hal yang belum kami ketahui berkaitan dengan SKS. Ada beberapa yang sudah direncakana, tetapi untuk pelatihan SKS tidak kita khususkan karena saat ini kami sedang berkonsentrasi kepada pelatihanpelatihan berkaitan dengan Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI) Sudah. Jadi setiap anak masuk atau PPDB selalu ada sosialisasi tentang SKS, bahkan bukan hanya anaknya, orangtua peserta didikpun kami berikan 140

36 didik berkaitan dengan SKS ini? 11. Apakah sudah terjalin koordinasi yang baik antara pihak penanggungjawab program dengan pihak pelaksana program? 12. Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik menggunakan program SKS? 13. Apakah terjadi peningkatan prestasi dengan penggunaan program SKS ini? 14. Darimanakah sumber pembiayaan bagi program? sosialisasi tentang SKS yang kami agendakan di awal tahun ajaran baru. Tetap ya, ketika guru menemukan masalah selalu melaporkannya ke bidang kurikulum, agar pihak kurikulum dapat memberikan solusi dan memperbaiki program yang ada. Tetapi pihak kurikulum juga tetap melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan bidang-bidang lain dalam menangani masalah/kendala yang muncul. Biasanya kendala-kendala tersebut guru sampaikan pada saat pembinaan yang kami lakukan setiap hari senin, dan juga saat raker. Biasanya kalau dalam pembinaan dan raker ada notulennya, tetapi kebanyakan secara lisan juga, supaya lebih cepat penanganannya dan kendala bisa segera diatasi. Awalnya anak-anak pasti kurang paham karena program ini sesuatu yang baru, yang penting di awal kami sudah memberikan sosialisasi dan selama berlangsung kami terus menerus memberikan pemahaman mengenai SKS, sehingga lama kelamaan anakanak semakin paham, dan di kelas 2 dan 3 mereka sudah paham betul apa itu SKS. Tentu saja ada. Misalnya masalah akademik, kita menunjukkan peringkat yang naik berdasarkan nilai UN. Menurut saya peirngkat akadmeik anak-anak naik juga karena adanya program SKS ini, kalau dalam grafik dapat kita lihat adanya peningkatan. Kemudian masalah kenakalan, ya menurut saya juga sudah lebih berkurang karena anak-anaknya dituntut untuk lebih mandiri. Kalau SKS sudah masuk program sekolah sehingga pembiayaannya berasal dari berbagai sumber, karena SKS kan merupakan program sekolah, sehingga bisa dari BOS, dan lain-lain. Nah tiap bidang memiliki anggaran sendiri yang kami usulkan melalui RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran 141

37 15. Apakah terdapat sumber dana khusus dari pemerintah bagi program SKS ini? 16. Apakah sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai bagi terlaksananya program SKS? 17. Bagaimana cara pihak sekolah dalam menyusun jadwal? 18. Apakah ada kendala dalam Sekolah), jadi smeua kegiatan terperinci ad adi situ dari setiap bidang. Kalau untuk hal-hal berkaitan dengan SKS itu yang mengusulkan ya bidang kurikulum. Tidak ada, semuanya sama. Kami menerima sumber dana yang sama dnegan SMA-SMA lain, tidak ada dana khusus bagi program SKS. Ya sebenarnya kalau kita ingin melaksanakan program SKS secara ideal masih ada yang kurang. Karena seharusnya program SKS itu harusnya moving class, tapi kan ruang kelas masih belum memadai, dan masih banyak sarana prasarana lainnya sih yang perlu diperbaiki. Kalau dari jadwal tim kurikulum yang bertugas membagi jadwal bagi para guru, sedangkan untuk lintas minat biasnya pembagian kelasnya kami lakukan sebelum awal tahun ajaran baru dimulai. Mislanya ada 5 lintas minat, nah dari 5 kelas nanti saat lintas minat anak-anak akan melakukan moving class. Nah data lintas minat itu kami dapatkan saat sosialisasi sudah kami bagikan pilihan lintas minat, sehingga di awal tahun ajaran baru anak-anak sudah siap untuk menerima jadwal masing-masing beserta kelas lintas minatnya. Nah biasanya ada beberapa kelas lintas minat yang buka kelasnay lebih banyak, misalnya ekonomi. Biasanya anak-anak banyak yang tertarik mengambil kelas lintas minat ekonomi, sehingga kami membuka kelas ekonomi sampai 3 kelas maka gurunya pun beda-beda juga. Saat pembagian jadwal ini anak-anak sudah langsung mendapatkan kelas lintas minat ini gurunya ini ruangannya di sini. Itu yang membuat pusing karena kami harus membagi kelas yang sangat banyak. Banyak mbak kendalanya, misalnya kadang ada tabrakan jadwal, sehingga 142

38 pembuatan jadwal? 19. Apakah jadwal yang dibuat sudah dapat dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana program? 20. Apakah jadwal pembelajaran sudah berjalan sesuai yang direncanakan? 1. Apakah terdapat kendala-kendala yang belum teratasi sampai sekarang? 2. Bagaimana cara penyusunan hasil belajar peserta didik? terkadang dalam pembuatan jadwal 1 bulan pembelajaran berlangsung itu jadwal baru clear (tidak ada yang bertabrakan jam mengajarnya). Karena sekarang kita sudah terbiasa sehingga sudah dapat dipahami ya, tapi awalnya ya butuh penjelasan dan koordinasi yang baik dari bagian kurikulum, kan lintas minat ini pelajaran ini gurunya ini ruangannya di sini, sehingga kadang ruang kelas sampai membengkak dan kami harus menggunakan ruang lab yang ada. Dulu di awal-awal guru-guru juga masih bingung namun sekarang karena sudah terbiasa ya sudah berjalan dengan baik. Sudah berjalan sesuai harapan, karena anak-anak sudah terbiasa, gurunya juga sudah terbiasa sehingga sudah berjalan dengan baik. Process Kendala itu biasanya berkaitan dengan ruang dan sertifikasi guru. Jam mengajar guru yang harus 24 jam itu seharusnya bisa teratasi dengan adanya program SKS, karena saat ini belum ada aturannya di SMA, adanya masih di SMP. Nah nanti kalau sampai benarbenar diterapkan oleh sistem dapodik akan banyak guru kekurangan jam mengajar. Karena program SKS ini mau berapapun jumlah muridnya kan kelas harus dibuka,sehingga kadang guru mengajar siswanya kurang dari 20, padahal nantinya kalau dari sistem dapodik kalau kurang dari 20 siswa guru tidak akan diakui jam mengajarnya, nah itu nanti yang membuat repot. Tapi kan kebetulan di SMA hal tersebut belum diberlakukan sih, jadi itu masih belum menjadi kendala saat ini. Kami punya software ya mbak, itu kami yang merancang tetapi kami membayar ahli untuk membuat programnya, kalau kami sendiri yang membuat kan kami tidak mampu. Nah di program tersebut 143

39 1. Apakah program SKS sudah berjalan sesuai rencana awal? 2. Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga masih perlu dilakukan perbaikan? 3. Apakah program SKS akan terus digunakan oleh sekolah? 4. Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga sudah layak untuk ditiru oleh sekolah-sekolah lain? sudah ada misalnya nilai fisiknya 80 harusnya di rapor keluar nilai A atau B itu sudah ada sistemnya. Produk Sebenarnya perencanaan juga kami rancang sesuai keadaan sekolah, karena kalau kita rencanakan terlalu ideal dan tidak sesuai keadaan sekolah kan akan menyulitkan, sehingga dari awal perencanaan program SKS disesuaikan dengan situasi dann kondisi sekolah, sehingga ya pelaksanaannya sudah sesuai dengan perencanaannya. Tentu saja perlu. Program perlu terus menerus disempurnakan. Misalnya dalam hal pelaksanaan, perlu adanya moving class sehingga program SKS benar-benar murni. Tentu saja, karena program SKS ini akan menjadi salah satu cara legalisasi kelas percepatan sebagai pengganti kelas akselerasi. Tentu saja sudah layak, karena kita sudah meluluskan anak-anak dengan program SKS dan terbukti banyak yang bisa diterima di perguruan tinggi negeri, jadi program ini sudah tidak perlu diragukan lagi manfaatnya. 144

40 147

41 148

42 149

43 150

44 151

45 LAMPIRAN 13 PERNYATAAN NARASUMBER 126

46 125

47 LAMPIRAN 14 CEK PLAGIATISME 126

48 127

49 128

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian SMA Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Salatiga yang terletak di Jalan Kemiri I nomor 1 Salatiga. SMA

Lebih terperinci

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN SISTEM KREDIT SEMESETER DI SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang Email:

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 9 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

LAMPIRAN 9 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU yang yang bersertifikasi mapun nonsertifikasi? LAMPIRAN 9 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU Pertanyaan ZM JH TA DW SM 1. Apakah semua Iya Iya Iya wajib Iya semua Semua guru harus buat wajib membuat guru wajib

Lebih terperinci

RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA. oleh: Tim Pengembang Kurikulum

RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA. oleh: Tim Pengembang Kurikulum RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA oleh: Tim Pengembang Kurikulum SISTEM SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) MENGAPA? APA? BAGAIMANA? KAPAN? MENGAPA? Landasan Yuridis Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah)

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) EDUKATOR : 1. Apa yang telah dilakukan kepala sekolah agar fokus

Lebih terperinci

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Lampiran 1 Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata No Tujuan A. Menemukan gambaran model pembinaan yang selama ini digunakan untuk B. membina sekolah Adiwiyata, yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu sekolah yang menjadi tempat PPL UNY Yogyakarta adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jalan Kemuning 14 Yogyakarta. Secara garis besar SMA PIRI 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN akan dilaksanakan melalui beberapa misi. Yang berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN akan dilaksanakan melalui beberapa misi. Yang berkaitan dengan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Metro 2011-2015 telah menetapkan Visi Kota yaitu Pendidikan yang Unggul dan Masyarakat Sejahtera. Dalam

Lebih terperinci

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan 1. Sejarah Berdiri Seiring dengan tekad dan perjuangan Nahdlotul Ulama

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

kondisi sarana dan prasarana TK Kristen 3 Eben Haezer Salatiga?

kondisi sarana dan prasarana TK Kristen 3 Eben Haezer Salatiga? LAMPIRAN 1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN BCCT DI TK KRISTEN 03 EBEN HAEZER SALATIGA No Indikator Penjelasan Pertanyaan Instrumen Komponen Context 1. Deskripsi dari

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Kegiatan PPL dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, tepatnya di Jalan Kapas No. 7, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta. Kegiatan PPL dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Febrina Nurmalasari NIM : 2302409077 Program studi : Pendidikan Bahasa Jepang FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum MTs Negeri Kendal MTs Negeri Kendal merupakan salah satu lembaga pendidikan formal setingkat pendidikan menengah yang berada di Kendal. Berdirinya MTs

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau SMA Negeri 3 Batam Jl. Hang Nadim, Kel. Belian, Kec. Batam Kota W eb : sm an tib a tam. co.id T

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon

Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon L A M P I R A N 182 183 Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon Komponen Evaluasi Context Substansi Evaluasi 1. Latar Belakang Penyelenggaraan Program Akselerasi

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH ( RKAS ) TAHUN PELAJARAN

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH ( RKAS ) TAHUN PELAJARAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH ( RKAS ) TAHUN PELAJARAN 212-213 Nama Sekolah Desa/ Kecamatan Kabupaten/ Kota Propinsi Triwulan : SDN MAYANG 4 : Mayang : Jember : Jawa Timur : I s/d IV Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Standar Kompetensi (SK)/ Kompetensi Dasar (KD) (Kemampuan Yang Diuji Yang Skornya Rendah =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan dalam menjalankan fungsi pendidikan dilihat sebagai totalitas yang satu sama lain secara sinergi memberikan sumbangan terhadap

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO Subangun FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo pak.b.jozz@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah sekolah yang pernah berstatus Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Jumlah

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya.

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya. 46 Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan 1. Fungsi Supervisi 1. Membantu guru pembimbing dalam mengembangkan profesinya. 2. Membantu sekolah termasuk guru pembimbing dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ki Hajar Dewantara (2004:21) menjelaskan bahwa pengajaran (onderwijs) tak lain dan tak bukan merupakan satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN A. Deskripsi Data Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada hari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU

MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU Oleh Dr. Budiyono Saputro, S.Pd, M.Pd 0 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, karya ilmiah berjudul Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Berfokus Praktikum dalam Rangka Peningkatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. meningkatkan kualitas peserta didik agar lulusannya mampu bersaing. dalam skala nasional maupun internasional. Tuntutan kebutuhan

BAB V PEMBAHASAN. meningkatkan kualitas peserta didik agar lulusannya mampu bersaing. dalam skala nasional maupun internasional. Tuntutan kebutuhan 146 BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi Kurikulum Adaptif dalam Pembelajaran Matematika di SMA Khadijah Surabaya Penerapan kurikulum adaptif di SMA Khadijah bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang. 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Adapun data yang dimaksud yaitu data yang berkaitan dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil observasi kelas pra PPL, diperoleh data sebagai berikut:

Berdasarkan hasil observasi kelas pra PPL, diperoleh data sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu sekolah yang menjadi tempat PPL UNY Yogyakarta adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jalan Kemuning 14 Yogyakarta. Secara garis besar SMA PIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam proses pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas sember daya manusia. Universitas Negeri Yogyakarta sebagai bagian dari komponen

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PASAL 36 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PELAKSANAAN PASAL 36 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN JURNAL ILMIAH PELAKSANAAN PASAL 36 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN (Studi di Dinas Pendidikan Kota Malang) Oleh : ARDI RISTARANTO 0910110011 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA Peneliti Prof. Dr. Wuradji, M.S. Prof. Dr. Muhyadi PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

Introduction. Nursyamsuddin

Introduction. Nursyamsuddin Oleh Nursyamsuddin Introduction Lahir di Purwakarta, 7 Oktober 1967 SD, SMP, SMA di Purwakarta S-1 Fisika di Jakarta S-2 Magister Manajemen dan Magister Pendidikan di Jakarta Berkeluarga; 2 orang putra

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan 2.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Pandaan SMA Negeri 1 Pandaan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 KENDAL

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 KENDAL LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 KENDAL Disusun oleh : Nama : Yulian Favorita NIM : 4401409080 Program studi : Pendidikan Biologi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH Disusun oleh: Eko Prastyo Herfianto 2101409072 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara. Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016

Lampiran 1. Hasil Wawancara. Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016 Hasil Wawancara Lampiran 1 Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016 NO Pertanyaan Konteks 1 Apa yang melatarbelakangi sekolah ini pendidikan inklusi? 2 Apa yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Taman Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Taman adalah Sekolah Menengah Atas Swasta yang bertempat di Jalan Raya Ketegan No 35 Sepanjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan LAMPIRAN 60 61 Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Kristen Satya Wacana 62 Lembar Instrumen Wawancara Studi Dokumentasi No. Model evaluasi Indikator Item

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN STATUS SEKOLAH POTENSIAL MENJADI SEKOLAH STANDAR NASIONAL PADA SMP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pra-ppl tanggal 2 Februari 2014 sampai tanggal 16 Februari 2014, SMP Negeri 2 Srandakan yang berlokasi di Godegan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam mempersiapkan tenaga kependidikan yang professional UNY bertugas memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang proses pembelajaran dan kegiatan akademis lainnya.

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di dalam bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian, data hasil penelitian bersumber dari

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA Departemen Pendidikan Nasional LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) Setiap akhir semester, guru menelaah hasil pencapaian belajar setiap peserta didik (semua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Swasta Sabilal Muhtadin Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Keadaan Fisik Sekolah ).

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Keadaan Fisik Sekolah ). BAB I PENDAHULUAN Program PPL adalah program kegiatan yang dilihat dari aspek manajemen dan waktu dengan tujuan mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru atau pendidik atau tenaga kependidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan kurikulum 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum 2013 diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Pedoman Wawancara untuk Guru

Lampiran 1: Pedoman Wawancara untuk Guru LAMPIRAN 60 Lampiran 1: Pedoman Wawancara untuk Guru Identitas informan Nama : Guru bidang studi : Ijazah/ jurusan : 1. Apa pendapat Bapak/Ibu tentang program BSE? 2. Adakah sosialisasi program BSE? Ada/

Lebih terperinci

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR NO JENIS PELAYANAN INDIKATOR SUB INDIKATOR KEGIATAN VOL SATUAN NILAI JUMLAH TARGET JUMLAH DANA TARGET JUMLAH DANA 2013 Rp 2014 Rp 1 2 3 1

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMERSI PADA MATA PELAJARAN KIMIA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMERSI PADA MATA PELAJARAN KIMIA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012 Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 34-43 ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMERSI PADA MATA PELAJARAN KIMIA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya optimalisasi potensi siswa itu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Berbagai persiapan dilakukan agar program program yang telah direncanakan dapat berjalan denga lancar, persiapan tersebut meliputi : 1. Pembekalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL 1 A. Latar Belakang Tujuan pendidikan menengah umum adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

Lebih terperinci

a. Mendapat inovasi dalam kegiatan kependidikan. b. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengelola kependidikan.

a. Mendapat inovasi dalam kegiatan kependidikan. b. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengelola kependidikan. BAB I PENDAHULUAN Tanggung jawab seorang mahasiswa setelah selesai menyelesaikan tugas dikampus adalah mentransfer, mentransformasikan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dari kampus kepada dunia pendidikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Nama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI SMA NEGERI 1 BOGOR

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI SMA NEGERI 1 BOGOR URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI SMA NEGERI 1 BOGOR 1) Kepala Sekolah Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai Edukator, Manajer, Administrator, dan Supervisor (EMAS) a. Kepala Sekolah selaku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat SMA Kristen Kalam Kudus Surabaya. Tuhan turut campur tangan memberkati program ini.

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat SMA Kristen Kalam Kudus Surabaya. Tuhan turut campur tangan memberkati program ini. BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI 2.1 Profil & Sejarah Singkat SMA Kristen Kalam Kudus Surabaya Kristus adalah Kepala Jemaat, Tuhan adalah Gembala Yang Agung. Untuk menanggapi Amanat Agung Gerejawi, jemaat

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI

RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI A. Pendahuluan Lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG APPRENTICESHIP II MAGANG II Acep Haryudin, M.Pd DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG PROGRAM MAGANG 2 Program Magang 2 bertujuan memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan kaitannya

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

Laporan PPL UNY 2014 Page 1

Laporan PPL UNY 2014 Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi diperlukan untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP N 1 Prambanan Klaten sebelum melaksanakan kegiatan KKN-PPL.

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VII DALAM PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RPP BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian mengenai implementasi program SKS di SMAN 3 Bandung

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian mengenai implementasi program SKS di SMAN 3 Bandung BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian mengenai implementasi program SKS di SMAN 3 Bandung secara umum disimpulkan sudah berjalan cukup sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari Badan Standar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 2.1. Sejarah Umum Sekolah SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964

Lebih terperinci