Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN SISTEM KREDIT SEMESETER DI SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang deeyah_dee@yahoo.co.id ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) landasan hukum yang digunakan dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang (2) pemahaman guru sejarah di SMA Negeri 2 Malang tentang Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sistem Kredit Semester (3) penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang (4) faktor pedukung dan penghambat penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Sistem Kredit Semester dalam pembelajaran sejarah, serta upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini adalah (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 ayat (2) dan (3), Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1), dan pasal 38 ayat (2). (2) pemahaman guru sejarah di SMA Negeri 2 Malang mengenai KTSP dan SKS tidak hanya mengetahui garis besarnya saja, namun juga memahami konsep dasar KTSP namun dalam penerapan SKS mengalami hambatan (3) dalam persiapan pembelajaran guru membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk beberapa pertemuan. (4) faktor pendukungnya adalah adanya program perbaikan untuk mata pelajaran yang tidak memenuhi KKM, siswa lebih bertanggung jawab terhadap pendidikannya dan factor penghambat guru membuat modul sendiri sebagai sumber belajar serta Ujian Nasional yang dilakukan sekali dalam satu tahun. Kata Kunci: Implementasi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pelajaran Sejarah, Sistem Kredit Semester. Sistem pengelolaan pembelajaran di Indonesia saat ini disemua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan sistem paket, dimana semua peserta didik menempuh sistem pembelajaran yang sama dalam menyelesaikan program belajarnya. Hal ini dianggap kurang demokratis karena peserta didik pada dasarnya majemuk baik dari kemampuan, bakat, maupun minatnya. Peserta didik yang pandai akan terhambat untuk menyelesaikan program studinya. Sebaliknya peserta didik yang lemah akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya. Implikasi dari hal tersebut yaitu 1

2 antara lain bahwa peserta didik yang pandai akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar standar Sistem Kredit Semester dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur (BSNP, 2010:2) Salah satu sekolah di kota Malang yang menyelenggarakan pendidikannya dengan SKS adalah SMA Negeri 2 Malang. Sekolah yang menyelenggarakan sistem SKS adalah sekolah dengan kategori standar, mandiri dan bertaraf internasional. Dengan adanya implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan sistem kredit semester peserta didik (siswa) dapat menyelesaikan program pendidikannya sesuai dengan tingkat kecepatan masingmasing siswa. Dengan sistem ini siswa dituntut untuk mandiri serta bertanggung jawab terhadap pelajarannya di tiap-tiap semester karena nilai ditiap semesternya sangat berpengaruh terhadap tuntas atau tidaknya seorang peserta didik, tidak seperti disekolah-sekolah lain, jika pada saat semester gasal prestasi mereka menurun maka dapat diperbaiki pada semester genap, sehingga siswa akan naik kelas. Di sekolah dengan Sistem Kredit Semester tidak ada siswa yang tidak naik kelas karena setiap semester sangat berpengaruh terhadap prestasi mereka, jadi apabila ada siswa yang salah satu mata pelajarannya tidak memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka siswa tersebut harus mengikuti kegiatan remidi, namun jika dengan remidi masih belum memenuhi standar KKM maka harus mengikuti perbaikan di semester pendek, dengan tujuan untuk memperbaiki nilai yang telah diperoleh pada semester sebelumnya. Semester pendek hanya boleh ditempuh untuk mata pelajaran yang sudah diambil pada semester sebelumya, pelaksanaanya berlangsung selama 3 minggu atau 18 kali pertemuan dan peserta didik dapat memilih guru pengajar yang mengajar mata pelajaran yang relevan dengan bidang studinya. Semester pendek 2

3 diselenggarakan pada saat setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan. Agar tidak menggangu pelajaran, selain itu ada juga mata pelajaran pilihan yang bisa diambil mereka sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga tidak ada mata pelajaran yang dipaksakan kepada peserta didik (Panduan SKS SMA Negeri 2 Malang Tahun 2010/2011, 2010). Dalam pembelajaran sejarah antara kelas IPS dan IPA terdapat perbedaan juga. Materi pelajaran sejarah pada kelas IPA tidak sebanyak pada kelas IPS. Di kelas IPA materi yang biasanya ditempuh pada kelas XII pada sekolah-sekolah dengan sistem konvensional, ditempuh pada kelas X di semester genap. Selain itu karena semua materi pelajaran dengan sistem paket maka siswa dapat mengambil pelajaran sejarah dua paket sekaligus. Untuk siswa yang masih bingung mau masuk ke kelas IPS atau IPA mereka ditempatkan dikelas tersendiri dengan menerima meteri kelas IPS dan kelas IPA, dan ini dilakukan pada saat peserta didik masih di kelas X semester genap. Tulisan ini berusaha: (1) menganalisis landasan hukum apa yang digunakan dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang; (2) menganalisis pemahaman guru sejarah di SMA Negeri 2 tentang KTSP dan SKS (3) menjelaskan penerapan KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang (4) mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan KTSP dengan sistem SKS dalam pembelajaran sejarah, serta upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. METODE Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari bulan Desember 2011-Maret SMA Negeri 2 Malang dipilih sebagai lokasi penelitian disebabkan sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah di Malang yang dalam kegiatan belajarnya menggunakan sistem kredit Semester. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sumber tertulis, foto (Moleong, 2001:112). Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiono, 2009:309). Wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru 3

4 sejarah serta dengan peserta didik di SMA Negeri 2 Malang. Selain wawancara teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi dan dokumentasi. Observasi tentang pembelajaran sejarah, media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan oleh peserta didik serta sarana-prasarana yang mendukung dalam kegiatan belajar peserta didik dengan sistem kredit semester ini. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan, kemudian pengecekan keabsahan data yang digunakan adalah perpanjangan pengamatan, dan, triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Landasaan Hukum Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang SMA Negeri 2 Malang merupakan salah satu sekolah yang masuk dalam daftar Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan akan menuju sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Untuk dapat melaksanakan hal tersebut SMA Negeri 2 Malang melaksanakan pembelajaran KTSP dengan Sistem Kredit Semester (SKS) Landasan yang dijadikan pertimbangan bagi SMAN 2 Malang untuk melaksanakan SKS adalah: 1. Pasal 12 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 2. Pasal 38, ayat (2) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervise Dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. 3. Pasal 11 ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4

5 a. Ayat (2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit. b. Ayat (3) beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pedidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester Tiga landasan hukum diatas dianggap sudah mewakili tiga hal yaitu peserta didik, kurikulum dan sistem SKS itu sendiri. Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 2 Malang baru dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010 dan baru tiga tahun berjalan. Di SMA Negeri 2 Malang ada kelas akselerasi, kelas SKS regular, dan kelas khusus yaitu kelas percepatan bagi peserta didik-siswi yang mempunyai kemampuan lebih di bidang akademik sehingga dapat menempuh jenjang SMA kurang dari 3 tahun, serta kelas dengan bakat istimewa, kelas ini khusus untuk peserta didik yang memiliki prestasi dibidang non akademik yang mengharuskan mereka untuk mengikuti pelatihan, sehingga mereka tidak bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Dengan dilaksanakannya sistem ini ditemukan peserta didik yang mampu menyelesaikan pendidikannya lebih cepat tanpa memasuki kelas akselerasi, peserta didik yang memiliki kemampuan tersebut masuk dalam kelas layanan khusus, peserta didik yang masuk dalam kelas layanan khusus ini tidak perlu memiliki IQ>130 dan bersifat bebas, bebas disini maksudnya bila ada peserta didik yang ingin mempercepat penyelesaian pendidikannya maka akan dilayani, namun bila peserta didik tersebut ingin menyelesaikan pendidikannya selama tiga tahun bisa masuk dalam kelas SKS regular. Selain peserta didik yang memilik kemampuan dalam menyelesaikan pendidikannya, ada juga peserta didik yang memiliki kemampuan atau potensi dalam bidang non akademis, seperti olah raga dimana kadang kala mereka harus mengikuti pelatihan ditempat lain, sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya. Untuk hal seperti ini SMA Negeri 2 Malang memiliki kebijakan berupa dispensasi kepada peserta didik tersebut dan mereka masuk dalam kategori kelas dengan bakat istimewa, mereka masih tetap bisa mengikuti kegiatan belajar dengan cara berkonsultasi kepada 5

6 guru-guru mata pelajaran yang diambilnya, disini guru memberikan layanan kepada peserta didik tersebut seperti pemberian tugas dan penyelesaian tugas dikirimkan melalui . Layanan seperti ini merupakan tujuan dari sistem SKS sendiri yang berupaya untuk mengembangkan kemandirian peserta didik dalam menentukan pilihan karier. Pemahaman Guru Sejarah di SMA Negeri 2 Malang Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sistem Kredit Semester Pemahaman guru-guru sejarah di SMA Negeri 2 Malang mengenai KTSP sudah bagus. Mereka tidak hanya mengetahui garis besarnya. Guru mampu memahami konsep dasar KTSP. Dalam pembuatan perangkat pembelajaran tidak ada kendala yang dihadapi, karena membuat perangkat pembelajaran sudah merupakan kewajiban sebelum melakukan proses pembelajaran, jika seandainya ada kesulitan, hal tersebut akan dibahas dalam tim MGMP. Untuk pembuatan silabus masih mengadopsi dari pemerintah karena pemerintah tidak memberikan acuan bagi sekolah yang melaksanakan sistem ini, namun silabus disini disesuaikan dengan karakteristik SMA Negeri 2 Malang yang melakukan kegiatan belajarnya dengan sistem SKS, dan untuk pembuatan RPP harus memunculkan tentang pendidikan karakter. Dengan silabus yang berbeda tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap materi yang diberikan kepada peserta didik. Sistem kredit semester yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Malang tidak sama dengan yang dilaksanakan di perguruan tinggi, hal ini dikarenakan beberapa hal salah satunya adalah (1) kedewasaan peserta didik, di SMA Negeri 2 Malang peserta didik masih belajar seperti apa kegiatan belajar dengan sistem SKS, mereka juga masih perlu bimbingan dalam pengambilan beban belajar serta mata pelajaran apa yang diambil, bimbingan ini mereka lakukan dengan Penasehat akademik (PA) mereka masing-masing yang selalu dilaksanakan secara rutin dihari senin setelah kegiatan upacara dilakukan, tugas PA disini adalah memantau prestasi akademik peserta didik yang dibimbingnya (2) waktu, jika diperguruan tinggi pendidikan dilaksanakan selama empat tahun bahkan lebih dan dan di lakukan seharian penuh, di sekolah pendidikan diselesaikan dalam jangka waktu tiga tahun dan dilaksanakan dari pagi hingga menjelang sore, oleh sebab itu sks 6

7 yang dilakukan disekolah-sekolah masih berbentuk paket, namun hal ini tidak mengurangi dari tujuan sistem itu sendiri. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Sistem Kredit Semester (SKS) Dengan diberlakukannya sistem kredit semester maka guru harus memiliki kemandirian dan juga persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran, persiapan disini tidak hanya berupa penyusunan perangkat pembelajaran seperti Silabus, Prota, promes dan RPP, namun juga penyusunan materi atau pemetaan materi yang nantinya akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Disini guru sudah memahami konsep dasar KTSP dan sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan KTSP tersebut dengan sistem SKS namun kendalanya adalah SMA Negeri 2 Malang Masih baru melaksanakan KTSP dengan sistem SKS sehingga masih banyak kendala yang dihadapi seperti pemetaan dan penekanan materi yang harus mendatangkan dosen, namun dosen yang didatangkan seharusnya dosen yang relevan dan menguasai bidang tersebut. Kemandirian juga harus dimiliki oleh peserta didik, dengan sistem sks peserta didik dituntut untuk bertanggung jawab terhadap mata pelajaran dan beban belajar yang mereka ambil, karena apabila ada salah satu mata pelajaran yang tidak memenuhi standar KKM pengaruhnya akan besar seperti mereka harus mengulang mata pelajaran dalam program remedial bahkan jika masih tidak memenuhi harus mengikuti Semester Pendek (SP), namun juga memberikan kemungkinan untuk memperbaiki nilai yang telah memenuhi KKM. Untuk penjurusan, peserta didik yang ingin masuk ke dalam kelas yang diinginkan harus memiliki nilai yang memenuhi prasyarat: 1) Persyaratan Penjurusan. 1. IPA a) Nilai rata-rata dari Fisika, Kimia Biologi adalah 80. b) Nilai minimal dari Fisika, Kimia Biologi adalah 78. c) Matematika tuntas (nilai minimal 75). d) Minat dan bakat peserta didik cenderung IPA. 2. IPS 7

8 a) Nilai rata-rata dari Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi adalah 80. b) Nilai minimal dari Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi adalah 78. c) Minat dan bakat peserta didik cenderung IPS. 3. Bahasa: a) Nilai rata-rata dari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Sejarah adalah 80. b) Nilai minimal dari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Sejarah adalah 78. c) Minat dan bakat peserta didik cenderung Bahasa. 2) Persyaratan kelulusan a) Jumlah SKS yang harus ditempuh selama 6 semester adalah 122 SKS dengan rincian sebagai berikut: i. Mata pelajaran umum sejumlah 40 SKS. ii. Mata pelajaran wajib sejumlah 33 SKS. iii. Mata pelajaran pilihan wajib sejumlah 42 SKS. iv. Mata pelajaran pilihan bebas sejumlah 7 SKS. Peserta didik dinyatakan lulus apabila telah lulus 122 SKS atau boleh tidak lulus maksimal 10 SKS pada mata pelajaran pilihan bebas dan mata pelajaran umum (kecuali Agama, TI, Penjaskes, dan Seni) Penentuan mata pelajaran di SMA Negeri 2 Malang adalah sebagai berikut: a) Mata pelajaran terdiri atas mata pelajaran umum, wajib dan pilihan. b) Mata pelajaran umum harus diambil oleh semua peserta didik karena mendasari pembentukan kemampuan umum yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dan mendasari kemampuan akademik/profesional yang akan menjadi karir sebagai sumber penghidupan. Kelompok mata pelajaran umum dengan bobot 40 sks adalah Pendidikan Agama (01-05), PKn (01-04), Penjaskes (01-05), Bahasa Indonesia (01), Bahasa Inggris (01) Matematika (01), Fisika (01), Kimia (01), Biologi (01), Ekonomi (01), Sosiologi (01), Geografi (01), TIK (01-03), Sejarah (01-03), Pendidikan Seni (01-04). Mata pelajaran wajib adalah mata pelajaran yang wajib diambil oleh seluruh peserta didik, yang termasuk kelompok mata pelajaran wajib dengan 8

9 bobot 33 sks yaitu Bahasa Indonesia (02-06), Bahasa Inggris (02-06), Matematika (02-05). Mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran yang diterima berdasarkan jurusan yang akan ditempuh. Mata pelajaran ilihan meliputi pilihan jurusan dan bebas yaitu: a) Kelompok mata pelajaran pilihan jurusan dengan bobot 42 sks terdiri atas (1) Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika untuk jurusan IPA, (2) Ekonomi, Akuntansi, Sosiologi, Geografi, PKn, Sejarah untuk jurusan IPS, (3) Sastra Indonesia, Antropologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman, Bahasa Jepang b) Kelompok mata pelajaran pilihan bebas yang masuk dalam muatan lokal adalah: Life Science, DKV, Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman, Komputer Akuntansi. Di SMA Negeri 2 Malang telah ditentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 untuk mata pelajaran sejarah. Di SMA Negeri 2 Malang telah diterapkan sistem belajar tuntas yaitu seorang peserta didik dianggap tuntas belajar jika peserta didik tersebut mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran yaitu mampu memperoleh nilai 75. Peserta didik yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk ulangan dan UTS dapat mengikuti remidial. Remidial dilaksanakan secara berkelanjutan sampai dalam satu semester. Apabila peserta didik tidak mencapai ketuntasan munimal (KKM) di akhir semester maka peserta didik wajib mengulang mata pelajaran dengan mengikuti Semester Pendek (SP). sedangkan untuk peserta didik yang nilainya telah memenuhi standar KKM namun masih ingin memperbaiki nilainya dapat mengikuti Program Perbaikan Reguler a. Semester Pendek 1. Semester pendek diberikan kepada peserta didik yang ingin memperbaiki nilai yang telah diperoleh pada semester sebelumnya. 2. Semester pendek hanya boleh ditempuh untuk mata pelajaran yang sudah pernah ditempuh pada semester sebelumnya. 3. Pelaksanaan semester pendek berlangsung selama tiga minggu atau 18 x pertemuan. 4. Dikenakan biaya tambahan. 9

10 5. Nilai pada semester pendek maksimal 80 ( Delapan Puluh). 6. Peserta didik dapat memilih guru pengajar (Panduan SKS SMA Negeri 2 Malang Tahun 2010/2011, 2010). b. Program Perbaikan Reguler 1. Program Perbaikan Reguler (PPR) diberikan kepada peserta didik yang ingin memperbaiki nilai yang telah diperoleh pada semester sebelumnya. 2. Program Perbaikan Reguler hanya boleh ditempuh untuk mata pelajaran yang sudah diambil pada semester sebelumnya 3. Pelaksanaan Program Perbaikan Reguler (PPR) berlangsung selama satu semester. 4. Tidak dikenai biaya tambahan 5. Nilai pada program perbaikan reguler maksimal 80 (Delapan Puluh). 7. Pengajar ditentukan oleh sekolah (Panduan SKS SMA Negeri 2 Malang Tahun 2010/2011, 2010). Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung 1) Guru a) Beban mengajar guru menjadi ringan karena peserta didik harus bertanggung jawab dengan mata pelajaran yang diambilnya. b) Guru tidak perlu mengubah nilai peserta didik yang tidak memenuhi standar KKM, karena bila ada peserta didik yang nilainya tidak memenuhi KKM mereka adapat memperbaikinya dalam program Semester Pendek (SP). 2) Peserta didik a) Dengan dilaksanakannya sistem SKS ini maka menuntut peserta didik untuk belajar tuntas, namun apabila ada peserta didik yang belum tuntas atau sudah tuntas tapi ingin memperbaiki maka bisa dilakukan pada semester pendek dan program perbaikan regular. b) Adanya Penasehat Akademik (PA) sebagai pengganti wali kelas, tugas PA hampir sama dengan wali kelas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah peserta didik yang dibimbing oleh PA tidak lebih dari dua puluh peserta 10

11 didik, peserta didik ini dibimbing sejak dari awal masuk ke SMA Negeri 2 Malang, hingga para peserta didik tersebut menyelesaikan studinya di SMA Negeri 2 Malang, kegiatan ini selalu dilakukan pada hari Senin setelah upacara bendera dilaksanakan. Seorang guru memiliki tugas tidak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai penasehat dalam bidang akademik, tugas guru disini memantau prestasi dari setiap peserta didik yang dibimbingnya, mendiskusikan tentang penjurusan yang diinginkannya. Untuk melancarkan kegiatan bimbingan ini, setiap minggunya di hari senin setiap peserta didik harus menemui penasehat akademiknya untuk berkonsultasi. Tugas dari penasehat akademik adalah: 1. Pembimbing akademik memantau, membimbing, melakukan analisis terhadap data potensi, kebutuhan, minat, dan prestasi, serta memberikan rekomendasi konstruktif selama mengikuti pendidikan di sekolah agar peserta didik berkembang potensi akademiknya secara maksimal. 2. Pembimbing akademik membimbing peserta didik pada saat pengisian kartu rencana studi (KRS), pemilihan jurusan, pembagian laporan hasil belajar (LHB), dan/ atau melaksanakan konsultasi akademik 3. Pembimbing akademik melakukan penilaian akhlak mulia dan kepribadian berdasarkan hasil pengamatan dan masukan dari guru mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan 4. Jumlah maksimal peserta didik tiap pembimbing akademik adalah 20 orang dengan masa tugas selama massa studi peserta didik. c) Dengan digunakannya Sistem Kredit Semester ini, memberikan peluang lebih besar kepada peserta didik untuk memasuki perguruan tinggi lewat jalur PMDK, karena karena dengan sistem ini peserta didik harus bertanggung jawab terhadap prestasi belajarnya, sehingga memungkinkan nilai peserta didik tetap stabil. d) Dengan sistem ini memungkin peserta didik yang memiliki bakat dan minat dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat, sedangkan bagi 11

12 peserta didik yang memiliki prestasi non akademik masih bisa mengikuti pendidikannya tanpa harus pindah sekolah. Saat ini SMA Negeri 2 Malang mempunyai rencana untuk membangun Laboratorium IPS. Dengan sarana prasarana seperti itu menjadikan guru lebih dimudahkan dalam penyampaian materi dan peserta didik lebih tertarik dengan materi yang diajarkan. Faktor Penghambat 1) Guru a) Mendatangkan dosen pakar dalam pemetaan materi sejarah, hal ini disebabkan karena untuk kelas IPA dan IPS memiliki perbedaan dalam penekanan materi, selain itu dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester, kepala sekolah mendatangkan dosen pakar untuk memberikan bimbingan dalam pelaksanaan SKS. b) Belum adanya aturan baku pemerintah tentang pelaksanaan SKS, selama ini SMA Negeri 2 Malang masing menggunakan Silabus yang di keluarkan oleh pemerintah, namun disesuaikan dengan kondisi sekolah. Selain itu guru-guru sejarah membuat modul sendiri sebagai sumber belajar peserta didik karena tidak ada peraturan baku dari pemerintah tentang pemetaan materi, namun hal ini terbentur dengan aturan pemerintah yang melarang penjualan LKS kepada peserta didik. c) Guru-guru harus mengisi dua raport yaitu: raport konvensional dan raport SKS disini Guru-guru harus mengkonfensi nilai dalam raport SKS ke raport konvensional hal ini disebabkan karena perguruan tinggi belum menerima sistem ini dalam penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDK. d) Pembuatan soal yang berbeda untuk masing-masing modul karena masingmasing modul materinya berbeda antara kelas IPA dan IPS. e) Penguasaan materi agar bisa mengaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa lain karena modul tersebut keluarnya tidak bersamaan dan dengan isi materi yang sama sehingga guru harus lebih siap dalam memberikan materi. Dan jika dalam dua semester modul tidak diterbitkan 12

13 bersamaan maka guru harus mengulang kembali materi untuk mengaitkan antara materi yang diterima sebelumnya. 2) Peserta didik a) Bila ada peserta didik yang akan pindah ke sekolah lain, tentunya akan mengalami hambatan karena masih sedikit sekolah yang melaksanakan sistem SKS dalam kegiatan belajarnya. b) Dalam menyelesaikan pendidikan selalu pada semester genap hal ini dikarenakan ujian Nasional hanya dilaksanakan satu kali dalam satu tahun ajaran. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran Sejarah dengan sistem kredit semester di SMA Negeri 2 Malang maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Landasan hukum yang digunakan dalam pelaksanaan sistem kredit semester di SMA Negeri 2 Malang ada tiga yaitu pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 38, ayat (2), pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (2) Pemahaman guru-guru sejarah di SMA Negeri 2 Malang mengenai KTSP sudah bagus. Mereka tidak hanya mengetahui garis besarnya. Guru mampu memahami konsep dasar KTSP dan juga memahami sistem SKS itu sendiri namun SKS yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Malang berbeda dengan SKS yang di laksanakan perguruan tinggi. (3) sebelum pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan sistem kredit semester guru sejarah menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota, Promes, Silabus dan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajarannya guru sejarah sudah mengarah pada pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang dianjurkan dalam KTSP, guru telah menggunakan berbagai media seperti peta digital, power point dan lain-lain, tetapi yang paling sering digunakan tetaplah ceramah bervariasi dan penugasan kelompok. Dalam metode ceramah guru biasanya menggunakan peta konsep dan untuk penugasan kelompok biasanya dengan presentasi, media yang digunakan untuk mendukung 13

14 adalah power point. Sumber belajarnya utama yang digunakan berupa modul dan juga menggunakan buku-buku paket lain yang ada di perpustakaan. (4) dengan sistem ini adanya tanggung jawab dari peserta didik terhadap pendidikan mereka namun guru juga harus memberikan waktu yang banyak untuk memberikan pelayanan kepada para siswa, dengan sistem ini juga memiliki kendala seperti pelaksanaan Ujian Nasional satu kali dalam satu tahun hal itu karena belum banyaknya sekolah yang menerapkan sistem ini selain itu perguruan tinggi belum mengetahui jika ada sekolah yang menerapkan sistem SKS ini. Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang diberikan oleh penulis yaitu (1) bagi guru sejarah, Selalu meningkatkan pemahaman mengenai KTSP dengan sistem kredit semester, bisa dilakukan dengan cara mendatangkan dosen pakar sejarah dari salah satu perguruan tinggi, hendaknya guru meminta bantuan dari seorang yang ahli dalam bidang tersebut tidak saja dalam pemetaan materi tapi juga dalam penyusunan modul, dalam menyusun RPP, guru hendaknya tidak menyusun secara sekaligus, akan tetapi disusun setiap satu kali pertemuan. (2) Bagi SMA Negeri 2 Malang, pihak sekolah secara berkala melakukan kegiatan seminar, workshop serta rapat kerja mengenai KTSP dengan sistem kredit semester, sehingga pemahaman guru-guru akan semakin meningkat. (3) Bagi peneliti yang tertarik untuk membahas pembelajaran sejarah dengan sistem kredit semester bisa mengembangkan penelitian selanjutnya seperti bahan ajar dan sistem evaluasi. DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. SMA Negeri 2 Malang Panduan SKS SMA Negeri 2 Malang Tahun 2010/2011. Dinas Pendidikan. Sugiono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet. 14

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

Introduction. Nursyamsuddin

Introduction. Nursyamsuddin Oleh Nursyamsuddin Introduction Lahir di Purwakarta, 7 Oktober 1967 SD, SMP, SMA di Purwakarta S-1 Fisika di Jakarta S-2 Magister Manajemen dan Magister Pendidikan di Jakarta Berkeluarga; 2 orang putra

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Peraturan Akademik DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA : Jl. Raya Solo Jogya Km 13, Pucangan, Kartasura, ( 0271 ) 780593

Lebih terperinci

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) / BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) sgifis48@gmail.com 08128533491/0817804183 Tujuan Umum : Mewujudkan Visi dan Misi SMAN 48 Tujuan Khusus : Meningkatkan Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL () KELAS X 3 Bahasa Indonesia 65 B 5 Matematika 60 B 6 Fisika 60 B 7 Biologi 60 B 8 Kimia 60 B 9 Sejarah 65 B 10 Geografi 65 B 11 Ekonomi 65 B 12 Sosiologi 65 B 13 Kesenian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK UU SISDIKNAS NO 20 TH 2003 BAB IX STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35 (1) dan (2): (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci

HAYAT AL RAKHA

HAYAT AL RAKHA PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KELULUSAN PESERTA DIDIK HAYAT AL RAKHA 5215062168 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN

Lebih terperinci

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH I. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH Komponen Kelas dan I II III a. Al-Qur'an-Hadis 2 b. Akidah-Akhlak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Jalan Kemakmuran 51 Telp. (0287) 551094 Karanganyar KEBUMEN 54364 Nomor : 800/ 303 /2010 Tentang PERATURAN AKADEMIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DR. HERRY WIDYASTONO, APU Pembina Utama Muda, Gol. IV/c Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Khusus & Wks. Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Menengah PUSAT KURIKULUM BALITBANG

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN AGENDA MENJELANG UNBK NO BULAN TANGGAL KETERANGAN 1 JANUARI 24-26 TRY OUT 2 2 FEBRUARI 1-3 TRY OUT 3 6-13 UJIAN

Lebih terperinci

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL 1 A. Latar Belakang Tujuan pendidikan menengah umum adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1 1. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan 2 2. Landasan Pengembangan KTSP

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan ; setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA 2015,Direktorat Pembinaan SMA i Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU website :

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU   website : Digunakan Untuk Kalangan Sendiri DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU Email : smansa_bumiayu@yahoo.co.id website : www.smansa-bumiayu.sch.id 1 PENGESAHAN Peraturan Akademik SMA Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011 Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA Jl. Palabuhanratu Km.29 Desa/Kec.Warungkiara Telp/Fax (0266)320248 Website:

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM RINTISAN SKS

PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM RINTISAN SKS PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM RINTISAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 Nama Sekolah : SMAN 10 Melati Samarinda Alamat Sekolah : Jl.H.A.M.M. Rifaddin Kel.Harapan Baru Kec. Samarinda

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ki Hajar Dewantara (2004:21) menjelaskan bahwa pengajaran (onderwijs) tak lain dan tak bukan merupakan satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA Departemen Pendidikan Nasional LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) Setiap akhir semester, guru menelaah hasil pencapaian belajar setiap peserta didik (semua

Lebih terperinci

RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA. oleh: Tim Pengembang Kurikulum

RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA. oleh: Tim Pengembang Kurikulum RINTISAN SISTEM SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA oleh: Tim Pengembang Kurikulum SISTEM SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) MENGAPA? APA? BAGAIMANA? KAPAN? MENGAPA? Landasan Yuridis Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/ BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR: 0040/P/BSNP/VI/ TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 422 / 042 / SMPN 19 Tentang PERATURAN AKADEMIK A. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN 1. Proses Pembelajaran dilaksanakan dalam tahun pelajaran. 2. Satu Tahun Pelajaran dibagi

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) KOMPONEN DURASI WAKTU (Jam) A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan 192 3. Bahasa Indonesia 192 4. Bahasa Inggris 440 5. Matematika

Lebih terperinci

2015, Direktorat Pembinaan SMA i

2015, Direktorat Pembinaan SMA i 2015, Direktorat Pembinaan SMA i KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang yang berkelanjutan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan sang penciptanya, yaitu bermanfaat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMAN 1 KENDARI BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN AKADEMIK SMAN 1 KENDARI BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PERATURAN AKADEMIK SMAN 1 KENDARI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Peraturan akademik merupakan peraturan yang mengatur persyaratan kehadiran, ketentuan ulangan, remidial, kenaikkan kelas, kelulusan, dan

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau SMA Negeri 3 Batam Jl. Hang Nadim, Kel. Belian, Kec. Batam Kota W eb : sm an tib a tam. co.id T

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kriteria Ketuntasan Minimal

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan cuoi trong cuontentang phim buon. Nguoi da den nhu la giac mo roi ra di cho anh bat ngo... http://nhattruongquang.0catch.com

Lebih terperinci

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP a. Cara Pengisian Instrumen: Beri tanda checklist (V) pada; ) 0 apabila tidak ada ) apabila Ada/Kurang atau tidak lengkap ) apabila Ada/Cukup /Cukup Lengkap )

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Layanan Akademik SMA Negerri 78 Jakarta INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 0/05. Kelas Reguler a. Menggunakan Kurikulum 0. b. Proses Pembelajaran menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI

RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SMA) Oleh : H. Karso Lektor Kepala FPMIPA UPI A. Pendahuluan Lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. MATA PELAJARAN Pelaksanaan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor tahun pelajaran 2009/2010 menggunakan Kurikulum SMA Negeri 1 Bogor program IPA dan IPS, baik untuk kelas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Alamat : Jln K.H.Agussalim Polewali Telp. 0428-22031, email:sman3polewali@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 3 POLEWALI NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL A. PENILAIAN KELAS X PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SMA NEGERI 1 KENDARI Jln. Mayjen Soetoyo No.102 Telp/Fax : (0401) 3121 814 - NPSN 40402619, NSS 300123010102 Web-site : www.sman1kendari.sch.id,

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kasi. Kurikulum dan Penilaian SMP dan SMA BID. SMP dan SMA DISDIK PROV. DKI JAKARTA

Kasi. Kurikulum dan Penilaian SMP dan SMA BID. SMP dan SMA DISDIK PROV. DKI JAKARTA 23 DESEMBER 2017 di SMAN 42 Jakarta 1. Korwas SMA DKI 2. Ketua MGMP Prov. DKI 3. Tim Pengembang Kurikulum SMA DKI 4. Koord. Wakil Kepala SMA Bid. Kurikulum Kasi. Kurikulum dan Penilaian SMP dan SMA BID.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Struktur Kurikulum 2013 MI

Struktur Kurikulum 2013 MI MADRASAH IBTIDAIYAH Struktur Kurikulum 2013 MI MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER-MINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur an Hadis 2 2 2 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS

PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH/PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia Dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam

Lebih terperinci

SMP NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Teratai, Semarapura Kelod, Klungkung Website:

SMP NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Teratai, Semarapura Kelod, Klungkung   Website: PERATURAN AKADEMIK SMP NEGERI 1 SEMARAPURA TAHUN PELAJARAN 2016 /2017 Digunakan untuk kalangan sendiri SMP NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Teratai, Semarapura Kelod, Klungkung Email: smpsatusemarapura@ymail.com

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. PROSEDUR KERJA 4 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau untuk mata pelajaran Ujian Nasional (UN) dengan

Lebih terperinci

Model Peminatan dan Lintas Minat

Model Peminatan dan Lintas Minat SAMBUTAN Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan KebuKurikulum 2013 dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB),

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, sudah pasti ingin mempunyai peserta didik dan lulusan yang berprestasi

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci