MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU"

Transkripsi

1 MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU Oleh Dr. Budiyono Saputro, S.Pd, M.Pd 0

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, karya ilmiah berjudul Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Berfokus Praktikum dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Profesional Guru IPA SMP di Kabupaten Kudus, ini dapat terselesaikan. Buku ini merupakan produk penelitian Research and Development dari pengembangan model manajemen pelatihan IPA terpadu dalam rangka peningkatan kompetensi profesional guru IPA SMP di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Kudus. Karya ilmiah ini memberikan sebuah solusi model manajemen pelatihan yang lebih baik dan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan pelatihan, karena model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dilengkapi dengan paket pendukung pelatihan. Paket pendukung pelatihan adalah: pedoman pelaksanaan manajemen pelatihan, pegangan peserta, pegangan instruktur dan materi pelatihan IPA terpadu berfokus praktikum. Ide dasar yang melatarbelakangi lahirnya buku ini adalah diberlakukannya Permendiknas No.22 Tahun 2006 bahwa dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) IPA SMP dianjurkan dalam penyampaianya IPA terpadu. Fakta di lapangan guru IPA SMP memiliki latar belakang pendidikan Biologi atau Pendidikan Fisika. Fakta lain dalam kurikulum IPA SMP juga terdapat materi kimia. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan sebuah solusi dengan kegiatan pelatihan bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus. 1

3 Berdasarkan temuan manajemen pelatihan yang telah berjalan di MGMP IPA SMP kabupaten Kudus, perlu dilakukan pengembangan model manajemen pelatihan agar penyelenggaraan pelatihan dapat berhasil secara maksimal. Model manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi dengan paket pelatihan. Model manajemen pelatihan IPA terpadu berfokus praktikum memuat model manajemen pelatihan yang memiliki tahap: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, monitoring, tindak lanjut pasca pelatihan dan hasil pasca pelatihan. Besar harapan penulis, model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan sebagai model alternatif dalam penyelenggaraan pelatihan di MGMP, LPMP, P4tkipa dan di Balai Diklat lain. Salatiga, 16 Juli 2016 Penulis Budiyono Saputro 2

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 I. Pendahuluan... 4 II. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 5 III. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Rasional Pengertian Pengelola Pelatihan Unsur Manajemen palatihan Tindak lanjut Pasca Pelatihan Hasil Pasca Pelatihan.. 21 IV. Penutup V. Daftar Pustaka LAMPIRAN

5 Bab I Pendahuluan Sesuai dengan Permen 22 tahun 2006, bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di sekolah dari jenjang Sekolah Dasar sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Model pembelajaran IPA terpadu memuat beberapa keterpaduan antar Kompetensi Dasar (Depdiknas, 2007). Pembelajaran IPA terpadu tidak memaksakan semua materi untuk dipadukan, namun memadukan materi yang berpotensi untuk dipadukan. IPA yang terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia sekilas tampak berbeda, namun apabila kita cermati dalam pembelajaran secara terpadu terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang dapat dipadukan. Materi IPA terpadu disusun dengan diawali pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi untuk dipadukan. Indikator pembelajaran IPA terpadu dapat muncul dari penggabungan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipadukan. Dengan berlakunya KTSP yang didalamnya terdapat mata pelajaran IPA, materi IPA dianjurkan untuk disampaikan secara terpadu, maka hal tersebut menimbulkan dampak bagi guru IPA. 4

6 Berdasarkan kenyataan di lapangan guru IPA memiliki latar belakang Pendidikan Biologi atau Pendidikan Fisika atau Pendidikan Kimia. Melihat kenyataan di lapangan, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru IPA SMP dalam pembelajaran IPA terpadu. Upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional pembelajaran IPA terpadu bagi guru IPA SMP adalah dengan mengadakan pelatihan IPA terpadu. Pelatihan tersebut dikelola dengan pengembangan model manajemen pelatihan yang selama ini telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model manajemen pelatihan IPA terpadu yang dikembangkan ini dapat menjadi panduan penyelenggaraan pelatihan khususnya bidang IPA. Dengan demikian pelatihan dapat berjalan secara maksimal, efektif dan efesien dan dapat meningkatkan hasil pembelajaran serta meningkatkan profesionalisme guru IPA. I. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Manajemen merupakan suatu sistem dan memiliki komponen. Definisi manajemen menurut Terry (1977: 4) management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources. Fattah (2009: 1) manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien. Menurut Kamil (2010: 16) secara manajerial, fungsi-fungsi organizer pelatihan adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan. Manajemen Pelatihan menurut Mujiman (2009: v) adalah pengelolaan program pelatihan, 5

7 yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Menurut Terry (1977: 4) basic resources the 6 M s is Men and Women, materials, machines, methods, money and markets. Adapun gambarnya 6 M dengan fungsi manajemen adalah sebagai berikut. Men and Women Materials Machines Methods money Markets Planning Organizing Actuating Controlling Gambar 2.1 Basic resources the 6 M s Terry (1977: 4) Dari unsur manajemen men, materials, machines, methods, money, markets dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan sebelum menyelenggarakan pelatihan. Manajemen pelatihan yang diselenggarakan memerlukan perencanaan dari keenam unsur tersebut di atas. Studi pendahuluan diperlukan dalam analisis kekurangan dan kelebihan dari unsur tersebut diatas. Dari kekurangan dapat dioptimalkan dengan pengembangan yang dituangkan dalam penyelenggaraan pelatihan. Pelatihan perlu dikelola atau dimanaje oleh organizer pelatihan. Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna fungsional pelatihan terhadap individu, organisasi maupun masyarakat. 6

8 Berdasarkan definisi manajemen yang dikemukakan beberapa ahli, maka penulis mengadap pada manajemen yang dikemukakan oleh Terry (1977: 4) dimana fungsi dari empat komponen dalam manajemen adalah sebagai berikut: Perencanaan (planning), actuating, pengorganisasian (organizing), pengontrolan (controlling). Manajemen pelatihan IPA terpadu terdiri dari empat komponen utama: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring. Adapun manajemen pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP memiliki spesifikasi sebagai berikut. 1. Model manajemen pelatihan IPA terpadu hasil pengembangan mudah dilakukan dan mudah dipahami bagi penyelenggara pelatihan, karena pengembangan berdasarkan analisis kebutuhan dan temuan model manajemen yang telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model manajemen hasil pengembangan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring serta tindak lanjut pasca pelatihan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan. 2. Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat mengetahui kemampuan profesional tamatan pelatihan, karena dilengkapi dengan tahap tindak lanjut pasca pelatihan di lapangan yang dibawah supervisi atasan langsung tamatan pelatihan. 3. Model manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi paket pelatihan meliputi: pedoman manajemen pelatihan, pegangan instruktur pelatihan, pegangan peserta pelatihan serta materi pelatihan IPA terpadu. Paket pelatihan pada 7

9 model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat memudahkan bagi penyelenggara, instruktur dan peserta. II. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Penyusunan desain konseptual model manajemen pelatihan IPA terpadu dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan. Studi pendahuluan berupa angket terbuka dan interview dari Ketua dan pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus tentang manajemen pelatihan yang pernah dilakukan, didukung studi pendahuluan dan kebutuhan Pelatihan IPA terpadu dari guru IPA SMP di Kabupaten Kudus, epala Sekolah SMP Kabupaten Kudus, LPMP Jawa Tengah, pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus, dan guru IPA SMP Kabupaten Kudus. Dari hasil studi pendahuluan dapat diketahui kelemahan manajemen pelatihan yang pernah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus yaitu belum dilakukan evaluasi program pelatihan secara menyeluruh dan belum dilakukan tindak lanjut pascapelatihan. Hasil studi pendahuluan analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu, kondisi, dan kendala pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut: (1) guru IPA SMP di Kabupaten Kudus membutuhkan pelatihan IPA terpadu, (2) guru IPA kesulitan mendapatkan buku IPA terpadu, (3) guru IPA belum menyampaikan pembelajaran IPA secara terpadu, (4) guru IPA minat mengikuti pelatihan IPA terpadu, (6) guru IPA belum memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat dikembangkan desain model manajemen pelatihan IPA terpadu. Adapun desain pengembangan model manajemen pelatihan terpadu seperti tercantum pada gambar

10 Fakta dan kendala guru saat ini Permendiknas No.22 tahun 2006 Pembelajaran IPA terpadu Peningkatan kompetensi guru Pelatihan guru Model manajemen pelatihan Fungsi Manajemen Basic resources Pengelola pelatihan Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Evaluasi pelatihan 1. Analisis kebutuhan pelatihan. 2. Tujuan pelatihan. 3. Kurikulum dan materi pelatihan 4. Paket pelatihan 5. Relevasi metode pelatihan. 6. Instruktur/pakar pelatihan. 7. Peserta pelatihan. 8. Sarana dan prasarana pelatihan. 9. Jadwal peltihan. 10. Teknik evaluasi pelatihan 11. Anggaran 12. Tindak lanjut pelatihan Tugas dan tanggungjawab pengelola pelatihan 1. Paket pelatihan 2. Instruktur 3. Peserta 4. Materi teori pengantar praktikum 5. Relevansi metode 6. Anggaran menyesuaikan 7. Sarana prasarana sesuai kebutuhan 8. Pembekalan rencana tindak lanjut pasca pelatihan 1. Program pelatihan 2. Materi pelatihan 3. Instruktur 4. Prosedur pelatihan 5. Sarana prasarana 6. Pengelola pelatihan Monitoring dan evaluasi Tindak lanjut pasca pelatihan Perencanaan 1. Supervisi 2. Silabus, RPP, materi Pelaksanaan Implementasi Silabus, RPP, materi dan pembelajaran Penilaian dan Pelaporan Rekomendasi hasil supervisi Hasil Gambar 3.1. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu 9

11 2.1 Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu Rasional Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi, untuk satuan pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa subtansi mata pelajaran IPA merupakan IPA terpadu. Guru IPA di lapangan belum menyampaikan IPA secara terpadu. Guru IPA saat ini telah memiliki spesifikasi bidang ilmu pendidikan biologi dan pendidikan kimia. Guru IPA lebih menyukai materi sesuai bidangnya. Mata pelajaran IPA pada sekolah menengah pertama dalam KTSP 2006 terdapat materi kimia. Fakta tersebut di atas menjadikan kendala dalam menyampaikan IPA terpadu, untuk itu dilakukan peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan. Pelatihan dapat berhasil diperlukan pengelolaan dengan menerapakan fungsi manajemen dan basic resources Pengertian Model manajemen pelatihan IPA terpadu merupakan kerangka konseptual sebagai acuan dalam pengelolaan peningkatan kompetensi guru IPA dalam pembelajaran IPA terpadu. Pengembangan model manajemen pelatihan IPA terpadu dibagi menjadi empat yaitu: pengelola pelatihan, unsur manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi), tindak lanjut pasca pelatihan dan hasil Pengelola Pelatihan Pengelola pelatihan adalah MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan memiliki tugas dan tanggung jawab atas kelancaran berjalannya pelatihan. Ketua panitia pelatihan 10

12 adalah ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus dibantu pengurus MGMP IPA SMP kabupaten Kudus sebagai sekretaris, bendahara, koordinator pelaksana, seksi acara dan materi, seksi konsumsi serta seksi perlengkapan. Tugas dan tanggung jawab masing-masing pengelola dikoordinasikan dalam rapat persiapan yang dipimpin oleh ketua panitia pengelola pelatihan Unsur Manajemen Pelatihan Manajemen pelatihan IPA terpadu di MGMP IPA SMP kabupaten Kudus meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Deskripsi dari masing-masing unsur adalah sebagai berikut. A. Perencanaan Pelatihan Tim MGMP IPA Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan IPA terpadu. Pengelola pelatihan melakukan perencanaan pelatihan. Perencanaan pelatihan merupakan kegiatan merencanakan program pelatihan secara menyeluruh. Adapun perencanaan pelatihan adalah sebagai berikut. a. Analisis kebutuhan pelatihan Analisis kebutuhan dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi. Analisis kebutuhan melalui angket bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus diikuti oleh 30 orang guru IPA dalam forum MGMP yang dikoordinasi oleh peneliti dan tim MGMP. Angket analisis kebutuhan meliputi: kebutuhan pelatihan IPA terpadu, kenyataan pembelajaran IPA terpadu di SMP Kabupaten Kudus, kendala pembelajaran IPA terpadu dan minat guru untuk mengikuti pelatihan IPA terpadu dan masukan guru IPA dalam rangka pelatihan dan pembelajaran IPA terpadu. 11

13 Masukan dari kepala sekolah pada saat peneliti melakukan observasi pembelajaran IPA terpadu di sekolah, meliputi: keluhan, kendala yang dialami guru IPA, kurikulum, silabus dan RPP. Wawancara peneliti dengan tim MGMP tentang kenyataan manajemen pelatihan yang sudah dijalankan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus, serta diskusi peneliti dengan Kabid. Fasilitasi LPMP Jawa Tengah tentang pelatihan yang pernah diikuti guru IPA SMP di LPMP Jawa Tengah serta manajemen pelatihan di LPMP Jawa Tengah. Hasil angket tersebut di atas, sebagai dasar analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu. b. Tujuan Pelatihan Tiga tujuan dalam pelatihan IPA terpadu. Tujuan tersebut berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Tujuan pelatihan terpadu adalah. (1) Untuk meningkatan pengetahuan guru IPA dalam pemahaman pembelajaran IPA terpadu. (2) Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan pengintegrasian SK, KD, silabus, RPP IPA terpadu. (3) Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran IPA terpadu di sekolah. c. Program Pelatihan Program pelatihan yang dalam pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP meliputi: kurikulum dan materi pelatihan IPA terpadu, relevansi strategi dan metode pelatihan, instruktur/pakar IPA, alokasi peserta pelatihan, sarana dan 12

14 prasarana pelatihan, jadwal peltihan, teknik evaluasi pelatihan, anggaran, dan tindak lanjut pasca pelatihan serta paket pelatihan. B. Pengorganisasian Pelatihan Pengorganisasian pelatihan IPA terpadu diawali dengan menentukan tim pengelola pelatihan dari pengurus MGMP IPA Kabupaten Kudus. Ketua pengelola pelatihan menyusun tim kerja dituangkan dalam struktur organisasi. Ketua pengelola pelatihan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai bidangnya. Ketua pengelola menentukan prosedur dan koordinasi kerja tim. C. Pelaksanaan Pelatihan Pelaksanaan pelatihan mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice breaking, pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi pembelajaran IPA terpadu, refleksi dan postes. Batasan pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut. (1) Materi pelatihan IPA terpadu dibatasi pada kelas VII semester 1 sumber materi adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi dapat dipadukan. Adapun materi yang berpotensi untuk dipadukan adalah: (1) Wujud Zat dan Perubahannya, (2) Kalor, Suhu dan Penyulingan. (2) Setiap peserta mendapatkan buku pegangan pelatihan dan materi IPA terpadu. (3) Pelatihan didampingi seorang pakar IPA. (4) Seorang peserta setelah mendapatkan pelatihan materi kompetensi IPA terpadu, wajib melakukan simulasi penyampaian IPA terpadu mewakili kelompoknya. 13

15 (5) Materi beserta perangkatnya yang disampaikan dalam simulasi dapat digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu di sekolah sebagai tindak lanjut pasca pelatihan. (6) Perangkat hasil simulasi dikumpulkan sebagai arsip dan dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran IPA terpadu. Basic resources dalam pelaksanaan pelatihan meliputi: pengelola pelatihan, peserta, instruktur, sarana dan prasarana, metode. Diskripsi dari basic resources pelaksanaan pelatihan IPA terpadu adalah sebagai berikut. 1). Pengelola pelatihan Pengelola pelatihan memiliki tugas dan tanggung jawab pada pelaksanaan pelatihan sebagai berikut: membagikan paket pelatihan, memandu ice breaking, memandu jalannya pelatihan, membagikan soal pretes, mengumpulkan lembar jawab prestes, membagikan soal postes, mengumpulkan lembar jawab postes. 2). Peserta pelatihan Peserta pelatihan memiliki tugas dalam pelaksanaan pelatihan sebagai berikut: menerima paket pelatihan, mengikuti ice breaking, mengikuti pretes, mengikuti paparan teori, melakukan simulasi, mengikuti refleksi dari simulasi penyampaian IPA terpadu yang telah dilakukan, mengikuti postes. Persyaratan peserta pelatihan adalah sebagai berikut. a. Peserta pelatihan adalah guru IPA SMP baik negeri maupun swasta. b. Peserta diutamakan guru IPA SMP kelas VII semester 1 dan memiliki latar belakang Pendidikan Biologi atau Pendidikan Fisika atau Pendidikan Kimia. 14

16 c. Peserta bersedia mengikuti pelatihan IPA terpadu sampai selesai dan melakukan tindak lanjut pasca pelatihan di tempat kerja. d. Peserta memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti pelatihan IPA terpadu. 3). Instruktur Instruktur pelatihan IPA terpadu adalah orang yang memiliki kompetensi keilmuan IPA. Tugas dan tanggung jawab selama pelatihan adalah: mengikuti ice breaking, menyampaikan materi teori IPA terpadu, melakukan penilaian simulasi IPA terpadu yang dilakukan peserta pelatihan, mengoreksi pretes dan postes. Instruktur pelatihan IPA terpadu memiliki persyaratan sebagai berikut. a. memiliki bidang keilmuan IPA, b. jika berprofesi sebagai guru IPA memiliki masa kerja minimal 10 tahun sebagai guru IPA, c. jika penulis buku IPA telah memiliki karya yang pernah diterbitkan dan memiliki kerjasama dengan penerbit, d. inovatif dan mampu menggunakan media serta mampu mengopersionalkan komputer. 4). Kompetensi pelatihan IPA terpadu dan perangkat pelatihan Kompetensi pelatihan IPA terpadu meliputi: pemberian sosialisasi IPA terpadu dan implementasinya, pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA yang berpotensi untuk dipadukan, teori IPA terpadu. Persyaratan Kompetensi pelatihan IPA terpadu adalah. 15

17 (1) Peserta membawa kit pelatihan, kurikulum IPA SMP KTSP (2) Peserta mengikuti sosialisasi, paparan materi IPA terpadu. (3) Peserta memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu. (4) Peserta menganalisis pemetaan SK, KD yang berpotensi untuk dipadukan materi IPA SMP Kelas VII Semester I berpedoman pada kurikulum KTSP Sumber daya perangkat pelatihan meliputi: panduan model manajemen pelatihan IPA terpadu, pedoman pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA terpadu, buku pegangan instruktur, buku pegangan peserta, materi IPA terpadu. 5). Relevansi metode Pelaksanaan pelatihan menggunakan beberapa macam metode. Metode tersebut adalah: ceramah, diskusi dan simulasi, praktikum. 6). Anggaran Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelatihan adalah anggaran. Anggaran dalam pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA terpadu disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan. 7). Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana dibutuhkan dalam pelatihan. Pelatihan IPA terpadu membutuhkan sarana dan prasarana sebagai berikut: ruang/aula lengkap, LCD lengkap, alat tulis kantor dan konsumsi. Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice breaking, pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi, refleksi dan postes. Adapun enam tahap tersebut adalah sebagai berikut. 16

18 1). Ice breaking Pada awal pelaksanaan pelatihan panitia, pakar IPA dan peserta melakukan perkenalan atau ice breaking. Ice breaking perlu dilakukan agar sesama peserta, pakar IPA saling mengenal sehingga memperlancar tercapainya tujuan pelaksanaan pelatihan. 2). Pretes Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti pre-tes sebagai usaha untuk mengetahui kemampuan awal tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu sebelum mengikuti pelatihan. 3). Materi IPA terpadu berfokus praktikum Peserta pelatihan mendengarkan ceramah, melakukan diskusi dan tanya jawab serta praktikum materi IPA terpadu Kelas VII Semester I dengan pakar IPA. Materi Kompetensi IPA terpadu yang meliputi: (1) pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar yang berpotensi dipadukan untuk pembelajaran IPA terpadu, (2) pembuatan Silabus dan RPP IPA terpadu, (3) pembuatan materi IPA terpadu. Teori pengantar praktikum IPA terpadu, praktikum IPA terpadu lilin menyala, dibakar, plastik dibakar dan penyulingan. 4). Simulasi pembelajaran IPA terpadu Peserta pelatihan dibagi menjadi enam kelompok untuk melakukan simulasi penyampaian materi IPA terpadu dengan bimbingan dari pakar IPA. Peserta bersama kelompoknya mempersiapkan Silabus, RPP dan materi IPA terpadu yang akan disampaikan. Simulasi penyampaian IPA terpadu 17

19 dievaluasi oleh pakar IPA. Peserta merevisi materi IPA terpadu yang disampaikan dalam simulasi atas dasar masukan dari pakar IPA. Peserta pelatihan wajib mengikuti semua kegiatan dalam pelatihan. 5). Refleksi Peserta pelatihan bersama kelompoknya melakukan refleksi dari apa yang telah dilakukan dalam peningkatan kompetensi melalui simulasi IPA terpadu. Dari kekurangan yang dialami dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan penyampaian IPA terpadu. Pakar IPA memberikan masukan dan penilaian dari simulasi peserta pelatihan. 6). Postes Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti postes sebagai usaha untuk mengetahui kemampuan akhir tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu setelah mengikuti pelatihan. Hasil tes kemampuan awal peserta dibandingkan dengan hasil tes kemampuan akhir. Hasil postes diharapkan dapat mengalami peningkatan sebagai akibat dari pelatihan materi Kompetensi IPA terpadu yang telah diterima. 7). Rencana tindak lanjut pasca pelatihan Pembekalan tindak lanjut pasca pelatihan merupakan upaya untuk memberikan bekal tamatan pelatihan dalam mengimplementasikan hasil dari pelatihan di sekolah. Pembekalan ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan tindak lanjut pascapelatihan. Adapun dalam pembekalan ini menjelaskan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan pelaporan. D. Evaluasi `dan monitoring pelatihan 18

20 Evaluasi merupakan penilaian dari suatu kegiatan pelatihan yang meliputi: penilaian kualitas program pelatihan, tujuan, jadwal, kurikulum, materi, media, instruktur/pakar IPA, metode, strategi, prosedur, sarana dan prasarana pelatihan, biaya, panitia, keberhasilan yang dicapai peserta pelatihan IPA terpadu, kendala pelaksanan pelatihan IPA terpadu, pelaporan pelaksanaan pelatihan IPA terpadu. Peserta pelatihan memberikan penilaian secara obyektif aspek tersebut di atas. Pakar IPA menilai keberhasilan peserta dalam pelatihan IPA terpadu. Pengelola pelatihan melakukan pemantauan atau monitoring selama kegiatan pelatihan berjalan. Kegiatan pemantauan bertujuan meminimalisasi penyimpangan dalam pelatihan. Basic resources pada saat evaluasi program pelatihan adalah. 1). Pengelola pelatihan (1) Membagikan angket evaluasi program pelatihan kepada peserta yang meliputi: materi pelatihan, program pelatihan, prosedur pelatihan, instruktur, sarana prasarana dan konsumsi. (2) Mengumpulkan angket penilaian program pelatihan yang telah diisi peserta. (3) Merekap hasil evaluasi program pelatihan. (4) Menerima laporan tindak lanjut pascapelatihan dari tamatan pelatihan. 2). Peserta pelatihan (1) Mengisi angket penilaian program pelatihan. (2) Memberikan angket yang telah diisi kepada panitia. 19

21 3.1.5 Tindak lanjut pasca pelatihan Tindak lanjut pasca pelatihan IPA terpadu meliputi langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan. (1) Perencanaan Pasca Pelatihan. Perencanaan pasca pelatihan tidak terlepas dari pelatihan yang telah dilakukan. Tamatan peserta pelatihan diharapkan dapat mengimplementasikan materi pembelajaran IPA terpadu di sekolah. Pembina pasca pelatihan di lapangan adalah kepala sekolah sebagai atasan langsung atau MGMP IPA SMP sebagai panitia pelaksanaan pelatihan. Adapun langkah-langkah perencanaan pasca pelatihan adalah sebagai berikut: (1) menentukan pembina pasca pelatihan, (2) menentukan materi pembinaan sesuai kurikulum yang ada sebagai tindak lanjut dari tugas pada saat pelatihan, (3) menentukan waktu dan tempat pembinaan serta penyerahan laporan implementasi pembelajaran IPA terpadu di lapangan, (4) menentukan evaluasi pasca pelatihan terhadap tamatan pelatihan. (2) Pelaksanaan Pasca Pelatihan Perencanaan pasca pelatihan dilakukan oleh tamatan pelatihan di sekolah. Materi IPA terpadu yang disampaikan dalam pembelajaran di sekolah adalah sebagai tindak lanjut tugas yang dikerjakan pada saat pelatihan. Materi IPA terpadu yang dimaksud adalah materi yang berpotensi dapat dipadukan pada lingkup satu materi pada semester yang sama. Tamatan pelatihan dipantau oleh kepala sekolah sebagai atasan langsung dengan mengisi penilaian pada lembar penilaian pasca pelatihan yang ditentukan. Lembar penilaian diserahkan pada saat pelaporan ke MGMP IPA SMP sebagai pengelola pelatihan. Basic resources 20

22 pelaksanaan pasca pelatihan adalah: pengelola, peserta, instruktur, sarana dan prasarana, metode. (3) Penilaian dan Pelaporan Pasca Pelatihan Penilaian dan pelaporan pasca pelatihan bagi tamatan peserta pelatihan sebagai masukan yang menggambarkan kemajuan kemampuan profesional dalam penyampaian IPA terpadu di sekolah. Aspek penilaian dari atasan peserta pelatihan adalah: (1) kemampuan mempersiapkan perangkat pembelajaran, Silabus, RPP pembelajaran IPA terpadu, (2) kemampuan menyampaikan pembelajaran IPA terpadu di kelas, (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran IPA terpadu. Aspek pelaporan adalah: (1) nama tamatan peserta pelatihan, (2) materi dan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dilaksanakan di sekolah pasca pelatihan, (3) hasil penilaian oleh atasan tamatan peserta pelatihan, (4) rekomendasi Hasil pasca pelatihan Setelah mengikuti pelatihan dan tahapan pasca pelatihan di sekolah kemampuan kompetensi profesional guru dalam pembelajaran IPA terpadu dapat meningkat. Kemampuan kompetensi profesional pembelajaran IPA terpadu tamatan pelatihan diharapkan dapat berkembang pada materi dan tingkat kelas yang lainnya. 21

23 III. PENUTUP Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini merupakan salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan jalannya pelatihan. Model manajemen pelatihan IPA terpadu dan paket pelatihan ini dapat: 1. Menjadi model alternatif dalam penyelenggaraan pelatihan pada LPMP, P4tkipa, dan MGMP di kabupaten lain. 2. Menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam penyelenggaraan pelatihan. Demikian buku panduan model manajemen pelatihan IPA terpadu ini disusun, mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam penyelenggaraan pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus khususnya. IV. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta: BNSP. Fattah, Nanang Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hardjana, M. A Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius Press. Kamil, Mustofa Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung. Alfabeta. Mujiman, H Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/ MTs merupakan IPA Terpadu. Terry, G. R Principles of Management. 7 rd ed. United State of America: Illionis Richard D. Irwin, Inc. 22

24 23

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PRAKTIKUM IPA SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN GURU IPA DI LABORATORIUM. Budiyono Saputro ABSTRAK

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PRAKTIKUM IPA SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN GURU IPA DI LABORATORIUM. Budiyono Saputro ABSTRAK Manajemen Pembelajaran Direct Instruction dalam Praktikum IPA Sebagai Kunci Keberhasilan Guru IPA (Budiyono Saputro) MANAJEMEN PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PRAKTIKUM IPA SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN

Lebih terperinci

Educational Management

Educational Management Educational Management 1 (2) (2012) Educational Management http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman EFEKTIFITAS MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU BAGI GURU MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan 156 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan penelitian dan pengembangan terhadap kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio

Lebih terperinci

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro Pelatihan sebuah Solusi dalam Pembelajaran IPA Terpadu. PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VII DALAM PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RPP BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak 1 PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM Oleh: Nur Dewi Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Abstrak Kompetensi manajerial adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang kepala. Kompetensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...... BAB I. PENDAHULUAN..... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Masalah... 8 C. Kerangka Pemecahan Masalah...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DANSARAN. dari ketiga fokus yaitu Kesiapan implementasi Kurikulum 2013

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DANSARAN. dari ketiga fokus yaitu Kesiapan implementasi Kurikulum 2013 110 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DANSARAN Dalam bab VI ini secara berturut-turut dibahas tentang kesimpulan yang terdiri dari ketiga fokus yaitu Kesiapan implementasi Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di dasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan mata

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PENINGKATAN DAN PENGEBANGAN BAHASA DAN SENI DAERAH DI SEKOLAH DI JAWA BARAT ANGKET

MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PENINGKATAN DAN PENGEBANGAN BAHASA DAN SENI DAERAH DI SEKOLAH DI JAWA BARAT ANGKET MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PENINGKATAN DAN PENGEBANGAN BAHASA DAN SENI DAERAH DI SEKOLAH DI JAWA BARAT ANGKET Nama :... Asal Sekolah : SD/SMP/SMA... Kecamatan :... Kab/Kota :... DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) TAILOR MADE PELAKSANAAN PLPG PSG RAYON 107 UNIVERSITAS LAMPUNG UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 Panitia Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

PROGRAM TOT FASILITATOR MGMP/KKG

PROGRAM TOT FASILITATOR MGMP/KKG PROGRAM TOT FASILITATOR MGMP/KKG A. Rasional Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Dengan demikian, sistem pendidikan nasional menjadi parameter yang sangat penting dalam menentukan

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 dan 2 Kecamatan. pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 dan 2 Kecamatan. pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan analisisnya yang diuraikan pada bab IV, peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur utama pelaku pendidikan di sekolah yang dalam melaksanakan tugasnya perlu bersinergi agar tujuan sekolah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan pembahasan uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ada empat faktor yang mempengaruhi Implementasi Standar Pengawas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN Akhmad Khawasi&Liana Aisyah Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bemaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN 241 Lampiran 7 REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN No. Seri Fieldnote Pokok Masalah Responden P R : 05 (Gabungan) : Proses Penyusunan Kurikulum Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah

Lebih terperinci

MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER BERBASIS MADRSAH

MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER BERBASIS MADRSAH MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER BERBASIS MADRSAH Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan yang membutuhkan perawatan yang baik. Laboratorium pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma kepada generasi berikutnya. Tanggung jawab guru dapat berupa tanggung jawab moral, tanggung

Lebih terperinci

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL H. Syaiful Sagala Abstrak Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga LPPKS Indonesia di Surakarta dapat menyelesaikan penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG 9 5 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

MANAJEMEN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP

MANAJEMEN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP MANAJEMEN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP Fahnur Desiawati SMP Negeri 21 Kota Bengkulu e-mail: fahnur.disiawati@yahoo.co.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 i Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 350 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan program supervisi akademik pengawas SMK di Kabupaten Bandung khususnya program

Lebih terperinci

Paragraf 1 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Paragraf 1 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian BAB XXIX BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 576 Susunan Organisasi Badan Pendidikan dan Pelatihan, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan: - 697 -

Lebih terperinci

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Adapun susunan organisasi Kecamatan Labuapi sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 seperti berikut ini : 1. Camat. 2. Sekretaris Kecamatan. a. Sub

Lebih terperinci

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H DIREKTORRAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI LAB. KIMIA TANAH

STRUKTUR ORGANISASI LAB. KIMIA TANAH STRUKTUR ORGANISASI LAB. KIMIA TANAH 1. STRUKTUR ORGANISASI 2. TUPOKSI A. KETUA JURUSAN Ketua Jurusan mempunyai tugas: 1. Menyusun dan melaksanakan Rencana Strategis yang hendak dicapai dalam masa jabatannya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Standar Kompetensi (SK)/ Kompetensi Dasar (KD) (Kemampuan Yang Diuji Yang Skornya Rendah =

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa manajemen implementasi kurikulum 2013 di SMP Khadijah adalah. 1. Manajemen Kurikulum2013 di SMP Khadijah Surabaya

BAB V PENUTUP. bahwa manajemen implementasi kurikulum 2013 di SMP Khadijah adalah. 1. Manajemen Kurikulum2013 di SMP Khadijah Surabaya BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen implementasi kurikulum 2013 di SMP Khadijah adalah sebagai berikut: 1. Manajemen Kurikulum2013

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.448, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Penyelenggaraan. Pendidikan. Pelatihan. Teknis. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2. Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan KKG dan MGMP.

KATA PENGANTAR. 2. Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan KKG dan MGMP. KATA PENGANTAR Undang undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU NON PNS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI CABEAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Al Munawar

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus memaksimalkan peran sebagai guru yang berkompeten, diantaranya mengembangkan bahan pelajaran

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MIPA DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SEKOLAH BINAAN Kendarti Satiti Pengawas SMA/SMK pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo ABSTRAK

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 121 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang Implementasi manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Holistik 1(1): 1-12 PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN DIRECT INTRUCTION BERFOKUS FILM DALAM PENGANTAR PRAKTIKUM IPA. Budiono Saputro ABSTRACT

Holistik 1(1): 1-12 PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN DIRECT INTRUCTION BERFOKUS FILM DALAM PENGANTAR PRAKTIKUM IPA. Budiono Saputro ABSTRACT Holistik 1(1): 1-12 Holistik: Journal For Islamic Social Sciences ISSN: 2527-7588 e-issn: 2527-9556 Journal homepage: www.syekhnurjati.ac.di/jurnal/index.php/holistik PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENYUSUN RPP BERBASIS PAIKEM MELALUI WORKSHOP PADA SMP BINAAN KOTA MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Lebih terperinci

PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen sebagai ilmu pengatahuan (management as a science) adalah bersifat interdisipliner yang mana mempergunakan bantuan dari

PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen sebagai ilmu pengatahuan (management as a science) adalah bersifat interdisipliner yang mana mempergunakan bantuan dari PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen sebagai ilmu pengatahuan (management as a science) adalah bersifat interdisipliner yang mana mempergunakan bantuan dari ilmu-ilmu sosial, filsafat dan matematika Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN MEKANIKA FLUIDA BERBASIS INQUIRY TRAINING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH

PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN MEKANIKA FLUIDA BERBASIS INQUIRY TRAINING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN MEKANIKA FLUIDA BERBASIS INQUIRY TRAINING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH Lidia Amalia, Supriyono Koes H., dan Yudyanto Universitas Negeri Malang E-mail: lidiaamalia91@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis struktur teks dikerjakan dengan mengorganisasikan makro-mikro yang merupakan unit analisis diturunkan

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

Lampiran-1 S I L A B U S (E D I S I R E V I S I) TAHUN Mata Kuliah/Kode : IPA Terintegrasi dan Pembelajaran

Lampiran-1 S I L A B U S (E D I S I R E V I S I) TAHUN Mata Kuliah/Kode : IPA Terintegrasi dan Pembelajaran DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telepon: 0274 586168 Psw. 217 Lampiran-1 S I L A B U S

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas

Bagian Kedua Kepala Dinas BAB X DINAS PENDIDIKAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 180 Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 2 YOGYAKARTA

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 2 YOGYAKARTA ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 2 YOGYAKARTA Disusun oleh : Sa adilah Rosyadi NIM. 07518241018 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, yakni dengan cara menciptakan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN LABORATORIUM

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN LABORATORIUM UNIVERSITAS LAMPUNG LAYANAN LABORATORIUM 1. TUJUAN : Untuk memberikan panduan proses penggunaan laboratorium untuk keperluan layanan praktikum, penelitian/pengabdian kepada masyarakat dan jasa/analisis/produksi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN Jadwal Pelaksanaan Kurikulum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci