HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba"

Transkripsi

1 38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba jantan dilakukan di peternak-peternak yang ada dikota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara astronomis Kabupaten Sumba Timur terletak antara Bujur Timur (BT) dan Lintang Selatan (LS). Luas wilayah daratan Sumba Timur 7.5 ha yang tersebar pada 1 pulau utama (Pulau Sumba) dan 3 pulau kecil yaitu Pulau Prai Salura, Pulau Mengkudu dan Pulau Nuha (belum berpenghuni). Sekitar 4% luas Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian Selatan, lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup subur, sementara daerah bagian Utara berupa dataran yang berbatu dan kurang subur. Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumba Timur memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.pada umumnya Sumba Timur diguyur hujan pada bulan Januari-April, sementara 8 bulan lainnya mengalami kemarau, yang menyebabkan wilayah Sumba Timur tergolong wilayah kering. Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Utara berbatasan dengan Selat Sumba 2. Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia 3. Timur berbatasan dengan Laut Sabu 4. Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah Lapangan Rihi Eti merupakan tempat dilaksanakan perlombaan pacuan kuda yang ada di Sumba Timur. Perlombaan pacuan kuda dilaksanakan 3 kali

2 39 dalam 1 tahun yaitu pada bulan Mei, Agustus, dan Oktober. Pada Bulan Oktober peserta pacuan kuda sangat banyak apabila dibandingkan bulan Mei dan Agustus karena pada Bulan Oktober itu bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Peserta pacuan kuda pada Bulan Oktober dapat mencapai 8 peserta oleh karena itu banyak peminat olahraga pacuan kuda datang untuk melihat perlombaan. 4.2 Tatalaksana Pemeliharaan Populasi Kuda Populasi kudadi Kabupaten Sumba Timur pada tahun 213 tercatat sebanyak ekor. Seiring berjalannya waktu, populasi kuda mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena menyebarnya penyakit surra. Penyakit surra pertama kali ditemukan di Sumba Barat Daya, menyebar ke Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Penyakit surra merupakan suatu penyakit pada ternak kuda yang disebabkan oleh sejenis protozoa, yaitu Trypanosoma evansi. Protozoa ini hidup dalam darah penderita dan mengisap glukosa yang terkandung dalam darah. Selain itu, ia mengeluarkan sejenis racun yang disebut trypanotoksin yang bisa mengganggu kesehatan ternak kuda yang menderita penyakit ini (Arianto,212).

3 4 Tabel 3. Data Populasi KudaTahun 213 di Kabupaten Sumba Timur. No Kecamatan Populasi No Kecamatan Populasi 1 Lewa Ngadu Ngala Nggaha Ori Angu Pahunga Lodu Lewa Tidahu Wula Waijelu Katala Hamu Lingu Rindi Tabundung Umalulu Pinu Pahar Pandawai Paberiwai Kambata Mapambuhang Karera Kota Waingapu Matawai La Pawu 73 2 Kambera Kahaungu Eti Haharu Mahu Kanatang 3219 Total Populasi Sumber : Disnak (213) Sistem Pemeliharaan Pada umumnya sistem pemeliharaan kuda di Kabupaten Sumba Timur secara ekstensif tradisional dengan cara digembalakan dan di padang rumput alam secara berkelompok. Kabupaten Sumba Timur memiliki lahan sebagian besar terdiri dari savana, dan didukung dengan ketersediaan padang penggembalaan maka pemeliharaan dan pengembangan kuda Sumba masih berjalan dengan baik. Pada musim kemarau kuda digembalakan di savana akan tetapi ketika kuda kesulitan air minum mereka pulang ke kandang untuk minum air yang telah disediakan oleh peternak. Pada musim hujan kuda akan nyaman di savanna karena ketersediaan pakan dan air berlimpah. Kuda akan dimasukan ke kandang

4 41 apabila ada keperluan dari peternak seperti pengecekan keadaan kuda. Pengecekan kuda itu berupa pemeriksaan jumlah kuda, kesehatan kuda dan pencatatan produksi kuda. Pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksin itu 6 bulan dalam 1 tahun. Pakan merupakan salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam usaha ternak kuda belang karena menentukan kelangsungan hidup dan penampilan performa kuda secara keseluruhan. Pakan ternak yang diberikan oleh peternak kepada kuda yaitu tanaman yang ada di savanna. Tanaman yang sering diberikan untuk yaitu rumput lokal dengan hijauan yang disukai ternak seperti Kandaung lulujunga (Cynodon dactilon), dan rumput kecil (Mapu Kahirik) yang sering dipanen angkut (cut and cary). Jenis rumput alam lain yang pada kondisi vegetatif juga digemari ternak kuda yaitu bothrichloa pertusa. Leguminosa yang dapat tumbuh baik dikondisi alam Sumba adalah jenis leguminosa herba sepeti Alysicarpus (leguminosa lokal), dan jenis Stylosanthes (Arachis burkatii, dan Stylosanthes Seabrana ). Ternak kuda menyukai rumput-rumput pendek dengan kualitas yang baik, terutama jika mempunyai komposisi yang berimbang antara rumput dan leguminosa (Allan, 27) Perkandangan Kandang untuk ternak kuda di Sumba itu disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ternak kuda yang terdapat di savanna itu menggunakan kandang dengan sistem ranch yang berbentuk persegi empat dengan pagar sekelilingnya terbuat dari pepohonan kecil atau kayu, di dalam kandang hanya terdapat kolam air dan Gang way untuk memudahkan peternak apabila akan melakukan pemeriksaan. Kuda Sumba itu hidup secara berkelompok, dalam satu kelompok

5 42 itu hanya terdapat 1 jantan dan sisanya betina karena apabila dikandang ada lebih dari satu jantan mereka akan berkelahi untuk menentukan ketua kelompok. Tempat untuk kuda beristirahat dan berlari haruslah luas agar kuda merasa nyaman seperti di habitatnya. Kandang kuda yang digunakan untuk pacuan kuda bersistem individu, kuda pacu pemeliharaannya sangat diperhatikan dari pakan sampai dengan kesehatannya. Kandang ini beralaskan sekam atau jerami agar kuda merasa nyaman ketika kuda sedang beristirahat dan terdapat tempat air minum untuk kuda. Ventilasi yang baik adalah berbentuk kerucut pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (Nozawa, 1983) Sistem Perkawinan Sistem perkawinan kuda di Kabupaten Sumba Timur dilakukan secara kawin alam tanpa ada campur tangan manusia. Satu kelompok terdapat 1 kuda jantan dan betina 15-2 ekor. Satu kelompok kuda jantan dapat mengawini seluruh betina yang ada dikelompok. Perkawinan kuda Sumba sering terjadi di savanna oleh karena itu peternak sering memeriksa betina agar dapat diketahui kondisi janinnya. Kuda dapat melakukan perkawinan apabila sudah mengalami dewasa kelamin. Seekor kuda dinyatakan telah dewasa kelamin apabila telah memperlihatkan tanda-tanda estrus bagi betina dan telah mampu berkopulasi untuk yang jantan dan apabila terjadi kopulasi dapat menghasilkan individu baru (Hafez, 1967). Seekor kuda betina mencapai masa dewasa kelamin pada umur sekitar bulan, sedangkan untuk kuda jantan dewasa kelamin dicapai pada umur sekitar 24 bulan (Blakely and Bade, 1991).

6 Karakteristik Sifat-sifat Kualitatif Warna Bulu Kuda Sumba Jantan Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik warna bulu kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan, warna bulu kuda dikelompokan kedalam 3 kelompok yaitu warna dasar, warna gen dilusi, dan warna gen titik putih. Frekuensi relatif warna dasar kuda terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Frekuensi Relatif Warna Dasar Kuda Sumba Jantan No. Warna Bulu Jumlah (ekor) Frekuensi relative (%) 1 Chestnut 9 47,4 2 Jragem 7 36,8 3 Grey 2 1,5 4 Hitam 1 5,3 Total 19 1 Keterangan: n= 19 Warna bulu adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi. Warna dasar kuda merupakan dasar dari variasi warna yang disebabkan oleh gen yang mengontrol warna pigmen. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa frekuensi relatif warna dasar kuda Sumba warna Chestnut adalah 47,4%, Bay 36,8%, Grey 1,5 %, dan Hitam 5,3 %. Frekuensi relatif tertinggi warna dasar kuda terdapat pada warna bulu Chestnut yaitu sebesar 47,4%, sedangkan frekuensi relatif terendah terdapat pada warna bulu hitam yaitu sebesar 5,3%, hal ini menunjukan bahwa warna dasar kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur didominasi oleh warna bulu Chestnut. Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan yang juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Warna Black, Browm dan Bay dikendalikan oleh pigmen hitam yang dominan terhadap pigmen merah. Pigmen merah menghasilkan warna Chestnut

7 44 seperti yang ditemukan pada kuda Sumba. Kuda poni sampai kuda tipe berat dapat ditemukan warna abu-abu. Proporsi warna abu-abu terhadap warna putih meningkat seiring dengan bertambahnya usia kuda. Pada saat dewasa kelamin warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan berwarna bintikbintik. Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki warna hitam pada bagian surai, ekor dan kaki. Pada bagian punggung dan perutnya tidak semua berwarna hitam. Warna dasar bay terdiri atas tiga macam yaitu bay terang atau light bay yaitu coklat kemerahan atau coklat; bay cerah atau bright bay yaitu warna chesnut dan bay gelap atau dark bay yang cenderung berwarna coklat gelap (Brown dan Sarah, 1994). Frekuensi relatif warna dilusi terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Frekuensi Relatif Warna Dilusi Kuda Sumba Jantan No. Warna Gen Dilusi Jumlah (ekor) Frekuensi relative (%) 1 Champagne 2 22,2 3 Dun 2 22,2 4 Cream 5 55,6 Total 9 1 Keterangan n = 9 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 5, terlihat frekuensi relatif warna gen dilusi kuda Sumba Champagne adalah 22,2%, Dun 22%, dan Cream 55,6%. Frekuensi relatif tertinggi warna gen dilusi terdapat pada warna bulu Cream yaitu sebesar 55,6%, sedangkan frekuensi relatif terendah warna gen dilusi terdapat pada warna bulu Champagne dan Dun yaitu sebesar 22,2%, hal ini menunjukkan bahwa warna gen dilusi pada kuda Sumba jantan didominasi oleh wara bulu Cream yaitu 55,6%. Warna dilusi pada kuda berwarna gelap dan bulu berwarna keemasan adalah Cream seperti pada kuda Palamino dan Bucksin. Kuda palomino memiliki warna surai dan ekor berwarna putih, sedangkan Bucksin memiliki warna hitam pada surai, ekor dan kaki. Gen cream

8 45 ini banyak ditemukan, tapi tidak semua bangsa kuda memiliki gen ini (Bowling dan Ruvinsky, 2). Kuda yang memiliki gen Dun akan menghasilkan pola warna bulu dengan ciri-ciri surai, ekor dan kaki berwarna hitam serta pada punggung ditemukan garis berwarna hitam. Kuda yang berwarna Dun memiliki ujung-ujung tubuh berwarna gelap termasuk garis-garis pada bagian dorsal, pada punggung dan kaki. Frekuensi relatif warna putih dan bintik putih terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Frekuensi Relatif Warna dan Bintik Putih Kuda Sumba Jantan No. Warna Gen Titik Putih Jumlah (ekor) Frekuensi relative (%) 1 Putih Belang Roan 2 4 Total 5 1 Keterangan n = 5 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 6, terlihat frekuensi relatif warna gen putih dan titik putih warna bulu putih adalah 4%, Belang 2%, dan Roan 4%. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada warna bulu putih dan Roan sebesar 4% sedangkan frekuensi relatif terendah terdapat pada warna bulu belang sebesar 2%, hal ini menunjukkan bahwa warna gen putih dan titik putih pada kuda Sumba jantan didominasi oleh warna bulu putih dan Roan. Pada kuda dapat ditemukan pola warna putih dalam bentuk bintik putih atau satu areal campuran putih. Kuda berwarna putih belum tentu berasal dari tetua yang berwarna gelap. Anak kuda yang baru lahir akan berwarna putih dan memiliki bulu berpigmen di telinga, surai, dan punggung. Pigmen ini akan hilang seiring bertambahnya umur kuda. Kuda putih yang berasal dari tetua berwarna gelap mewariskan warna putih sebagai sifat dominan (Bowling dan Ruvinsky, 2).

9 Tanda Putih di Kaki Kuda Sumba Jantan Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik tanda putih di kaki kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa, terdapat tiga jenis, tidak ada tanda putih, coronet dan pastern. Sebenarnya ada lebih dari 3 karakteristik untuk tanda putih di kaki seperti Half Stocking, Coronet, dan Stocking. Frekuensi relatif mengenai karakteristik tanda putih di kaki kuda Sumba jantan dewasa diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Frekuensi Relatif Tanda Putih di Kaki No. Bentuk tanduk Jumlah (ekor) Frekuensi relative (%) 1 Tidak ada tanda putih 28 84, Pastern Half Stocking Coronet 3 9,1 5 Stocking 2 6,7 Total 33 1 Keterangan: n= 33 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 7, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik tanda putih di kaki kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur untuk tidak ada tanda putih di kaki adalah 84,84%, Pastern 9,1%, Coronet %, Half Stocking % dan Stocking 6,7%. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik tidak ada tanda putih yaitu sebesar 84,84%, sedangkan frekuensi relatif terendah terdapat pada karakteristik Stocking 6,7%, hal ini menunjukan bahwa karakteristik tanda putih di kaki kuda Sumba jantan dewasa di Kabupaten Sumba Timur didominasi dengan tidak ada tanda putih di kaki. Pada Coronet dan Half Stocking frekuensi relatifnya % karena ketika di lapangan tidak ditemukan karakteristik tersebut.

10 47 Tanda putih di kaki jenis Pastern adalah tanda berwarna putih yang ada pada kaki kuda diatas kuku kuda sampai bagian Fetlock. Coronet itu tanda putih yang berbentuk cincin kecil diatas kuku kuda. Stocking dan half Stocking memiliki kesamaan yaitu tanda putih yang berbentuk kaos kaki pada kaki tetapi memiliki perbedaan pada luasnya karena Half stocking hanya setengah dari Stocking. Tanda putih di kaki itu salah satu karakteristik untuk membedakan setiap jenis kuda. Kuda Sumba itu tidak memiliki tanda putih di kaki, kuda Sumba yang memiliki tanda putih di kaki itu merupakan kuda Sumba hasil persilangan dengan kuda-kuda eropa (Soeharjono, 199) Tanda Putih di Wajah Kuda Sumba Jantan Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik tanda putih di wajah pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa, terdapat dua jenis tanda putih di wajah, yaitu tidak ada tanda putih di wajah dan Star. Frekuensi relatif mengenai jenis tanda putih di wajah pada kuda Sumba jantan dewasa diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Frekuensi Relatif Tanda Putih di Wajah No. Tanda Putih di Wajah Jumlah (ekor) 1 Tidak ada tanda putih di wajah 31 2 Stripe 3 Blaze 4 Snip 5 White face Frekuensi relative (%) 94 6 Star 2 6 Total 33 1 Keterangan: n=33

11 48 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 8, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik tanda putih di wajah kuda Sumba jantan dewasa di Kabupaten Sumba Timur jenis star 6%, Stripe %, Blaze %, Snip %, White face %, dan tidak ada tanda putih sebesar 94%. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik tidak ada tanda putih di wajah yaitu sebesar 94% dan Frekuensi relatif terendah terdapat pada karakteristik star sebesar 6%. Stripe, Blaze, Snip dan White face frekuensi relatifnya % karena ketika di lapangan tidak ditemukan. Star adalah tanda putih pada wajah yang berbetuk bercak putih seperti bintang yang terdapat pada bagian kening kuda. Stripe memiliki bentuk tanda putih di wajah seperti garis kecil dari kening sampai hidung, Blaze bentuk tanda putihnya sama seperti Stripe akan tetapi garisnya lebih lebar dari garis Stripe. Tanda putih jenis White face memiliki tanda warna putih diseluruh wajah kuda, sedangkan Snip itu tanda putihnya hanya ada pada bagian hidung. Pada kuda Sumba jantan karakteristik dilihat dari tanda putih di wajah, kuda ini memang tidak memiliki tanda putih di wajah, tanda putih di wajah dimiliki oleh kuda-kuda eropa yang sering digunakan untuk pacuan kuda (Edwards, 1994). 4.4 Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Bobot Badan Berdasarkan hasil pengukuran bobot badan kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 9.

12 49 Tabel 9. Data Pengukuran Bobot Badan No. Nilai Bobot Badan 1. Rata-rata (Kg) 212,95 2. Ragam (Kg) 598,75 3. Simpangan Baku (Kg) 24,46 4. Koefisien Variasi (%) 11,5 5. Minimum (Kg) 177, Keterangan n= 33 Maximum (Kg) Standard Error (SE) Rataan Populasi 26,5 4,32 212,95 ± 4,32 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 9, terlihat bahwa rata-rata bobot badan kuda Sumba jantan dewasa adalah 212,95 Kg dengan keragaman sebesar 598,75 Kg, simpangan baku sebesar 24,46 Kg, koefisien variasi sebesar 11,5 kg %, bobot badan terendah sebesar 177 Kg, dan bobot badan tertinggi sebesar 26,5 Kg, sehingga dapat disimpulkan rataan populasi bobot badan pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 212,95 ± 4,32 Kg. Hasil pengukuran bobot badan kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 11,5%, suatu populasi masih dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 % (Nasution, 1992) Tinggi Pundak Berdasarkan hasil pengukuran tinggi pundak kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Pacuan kuda Rihi Eti Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1.

13 5 Tabel 1. Data Pengukuran Tinggi Pundak No. Nilai Tinggi Pundak 1. Rata-rata (Cm) 125,39 2. Ragam (Cm) 12,35 3. Simpangan Baku (Cm) 3,51 4. Koefisien Variasi (%) 5,22 5. Minimum (Cm) 12, Maximum (Cm) Standard Error (SE) Rataan Populasi Keterangan n = ,,62 125,39±,62 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1, terlihat bahwa rata-rata tinggi pundak kuda Sumba jantan dewasa adalah 125,39 (Cm) dengan keragaman sebesar 12,35 (Cm), simpangan baku sebesar 3,51 (Cm), koefisien variasi sebesar 5,22%, tinggi pundak terendah sebesar 12 (Cm), dan tinggi pundak tertinggi sebesar 131 (Cm), sehingga dapat disimpulkan rataan populasi tinggi pundak pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 125,39 ±,62 (Cm). Hasil pengukuran tinggi pundak kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 5,22%, suatu populasi masih dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% (Nasution, 1992). Tinggi pundak dapat dijadikan salah satu parameter untuk membedakan setiap jenis kuda di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tinggi pundak kuda Sumba dibawah dari 135 (Cm) maka kuda Sumba termasuk kuda poni.

14 Panjang Badan Berdasarkan hasil pengukuran panjang badan kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Data Pengukuran Panjang Badan No. Nilai Panjang Badan 1. Rata-rata (Cm) 119,98 2. Ragam (Cm) 2,59 3. Simpangan Baku (Cm) 4,53 4. Koefisien Variasi (%) 3,78 5. Minimum (Cm) 111, Maximum (Cm) Standard Error (SE) Rataan Populasi Keterangan n = 33 13,,79 119,98±,79 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 11, terlihat bahwa rata-rata panjang badan kuda Sumba jantan dewasa adalah 119,98 (Cm) dengan keragaman sebesar 2,59 (Cm), simpangan baku sebesar 4,53 (Cm), koefisien variasi sebesar 3,78%, panjang badan terendah sebesar 111 (Cm), dan panjang badan tertinggi sebesar 13 (Cm), sehingga dapat disimpulkan rataan populasi panjang badan pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 119,98 ±,79 (Cm). Hasil pengukuran panjang badan kuda Sumba jantan dewasa di Pacuan Rihi Eti Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 3,78%. Panjang badan memiliki pengaruh terhadap kecepatan kuda saat berlari. Kuda dengan panjang badan yang relatif pendek akan memiliki pergerakan badan yang lebih cepat dan sangat membantu dalam kesinambungan gerak (Gay, 1964). Kuda saat berlari dipengaruhi oleh hubungan panjang badan dengan tinggi badan karena panjang

15 52 badan yang baik akan mempengaruhi pemindahan beban tubuh dan beban penunggang masing-masing bagian kaki depan dan belakang Lingkar Dada Berdasarkan hasil pengukuran lingkar dada kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Data Pengukuran Lingkar Dada No. Nilai Lingkar Dada 1. Rata-rata (Cm) 139,8 2. Ragam (Cm) 27,22 3. Simpangan Baku (Cm) 5,21 4. Koefisien Variasi (%) 3,75 5. Minimum (Cm) 131, Maximum (Cm) Standard Error (SE) Rataan Populasi Keterangan n = ,5,9 139,8 ±,9 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 12, terlihat bahwa rata-rata lingkar dada kuda Sumba jantan dewasa adalah 139,8 (Cm) dengan keragaman sebesar 27,22 (Cm), simpangan baku sebesar 5,21 (Cm), koefisien variasi sebesar 3,75%, lingkar dada terendah sebesar 131 (Cm), dan lingkar dada tertinggi sebesar 156,5 (Cm), sehingga dapat disimpulkan rataan populasi lingkar dada pada kuda Sumba jantan dewasa dikota Waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 139,8 ±,9 (Cm). Hasil pengukuran lingkar dada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 3,75%. Lingkar dada mempunyai

16 53 peranan yang penting dalam pernafasan karena berhubungan langsung dengan sirkulasi oksigen dalam tubuh pada saat lari. Kuda yang memiliki lingkar dada yang besar cenderung mempunyai organ pernafasan yang sempurna (Gay, 1964) Lebar Dada Berdasarkan hasil pengukuran lebar dada kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Data Pengukuran Lebar Dada No. Nilai Lebar Dada 1. Rata-rata (Cm) 3,77 2. Ragam (Cm) 3,54 3. Simpangan Baku (Cm) 1,88 4. Koefisien Variasi (%) 2,87 5. Minimum (Cm) 26, Maximum (Cm) Standard Error (SE) Rataan Populasi Keterangan n = 33 34,,32 3,77±,32 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 13, terlihat bahwa rata-rata lebar dada kuda Sumba jantan dewasaadalah 3,77 (Cm) dengan keragaman sebesar 3,54 (Cm), simpangan baku sebesar 1,88 (Cm), koefisien variasi sebesar 2,87%, lebar dada terendah sebesar 26 (Cm), dan lebar dada tertinggi sebesar 34 (Cm), sehingga dapat disimpulkan rataan populasi lebar dada pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 3,77 ±,32 (Cm). Hasil pengukuran lebar dada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 2,87%,suatu populasi masih

17 54 dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 % (Nasution, 1992) Tinggi Pinggul Berdasarkan hasil pengukuran tinggi pinggul kuda Sumba jantan dewasa yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Data Pengukuran Tinggi Pinggul No. Nilai Tinggi Pinggul 1. Rata-rata (Cm) 126,31 2. Ragam (Cm) 17,43 3. Simpangan Baku (Cm) 4,17 4. Koefisien Variasi (%) 2,97 5. Minimum (Cm) 118, Maximum (Cm) Standard Error (SE) Rataan Populasi Keterangan n = ,,72 126,31±,72 Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 14, terlihat bahwa rata-rata tinggi pinggul kuda Sumba jantan dewasa adalah 126,31 (Cm) dengan keragaman sebesar 17,43(Cm), simpangan baku sebesar 4,17 (Cm), koefisien variasi sebesar 2,97%, tinggi pinggul terendah sebesar 118 (Cm), dan tinggi pinggul tertinggi sebesar 132 (Cm), sehingga dapat disimpulkan rataan populasi tinggi pinggul pada kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur sebesar 126,31 ±,72 (Cm). Hasil pengukuran tinggi pinggul kuda Sumba jantan dewasa di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% yaitu sebesar 2,97%,suatu populasi masih dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15%

18 55 (Nasution, 1992). Ukuran tinggi pundak hampir sama dengan ukuran tinggi pinggul dilihat dari data yang telah diolah. Hal itu dapat disimpulkan tinggi pundak sejajar dengan tinggi pinggul.

Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kuda Sumba Jantan, Sumba Timur...Fajar R

Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kuda Sumba Jantan, Sumba Timur...Fajar R IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA KUDA SUMBA JANTAN (Kasus Peternakan Kuda Di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2016 berlokasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karodan Tapanuli Utara,

Lebih terperinci

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368 Kabupaten Sumba Timur D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu 87111 Telp (0387) 61368 Penutup Penyelenggaraan Sensus

Lebih terperinci

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TIMUR SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2014 1 Urusan Wajib 1.01 Pendidikan 1.01. 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA 1.01. 1.01.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba merupakan kuda poni yang kemudian diberi nama kuda Sandel atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading up) dengan kuda Arab

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama kuda dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia, zaman dahulu kuda digunakan untuk alat transportasi karena kuda mempunyai tenaga yang cukup besar dan memiliki

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR)

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DSM/IP.16 01/03/La-HITA/2014 PUSLITBANG SUMBER DAYA AIR EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DESEMBER, 2014 KATA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km 23 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba atau lebih dikenal Sandal memiliki keistimewaan memiliki daya tahan tinggi terhadap iklim tropis dan juga memiliki kecepatan lari yang baik dengan warna bulu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumba Timur Tahun 2013 sebanyak 36.940 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Sumba Timur Tahun 2013

Lebih terperinci

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA 35 KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA Pendahuluan Populasi kuda lokal di Sulawesi Utara memiliki karakteristik baik morfologi maupun pola warna tubuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia,

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Penyebaran Kuda Kuda merupakan salah satu hewan liar yang didomestifikasi. Secara zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, subclass

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Secara Astronomis Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur Timur (BT) dan 9 16 10 20 Lintang Selatan (LS). Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm

HASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kuda Polo Kuda yang menjadi objek penelitian adalah kuda yang sedang aktif olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm dengan rataan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR Kustamar Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Wilayah Kabupaten Sumba Timur mayoritas terdiri dari padang rumput (47,85%) dengan topografi berbukit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Boks 1 HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Latar Belakang Perkembangan industri di dunia tentunya berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Untuk itu peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan. 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan penelitian meliputi empat lokasi, yaitu Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

Batam, 22 September 2014

Batam, 22 September 2014 RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN Batam, 22 September 2014 Zona I Zona II Zona III KAWASAN INDUSTRI RUMPUT LAUT DI PROP. NTT Kab. Sumba Timur Data Kabupaten Sumba Timur : GAMBARAN UMUM WILAYAH Luas Wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA

PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : ABDUL GULTOM 110306041 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

EVALUASI PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

EVALUASI PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN SUMBA TIMUR EVALUASI PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN SUMBA TIMUR (Evaluation of Buffalo Breeding in East Sumba District) YUNUS D. WULANG 1 dan C. TALIB 2 1 Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur Jl. Jendral

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) F.F. Munier Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi (Profil) Pendidik Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur Otonomi daerah menjadi peluang pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam pemecahan masalah pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008-2028 140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000 8880000 8900000 8920000

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul Kuda Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari binatang kecil, oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Lebih terperinci

IV HASIL dan PEMBAHASAN

IV HASIL dan PEMBAHASAN IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum 4.1.1. Lokasi Penelitian Desa Sumber Lor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon. Keadaan geografis Desa Sumber Lor berada di dataran rendah pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Waingapu merupakan ibukota Kabupaten Sumba Timur yang terdapat di barat daya Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian. Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di

DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian. Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di 21 DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPBULIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

ZONASI WILAYAH PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMBANGUNAN IRIGASI DI PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR

ZONASI WILAYAH PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMBANGUNAN IRIGASI DI PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR 17 ZONASI WILAYAH PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMBANGUNAN IRIGASI DI PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR Water Resources Utilization Area Zoning for the Irrigation Development in Sumba Island, East

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU UMI ADIATI dan A. SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Domba Priangan merupakan domba yang mempunyai potensi sebagai domba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangsa Sapi Potong Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG KAMBING SENDURO MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG PENETAPAN GALUR KAMBING SENDURO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan Bos sondaicus. Sapi

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sapi

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas 13 TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan

Lebih terperinci

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Deviation of Local Sumba Horse Body Weight Between Actual Body Weight Based on Lambourne Formula Nurjannah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bobot Badan dan Ukuran -Ukuran Tubuh Bobot badan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sapi dinaikkan ke atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama

Lebih terperinci