IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ida Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Secara Astronomis Kabupaten Sumba Timur terletak di antara Bujur Timur (BT) dan Lintang Selatan (LS). Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas : Utara : Selat Sumba Selatan : Lautan Hindia Timur : Laut Sabu Barat : Kabupaten Sumba Tengah Luas wilayah daratan Sumba Timur 700,50 Ha. Bagian utara Sumba Timur merupakan daerah berbatu yang kurang subur sedangkan bagian selatannya merupakan bukit-bukit terjal yang mencakup 40% dari luas daerah di Sumba Timur dengan lerenglereng bukit dan merupakan lahan yang cukup subur. Kabupaten Sumba Timur berada pada ketinggian 0-1,225 meter dari permukaan laut. Iklim dipengaruhi oleh laut disekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sangat panas. Temperatur rata-rata paling tinggi pada bulan November dapat mencapai 41 C dan temperatur rata-rata paling rendah pada bulan Juli yaitu sekitar 26,1 C. Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumba Timur memilik 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada umumnya Sumba Timur diguyur hujan pada bulan Januari April, sementara 8 bulan lainnya mengalami kemarau, yang menyebabkan wilayah Sumba Timur tergolong wilayah kering (BPS, 2014) Kabupaten Sumba Timur terbagi ke dalam 22 kecamatan, dengan Kecamatan Kota Waingapu sebagai kecamatan induk. Letak Kecamatan Kota Waingapu sangat
2 35 strategis dan merupakan tempat pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kecamatan Kota Waingapu memiliki batas-batas: Utara : Selat Sumba Selatan : Kecamatan Kambera Timur : Kecamatan Kambera Barat : Kecamatan Kanatang dan Nggoa Kecamatan Kota Waingapu mencangkup 4 (empat) kelurahan dan 3 (tiga) desa dengan luas wilayah 77,30 Km 2. Jumlah populasi penduduk Kecamatan Kota waingapu menurut Registrasi Penduduk tahun 2013 berjumlah orang jiwa terdiri atas pria dan wanita. Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Kota Waingapu Seluas Ha, luas lahan perkebunan 460 Ha dan padang savana seluas Ha (BPS, 2014). Padang savana yang luas menunjang dalam penyediaan pakan ternak. Populasi ternak yang ada di Kecamatan Kota Waingapu untuk ternak kuda sebanyak ekor, sapi potong sebanyak 738 ekor, kerbau sebanyak 547 ekor, kambing sebanyak ekor dan babi sebanyak ekor (BPS, 2014). Pemilik kuda pada umumnya, menggembalakan ternaknya diluar Kecamatan kota Waingapu yang merupakan pusat kota. Kecamatan kota Waingapu hanya berfungsi sebagai tempat singgah kuda yang akan mengikuti acara pacuan kuda tradisional. Ternak kuda, kerbau, sapi dan babi bagi masyarakat Sumba Timur berperan dalam upacara dan ritual adat Sumba Timur. Kepercayaan asli masyarakat Sumba yaitu Marapu, orang Sumba percaya bahwa roh nenek moyang mereka masih ada di dunia ini. Upacara adat yang menggunakan ternak diantaranya yaitu upacara kematian, urusan perdamaian dan belis atau mas kawin (Dinas Peternakan Provinsi NTT, 2012). Masyarakat Sumba Timur terutama masyrakat yang tinggal di kota Waingapu menjadikan kuda sumba sebagai hobi olahraga pacuan untuk meningkat kan nilai jual
3 36 atau pun untuk mencari nama di kalangan masyrakat. Hal ini membuat pacuan tradisional yang berada disumba sebagai ajang yang dinanti nanti oleh warga sekitar. Gambar 3. Pulau Sumba Timur Tanaman yang dapat tumbuh di daerah savanna adalah Leguminosa yang dapat tumbuh baik bersama rumput-rumput pendek di NTT, khususnya di Sumba adalah jenis leguminosa herba seperti Alysicarpus sp., (jenis leguminosa lokal) dan jenis Stylosanthes seabrana). Luas areal dan daya dukung padang rumput di NTT akan didajikan pada Tabel 4.
4 37 Tabel 4. Luas Areal dan Daya Dukung Padang Rumput di NTT Lokasi Luas Areal (Ha) Padang Rumput (Ha) Unit (UT) Ternak Daya dukung (Ha/UT) Pulau Sumba ,3 Pulau Flores ,1 Pulau Timor ,3 NTT ,8 Sumber : Nulik dan Bamualim (1998) 4.2 Keadaan Pacuan Kuda Tradisional Sumba Timur Sesuai dengan perkembangan kebudayaan sumba timur perkembangan pacuan kuda di sumba timur mengalami perkembangan sesuai dengan pengetahuan masyarakat di sumba timur akan tetapi pacuan tradisional yang berada di sumba timur menjadikan semua jenis kuda dapat ikut serta dalam pacuan kuda, tetapi kuda yang biasa digunakan untuk pacuan yaitu Kuda Throughbred, Kuda Cross (hasil persilangan kuda lokal dengan kuda luar negeri) dan Kuda Sumba. Diantara 3 jenis kuda yang digunakan untuk pacuan, Kuda Cross lebih banyak digunakan dibandingkan Kuda Sumba (Sandelwood) yang merupakan Kuda asli Indoesia. Hal ini karenakan Kuda Cross memiliki prostur tubuh yang lebih baik dan mempunyai kecepatan lari yang lebih cepat di bandingkan dengan Kuda asli Indonesia (Sandelwood) yang memiliki prostur tubuh yang tidak proposional dibandingkan dengan Kuda Cross. Pacuan kuda tradisional pada tahu 1980an kuda yang dipacu adalah kuda asli Indonesia yang dipacu pada Lapangan Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi
5 38 Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi pada tahun 1990an kuda kuda di lapangan ini mulai mengunakan kuda cross. Kuda yang di cross adalah kuda yang disilangkan dengan kuda yang di impor dari Australia yaitu kuda Thoroughbred dengan kuda asli Indonesia (Sandelwood). Persilangaan ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan lari kuda lokal akan tetapi Kuda Cross lebih banyak mempunyai kelebihan di badingkan dengan kuda murni mengakibatkan orang orang yang mengikuti pacuan tradisional lebih banyak memakai kuda Cross yang mengakibatkan kuda asli Indonesia berkurang dalam mengikuti pacuan kuda. Pacuan kuda tradisional ini merupakan acara yang dilaksanakan 1 tahun sekali atau 1 tahun dua kali. Acara pacuan kuda ini dilaksanakan pada waktu tertentu mengakibatkan perserta yang mendaftarkan kuda nya untuk di pacu menjadi banyak awal mula perkelompokan kelas kuda sebelum tahun 1990 terdapat hanya empat kelas yaitu A,B,C dan D pada saat tahun 1990 jumlah perserta yang mendaftarkan kuda semakin banyak dan kuda yang didaftarkan kebanyakan kuda Cross maka Dinas Pertenakan, Dinas Kebudayaan, dan PORDASI Sumba Timur mengelompokan kuda yang mengikuti pacuan dengan mengukur tinggi pundak kuda pacu yang akan di tampilkan pada Tabel 5.
6 39 Tabel 5. Kriteria Penggolongan Kelas Kuda Peserta Lomba Pacuan Kuda No Kelas Tinggi Badan Umur Jarak Tempuh A Pemula : 1. Pemula mini 2. Pemula 1 3. Pemula 2 4. Pemula 3 5. Pemula Super 122 cm 122,1-126 cm 126,1-131 cm 131,1-136 cm 136,1 cm 2 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 600 meter 600 meter 700 meter 800 meter 1000 meter B Remaja : 1. E 2. E 2 3. E Super 126,1-131 cm 131,1-136 cm 136,1 cm 3 tahun 3 tahun 3 tahun 800 meter 1000 meter 1200 meter C Dewasa : 1. D mini 2. D 3. C 4. B 5. A 6. A 2 7. A super cm 122,1-126 cm 126,1-131 cm 131,1-136 cm 136,1-141 cm 141,1-146 cm 146 cm 800 meter 800 meter 1000 meter 1200 meter 1400 meter 1600 meter 2000 meter Sumber: Panitia Palapang Njara (Pacuan Kuda) Sumba Timur (2015) Sarana yang digunakan dalam acara pacuan kuda tradisional terdiri dari lapangan, ternak kuda, panitia penyelenggara, paramedis, joki, photo finish, gate, petugas start gate dan penonton. Pembagian tugas untuk panitia penyelengara dibagi berdasarka posisi yang telah di tentukan sesuai dengan keadaan lapangan seperti panitia yang mencatat waktu dan juara berada di menara yang berada ditengah lapangan pacuan bersama photo finish yang bertujuan untuk mempermudah pemantauan kuda
7 40 yang sedang bertanding kegunaan penempatan photo finish untuk menentuka kuda mana yang finish terlebih dahulu mesikipun mempunyai catatan waktu yang sama dengan cara melihat hasil foto badan kuda yang menyentuk terlebih dahulu garis putih yang berada dilapangan hal ini diperukan agar peternak kuda atau perserta pacuan tidak dapat menyalahkan keputusan panitia. Hasil dari menara yang berada di tengah lapangan pacuan kuda di kumpulkan dan di cocokan dengan hasil panitia yang berada di tempat komentator yang berada diats bangku penonton selain panitia tersebut terdapat panitia yang mengecek keadaan kuda sebelum berlari yang berguna untuk melihat keadaan kuda yang prima atau yang kurang prima. Start gate merupakan gate pemulaian untuk pacuan yang berguna sebagai tempat diam nya kuda sebelum bendera pacuan diangkat sedang kan gate adalah tempat untuk memasukan kuda dan mengeluarkan kuda dari lapangan yang bertujuan untuk sterilisasi lapangan dari penonton atau peternak. Tugas paramedic dalam pacuan kuda melakukan pertlongan pertama pada joki yang mengalami kecelakaan pada saat kami melakukan peneitian kami banyak melihat beberapa kecelakan terutama pada joki kuda ada yang mengakibatkan joki tersebut di larikan ke rumah sakit. Joki penunggang kuda berusia 7-9 tahun. Joki cilik saat menunggang kuda tidak menggunakaan sadel tetapi sebagian joki sudah ada yang menggunakan helm dan mengunakan maks. Lapangan yang digunakan untuk pacuan kuda tradisional yaitu lapangan Rihi Eti. Lapangan Rihi Eti memiliki panjang lintasan 920 meter. Dengan di sebelah barat lapangan ini terdapat kondium penonton dan tempat pakir kendara yang membawa kuda dan di sebelah untara merupakan jalan utama kota Waigapu, Tengah tengah lapangan ini merupakan rumput hijau yang sering digunakan untuk pemanasan kuda sebelum kuda di masukan ke dalam gate. Lapangan tersebut merupakan tanah warisan dari Kerajaan Prailiu yang dulunya berkuasa di daerah tersebut. Pemilihan objek penelitian dilaksanakan dengan cara purposif yaitu berdasarkan kelas-kelas tertentu yang hanya terdapat kuda Sumba (Sandelwood).
8 41 Berdasarkan diskusi dengan dokter hewan Bapak Oktovianus yang berada pada saat pacuan kuda berlangsung dan pakar kuda dari PORDASI maka pemilihan pengambilan sampel pada kelas D mini, D dan C sebagai objek penelitian dengan kuda yang memiliki tinggi pundak dibawah 135 cm dengan rentang umur 4-7 tahun dengan catatan kuda yang dipilih tidak melikiki tanda putih di kepala dan di kaki. Pacuan kuda Sumba biasa diadakan untuk memperingati hari hari tertentu seperti hari kemerdekaan, hari kematian raja dan event yang dibuat oleh PORDASI. Kegiatan pacuan kuda tiap tahun memberi peluang bagus bagi bisnis kuda pacu di Pulau Sumba. Satu ekor kuda pacu, hasil persilangan kuda Sandelwood dengan kuda asal Australia dapat dihargai Rp Rp /ekor (Dinas Peternakan Sumba Timur, 2012). Kuda pacu yang sering memenangi perlombaan berasal dari hasil perkawinan silang kuda sumba dan kuda asing, atau kuda tersebut merupakan hasil perkawinan silang (generasi kedua) dengan uda dari luar Sumba yang juga pernah menjuarai kejuaraan. Kuda-kuda keturunan juara yang masih dalam perut induknya sudah dipanjar uang minimal Rp oleh pembeli (Dinas Peternakan Sumba Timur, 2012). 4.3 Sifat Kuantitatif Pada Kuda Sumba Sifat kuantitatif merupakan sifat sifat yang dapat diukur pada seekor ternak dan biasanya sifat kuantitatif memiliki nilai ekonomis. Sifat ini juga berhubungan dengan perfoman hewan tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan di pacuan kuda tradisional sifat kuantutatif yang di ukur berupa tinggi pundak kuda sumba, panjang badan kuda sumba dan kecepatan lari kuda sumba di kelas D mini, D dan C dengan penyajian penjelasan tentang tinggi pundak dan panjang badan pada tabel 6.
9 42 Tabel 6. Tinggi Pundak, Panjang Badan dan Kecepatan Lari Kuda Sumba kelas D mini, D, dan C Variabel N Minimum Maximum Rataan Simp.Baku KV (%) Tinggi pundak (cm) ,00 132,00 119, ,77 Panjang badan (cm) ,00 132,00 124,45 4,02 3,20 Kecepatan lari (m/s) ,24 Tabel 6 menjelaskan Tinggi pundak kuda Sumba kelas D mini, D dan C berkisar antara 107,00 cm 132,00 cm dengan rata-rata sebesar 119,87 ± 5,72 cm cm dan koefisien keragaman Tinggi pundak kuda sumba sebesar 4,77%. Pada panajang badan berkisar 116,00 cm 132,00 cm dengan rata-rata panjang badan 124,45 ± 4,02 cm dan keragaman panjang badan kuda sumba sebesar 3,20%. Kecepatan lari berkisar 11,94 m/s 15,62 m/s dengan kecepatan rata-rata 13,53 m/s ± 0,71 m/s dan keragaman ukuran kecepatan lari sebesar 5,24%. Panjang badan dan tinggi pundak kuda Sumba (Sandelwood) yang diukur dalam penelitian ini mempunyai hasil pengukuran panjang badan dan tinggi pundak yang sesuai dengan hasil pengukuran Dinas Peternakan Sumba Timur tahun 2012 dengan tinggi pundak rata rata 126 cm dengan panjang badan rata rata 120 cm dengan tinggi pundak dan panjang badan dapat dilihat bahwa kuda Sumba (Sandelwood) masih terdapat hubungan kekerabatan dengan Kuda jawa akan tetapi rata-rata kecepatan kuda Sumba tersebut lebih rendah bila dibandingkan rata-rata kecepatan kuda Throughbred yaitu > 15 m/s (PORDASI,2003).
10 43 Kuda sumba memiliki sifat kuantitatif tinggi pundak dan panjang badan yang lebih kecil di bandingkan dengan kuda cross dikarenakan sifat kuantitatif kuda sumba merupkan hasil persilangan kuda mongol dengan kuda arab. Berbeda dengan kuda hasil cross yang merupakan hasil silangan dengan kuda luar dengan kuda local yang memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dan lebih ideal yang menyebabkan masyarakat Sumba lebih memilih kuda cross dibandingkan dengan kuda Sumba karena kuda cross mempunyai tubuh yang lebih ideal dibandingkan dengan kuda keturunan asli sumba. Kuda Sumba (Sandelwood) mempunyai tempramen yang aktif (lincah) agersif untuk tempramen jantan lebih aktif dan agersif dibandingkan dengan kuda betina karena kuda jatan memiliki libido yang lebih tinggi dibandingkan dengan betina. Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan lari kuda adalah faktor lingkungan. Menurut Buttram et al., (1998) pengaruh lingkungan permanen pada performa berlari kuda pacu adalah faktor nutrisi, cidera, pemilik dan pelatih. Selain 4 faktor yang disebutkan Buttram et al (1998) faktor lain yaitu keterampilan joki untuk memacu kuda di arena balap kuda. Populasi yang mempunyai nilai koefisien variasi dibawah 15% adalah populasi yang diamati dalam keadaan seragam (Sastrosupardi, 2000) 4.4 Korelasi Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari Kuda Sumba Korelasi sama dengan +1 menunjukkan bahwa untuk setiap unit peningkatan dalam satu variabel akan terjadi satu unit peningkatan pada sifat yang berkorelasi itu. Koefisien korelasi dapat terletak dimanapun diantara keduanya, dengan nilai 0 yang berarti tidak ada hubungan antara dua peubah. Korelasi populasi signifikan (keberadaannya nyata) apabila P-value (Sig.(2 tailed)) α, dengan P-value probabilitas kesalahan yang dihasilkan oleh pengujian dan α merupakan probabilitas kesalahan
11 44 yang ditentukan oleh penguji biasanya sebesar 1%, 5%, dam 10%. Nilai koefisien korelasi menurut Sarwono (2006) akan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Nilai korelasi Indikator 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber: Sarwono (2006) Pengunaan analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) liniear antara dua variabel atau lebih. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1. Bila korelasi mempunyai nilai positif maka variable variable tersebut mempunyai hubungan yang positif atau berbanding lurus sedangkan bila korelasi mempunyai nilai negative maka korelasi ini berhubungan akan tetapi berlawanan arah. Korelasi antara tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda Sumba di lapangan Rihi Eti, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur akan disajikan pada Tabel 8 dengan Indikator korelasi sangat rendah, redah, sedang, kuat, dan sangat kuat.
12 45 Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari Kuda Sumba Variabel Korelasi dengan kecepatan lari P-value (Sig.(2 tailed)) (r) α 1% Panjang Badan 0,64 0,000 Tinggi Pundak 0,74 0,000 Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa hubungan korelasi bernilai positif signifikan tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda sumba dengan angka korelasi untuk tinggi pundak dengan kecepatan lari kuda sumba sebesar 0,74. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) termasuk dalam kategori kuat sedangkan untuk nilai korelasi panjang badan dengan kecepatan lari kuda sumba didapat 0,64 maka nilai korelasi (r) dari pajang badan dengan kecepatan lari kuda sumba mempunyai nilai kuat. Hubungan korelasi antara dua variable dengan kecepatan lari kuda sumba sama sama kuat. Panjang badan diukur dari jarak garis miring antara titik bahu (point of shoulder) sampai bagian pangkal ekor (points of buttocks). Panjang badan pada umumnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tinggi pundak. Menurut (Gay 1964) yang dikutip oleh Bandiati (1990) bahwa panjang badan relative pendek akan membantu pergerakan badan sehingga akan lebih cepat dan akan menjamin kesinambungan gerak. 4.5 Regresi Linier Berganda Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari Kuda Sumba Analisis regresi digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan dari dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dihasilkan persamaan regresi linier berganda pada variabel terikat antara kecepatan lari dengan panjang badan dengan ringgi pundak adalah Y= -2, ,32 X1 + 0,100 X2 ;
13 46 Persamaan regresi menunjukan nilai α1 dan α2 positif yang artinya terdapat hubungan yang positif antara X1 dengan Y dan juga X2 dengan Y. Koefisien determinasi berganda (R 2 /R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,586 atau 58,6 %, artinya pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 58,6% dengan sisanya 41,4 % ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X1 dan X2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukkan hubungan antara panjang badan dan tinggi pundak dengan kecepatan lari kuda Sumba karena pengaruh Panjang badan (X1) dan Tinggi pundak (X2) terhadap Kecepatan lari (Y) cukup besar yaitu 58,6%. Faktor-faktor lain sebesar 41,4 % menunjukkan adanya pengaruh lain selain Panjang badan (X1) dan Tinggi pundak (X2) terhadap Kecepatan lari (Y). Faktor-faktor lingkungan lain yang terdapat dalam lapangan seperti berat joki, kondisi lapangan dan suhu lapangan diyakini memberikan sumbangan pengaruh terhadap kecepatan kuda meskipun kecil. Faktor lain yang berpengaruh adalah faktor lingkungan permanen seperti cidera dan manajemen pemeliharaan. Terdapat perbedaan antara Panjang badan dan Tinggi pundak dari kuda yang biasa dipacu dengan yang tidak biasa dipacu. Kuda yang terlatih memiliki kemampuan untuk belari dengan daya tahan rangka lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Kuda yang memiliki panjang badan dan tinggi pundak yang panjang mempunyai ruang langkah kaki yang luas yang menjadikan kuda dapat belari dengan cepat. Menurut Buttram et al., (1998) pengaruh lingkungan permanen pada performa berlari kuda pacu adalah faktor nutrisi, cidera, pemilik, dan pelatih
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan
24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba merupakan kuda poni yang kemudian diberi nama kuda Sandel atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading up) dengan kuda Arab
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km
23 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba atau lebih dikenal Sandal memiliki keistimewaan memiliki daya tahan tinggi terhadap iklim tropis dan juga memiliki kecepatan lari yang baik dengan warna bulu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba
38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba jantan dilakukan di peternak-peternak yang ada dikota Waingapu, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat lima (5) macam hubungan yang penting antar a kuda dengan manusia yaitu: 1) Daging
Lebih terperinciPENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA
55 PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA Pendahuluan Kuda pacu Indonesia merupakan ternak hasil silangan antara kuda lokal Indonesia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano
23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama kuda dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia, zaman dahulu kuda digunakan untuk alat transportasi karena kuda mempunyai tenaga yang cukup besar dan memiliki
Lebih terperinciPROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI
PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Sumber :Nusantara-Polo.com Ilustrasi 1. Nusantara Polo Club Nusantara Polo Club adalah sebuah club olahraga kuda polo satu satunya berada di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitaan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda
16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Waikabubak, dengan wilayah administrasinya yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Letak geografis dan Adminitrasi Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Lebih terperinciIV HASIL dan PEMBAHASAN
IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum 4.1.1. Lokasi Penelitian Desa Sumber Lor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon. Keadaan geografis Desa Sumber Lor berada di dataran rendah pada ketinggian
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik
Lebih terperinciPOTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman. Tabel 2. Hasil analisis Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan panjang langkah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kuda Polo Kuda yang menjadi objek penelitian adalah kuda yang sedang aktif olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm dengan rataan
Lebih terperinciFaktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis
IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi
Lebih terperinciMACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.
MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan
Lebih terperinciEvaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba. Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse
Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse Vini Nur Alfiani*, Sri Bandiati Komar**, Nena Hilmia**
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak 30 ekor kuda di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Cicendo Kota
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai teori yang
III. METODE PENELITIAN A. Sumber Data 1. Penelitian Kepustakaan Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai teori yang berhubungan dengan objek dan tujuan yang diteliti yaitu dengan menggunakan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan
78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang
38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual
Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Deviation of Local Sumba Horse Body Weight Between Actual Body Weight Based on Lambourne Formula Nurjannah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah
48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari keanekaragaman hewan yang dimiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI
BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA
4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan
18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai
Lebih terperinciANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.
Lebih terperinciGambar 3. Peta Sulawesi Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o
PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bobot Badan dan Ukuran -Ukuran Tubuh Bobot badan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sapi dinaikkan ke atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciV. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban
TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperincid. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)
BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak sapi sangat penting untuk dikembangkan di dalam negri karena kebutuhan protein berupa daging sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Tjeppy D. Soedjana 2005, Ahmad zeki
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciBab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu
Lebih terperinciRILIS HASIL PSPK2011
RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciJohanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK
PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS
Lebih terperinciBeberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
Lebih terperinciKEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO
KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO Mendengar nama kabupaten Nagekeo mungkin bagi sebagian besar dari kita masih terasa asing mendengarnya, termasuk juga penulis. Dimanakah kabupaten Nagekeo berada? Apa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna
Lebih terperinciINTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Paskalis Th. Fernandez dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling
BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperinciSILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT
SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT Sophia Ratnawaty, P. Th. Fernandez dan J. Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur Abstrak
Lebih terperinciRini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK
EVALUASI PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA LOKAL MENGGUNAKAN RUMUS PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI (Kasus di Peternakan Rakyat Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta) Rini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan
Lebih terperinci