BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi (Profil) Pendidik Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur Otonomi daerah menjadi peluang pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam pemecahan masalah pendidikan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Kewenangan dalam bidang pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Sumba Timur bersama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan diantaranya sarana prasarana pendidikan dan tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan pemerataan akses pendidikan serta mutu sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 2 ayat 1 menyebutkan Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa deskriminasi. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan, pemerintah Kabupaten Sumba Timur telah menjamin terselenggaranya pendidikan dari satuan pendidikan anak usia dini serta satuan pendidikan dasar dan 51

2 menengah hingga pada tingkat kecamatan, kelurahan dan desa. untuk tingkat satuan pendidikan dasar dalam hal ini sekolah dasar (SD) sampai pada tahun 2012 di Kabupaten Sumba Timur terdapat 167 Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Dasar Swasta sebanyak 69 unit. Adapun penyebaran sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur dijabarkan dalam tabel 4.1 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur tahun Tabel 4.1 Banyak Sekolah Dasar Menurut Status Dirinci Tiap Kecamatan (diolah) No Kecamatan Sekolah Dasar Jumlah Negeri Swasta 1 Lewa Nggaha Ori Angu Lewa Tidahu Katala Hamu Lingu Tabundung Pinu Pahar Paberiwai Karera Matawai Lapau Kahaungu Eti Mahu Ngadu Ngala Pahunga Lodu Wula Waijelu Rindi Umalulu Pandawai KambataMapaMbuhang Kota Waingapu Kambera Haharu Kanatang Sumba Timur Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur (2012) 52

3 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa di Kabupaten Sumba Timur pada setiap kecamatan sudah memiliki satuan pendidikan termasuk di dalamnya sekolah dasar baik itu sekolah negeri maupun sekolah yang didirikan oleh masyarakat atau swasta. Dimana dalam sebaran sekolah dasar pada tiap kecamatan sangat beragam, untuk kecamatan dengan jumlah sekolah dasar paling sedikit yaitu di kecamatan Katala Hamu Lingu dengan 5 unit sekolah dasar diantaranya 4 (empat) unit sekolah negeri dan 1 (satu) unit sekolah swasta, sedangkan untuk kecamatan dengan jumlah sekolah dasar terbanyak yaitu pada kecematan Kota Waingapu dan kecamatan Kambera dengan masingmasing sebanyak 18 unit sekolah, dengan rincian 11 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta yang berada di Kecamatan Kota Waingapu, sedangkan untuk Kecematan Kambera sekolah negeri sebanyak 8 unit dan 10 unit sekolah swasta. Dengan keberadaan Sekolah Dasar yang cukup beragam pada setiap kecamatan di Kabupaten Sumba Timur, serta letak sekolah dengan desa-desa atau perkampungan yang belum mempunyai akses jalan yang baik juga sangat beragam. Sehingga anak didik yang hendak ke-sekolah harus menempuh jarak yang jauh bahkan alat transportasi tidak ada. Terutama kecematan-kecematan yang jumlah sekolah dasarnya sedikit, dimana anak-anak didik membutuhkan waktu 53

4 yang banyak untuk mencapai sekolah mereka, untuk berangkat kesekolah biasanya mereka mulai berangkat dari rumah pukul 5 (lima) pagi dengan modal berjalan kaki. Selain persolaan jarak yang harus ditempuh oleh anak didik pada saat hendak ke sekolah, ketersediaan guru di sekolah yang akan mendidik dan mengajarkan mereka suatu pengetahuan juga masih sangat kurang, dengan jumlah guru yang kurang pada setiap sekolah tentu akan mempengaruhi proses belajar anak didik yang tidak maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga bahwa: Kabupaten Sumba Timur mengatakan Yang menjadi kendala dalam kekurangan guru di Kabupaten Sumba Timur disebabkan karena selama tiga tahun terakhir tidak adanya pembukaan penerimaan CPNS baru, dan juga adanya pembukaan sekolah baru. Kendala lain dimana juga kurangnya animo masyarakat untuk menjadi guru. Dengan tidak adanya penerimaan CPNS di Kabupaten Sumba Timur dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dan juga adanya pembukaan sekolah baru dengan disertai kurangnya animo masyarakat untuk menjadi seorang guru, tentu hal ini akan mengakibatkan bertambahnya jumlah kekurangan 54

5 tenaga pendidik kususnya guru sekolah dasar yang cukup besar. Sedangkan dilain pihak pertumbuhan anak usia sekolah dari tahun ke tahun semakin bertambah. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 tentang data siswa sekolah dasar kabupaten Sumba Timur dari tahun menunjukkan pertambahan siswa dari tahun ke tahun cukup besar. Tabel 4.2 Data Siswa Sekolah Dasar Tahun No Tahun Ajaran Jumlah siswa SD Jumlah Negeri Swasta / / / / / / Sumber: Renstra Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Tahun Dengan bertambahnya jumlah anak usia sekolah dasar yang cukup bersar dari tahun ketahun tentu diharapkan adanya penambahan ketersediaan guru yang memadai, agar didalam proses pembelajaran anak didik dapat maksimal dan tidak terabaikan. Sampai pada tahun 2013 jumlah tenaga pendidik (guru PNS) sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sebanyak 1303 orang guru PNS, sedangkan berdasarkan data 55

6 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga menggambarkan kebutuhan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung proses pendidikan yang bermutu memerlukan tenaga pendidik sebanyak 2534 orang guru, melihat bahwa ketersedian guru belum memenuhi kebutuhan yang diperlukan, maka kekurangan guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sampai saat ini sebanyak 1231 orang guru. Berikut dalam tabel 4.3 menggambarkan kebutuhan dan kondisi tenaga pendidik pada jenjang satuan pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur. 56

7 Tabel 4.3 Data Guru PNS SD Kabupaten Sumba Timur, Dirinci Tiap Kecamatan. (diolah) No Kecematan Jumlah siswa Jumlah Rombel Kebu tuha n Keadaan guru Yang ada Keku ranga n 1 Kota Waingapu Kambera Pandawai Umalulu Rindi Pahunga Lodu Wulla Waijelu Ngadu Ngala Karera Paberiwai Mahu Matawai Lapau Kahaungu Eti Kabata Mapabuhang Nggaha Ori Angu 16 Pinu Pahar Tabundung Haharu Kanatang Lewa Lewa Tidahu Katala Hamu Lingu 23 SD Kecil Total SD Kecil: merupakan SD Paralel yang tersebar di setiap kecamatan Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga, Keadaan 03 Juni 2013 Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa kekurangan jumlah guru yang tersebar pada tiap sekolah dasar di 57

8 Kabupaten Sumba Timur sangatlah besar yaitu sebanyak 1231 orang, bila dilakukan analisa dengan perhitungan rasio guru terhadap murid sebenarnya jumlah guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sangat ideal dimana dengan jumlah guru 1303 serta jumlah siswa maka rasio guru terhadap siswa yaitu 1:30, hal ini sangat ideal dengan petunjuk teknis dalam SKB 5 Menteri yang menyebutkan rasio ideal guru terhadap murid yaitu Namun pada kenyataannya di lapangan pendistribusian guru tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan untuk memenuhi rombongan belajar yang ada. Hanya pada kecamatan Kota Waingapu yang jumlah gurunya dalam setiap sekolah dasar melebihi rombongan belajar yang ada, dimana guru PNS sebanyak 220 dengan robongan belajar sebanyak 191. Sedangkan sekolah-sekolah di kecamatan yang lain jumlah guru yang ada tidak memenuhi kebutuhan rombongan belajar yang ada, sebagai contoh di Kecamatan Kahaungu Eti dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 80, sedangkan guru yang ditempatkan hanya sebanyak 36 orang dari 13 unit sekolah dasar. Bila dilakukan perhitungan untuk kebutuhan guru berdasarkan SKB 5 Menteri yang harus ditempatkan pada sekolah dasar disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar, paling kurang jumlah guru yang harus ditempatkan pada sekolah-sekolah dasar di 58

9 kecamatan Kahaungu Eti adalah sebanyak 80 orang guru, maka sejauh ini masih kekurangan sebanyak 44 orang guru, bila di reratakan berarti selama ini guru pada sekolah-sekolah dasar dalam kecamatan yang mengalami kekurangan guru harus mengampu atau mengajar lebih dari satu rombongan belajar. Dengan jumlah guru sekolah dasar yang sangat terbatas di Kabupaten Sumba Timur serta pendistribusiannya pada sekolah-sekolah dasar yang kurang merata sesuai kebutuhan, maka ini akan menjadi dasar masalah dalam kegiatan pendidikan yang akan berlangsung di sekolah terutama bagi kualitas proses belajar anak didik. Dalam proses belajar mengajar bagi sekolahsekolah yang kekurangan guru, tentu akan menjadi kurang maksimal serta menjadi tidak efesien. sehingga akan dapat menpengaruhi perkembangan sumber daya manusia (SDM) anak didik, karena dalam proses belajarnya di sekolah tidak diperoleh secara maksimal sesuai dengan jam belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Seperti hasil wawancara dengan salah satu guru komite SDI Laimeta di Kecamatan Kambata Mapabuhang mengatakan bahwa: Dilakukan dengan cara merotasi anak-anak didik pada saat kegiatan belajar mengajar, dalam satu kelas akan di gabung antara kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua), kelas 3 (tiga) dan 59

10 kelas 4 (empat), kelas 5 (lima) dan kelas 6 (enam), setelah mengajarkan materi dikelas yang pertama baru melanjutkan kegiatan mengajar untuk kelas yang kedua. Pola penggabungan kelas dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang terjadi di SDI Laimeta merupakan cerminan dalam proses belajar mengajar pada setiap sekolah-sekolah dasar yang masih memiliki masalah kekurangan tenaga guru yang cukup besar di Kabupaten Sumba Timur. Dengan proses belajar mengajar yang seperti itu tentu akan mempengaruhi hasil dari proses belajar yang berlangsung, dimana anak-anak didik secara tingkat pemahaman akan materi di kelas menjadi kurang dan tidak maksimal. Bahkan tingkat pengetahuan mereka akan berbanding terbalik dengan anak-anak yang bersekolah diperkotaan atau sekolah yang secara jumlah tenaga pendidik cukup memadai. Padahal dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 41 ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Mengacu pada kondisi ril tentang keadaan jumlah pendidik yang sangat minim pada beberapa sekolah yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur, ini 60

11 berarti pemerintah pusat maupun pemerintah setempat belum secara baik memenuhi kewenangan yang telah diberlakukan seperti yang disebutkan dalam pasal 41 ayat 3 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, untuk memfasilitasi serta memenuhi kebutuhan tenaga pendidik yang memadai guna mewujudkan pendidikan yang bermutu di Kabupaten Sumba Timur. Selain karena masalah kurangnya tenaga pendidik di sekolah-sekolah pendalaman yang dapat mempengaruhi proses atau kegiatan belajar yang bermutu, hal lain yang menyebabkan kurangnya tingkat pemahaman anak didik akan suatu materi yang menyebabkan sumber daya manusianya (SDM) kurang baik, ini dikarenakan ketika anak pulang sekolah harus membantu orang tuanya keladang dan ke padang, sehingga jam belajar di rumah terpakai untuk membantu orangtua yang secara ekonomi kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga waktu anak untuk tetap belajar di rumah sangat minim. Serta ditambah lagi dengan masalah tingkat pengetahuan orang tua yang tidak tamat sekolah dasar bahkan masih terdapat orang tua yang buta huruf atau tidak tahu baca tulis, sehingga dengan masalah kurangnya pengetahuan orang tua maka secara 61

12 otomatis anak didik tidak mendapatkan bimbingan belajar secara kusus dari orangtua di rumah. Dalam tabel 4.4 menunjukkan indikator melek huruf dan buta huruf dari angka persentase penduduk 10 tahun keatas yang memiliki kepandaian membaca dan menulis di kabupaten Sumba Timur. Indikator ini merupakan gambaran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan penduduk, karena apabila persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis semakin besar maka besar kemungkinan menunjukkan bahwa anak didik ketika pulang sekolah mendapatkan bimbigan belajar secara kusus atau perhatian dari orang tua untuk menengembangkan potensi yang dimiliki. Tabel 4.4 Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas menurut Jenis kelamin dan kepandaian membaca dan menulis (diolah) Kepandaian Membaca Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 dan Menulis LK Pr LK Pr LK Pr Dapat membaca dan Menulis 84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54 Buta huruf 15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,46 Sumba Timur Sumber: survey social ekonomi nasional (dalam RKPD 2013) Hingga pada tahun 2011 penduduk yang masih buta huruf di Kabupaten Sumba Timur masih 62

13 sangatlah besar, dalam tabel 4.4 mengambarkan bahwa sebanyak 12,31 persen penduduk laki-laki di Kabupaten Sumba Timur masih buta huruf, serta penduduk perempuan sebanyak 14,46 persen juga masih tergolong dalam penduduk buta huruf. Hal ini imbasnya akan dialami oleh anak-anak yang secara langsung orang tua mereka tergolong buta huruf, dimana ketika pulang sekolah besar kemungkin tidak akan adanya bimbingan kusus dari orangatua, sehingga anak-anak ini hanya berharap dapat belajar disekolah secara maksimal. Oleh karena itu pemerintah selaku pembuat kebijakan perlu untuk mengkaji ulang secara baik penempatan guru yang merata kususnya pada daerah-daerah terpencil, sehingga proses belajar anak dapat maksimal di sekolah. Berbeda dengan anak-anak yang sekolah diperkotaan atau dalam tanda kutip ekonomi serta tingkat pendidikan orang tuanya lebih baik, dimana selain di sekolah jam belajarnya maksimal karena ketersedian guru yang memadai dan sarana prasarana yang lengkap, juga ketika pulang sekolah ada tambahan jam less atau belajar serta adanya perhatian kusus dari orangtua untuk membimbing dan membantu mereka dalam belajar. Dengan fenomena seperti ini, pemerintah Kabupaten Sumba Timur penting untuk mengambil sebuah langkah atau menetapkan kebijakan yang tepat 63

14 untuk memperhatikan anak-anak yang bersekolah di pedalaman yang mana pada sekolah di tempat ini jumlah gurunya sangat terbatas dan sarana prasarana yang terbatas pula. Di lain sisi dengan masalah jumlah guru yang masih sangat terbatas yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran serta perkembangan anak didik, juga secara kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur secara keseluruhan belum memenuhi standar kualifikasi akademik yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik/guru pada tingkat satuan pendidikan dasar. Tabel 4.5 menunjukkan jenjang pendidikan yang dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur: 64

15 Tabel 4.5 Kualifikasi Akademik Guru PNSD, Tahun Pelajaran 2012/2013. Dirinci per kecamatan N Kecamatan Jenjang Pendidikan Juml o S1 D3 D2 D1 SLTA ah total 1 Kota Waingapu Kambera Pandawai Umalulu Rindi Pahunga Lodu Wula Waijelu Ngadu Ngala Karera Paberwai Mahu Matawai Laupau Kahaungu Eti Kambata Mapabuhang 15 Nggaha Ori Angu Katala Hamu Lingu 17 Tabundung Pinu Pahar Lewa Tidahu Lewa Kanatang Haharu SD KECIL Total Keterangan: SD KECIL adalah sekolah paralel yang tersebar di pada daerah pedalaman Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga, Kab. Sumba Timur (diolah) Selain keadaan guru sekolah dasar yang belum mencukupi kebutuhan secara kuantitas atau jumlah minimum serta kurang meratanya dalam penempatan, 65

16 juga secara kualifikasi akademik guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar kualifikasi akademik sesuai dengan standar tenaga pendidik yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam tabel 4.5 menggambarkan bahwa dari 1303 guru PNS yang berpedidikan S1 hanya sebanyak 184 orang, DIII 6 orang, DII 552 orang, DI 6 orang dan SLTA sebanyak 555 orang. Dari data tersebut dapat katakan bahwa sekitar 86% guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar minimum sebagai syarat seorang pengajar bila dilihat dari kualifikasi akademik. Ironisnya lagi sebagian guru yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik, mereka hanyalah lulusan SMA yaitu sebanyak 43 %, sedangkan jumlah guru sekolah dasar yang memiliki standar kualifikasi akademik S1 hanya sebesar 14 % dari keseluruhan guru PNS yang ada di Kabupaten Sumba Timur. Padahal dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, disebutkan Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D- IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. 66

17 Dengan sebagian besar guru sekolah dasar belum memenuhi kualifikasi akademik sebagai standar minimal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, merupakan masalah yang sangat mendasar dalam meningkatkan kualitas pendidikan sehingga turut berpengaruh pula dalam mewujudkan proses pendidikan yang bermutu di Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga Kabupaten Sumba Timur, bagian ketenagaan mengatakan bahwa: Banyak guru yang tidak memenuhi kualifikasi akademik ini mereka adalah guru-guru senior yang sejak dulu masih menerima lulusan SPG setara SMA, sebelum aturan/standart kualifikasi tenaga pendidik yang mengharuskan sekurang-sekurangnya seorang guru sekolah dasar (SD) harus memiliki kualifikasi akademik DIV dan S1. Secara keseluruhan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur yang kualifikasi akademiknya di bawah standart terutama bagi guru-guru yang hanya lulusan SPG setara SMA mereka adalah guruguru senior yang pada masa penerimaan dan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) belum dikeluarkannya aturan yang mengaharus setiap tenaga 67

18 pendidik memiliki kualifikasi akademik minimal DIV dan berpendidikan S1. Sebagaimana dalam laporan worbakbank (2011) mengemukakan kualitas guru adalah faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Yang didukung oleh berbagai penelitian menunjukkan bahwa apa yang guru ketahui dan apa yang bisa mereka lakukan berpengaruh secara signifikan pada pecapaian akademis siswa. Penelitian yang dilakukan McKinsey (dalam Worldbank 2011) merangkum ide tersebut: Kualitas suatu sistem pendidikan tidak bisa melampaui kualitas guru-gurunya (Barber dan Mourshed 2007). Meskipun sulit sekali dan kontroversial untuk menghitung besarnya dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja siswa, hampir secara universal berbagai penelitan telah menunjukkan pentingnya peran guru. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Sumba Timur memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas serta mengembangkan dan membina tenaga pendidikan dalam rangka menciptakan proses pendidikan yang bermutu, sebagaimana di dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat 1 dinyatakan pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. 68

19 Maka penting bagi pemerintah Kabupaten Sumba Timur untuk mengembangkan kemampuan mengajar guru melalaui pelatihan-pelatihan pengajaran serta perlu untuk meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pendidik bagi guru-guru yang belum memenuhi standar minimal sebagaimana yang dicantumkan dalam Sistem Pendidikan Nasional, guna mewujudkan proses pendidikan yang bermutu di dearah. 4.2 Kebijakan Pemenuhan Standar Tenaga Pendidik Sekolah Dasar Di Kabupaten Sumba Timur Dalam upaya menangani masalah kekurangan guru, sejauh ini pemerintah Kabupaten Sumba Timur telah mengambil sebuah langkah kebijakan dengan merekrut tenaga pendidik non PNS. Diantaranya tenaga pendidik yang direkut oleh pemerintah daerah adalah guru PTT (pegawai tidak tetap) dan juga guru honorer atau guru komite yang direkrut oleh sekolah yang bersangkutan sesuai kebutuhannya di sekolah untuk mengisi kekurangan guru. Kusus untuk guru PTT mereka adalah guru honorer yang kemudian diangkat oleh pemerintah daerah untuk menjadi pegawai tidak tetap yang digaji oleh pemerintah daerah. Sedangkan guru honorer atau guru komite digaji oleh sekolah dengan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Hingga tahun 69

20 2013 jumlah tenaga pendidik non PNS yang telah diangkat pemeritah daerah maupun sekolah sebanyak 1257 orang diantaranya guru PTT sebanyak 56 orang dan guru honorer atau komite sebanyak 1201 orang yang tersebar diseluruh sekolah dasar di kabupaten Sumba Timur. Melihat bahwa secara kuantitas, jumlah tenaga pendidik non PNS (baik guru komite maupun guru PTT) sudah mencukupi dalam rangka memenuhi kekurangan guru PNS yang terjadi pada sekolahsekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur. Namun dalam upaya mendukung pendidikan yang berkualitas atau bermutu di Kabupaten Sumba Timur dapat berhasil atau terlaksana dengan baik tidak hanya dengan memenuhi kebutuhan guru secara kuantitas, perlu bagi pemerintah untuk melihat kualitas atau kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru yang akan direkrut, oleh karena itu pemerintah harus mengupayakan atau melakukan suatu program bagi guru yang sudah direkrut untuk meningkatkan kualitas pengajaran melalui pelatihan-pelatihan dan mewajibkan untuk memenuhi standar kualifikasi akademik sebagai persyarat utama bagi seorang tenaga pendidik. Sejauh ini pemerintah daerah sudah melakukan kebijakan dalam megusahakan pemenuhan kualifikasi akademik guru sekolah dasar bagi yang belum 70

21 memenuhi kualifikasi akademik setara S1 maupun DIV. Seperti hasil wawancara bersama pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Tmur, mengatakan bahwa: Sudah berkerjasama dengan Universitas Cendana Kupang dalam melakukan program kuliah percepatan yang dikenal dengan Penilain Prestasi Kerja dan Hasil Belajar atau (PPKHB) bagi guru PNS. Sedangkan kusus bagi guru-guru PTT dan guru komite diberikan inisiatif untuk mengikuti kuliah pada PGSD di Universitas Terbuka yang ada di Kabupaten Sumba Timur. Program kerjasama yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dengan perguruan-perguruan tinggi merupakan suatu gebrakan yang tepat guna mendukung tercapainya pemenuhan kualifikasi akademik tenaga pendidikan yang kabupaten Sumba Timur. berkualitas di Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa kegiatan perkuliahan ini diperuntukkan bagi guru-guru yang secara kualifikasi akademik belum memenuhi standar minimal baik guru-guru PNS maupun guru-guru non PNS untuk meningkat kualitas mengajar serta pemenuhan standar kualifikasi akademik. Adapun kegiatan perkuliahan dilakukan setiap hari minggu sehingga tidak mengganggu proses 71

22 mengajar dan kegiatan kependidikan lainnya di sekolah. Dengan kebijakan pemerintah dalam merekrut tenaga pendidik non PNS atau guru PTT maupun kebijakan sekolah untuk menerima guru honorer dalam rangka menangani masalah kekurangan guru secara umum sudah tepat, namun dalam penataanya serta penempatan belum terlaksana dengan baik, dimana pada kenyataannya masih terdapat sekolah yang kekurangan guru dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu dalam penempatan guru-guru PNS maupu non PNS perlu diatur oleh pemerintah daerah yang didalamnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga bersama Badan Kepegawaian Daerah untuk membuat produk hukum dalam mengatur dan menata penempatan guru melalui perda atau perbup, sehingga dalam penempatan guru benar-benar merata sesuai kebutuhan di sekolah tanpa memandang status guru maupun sekolah. 4.3 Implementasi Kebijakan Penempatan Tenaga Pendidik Sekolah Dasar Di Kabupaten Sumba Timur Dalam mendukung implementasi penempatan guru yang merata sejauh ini pemerintah kabupaten Sumba Timur belum membuat sebuah kebijakan secara tertulis melalui perda atau perbup mengenai penempatan guru sekolah dasar baik guru PNS 72

23 maupun guru non PNS, dalam surat keputusan bersama (SKB) 5 Menteri pemerintah mewajibkan agar setiap pemerintah daerah menyusun produk hukum dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau produk hukum lainnya terkait penataan dan pemerataan guru PNS yang merujuk pada Peraturan Bersama. Sejauh ini di Kabupaten Sumba Timur dalam hal penataan guru PNS serta dalam penempatannya masih mengacu pada PP No 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, Dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Badan-badan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penempatan guru adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur yang mempunyai tugas untuk melakukan analisis kebutuhan atau perencanaan dalam bentuk konsep, beserta Badan Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana teknis yang mempunyai kewenangan dalam hal mutasi dan penempatan pegawai negeri sipil dan pemerintah daerah dalam hal ini Bupati sebagai pelaksana terakhir untuk mengeluarkan SK. Dalam pelaksanaan implementasi penempatan guru belum terlaksana secara baik dan tepat, dimana pada kenyataannya penempatan guru belum merata secara baik pada sekolah-sekolah dasar yang tersebar di seluruh Kabupaten Sumba Timur. Beberapa sekolah mengalami kekurangan guru dilain pihak ada sekolah 73

24 yang jumlah gurunya melebihi rombongan belajar yang ada. Bila dilihat dari jumlah secara keseluruhan baik guru PNS maupun guru non PNS sebetulnya sudah cukup untuk memenuhi setiap kekurangan guru yang terjadi pada sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru, namun dalam implementasinya penempatan guru masih kurang merata. Sepeti dalam tabel 4.6 menunjukkan data guru secara keseluruhan baik guru PNS maupun guru non PNS : Tabel 4.6 Data guru PNS dan Non PNS Sekolah Dasar Kabupaten Sumba Timur Keadaan 03 Juni 2013 No Nama Sekolah Jumlah Murid 74 Jumlah Rombel Jumlah Guru Negeri Non PNS PTT KOMITE 1 SDI Waingapu SDI Umamapu SDM Payeti SDM Praiwora SDN Waingapu SDI Kalu SDM Melolo SDI Waimarang SDI Lailajang SDN Kondanamu 11 SDN Kabanda SDN Laimahi SDN Laihiru SDN Lahua SDI Maradadita Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (diolah)

25 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dalam implementasi penempatan guru baik guru PNS maupun guru non PNS pada setiap sekolah masih belum tertata dengan baik secara merata sesuai kebutuhan rombongan belajar yang ada pada sekolah. Sebagai contoh yang terjadi pada sekolah dasar SDI Waingapu 2 Kecamatan Kota Waingapu memiliki kelebihan guru dimana jumlah keseluruhan guru yang ditempatkan pemerintah maupun yang diangkat oleh sekolah tersebut sebanyak 41 orang guru, dengan rincian guru PNS sebanyak 27 orang, guru komite 13 orang dan guru PTT 1 orang, sedangkan jumlah rombongan belajarnya hanya sebanyak 21 rombel. Maka bila dilakukan perhitungan di SDI Waingapu 2 memiliki kelebihan guru sebanyak 20 orang bila dalam perhitungannya menyesuaikan rombongan belajar yang ada. Sedangkan berbanding terbalik dengan sekolahsekolah lain yang masih kekurangan guru, dimana ketersedian guru yang ada tidak memenuhi rombongan belajar. Seperti halnya yang terjadi pada sekolah dasar SDN Kabanda yang terletak di Kecamatan Ngadu Ngala dengan jumlah rombongan belajar pada sekolah tersebut sebanyak 6 (rombel), tetapi pada kenyataannya guru yang ditempatkan hanya sebanyak 2 orang guru PNS. Maka dapat dikatakan pada SDN Kabanda mengalami kekurang guru sebanyak 4 orang, 75

26 sedangkan dilain sekolah memeliki kelebihan guru yang cukup besar seperti SDI Waingpu 2 terdapat kelebihan guru sebanyak 20 orang baik itu guru pns maupun guru honor. Dengan kejadian seperti ini tentu pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga belum secara baik melihat serta menata penempatan guru sekolah dasar secara tepat dan merata. Perlu bagi pemerintah daerah mengambil sebuah langkah kebijakan dengan membuat peraturan tentang penataan atau pengelolaan penempatan guru, sehingga mudah dalam mengurus kelebihan guru-guru pada sekolah-sekolah tertentu untuk selanjutnya dipindahkan atau di tempatkan ke sekolah-sekolah yang masih mengalami kekurangan guru. Padahal dalam Permendiknas No 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota disebutkan Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur perlu untuk mengkaji implementasi kebijakan penempatan guru yang dimulai dari kondisi ril serta faktor-faktor pendukung dalam pemerataan guru pada sekolah dasar 76

27 yang secara keseluruhan masih mengalami kekurangan guru. Dalam hal ini George C. Edwards III mengemukakan ada empat variabel atau factor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan publik yaitu Komunikasi, Sumber Daya, Kecedrungankecendrungan (sikap), dan Struktur birokrasi a. Komunikasi Komunikasi merupakan persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus dilakukan. Keputusankeputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan tersebut diikuti. Komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana. Dalam hal implementasi penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur akan efektif apabila personil atau birokrat yang mempunyai kewenangan dapat menjalani komunikasi dengan baik. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga harus berkomunikasi dengan baik bersama badan kepegawaian daerah yang mempunyai kewenangan dalam urusan kepegawaian daerah termasuk guru PNS sekolah dasar untuk menyampaikan kebutuhan penempatan guru. 77

28 Urusan/problem tenaga pendidik, Dinas pendidikanlah yang seharusnya lebih berperan karena dinas tersebutlah yang lebih memahami seluruh kebutuhan pendidikan termasuk didalamnya kebutuhan tenaga pendidik yang diperlukan untuk mengelola serta menata sekolah-sekolah mana yang memiliki kekurangan dan kelebihan guru. Sejauh ini dalam hal mutasi serta penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, komunikasi antar birokrasi yang berkaitan sudah dijalankan yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga menganalisis serta membuat perencanaan kebutuhan guru yang masih dalam bentuk konsep kemudian akan diajukan kepada Badan Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana teknis untuk memproses yang kemudian hasilnya dikeluarkan melalui SK Bupati. selanjutnya dinas pendidikan akan menginformasikan kepada guru-guru yang mendapatkan kebijakan mutasi. Dalam mewujudkan pemerataan guru, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga juga berkomunikas secara informal bersama pemeritah kecamatan, sekolah serta masyarakat, dalam hal menyampaikan atau menginformasikan kebutuhan guru yang diperlukan di sekolah. Komunikasi sudah dilaksanakan dengan baik dalam mendukung pemerataan guru sekolah dasar, 78

29 namun dalam kenyataannya masih terdapat sekolah yang mengalami kekurangan guru, ini berarti bahwa dinas pendidikan pemuda dan olahraga serta Badan Kepegawaian Daerah tidak secara tepat menata serta mengelola kebutuhan guru yang diperlukan untuk dilakukan mutasi demi memenuhi kebutuhan guru yang terjadi pada sekolah tertentu yang masih kekurangan guru. Bila dilihat dari segi jumlah baik guru PNS maupun guru non PNS yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur, sebenarnya sudah cukup untuk mencukupi kekurangan akan guru yang masih terjadi pada beberapa sekolah, namun dalam pendistribusiannya masih jauh dari harapan dimana guru-guru yang tersebar masih kurang merata. b. Sumber daya Penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur dapat terlaksana apabila dikomunikasikan secara cermat, jelas dan konsisten, namun dalam pelaksanaannya kekurangan sumbersumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan maka implementasi inipun cenderung tidak efektif. Ketersediaan guru merupakan sumber utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan penempatan yang merata pada setiap sekolah dasar. Guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur 79

30 sejauh ini hanya sebanyak 1303, dari segi jumlah masih sangat kurang dari kebutuhan guru yang diperlukan. Sampai pada tahun 2013 tenaga pendidik yang dibutuhkan untuk sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sebanyak 2534 orang, maka kekurangan sebanyak 1231 guru. Dalam mengatasi masalah kekurangan sumber daya atau dalam hal ini kekurangan guru yang jumlahnya cukup besar, pemerintah selaku pembuat kebijakan mengambil kebijakan dengan mengakat guru PTT serta guru komite yang diangkat oleh sekolah sebanyak 1257 orang demi pemenuhan kebutuhan minimal tenaga pendidik di sekolah dasar. Meskipun jumlah guru sudah dipenuhi melalui pengangkatan guru non PNS, namun pada kenyataannya belum menjawab kebutuhan secara keseluruhan, dimana masih terdapat sekolah-sekolah yang kekurangan tenaga guru, ini dapat dikatakan bahwa para pelaksana kebijakan atau birokrasi yang mempunyai kewenangan dalam hal ini kurang memiliki ketrampilan atau kualitas yang merupakan sumber penting dalam mengatur serta mengelola manajemen guru dengan baik. Sumber daya tidak hanya mencangkup jumlah secara kuatitas dari sumber yang ada yaitu guru, namun untuk mewujudkan pendidikan yang bemutu akan dapat terjadi di Kabupaten Sumba Timur hanya 80

31 didapatkan apabila sumber daya tersebut memiliki kualitas yang baik. Sumber daya atau guru di Kabupaten Sumba Timur tidak secara keseluruhan memliki kualitas yang baik bila dipandang dari kualifikasi akademik yang dimiliki, sebagian besar guru pegawai negeri sipil untuk sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur masih berpendidikan D3, D2, D1 dan SMA atau 86% belum memiliki kualifikasi akademik minimal, sedangkan yang memenuhi kualifikasi yang baik hanya 14% dari total guru sekolah dasar yang ada. Untuk mendukung implementasi penempatan guru secara merata dapat dilakukan apabila pelaksana kebijakan dalam hal ini dinas pendidikan perlu memiliki informasi tentang keadaan serta kebutuhan seperti peta guru sekolah dasar, sehingga dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Winarno (2012) mengemukakan kurangnya pengetahuan bagaimana mengimplementasikan kebijakan mempunyai beberapa konsekuensi secara langsung. Pertama, beberapa tanggung jawab secara sungguh-sungguh tidak akan dapat dipenuhi atau tidak dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Kedua, ketidakefisienan. Wewenang juga merupakan sumber penting dalam implementasi kebijakan penempatan guru, Dinas 81

32 Pendidikan Pemuda dan Olahraga bersama Badan Kepegawaian Daerah mempunyai wewenang dalam proses mutasi serta penempatan guru. Agar dalam penempatan guru dapat merata sesuai kebutuhan, perlu bagi badan-badan yang mempunyai kewenangan dalam hal ini Dinas Pedidikan Pemuda dan Olahraga serta Badan Kepegawaian Daerah untuk berkerjasama dengan pelaksana-pelaksana lain seperti sekolah maupun masyarakat jika ingin melaksanakan program penempatan guru dengan berhasil. Sehingga guru-guru yang ditempatkan pada sekolah-sekolah yang secara wilayah jauh dari perkotaan dapat terkontrol dengan bantuan masyarakat setempat, dengan demikian tidak ada lagi kejadian dimana guru jarang masuk sekolah. Demikian halnya dalam mendukung implementasi, fasilitas fisik juga merupakan sumber penting dalam implementasi penempatan guru. Guru sekolah dasar boleh memadai untuk memenuhi kebutuhan proses pengajaran di sekolah, namun tanpa fasilitas yang mendukung maka implementasi juga akan terhambat. Sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur pada umum masih mengalami kekurangan fasilitas terutama bagi sekolah-sekolah yang ada pada pedesaan, seperti ruang kelas, ruang perpustakaan dan juga rumah dinas bagi guru. Dengan fasilitas yang serba kekurangan, hal ini yang menjadi alasan kuat bagi guru-guru dalam menghindari penempatan pada 82

33 sekolah-sekolah pedalaman serta berbagai macam alasan lainya. Di Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung serta memudahkan setiap pelaksanaan kerja dinas pendidikan termasuk pengelolaan data pendidikan pada tingkat kecematan serta dalam mengkontrol kerja guru, akan dibentuk suatu badan pembantu UPTD (unit pelaksana teknis dinas) pada setiap tingkat kecematan, Badan ini baru dalam tahap pembahasan pemerintah daerah. Dengan adanya fasilitas dinas melalui UPTD pada kecamatan-kecamatan diharapkan dapat memantau serta mengurus setiap proses pendidikan yang berlangsung pada tingkat kecamatan termasuk didalamnya pendataan serta penyampaian informasi tentang keberadaan dan kebutuhan guru. c. Kecendrungan-kecendrungan Kecendrungan-kecendrungan pelaksana menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan. Kecendrungan guruguru di Kabupaten Sumba Timur, dimana mereka lebih memilih untuk mengajar pada sekolah yang berada di sekitar perkotaan, kecendrungan ini tidak dapat dipungkiri karena guru yang bersangkutan memiliki banyak alasan, seperti mengikuti suami dimana tempatnya bekerja, ada juga yang beralasan karena kesehatan sehingga lebih dekat dengan fasilitas 83

34 kesehatan di perkotaan agar dapat melakukan kontrol kesehatan. Dengan sikap guru yang seperti ini tentu sangat mempengaruhi keberhasilan imlpementasi penempatan guru yang merata pada setiap sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur. Selain sikap guru yang lebih memilih untuk ditempatkan pada sekolah di sepeturan kota, kecendrungan lain juga dapat terjadi dimana guru-guru yang ditempatkan pada sekolah dasar yang jauh dari perkotaan, sering ditemukan absen atau jarang masuk sekolah. Sehingga sikap seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik di sekolah. Hal ini dapat terjadi karena pelaksana kebijakan seperti pengawas sekolah dari dinas pendidikan tidak secara baik mengawasi dan bahkan pengawas sekolahpun jarang untuk melakukan pemantaun lansung ke sekolah terutama sekolahsekolah yang jauh dari perkotaan. Menurut Edwards, salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecendrungan para pelaksana dalam hal ini guru adalah dengan memanupulasi insentif-insentif. Oleh karena pada umumnya orang bertindak menurut kepentingannya mereka sendiri, maka memanupulasi insentif-insentif oleh para pembentuk kebijakan tingkat tinggi besar kemungkinan mempengaruhi tindakan-tindakan para pelaksana kebijakan. 84

35 Sejauh ini pemerintah pusat mewajibkan kepada guru untuk memenuhi 24 jam mengajar dalam satu minggu, dengan insentif seperti ini guru akan berusaha memenuhi jam mengajarnya dengan menambah jam mengajar di sekolah lain. Kebijakan lain yang telah dilakukan pemerintah dimana menambah insentif finansial bagi guru yang ditempatkan pada sekolahsekolah yang berada pada daerah terpencil. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur perlu dengan tegas mengimplementasikan kebijakan penempatan guru tanpa memandang status guru serta tanpa adanya faktor politik, sehingga guru yang akan ditempatkan dapat merata dan benar-benar menjawab kebutuhan dalam hal kekurangan guru. Dilain sisi pemerintah Sumba Timur perlu menambahkan insentif-insentif yang membuat guru termotivasi dan siap untuk ditempatkan di sekolah mana saja baik di perkotaan maupun di daerah terpencil, sehingga kecendrungan yang sering dilakukan guru tidak lagi terjadi. d. Struktur birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Maka mengetahui struktur birokrasi merupakan faktor fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan. 85

36 Pada masa desentralisasi saat ini, pemerintah pusat menetapkan kuota jumlah guru PNS yang bisa diangkat oleh kabupaten/kota. Kemudian kabupaten/kota menyeleksi guru yang akan mereka angkat. Secara teknis, kabupaten/kota yang menyeleksi guru PNS. Tetapi, dana untuk gaji guru PNS tersebut sebenarnya disalurkan oleh pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten/kota melalui dana anggaran umum (DAU). Proses pengangkatan guru melibatkan beberapa birokrasi pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu pengangkatan guru PNS dilaksanakan seperti yang terlihat dalam gambar struktur birokrasi ini: 86

37 Skema 4.1 Struktur birokrasi proses pengangakatan guru PNS di Indonesia Kemen Keuangan PMTK Pasokan DIKTI Anggaran Standar dan persyaratan profesi MENPAN Koordinasi BKN Permintaan kuota dan konsultasi Provinsi Permintaan Permintaan, kuota, konsultasi, revisi kuota BKD Kab/kota Dinas Pendidikan Sekolah (Sumber: Worldbank 2011, digambar dari deskripsi MENPAN soal proses pengangkatan, 2008). Dalam laporan Worldbank (2011) menjelaskan proses pengangkatan guru melibatkan beberapa lembaga pemerintah pusat dan daerah. Pengangkatan guru PNS meliputi hal-hal sebagai berikut (lihat skema 4.1): 87

38 1. Dasar pengangkatan guru PNS adalah formasi tahunan atau penetapan kebutuhan guru. Formasi tahunan ini juga mempertimbangkan kesempatan (lowongan) kerja baru yang disetujui oleh MENPAN. 2. Setiap tahun sekolah melaporkan kebutuhan akan guru kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota, yang bertanggung jawab memasok tenaga yang dibutuhkan. Metode untuk menentukan kebutuhan guru sangat bervariasi, dan metode yang dipakai satu sekolah seringkali berbeda dengan sekolah yang lain. 3. BKD kabupaten lalu meneruskan permintaan dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota, beserta dengan data jumlah PNS yang dibutuhkan oleh institusi pemerintah daerah lainnya di sana, ke pemerintah provinsi yang berperan sebagai wakil pemerintah pusat. Dengan demikian, guru dimasukkan sebagai bagian dari keseluruhan formasi pemerintah daerah. 4. Pemerintah provinsi hanya bertugas untuk mengumpulkan data kebutuhan PNS dari seluruh kabupaten/kota di wilayahnya. Sebenarnya, menurut beberapa pejabat MENPAN, beberapa kabupaten/kota bahkan langsung mengirimkan data kebutuhan ke mereka. 88

39 5. Begitu data formasi nasional terkumpul, termasuk permintaan akan guru baru, MENPAN meminta petunjuk teknis dari BKN untuk menentukan berapa kuota untuk masing-masing daerah. 6. Persyaratan khusus bagi guru, termasuk standar profesional, ditetapkan oleh PMPTK. 7.Yang sering terjadi adalah daerah tidak mendapatkan guru sejumlah yang mereka minta karena terbatasnya anggaran nasional. 8. Pada akhirnya, kuota bagi masing-masing daerah ditentukan oleh berapa anggaran yang disediakan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Kemenkeu menetapkan kuota nasional maksimal dan menyerahkan ke MENPAN untuk menentukan kuota bagi masing-masing daerah. Dalam hal pengakatan guru PNS, pemerintah daerah berkerja sama dengan pemerintah pusat dalam menentukan besaran kuota jumlah guru yang akan diangkat berdasarkan berbagai pertimbangan dari lembaga-lembaga Negara yang secara langsung terlibat. Selanjutnya dalam hal penempatan guru pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk menata dan mengelola distribusi guru bersama lembaga-lembaga daerah yang terkait berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat mengenai standar minimal tenaga pendidik pada setiap tingkat satuan pendidikan. 89

40 Struktur birokrasi dalam penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan analisis kebutuhan dalam bentuk konsep perencanaan yang akan diperlukan kemudian diajukan ke Badan Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana teknis yang mempunyai wewenang dalam penempatan dan mutasi pegawai negeri sipil termasuk di dalamnya guru PNS, kemudian Badan Kepegawaian Daerah meninjau usulan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, bila selama peninjauan yang dilakukan Badan Kepegawaian Daerah belum tepat maka akan di kembalikan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan kemudian akan diadakan rapat bersama untuk menganalisa kembali kebutuhan guru di lapangan, yang selanjutnya badan kepegawaian daerah akan mengurus mutasi guru melalui SK Bupati. Berikut struktur birokrasi dalam penempatan guru di kabupaten Sumba Timur, dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 90

41 Skema 4.2; strutur birokrasi proses penempatan guru (PNS) di kabupaten Sumba Timur Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Badan Daerah Kepegawaian Pemerintah Daerah melalui SK Bupati Birokrasi-birokrasi di atas mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan implementasi kebijakan penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, dimana badan-badan tersebut masing-masing memiliki tugas tersendiri yang saling behubungan. Edwards menjelaskan hal ini akan menimbulkan dua konsep pokok yang merugikan bagi implementasi yang berhasil. Pertama, tidak ada orang yang akan mengakhiri implementasi kebijakan dengan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu karena tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan terpecah-pecah. Kedua, pandangan-pandangan yang sempit dari badanbadan mungkin juga akan menghambat perubahan. Jika suatu badan mempunyai feksibilitas yang rendah dalam misinya, maka badan itu akan berusaha mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan 91

42 akan menentang kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan perubahan. Pemerintah Sumba Timur perlu untuk meninjau kembali kewenangan yang dimiliki oleh setiap badan birokrasi, untuk dapat berkoordinasi serta berkerja sama secara bersinergi sehingga penempatan guru benar-benar diimplementasikan secara tepat. Dan tidak dihambat oleh kepentingan-kepintingan diluar bidang kebijakan penempatan guru oleh salah satu badan yang memiliki kewenangan. 92

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TIMUR SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2014 1 Urusan Wajib 1.01 Pendidikan 1.01. 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA 1.01. 1.01.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian pada bab pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Jumlah guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur

Lebih terperinci

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368 Kabupaten Sumba Timur D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu 87111 Telp (0387) 61368 Penutup Penyelenggaraan Sensus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENEMPATAN GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUMBA TIMUR ABSTRACT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENEMPATAN GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUMBA TIMUR ABSTRACT Jurnal Kelola MMP UKSW ISSN Online No: 2443-0544 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENEMPATAN GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUMBA TIMUR Agus Maramba Meha agusmaramba@yahoo.com PPS-Magister

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumba Timur Tahun 2013 sebanyak 36.940 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Sumba Timur Tahun 2013

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR)

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DSM/IP.16 01/03/La-HITA/2014 PUSLITBANG SUMBER DAYA AIR EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DESEMBER, 2014 KATA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah jangan hanya dijadikan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN

Lebih terperinci

KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA

KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA Sumber daya manusia pada perguruan tinggi yang dimaksud pada tulisan ini adalah dosen dan tenaga kependidikan (karyawan). Dosen bertugas melaksanakan kegiatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga Profesional, seperti

Lebih terperinci

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : 1. Undang-Undang Nomor 5 Th 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional;

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

Batam, 22 September 2014

Batam, 22 September 2014 RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN Batam, 22 September 2014 Zona I Zona II Zona III KAWASAN INDUSTRI RUMPUT LAUT DI PROP. NTT Kab. Sumba Timur Data Kabupaten Sumba Timur : GAMBARAN UMUM WILAYAH Luas Wilayah

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR DAN UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, SALINAN 1 BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR DAN PENYESUAIAN IJASAH PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KONSEP/DRAFT (II) RAPAT TGL 22 DES 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KARIER LULUSAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Disajikan dalam Workshop Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebijakan Pendidikan Dalam memahami apa itu kebijakan pendidikan, maka penting untuk mengetahui pengertian kebijakan publik itu sendiri. George C. Edwards III & Ira Sharkansky

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Boks 1 HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Latar Belakang Perkembangan industri di dunia tentunya berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Untuk itu peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA

PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA La Ode Safiun Arihi 1, a, Fredy 2, a 1, 2 Pendidikan Dasar Universitas Haluoleo, Kendari e-mail: a fiun_unhalu@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR Kustamar Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Wilayah Kabupaten Sumba Timur mayoritas terdiri dari padang rumput (47,85%) dengan topografi berbukit

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh pada Januari 2001. Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 58 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan saja kebutuhan material masyarakat, melainkan juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang membutuhkan penegasan berkesinambungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba 38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba jantan dilakukan di peternak-peternak yang ada dikota Waingapu, Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Berdasarkan data di Kantor Cabang Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Waingapu merupakan ibukota Kabupaten Sumba Timur yang terdapat di barat daya Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Lebih terperinci

Capaian Kinerja Sasaran Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Capaian Kinerja Sasaran Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian . Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian Pembangunan daerah Tahun pada urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN ^ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU BUPATI BURU, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan lembaran negara Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor

Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan lembaran negara Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH KABUPATEN JAYAWIJAYA BUPATI JAYAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KEBUPATEN JEMBER NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.574, 2016 KEMENHUB. Penyesuaian Ijazah. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 42 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Pembentukan Kecamatan Alok Timur Kabuaten Sikka Kecamatan Alok Timur merupakan Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Alok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah guru

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah guru 151 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa secara umum, kualitas guru sekolah dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1804, 2014 KEMENPAN RB. Asisten Pelatih. Olahraga. Jabatan Fungsional PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR SEJARAH UPTD PAUD dan SD Kecamatan Karawang Timur terletak di Kecamatan Karawang Timur di Kabupaten Karawang dengan alamat Jl Surotokunto No15 Desa Warungbambu

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008-2028 140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000 8880000 8900000 8920000

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PERMOHONAN PERPINDAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2011

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2011 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IJIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2009 TENTANG PENINGKATAN JENJANG PENDIDIKAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

DRAFT PETUNJUK TEKNIS DRAFT PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN DANA PENDIDIKAN PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK S-1/D-IV PADA JENJANG PENDIDIK ANAK USIA DINI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, IZIN PENGGUNAAN GELAR

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN TUGAS BELAJAR DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 33 2011 SERI. D PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN TUGAS BELAJAR DAN PROGRAM PRIORITAS BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adapun yang dibahas yaitu : Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fasilitas Pendidikan, Angka Putus Sekolah

Lebih terperinci

Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 11 Maret 2016 Rektor. ttd

Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 11 Maret 2016 Rektor. ttd PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI PELAKSANAAN UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH BAGI TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP UNIVERSITAS DIPONEGORO REKTOR

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. sebagai acuan pemberian izin belajar, keterangan lulus pendidikan dan ujian penyesuaian kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil.

MAKSUD DAN TUJUAN. sebagai acuan pemberian izin belajar, keterangan lulus pendidikan dan ujian penyesuaian kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil. DASAR HUKUM Undang undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DALAM LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa guru dapat

Lebih terperinci