BAB I PENDAHULUAN. J. Kleiner, Korea, a Century of Change, Economic Ideas Leading to the 21 st Century, Vol.6, 2001, p.284 3
|
|
- Handoko Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miracle of the Han River merupakan sebuah istilah yang menggambarkan pesatnya kemajuan ekonomi di Korea Selatan dari tahun 1962 hingga tahun 1990an. 1 Selama tiga dekade, Korea Selatan bertransformasi dari salah satu negara termiskin di dunia dengan GDP per kapitanya hanya mencapai 87 dollar AS pada tahun , menjadi negara maju yang menjadi mitra dagang negara-negara industri maju lainnya dengan GDP per kapita Korea Selatan mencapai dollar AS pada tahun Kesuksesan peforma ekonomi Korea Selatan ini dicapai melalui model developmental state dengan kebijakan-kebijakan yang dipimpin oleh negara sejak periode Park Chung Hee tahun Didalam sistem tersebut, pemerintah membuat serangkaian kebijakan ekonomi bagi pembangunan nasional dan sektor bisnis atau chaebol bekerja dibawah kebijakan tersebut. Namun demikian, dibalik kesuksesan pertumbuhan ekonomi, Korea Selatan menjadi salah satu negara terparah yang harus mengalami krisis finansial tahun Kondisi tersebut kemudian memaksa Korea Selatan menerima bantuan International Monetary Fund (IMF) sebesar 60 milyar dollar AS. 5 Istilah semakin mereka besar, semakin sulit mereka jatuh yang digunakan untuk mendiskripsikan kekuatan chaebol, seakan tidak berlaku karena 11 dari 30 chaebol terbesar di Korea Selatan mengalami kebangkrutan. 6 Pada periode tersebut, Korea Selatan sedang berada di tengah proses transisi dari ekonomi yang dipimpin negara menjadi ekonomi yang lebih berorientasi pasar serta dari pemerintahan orotiter menjadi pemerintahan yang lebih demokratis. Selama proses transisi tersebut, baik pemerintah maupun sektor bisnis sedang berada pada tahap adaptasi terhadap berbagai perubahan struktural di dalam negeri 1 S.N. Parnini, The Role of Government in Economic Development: A Comparative Study between Bangladesh and South Korea, Journal of Public Administration and Governance, Vol.1, No.1, 2011, p J. Kleiner, Korea, a Century of Change, Economic Ideas Leading to the 21 st Century, Vol.6, 2001, p M. Noland, Six Markets to Watch: South Korea, Foreign Affairs (daring), January/February 2014, < diakses pada 12 Oktober U. Heo & S. Kim, Financial Crisis in South Korea: Failure of the Government-led Development Paradigm, Asian Survey, Vol.40, No.3, May-June 2000, p M. Fackler, Lesson Learned, South korea Makes Quick Economy Recovery, The New York Times (daring), < diakses pada 23 April Anonim, Chaebols in South Korea, Thomas Wide International (daring), < diakses pada 23 April 2015
2 sehingga ketika krisis terjadi mereka belum siap untuk langsung menghadapi penurunan ekonomi yang tiba-tiba. Developmental state telah menjadi ciri utama sistem ekonomi di Korea Selatan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi selama transisi ekonomi sejak kepemimpinan yang berbasis militer dari Park Chung Hee hingga Roh Tae Woo. Developmental state ditandai dengan adanya campur tangan negara yang kuat dalam pasar untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi, misalnya dengan memberikan proteksi impor, subsidi, industrial policy, serta keistimewaankeistimewaan lain kepada industri-industri yang sedang dikembangkan negara pada saat itu. 7 Akan tetapi, industrialisasi dan kemajuan ekonomi membuat masyarakat sipil berkembang menjadi kuat dan sektor sosial menjadi aktif dalam menyuarakan pendapatnya sehingga demokrasi berhasil dicapai pada tahun Korea Baru menjadi agenda utama pemerintahan Kim Young Sam yang memfokuskan untuk mengurangi peran pemerintah dalam perekonomian negara sebagai bentuk kepatuhan pada prinsip liberal dan demokrasi. Isu mengenai penerapan developmental state pada masa pemerintahan Kim Young Sam menarik untuk diteliti karena pada masa ini terjadi transformasi kebijakan yang berbeda dari tiga presiden sebelumnya. Selain itu, periode tersebut merupakan periode yang krusial bagi Korea Selatan, pertama karena masih besarnya semangat demokrasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat, kemudian masuknya Korea Selatan dalam Organization of of Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun , serta diakhiri dengan terpaan krisis finansial yang sangat parah tahun Melihat pada fakta lemahnya peran negara terhadap perekonomian Korea Selatan selama pemerintahan Kim Young Sam serta berbagai dinamika yang terjadi pada periode tersebut, maka menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai peran negara dalam penerapan developmental state pada saat itu. 1.2 Pertanyaan Penelitian Untuk menjelaskan masih tidaknya developmental state digunakan di Korea Selatan setelah demokratisasi, diajukan satu pertanyaan penelitian: Bagaimana transformasi peran dan kebijakan negara dalam penerapan developmental state di Korea Selatan pada masa pemerintahan Kim Young Sam ( )? 7 H. Lim, Democratization and the Transformation Process in East Asian Developmental State: Focus in Financial Reform in Korea and Taiwan, The Brookings Institution, Washington D.C, 2009, p.11 8 T. Warsito, Nosajeong: Rahasia Kebangkitan dan Percepatan Demokrasi Korea, Pilar Media, Yogyakarta, 2007, p I. Pirie, The Korean Developmental State: From Dirigisme to Neo-liberalism, Routledge, Oxon, 2008, p.1
3 1.3 Kerangka Konseptual Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, penulis akan menggunakan dua konsep, yaitu: 1. Capitalist Developmental State. Capitalist Developmental State memandang negara sebagai aktor utama yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuasaan. Dengan memahami bahwa sifat politik internasional adalah konfliktual dan hanya menguntungkan pihak yang kuat, maka peran negara dianggap primer, yaitu dengan memperjuangkan kepentingan nasional. Negara harus melakukan intervensi pasar untuk melindungi ekonomi domestiknya dari dominasi asing. Konsep Capitalist Developmental State ini pertama kali diperkenalkan oleh Chalmers Johnson (1982) melalui bukunya MITI and The Japanese Miracle: The Growth Industrial Policy Johnson menjelaskan peran pemerintah yang sangat besar dengan memberi insentif kebada sektor bisnis melalui peraturan administratif, subsidi, proteksi, hingga peninjauan pasar. Negara secara langsung terlibat dalam pembangunan ekonomi dan memiliki pengaruh yang besar dalam kebijakan publik. 10 Pembangunan ekonomi yang didefinisikan dalam bentuk pertumbuhan, produktivitas, dan daya saing negara merupakan tujuan utama yang harus dicapai negara. Berbagai hal yang dapat menghambat tercapainya tujuan tersebut berusaha untuk dihindari dengan menghilangkan konsep terhadap kesetaraan dan kesejahteraan social di dalam masyarakat. Pasar diatur melalui instrumen kebijakan yang dirumuskan oleh birokrasi elit ekonomi berskala kecil yang didalamnya terdapat sebuah pilot agency yang bertugas untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan. Hubungan dekat yang terlembaga dibentuk antara birokrasi dan sektor bisnis untuk tujuan konsultasi dan kerjasama. Menurut Johnson, hubungan semacam ini sangat esensial bagi developmental state dalam proses perumusan dan implementasi kebijakan agar tercapai tujuan bersama. Sementara itu, legitimasi negara untuk memimpin pembangunan nasionalnya didapat melalui hasil pembangunan. 11 Pentingnya peran dan intervensi negara dalam ekonomi salah satunya didasarkan pada keterlambatan industrialisasi yang dialami suatu negara. Tantangan yang dihadapi negara yang mengalami keterlambatan industrialisasi yang lebih besar dibandingkan dengan negara yang 10 U. Sagena, Developmental State, Japan Transformation, Jurnal Sosio-Politika, Vol.6, No.12, December 2005, p Z. Onis, The Logic of the Developmental State, Comparative Politics, Vol.24, No.1, October 1991, p.111
4 telah lebih dulu melakukan industrialisasi misalnya dalam aspek penguasaan teknologi, kekuatan modal, dan penguasaan pasar. Hal tersebut dialami oleh Korea Selatan dimana Korea Selatan baru merdeka setelah Perang Dunia II dan harus mengalami Perang Korea yang memisahkan kedua Korea, membuat Korea Selatan tertinggal dibandingkan negara lain seperti Jepang maupun Amerika Serikat. Johnson menyebutkan tiga ciri utama dari konsep developmental state ini. Ciri pertama yaitu peran pemerintah yang sangat besar dalam sektor pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk intervensi kebijakan terhadap pasar. Dalam model developmental state diperlukan pemerintahan yang kuat agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dalam prosesnya terjalin hubungan yang kuat antara politisi, birokrasi, dan pengusaha atau dalam kasus Korea Selatan disebut Korea Inc., yaitu hubungan antara negara, bank, dan chaebol. Dari hubungan inilah terjalin proses pengambilan kebijakan yang saling berhubungan antara pemerintah, bank, dan chaebol. Ciri kedua yaitu kebijakan industri yang diambil sebagai prioritas utama negara dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi. Untuk maksud tersebut, maka pemerintah secara sistematis melakukan intervensi melalui kebijakan-kebijakan makroekonomi, yaitu pada sektor industri, perdagangan, dan finansial. Hal ini dapat dilihat dari diterapkannya rencana pembangunan lima tahun dimana proses perumusannya berada di tangan pemerintah sedangkan pengimplementasiannya dilakukan oleh chaebol yang diawasi oleh pemerintah. Rencana pembangunan ini pada umumnya menekankan pada pemberian bantuan dan keistimewaan kepada industri-industri tertentu yang menjadi target pemerintah dalam industrialisasi. Ciri ketiga adalah terdapatnya suatu agen utama pembangunan dalam birokrasi negara. Agen utama tersebut memainkan peran kunci untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan strategis. Agen ini terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan manajerial terbaik dalam birokrasi sehingga mampu mengambil inisiatif dan bekerja secara efektif dalam proses pembangunan negara. 12 Dalam kasus Korea Selatan, Economic Planning Board (EPB) merupakan agen utama tersebut yang juga bertugas untuk mengontrol lembagalembaga lain seperti kementrian dalam negeri, Bank of Korea, dan bank-bank swasta lainnya. EPB merupakan badan bentukan Presiden Park Chung Hee yang diberi kekuasaan utama untuk 12 U. Sagena, Developmental State, Japan Transformation, Jurnal Sosio-Politika, Vol.6, No.12, December 2005, pp.59-61
5 mengatur rencana pembangunan lima tahun dan menjadi lembaga yang sangat berkuasa yang hanya bertanggung jawab kepada presiden. 13 Apabila ciri pertama tidak ada, maka negara kehilangan sebuah kerangka koordinasi baik terhadap perumusan maupun penerapan kebijakan-kebijakan negara. Sementara itu, apabila ciri kedua dan ketiga tidak ada, negara akan kehilangan orang-orang berbakat yang mampu membuat kebijakan secara efektif sehingga negara juga tidak mampu menyusun prioritas utama kebijakan industri bagi pembangunan ekonomi. 14 Oleh karena itu, dibutuhkan peran negara yang besar dalam mempertahankan ketiga aspek penting tersebut guna mencapai pembangunan nasional. Dalam sistem politik Korea Selatan, negara merupakan aktor yang kuat, yang didominasi oleh eksekutif tingkat tinggi yang menghasilkan mekanisme pengambilan keputusan yang menghindar dari tekanan-tekanan sosial. 15 Konsep ini akan digunakan untuk menganalisis penerapan developmental state pada masa pemerintahan Kim Young Sam ( ) dengan melihat tiga ciri developmental state yang telah dijelaskan Johnson, yaitu hubungan antara Korea Inc., kebijakan industri yang diambil selama masa pemerintahan Kim Young Sam, serta bagaimana EPB bekerja pada masa Kim Young Sam. 2. Segyehwa Segyehwa konsep yang dicetuskan oleh Kim Young Sam pada 1994 dalam rangka mencapai Korea Baru. Konsep ini merupakan konsep baru yang belum pernah dicetuskan pada era presiden-presiden sebelumnya. Segyehwa atau globalisasi dikeluarkan pada November 1994 sebagai kebijakan pembangunan nasional bagi Korea Selatan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi pengaruh-pengaruh dari luar. Dibawah nama Segyehwa, pemerintahan Kim berusaha melakukan reformasi ekonomi untuk menghadapi perubahan kondisi dari ekonomi dunia. Dalam Deklarasi Sidney pada 17 November 1994, Kim secara resmi mengumumkan kebijakan barunya untuk globalisasi dan menyusun Globalization Promotion Committee (Segyehwa Chujin Wiwonheo) atau GPC. GPC dipimpin oleh perdana menteri dan terdiri dari sejumlah komite untuk perencanaan kebijakan, reformasi administratif, serta reformasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. 16 Hal ini dapat ditemukan dalam pidato Kim Young Sam: 13 P. S. Winanti, Developmental State dan Tantangan Globalisasi: Pengalaman Korea Selatan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 7, No.2, November 2003, p L. Weiss, Developmental State in Transition: Adaptingm Dismantling, Innovatingm not Normalizing, The Pasific Review, Vol.13, No.1, 2000, p T. Warsito,, Nosajeong: Rahasia Kebangkitan dan Percepatan Demokrasi Korea, Pilar Media, Yogyakarta, 2007, p G.W., Shin, The Paradox of Korean Globalization, Shorenstein APARC Working Paper, January 2003, p.10
6 Globalisasi adalah jalan pintas yang akan membawa kita untuk membangun negara kelas satu di abad ke-21. Inilah mengapa saya mengungkapkan rencana saya untuk globalisasi [...] Hal ini bertujuan untuk mewujudkan globalisasi di semua sektor - politik, hubungan luar negeri, ekonomi, masyarakat, pendidikan, budaya, dan olahraga. Untuk tujuan ini, kita perlu untuk meningkatkan sudut pandang, cara berpikir, sistem, dan praktek kita setingkat dengan kelas dunia [...] Kita tidak punya pilihan lain selain ini. 17 Menurut Kim, sejak tahun 1960, Korea Selatan telah sangat berhasil dalam usahanya untuk modernisasi dan industrialisasi, tetapi tidak dibekali kesiapan dalam menghadapi tantangan baru globalisasi. Segyehwa ini diperlukan jika Korea Selatan ingin bertahan dan berkembang dalam era persaingan global yang semakin ketat tanpa batas (Kim 1996, hal. 15). Pada era pasca Perang Dingin, globalisasi dipandang sebagai sebuah tekanan eksternal yang sangat kuat dan Segyehwa mencerminkan pengakuan pembuat kebijakan Korea Selatan pada kebutuhan untuk meningkatkan daya saing global Korea Selatan. 18 Dalam Segyehwa ini, Kim melakukan serangkaian reformasi di hampir seluruh bidang seperti militer, politik, ekonomi, keuangan, tenaga kerja, pendidikan, hukum, dan kesejahteraan. Dengan visi utama Kim Young Sam agar Korea Selatan dapat menjadi anggota OECD, maka pemerintahan Kim tidak ragu untuk mendorong liberalisasi finansial dan pembukaan pasar bersamaan dengan serangkaian deregulasi bagi arus modal internasional. Walaupun beberapa pengamat menyadari tentang bahaya yang ditimbulkan dari serangkaian kebijakan ini dimana hal ini justru akan melemahkan kapasitas negara dalam mengelola perekonomiannya. 19 Konsep yang diciptakan oleh Kim Young Sam ini akan digunakan sebagai dasar kebijakankebijakan baru yang dikeluarkan oleh Kim Young Sam. Melalui Segyehwa akan dilihat bagaimana kebijakan Korea Selatan selama periode pemerintahan Kim Young Sam. 1.4 Argumentasi Utama Selama periode Kim Young Sam, transformasi peran negara pada penerapan developmental state di Korea Selatan dapat dilihat dari berkurangnya legitimasi negara dalam mengatur perekonomiannya. Transformasi tersebut dapat dilihat pertama pada melemahnya hubungan Korea Inc. pada periode Kim Young Sam. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi semakin membatasi kekuasaan pemerintah dalam mengontrol aktivitas ekonomi para chaebol. Chaebol diberi kebebasan dalam menentukan aktivitas bisnisnya tanpa adanya peraturan dan pengawasan yang kuat terhadap mereka. Sementara itu, izin yang diberikan pemerintah kepada 17 H.C. Lim, J.H. Jang, Between Neoliberalism and Democracy: The Transformation of the Developmental State in South Korea Selatan, Development and Society, Vol.35, No.1, June 2006, p G.W., Shin, The Paradox of Korean Globalization, Shorenstein APARC Working Paper, January 2003, p H.C. Lim, J.H. Jang, Between Neoliberalism and Democracy: The Transformation of the Developmental State in South Korea Selatan, Development and Society, Vol.35, No.1, June 2006, p.10-11
7 chaebol untuk memiliki bank-bank niaga dan non bank financial institution (NBFI) membuat bank-bank yang ada di Korea Selatan tidak lagi dapat dikontrol oleh negara dalam mengalokasikan kredit dan modal bagi chaebol. Kedua, Segyehwa menjadi dasar bagi kebijakan industri pada masa kepemimpinan Kim Young Sam yang agenda utamanya adalah reformasi kebijakan ekonomi dengan membatasi peran negara dan lebih mendorong pada liberalisasi pasar. Kebijakan pemerintah mengalami transformasi dimana Kim Young Sam meninggalkan ciri khusus kebijakan industri dalam developmental state, yaitu pemilihan industri secara selektif sebagai fokus negara untuk dikembangkan guna mencapai pertumbuhan ekonomi, dan menggantinya dengan kebijakan Segyehwa. Segyehwa telah membentuk pemikiran para elite politik untuk mengejar liberalisasi di segala bidang demi mencapai cita-cita sebagai negara kelas satu di dunia. Ketiga yaitu merger antara Economic Planning Board (EPB) dan Ministry of Finance atau Kementrian Keuangan (MOF) menjadi Ministry of Finance and Economy (MOFE) tahun 1994 menjadi titik dimana Korea Selatan mulai meninggalkan simbol perencanaannya yang selama ini hanya dilakukan oleh EPB. Dalam MOFE, peran EPB tidak lagi dominan dalam perencanaan kebijakan ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang dicetuskan cenderung lebih banyak menyangkut upaya liberalisasi finansial sesuai dengan segyehwa daripada kebijakan pembangunan jangka panjang yang selama ini menjadi karakteristik developmental state di Korea Selatan. Transformasi peran pemerintah sebagai pelaksana pembangunan ekonomi yang kemudian berimbas pada pergeseran kebijakan ekonomi negara, menunjukkan penurunan tingkat kemampuan intervensi pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi. 1.5 Metode Penulisan Metode penelitian yang digunakan dalam topik ini adalah metode kualitatif dengan sumber utama berupa pustaka literatur. Data yang akan digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah adalah literatur buku, jurnal, laporan resmi pemerintah dan organisasi, serta artikel-artikel dari internet. Data yang dikumpulkan akan dibatasi dari periode pemerintahan Park Chung Hee hingga periode pemerintahan Kim Young Sam. Adapun datadata yang akan diperoleh antara lain penerapan developmental state di Korea Selatan yang didalamnya akan diperoleh penjelasan mengenai hubungan Korea Inc., kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, utamanya kebijakan industri dan segyehwa, serta peran Economic Planning Board (EPB). Selanjutnya, analisis akan dilakukan setelah proses pengumpulan data-data yang diperlukan selesai. Data mengenai penerapan developmental state pada masa pemerintahan
8 Kim Young Sam akan dianalisis dengan menggunakan teori capitalist developmental state milik Chalmers Johnson. Sementara itu, data mengenai kebijakan industri pada masa Kim Young Sam akan dianalisis dengan menambahkan konsep Segyehwa. Setelah semua data dianalisis maka akan diperoleh kesimpulan tentang bagaimana peran negara dalam penerapan developmental state pada masa pemerintahan Kim Young Sam. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari empat bab. Setelah Bab Pertama yang memuat setting dari pengkajian isu yang diteliti, Bab Kedua akan membahas mengenai dinamika penerapan Capitalist Developmental State di Korea Selatan. Bab ini akan diawali dengan uraian tentang karakteristik developmental state di Korea Selatan sejak pertama kali diterapkan hingga proses demokratisasi di Korea Selatan yang menjadi titik balik perubahan kondisi di Korea Selatan, khususnya dalam penerapan developmental state, serta modifikasi Korea Inc. yang terjadi pada pemerintahan Kim Young Sam. Bab ketiga akan membahas lebih lanjut mengenai analisis penerapan developmental state pada masa pemerintahan Kim Young Sam, yakni setelah Korea Selatan menjadi negara demokrasi ( ). Dengan menggunakan teori Capitalist Developmental State, di dalam bab ini, akan diuraikan mengenai perubahan-perubahan apa saja yang dilakukan oleh Kim Young Sam khususnya dengan melihat pada kebijakan Segyehwa dan peran Economic Planning Board (EPB) pada masa ini. Bab keempat, yang berisikan kesimpulan dan inferens dari temuan penelitian akan menutup skripsi ini dengan kesimpulan sementara bahwa perubahan kondisi domestik dan internasional telah menyebabkan pergeseran peran negara dalam developmental state di Korea Selatan dimana hubungan Korea Inc. sudah mulai merenggang, kebijakan segyehwa telah mendorong pada liberalisasi pasar dan finansial, serta dominasi Economic Planning Board (EPB) dalam perumusan kebijakan pembangunan sudah mulai berkurang.
BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinci1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan mengenai keberhasilan Korea Selatan (selanjutnya Korea) dalam membangun perekonomiannya merupakan sebuah hal yang selalu menarik dalam studi ekonomi internasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciKEBIJAKAN MBNOMICS SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP DEVELOPMENTAL STATE DALAM PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DI KOREA SELATAN TAHUN
KEBIJAKAN MBNOMICS SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP DEVELOPMENTAL STATE DALAM PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DI KOREA SELATAN TAHUN 2008-2013 Yudid Dian Rinda Riami [1] Septyanto Galan Prakoso, S.IP., M.Sc [2]
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciSudahkah kita memimpin ASEAN?
SudahkahkitamemimpinASEAN? KepemimpinanASEANbukanlahsoalmenangataukalah.Agendaterpentingadalah bagaimanamensejajarkankepentingankemajuanbangsadanliberalisasiregionalmelalui kepemimpinanefektif,memilikivisijelas,danberwibawa
Lebih terperinciC. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages
B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki posisi yang strategis untuk mengangkat kualitas, harkat, dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang berharkat dan bermartabat.
Lebih terperinciMembangun Industri Daerah
F Membangun Industri Daerah Perlu Semangat Pembinaan Usaha dan Pembiayaan Dana Di dalam kursus ini, penjelasan berpusat kepada tipe 1, tipe pembinaan industri daerah di antara kategori aktivasi daerah
Lebih terperinciperkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada
ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. perekonomian dengan mengatur dan mengendalikan kompetisi ekonominya. 1
BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Asia Timur adalah wilayah yang menarik untuk dipelajari karena merupakan kawasan yang mengalami pertumbuhan pesat terutama pada sektor ekonominya. Perkembangan
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keberadaan isu Corporate Governance (Swasembada, edisi: 09/XXI/28 april-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance telah menjadi sebuah isu yang menarik sejak dekade terakhir. Organisasi dunia seperti Bank Dunia dan The Organization For Economic Cooperation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciHUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya tujuan para investor menginvestasikan modalnya adalah untuk memperoleh return atas modal yang mereka investasikan. Oleh karena itu, para investor
Lebih terperinci(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.
I. PENDAHULUAN Ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan ketidakstabilan politik pada akhir pemerintahan Soeharto menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak pasti, inflasi yang tinggi (77.63
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilisasi dan liberalisasi ekonomi pada akhir dekade 1960-an terbukti merupakan titik awal bagi pembangunan ekonomi dan industri. Pergeseran kepemimpinan nasional dari
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika perekonomian Indonesia telah melewati berbagai proses yang begitu kompleks. Semenjak Indonesia mengecap kemerdekaan melalui perjuangan yang penuh patriotisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan industri Taiwan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri sekarang menjadi primadona
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciInternational Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA
Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Perkembangan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5784 EKONOMI. Keanggotaan Kembali. Republik Indonesia. Dana Moneter Internasional. Bank Internasional. Undang-Undang. Nomor 9 Tahun 1966. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1967.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1987, isu mengenai good corporate governance
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia
90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Cina. Kemajuan dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu Negara industri terbesar di dunia. 1 Berkat kemajuan industrinya, Jepang menjadi raksasa ekonomi di antara Negara industri lainnya, seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Perbankan ibarat jantungnya
Lebih terperinciGlobalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperinciINDEPENDENSI BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL NEGARA
INDEPENDENSI BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL NEGARA OLEH MUSA MUJADDID IMADUDDIN 19010110 Pendahuluan Pemerintah Indonesia menganut sistem pemerintahan demokratis dalam penyelenggaraan negaranya. Kekuasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan
BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas
Lebih terperinciResensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.
Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciMeninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan
Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi
Lebih terperinciMansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011
Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011 Multipolaritas: Ekonomi Global Baru Orde ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan global dari negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama
BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sangat berdampak pada ketatnya persaingan bisnis, hal ini ditandai dengan era perdagangan bebas yang telah menggeser paradigma bisnis dari comparative advantage
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris Nikolayevich Yeltsin (Boris Yeltsin) dalam melakukan pembaharuan atau reformasi ekonomi negara selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good corporate governance,
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Cairns Group adalah sebuah koalisi campuran antara negara maju dan negara berkembang yang merasa kepentingannya sebagai pengekspor komoditas pertanian selain dua kubu besar
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciBAB I. 1 Di daerah selatan Jeollanam-do pada tahun 1898
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Korea Selatan memiliki sejarah panjang mengenai pergerakan kaum buruh yang bahkan telah ada sejak abad 19 akhir bahkan sebelum Jepang secara resmi menganeksasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciNegara dalam Arus Pendisiplinan Pasar
OPINI-JAWA POS Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar Oleh Adde M Wirasenjaya PADA tahun 1954, seorang antropolog muda dari Amerika ke tanah Jawa. Sang antropolog diberikan tugas meneliti mengapa Jawa tidak
Lebih terperinciOleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501
Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501 Pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan. Mengetahui hubungan antara pemerintah dan pasar dalam proses pembangunan ekonomi melalui kebijakan kebijakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945
Lebih terperinciHubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni
Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh banyak kalangan pada saat ini, bahkan dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang
Lebih terperinciPeran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas
Disampaikan dalam International Business Integrity Conference 2017 Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas Disampaikan Oleh: Firlie Ganinduto Ketua Komite Tetap Hubungan Kelembagaan
Lebih terperinci, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini yang disebut dengan era globalisasi membawa perubahan khususnya di bidang ekonomi, dimana negara-negara di seluruh dunia baik itu negara
Lebih terperinciDAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi
DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI 1978 Ida Bagus Gde Restu Adhi 0921105004 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciKorea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental
Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Arief Budiman * KALAU kita melihat pengalaman beberapa negara di Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Taiwan di satu pihak (yang mengambil jalan kapitalisme)
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia, disertai pula dengan adanya deregulasi keuangan, telah menghilangkan
Lebih terperinciMenerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia
Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam membangun perekonomian sebuah negara karena bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III
SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna mendukung kebutuhan akan finansial yang juga semakin beragam ditengah tumbuh dan berkembangnya perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, bangsa Indonesia mengalami banyak masalah yang disebabkan oleh berbagai macam krisis yang terjadi di dalam maupun dari luar negeri. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinci