BAB I PENDAHULUAN. kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan industri Taiwan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri sekarang menjadi primadona dalam perekonomian Taiwan. Sehingga sekarang, Taiwan merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia Timur yang memiliki perkembangan perekonomian tidak kalah dibandingkan negara di kawasan Asia Timur lain seperti Jepang, Cina, ataupun Korea Selatan. Dengan fakta bahwa Taiwan memiliki jumlah sumber daya alam dan manusia yang cenderung lebih kecil jika dibandingkan negara-negara Asia Timur lain yang disebutkan diatas yang diklaim beberapa media memiliki perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Taiwan memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa yang mendiami luas wilayah Taiwan sebesar kilometer persegi. 1 Menurut data yang berhasil ditemukan, pada tahun 2010 GDP Taiwan meningkat 10,7% dan meningkat 4% pada tahun 2011, walaupun pada tahun 2012, terjadi penurunan sebesar 1,3% dikarenakan melemahnya permintaan produk Taiwan di pasar dunia. 2 Hal ini wajar terjadi karena memang perekonomian Taiwan cukup tergantung terhadap kegiatan ekspor mereka dengan negara lain, sehingga 1 Central Intelligence Agency, The World Factbook: Taiwan (daring), < world factbook/geos/tw.html>, diakses pada 5 Februari Central Intelligence Agency, The World Factbook: Taiwan (daring), < world factbook/geos/tw.html>, diakses pada 5 Februari

2 perkembangan perekonomian mereka pun cukup tergantung dengan fluktuasi mekanisme pasar dunia. Akan tetapi, di balik itu semua perlu juga diperhatikan mengenai komoditas ekspor utama Taiwan. Karena komoditas ekspor inilah berarti yang menjadi poin penting perkembangan perekonomian dan merupakan tumpuan utama perekonomian Taiwan untuk bisa menjalankan fungsi kenegaraan mereka. Komoditas ekspor yang terkemuka dan terkenal dari Taiwan adalah barang-barang elektronik, mesin-mesin, dan petrokimia. 3 Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu barang yang menjadi komoditas utama adalah barang-barang elektronik, dimana barang elektronik tersebut merupakan hasil produksi dari industri manufaktur teknologi yang berkembang di Taiwan. Berkembangnya industri teknologi Taiwan ini tidak lepas dari kejelian pemerintah Taiwan yang memberlakukan kebijakan-kebijakan yang bersifat suportif terhadap perusahaan teknologi tersebut. Sehingga kemudian Taiwan dipandang sebagai salah satu pemain dominan di pasar global dalam komoditas barang elektronik. Bentuk nyata Taiwan sebagai pemain dominan di pasar global dapat dilihat dari beberapa contoh perusahaan mereka yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang cukup populer di tingkat dunia seperti Asus dan Acer. Kepopuleran kedua perusahaan tersebut dapat dilihat dari besarnya perkembangan mereka dan banyaknya konsumen mereka yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan saat ini, pihak Asus mengklaim bahwa Asus adalah perusahaan teknologi terdepan di Taiwan dengan jumlah karyawan lebih dari 3 Central Intelligence Agency, The World Factbook: Taiwan (daring), < diakses pada 5 Februari

3 orang di seluruh dunia. 4 Sementara Acer, menurut The Wall Street Journal, merupakan perusahaan pembuat personal computer (PC) terbesar keempat di dunia. 5 Tidak lupa juga disebutkan bahwa kedua perusahaan tersebut tidak hanya beroperasi di satu produk saja, namun juga sudah melakukan diversifikasi produk ke produk-produk lain yang masih memiliki hubungan dengan produksi awal mereka. Beragamnya produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat juga diartikan sebagai salah satu indikator berkembangnya perusahaan tersebut. Selain kedua perusahaan tersebut, masih ada pula perusahaan lain dari Taiwan yang juga bergerak di bidang industri PC, sebut saja Mitac dan Quanta yang juga memiliki market share yang tinggi di dunia internasional. Dengan berkembangnya perusahaan teknologi informasi dan komunikasi di Taiwan yang sangat pesat, sangat menarik rasanya untuk membahas mengenai usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan dalam mendukung perusahaan-perusahaan teknologi yang ada di dalam negaranya agar bisa berkembang menjadi lebih baik. Keputusan pemerintah Taiwan untuk menyokong sektor teknologi dan elektronik dapat dinilai sebuah kejelian dan ketepatan strategi. Sehingga skripsi ini akan mencoba meneliti lebih jauh mengenai kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Taiwan dalam sektor ini. Dimana kebijakan-kebijakan di bidang industri teknologi tersebut berhasil mengembangkan dan memajukan perusahaan teknologi di Taiwan. Hingga yang terjadi sekarang sudah bukan lagi menjadi rahasia bahwa industri teknologi 4 Asus, Asal Usul Nama Asus (daring), < diakses pada 7 Februari E. Dou, & A. Poon, Taiwan s Acer Posts Third Full-Year Net Loss in a Row, The Wall Street Journal (daring), < diakses pada 8 Februari

4 Taiwan memang merupakan salah satu industri yang diperhitungkan di mata dunia internasional. Dan perusahaan Taiwan juga merupakan pemain penting dalam pasar produk teknologi informasi dan komunikasi dunia Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan coba dijawab dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut: bagaimana bentuk kebijakan industri teknologi Taiwan yang berhasil mengembangkan perusahaan teknologi Taiwan? 1.3. Landasan Konseptual Dalam menjawab rumusan masalah diatas, penulis akan menggunakan landasan konseptual berupa konsep Latecomer Firms yang dikemukakan oleh John A. Matthews, teori 3L (Linkage, Leverage, and Learning) yang juga dikemukakan oleh John A. Matthews, dan teori Developmental State yang berasal dari buku karangan Linda Weiss. a) Latecomer Firms Konsep Latecomer Firms biasa digunakan untuk mengacu pada perusahaan-perusahaan yang bisa dikatakan lebih lambat memasuki pasar internasional, dimana ketika perusahaan tersebut memasuki pasar internasional, sudah ada perusahaan lain yang lebih dulu ada dan beroperasi dalam pasar 4

5 internasional sektor tersebut (incumbent). Definisi Latecomer Firms menurut John A. Matthews adalah perusahaan yang memenuhi 4 kondisi berikut: 6 a. Industry Entry: sebuah latecomer firms adalah perusahaan yang terlambat memasuki industri tersebut, bukan karena pilihan tapi dikarenakan alasan historis. b. Resources: latecomer firms adalah perusahaan yang pada dasarnya kekurangan sumber daya (resources), seperti kurangnya teknologi dan akses pasar. c. Strategic intent: tujuan utama dari latecomer firms adalah untuk mengejar ketertinggalan mereka. d. Competitive Position: latecomer firms memiliki keuntungan kompetitif mendasar, seperti rendahnya biaya, yang bisa digunakan untuk meningkatkan posisi dalam industri pilihan. Melalui definisi tersebut, dapat dikaitkan dengan Taiwan dan perusahaanperusahaan teknologinya yang merupakan pendatang baru di industri teknologi tinggi dimana sebelumnya sudah ada perusahaan yang telah beroperasi di pasar ini seperti IBM, dan lain-lain. Mereka juga tertinggal di bidang teknologi dan akses pasar serta memiliki tujuan untuk mengejar ketertinggalan mereka dengan melakukan berbagai macam strategi hingga pada akhirnya bisa berkembang dan bersaing seperti sekarang ini. b) 3L (Linkage, Leverage, and Learning) Konsep 3L ini bisa digunakan untuk menjelaskan mengenai strategi yang digunakan oleh latecomer firm untuk bisa mengembangkan perusahaan dan 6 J.A. Matthews, Competitive Advantages of the Latecomer Firms: A Resource-based Account of Industrial Catch-up Strategies, Asia Pacific Journal of Management, vol. 19, 2002, p

6 mengejar ketertinggalan mereka dari perusahaan yang telah mapan sebelumnya (incumbent). Dalam konteks globalisasi, latecomer firm mendapatkan kesempatan untuk terhubung dengan institusi dan sistem yang telah berdiri. Seperti contohnya dengan adanya global value chain yang dibentuk oleh perusahaan yang telah maju untuk mengurangi besaran ongkos produksi dan meningkatkan fleksibilitas, memberikan kesempatan pada latecomer firm ini untuk terhubung dengan global value chain ini sebagai supplier. 7 Hubungan perusahaan yang maju dengan latecomer firm ini lah yang disebut dengan linkage. John A. Matthews juga menjelaskan bahwa linkage merupakan jalur untuk mendapatkan resources melalui hubungan kontrak antar perusahaan. 8 Melalui linkage, latecomer firm selain mendapatkan aliran pendapatan, juga mendapatkan pengetahuan, teknologi dan akses pasar sesuatu yang berada diluar jangkauan dikarenakan sumber daya yang terbatas dari perusahaan tersebut. 9 Kemudian kapasitas untuk mendapatkan lebih dari sekedar hubungan baik dari perusahaan incumbent dan kemudian membuat latecomer firm tersebut dimasukkan kedalam strategi perusahaan incumbent inilah yang disebut dengan leverage. 10 Atau mungkin penjelasan lain yang bisa digunakan untuk menjelaskan leverage adalah ketika resources yang dimiliki oleh perusahaan latecomer dinilai penting oleh perusahaan incumbent atau perusahaan incumbent kesulitan mendapatkan resource tersebut sehingga perusahaan incumbent ini menjadi 7 J.A. Matthews, Catch-up Strategies and the Latecomer Effect in Industrial Development, New Political Economy, vol. 11, no. 3, September 2006, p Matthews, Competitive Advantages of the Latecomer Firms: A Resource-based Account of Industrial Catch-up Strategies, p Matthews, Catch-up Strategies and the Latecomer Effect in Industrial Development, p Matthews, Catch-up Strategies and the Latecomer Effect in Industrial Development, p

7 berkesan bergantung dengan perusahaan latecomer sehingga mau mempertahankan linkage yang dijalani kedua perusahaan. 11 Rentetan linkage dan leverage ini bisa diulangi terus menerus hingga sebuah perusahaan meningkatkan kapabilitas mereka dan memiliki kemungkinan untuk menjadi pemain penting. Praktek yang berkelanjutan dan berulang-ulang dari strategi perusahaan ini dapat dideskripsikan sebagai bentuk industrial learning. 12 Learning dapat juga diartikan sebagai kemampuan latecomer firm untuk mengembangkan resources yang mereka miliki namun tidak dimiliki oleh incumbent dan mengembangkannya untuk menambah kemampuan mereka untuk lebih dinamis di pasar internasional. 13 c) Developmental State Developmental State dewasa ini sering sekali dikaitkan dengan model pembangunan yang diterapkan di negara-negara Asia Timur (salah satunya Taiwan). Developmental State menjelaskan tentang model pembangunan suatu negara yang berfokus pada pengembangan state capacity dimana dibutuhkan hubungan institusi-institusi yang saling mendukung di dalam suatu negara tersebut. Institusi yang dimaksud disini (dalam konteks pembangunan ekonomi di Asia Timur) adalah pihak pemerintah dan pihak swasta yaitu perusahaan selaku pelaku ekonomi negara. Hal ini kemudian memunculkan hubungan baik antara 11 Matthews, Competitive Advantages of the Latecomer Firms: A Resource-based Account of Industrial Catch-up Strategies, pp Matthews, Catch-up Strategies and the Latecomer Effect in Industrial Development, p Matthews, Competitive Advantages of the Latecomer Firms: A Resource-based Account of Industrial Catch-up Strategies, pp

8 pemerintah dengan aktor ekonomi negara yaitu perusahaan. Argumen utama yang digunakan oleh seorang Linda Weiss dalam salah satu tulisannya adalah: 14 government-business cooperation is integral to a theory of state capacity; that in the more industrially vibrant systems the forms of cooperation have adapted over time to the changing tasks of transformation; and that the most robust form of state capacity (and consequently industrial vitality) issues from the linkage between strong (cohesively organized) capital and strong (insulated) state agencies Kerjasama yang dapat terjadi dalam konsep developmental state ini bisa digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk yang state led dan corporate driven. Dua bentuk itu menunjukkan bahwa pola hubungan kerjasama diantara kedua pihak terkadang terdapat kecenderungan untuk mendominasi di salah satu fase perkembangan industri. 15 Akan tetapi, Linda Weiss menganggap dibutuhkan hubungan yang setara antara pemerintah dan perusahaan/bisnis, dimana pemerintah maupun bisnis memiliki kemampuan yang sama untuk membuat inisiatif kebijakan walaupun masih memerlukan negosiasi dalam hubungan tersebut, dan menamainya sebagai bentuk governed interdependence (GI). 16 Governed Interdependence (GI Theory) dalam ranah politik ekonomi Asia Timur digolongkan menjadi 4 bentuk oleh Linda Weiss, yaitu: 14 L. Weiss, The Myth of The Powerless State, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1998, pp Weiss, The Myth of The Powerless State, p Weiss, The Myth of The Powerless State, pp

9 a. disciplined support Merupakan bentuk dimana dalam sebuah negara, dukungan besar pemerintah terhadap sebuah perusahaan baru akan diberikan, ketika perusahaan tersebut dapat memenuhi ekspektasi dan target dari negara tersebut atau orientasi produk hasil perusahaan tersebut diarahkan menuju pasar ekspor. 17 Atau bisa juga dikatakan, dukungan pemerintah diberikan kepada perusahaan yang berprestasi, dan jika perusahaan tersebut gagal memenuhi target mereka maka mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerintah. b. public risk absorption Merupakan pemberian dukungan pemerintah dalam bentuk penyerapan resiko yang ditanggung oleh perusahaan. Bentuk penyerapan resiko bisa dalam bentuk memediasi antara produsen dan pengguna produk tersebut. 18 Atau dengan pemahaman lain, perusahaan atau sektor privat sangat dilindungi oleh pemerintah dengan cara pemerintah akan menanggung semua resiko dari kegagalan perusahaan untuk bisa mengembangkan perusahaan. Bentuk ini biasanya digunakan terhadap perusahaan baru yang masih berkembang. c. private-sector governance Pemberian wewenang dari pemerintah kepada sektor privat untuk membuat inisiatif kebijakan. Pemerintah semacam mendelegasikan pembuatan industrial policy kepada perusahaan yang bergerak di 17 Weiss, The Myth of The Powerless State, p Weiss, The Myth of The Powerless State, p.75 9

10 bidang tersebut. Sehingga kemudian kebijakan yang dibuat berkesan penuh dengan kepentingan perusahaan untuk bisa mengembangkan diri atau untuk menyelamatkan diri bagi perusahaan yang terancam. Pemberian wewenang ini dalam bentuk akses yang luas kepada perusahaan terhadap institusi yang bertanggung jawab membuat kebijakan. Dalam model governed interdependence yang ketiga ini, peran pemerintah lebih banyak di balik layar. 19 d. public-private innovation alliance Bentuk ini memiliki ikatan kerjasama yang baik antara pemerintah atau sektor publik dengan perusahaan atau sektor privat, dimana pemerintah dan perusahaan berkoordinasi untuk bisa mengembangkan faktor-faktor ekonomi yang ada (dalam kasus Taiwan, adalah mengembangkan teknologi) melalui kebijakankebijakan yang mendukung proses memperoleh, mengembangkan, meningkatkan, dan menyebarkan faktor ekonomi tersebut. Dalam model ini, bisa dikatakan gabungan antara model disciplined support dan public risk absorption, dimana semua perusahaan harus memiliki kontribusi dalam pengembangan perekonomian ini, dan resiko ditanggung secara bersama-sama oleh seluruh perusahaan. Sehingga perusahaan akan lebih baik dalam mengatur dan mengembangkan perusahaannya Weiss, The Myth of The Powerless State, pp Weiss, The Myth of The Powerless State, pp

11 Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa kondisi di negara yang menganut developmental state, atmosfer politik biasanya cukup bersahabat dengan pihak perusahaan. Oleh karena itu, bentuk dukungan negara yang paling sering terjadi dalam konsep developmental state ini adalah diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang bersifat suportif oleh pemerintah negara tersebut terhadap perusahaan. Dan lagi, mayoritas negara tersebut berfokus di sektor industri. Sehingga kemudian muncul banyak sekali kebijakan-kebijakan industri di negara tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perusahaan atau industri mereka dalam mengejar ketertinggalan dengan para pesaing yang telah lebih dulu maju. Atau bisa dikatakan tujuan utama dari negara tersebut adalah mentransformasi perusahaan di negara mereka agar bisa menjadi pemain penting dalam pasar internasional. Poin lain yang cukup penting dalam developmental state adalah adanya institusi yang mengakomodasi hubungan antara pemerintah dan swasta, seperti organisasi industri untuk mempermudah akses perusahaan terhadap decision making dalam pemerintah negara tersebut. Linda Weiss juga berpendapat bahwa tujuan transformatif, pilot agency (aktor yang mengendalikan arah), dan kerjasama antara bisnis dan pemerintah yang terinstitusionalisasi merupakan 3 resep utama dalam sebuah developmental state. 21 Lebih lanjut Linda Weiss berpendapat bahwa bila terjadi ketiadaan 2 resep pertama, maka negara tersebut kekurangan intelijensi yang mengatur dan rentan terkena kepentingan khusus dari salah satu pihak. 22 Sementara bila terjadi ketiadaan resep ketiga, maka negara 21 L. Weiss, Developmental States in Transition: Adapting, Dismantling, Innovating, Not Normalizing, The Pacific Review, vol. 13, 2000, p Weiss, Developmental States in Transition: Adapting, Dismantling, Innovating, Not Normalizing, p

12 tersebut akan kekurangan desain kebijakan dan implementasi yang efektif dan rentan terhadap halangan informasi dan kegagalan kebijakan Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi literatur dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang bertemakan mengenai perkembangan perekonomian Taiwan, teori-teori ekonomi pembangunan, industrialisasi dan kebijakan-kebijakan industri teknologi di Taiwan, serta mengenai perkembangan perusahaan teknologi di Taiwan dan juga menggunakan riset online seperti pencarian data di artikel online, koran digital, atau website resmi dari pihak-pihak yang terkait dalam skripsi ini Asumsi Sementara Seperti halnya negara Asia Timur lain yang memilih menggunakan model perkembangan ekonomi developmental state, Taiwan pun menggunakan model yang serupa dimana peran pemerintah negara sangat penting untuk bisa mengembangkan sektor swasta di dalam negara tersebut (dalam hal ini industri teknologi atau industri elektronik). Dimana dalam model ini dukungan pemerintah diwujudkan dalam bentuk kebijakan industri yang dibuat mendukung perkembangan industri teknologi di Taiwan. Bentuk kebijakan industri seperti: mengarahkan strategi perusahaan kecil di Taiwan untuk menjadi supplier terhadap perusahaan besar pada awalnya, sesuai dengan bagian linkage yang dikemukakan oleh John A. Matthews. Lalu memberikan perhatian lebih pada sektor research 23 Weiss, Developmental States in Transition: Adapting, Dismantling, Innovating, Not Normalizing, p

13 and development (R&D) dengan cara meningkatkan interaksi dengan perusahaan besar untuk mempelajari teknologi baru, dan juga menerima keberadaan investasi asing di negaranya, atau bisa juga dengan cara membentuk institusi publik yang bergerak di bidang R&D untuk membantu perusahaan lokal Taiwan mendapatkan akses terhadap teknologi yang dimiliki perusahaan yang sudah mapan. Cara-cara tersebut merupakan kebijakan yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas dan kapabilitas dari perusahaan-perusahaan kecil Taiwan tersebut untuk berkembang menjadi pemain yang diperhitungkan dalam industri teknologi skala dunia. Ketika sudah diarahkan kearah tersebut, perusahaan kecil Taiwan yang pada awalnya hanya merupakan supplier untuk perusahaan besar, diharapkan bisa menjadi sebuah latecomer firm dalam pasar internasional. Manifestasi dari arah kebijakan industri Taiwan tersebut diadopsi menjadi strategi perusahaan yang tercermin dari konsep linkage, leverage, dan learning. Perusahaan Taiwan ini berawal dari memiliki koneksi dengan perusahaan besar, kemudian meningkatkan intensitas hubungan dengan perusahaan tersebut untuk kemudian dapat memperoleh transfer of knowledge, dan kemudian berujung pada berkembangnya perusahaan tersebut dan dapat bersaing karena sudah memiliki starting point yang sama dengan perusahaan lain yang lebih dulu beroperasi di pasar yang sama (incumbent) Sistematika Penulisan Bab 1 Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan pertanyaan yang akan dijawab dalam skripsi ini, landasan konseptual yang akan 13

14 digunakan dalam menganalisis dan menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini, serta asumsi sementara yang diyakini oleh penulis. Bab 2 Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai awal industrialisasi serta perkembangannya di Taiwan dan kondisi industri tersebut pada masa sekarang. Serta menjelaskan mengenai bagaimana kondisi perusahaan teknologi yang berada di Taiwan. Serta dijelaskan pula alasan perusahaan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut. Bab 3 Bab ini akan menjelaskan mengenai bentuk kebijakan industri sektor teknologi di Taiwan yang memiliki peran memajukan industri teknologi Taiwan, bagaimana perkembangannya, dan institusi apa saja yang berperan dalam pengembangan industri teknologi di Taiwan. Serta menjelaskan mengenai interaksi perusahaan teknologi terhadap kebijakan industri tersebut. Bab 4 Dalam bab ini akan berisi mengenai penjelasan secara menyeluruh tentang pembahasan yang sudah disampaikan pada bab sebelumnya serta akan dijelaskan pula mengenai kesimpulan akhir skripsi ini. 14

1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan

1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan mengenai keberhasilan Korea Selatan (selanjutnya Korea) dalam membangun perekonomiannya merupakan sebuah hal yang selalu menarik dalam studi ekonomi internasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Upaya melakukan leverage. Upaya meningkatkan kapasitas learning - LCF Cina meningkatkan alokasi R&D. Upaya membangun linkage

BAB IV KESIMPULAN. Upaya melakukan leverage. Upaya meningkatkan kapasitas learning - LCF Cina meningkatkan alokasi R&D. Upaya membangun linkage BAB IV KESIMPULAN Strategi yang diterapkan oleh LCF dari Cina, India, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan yang sukses di bidang tinggi memiliki pola yang hampir sama. Pertama, LCF dari negara Asia tersebut

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini.

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada abad ke-21 ini India telah mengubah citra negaranya menjadi negara industri baru. India mulai bergerak menuju negara industri baru yang sangat menjanjikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Accenture, Multi-Polar World 2: The Rise of The Emerging-Market Multinational, January 2008, p

BAB I PENDAHULUAN. Accenture, Multi-Polar World 2: The Rise of The Emerging-Market Multinational, January 2008, p BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multinational Corporations atau sering disebut dengan MNC merupakan salah satu aktor ekonomi yang paling berpengaruh di era globalisasi ini. Pada awal kemunculan MNC,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

Menentukan Model Adopsi Teknologi Yang Baru Muncul Terhadap Organisasi Bisnis

Menentukan Model Adopsi Teknologi Yang Baru Muncul Terhadap Organisasi Bisnis Menentukan Model Adopsi Teknologi Yang Baru Muncul Terhadap Organisasi Bisnis Jonh Fredrik Ulysses -125301917 Magister Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta 08 April 2013 Abstrak Seiringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi saat ini menjadi sebuah pilihan yang wajar, karena inflasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi saat ini menjadi sebuah pilihan yang wajar, karena inflasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi saat ini menjadi sebuah pilihan yang wajar, karena inflasi yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat suku bunga yang diberikan saat masyarakat memilih untuk

Lebih terperinci

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan. BAB VI KESIMPULAN Permenkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka sebagai dasar upgrading jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka nyatanya belum mampu mengoptimalkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite merupakan salah satu indeks pasar

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan tren dari ekonomi tradisional (tanah, tenaga kerja, dan keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad terakhir. Dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan keberadaan organisasi sektor publik di sekitar lingkungannya. Adapun institusi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 PRESS RELEASE LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 Pada tanggal 1 Juni 2017, International Institute for Management Development (IMD) telah meluncurkan The 2017 IMD World

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy) merupakan suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy) merupakan suatu hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy) merupakan suatu hal yang menandai perubahan perekonomian dunia terutama sejak bergulirnya era globalisasi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan

Lebih terperinci

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN Kurikulum berikut ini berlaku sejak perkuliahan tahun akademik 2012 dengan beban 47 kredit (pada masa sebelumnya, beban studi mahasiswa adalah 46 kredit). 1. Beban Studi Beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, dan integrasi ekonomi yang lebih umum. di dalam negeri, tetapi juga melibatakan persaingan dengan bank-bank asing baik

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, dan integrasi ekonomi yang lebih umum. di dalam negeri, tetapi juga melibatakan persaingan dengan bank-bank asing baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menghadirkan tantangan yang beragaram dan persaingan ketat bagi setiap sektor industri, termasuk bagi industri perbankan. Mulyana (2009, h.12) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan ekonomi Indonesia yang belum stabil akibat krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB II Telaah Literatur

BAB II Telaah Literatur BAB II Telaah Literatur 2.1. Audit internal sebagai salah satu instrumen manajemen resiko organisasi Suatu organisasi dibentuk bukan hanya mendasarkan pada suatu hal yang kebetulan. Suatu organisasi dibentuk

Lebih terperinci

Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501

Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501 Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501 Pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan. Mengetahui hubungan antara pemerintah dan pasar dalam proses pembangunan ekonomi melalui kebijakan kebijakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi perusahaan yang telah berkembang dan go public. Letter of Intent (LOI) dengan IMF. Corporate Governance diibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi perusahaan yang telah berkembang dan go public. Letter of Intent (LOI) dengan IMF. Corporate Governance diibaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Good corporate governance menjadi pembicaraan populer beberapa dekade ini. GCG dianggap sebagai salah satu hal penting yang patut dipertimbangkan oleh perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perekonomian dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pesaingan dalam era globalisasi, organisasi dituntut agar mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan

BAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di negara negara industrialisasi di seluruh dunia, seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Amerika Serikat pertumbuhan populasi menurun secara signifikan di area area tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya new economy membuat perekonomian global tumbuh dengan cepat, hal tersebut terlihat dari perkembangan teknologi informasi yang lebih maju, penciptaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejatinya tak dapat dipungkiri bahwa setiap negara menghadapi berbagai macam polemik terutama dari segi ekonomi. Hal ini mengharuskan pemahaman lebih mendalam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor yang sangat menarik untuk dibahas karena menjadi perhatian penting bagi banyak pemerintah diberbagai negara. Begitu pula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari keseluruhan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab 4 sebelum ini, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelatihan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun , waktu yang tergolong singkat itu merupakan masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun , waktu yang tergolong singkat itu merupakan masamasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997-1998, waktu yang tergolong singkat itu merupakan masamasa yang paling suram untuk Indonesia. Indonesia adalah satu dari banyak negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi memiliki dampak yang luas terutama pada bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi memiliki dampak yang luas terutama pada bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (iptek) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The New Asian Tiger. Mendapat predikat investment grade (IG), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. The New Asian Tiger. Mendapat predikat investment grade (IG), Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu menarik perhatian bagi investor dan kreditor untuk berinvestasi. Situasi ini persis seperti Indonesia sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian suatu negara dan tingkat persaingan bisnis yang semakin meningkat, hal ini memaksa banyak perusahaan mengubah cara berbinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase revolusi. Dalam buku karangan Yuswohady yang berjudul Consumer 3000, dijelaskan bahwa Consumer 3000

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian

Lebih terperinci

Materi Pengantar Agroindustri

Materi Pengantar Agroindustri Materi Pengantar Agroindustri Sistem Informasi Terpadu (Hulu Hilir) Sistem Informasi dalam Pengembangan Agroindustri Sistem Efisiensi dan Produktivitas Kelayakan Pengembangan Agroindustri Studi Kasus Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aliansi antara kantor akuntan publik Indonesia dengan Kantor akuntan publik internasional semakin populer dan dapat ditemui dalam berbagai bentuk dan ruang

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini pertumbuhan perekonomian dunia telah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah cara strategi bisnisnya supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATA KULIAH JURUSAN MANAJEMEN

DESKRIPSI MATA KULIAH JURUSAN MANAJEMEN DESKRIPSI MATA KULIAH JURUSAN MANAJEMEN 1. Judul Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Bisnis Nomer Kode/SKS : EKM 1216/ 3 SKS Matakuliah Prasarat : Aplikasi Statistik, Manajemen Strategi Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Resources Based View (RBV) 2.1.1.1 Pengertian Strategi Resources Based View (RBV) Menurut Grant (2001) dalam Raduan

Lebih terperinci

STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI. Oleh: Dra. SURYATI, SE. Dosen Tetap pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK:

STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI. Oleh: Dra. SURYATI, SE. Dosen Tetap pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK: STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI Oleh: Dra. SURYATI, SE. Dosen Tetap pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK: Perkembangan dan perubahan usaha yang sedemikian cepat menuntut para pelaku usaha untuk mencari terobosan

Lebih terperinci

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP Rute Menuju Best Practice Catatan dari kegagalan implementasi ERP Setiap organisasi ingin menjadi yang terdepan. Untuk mencapai hal itu mereka harus meraih apa yang disebut best practice. Berbagai kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa era globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan ditantang untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, atau dengan kata lain setiap perusahaan

Lebih terperinci

Membangun Strategi Bisnis dengan Memanfaatkan Dukungan Teknologi / Sistem Informasi Menggunakan Teknik Strategic Option Generator

Membangun Strategi Bisnis dengan Memanfaatkan Dukungan Teknologi / Sistem Informasi Menggunakan Teknik Strategic Option Generator Membangun Strategi Bisnis dengan Memanfaatkan Dukungan Teknologi / Sistem Informasi Menggunakan Teknik Strategic Option Generator Solikin, M.T STMIK AMIK Bandung Falahah Sekolah Bisnis dan Manajemen, ITBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong

Lebih terperinci

Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen

Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen MODUL PERKULIAHAN Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen Can IT contribute to competitive advantage? Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan teknologi di dunia mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan teknologi di dunia mengalami pertumbuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi di dunia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Begitu juga dengan Internet yang saat ini sudah menjadi bagian terpenting, tidak

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan modern akan memberikan dampak positif berkaitan dengan bisnis bagi perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh: Mhd Hendra Wibowo 1 Indonesia Kreatif dan Mandiri Teknologi melalui Pendayagunaan Kekayaan Intelektual (KI) adalah cita-cita yang wajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan objek penelitian terdapat sub bab perumusan masalah, tujuan masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan objek penelitian terdapat sub bab perumusan masalah, tujuan masalah dan BAB I PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang alasan pemilihan judul penelitian dan latar belakang objek penelitian. Kemudian dari latar belakang alasan pemilihan judul dan objek penelitian terdapat sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual Toferr y P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri, 2016 Outline: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang yang mendasari penelitian modal intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian A. Pasar Valuta Asing Pasar Valuta Asing menyediakan mekanisme bagi transfer daya beli dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Pasar ini bukan entitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1 PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI pertemuan kedua (matrikulasi) 1 1. Pengertian dan ruang lingkup Agroindustri Agroindustri: 1. Agroindustri hulu yakni subsektor industri yang menghasilkan sarana produksi pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi, semua bidang industri saling bersaing untuk memperebutkan pasar. Tingginya tingkat persaingan dalam suatu industri mendorong perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersama dengan berkembangnya dunia bisnis, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas yang mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ABSTRAK PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Edy Suandi Hamid Rektor Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh dinamika perekonomian

Lebih terperinci