1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan mengenai keberhasilan Korea Selatan (selanjutnya Korea) dalam membangun perekonomiannya merupakan sebuah hal yang selalu menarik dalam studi ekonomi internasional. Dalam jangka waktu kurang lebih tiga dekade saja, pemerintah Korea mampu menyulap negara yang dulunya jauh tertinggal menjadi salah satu negara mapan dan anggota dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang merupakan perkumpulan untuk negara-negara terkaya di dunia. Salah satu hal yang seringkali diidentikkan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi Korsel adalah penerapan model pembangunan developmental state yang sebelumnya secara sukses diadopsi oleh Jepang dan keberadaan internasionalisasi sebagai salah satu strategi fundamental pembangunan perekonomian Korea Selatan. Internasionalisasi merupakan sebuah hal yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan perekonomian Korea selama ini. Stategi internasionalisasi sudah ada di dalam cetak biru pembangunan perekonomian Korea sejak dimulainya pembangunan ekonomi pada tahun 1960an. Sejak saat itu pula internasionalisasi menjadi aspek yang mampu mendorong pertumbuhan perekonomian Korea dengan sangat baik hingga mampu menyejajarkan diri dengan negara maju yang lain. Namun di sisi lain internasionalisasi juga menjadi hal yang membuat ekonomi negara ginseng ini sangat ringkih terhadap gejolak perekonomian dunia. Kerapuhan ekonomi Korea ini terlihat dengan terjadinya keterpurukan ekonomi Korea ketika krisis melanda Asia di tahun Meskipun demikian, Korea tetap mempertahankan strategi internasionalisasi sebagai aspek penting dalam pembangunan ekonomi pasca krisis. Penerapan strategi internasionalisasi dalam perekonomian Korea inilah yang akan coba penulis teliti lebih lanjut dalam skripsi ini. Untuk melihat keunikan strategi internasionalisasi Korea Selatan lebih lanjut, penulis akan melihat industri manufaktur sebagai studi kasus, dengan fokus pembahasan pada sektor eletronika. Pemilihan sektor ini dilakukan karena sektor industri ini merupakan sektor yang mampu memulihkan diri dengan cukup cepat dan mempertahankan posisinya sebagai tulang punggung perekeonomian bahkan pasca krisis melanda Korsel. Meskipun sempat mengalami perlambatan, sektor industri elektronika mampu bangkit dari keterpurukan dalam waktu yang singkat. Sebagai gambaran umum, dalam waktu lima tahun pasca krisis -pada tahun keuntungan industri manufaktur Korsel secara umum mengalami kenaikan sebesar 4,7% yang 1

2 merupakan angka tertinggi semenjak 1974, dan bahkan mampu mempertahankan keuntungannya pada tahun 2003 ketika ekonomi Korsel mengalami perlambatan (Pirie, 2008, p. 13). Tak berhenti sampai di situ saja, sektor elektronika Korea terus berkembang menjadi pemain yang disegani di level internasional dan bahkan menjadi pemimpin dalam pengembangan inovasi produk. Keunikan industri elektronika inilah yang menjadi alasan mengapa penulis memilih untuk menjadikan internasionalisasi sektor industri elektronika Korea Selatan sebagai studi kasus dalam penelitian ini. Uraian yang telah disampaikan di atas merupakan alasan mengapa penulis memilih untuk meneliti strategi internasionalisasi Korea Selatan, terutama di sektor elektronika, sebagai topik yang akan penulis teliti dalam skripsi ini. Penelitian ini akan ditujukan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai bagaimana Korea Selatan memanfaatkan integrasi ekonomi dunia sebagai akibat dari fenomena globalisasi melalui strategi internasionalisasi yang mereka lakukan dan mentransformasikan hambatan yang muncul menjadi sebuah hal yang justru bisa memperkuat ekonomi negara tersebut. Melalui skripsi ini, penulis juga berharap bisa memberikan penjelasan bahwa peranan dan campur tangan pemerintah dalam pembangunan ekonomi tetap bisa dilakukan meskipun paham ekonomi liberal kurang setuju dengan hal tersebut. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas terdapat dua buah pertanyaan penelitian yang akan coba dijawab melalui penelitian ini yakni: Bagaimana penerapan strategi internasionalisasi ekonomi dalam industri elektronika Korea Selatan? C. Landasan Konseptual Pembahasan dalam skripsi ini akan dirangkai menggunakan tiga buah kerangka berpikir yang terdiri dari konsep mengenai globalisasi ekonomi, model adaptive developmental state, dan konsep mengenai internasionalisasi itu sendiri. Masing-masing kerangka berpikir akan digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek tertentu dari skripsi ini, sehingga diharapkan pembahasan menjadi komprehensif dan memiliki kesinambungan antara satu dengan lainnya. Untuk itulah penting untuk memahami konsep-konsep tersebut terlebih dahulu. Penjelasan mengenai masing-masing konsep yang akan digunakan dalam skripsi ini akan diuraikan dalam paparan di bawah ini. Globalisasi Ekonomi 2

3 Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang tidak terbantahkan lagi. Fenomena ini berkembang dengan begitu pesatnya terutama pada dekade 1980an dan 1990an. Fenomena globalisasi membuat sekat yang selama ini menjadi batas interaksi antara pihak yang satu dengan lainnya menjadi semakin kabur dan kurang relevan untuk dibicarakan lagi. Globalisasi tidak hanya terjadi pada sektor-sektor hi-politics semata, namun fenomena ini juga menyentuh sektor-sektor lain, termasuk di dalamnya perekonomian. Globalisasi ekonomi secara bebas dapat diartikan sebagai sebuah upaya meleburkan ekonomi negaranegara menjadi sebuah ekonomi yang padu di skala internasional. Tidak ada lagi batas antara perekonomian negara yang satu dengan negara yang lainnya. Semua aspek perekonomian bisa berpindah dengan serta merta dan mudah, karena pada dasarnya perekonomian dunia merupakan sebuah perekonomian tunggal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan J. Peter Neary mengenai konsekuensi-konsekuensi yang mungkin ditimbulkan dari fenomena globalisasi ekonomi itu sendiri (Brakman, et al., 2006, p. 19). Menurut Neary, globalisasi ekonomi membuat terjadinya peningkatan interdependensi ekonomi negara yang satu dengan lainnya, selain itu terdapat kecenderungan bahwa hal tersebut akan menciptakan integrasi pasar yang menyangkut permasalahan barang (produk), tenaga kerja, dan tentu saja modal (Brakman, et al., 2006, p. 19). Fenomena globalisasi ekonomi membuat terjadinya perubahan pada perilaku perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Jika sebelumnya aktivitas produksi dan penjualan hanya difokuskan di level domestik, fenomena globalisasi ekonomi membuat level internasional/ global juga perlu untuk mendapakan perhatian. Perusahaan tidak hanya berupaya memenuhi permintaan pasar dalam negeri namun juga harus beradaptasi dengan permintaan luar negeri dan di saat yang bersamaan juga harus mempertahankan keunggulankeunggulan yang dimilikinya sehingga mereka bisa tetap kompetitif dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Untuk itulah perusahaan mulai mengubah cara beroperasinya dari yang semula di satu negara menjadi di beberapa (banyak) negara. Pergeseran pola operasional perusahaan dengan beroperasi di banyak negara inilah yang kemudian memunculkan istilah perusahaan multinasional 1. 1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan perusahaan-perusahaan multinasional yang muncul menjadi tiga kategori: 1. Perusahaan Global (global companies) merupakan perusahaan yang berusaha untuk memaksimalkan kebutuhan dan keinginan konsumen yang hampir serupa sehinga bisa memproduksi produk yang sama. Proses produksi dilakukan di anak perusahaan dengan mereplika produk yang dimiliki oleh perusahaan induk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perusahaan ini mencoba untuk membuat produk yang bisa diterima oleh konsumen di berbagai negara. 3

4 Tidak hanya membuka potensi pasar baru untuk menyerap produk yang diproduksi, globalisasi ekonomi juga membuat terjadinya integrasi dalam sistem finansial. Dengan adanya globalisasi sistem finansial antara satu negara dengan lainnya saling berkaitan. Aliran modal (dana) bisa dilakukan dengan lebih leluasa dari satu ke negara lain. Pada umumnya, aliran investasi ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan ongkos produksi, mencari pasar potensial ataupun mencari bahan baku yang murah sehingga lebih menguntungkan untuk proses produksi (Shin, 2000, pp ). Investasi maupun dana asing dalam bentuk lainnya yang masuk juga membawa kemungkinan terjadinya transfer teknologi yang sangat dibutuhkan untuk mengejar ketinggalan perusahaan late-comer. Di sisi lain, globalisasi ekonomi juga membawa sebuah ancaman yang patut diwaspadai. Dengan adanya integrasi perekonomian, membuat ekonomi nasional menjadi relatif mudah terpapar fenomena yang terjadi di level internasional (Shin, 2000, p.13). Ketika sebuah negara mengalami permasalahan perekonomian, maka ada kemungkinan bahwa akan ada efek yang juga dirasakan oleh negara lainnya. Kondisi inilah yang harus diwaspadai oleh negara yang secara aktif memanfaatkan fenomena globalisasi ekonomi. Dalam menghadapi fenomena globalisasi ekonomi ini, pemerintah Korea memiliki sebuah strateginya sendiri. Seoul memiliki sebuah kebijakan mengenai globalisasi yang kemudian lebih dikenal dengan segyehwa. Segyehwa merupakan sebuah respon yang diambil oleh pemerintah Korea dalam meghadapi perkembangan liberalisasi dan globalisasi dunia (Winanti, 2003, p. 194). Melalui segyehwa Korea berupaya untuk meningkatkan segala bidang kehidupan melalui keterbukaan di bidang politik, sosial, budaya dan ekonomi- dalam rangka menyejajarkan posisi Korea dengan negara-negara industri maju yang lainnya (Winanti, 2003, p. 194). Tindakan pemerintah Korea untuk mengadopsi segyehwa sebagai kebijakan menunjukkan bahwa tengah terjadi pergeseran dalam pengelolaan ekonomi nasional Korea dari yang semula cenderung menolak perubahan yang datang dari luar menjadi pada upaya untuk mengakomodasi perubahan tersebut dan mentransformasikannya menjadi kekuatan yang baru (Moon, 2000, p. 74). Konsep globalisasi ekonomi ini akan digunakan untuk menganalisis motif dan faktorfaktor apa saja yang mendorong integrasi perekonomian Korea ke dalam perekonomian 2. Perusahaan Multi-domestik (multi-domestic firm) berbeda dengan tipe sebelumnya, perusahaan multi-domestik melakukan penyesuaian dalam pelaksanaan bisnisnya berdasarkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh negara dimana ia beroperasi. Penyesuaian ini penting dilakukan untuk mempertahankan daya saing yang dimiliki perusahaan. 3. Perusahaan Transnasional (transnational enterprises) merupakan perusahaan multinasional yang mampu menggabungkan karakteristik dari dua tipe sebelumnya. 4

5 global. Selain itu globalisasi ekonomi juga akan digunakan untuk menjelaskan alasan di balik internasionalisasi perusahaan-perusahaan Korea dan tindakan-tindakan yang dilakukannya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam memanfaatkan fenomena ini. Selain itu globalisasi ekonomi, terutama konsep unik segyehwa yang dimiliki oleh Korea akan digunakan untuk melihat lebih jauh langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk merespon tantangan-tantangan yang dihadapi oleh industrinya. Adaptive Developmental state Model Model pembangunan developmental state merupakan model pembangunan yang seringkali diidentikkan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur, termasuk Korea Selatan. Melalui model pembangunan developmental state, negara coba untuk mengambil peranan yang cukup besar dalam upaya mewujudkan kemajuan ekonomi negara tersebut. Upaya ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan perekonomian yang dibuatnya. Salah satu kebijakan yang seringkali digunakan negara untuk memajukan perekonomiannya adalah kebijakan yang berkaitan dengan industri 2. Pemerintah negara yang menganut model pembangunan developmental state ini biasanya bertindak selayaknya direksi yang mengatur perusahaannya. Pemerintah akan memberikan bunga pinjaman yang rendah dan memberikan insentif-insentif tertentu untuk mendorong sektor industri tertentu. Di samping itu proteksi dan subsidi diberikan kepada industri-industri yang baru berkembang sehingga mereka bisa mengejar ketertinggalannya dari perusahaan-perusahaan sejenis (Chang, 2003, p. 65). Menurut Chalmers Johnson (1982:315 20) dalam (Kim Y. S., 2012, p. 296), konsep developmental state bisa diaplikasikan pada negara yang memiliki indikator utama sebagai berikut: 1. Memiliki komitmen untuk pembangunan jangka panjang. 2. Adanya lembaga khusus yang bertanggung jawab dalam upaya transformasi industri. 3. Adanya sebuah mekanisme kerjasama yang terinstitusionalisasi antara pemerintah dan sektor swasta. Sependapat dengan Johnson, Weiss (2003, p. 247) juga menyatakan bahwa dalam setiap sistem developmental state terdapat tiga buah faktor utama yang terdiri dari transformative 2 Ha-Joon Chang menjelaskan kebijakan industri sebagai seperangkat kebijakan yang ditujukan pada industriindustri tertentu (dan firma-firma yang merupakan bagian dri perusahaan tersebut) untuk mencapai hasil akhir yang dianggap oleh negara sebagai suatu hal yang menguntungkan bagi perekonomian negara secara keseluruhan (2003, p. 112). 5

6 goals, a pilot agency, dan institutionalized government. Menurut Weiss ketiga hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan dalam penerapan developmental state. Weiss menyatakan bahwa jika aspek pertama dan kedua tidak terpenuhi, maka akan terjadi permasalahan koordinasi dan kemungkinan adanya permainan kepentingan tertentu; sedangkan jika aspek ketiga yang tidak maksimal, maka yang terjadi adalah kurangnya kemampuan dalam pembuatan dan penerapan kebijakan yang tepat sasaran bahkan dalam titik ekstrim akan terjadi kegagalan dalam implementasi kebijakan. (Weiss, 2003, p. 247) Dalam kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan ini, konsep developmental state yang lebih sesuai untuk digunakan adalah adaptive developmental state. Joseph Wong (2004, pp ) menyatakan bahwa konsep developmental state yang diterapkan di Korea Selatan dan negara-negara Asia Timur- merupakan sebuah hal yang bersifat dinamis. Ketika di awal penerapannya, developmental state model difokuskan untuk membantu Korea mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu, developmental state yang diterapkan mendapatkan tantangan yang tidak sedikit. Wong membagi tantangan yang dihadapi penerapan developmental state ini menjadi tekanan dari luar dan tuntutan dari dalam negeri. Wong menyatakan bahwa adanya perubahan tatanan ekonomi dunia dengan semakin dalamnya globalisasi dan adanya tuntutan dari dalam negeri yang menginginkan ekonomi lebih terbuka menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk tetap mempertahankan model developmental state (Wong, 2004, pp ). Melalui konsep adaptive developmental state ini, Wong menyatakan bahwa pada dasarnya developmental state cukup relevan dan bisa diterapkan di negara-negara Asia Timur. Meskipun dengan beraneka tantangan yang muncul membuat developmental state sempat dianggap tidak lagi relevan untuk diterapkan, sebenarnya negara-negara Asia Timur tetap menerapkan model pembangunan developmental state dengan cara-cara yang kreatif. Wong menyatakan bahwa liberalisasi, globalisasi, harmonisasi kebijakan perekonomian antar negara bukanlah alasan yang tepat untuk menghentikan peran negara dalam memajukan perekonomiannya (Wong, 2004, p. 357). Sehubungan dengan konsepsi developmental state di negara-negara Asia Timur (terutama Jepang, Taiwan dan Korea Selatan), Weiss juga memiliki pendapat yang hampir serupa dengan pendapat Wong. Weiss menyatakan bahwa negara-negara yang menganut developmental state memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dirinya untuk menghadapi berbagai tekanan yang muncul. Keberadaan tiga faktor utama -transformative goals, a pilot agency, dan institutionalized government- membuat negara developmental state memiliki keleluasaan untuk membuat sebuah strategi maupun kebijakan yang di satu sisi mampu 6

7 menyesuaikan dengan tuntutan yang muncul dan di sisi lainnya tetap menjaga perekonomian bergerak ke arah yang diinginkan oleh negara. Weiss menyebut kemampuan yang dimiliki negara yang menganut developmental state ini sebagai state-led internationalization, dimana strategi internasionalisasi dirumuskan oleh negara dengan mempertimbangkan tekanantekanan dan perubahan-perubahan yang terjadi di level internasional (Meyns & Musamba, 2010, p. 20). Sebagai hasil akhir dari kemampuan negara ini, Weiss menyatakan bahwa negara berhasil mempertahankan posisi pentingnya dalam memajukan proses industrialisasi dan mampu membendung tekanan-tekanan yang muncul dari kalangan liberal (Meyns & Musamba, 2010, p. 20). Di dalam negara yang menganut konsep developmental state, dibutuhkan sebuah hubungan yang kuat antara negara dengan sektor swasta. Beberapa ahli menyatakan bahwa bentuk hubungan yang mungkin terjadi adalah pemerintah melakukan dominasi atau sebaliknya pemerintah mengikuti keinginan sektor swasta. Namun menurut Weiss, hal ini tidak sepenuhnya tepat. Weiss menyatakan bahwa negara harus memiliki keluwesan untuk menjadi pemimpin (mengarahkan bisnis kea rah tertentu) dan sekaligus juga bisa memilih kapan dan sektor apa yang harus diikuti ketika inisiatif diserahkan ke sektor swasta (Weiss, 1998, p. 72). Hubungan antara negara dengan swasta yang seringkali disebut sebagai Governed Interdependence ini sendiri menurut Weiss (1998, pp ) bisa dibagi menjadi empat varian: 1. Disciplined Support Pada tipe ini pemerintah lebih banyak melakukan inisiatif dan biasanya menekankan bahwa dukungan yang diberikan oleh pemerintah harus dibayar dengan kinerja yang memuaskan dari sektor industri yang bersangkutan. Biasanya tipe ini banyak ditemukan ketika negara tengah berada pada masa awal pembangunan industri dan sedang melakukan perubahan dari yang semula orientasi pasarnya domestik menjadi ke pasar internasional (ekspor). 2. Public-Risk Absorption Pada varian ini, pemerintah adalah pihak yang melakukan inisiatif. Biasanya varian ini bisa ditemukan ketika negara tengah berupaya untuk membangun industri baru maupun tengah mengalami perkembangan pesat, dimana untuk mencapai kesuksesan membutuhkan keberadaan sektor swasta. Pengembangan ekonomi dilakukan dengan cara memilih sektor industri yang dianggap potensial namun di sisi lain memiliki resiko yang paling kecil. 3. Private-Sector Governance 7

8 Pada varian ini, sektor swasta diharapkan mampu untuk melakukan inisiatifnya sendiri tanpa banyak bergantung pada pemerintah. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah mengalah terhadap inisiatif yang dilakukan oleh swasta karena inisiatif yang dimiliki oleh sektor swasta jauh lebih maju dibandingkan dengan apa yang telah direncanakan oleh pemerintah 4. Public-Private Innovation Alliance Pada varian ini, baik swasta maupun pemerintah melakukan peranannya masingmasing, dan biasanya diidentikkan dengan upaya untuk mendapatkan, meembangun, mengembangkan dan mengombinasikan teknologi. Penguasaan akan teknologi dianggap semakin penting mengingat pertumbuhan jangka panjang akan sangat bergantung pada penguasaan teknologi. Pemerintah memiliki peranan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi, sementara sektor swasta mengambil peranan sebagai pihak yang melaksanakan pembangunan. Konsep model pembangunan developmental state ini akan coba penulis gunakan untuk menganalisis langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dalam membangun perekonomiannya dengan fokus analisis utama mengenai tindakan-tindakan pemerintah pada sektor industri elektronika. Bagaimana kemudian pemerintah mampu memainkan peranannya meskipun dengan berbagai keterbatasan yang dimilikinya- dalam memajukan perekonomian melalui keterlibatan melalui langkah-langkah yang kreatif hingga akhirnya industri elektronika Korea berhasil berkembang dengan sangat baik seperti saat ini. Internasionalisasi Ekonomi Internasionalisasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperluas presensi sebuah aktor ke level yang lebih luas. Dalam kaitannya dengan perekonomian, internasionalisasi bisa diartikan secara bebas menjadi sebuah upaya untuk melebarkan area operasi ekonomi suatu negara menjadi lebih luas lagi. Beberapa ahli memiliki perbedaan pendapat mengenai bagaimana internasionalisasi bisa terjadi. Salah satu pendapat yang diterima secara luas mengenai proses internasionalisasi adalah pendapat bahwa proses internasionalisasi terdiri dari tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh suatu perusahaan. Johanson dan Wiedersheim-Paul (1975) seperti dikutip dalam (Frynas & Mellahi, 2011, pp ) menyatakan bahwa ada dua cara industri melakukan internasionalisasi, yang pertama melalui ekspansi ke negara-negara yang dekat, dan cara yang kedua adalah secara 8

9 setahap demi setahap. Lebih lanjut Johanson dan Wiedersheim-Paul megindentifikasi empat tahapan internasionalisasi yang dilakukan oleh perusahaan (Frynas & Mellahi, 2011, p. 158): 1. Aktivitas ekspor yang dilakukan tidak reguler. 2. Aktivitas ekspor melalui perwakilan independen atau melalui agen. 3. Pembuatan subsidiary di luar negeri. 4. Didirikannya unit produksi atau perakitan di luar negeri. Konsep yang lebih komprehensif mengenai internasionalisasi merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan dinamis coba dikemukakan oleh Johanson dan Vahlne (1972). Konsep internasionalisasi ini kemudian lebih dikenal sebagai Uppsala Model. Model Uppsala ini menjelaskan bahwa dalam melakukan internasionalisasi, perusahaan akan mendasarkan keputusannya pada pengetahuan yang dimilikinya terhadap kondisi pasar. Semakin perusahaan mengerti tentang pasar, maka semakin besar komitmen yang dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan investasi (Frynas & Mellahi, 2011, pp ). Dengan melakukan proses ini, perusahaan pada dasarnya berupaya untuk memahami dinamika pasar. Berbekal pengetahuan tentang pasar tersebut, perusahaan akan memiliki gambaran mengenai seperti apa kondisi dan kecenderungan yang ditemukan di pasar internasional. Hal inilah yang kemudian dijadikan pedoman bagi industri untuk kemudian melebarkan wilayah operasinya ke lokasi yang jauh lebih luas (Frynas & Mellahi, 2011, p. 159). Model internasionalisasi Uppsala merupakan model yang banyak diterima untuk menjelaskan pola internasionalisasi suatu perusahaan. Meskipun demikian, belum tentu semua perusahaan mengikuti tahapan model Uppsala ini. Beberapa perusahaan dalam memulai internasionalisasi tidak dengan melakukan investasi di negara yang dekat dengan negara asalnya, melainkan dengan memilih negara yang dianggap mampu memenuhi motif dan kebutuhannya untuk melakukan internasionalisasi (Frynas & Mellahi, 2011, p. 160) 9

10 Gambar 1 Model Internasionalisasi Uppsala Sumber: (Frynas & Mellahi, 2011, p. 158) diilustrasikan ulang dari Johanson and Vahlne (1972) Pembahasan mengenai internasionalisasi juga tidak bisa dilepaskan dari pemilihan cara masuk perusahaan ke dalam pasar internasional. Strategi memasuki pasar internasional ini bisa dibagi menjadi lima pilihan, yang terdiri dari (Frynas & Mellahi, 2011, pp ): Ekspor Secara sederhana dapat diartikan sebagai tindakan menjual barang-barang yang diproduksi di dalam negeri ke luar negeri. Licensing (Lisensi) Dilakukan oleh perusahaan dengan cara mentransfer atau memberikan hak untuk menggunakan paten, merek, informasi, pengetahuan, dsb yang dianggap penting untuk melancarkan proses produksi yang dilakukan di satu wilayah tertentu. Franchising (Waralaba) Dilakukan melalui pembuatan kontrak dengan perusahaan lain, dimana perusahaan tersebut diharuskan untuk mengadopsi secara penuh konsep bisnis maupun operasional yang dimiliki oleh perusahaan bersangkutan. International Joint Venture (IJV) Konsep IJV ini seringkali diidentikkan juga dengan konsep Strategic Alliance. Secara sederhana IJV dapat didefiniskan sebagai sebuah kesepakatan antara dua perusahaan atau lebih untuk mencapai kepentingan bersama (Išoraitė, 2009, p. 40). Kerjasama ini dibentuk sebagai upaya untuk berbagi sumber daya, resiko investasi dan juga ada pembagian keuntungan yang didapatkan (Stewart & Maughn, 2011) 10

11 Pendirian anak perusahaan Pendirian anak perusahaan ini bisa dilakukan melalui dua cara yang berbeda a. The Greenfield Strategy Dilakukan melalui pembuatan anak usaha yang benar-benar baru untuk mendukung proses produksi maupun penjualan produk. b. Melalui merger dan akuisisi perusahaan yang telah eksis di negara yang dituju. Dalam kaitannya dengan industri elektronika Korea, model Uppsala akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana industri elektronika memilih negara/kawasan dimana mereka melebarkan operasinya pertama kali, dan apa alasan yang melatar belakangi hal tersebut. Sementara strategi memasuki pasar ini akan digunakan untuk mengkategorikan upaya-upaya yang dilakukan oleh industri elektronika dalam melakukan internasionalisasi. Ketiga konsep di atas merupakan tiga buah kerangka berpikir utama yang digunakan untuk merangkai pembahasan dalam skripsi ini sehingga menjadi sebuah pembahasan yang padu. Konsep globalisasi ekonomi, terutama konsep unik segyehwa yang dimiliki oleh Korea, akan digunakan untuk melihat berbagai macam tantangan dan peluang yang harus dihadapi oleh industri Korea ditengah fenomena globalisasi yang berkembang dengan sangat dinamis. Segyehwa juga akan digunakan untuk melihat strategi yang coba diterapkan pemerintah untuk memanfaatkan sisi positif dari berkembangnya globalisasi. Konsep kedua mengenai adaptive developmental state akan digunakan untuk menjelaskan peran pemerintah Korea dalam membangun perekonomian dan membuat kebijakan-kebijakan perekonomian. Konsep ini juga akan membantu menjelaskan bagaimana pemerintah Korea bisa tetap mempertahankan perananannya meskipun tren dalam perekonomian dunia cenderung menolak campur tangan pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Sementara konsep terakhir mengenai internasionalisasi ekonomi akan digunakan untuk menjelaskan perilaku perusahaanperusahaan Korea yang berupaya untuk meluaskan operasi dan pemasarannya ke luar negeri. D. Argumen Utama Berdasarkan kerangka konseptual yang telah penulis paparkan, argumentasi utama yang penulis ajukan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah: Strategi internasionalisasi industri elektonika Korea menunjukkan pentingnya peranan negara dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pemerintah memberikan dukungan penuh dan menjadi pihak yang mendesain strategi internasionalisasi negeri ginseng ini. Dukungan yang diberikan oleh pemerintah semenjak awal pembentukan 11

12 strategi internasionalisasi bertujuan untuk mendorong industri mengembangkan operasinya di luar Korea dilakukan melalui dukungan finansial, akses pasar dan peningkatan kapabilitas produksi dan pengembangan produk. Perkembangan strategi internasionalisasi Korea secara pesat terjadi pada dekade 1990an, didorong dengan kebijakan segyehwa dan terjadinya krisis finansal. Beberapa penyesuaian dilakukan oleh pemerintah dalam strategi internasionalisasi industri elektronika Korea untuk tetap menjaga daya saing industri elektronika dalam menghadapi persaingan yang semakin sengit di level internasional dan untuk menjaga industri berada di jalurnya yang tepat. Perubahan yang paling terlihat dalam penerapan strategi internasionalisasi dapat terlihat pada bentuk dukungan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan investasi, riset dan pengembangan, akses pasar dan dukungan finansial. Berdasarkan konsep adaptive developmental state, pemerintah akan terus berupaya sekuat tenaga untuk memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan ekonomi. Pemerintah akan terus berupaya mencari celah untuk tetap bisa mengarahkan perekonomian ke arah yang lebih baik, tanpa menghiraukan berbagai suara sumbang dan kecaman dari pihak lain yang mengatasnamakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Negara yang menganut developmental state, seperti Korea, percaya bahwa di tengah ketatnya persaingan global, peranan negara dalam pembangunan ekonomi justru bisa menjadi sebuah kekuatan tersendiri dalam menghadapi ketatnya persaingan global. Hal inilah yang bisa ditemukan dalam pelaksanaan strategi internasionalisasi Korea Selatan. Dukungan pemerintah Korea dalam penerapan strategi internasionalisasi mampu memberikan sumbangsih positif bagi industri elektronika dalam menghadapi ketatnya persaingan global. Peranan pemerintah melalui berbagai kebijakan yang ditujukan pada internasionalisasi industri elektronika mampu membuat sektor industri ini mempertahankan daya saingnya di pasar internasional, hingga mampu berkembang menjadi pemimpin pasar elektronika dunia. E. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan terdiri dari empat bab bab. Skripsi diawali dengan pendahuluan yang akan dijelaskan di dalam bab pertama. Selanjutnya pada bab kedua, penulis akan mencoba untuk menjelaskan perkembangan industri elektronika Korea Selatan. Uraian akan dimulai dengan membahas strategi internasionalisasi Korea Selatan dari masa ke masa, semenjak awal mula dikembangkannya sektor industri ini. Penjelasan mengenai perkembangan industri elektronika ini ditujukan untuk memberikan ulasan mengenai strategi dan kebijakan yang 12

13 dilakukan oleh pemerintah terhadap sektor industri ini dan dampaknya pada pilihan-pilihan yang dilakukan dalam upayanya melakukan internasionalisasi. Selain itu uraian pada bab ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi industri elektronika yang sebenarnya. Selanjutnya pada bab yang ketiga penulis akan mencoba menjelaskan mengenai peran pemerintah dalam membentuk strategi internasionalisasi industri elektronika Korea Selatan. Penulis juga akan mencoba menguraikan secara lebih mendalam perkembangan industri dukungan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan sebuah strategi internasionalisasi yang cukup baik bagi industri elektronika Korea. Pada bagian ini konsep internasionalisasi ekonomi, globalisasi ekonomi dan adaptive developmental state akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada periode ini. Bagaimana pemerintah Korea berupaya untuk membangun industri elektronikanya dalam upayanya untuk membuat sektor industri ini makin kompetitif di pasar internasional. Skripsi kemudian akan ditutup dengan kesimpulan yang akan ditarik dari hasil penelitian. 13

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan industri Taiwan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan industri teknologi Taiwan. Industri teknologi Taiwan itu sendiri sekarang menjadi primadona

Lebih terperinci

Bab 12 MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

Bab 12 MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL Bab 12 MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL I. PERANAN MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL PENDAHULUAN KEKUATAN PENGUBAH LINGKUNGAN PERSAINGAN GLOBAL GLOBALISASI EKONOMI DUNIA PERUSAHAAN MULTINASIONAL SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat baik secara domestik maupun internasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 14 Distinctive Strategic Management INTERNATIONAL STRATEGY Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan (PKK) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. bagian. Bagian pertama memaparkan simpulan berdasarkan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. bagian. Bagian pertama memaparkan simpulan berdasarkan hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab kelima merupakan bab penutup dalam tesis ini. Bab ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memaparkan simpulan berdasarkan hasil penelitian. Bagian kedua berisi tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

ARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

ARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL MATERI 1 ARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL by Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., M.Si. http://www.deden08m.com 1 Maximazing Profit Introduction Tujuan Perusahaan Optimizing shareholders wealth Optimizing

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM STRATEGI MEMASUKI PASAR GLOBAL PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN FAKTOR PERTIMBANGAN UTAMA MODE OF ENTRY EXIT STRATEGY LATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Tantangan Bisnis Masa Kini

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Tantangan Bisnis Masa Kini TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS Tantangan Bisnis Masa Kini Di Susun Oleh: ARDIAN FAJAR FEBRIYANTO 11-S1TI-05 11.11.4922 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrak I. Abstrak Perubahan yang sangat cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham International Marketing Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham Manajemen Pemasaran Global Trend kembali ke lokal disebabkan oleh efisiensi baru dari kustomisasi Dimungkinkan oleh adanya internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin popular untuk banyak perusahaan (Lodorfos dan Boateng 2006 dalam

BAB I PENDAHULUAN. makin popular untuk banyak perusahaan (Lodorfos dan Boateng 2006 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merger dan Akuisisi lintas batas telah menjadi pilihan strategi yang makin popular untuk banyak perusahaan (Lodorfos dan Boateng 2006 dalam Budhwar et al, 2009:89),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak korban diberbagai negara Asia tenggara, seperti Singapura, Thailand Malaysia bahkan mengimbas

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL I. PENGERTIAN PEMASARAN INTERNASIONAL Pemasaran internasional (international marketing) adalah penerapan konsep, prinsip, aktivitas, dan proses manajemen pemasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Perbankan ibarat jantungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. konsep pemasaran (Kohli & Jaworski, 1990). Orientasi pasar adalah budaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. konsep pemasaran (Kohli & Jaworski, 1990). Orientasi pasar adalah budaya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Orientasi Pasar Orientasi pasar merupakan salah satu konsep utama dalam literatur pemasaran karena mengacu pada sejauh mana perusahaan mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia setiap tahun semakin menjadi-jadi, dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi perekonomian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sangat berdampak pada ketatnya persaingan bisnis, hal ini ditandai dengan era perdagangan bebas yang telah menggeser paradigma bisnis dari comparative advantage

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

Memahami Persaingan Global

Memahami Persaingan Global Memahami Persaingan Global Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment, and risk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel dihadapkan dengan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gejolak ekonomi dan kemajuan teknologi tergabung membentuk kembali lanskap

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia tahun 997 maupun krisis global saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI

BABII LANDASAN TEORI BABII LANDASAN TEORI 1.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika perekonomian Indonesia telah melewati berbagai proses yang begitu kompleks. Semenjak Indonesia mengecap kemerdekaan melalui perjuangan yang penuh patriotisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan perekonomian dapat dengan mudah melintasi batas territorial suatu Negara (Gunadi, 2007).

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian sangat didukung melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian sangat didukung melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keputusan pembelian menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan karena hal ini tentu akan menjadi suatu pertimbangan bagaimana suatu strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian.

Lebih terperinci

Strategi Memasuki Pasar Internasional

Strategi Memasuki Pasar Internasional Strategi Memasuki Pasar Internasional Standart Kompetensi Mampu untuk memahami Strategi dalam memasuki Pasar International Mampu untuk merencanakan Strategi yg terbaik untuk memasuki Pasar Global. Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan perekonomian berkembang tanpa mengenal batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala bidang. Salah satunya

Lebih terperinci

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan. BAB VI KESIMPULAN Permenkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka sebagai dasar upgrading jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka nyatanya belum mampu mengoptimalkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015,

BAB I. PENDAHULUAN. mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015, BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2007, para pemimpin negara anggota ASEAN sepakat untuk mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015, yang akan mengubah ASEAN menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi persaingan bebas yang semakin banyaknya jumlah perusahaan yang selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan. semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan. semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermunculan khususnya pada bidang yang serupa. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang bermunculan khususnya pada bidang yang serupa. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan yang nyata dalam dunia bisnis adalah banyaknya pesaing yang bermunculan khususnya pada bidang yang serupa. Hal tersebut menyebabkan semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. Industri manufaktur dipandang sebagai pendorong atau penggerak perekonomian daerah. Seperti umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hakikat pembangunan adalah adanya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan jumlah produksi perekonomian yang ditandai dengan

Lebih terperinci