BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
|
|
- Utami Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan teknologi informasi, transportasi, dan komunikasi. Bertambah mudahnya mobilitas manusia ini berkaitan erat pula dengan dinamika sektor pariwisata yang ada di dalam dunia internasional. Sektor pariwisata dalam hal ini memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menyokong perekonomian suatu negara dengan semakin mudahnya mobilitas dari manusia itu sendiri. Negara-negara saat ini pun berlomba-lomba dalam memperbaiki sektor pariwisatanya guna menyokong perekonomian negaranya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung sektor pariwisata suatu negara adalah dengan melakukan strategi promosi. Promosi ini salah satunya memiliki kaitan yang erat dengan persebaran pengaruh dari suatu negara itu sendiri, sebagai contohnya adalah Korea Selatan dan Jepang. Tren persebaran popular culture dari dua negara tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah masingmasing negara bukan hanya untuk menyebarkan pengaruhnya, namun juga untuk menstimulasi sektor pariwisata dalam negerinya. Jepang merupakan negara pertama di kawasan Asia Timur yang memulai untuk mengembangkan industri kreatifnya dan memasarkan produk-produk budaya populernya hingga sempat memonopoli pasar di Asia Timur. Adapun dalam perkembangannya, Cina dan Korea Selatan berupaya mengejar ketertinggalan dengan ikut mendorong pertumbuhan industri kreatif dalam negeri masing-masing guna menggeser monopoli pasar budaya pop oleh Jepang. Korea Selatan merupakan negara kedua di Asia Timur yang berusaha mengembangkan industri budaya pop. Apabila dilihat dari tingkat penjualannya, produk budaya populer di Korea yang paling berhasil adalah video game. Industri ini menyumbang pendapatan sebesar 9,7 juta per tahunnya, diikuti oleh industri musik dengan 3,9 juta, industri film sebanyak 4,4 juta, industri manhwa atau komik sebanyak 758 ribu, dan industri animasi yang hanya menghasilkan 521 ribu. 1 Berangkat dari logika terkait dengan efek ekonomi positif yang dibawa oleh budaya pop melalui kegiatan ekspor, kemudian muncul juga 1 Korea Creative Content Agency (KOCCA), Statistics of Korea s Creative Content Industry (daring), 2012, diakses dari < pada 10 November
2 Cool Japan merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah jepang terkait dengan budaya pop yang dimilikinya. Pada awalnya, konsep Cool Japan pertama muncul bersamaan dengan konsep Japan s Gross National Cool di tahun Konsep ini kemudian menjadi inspirasi bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan Cool Japan Strategy, melalui inisiatif serta promosi dari Proposal Cool Japan Advisory Council pada Mei Pada dasarnya, Cool Japan ini memiliki tiga tingkatan, yaitu terkait dengan Japan boom untuk menyebarkan attractiveness Jepang secara efektif, membuat platform budaya pop sebagai bisnis di luar negeri, menarik turis asing untuk masuk, dan mendorong konsumsi di Jepang. 3 Seperti yang dapat terlihat melalui platform ketiga dari Cool Japan, terkait dengan menarik turis, pemerintah Jepang dalam hal ini mempromosikan Cool Japan sebagai salah satu instrumen untuk menarik wisatawan asing untuk masuk ke Jepang. Sejalan dengan Jepang, Pemerintah Korea Selatan pun juga memanfaatkan Hallyu wave sebagai salah satu pilar dari promosi sektor pariwisatanya. Hal ini dapat terlihat melalui official website milik Korea Tourism Organization yaitu (KTO), Visit Korea, yang memiliki bagian tersendiri terkait informasi informasi tentang Hallyu Tourism. Melihat besarnya antusiasme masyarakat global terkait dengan fenomena Hallyu wave, kemudian pemerintah menyokong fenomena ini melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung semakin tersebarnya hallyu ke seluruh dunia. Dampak yang diciptakan Hallyu wave ini terhadap perekonomian negara Korea Selatan dapat dikatakan cukup signifikan. Meningkatnya jumlah ekspor barangbarang terkait hallyu, makanan, kosmetik, maupun fashion, serta meningkatnya jumlah turis yang masuk ke Korea Selatan untuk mengunjungi spot-spot tertentu yang berhubungan dengan Hallyu menjadi salah satu buktinya. Asia Tenggara merupakan kawasan yang secara geografis memiliki kedekatan dengan Korea Selatan dan Jepang. Lebih jauh lagi, nilai-nilai budaya yang dimiliki negara-negara di kawasan Asia Tenggara pun masih dekat sifatnya dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh Korea Selatan dan Jepang. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara merupakan salah satu pasar terbuka bagi budaya pop milik Korea Selatan dan Jepang. Kegiatan ekspor konten budaya pop milik kedua negara telah banyak ditujukan ke negara-negara kawasan Asia Tenggara. Dalam hal pariwisata terkait dengan budaya pop, Asia Tenggara kemudian 2 Ministry of Economy, Trade, and Industry, Cool Japan / Creative Industries Policy, < diakses pada 17 November Ministry of Economy, Trade, and Industry, Cool Japan Strategy 2012, < diakses pada 17 November
3 menjadi kawasan penting bagi Korea Selatan dan Jepang dalam menyumbang jumlah wisatawan asing yang masuk kesana. Dalam melihat jumlah turis yang masuk ke Jepang dan Korea Selatan, terdapat salah satu grafik perbandingan jumlah turis yang masuk ke kedua negara dalam website trendingeconomics, dimana, mulai tahun , jumlah wisatawan asing yang masuk ke Korea Selatan lebih banyak daripada jumlah wisatawan asing yang masuk ke Jepang. Hal ini kemudian diasumsikan salah satunya sebagai efek dari adanya fenomena Hallyu wave, yang di tahun 2012 semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat global melalui salah satu aktornya, yaitu Psy, yang mengeluarkan single Gangnam Style ditahun tersebut Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat ditarik dua rumusan masalah yang diajukan yaitu: 1. Bagaimana Strategi Pemerintah Korea Selatan dan Jepang Mempromosikan Pariwisatanya melalui Budaya Pop? 2. Bagaimana Budaya Pop Korea Selatan dan Jepang Menarik Wisatawan Asia Tenggara? 1.3.Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis akan menggunakan landasan konseptual sebagai berikut: 1. Public Sector Management Public Sector Management merupakan sebuah konsep yang dijabarkan olej James Elliot dalam bukunya, Tourism: Politics and Public Sector Management. Secara garis besar, konsep ini menjelaskan tentang proses pengelolaan sektor pariwisata dan kaitannya dengan politik. Dalam menjelaskan tentang korelasi pengelolaan sektor pariwisata dan politik, terdapat beberapa kerangka analisis yang harus diperhatikan, yaitu tentang siapa aktor yang aktif dalam pengelolaan pariwisata sebuah negara, bagaimana sektor pariwisata itu kemudian dikelola, serta apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengelolaan sektor pariwisata tersebut. 3
4 Selain tiga pertanyaan diatas, James Elliot juga pada dasarnya mengemukakan tentang mengapa peranan aktor-aktor baik yang sektor publik maupun swasta penting bagi pengelolaan sektor pariwisata suatu negara. Dalam bukunya, Elliot menjelaskan bagaimana pentingnya pemerintah suatu negara dalam pengelolaan sektor pariwisata. Pemerintah adalah salah satu aktor penting dalam sektor pariwisata pariwisata di dunia modern. Hal ini padanya dasarnya didasari pemikiran bahwa pemerintah lah yang memiliki kekuatan untuk memberikan stabilitas politik, keamanan dan kerangka hukum, serta keuangan yang diperlukan oleh sektor pariwisata. 4 Ada beberapa jenis dari pemerintah, termasuk nasional, negara bagian dan lokal, dan mereka dapat aktif atau pasif dalam manajemen pariwisata dan dalam penggunaan kekuatan mereka. Pemerintah dapat membantu pariwisata dengan penyediaan layanan; mereka juga dapat mengontrol industri dan kegiatan dalam rangka untuk memastikan bahwa kegiatan dan standar keselamatan diselenggarakan dalam kepentingan publik. Bagaimana fungsi-fungsi ini dilakukan dan keberhasilan dari pemerintah tergantung pada kualitas manajemen sektor publik (PSM). Pemerintah melakukan fungsi mereka melalui PSM, dimana dalam PSM termasuk semua manajer di pemerintah dan organisasi publik yang tugasnya mengelola pariwisata dalam beberapa cara. 4 James Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management, Routledge, London, 1997, hal. 2. 4
5 Lebih jauh lagi, dalam menganalisa sebuah public sector management sektor pariwisata di suatu negara, terdapat kerangka analisa yang dijabarkan oleh James Elliot didalam bukunya. Dalam melihat PSM kemudian, beberapa pertanyaan sebagai kerangka analisa harus dijawab, yaitu Siapa aktor yang terlibat dalam pengelolaan sektor pariwisata, bagaimana kemudian pariwisata tersebut dikelola, serta apa hasil yang telah dicapai dalam mengelola pariwisata tersebut. 5
6 Pemerintah disemua tingkatan, dari mulai pemerintah nasional dan federal, hingga pemerintah daerah di tingkat desa, semua bisa terlibat dalam pengelolaan pariwisata. PSM juga mencakup semua organisasi publik seperti layanan nasional sipil dan kementerian pemerintah dan departemen, otoritas hukum, serta badan-badan publik. Kementerian pariwisata dan departemen dan organisasi pariwisata nasional (NTOs) juga merupakan aktor yang sangat penting. 5 Selain itu, sektor industri pun juga memegang peranannya tersendiri. Dalam melihat bagaimana PSM terlibat dan benar-benar berhasil dalam prakteknya akan berbeda di setiap negara, terkait dengan budaya politik negara dan kekuatan prinsip-prinsip operasi dalam situasi tertentu. Manajer terlibat dalam pariwisata melalui organisasi dan jaringan, melalui pemecahan masalah dan baik secara formal dan informal. Kompleksitas dari budaya politik, banyaknya aktor yang terlibat, kemudian juga menciptakan interdependensi antara sati aktor dengan aktor yanglain dalam PSM. Selain itu, bagaimana sektor pariwisata tersebut dikelola kemudian menjadi penting guna mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan terkait sektor pariwisata suatu negara. Dalam melihat kinerja PSM kemudian, beberapa evaluasi terkait dengan legitimasi, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi yang ditemukan dalam hasil praktek dan kinerja. Evaluasi berdasarkan praktek adalah evaluasi dari praktek yang dilakukan oleh PSM dalam mengelola pariwisata sedangkan evaluasi kinerja adalah evaluasi dari tujuan pariwisata dan seberapa sukses PSM telah bekerja. 6 Teori ini kemudian digunakan oleh penulis dalam menganalisa bagaimana strategi pemerintah Korea Selatan dan Jepang dalam mengelola pariwisatanya melalui budaya pop. Peran dari masing-masing aktor serta sinergi diantara mereka dalam mengelola pariwisata kemudian dilihat sebagai salah satu strategi yang diterapkan. Lebih jauh lagi, dalam melihat bagaimana kemudian budaya pop mempengaruhi perilaku calon turis Asia Tenggara juga dapat dilhat dengan menjawab pertanyaa ketiga, tentang hasil apa yang sudah dicapai dalam pengelolaan pariwisata melalui budaya pop. 1.4.Argumen Utama 5 6 James Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management, Routledge, London, 1997, hal. 8. Ibid, hal
7 Pada dasarnya, pemerintah Korea Selatan dan Jepang sama-sama mendukung budaya pop dari masing-masing negara yaitu Hallyu wave dan Cool Japan dalam mempromosikan pariwisatanya. Pemerintah Korea Selatan dan Jepang sama-sama mengeluarkan kebijakan yang memiliki tujuan untuk menstimulus jumlah turis asing yang masuk. Namun dalam prakitiknya, pemerintah Korea Selatan dirasa lebih memanfaatkan Hallyu sebagai instrumen promosi pariwisata negaranya. Hal ini dapat dilihat melalui kebijakan-kebijakan langsung yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea Selatan terkait Hallyu dan pariwisata, berbeda dengan pemerintah Jepang yang lebih menggunakan budaya pop sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan sebagai tujuan utamanya, bukan untuk menstimulus jumlah wisatawan yang masuk. 1.5.Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber utama berupa pustaka literatur. Data yang akan digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah literatur buku, jurnal, laporan resmi pemerintah dan organisasi, serta artikel-artikel dari internet. Dalam skripsi ini, data yang akan di kumpulkan adalah mengenai peran masing-masing pemerintah dalam mengelola budaya pop yang mereka punya, serta dampak dari fenomena Hallyu wave Korea Selatan dan COOL Japan Jepang terhadap jumlah turis yang masuk ke masing-masing negara pada tahun , khususnya yang berasal dari Asia Tenggara. 1.6.Lingkup Waktu Lingkup waktu dipilih menyesuaikan dengan grafik data yang menunjukkan bahwa di tahun 2012, terjadi pergeseran jumlah turis yang masuk ke masing-masing negara, dimana Korea Selatan memiliki jumlah turis masuk yang lebih banyak. Selain itu, tahun 2012 juga dipilih mengingat pada tahun tersebut, fenomena Hallyu mulai banyak menarik perhatian dunia, melalui salah satu artis pilar Hallyu yaitu, Psy, dengan lagu populernya berjudul Gangnam Style. Lebih jauh lagi, Cool Japan Strategy pun mulai diterapkan ditahun 2012, mengingat Cool Japan Strategy ini merupakan kebijkan yang tercetus melalui inisiatif serta promosi dari Proposal Cool Japan Advisory Council pada Mei Melihat fenomena tersebut kemudian, lingkup waktu dipilih dalam menganalisa dua instrumen budaya pop milik 7
8 Korea Selatan dan Jepang dalam menarik jumlah wisatawan asing yang masuk ke masing-masing negara. 1.7.Sistematika Penulisan Penelitian yang berjudul mengenai Strategi Pemerintah Korea Selatan dan Jepang dalam Menarik Wisatawan Asing dari Asia Tenggara melalui Budaya Pop ini di bagi menjadi BAB I yaitu Pendahuluan, penulis akan menyajikan pendahuluan penelitian yang mengulas latar belakang dan gambaran awal permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. BAB II yaitu Pembahasan mengenai apa itu Hallyu dan Cool Japan. Lebih jauh lagi, dalam bab ini akan dibahas bagaimana sekilas keadaan pariwisata di masing-masing negara dan bagaimana hubungan antara budaya pop masing-masing dengan sektor pariwisatanya dikaitkan dengan wisatawan Asia Tenggara. BAB III yaitu Pembahasan mengenai strategi apa yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dan Jepang melalui budaya pop untuk menarik wisatawan Asia Tenggara untuk datang berkunjung. Dalam bab ini juga dibahas bagaimana peranan pemerintah kedua negara dalam mengelola pariwisatanya terkait dengan budaya pop masing-masing. BAB IV yaitu Kesimpulan dari BAB I sampai BAB III. 8
BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh banyak kalangan pada saat ini, bahkan dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas
BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Pop Culture atau budaya populer mulai mendapatkan tempat tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), budaya populer diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.heritage.org/index/country/japan#top>, diakses 9 Juni Japan s GDP Growth Rate, Trading Economics (daring),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang memiliki perekonomian yang baik. Hal ini dapat dilihat dari GDP Jepang yang tinggi, yaitu mencapai 38.633,71 dollar Amerika dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data yang dihimpun dari Miniwatts Marketing Group (2014),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang dihimpun dari Miniwatts Marketing Group (2014), pada tahun 2012 diketahui pengguna internet di dunia mencapai 2.405.519.376 orang yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudahan kepada para remaja yang ingin mempelajari bahasa Korea/Hangeul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah memberikan kemudahan kepada para remaja yang ingin mempelajari bahasa Korea/Hangeul yang dikemas menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang timbul dalam kehidupan kota, seperti kesenjangan sosial, kesemrawutan kota, dan tindakan kriminalitas mendorong masyarakat kota untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem
BAB V KESIMPULAN Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem pemerintah demokrasi. Bentuk pemerintahan Korea Selatan terbagi menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, yudikatif dan legislative.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam
Lebih terperinciTugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan sebuah negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pesat di berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya, dan iptek. Kemampuan berkembang
Lebih terperinci2 Pemasaran dan brand suatu negara menjadi hal yang penting untuk dikelola oleh pemerintah karena memiliki kontribusi besar dalam ekonomi dan pembentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia telah memasuki era globalisasi. Globalisasi menuntut banyak perubahan diberbagai pola kehidupan. Globalisasi menuntut suatu negara melakukan kan inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.
Lebih terperinciSumatra Barat: Propinsi Augmented Reality
Sumatra Barat: Propinsi Augmented Reality Aplikasi Mobile Augmented Reality Inovasi Digital Strategi Marketing & Promosi Berdayakan potensi Wisata dan Ekonomi Sumatra Barat dengan West Sumatra in Your
Lebih terperinciKebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950 dan ekonominya sebagian besar tergantung pada bantuan ekonomi AS. Tetapi sekarang Korea
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan media dan budaya populer saat ini. Korean wave atau yang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi pada saat ini telah mengacu pada perkembangan budaya dan pola perilaku masyarakat dalam memilih gaya hidup yang sesuai dengan perkembangan media dan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciminimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.
minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. Kemudian dalam waktu empat dekade sejak merdeka, negara tersebut berubah menjadi salah satu negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG
RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG Pada tahun 1990an istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1
PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian suatu daerah. Sektor ini memiliki efek multiplier pada industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi aktivitas pariwisata internasional merupakan salah satu instrumen kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk mendiversivikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menggerakkan perekonomian nasional di Indonesia. Usaha jasa konstruksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Pertumbuhan Industri konstruksi nasional justru berada di atas angka pertumbuhan ekonomi. Sektor industri jasa konstruksi memiliki peran yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah menjadi sebuah industri jasa yang memberikan pengaruh pada aspek lain dalam kehidupan. Dampak dampak yang muncul dari kegiatan wisata bisa bermanfaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek merupakan aspek yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Menurut American Marketing Association (AMA), merek adalah sebuah nama, istilah, tanda,
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. industri pariwisata mampu meningkatkan aktivitas bisnis yang bermanfaat ke
40 BAB IV KESIMPULAN Pariwisata merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan industri pariwisata mampu meningkatkan aktivitas bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2015, pada tahun 2014 pasar wisatawan muslim bernilai $ 145 juta, dengan 108 juta wisatawan yang mewakili 10%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aliansi antara kantor akuntan publik Indonesia dengan Kantor akuntan publik internasional semakin populer dan dapat ditemui dalam berbagai bentuk dan ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1
1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat
Lebih terperinciAssalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON CREATIVE INDUSTRY (ICCI) 2015 DI BALI Denpasar, 11 Agustus 2015 Distinguished Fellow Speakers Ladies and gentlemen,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan sektor yang prospektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan perjalanan telah lama dilakukan oleh manusia. Di dalam hidupnya manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ciri itulah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari pengembangan aplikasi translator bahasa Korea-Indonesia dengan metode OCR. 1.1 Latar Belakang Smartphone, tablet, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data The Japan Foundation tahun 2006 lalu menyebutkan jumlah pelajar bahasa Jepang di Indonesia meningkat tiga kali lipat lebih dari data penelitian tahun 2003 lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan keleluasaan kepada
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan internasional (international tourism) telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade terakhir. Satu miliar manusia bepergian di seluruh
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pada era globalisasi, sektor pariwisata telah menjadi salah satu industri yang terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian dan keaslian penelitian. Detail dari masing-masing subbab akan Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini akan diuraikan hal-hal pokok yang berkaitan dengan latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat baik secara domestik maupun internasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,
Lebih terperinciANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT
ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT Citra Cahyawati 1) dan M. Yusak Anshori 2) 1) Program Studi Magister Manajemen
Lebih terperinciEKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA
EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA Oleh: Lucky Nugroho (Praktisi Perbankan Syariah dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana-Jakarta) Kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan populasi penduduk dunia menyebabkan kebutuhan akan sumber daya semakin meningkat terutama sumber daya alam. Perkembangan ini tidak seiring dengan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI
ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Khususnya di daerah Tangerang, menurut Tempo.co jumlah warga. seperti Lippo Karawaci dan Summarecon.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini banyak diminati oleh warga negara asing menjadi tempat mereka untuk tinggal dan menetap. Menurut berita yang ditulis oleh kabarbisnis.com terdapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Grafik Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia Sumber : id.techinasia.com (4 Mei 2016)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Telepon genggam merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya dapat dirasakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara tersebut akan mendapatkan pemasukan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan budaya, keindahan alam, serta keramahan masyarakatnya. Hal inilah yang membuat Indonesia memiliki
Lebih terperinciMEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA
MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA Oleh: Suska dan Yuventus Effendi Calon Fungsional Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Pertumbuhan pariwisata yang cukup menggembirakan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia
90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitality Industry adalah industri terbesar di dunia. Seiring dengan era globalisasi ini, hospitality industry berkembang begitu pesatnya, terlihat dari semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia ditingkatkan untuk disesuaikan dengan taraf perkembangan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat, menuntut mutu pendidikan di Indonesia ditingkatkan untuk disesuaikan dengan taraf perkembangan teknologi saat ini. Contoh
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam
BAB IV KESIMPULAN Sebagai negara yang berorientasi industri ekspor, Jepang memang terus dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam ekonominya ini. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah sepanjang 3.977 mil terbentang dari barat ke timur, adalah negara kepulauan dengan luas daratan lebih besar dari negara-negara Asia Tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2000 istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop dan serial drama Korea. Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet merupakan salah satu bentuk perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia terutama dalam menyebarkan berbagai informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di kawasan Indonesia sendiri telah diberlakukan perdagangan bebas ASEAN-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan bebas semakin meningkat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Di kawasan Indonesia sendiri telah diberlakukan perdagangan bebas ASEAN- China (ACFTA, ASEAN-China
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis perekonomian global yang dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia saat ini. Tidak ada satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, meningkatkan perekonomian dan memperluas kekuasaan tidak perlu lagi dilakukan dengan genjatan senjata atau peperangan. Jalan lain untuk
Lebih terperinci