DAFTAR ISI. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah...214

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah...214"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan antar Dokumen Sistematika Dokumen RKPD Maksud dan Tujuan... 8 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kebijakan Belanja Daerah Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Prioritas Pembangunan Nasional Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Timur Prioritas Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Prioritas dan Pembangunan BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah BAB VI PENUTUP 6.1 Penutup RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016 i

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah, dan memuat tentang: 1) rancangan kerangka ekonomi daerah; 2) program prioritas pembangunan daerah; dan 3) rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju. RKPD Kabupaten Banyuwangi merupakan dokumen perencanaan yang akan dijadikan pedoman penyusunan APBD Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 didasari oleh hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, permasalahan pembangunan yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan dengan memperhatikan arah kebijakan pembangunan nasional dan kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Timur, selanjutnya ditetapkan prioritas pembangunan sebagai milestone pembangunan pada tahun Proses penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016 juga menggunakan pendekatan teknokratis, politik, top-down, dan bottom-up agar rencana kerja yang tersusun dapat menjawab harapan seluruh pemangku kepentingan. Dalam rangka peningkatan konsistensi capaian pembangunan dan rencana pembangunan, RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Banyuwangi tahun , disebabkan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun telah habis masa berlakunya. Hal ini didasarkan pada Perda Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun Hal ini mengacu pada surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/1854/SJ tanggal 14 April 2015 Perihal Skala Prioritas RKPD Tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

4 RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 merupakan salah satu sub sistem dalam sistem perencanaan pembangunan nasional sehingga RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 disusun untuk menjabarkan amanat arah pembangunan yang mengacu pada dokumen strategis provinsi dan nasional, juga memperhatikan RKPD Provinsi Jawa Timur dan RKP Nasional. Keselarasan dengan Renstra dan Renja SKPD menjadi prioritas agar RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 dapat dijadikan acuan penyusunan RAPBD. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; RKPD Kabupaten Banyuwangi

5 11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Pemerintah Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi ; 18. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 19. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 ; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang terakhir kali dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 13 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; RKPD Kabupaten Banyuwangi

6 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi ; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 ; 26. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun ; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi ; 28. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun ; 1.3 Hubungan antar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) memiliki hubungan yang saling terikat dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional maupun Provinsi Jawa Timur. Dokumen perencanaan pembangunan nasional terdiri dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang dijabarkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, selanjutnya dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Nasional. Kemudian, pada tingkat Provinsi dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang dijabarkan RKPD Kabupaten Banyuwangi

7 menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Dijelaskan seperti gambar di bawah ini: Gambar 1. 1 Keterkaitan RKPD Kabupaten Banyuwangi dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJP NAS/PROV&RTR NAS RPJM NAS/PROV&RTR NAS RKP NAS/PROV PUSAT/PROV acuan memperhatikan diacu RPJPD P J RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016 P RAPBD APBD acuan P RT/RW KABUPATEN RENSTRA SKPD P P RENJA SKPD RKA SKPD RINCIAN APBD UU No.25/04 SPPN UU No.17/03 KN KET: P=PEDOMAN, J=DIJABARKAN Dokumen perencanaan pembangunan Nasional dan Provinsi tersebut diacu oleh dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi dijabarkan dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang dijabarkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Akan tetapi pada tahun 2016 dikarenakan masa berlaku RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun telah habis masa berlakunya maka RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 akan mengacu pada RPJP Kabupaten Banyuwangi tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

8 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi akan diuraikan lebih terfokus setiap SKPD pada dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA SKPD). Dokumen RENJA SKPD nantinya dapat dijadikan acuan untuk penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 menjadi acuan pemerintah daerah dalam menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran. Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 juga menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyempurnaan Rencana Kerja (Renja) SKPD Tahun Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis antara perencanaan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dengan Provinsi Jawa Timur dan yang terakhir adalah dengan perencanaan pembangunan nasional. 1.4 Sistematika Dokumen RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini, berisi penjelasan latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan RKPD dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya, sistematika dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

9 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Bab ini, berisi gambaran umum tentang kondisi daerah, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun 2015 dan realisasi RPJMD, serta identifikasi permasalahan pembangunan daerah berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Bab ini, menjelaskan arah kebijakan ekonomi daerah dan arah kebijakan keuangan daerah, yang meliputi arah kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini, menjelaskan tentang hubungan visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan berdasarkan dokumen RPJMD, serta prioritas pembangunan daerah tahun BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Bab ini, berisi rincian rencana program dan kegiatan prioritas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016, yang disajikan per urusan untuk setiap SKPD. BAB VI PENUTUP Bab ini, berisi tentang hal-hal pokok yang terdapat pada keseluruhan dokumen RKPD sebagai pedoman semua pihak untuk memahami serta memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. RKPD Kabupaten Banyuwangi

10 1.5 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 disusun sebagai pedoman perencanaan pembangunan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat untuk jangka (1) tahun. 1. Maksud penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 a. Mewujudkan sinergitas, sinkronisisi dan integrasi pelaksanaan pembangunan daerah. b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya dan anggaran dalam pembangunan daerah. c. Memberikan arah dan menyatukan tujuan kegiatan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dan SKPD dalam pelaksanaan pembangunan. 2. Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 a. Sebagai acuan bagi Daerah dalam menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun b. Sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam penyempurnaan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) Tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

11 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dibagian utara, Selat Bali dibagian timur, Samudra Hindia dibagian selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso dibagian barat. Gambaran lebih jelas mengenai batas-batas administratif Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui gambar berikut ini. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa dengan titik koordinat diantara 7 o 43-8 o 46 Lintang Selatan dan 113 o o 38 Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan, daratan yang merupakan daerah penghasil tanaman pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan sepanjang 175,8 km yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Kondisi geografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar sebagai produsen bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan. Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut: RKPD Kabupaten Banyuwangi

12 Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 No. Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan 1. Pesanggaran 5-2. Siliragung 5-3. Bangorejo 7-4. Purwoharjo 8-5. Tegaldlimo 9-6. Muncar Cluring 9-8. Gambiran 6-9. Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo 12 - JUMLAH Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 mencapai jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki laki jiwa dan jumlah penduduk perempuan jiwa. Rincian mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui tabel jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur berikut ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

13 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 No Kelompok Umur / Tahun Laki - Laki Perempuan Jumlah > JUMLAH Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 Penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar bermata pencaharian sebagai wirausaha yang mendominasi keseluruhan jumlah penduduk yaitu mencapai jiwa atau 32,33 %. Secara terperinci jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, diuraikan dalam tabel berikut. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase 1. Belum / Tidak Bekerja ,17 2. Pelajar / Mahasiswa ,24 3. Pertanian / Peternakan / Perikanan ,96 4. Perdagangan ,93 RKPD Kabupaten Banyuwangi

14 No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase 5. Industri ,11 6. Jasa Kemasyarakatan ,59 7. Konstruksi ,07 8. Pemerintah ,78 9. Swasta , Wiraswasta , Lainnya ,91 JUMLAH ,00 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 Menurut kelompok tingkat pendidikan masih didominasi oleh kelompok pendidikan tingkat SD/Sederajat yaitu sebesar atau 45,72 % dari jumlah penduduk. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014, secara rinci dapat diuraikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanKabupaten Banyuwangi Tahun 2014 No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase 1. Belum / Tidak Sekolah ,67 2. SD / Sederajat ,72 3. SLTP / Sederajat ,56 4. SLTA / Sederajat ,99 5. Diploma ,92 6. Strata I ,03 7. Strata II ,10 8. Strata III 200 0,01 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyuwangi Topografi Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Barat, Utara, dan Selatan pada umumnya merupakan daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan rata-rata 40 o dan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan daerah lainnya. Di sisi lain, daerah daratan yang datar di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan RKPD Kabupaten Banyuwangi

15 kurang dari 15 o dengan rata-rata curah hujan cukup memadai dan bisa meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum, Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan > meter di atas permukaan laut. Tingkat kemiringan rata - rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata - rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagaian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian. Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas : a. Ketinggian 0 25 meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan padakecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo,Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo. b. Ketinggian meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah Ha.(45,65%) dari luas daerah. Ketinggian inididapat pada hampir semua kecamatan kecualikecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjoyang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaanlaut. c. Ketinggian meter di atas permukaanlaut meliputi luas wilayah Ha.(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputikecamatan Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon danwongsorejo. d. Ketinggian lebih dari meter di atas permukaanlaut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo. e. Daerah Kecamatan pantai meliputi KecamatanWongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat,Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo danpesanggaran. RKPD Kabupaten Banyuwangi

16 2.1.4 Geologi Kabupaten Banyuwangi memiliki kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, hal ini juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Struktur Geologi di Kabupaten Banyuwangi Struktur Geologi Luas (Ha) Aluvium ,00 Hasil G Api kwarter muda ,50 Hasil G. Api kwarter ,00 Andesit ,75 Miosen falses semen ,25 Miosen falsen batu gamping ,50 Sumber : SLHD Kabupaten Banyuwangi Adapun keadaan jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.6 Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi Jenis tanah Luas Ha % Regosol ,87 23,96 Lithosol ,88 6,75 Lathosol ,30 2,44 Padsolik ,75 60,3 Gambut ,70 6,55 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi Hidrologi Banyuwangi merupakan dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara di mana di dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga di samping dapat mengairi hamparan sawah RKPD Kabupaten Banyuwangi

17 yang sangat luas juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah Klimatologi Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesiadengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitumusim penghujan dan musim kemarau. a. Rata-rata curah hujan selama tahun 2013 mencapai mm. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Oktober 2013 sebesar 0.8 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar mm. b. Presentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan Januari sebesar 45% dan tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 99% c. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2013 diperkirakan mendekati 81.5%. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Oktoberdengan ratarata kelembaban udara sebesar 75%. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan bulan Juni dengan besaran 86%. d. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan April sebesar 24,8ºC. Sedang tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 28,2ºC Penggunaan Lahan Dengan luasan wilayah 5.782,50 km 2, Kabupaten Banyuwangi menjadi kabupaten terluas di Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai ,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar ,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar ,22 ha atau 22,04 persen. Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten RKPD Kabupaten Banyuwangi

18 Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. Gambar 2.2 Luas Kabupaten Banyuwangi Menurut Penggunaannya Hutan (31,72 %) Sawah (11,43 %) Lain-lain (17,59 %) Ladang (2,80 %) Perkebunan (14,21 %) Permukiman (22,04 %) Tambak (0,31 %) Potensi pengembangan wilayah Pertanian Secara umum struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi terbentuk dan didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2012 peranan sektor pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 46,24 persen, atau hampir separuh dari kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki konstribusi yang cukup besar berkecimpung dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, holtikultura, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasilhasilnya, kehutanan serta kelautan dan perikanan. sekaligus Saat ini pertanian di Kabupaten Banyuwangimempunyai dua peran tantangan yaitu: mendukung pemenuhan pangan bagi pendudukbanyuwangi juga tangga tani di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai memberikan lapangan kerjabagi rumah sektor yang menjadi tumpuan bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian sebagianrakyat, RKPD Kabupaten Banyuwangi

19 maka pembangunan pertanian merupakangenerator bagi pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Karenanya, Kabupaten Banyuwangi mempunyaisumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan peran sektor pertaniandalam pembangunan daerah, karena didukungoleh budaya dan adat istiadat yang kondusif terhadap perubahan ini akan cukup optimis menujukebangkitan dan kejayaan sektor pertanian yangakhirnya akan membawa peningkatan taraf hidup pelaku utamanya yaitu petani. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satukabupaten di Jawa Timur yangmempunyai luasdaerah terbesar, dengan keragaman janis lahandan iklim, mempunyai potensi sumber daya lahanyang cukup besar sehingga dengan adanya ketersediaanluas daerah yang begitu besar tersebut,kesempatan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian akan mempunyai peluang besar. Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur.Adapun luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km² dimana luas area persawahan adalah sebesar Ha atau 11,44 %. Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumber daya produksi dan potensi pasar. Potensi produksi pangan terutama dapat di lihat dari cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur. Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 : Tabel 2.7 Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Pangan Tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi Jenis tanaman Luas Tanaman (Ha) Produktifitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) Padi Sawah Padi ladang RKPD Kabupaten Banyuwangi

20 Jenis tanaman Luas Tanaman (Ha) Produktifitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) Jagung Kedelai Kacang tanah Ubi kayu Ubi jalar Kacang hijau Sumber : -Lakip Kabupaten Banyuwangi 201 Berdasarkan pemanfaatan lahan yang digunakanoleh para petani, mulai dari kawasan selatanke arah utara yang melebar ke arah barat merupakandaerah potensi tanaman bahan makanan.utamanya tanaman padi banyak di tanam di kawasanini, bahkan sebagian besar dari kawasantersebut pola tanam padi dalam satu tahunnya bisadilakukan hingga tiga kali. Lahan pertanian setiaptahun di duga mengalami pengurangan lahansebagai akibat digunakan untuk kepentingan lain.misalnya digunakan sebagai daerah pemukimanmaupun pemanfaatan yang lain. Berdasarkan hasil analisis isu strategis pembangunan ekonomi yang dilakukan Bappeda Kabupaten Banyuwangi, kondisi pertanian di Kabupaten Banyuwangi mengalami pertumbuhan yang melambat, dari 5,3 persen tahun 2010 menjadi 3,66 menjadi 4,31 persen pada tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan 4,69 persen. Hal ini terjadi antara lain karena adanya alih fungsi lahan pertanian ke non lahan pertanian. Menurut data BPN tahun 2011, Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 berkurang seluas ,18 Ha. Berkurangnya potensi pertanian di kabupaten banyuwangi juga disebabkan karena belum optimalnya infrastruktur pertanian dan infrastruktur di pedesaan, dimana masih terdapat kerusakan jaringan irigasi (jitut/jides). Berdasarkan hasil survey BPS tahun 2011, penyusutan hasil panen di Kabupaten Banyuwangi mencapai 10,82%. Selain itu penurunan potensi pertanian karena adanya dampak perubahan iklim RKPD Kabupaten Banyuwangi

21 sehingga menyebabkan gagal panen akibat banjir dan kekeringan dan munculnya hama dan penyakit tanaman Perkebunan Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sebesar sekitar 5.782,50 km² yang sebagian wilayah dari Kabupaten Banyuwangi adalah wilayah perkebunan, luas kawasan perkebunan mencapai sekitar ,63 Ha atau 14,21 %. Selain tanaman bahan makanan yang berpotensi tinggi di Kabupaten Banyuwangi, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan tanaman bahan makanan. Dua jenis tanaman perkebunan yang mempunyai konstribusi terhadap kehidupan penduduk di Kabupaten Banyuwangi cukup besar yaitu tanaman kelapa dan kopi. Tabel 2.8 Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2013 Di Kabupaten Banyuwangi Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) Kelapa (Buah) Kelapa (Deres) Kopi ,11 Tembakau ,44 Rajang Cengkeh Kakao Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi Peternakan dan Perikanan Dalam bidang peternakan, produksi peternakan di Jawa Timur belum mendukung pencapaian target swasembada daging pada tahun 2014 dimana target swasembada daging dalam skala nasional adalah sebesar ton. Sedangkan dalam kenyataanya produksi daging di Jawa Timur pada tahun 2014 hanya sebesar ton, untuk target tahun 2015 adalah sebesar ton. Belum tercapainya dukungan Jawa Timur dalam mendukung swasembada daging skala nasional ini disebabkan karena terjadinya penurunan populasi ternak sapi potong, sapi perah serta kerbau sebesar 24,1%. RKPD Kabupaten Banyuwangi

22 Kekayaan Banyuwangi lainnya yang berkelanjutan dan tidak kalah potensialnya adalah peternakan. Data dari Dinas Peternakan Banyuwangi menunjukkan begitu besarnya potensi Kabupaten Banyuwangi yang hampir tiap tahun menjadi tuan rumah penyelenggara kontes ternak regional ini. Sapi potong yang dimiliki Banyuwangi sebanyak ekor, potensi sapi potong ini bila dipadukan dengan kerbau telah mencukupi daging warga Banyuwangi dan sekitarnya. Sementara kambing dengan jumlah ekor, dan domba sebanyak ekor. Ini masih belum lagi sumbangsih susu sapi perah yang dikelola langsung oleh rakyat (bukan industri besar) yang setiap tahunnya memenuhi kebutuhankonsumsi masyarakat Banyuwangi sebanyak liter. Lebih jelasnya potensi peternakan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.9 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 Jenis Ternak Jumlah Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda 773 Kambing Domba Babi 530 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 Fenomena potensi peternakan Banyuwangi ini masih diperkaya lagi dengan dinamika produksi kulit, dimana sapi, kerbau, kambing dan domba di Banyuwangi telah memberikan sumbangsih kulit.dalam bidang perikanan, Isu strategis potensi perikanan di wilayah Jawa Timur yang terdapat di wilayah Jawa Timur adalah adanya keterbatasan bahan baku ikan untuk industri. Ketersediaan ikan di wilayah jawa timur adalah ,10 ton, sedangkan konsumsinya mencapai ,69 ton. Hal RKPD Kabupaten Banyuwangi

23 ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna, selain itu adanya keterbatasan sarana dan prasarana tangkap yang dimiliki oleh nelayan, dimana kemampuan laut hanya memiliki jangkauan yang terbatas, sehingga nelayan tidak dapat memperoleh hasil tangkapan yang banyak. Oleh sebab itu diperlukan restrukturisasi alat tangkap, yang terdiri dari restrukturisasi kapal serta peralatannya. Potensi perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi masih memiliki peluang yang teramat besar untuk dioptimalkan. Peluang ini terlihat dari peningkatan hasil tangkapan dari beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009 laut Banyuwangi telah berkontribusi sebesar Rp kg atau setara dengan Rp. 164,3 M, tahun 2010 sebesar kg atau setara Rp. 147,3 M, tahun 2011 sebesar atau setara dengan Rp. 264 M dan untuk tahun 2012 sebesar atau Rp. 406 M. Untuk potensi produksi ikan laut lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.10 Produksi Dan Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi (Rp) Layang Bawal Kembung Selar Tembang Udang barong Udang lainnya Teri Tongkol Lemuru Cakalang Tuna Tenggiri RKPD Kabupaten Banyuwangi

24 Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi (Rp) Layur Julung-julung Kuwe/Putihan Cucut Pari Kakap Putih Bambangan Kerapu Belanak Manyang Cumi-Cumi Kepiting Kerang Rajungan Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Tabel 2.11 Produksi Dan Nilai Produksi Budidaya Ikan Air Laut Menurut Jenisnya Tahun 2012 Di Kabupaten Banyuwangi Jenis Ikan Produksi (ton) Nilai produksi (Rp) Lobster Rumput Laut 9.417, Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi Kehutanan Banyuwangi memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Hutan merupakan sumber kehidupan yang perlu dilestarikan. Upaya-upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Kontribusi sektor kehutanan RKPD Kabupaten Banyuwangi

25 terhadap PDRB terealisasi 1,42% setelah turun di tahun sebelumnya. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis menunjukkan peningkatan menjadi 1,4 di tahun Grafik 2.1 Realisasi Indikator Urusan Kehutanan Tahun ,42 1,63 1,52 1,59 1 1,06 1,06 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 1,01 1,01 1,03 1,05 1,08 1, Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Kerusakan Kawasan Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebaliknya, kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Banyuwangi masih belum berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kerusakan hutan sebesar 0,04 dari tahun Kemudian bertambah menjadi 0,05 di tahun 2013 dan 1% ditahun Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana wilayah ini memiliki potensi yang sangat bagus dalam bidang RKPD Kabupaten Banyuwangi

26 kepariwisataan. Pariwisata menjadi salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi banyak membuat program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan. Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah pengembangan pariwisata (WPP) I danwilayah pengembangan pariwisata (WPP) II. Adanya pembentukan WPP bertujuan untuk membantu pemerintah untuk menentukan kawasan strategis, sehingga pembangunan di wilayah WPP dapat lebih di prioritaskan.wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I biasa disebut dengan Diamond Triangle, dimana wilayah ini merupakan wilayah dengan jenis wisata dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, sehingga sesuai untuk kegiatan wisata adventure dan menikmati pemandangan alam. Gambar 2.3 Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

27 Kawasan Diamond Triangle terdiri dari Kawasan Kawah Ijen, Kawasan Plengkung dan Kawasan Sukamade. Kawasan WPP 1 yakni Kawah Ijen berada di Kecamatan Licin 45 Km dari Kabupaten Banyuwangi, Kawah Ijen merupakan kawah danau terbesar di Pulau Jawa. Di dalam kawasan Kawah Ijen, terdapat kawah belerang yang terdapat di dalam sulfutara di kedalaman kira-kira 200 m dan mengandung kira-kira 36 juta kubik air asam beruap. Ijen dan kawasan ekowisata hinterland terdiri dari Desa Wisata Kemiren, Perkebunan Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan Kalibendo. Bagian WPP 2 merupakan Kawasan Plengkung. Plengkung merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar terdapat disekitar perairan pantai dan mempunyai aksesbilitas rendah. Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di wilayah Kecamatan Tegaldimo. Jarak dari Banyuwangi hingga ke Pantai Plengkung sekitar 86 Km. Plengkung terkenal dengan pantai terbaiknya untuk surfing dan biasa dikenal dengan G-Land, terutama pada bulan Mei hingga Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Plengkung ecowisata hinterland terdiri dari G-Land, Alas Purwo atau Goa Istana, Padang Savana Sadengan serta Pantai Mangrove Bedhul. Wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III, merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar memiliki keunikan sumber daya alam. Wilayah pantai sukamade merupakan wilayah WPP III, dimana pantai ini berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran berjarak sekitar 97 Km ke arah barat daya Banyuwangi. Sukamade merupakan hutan lindung alami Jawa Timur. Penyu betina biasanya bertelur hingga ratusan butir yang kemudian diletakan dipinggir pasir pantai. Penyu betina biasanya mulai mendarat di pantai pada pukul WIB dan kembali kelaut pada pukul WIB, ketika bulan November hingga Maret adalah musim penyu bertelur. Sukamade ecowisata hinterland terdiri dari Pantai Rejegwesi, Teluk Hijau, Pantai Pancer, Pulau Merah dan Taman Nasional Meru Betiri. RKPD Kabupaten Banyuwangi

28 Kabupaten Banyuwangi juga memiliki rencana kawasan strategis yang tersebar di beberapa daerah di Banyuwangi. Perencanaan kawasan strategis tersebut meliputi pengembangan kawasan agropolitan terintegrasi dengan pengembangan agrowisata ijen, pengembangan kawasan cagar alam hutan lindung taman nasional, Pengembangan kawasan wilayah pengembangan mineral logam (emas) gunung tumpangpitu-pesanggaran. Pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo dan Wilayah Kecamatan sekitarnya, pengembangan kawasan wisata The Triangle Diamond (segi tiga berlian) Kawah Ijen, Plengkung dan Merubetiri, Pengembangan Kawasan minapolitan-muncar (industri pengolahan perikanan), Pengembangan Kawasan bandara Blimbingsari- Rogojampi, Pengembangan Kawasan Pelabuhan Peti Kemas Tanjungwangi- Ketapang, Pengembangan Kawasan Industrial Estate di Kec. Wongsorejo. Seluruh kawasan strategis tersebut dapat dilihat melalui gambar yang tersaji berikut ini. Gambar 2.4 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Banyuwangi Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

29 Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi bencana yang cukup tinggi. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi dipaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai. Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi bencana di Kabupaten Banyuwangi. Gambar 2.5 Peta Bencana Gunung Api Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi adalah gunung ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki sebaran lahar yang cukup luas. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2013, RKPD Kabupaten Banyuwangi

30 bencana alam yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2013 adalah banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, dan gempa bumi. Bencana alam tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian material tetapi juga menimbulkan kerusakan lahan dan korban jiwa. Kerusakan lahan ditimbulkan akibat bencana kebakaran hutan dengan luas lahan yang terbakar sebesar 148,72 ha sedangkan korban jiwa sebanyak 1 korban jiwa meninggal disebabkan oleh bencana banjir yang terjadi di daerah Lingkungan Ujung, Kelurahan Kepatihan. Total kerugian material yang dialami Kabupaten Banyuwangi akibat bencana alam selama Tahun 2013 adalah Rp ,00 dan bencana yang menimbulkan kerugian terbesar adalah bencana banjir. Detail dari prosentase kerugian akibat kejadian bencana alam di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Grafik 2.2 Persentase Kerugian akibat Bencana Alam Sumber: SLHD Kabupaten Jawa Timur Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah raga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar RKPD Kabupaten Banyuwangi

31 6,94 persen. Dengan tumbuhnya perekonomian yang semakin bergairah dan berkesinambungan akanmenjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan sahamnya, khususnya di sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, demikian juga pada sektor Industri Pengolahan, Bank dan Lembaga Keuangan, Jasa jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Pertambangan dan Penggalian, Bangunan dan Listrik, Gas dan Air Minum juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana gambar berikut ini. Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi juga dapat ditunjukkan olehperkembangan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB).Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: RKPD Kabupaten Banyuwangi

32 Tabel 2.12 PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun ADHB (Triliyun) Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan PDRB di atas, maka diperkirakan stabilitas ekonomi dikabupaten Banyuwangi dalam tahun 2014 tetap dijaga dan mulai menunjukkan kondisipeningkatan. Pertumbuhan yang meningkat pada tahun 2013 diharapkan menumbuhkan sektor modern seperti jasa dan manufaktur namun tetap harus dipastikan pertumbuhan juga terjadi di sektor sektor menengah ke bawah, sehingga ekonomi kerakyatan dapat terwujud. Peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi disebabkan peningkatan konsumsimasyarakat, belanja pemerintah, investasi, dan perdagangan antar daerah.meskipun berbagai kemajuan pembangunan daerah telah dicapai pada tahun Inflasi Kondisi perekonomian yang baik, idealnya adalah apabila angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan perkembangan harga atau besaran PDRB ADHK berada di atas PDRB ADHB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara makro potensi ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur, bahkan di tingkat nasional. Sementara itu, tingkat pendapatan masyarakat dapat ditunjukan oleh PDRB yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan perekonomian pada suatu daerah. Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan laju inflasiakan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini bisa dikatakan jika pertumbuhan pendapatan diasumsikan sama dengan kesejahteraan masyarakat maka gap antara pertumbuhan pendapatan dengan tingkat RKPD Kabupaten Banyuwangi

33 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb inflasi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Berikut ini adalah gambaran inflasi di Kabupaten Banyuwangi. Grafik 2.4 Inflasi tahun Kabupaten Banyuwangi 3,50 2,50 Inflasi Januari 2014 Februari ,92 2,64 1,50 1,24 0,50 (0,50) 0,43 0,41 0,41 0,050,030,01 0,12 0,12 (0,06) 0,08 (1,02) (1,50) Sumber: BPS RI Tahun 2015 Berdasarkan angka inflasi Kabupaten Banyuwangi masih tergolong baik dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. Berikut ini adalah perbandingan tingkatan inflasi antara Kabupaten Banyuwangi dengan daerah lainnya yang tersaji dalam grafik berikut ini. Grafik 2.5 Inflasi tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi dengan Daerah Lainnya 6,6 6,8 7,4 7,5 7,5 7,9 8,0 8,1 RKPD Kabupaten Banyuwangi

34 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk sebagai akibat dari perluasan akses layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. IPM tersusun dari 3 (tiga) jenis indeks utama yaitu Angka Harapan Hidup, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli. Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang bisa menimbulkan penafsiran yang beragam. Hal ini bisa terjadi karena secara komprehensif keberhasilan pembangunan itu tidaklah cukup untuk bisa diukur dengan menggunakan berbagai indikator makro ekonomi dan sosial saja. Dengan demikian untuk menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah haruslah menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development Programme (UNDP). Program pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang ditandai meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat harus bisa diwujudkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara komposit berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli. Trend dari angka IPM Kabupaten Banyuwangi pada tahun seperti pada gambar berikut. RKPD Kabupaten Banyuwangi

35 Gambar 2.6 Perkembangan Angka IPM Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Trend angka IPM Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2009 hingga 2013 menunjukkan peningkatan. Dalam pengertian ini bahwa pembangunan manusia yang di lakukan pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan membuahkan hasil, demikian pula trend angka IPM Provinsi Jawa Timur. Apabila dibandingkan, maka pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi relatif tertinggal dengan indek pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. Walaupun pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2012 masih relatif tertinggal apabila di komparasi dengan pembangunan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan angka sebesar 1,80. Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi relatif cepat, walaupun kalah cepat dibandingkan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. RKPD Kabupaten Banyuwangi

36 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Dari gambar dibawah dijelaskan secara runtut bahwa di tahun 2010 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi sebesar 14,97 juta kemudian meningkat 17,12 juta ditahun Trend ini kembali membaik pada saat di tahun 2012 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga ke angka 19,87 juta. Ditahun 2013 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi meningkat di angka 22,52 juta/tahun. Pendapatan perkapita di Tahun 2014 menunjukkan hasil signifikan yaitu sebesar 25,50 Juta/tahun. Gambar 2.7 Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi Tahun (juta/tahun) Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur Peningkatan pendapatan perkapita ini menjadi trend positif dari perkembangan perekonomian kabupaten. Hal ini juga menjadi faktor pendorong kemajuan yang pesat dari Kabupaten Banyuwangi kedepannya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

37 Kemiskinan Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup pemerintah menjadi sebuah momok yang memiliki pandangan negatif dalam pencapaian pembangunan daerah. Kemiskinan menjadi beban sekaligus tanggung jawab yang harus diemban oleh segenap pemerintah daerah di Indonesia beserta semua aspek yang mempengaruhinya. Kabupaten Banyuwangi memiliki trend penurunan tingkat kemiskinan yang baik disetiap tahunnya. Penjabarannya lebih lengkap akan tersaji melaui tabel berikut ini. Tabel 2.13 Indikator Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi Kemiskinan Garis Kemiskinan (GK), (Rupiah/kapita) Jumlah Penduduk dibawah GK (jiwa ) Prosentase Penduduk 11,25 10,47 9,94 9,57 Miskin Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Dari data diatas, terlihat bahwa ditahun 2010 tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Banyuwangi sejumlah 11,25% penduduk. mengalami penurunan positif menjadi 10,48% penduduk ditahun Kemudian di tahun 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi berhenti di angka 9,94% penduduk. dan kembali turun diangka 9,57% ditahun Hal ini merupakan hal yang positif mengingat aspek penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah prosentase penduduk diatas garis kemiskinan, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. RKPD Kabupaten Banyuwangi

38 Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam rangka melayani masyarakat umum. Pelayanan tersebut terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan. Aspek pelayanan umum juga menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dalam aspek pelayanan umum, secara lebih detail akan dijabarkan dalam fokus layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan. Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penjabarannya mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut Fokus Layanan Urusan Wajib Fokus layanan urusan wajib diantaranya terbagi dalam urusan sebagai berikut Pendidikan Penyelenggaraan urusan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Peningkatan urusan pendidikan sebagai upaya untuk mencapai salah satu misi Kabupaten Banyuwangi yang tertuang dalam RPJMD Tahun yakni Mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Salah satu sasaran dalam bidang pendidikan adalah menurunnya buta aksara dimana indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukurkeberhasilan pencapaian sasaran tersebut diantaranya Angka Melek Huruf, Rata-rata lama sekolah dan Angka Partisipasi Murni, Angka partisipasi kasar dan angka putus sekolah. Pada tahun 2014, terjadi trend kinerja yang positif dilihat dari realisasi capaian kinerja setiap tahun yang membaik. Terbukti dengan data realisasi angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar dan angka putus sekolah di tahun 2014 untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA yang mengalami peningkatan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

39 Tabel 2.14 RealisasiIndikator Urusan Pendidikan Tahun No Uraian Tahun APM (%) - SD/MI 97,08 98,47 98,10 98,41 98,87 - SMP/MTs 72,84 80,45 84,32 88,64 88,67 - SMA/SMK/MA 40,41 44,89 57,02 60,81 61,13 2 APK (%) - SD/MI 108,46 106,68 102,91 104,93 109,02 - SMP/MTs 93,78 97,27 101,44 103,25 100,67 - SMA/SMK/MA 56,29 59,25 76,68 76,71 76,75 3 Angka Putus Sekolah (%) - SD/MI 0,06 0,04 0,04 0,04 0,03 - SMP/MTs 0,61 0,48 0,44 0,42 0,35 - SMA/SMK/MA 1,49 1,01 0,94 0,83 0,75 4 Angka Melek Huruf (%) 97,87 99,83 99,86 97, Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 Angka Partisipasi Kasar di Tahun 2014 menunjukkan peningkatan realisasi disetiap tahunnya. 109,02% adalah angka yang dicapai ditahun 2014 yang sebelumnya 104,9% ditahun 2013 untuk angka partisipasi kasar. Angka partisipasi kasar paling tinggi terdapat di APK level SD/MI. Semakin meningkat level pendidikan ke SMA/MA/SMK nilai realisasi APK semakin mengecil. Angka Putus sekolah dilevel SD sampai dengan SMA/MA/SMK mengalami kenaikan yang berarti angka realisasi turun dari setiap tahunnya. Angka melek huruf juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu tercapai 100% ditahun Dari indikator sasaran bidang pendidikan tersebut, dominan indikator sasaran sesuai harapan dilihat dari pencapaianya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

40 Kesehatan Penyelenggeraan urusan kesehatan merupakan salah satu dari sembilan misi Kabupaten Banyuwangi yakni Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sektor kesehatan adalah angka kematian bayi. Secara umum, trend capaian angka kematian bayi sangat fluktuatif. Penurunan angka kematian bayi terjadi di tahun 2011 dan bertambah di tahun 2012 dan di tahun 2013 mengalami penurunan positif kembali diangka 8,2% dan kembali turun di angka 6,09% di Tahun Dengan adanya penurunan yang bersifat baik ini indikator angka kematian bayi perlu terus untuk ditekan dan masih perlu adanya usaha yang keras untuk memastikan angka kematian bayi benar-benar mengalami perbaikan dengan mengupayakan sosialisasi dan pelayanan kesehatan bayi yang lebih harus ditingkatkan. Grafik 2.8 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup ,2 6,7 9,3 8,2 6, Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Disamping angka kematian bayi, indikator lain yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor kesehatan adalah angka kematian ibu per kelahiran hidup. Setelah mengalami penurunan di tahun 2012, angka kematian ibu melahirkan per 1000 kelahiran hidup mengalami trend yang semakin meningkat tajam di tahun Capaian bisa diakibatkan karena masih minimnya insan-insan tenaga kesehatan (bidan) yang RKPD Kabupaten Banyuwangi

41 memberikan pelayanan kepada masyarakat saat proses melahirkan, disamping kesadaran masyarakat untuk menggunakan tenaga-tenaga kesehatan yang sudah ada sangatlah kurang. Tetapi di tahun 2014 angka kematian ibu melahirkan per kelahiran hidup bisa ditekan diangka 93,08%. Grafik2.9 Angka Kematian Ibu Melahirkan per Kelahiran Hidup , ,7 93, ,5 65, Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Kemudian, indikator lain yang digunakan dalam mengukur kinerja urusan kesehatan adalah Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Capaian indikator ini tergolong lebih baik jika dibandingkan dengan tahun Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012, capaian ini terbilang lebih baik karena ditahun 2013 realisasi melebihi target yang telah ditentukan yaitu 81% terealisasi sebesar 82,1% atau lebih dari 100% pencapaian target. Seperti halnya dengan pencapaian ditahun 2014 dengan realisasi yang melebihi target sebesar 86,1% dengan target 80%. RKPD Kabupaten Banyuwangi

42 Grafik 2.10 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani , ,1 86, Realisasi Target Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Ditinjau dari sisi jangkauan kesehatan, secara umum indikatornya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari cakupan puskesmas, dimana pada tahun 2012, realisasi cakupan puskesmas sebesar 187,5 persen, dan pada tahun 2013 realisasi cakupan puskesmas bertahan di angka yang sama. Ditahun 2014 realisasi cakupan puskesmas telah melampaui target yaitu 187,5%. Sayangnya Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk mengalami penurunan, dimana pada tahun 2012 mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,kemudian di tahun 2013 realisasinya juga bertahan di angka yang sama seperti tahun 2012 tetapi ditahun 2014 realisasinya adalah 135,75 dengan target 142,18%. Untuk cakupan puskesmas capaian dan realisasinya pada tahun 2013 sama dengan tahun Sedangkan untuk rasio rumah sakit per penduduk pada tahun 2014 capaiannya sebesar 97persen, dengan rasio 1:12,6 %. Penjabaran dari pencapaian indikator diatas tersaji dalam tabel berikut ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

43 Tabel 2.15 Target, Realisasi dan Capaian Kinerja Indikator Urusan Kesehatan Tahun 2013 dan 2014 Indikator 2013 Rasio Tahun 2014 Rasio Sasaran Target Realisasi Target Realisasi Cakupan puskesmas (%) , ,5 188 Cakupan pembantu puskesmas (%) Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk (%) 48,39 48, ,39 48, ,18 316, ,24 135,75 95 Rasio Rumah Sakit per penduduk (%) 01:14,6 01:12, :14,6 01:12,6 97 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, Pekerjaan Umum Penyelenggaraan urusan pekerjaan umum merupakan salah satu kegiatan wajib Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki kontribusi sangat menentukan dalam pencapaian visi dan misi daerah, khususnya dalam upaya meningkatkan kuantitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Penyelenggaraan urusan Pekerjaan Umum mengemban beberapa sasaran yaitu: (1) meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan sarana serta prasarana yang menghubungkan daerah-daerah tujuan wisata ; (2) Meningkatnya sarana dan prasarana penunjang pertanian; (3) Meningkatnya kuantitas dan kualitas jalan dan sarana serta prasarana yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi. Pencapaian beberapa indikator bidang urusan pekerjaan umum tersajikan melalui tabel berikut ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

44 Tabel 2.16 Realisasi Indikator Pekerjaan Umum Tahun Indikator Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 87, , (%) Rasio Jaringan Irigasi dan luas daerah irigasi (%) Rasio tempat ibadah per satuan penduduk (%) ,96 Persentase rumah tinggal bersanitasi (%) 80 80,7 45, Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Pada tahun 2013, Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik mempunyai realisasi yang baik karena mencapai 95% meski mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan ditahun 2014 sejumlah 94%. Rasio jaringan irigasi dan luas daerah irigasi menurun realisasinya dari tahun 2012 sebesar 85% menjadi 75% ditahun 2013 dan meningkat kembali ditahun 2014 sebesar 85% Perumahan Keberhasilan dalam urusan perumahan, dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain Rumah tangga pengguna air bersih, Rumah tangga pengguna listrik, Rumah tangga ber-sanitasi, Lingkungan pemukiman kumuh, dan Rumah layak huni. Secara umum, capaian indikator tersebut lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk indikator Rumah tangga ber-sanitasi dan Rumah layak huni. Rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2014 mencapai rumah tangga, dimana capaian ini melebihi capaian yang ditargetkan. Begitu pula dengan Rumah tangga pengguna listrik yang pada tahun 2014 penggunanya mencapai meningkatkanya capaian indikator ini mengindikasikan bahwa akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air bersih, khususnya dalam urusan perumahan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

45 Grafik 2.11 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih, Listrik dan Rumah Tangga Bersanitasi Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Rumah Tangga Pengguna Listrik Rumah Tangga Bersanitasi Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Penurunan capaian indikator Rumah tangga bersanitasi pada tahun 2014 yang terealisasi sebesar rumah tangga dengan target rumah tangga yang disebabkan karena masih adanya masyarakat yang kurang perduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan, yang diindikasikan dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan mandi, cuci dan kakus di sungai. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan serta membangun fasilitas MCK. RKPD Kabupaten Banyuwangi

46 Grafik2.12 Data Rumah Layak Huni Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Begitu pula dengan rumah layak huni, mengalami penurunan pada tahun 2012 yang terealisasi sebesar rumah.capaian kinerja indikator sasaran sebesar 30,67 persen dari target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya rumah penduduk khususnya di daerah pedesaan yang belum layak huni karena rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Sehingga solusi yang dilakukan dengan menggalakkan program pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta memberikan bantuan lainnya yang dapat mengentaskan kemiskinan. Kemudian di tahun 2013 indikator rumah layak huni mengalami perbaikan dengan peningkatan hingga rumah, membaik setelah terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2012 lalu. Kondisi peningkatan yang sangat signifikan terjadi ditahun 2014 yang menembus di angka rumah. Hal ini membuktikan pendapatan masyarakat mulai dalam tahap perbaikan yang relatif meningkat. RKPD Kabupaten Banyuwangi

47 Grafik 2.13 Data Jumlah Lingkungan Pemukiman Kumuh Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Sedangkan untuk lingkungan pemukiman kumuh pada setiap tahun jumlahnya semakin menurun. Dibuktikan dengan data jumlah lingkungan kumuh di tahun 2012 yaitu rumah, turun ke angka rumah di tahun Tahun 2014 juga mengalami penurunan di angka Penurunan ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pembangunan sarana dan prasarana permukiman pada lingkungan kumuh sehingga kualitas permukiman menjadi lebih baik sehingga jumlah lingkungan permukiman kumuh semakin berkurang Penataan Ruang Indikator yang digunakan dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan pencapaian sasaran atau kinerja urusan penataan ruang adalah Rasio Ruang Terbuka Hijau Per satuan Luas Wilayah mempunyai Hak Pengelolaan Lingkungan (HPL) / Hak Guna Bangunan (HGB). RKPD Kabupaten Banyuwangi

48 Tabel 2.17 Realisasi Indikator Urusan Penataan Ruang Tahun Indikator Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB 40% 40% 38% 32% 45,5% 60% Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum, Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah berhpl/hgb mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2012 target yang ditetapkan sebesar 40% tidak tercapai, hanya terealisasi sebesar 32%. Hal ini disebabkan antara lain karena meningkatnya alih fungsi lahan pertanianmenjadi lahan non pertanian, kurangnya kepedulian terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Solusinya, diperlukan penambahan kawasan ruang terbuka hijau, reboisasi, pengendalian ijin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang dan penindakan tegas bagi pelanggaran ijin tata bangunan dan lingkungan. Tetapi pada tahun 2013 rasio ruang terbuka hijau persatuan luas wilayah ber HPL/HGB meningkat realisasinya menjadi 45,5% dengan rasio capaian hingga 101%. Dan meningkat kembali sebesar 60% ditahun Hal ini membuktikan bahwa RTH di Kabupaten Banyuwangi semakin kearah yang lebih baik Perencanaan Pembangunan Salah satu sasaran strategis dalam indikator kinerja utama Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Dalam urusan perencanaan pembangunan, beberapa indikator yang digunakan antara lain adalah Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA, Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA, Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dengan PERKADA, dan Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD. RKPD Kabupaten Banyuwangi

49 Tabel 2.18 Realisasi Indikator Urusan Perencanaan PembangunanTahun Indikator Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD yg telah ditetapkan dengan PERDA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dengan PERKADA Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dokumen perencanaan daerah mulai dari perencanaan jangka panjang, perencanaan daerah mulai dari perencanaan jangka menengah, dan perencanaan daerah mulai dari perencanaan tahunan telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini berarti, capaian indikator dokumen perencanaan daerah pada tahun sebesar 100 persen. Selain itu, perencanaan dokumen menengah (RPJMD) daerah juga telah dijabarkan dalam dokumen tahunan (RKPD) pada setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk sinkronisasi antara kebijakan perencanaan tahunan daerah dengan kebijakan perencanaan daerah jangka menengah Perhubungan Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian sasaran meningkatnya sarana informasi dan alat transportasi antara lain meliputi Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek, Jumlah uji kir angkutan umum, Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis, dan Angkutan darat. RKPD Kabupaten Banyuwangi

50 Tabel 2.19 Realisasi Indikator Urusan PerhubunganTahun Indikator Jumlah arus penumpang angkutan umum (orang) Rasio ijin trayek (%) 0, , , , ,00029 Jumlah uji kir angkutan umum (angkutan) ,617 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal 2/-/8 2/1/8 2/1/8 2/1/8 2/1/8 Bis (pelabuhan) Angkutan darat (%) 0,001 0,001 0,001 0,001 0,243 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Dari tabel tersebut,secara umum tiap indikator mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun Jumlah arus penumpang angkutan umum menurun dari menjadi orang di tahun Tetapi secara drastis mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar Rasio ijin trayek mengalami peningkatan 0,00002% dari realisasi tahun sebelumnya tetapi Kemudian rasio ijin trayek terlihat menurun kembali ditahun 2014 dengan penurunan sebesar 0,00005%. Jumlah uji kir angkutan umum meningkat hingga angkutan di 2013 dan kembali meningkat menjadi 10,617 ditahun Jumlah pelabuhan laut, udara, terminal bis pelabuhan masih bertahan dengan pencapaian yang sama. Kemudian persentase angkutan darat yang ada masih konsisten di angka yang sama yaitu 0,001 ditahun 2010 sampai dengan 2013 kemudian meningkat menjadi 0,243 ditahun Lingkungan Hidup Salah satu sasaran strategis Kabupaten Banyuwangi dalam urusan lingkungan hidup adalah pengendalian lingkungan, rehabilitasi lahan dan hutan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilannya antara lain meliputi Persentase penanganan sampah, Persentase Luas pemukiman yang tertata, Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal, Tempat pembuangan sampah (TPS) per RKPD Kabupaten Banyuwangi

51 satuan penduduk, Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil. Secara umum, capaian indikator urusan lingkungan hidup mengalami peningkatan mulai dari tahun Penanganan sampah pada tahun 2012, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan capaiannya sebesar 66,5 persen kemudian meningkat lagi ditahun 2013 mencapai 74,18% dan meningkat kembali di tahun 2014 sebesar 78,97%. Hal ini mengindikasikan bahwa sampah yang ada di Kabupaten Banyuwangi telah ditangani dengan baik dan mengindikasikan kondisi lingkungan yang semakin bersih. Peningkatan persentase penanganan sampah juga didukung dengan adanya Tempat Pembuangan Sampah per satuan penduduk yang semakin baik Grafik2.14 Persentase Penanganan Sampah dan TPS Per Satuan Penduduk 37, ,5 74,18 78,97 78, Persentase Penanganan Sampah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk pada tahun 2012, terealisasi sebesar 38,00% dan meningkat di tahun 2013 menjadi 51%, dan kembali bertambah ditahun 2014 sebesar 78,98%.Prosentase luas permukiman yang tertata pada tahun 2012, terealisasi sebesar 33,75 % kemudian meningkat menjadi 57,59 di tahun 2013 dan ditahun 2014 meningkat sebesar 58%, tetapi pencapaian tersebut masih mengalami kendala yaitu masih adanya masyarakat yang kurang perduli terhadap penataan dan keindahan lingkungan permukiman. RKPD Kabupaten Banyuwangi

52 Grafik 2.15 Persentase Pemukiman yang Merata, Cakupan Pengawasan terhadap AMDAL dan Sumber Mata Air dalam Debit Stabil , , , Persentase Luas Permukiman yang Tertata Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal (%) Sumber air/mata air dalam kondisi baik debit stabil (%) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Indikator berikutnya adalah cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL dan sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 masing-masing mencapai 100 persen, tetapi khusus indikator sumber air/mata air dalam kondisi baik debit stabil mengalami penurunan menjadi 83% ditahun 2013 dan kembali meningkat ditahun 2014 sebesar 84% Pertanahan Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran urusan pertanahan antara lain adalah Lahan bersertifikat, Penyelesaian kasus tanah Negara, dan Penyelesaian izin lokasi Tabel 2.20 Realisasi Indikator Urusan Pertanahan Tahun Indikator Lahan bersertifikat 12% 12% 33,78% 33,95% 45% Penyelesaian kasus tanah 100% 100% 100% 100% 100% Negara Penyelesaian izin lokasi 97,0% 93% 81,18% 98,87% 101% Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

53 Dari ketiga indikator tersebut diketahui bahwa secara umum capaian kinerja urusan pertanahan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 capaian kinerja dari indikator lahan bersertifikat dan penyelesaian kasus tanah negara telah mencapai dan melebihi target yang telah ditentukan, kemudian meningkat kembali ditahun 2014 sebesar 45%. Kemudian, capaian dari penyelesaian izin lokasi tiap tahun mengalami fluktuasi dan capaiannya mengalami peningkatan, yaitu sebesar 81,18% pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 98,87% di tahun 2013 dan 101% ditahun Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sasaran strategis pertama Kabupaten Banyuwangi adalah Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Sasaran ini merupakan penjabaran dari misi pertama dalam RPJMD Tahun yakni Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance). Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran tersebut utamanya dalam urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara lain adalah Kepemilikan KTP, Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk, Ketersediaan database kependudukan skala provinsi, dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK. Capaian indikator urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil secara umum mengalami peningkatan di tahun Hal ini dapat dilihat dari persentase kepemilikan KTP yang mencapai 90,46 persen pada tahun 2013, meningkat menjadi 94% ditahun Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh masyarakat di Kabupaten Banyuwangi telah banyak yang memilki identitas penduduk dan telah terdata oleh Dinas Kependudukan wilayah setempat. RKPD Kabupaten Banyuwangi

54 Tabel 2.21 Realisasi Indikator Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun Indikator Kepemilikan KTP (%) 70,15 77,43 92,79 90,46 94 Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk (%) 2,51 2,42 7,35 3,22 0,34 Ketersediaan database Ada Ada Ada kependudukan Siak 2010 Siak 2010 Siak 2010 Ada ada skala provinsi Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Disamping indikator yang telah dijelaskan, ketersediaan data kependudukan skala provinsi dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK juga telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi mulai dari tahun Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan dalam penyusunan database dalam bidang kependudukan Kabupaten Banyuwangi dapat dipertahankan dengan baik Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Salah satu sasaran strategis Kabupaten Banyuwangi adalah Meningkatnya program-program pembangunan yang berbasis pada pengarusutamaan gender. Beberapa indikator kinerja yang digunakan dalam mencapai sasaran tersebut diantaranya persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah, partisipasi perempuan di lembaga swasta, rasio KDRT dan persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur. RKPD Kabupaten Banyuwangi

55 Tabel 2.22 Realisasi Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun Indikator Persentase partisipasi perempuan di 15 14,95 3,99 39,89 1,55 1,6 lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di 86,00 85,05 47,50 47,63 98,44 98,39 lembaga swasta Rasio KDRT 0,005 0,005 0,11 0,010 0,003 0,0022 Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur 0,45 0,49 0,51 0, Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum, sasaran indikator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Banyuwangi masih dapat dipertahankan meskipun tiap tahun capaiannya berbeda dan cenderung fluktuatif. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah tahun 2013 menurun ke angka 1,55% dari 39,89% di tahun Namun pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 1,6%, meskipun realisasi capaian pada tahun 2014 tersebut tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan penurunan yang terjadi pada tahun Sedangkan partisipasi perempuan di lembaga swasta sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 selalu mengalami penurunan yang drastis, yakni 86% di tahun 2009 menurun menjadi 47,5% di tahun Namun kondisi partisipasi perempuan di lembaga swasta mengalami perbaikan kembali di tahun 2012, meskipun memang peningkatan partisipasinya tidak terlalu signifikan, yakni sebesar 47,63% di tahun Kondisi ini juga semakin membaik di tahun 2013 yang mengalami peningkatan yang sangat drastis yakni hingga mencapai 98,44%. Namun sangat di sayangkan, bahwa partisipasi perempuan di lembaga swasta kembali mengalami penurunan di tahun 2014, meskipun persentase penurunan tidak terlalu signifikan, yakni sebasar 98,39% di tahun Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi perempuan di Kabupaten Banyuwangi lebih banyak di lembaga RKPD Kabupaten Banyuwangi

56 swasta dibandingkan di lembaga pemerintah. Meskipun demikian, partisipasi perempuan di dunia kerja harus tetap di tingkatkan, terutama di lembaga pemerintah. Apabila melihat indikator rasio KDRT yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi kembali mengalami perbaikan kondisi sejak tahun 2012 hingga Hal ini dapat ditunjukkan dari tahun 2011 rasio KDRT yang mencapai angka 0,11 menurun menjadi 0,0022 di tahun Kondisi ini juga berbanding lurus dengan kondisi tenaga kerja di bawah umur yang juga selalu menunjukkan perbaikan pada tiap tahunnya. Meskipun pada tahun selalu mengalami peningkatan persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur, namun komitmen dan kerja keras Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk memberantas tuntas tenaga kerja di bawah umur berhasil di tahun , yakni sudah tidak terdapat lagi tenaga kerja di bawah umur Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera adalah Meningkatnya peserta KB aktif dan meningkatnya keluarga sejahtera. Guna mengetahui tingkat keberhasilan sasaran meningkatnya peserta KB aktif dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator, yakni rata-rata jumlah anak per keluarga, Rasio akseptor KB, Cakupan peserta KB aktif. Sedangkan sasaran meningkatnya keluarga sejahtera dapat diukur dengan indikator keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I. Tabel 2.23 Realisasi Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun Indikator Rata-rata jumlah anak per keluarga (orang) Rasio akseptor KB (%) 0,74 0,74 0,73 0,75 0,76 0,76 Cakupan peserta KB 73,6 74,01 73,3 75,2 76,3 75,5 RKPD Kabupaten Banyuwangi

57 Indikator aktif (%) Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I N/A N/A 40,6 39,7 38,4 33,5 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum, indikator sasaran atas sasaran Meningkatnya peserta KB aktif bermakna Baik Sekali dibandingkan dengan target yang telah ditentukan ataupun capaian pada tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata capaian kinerja capaian rasio akseptor KB dan cakupan peserta KB aktif yang masing-masing mencapai 0,76 persen dan 75,5 persen di tahun Sehingga hal ini juga memberikan dampak positif atas keberhasilan kebijakan pemerintah yang mencanangkan slegon 2 anak cukup. Sebab hingga tahun , rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Banyuwangi hanya memiliki 2 anak. Capaian sasaran dalam indikator Meningkatnya peserta KB aktif dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terutama Pasangan Usia Subur (PUS) dalam rangka mengatur dan mengendalikan jumlah anak dan jarak kelahiran, adanya pembinaan yang teratur dari segenap komponen seperti PLKB, PPKBD, Sub. PPKBD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Perangkat Desa dan lintas sektor terkait dalam membina dan memotivasi masyarakat untuk mengikuti KB guna meningkatkan kualitas hidup keluarga dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, adanya dukungan dan kerjasama segenap jajaran Pemkab. Banyuwangi beserta segenap komponen (swasta, perbankan, koperasi, LSM, lembaga/organisasi keagamaan dan lintas sektor lainnya. Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam meningkatkan jumlah peserta KB ternyata juga memberi dampak positif terhadap meningkatnya keluarga sejahtera di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini ditunjukkan dari tahun , persentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I selalu mengalami penurunan, dimana pada tahun 2014 hanya mencapai 33,5%. Artinya bahwa selama tahun kondisi keluarga sejahtera di Kabupaten Banyuwangi selalu menunjukkan RKPD Kabupaten Banyuwangi

58 kondisi yang baik, dengan semakin berkurangnya persentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I Sosial Penyelenggaraan urusan sosial di Kabupaten Banyuwangi mengemban sasaran meningkatnya jaminan dan perlindungan sosial masyarakat. Indikator yang digunakan dalam mencapai sasaran yang diemban tersebut, antara lain (1) sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi, (2) PMKS yang memperoleh bantuan sosial; serta (3) penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Tabel 2.24 Realisasi Indikator Urusan Sosial Tahun Indikator Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi PMKS yg memperoleh 0,011 0,0092 0,139 0,37 0,69 bantuan sosial (%) Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (%) 0,011 0,0092 0,139 0,37 1,16 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum diketahui bahwa semua indikator urusan sosial masih dapat dipertahankan sebagai indikator pencapaian urusan sosial. Realisasi ditahun 2014 terlihat mengalami peningkatan dan kemajuan dari tahun sebelumnya. Di tahun 2013 sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi berjumlah 50 meningkat menjadi 51 sarana sosial di tahun Kemudian PMKS yang memperoleh bantuan ditahun 2013 sebesar 0,37% meningkat menjadi 0,69% ditahun Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 0,37% di tahun 2013 RKPD Kabupaten Banyuwangi

59 meningkat menjadi 1,16 di tahun Keberhasilan capaian pada setiap indikator urusan sosial tersebut menunjukkan bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan kebijakannya sudah menunjukkan pro poor serta memberikan perhatian lebih pada masyarakat yang memiliki kapasitas rendah Ketenagakerjaan Sasaran dalam penyelengaaraan urusan ketenagakerjaan adalah Menurunnya tingkat pengangguran. Sasaran tersebut dapat diukur dengan 3 (tiga) indikator, diantaranya (1)angka partisipasi angkatan kerja; (2)tingkat partisipasi angkatan kerja, dan (3) tingkat pengangguran terbuka. Ketiga indikator tersebut telah memenuhi target pada tahun 2014, sehingga jika realisasi yang diperoleh dibandingkan dengan target yang telah diperkirakan maka capaiannya lebih dari 100 persen. Tabel 2.25 Realisasi Indikator Urusan Ketenagakerjaan Tahun Indikator Angka Partisipasi Angkatan Kerja 71,33 61,18 76,5 76,08 70,8 72,02 (%) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,33 68,34 68,34 76,08 70,8 72,02 (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,05 3,92 3,95 3,71 9,22 4,59 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Selain pemenuhan capaian dari target yang telah ditetapkan, perkembangan indikator angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja tahun mengalami kondisi yang fluktuatif, namun cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dari capaian angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja di tahun 2014 hanya mencapai 72,02%. Capaian di tahun 2014 tersebut belum mampu mengembalikan kondisi seperti di tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

60 2012, yang mampu mencapai hingga 76,08%. Hal ini disebabkan karena lonjakan yang sangat signifikan pada tingkat pengangguran terbuka yang terjadi pada tahun 2013, yakni mencapai 9,22%. Namun atas upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menurunkan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 hingga mencap 4,59%. Hal ini tentunya juga mempengaruhi capaian angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Banyuwangi yang juga mengalami peningkatan hingga mencapai 72,02%, meskipun peningkatan capaian di tahun 2014 ini tidak terlalu signifikan dari tahun Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Sasaran dalam penyelenggaraan urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah adalah Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi dan UMKM. Dalam mengukur capaian kinerja urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah dibutuhkan beberapa indikator diantaranya Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT), Jumlah UKM non BPR/LKM UKM, Jumlah BPR/LKM, serta Usaha Mikro dan Kecil. Tabel 2.26 Realisasi Indikator Urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Tahun Indikator Persentase koperasi aktif (melaksanakan ,68 82, ,2 RAT) (%) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

61 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keempat indikator kinerja untuk sasaran Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi dan UMKM dapat tercapai melebihi target yang ditentukan yaitu masingmasing diatas 100%, meskipun terdapat satuindikator sasaran yang capaian kinerjanya mengalami penurunan pada tahun 2013dan meningkat tidak signifikan di tahun 2014 yaitu persentase koperasi aktif. Realisasi capaian indikator persentasse koperasi aktif pada tahun 2014 yakni 81,2%, dimana capaian ini belum mampu mengembalikan kondisi seperti pada tahun 2012 yakni 82,60%. Sedangakan realisasi capaian indikator jumlah UKM non BPR/LKM UKM dan Jumlah BPR/LKM pada setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan hingga mencapai di tahun Begitu juga dengan realisasi capaian indikator usaha mikro dan kecil di Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahunnya juga mengalami peningkatan, yakni mencapai 52 unit di tahun Berdasarkan capaian keempat indikator tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Banyuwangi mulai aktif untuk menggerakkan dan mengembangkan usahanya di tingkan kecil dan menengah Penanaman Modal Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan penanaman modal adalah Meningkatnya investasi di daerah baik PMA maupun PMDN. Keberhasilan indikator ini dapat dilihat dari Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA), Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA), Rasio daya serap tenaga kerja, Peningkatan/penurunan Nilai Realisasi PMDN (miliar rupiah). Tabel 2.27 RealisasiIndikator Urusan Penanaman Modal Tahun Indikator Jumlah investor berskala nasional PMDN/PMA (investor) Jumlah nilai investasi berskala N/A ,28 80,88 62,338 65,5 2,345 RKPD Kabupaten Banyuwangi

62 Indikator nasional PMDN/PMA (Miliar Rp) Rasio daya serap tenaga kerja (orang) Peningkatan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (Miliar rupiah) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Jumlah investor berskala nasional yang ada di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014mengalami penurunan bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013, yakni berjumlah 4 investor pada tahun 2014, dari tahun sebelumnya terdapat 5 investor. Meskipun penurunan jumlah investor berskala nasional PMDN/PMA tersebut tidak terlalu signifikan namun sangat berdampak besar pada penurunan nilai investasi berskala nasional PMDN/PMA yakni di tahun 2013 yang mencapai Rp. 65,5 Miliar mengalami penurunan yang sangat drastis hingga mencapai Rp. 2,345 Miliar di tahun Sedangkan capaian indikator rasio daya serap tenaga kerja dan nilai realisasi PMDN sejak tahun mengalami peningkatan, yakni mencapai 248 orang dan Rp 51 miliar di tahun Kebudayaan Penyelenggaraan urusan kebudayaan di Kabupaten Banyuwangi mengemban sasaran meningkatnya upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan urusan kebudayaan diantaranya: (1) penyelenggaraan festival seni dan budaya; (2) sarana penyelenggaraan seni dan budaya; dan (3) Benda, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

63 Tabel 2.28 Realisasi Indikator Urusan Kebudayaan Tahun Indikator Penyelenggaraan festival seni dan 3x 3x 4x 5x 6x 8x budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara garis besar penyelenggaraan urusan kebudayaan mempunyai capaian indikator yang meningkat dari tahun Pada tahun 2014, semua indikator dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal di Kabupaten Banyuwangi betul-betul baik. Pada capaian indikator penyelenggaraan festival seni dan budaya terealisasi 8 kali di tahun Hal ini dikarenakan even-even festival seni dan budaya di Banyuwangi dilaksanakan tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap seni budaya yang terus berkembangan di Banyuwangi, namun juga dilaksanakan dalam rangka memperingati hari-hari bersejarah seperti HUT Kemerdekaan dan Hari Jadi Banyuwangi yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Capaian indikator sarana penyelenggaraan seni dan budaya dari target yang ditentukan sebesar 9 unit sarana dapat terealisasi 9 unit sarana di tahun 2014 sehingga capaian kinerjanya sebesar 100% untuk tahun Capaian ini sama dengan capaian tahun yang juga sebesar 100%. Sedangkan capaian indikator benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dilihat dari realisasi capaian setiap tahunnya juga cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan. Namun pada tahun 2014 capaian benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestirakan dapat ditingkatkan kembali hingga menjadi 25 unit. RKPD Kabupaten Banyuwangi

64 Kesatuan Bangsa dan Politik Penyelenggaraan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik di Kabupaten Banyuwangi memilki sasaran meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum. Capaian kinerja penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ini dapat dilihat dari dua indikator, yakni (1) kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP; serta (2) kegiatan pembinaan politik daerah. Tabel 2.29 RealisasiIndikator Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun Indikator Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan N/A OKP (%) Kegiatan pembinaan politik daerah (%) N/A Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Capaian indikator pada urusan kesatuan bangsa dan politik pada tahun cenderung mengalami peningkatan, meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2013, namun mengalami peningkatan kembali di tahun Hal ini dapat dilihat dari capaian indikator kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP yang semula hanya mampumencapai 20%di tahun 2010 namun di tahun 2014 telah mampu melakukan 100% pembinaan terhadap LSM, ormas dan OKP, meskipun pada tahun 2013 (85%) mengalami penurunan dibandingkan capaian pada tahun 2012(90%). Begitu pula dengan capaian indikator kegiatan pembinaan politik daerah yang telah dilakukan hingga di tahun 2014 telah berhasil mencapai 100% dari yang semula hanya 20% kegiatan pembinaan politik daerah yang dilakukan di tahun Meskipun pada tahun 2013 (85%) mengalami penurunan dibandingkan capaian pada tahun 2012 (95%). RKPD Kabupaten Banyuwangi

65 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian Guna mewujudkan sasaran urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian yaitu Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, dibutuhkan 7 (tujuh) indikator yang harus dicapai, diantaranya: (1) Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk; (2) Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk; (3) Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan; (4) Pertumbuhan ekonomi; (5) Kemiskinan;(6) Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah; dan (7) Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat. Tabel 2.30 Realisasi Indikator Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun Indikator Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk 1:0,84 1:0,81 1:0,088 1:1,09 01:0,3 01:0,3 Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Pertumbuhan ekonomi Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah 44,4 39,2 42,9 51,24 66,86 67, , ,76 6,94 ada ada ada ada ada Ada RKPD Kabupaten Banyuwangi

66 Indikator Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat (%) ,29 79,81 79,85 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Dari tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran yang ditetapkan, secara umum capaian kinerja sasarannya mengalami perubahan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, maka capaian kinerja tahun 2014 mengalami peningkatan. Adapun capaian indikator rasio jumlah polisi pamong praja per penduduk di tahun 2014 mengalami capaian yang sama pada tahun 2013 yakni 01:0,3, namun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan capaian di tahun 2012 yakni 1:1,09. Sedangkan capaian indikator jumlah linmas per jumlah penduduk mengalami peningkatan di tahun 2014 yakni mencapai 67,05% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 66,86%. Sedangkan capaian indikator rasio pos siskamling per jumlah desa/kelurahan di tahun mengalami kondisi yang stabil yakni mencapai 86, capaian rasio tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan capaian rasio pada tahun , yakni 85. Selain itu, Kabupaten Banyuwangi juga masih tetap konsisten dalam meningkatkan kinerjanya dalam sistem informasi pelayanan perijinan dan administrasi Pemerintah sejak tahun 2009 hingga tahun Sehingga hal ini berpengaruh pula pada capaian indeks kepuasan layanan masyarakat yang selalu mengalami peningkatan pula dari tahun , hingga mencapai 79,85% Ketahanan Pangan Penyelenggaraan urusan ketahanan pangan di Kabupaten Banyuwangi dapat diukur dari tiga indikator, antara lain: (1)produksi beras; (2) produksi gabah; dan (3) ketersediaan pangan utama. Ketiga indikator tersebut bertujuan untuk mencapai sasaran meningkatnya daya saing daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian. RKPD Kabupaten Banyuwangi

67 Tabel 2.31Realisasi Indikator Urusan Ketahanan Pangan Tahun Indikator Produksi Beras (Ton) ,11 Produksi Gabah (Ton) Ketersediaan Pangan Utama 286,16 297,15 271,08 317,51 305,63 333,59 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Produksi pangan beras, gabah, dan ketersediaan pangan utama di Kabupaten Banyuwangi sejak tahun cenderung menunjukkan kondisi yang baik. Meskipun pada tahun 2014, capaian produksi beras mengalami penurunan dibandingkatn tahun 2013, yakni dari ton menjadi ,11 Ton. Begitu pula produksi gabah yang sempat mengalami penurunan pada tahun 2013 dibandingkan capaian di tahun 2012, yakni dari ton menjadi ton, namun capai tersebut kembali menurun meningkat di tahun 2014, yakni ton.begitu juga capaian yang terjadi pada indikator ketersediaan pangan utama di tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian 2012, yakni dari 317,51 ton menjadi 305,63 ton, namun di tahun 2014 mengalami peningkatan capaian yakni 333,59 ton. Kondisi yang demikian didasarkan pada persoalan berikut ini. 1. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian secara sistematis dan bersifat permanen; 2. Terjadi alih fungsi komoditi tanaman pangan ke hortikultura, sehingga menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan. 3. Terjadinya serangan organisme pengganggu tanamanyang semakin meningkat dan bersifat sporadis, sehinggamempengaruhi produksi dan kualitas tanaman; 4. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah dan produktivitas lahan karena pengggunaan pupuk an-organik yang berlebihan dalam jangka waktu lama, sehingga produktivitas tanaman sulit ditingkatkan secara signifikan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

68 5. Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian terutama dalam pemakaian pupuk berimbang dan penggunaan benih unggul bersertifikat Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa memiliki sasaran meningkatnya peranan kelompok-kelompok dalam masyarakat di dalam berbagai kegiatan pembangunan. Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian sasaran ini diantaranya; (1)rata-rata jumlah kelompok binaan PKK; (2)jumlah LSM; (3) LPM Berprestasi; (4) PKK aktif; (5)posyandu aktif; dan (6)swadaya masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat. Tabel 2.32 Realisasi Indikator Pemberdayaan Masyarakat Dan DesaTahun Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah LSM LPM Berprestasi PKK aktif Posyandu aktif Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat ,12 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa indikator sasaran dalam penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa mengalami peningkatan kuantitas pada tahun 2014, kecuali jumlah LSM dan LPM berprestasi. Hal ini tidak berarti capaian kinerja yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK mengalami peningkatan yaitu capaian rata-rata jumlah kelompok binaan PKK di tahun 2014 sebesar 90 kelompok. Jumlah LSM mengalami penurunan yang sangat drastis di tahun 2014 dibandingkan di tahun 2013 yakni sebanyak dari 155 LSM menjadi 22 LSM.Begitu pula dengan LPM berprestasi juga mengalami RKPD Kabupaten Banyuwangi

69 penurunan di tahun 2014 bila dibandingkan dengan capaian di tahun 2013, yakni dari 37 LPM berprestasi menjadi 19 LPM berprestasi.sedangkan capaian indikator PKK aktif mengalami stagnasi dari tahun , yakni sebanyak 100 PKK. Begitu juga dengan Posyandu aktif berjumlah 100 posyandu dari tahun Sedangkan capaian indikator swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat mengalami peningkatan di tahun 2014 yakni 94,12 di bandingkan tahun 2013 yang mencapai Statistik Penyelenggaraan urusan statistik di Kabupaten Banyuwangi dapat diukur dengan indikator ketersediaan Buku "Banyuwangi Dalam Angka" dan Buku "PDRB Kabupaten". Indikator ini memilki sasaran Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Indikator Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka telah tersedia pada setiap tahun, sampai dengan tahun Begitu pula dengan buku PDRB Kabupaten, dimana pada tahun 2014juga telah tersedia. Tabel 2.33 Realisasi Indikator Urusan Statistik Tahun Indikator Buku "Kabupaten Dalam Angka" ada ada ada ada ada ada Buku "PDRB kabupaten" - - ada ada ada ada Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, Kearsipan Indikator capaian kinerja yang digunakan untuk mengukur penyelenggaraan urusan kearsipan yaitu (1) pengelolaan arsip secara baku; (2) Peningkatan SDM pengelola kearsipan; dan (3)tersimpannya arsip inaktif dan statis. RKPD Kabupaten Banyuwangi

70 Tabel 2.34 Realisasi Indikator Urusan Kearsipan Tahun Indikator Pengelolaan arsip secara baku (%) , Peningkatan SDM pengelola kearsipan (%) Tersimpannya arsip inaktif dan statis (%) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Indikator urusan kearsipan secara umum tiap tahun angkanya mengalami peningkatan, begitu pula realisasi yang dilaksanakan sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pengelolaan arsip secara baku atau SKPD yang mengetrapkan pengelolaan arsip secara baik dan benar pada tahun 2012 mencapai 40% dengan capaian kinerja sebesar 100%. Peningkatan SDM pengelola arsip pada tahun 2014 terealisasi sebesar 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan, sehingga kinerjanya mencapai 100%. Sementara indikator tersimpannya arsip inaktif dan statis tahun 2014 mengalami peningkatan hingga 10% dari tahun 2013, sehingga capaian di tahun 2014 menjadi 60% Komunikasi Dan Informatika Penyelengaraan urusan komunikasi dan informatika bertujuan untuk mencapai sasaran meningkatnya sarana informasi Kabupaten Banyuwangi. Keberhasilan pencapaian urusan ini dapat dilihat dari 5 (lima) indikator, diantaranya: (1) jumlah jaringan komunikasi; (2) jumlah surat kabar nasional/lokal; (3)jumlah penyiaran radio/tv lokal; (4)jumlah penyiaran TV lokal; dan (5)web site milik pemerintah daerah. Secara umum, kelima indikator tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2014, kecuali untuk indikator jumlah jaringan komunikasi, jumlah surat kabar nasional/lokal dan web site milik pemerintah daerah yang secara kuantitas atau jumlah masih tetap dengan tahun sebelumnya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

71 Tabel 2.35 RealisasiIndikator Urusan Komunikasi Dan InformatikaTahun Indikator Jumlah jaringan komunikasi (jaringan) Jumlah surat kabar nasional/lokal (jenis) Jumlah penyiaran radio/tv lokal 37/1 40/1 44/1 49/2 51/2 54/2 (penyiaran/ tayang) Jumlah penyiaran TV lokal (tayang) Web site milik pemerintah daerah (website) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Jumlah jaringan komunikasi mulai mengalami peningkatan pada setiap tahunnya sejak tahun masing-masing 1 unit, namun pada tahun tidak ada penambahan jumlah jaringan komunikasi, sehingga pada tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi tetap memiliki 13 jaringan komunikasi. Sedangkan jumlah surat kabar nasional/lokal mengalami penambahan pada tahun 2012 sebanyak 3 jenis dari tahun sebelumnya, sehingga pada tahun 2012 Kabupaten Banyuwangi memiliki 18 jenis surat kabar nasional/local, jumlah tersebut tetap sama hingga di tahun 2014.Sedangkan jumlah penyiaran radio/tv lokal di Kabupaten Banyuwangi selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga tahun 2014, yakni 37 penyiaran radio dan 1 tayangan TV lokal di tahun 2009, meningkat menjadi 54 penyiaran radio dan 2 tayangan TV lokal. Sehingga capaian indikator jumlah penyiaran TV lokal di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 sebanyak 2 tayangan. Selain itu, dalam meningkatkan akses komunikasi dan informasi, Kabupaten Banyuwangi juga telah membuat web site milik pemerintah daerah, dimana sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap mengelola dengan baik web site tersebut yang hanya berjumlah 1 web site. RKPD Kabupaten Banyuwangi

72 Perpustakaan Penyelenggaraan urusan perpustakaan dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan perpustakaan yaitu Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur tercapainya sasaran ini diantaranya: (1) jumlah perpustakaan; (2)jumlah pengunjung perpustakaan pertahun; dan (3) koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah. Tabel 2.36 RealisasiIndikator Urusan Perpustakaan Tahun Indikator Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan urusan perpustakaan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada capaian indikator jumlah perpustakaan, meskipun secara kuantitas di tahun 2013 mengalami peningkatan, dimana Kabupaten Banyuwangi pada tahun memiliki dua unit perpustakaan. Namun peningkatan jumlah perpustakaan tersebut tidak mempengaruhi jumlah pengunjung perpustakaan pertahun dan jumlah koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah. Apabila ditinjau dari jumlah pengunjung perpustakaan pertahun meskipun pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni mencapai pengunjung, namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan capain pada tahun 2012 yang mencapai pengunjung dengan hanya memiliki 1 perpustakaan. Seharusnya dengan memiliki 2 perpustakaan, seharusnya RKPD Kabupaten Banyuwangi

73 capaian jumlah pengunjung perpustakaan per tahun harus melebihi atau mencapai dua kali lipat dari capaian Hal ini menunjukkan bahwa strategi promosi yang dilakukan oleh perpustakaan daerah masih sangat minim, sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan yang baik di perpustakaan dan lebih aktif lagi melakukan promosi terhadap keberadaan perpustakaan. Sedangkan ditinjau dari koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah meskipun pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya, yakni sebanyak koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah, namun jumlah tersebut juga tidak sebanding dengan jumlah koleksi buku di tahun 2011 yang mencapai koleksi buku dengan hanya memiliki 1 perpustakaan.hal ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan perpustakaan dalam hal pengadaan dan perawatan koleksi buku perlu ditingkatkan kembali. Sehingga koleksi buku yang ada dapat tetap terawat dan ter-update. Apabila buku-buku koleksi tersebut dapat terawat dengan baik dan ter-update hal ini juga dapat meningkatkan pula jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Fokus Layanan Urusan Pilihan Fokus layanan pada urusan pilihan Kabupaten Banyuwangi, terdiri dari delapan urusan antara lain urusan pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan ketransmigrasian Pertanian Urusan Pertanian menjadi urusan pertama yang akan dipaparkan, dimana urusan ini mengemban sasaran meningkatnya daya saing daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian.indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam urusan pertanian diantaranya:(1) produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar; (2) Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB; (3) Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB; (4) Kontribusi RKPD Kabupaten Banyuwangi

74 Produksi kelompok petani terhadap PDRB; dan (5) Cakupan bina kelompok petani. Tabel 2.37 RealisasiIndikator Urusan Pertanian Tahun Indikator Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar 62,51 67,94 65,22 65,30 65,87 65,06 (%) Kontribusi sektor pertanian/perkebunan 49,18 49,23 46,59 46,19 45,52 49,37 terhadap PDRB (%) Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB 8,99 8,99 8,19 7,73 7,85 9,15 (%) Kontribusi Produksi kelompok petani - 3,52 3,8 3,98 4,18 4,2 terhadap PDRB (%) Cakupan bina kelompok petani (%) 25,75 25,95 26,6 26,96 26,99 27,15 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum, indikator sasaran dalam urusan pertanian telah mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.pada indikator produktifitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar mengalami penurunan di tahun 2014 yakni 65,06% bila dibandingkan tahun 2013 yakni 65,87%. Meskipun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan, dan tahun-tahun sebelumnya juga selalu mengalami peningkatan. Sedangkan capaian indikator kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB mengalami peningkatan kembali di tahun 2014, setelah mengalami penurunan di tahun 2013, dimana pada tahun 2014 mencapai 49,37% dari 45,52% di tahun Begitu juga dengan capaian indikator kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB kembali mengalami peningkatan di tahun 2014, setelah mengalami penurunan di tahun 2012, dan peningkatan yang kurang signifikan di tahun 2013, dimana pada tahun 2014 mencapai 9,15% dari 7,73% di tahun 2012 dan 7,85% di tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

75 Disisi lain peningkatan tren pada setiap tahunnya terjadi pada capaian indikator kontribusi produk kelompok petani terhadap PDRB dan indikator cakupan bina kelompok petani. Pada capaian indikator kontribusi produksi kelompok petani terhadap PDRB di tahun 2014 mencapai 4,2% dari 4,18% di tahun Sedangkan capaian indikator cakupan bina kelompok petani di tahun 2014 mencapai 27,15% dari 26,99% di tahun Kehutanan Hutan merupakan sumber kehidupan, yang perlu dilestarikan. Untuk itu, guna mengetahui optimalisasi kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam urusan kehutanan, dapat diketahui melalui pencapaian indikator berikut, yakni: (1) rehabilitasi hutan dan lahan kritis; (2) kerusakan kawasan hutan; dan (3) kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB. Tabel 2.38 Realisasi Indikator Urusan Kehutanan Tahun Indikator Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 1,01 1,01 1,03 1,05 1,08 1,6 (%) Kerusakan Kawasan Hutan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 (%) Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB (%) 1,06 1,06 1,63 1,52 1,59 1,53 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini sebagai bentuk upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, yang dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan, khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Atas segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam meningkatkan upaya RKPD Kabupaten Banyuwangi

76 rehabilitasi hutan dan lahan kritas, sehingga pada setiap tahunnya mengalami peningkatan, hingga di tahun 2014 menjadi 1,6%. Peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang dilakukan Pemerintah Banyuwangi pada setiap tahunnya tersebut juga disebabkan kerusakan kawasan hutan di kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan di tahun 2013 yakni 0,05%, namun berhasil diturunkan pada tahun 2014 yakni 0,04%, meskipun capaian pada tahun 2014 tersebut masih dalam kondisi yang sama pada tahun Sedangkan capaian indikator kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB mengalami kondisi yang fluktuatif, dimana pada tahuan selalu mengalami peningkatan dari 1,06% (tahun 2009) menjadi 1,635 (ditahun 2012), kemudian mengalami penurunan menjadi 1,52% (tahun 2012), dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2013 menjadi 1,59% dan mengalami penurunan kembali di tahun 2014 menjadi 1,53% Energi dan Sumber Daya Mineral Penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya mineral bersinergi dengan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal/investasi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun Untuk mencapai sasaran ini salah satunya digunakan indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Tabel 2.39 Realisasi Indikator Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral Tahun Indikator Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, ,08 4,04 4,42 4,37 4,33 4,04 Indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB setiap tahun mengalami fluktuasi. Namun secara garis besar dari tahun kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan kinerja yang stabil atau stagnan. Sebab capaian indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB pada RKPD Kabupaten Banyuwangi

77 tahun 2014 sama dengan capaian pada tahun 2010, yakni 4,04%. Hal inimenandakan bahwa terjadi kemunduran kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam Penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya mineral. Meskipun pada tahun menjadi sebuah prestasi bagi Pemerintah Banyuwangi dalam penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya mineral yang telah melebihi target yang telah ditentukan pada tahun 2013, sehingga sektor pertambangan di Kabupaten Banyuwangi masih dapat diperhitungkan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi Pariwisata Penyelenggaran urusan pariwisata memiliki sasaran meningkatnya pemanfaatan potensi pariwisata seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung, Sukamade dan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan urusan ini diukur dari beberapa indikator, diantaranya:(1) kunjungan wisata Domestik; (2)kunjungan wisata Mancanegara; dan (3) kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB. Tabel 2.40 RealisasiIndikator Urusan Pariwisata Tahun Indikator Kunjungan wisata Domestik (orang) Kunjungan wisata Mancanegara ,483 (orang) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB (%) 4,39 3, ,27 4,07 4,07 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Secara umum capaian indikator dalam penyelenggaraan urusan pariwisatapada tahun menunjukkan tren yang positif. Peningkatan kunjungan wisata domestik yang sangat pesat mulai terjadi RKPD Kabupaten Banyuwangi

78 pada tahun 2012, dimana capaiannya lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2011, yakni mencapai orang di tahun Jumlah tersebut kemudian semakin meningkat hingga di tahun 2014 mencapai orang kunjungan wisata domestik. Sama halnya dengan kunjungan wisata domestik, kunjungan wisata mancanegara juga mengalami peningkatan pada setiap tahun, dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2011, yakni mencapai orang, dan terus meningkat sampai tahun 2014 hingga mencapai orang kunjungan wisata mancanegara. Sedangkan capaian indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB, sempat mengalami penurunan pada tahun , yakni dari 4,39% di tahun 2009 menjadi 0,11% di tahun Namun berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi guna meningkatkan kembali kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB. Upaya tersebut berbuah hasil yang baik, dimana pada tahun 2012 berhasil ditingkatkan sebesar 4,16%dibandingkan dengan tahun 2011, yakni 4,27% di tahun Namun sangat disayangkan capaian tersebut kembali menurun di tahun 2013, sehingga capaian indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB hanya mencapai 4,07% begitu juga dengan capaian 2014 masih tetap sama dengan tahun Kelautan dan Perikanan Penyelenggaraan urusan Kelautan dan Perikanan memiliki sasaran Meningkatnya daya saing daerah dan kemandirianekonomi berbasis pertanian. Untuk mengukur capaian dari urusan kelautan dan perikanan tersebut digunakan beberapa indikator diantaranya: (1) produksi perikanan; (2) konsumsi ikan; (3) cakupan bina kelompok nelayan; (4) jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda; dan (5) produksi perikanan kelompok nelayan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

79 Tabel 2.41 RealisasiIndikator Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun Indikator Produksi perikanan (ton) Konsumsi ikan (%) , ,97 30,1 Cakupan bina kelompok nelayan (kel) Jumlah nelayan yang dapat bantuan Pemda (nelayan) Produksi perikanan kelompok nelayan (ton) ,6 135,1 148,6 337,9 338,23 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Capaian atau realisasi indikator kelautan dan perikanan secara umum mengalami peningkatan. Begitu pula dengan capaian kinerja dari masingmasing indikatornya yang telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan. Pada tahun 2013 produksi perikanan Kabupaten Banyuwangi mencapai ton meningkat di tahun 2014 sampai ton. Capaian indikator konsumsi ikan mengalami peningkatan dari 29,97% ditahun 2013 menjadi 30,1% ditahun Capaian indikator cakupan bina kelompok di tahun 2014 juga meningkat menjadi 85 kelompok. Begitu juga dengan capaian indikator jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda meningkat menjadi 18 nelayan di tahun Selain itu, capaian indikator produksi perikanan kelompok nelayan juga mengalami peningkatan menjadi 338,23 ton di tahun 2014 dari 337,9 ton di tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

80 Perdagangan Capaian penyelenggaran urusan perdagangan dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya: (1)kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB; (2) Ekspor Bersih Perdagangan; dan (3) Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal. Indikator tersebut tidak lain merupakan ukuran untuk mengetahui capaian sasaran dalam Meningkatkan industri olahan dan kreatif berbasis pertanian. Tabel 2.42 RealisasiIndikator Urusan Perdagangan Tahun Indikator Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Ekspor Bersih Perdagangan 23,78 23,79 23,80 27,43 27,41 23, Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Kontribusi sektor perdagangan di Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahun mengalami penurunan bila dibandingkakan dengan capai tahun 2012, yakni 27,43% di tahun 2012, menurun menjadi 27,41% di tahun 2013, dan kembali menurun menjadi 23,83% di tahun Begitu pula dengan capaian indikator ekspor bersih perdagangan yang juga mengalami penurunan di tahun 2014 yakni bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai Sedangkan capaian indikator cakupan bina kelompok pedagang/usaha informas selalu mengalami peningkatan dari tahun , dimana pada tahun 2014 telah mencapai 33 kelompok Perindustrian Penyelenggaraan, pembangunan dan peningkatan sektor industri di Kabupaten Banyuwangi selama tahun cenderung RKPD Kabupaten Banyuwangi

81 menunjukkan kinerja yang fluktuatif. Hal ini disebabkan situasi perekonomian yang kurang mendukung dan minim terwujudnya iklim usaha yang kondusif. Perkembangan kinerja sektor industri dapat dilihat dari indikator berikut: (1) kontribusi sektor industri terhadap PDRB; (2) kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB; (3) pertumbuhan industri; dan (4) cakupan bina kelompok pengrajin. Tabel 2.43 Realisasi Indikator Urusan Perindustrian Tahun Indikator Kontribusi sektor Industri terhadap 5,66 5,65 5,67 6,16 6,01 5,7 PDRB Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB - 5 5,5 9,65 8,36 10,75 sektor Industri Pertumbuhan Industri 4,83 4,83 4,87 6,52 4,83 4,03 Cakupan bina kelompok pengrajin Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Capaian indikator kontribusi sektor industri terhadap PDRB di tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan pada capaiannya di tahun 2013 dan 2012, yakni dari 6,16% di tahun 2012, menurun menjdai 6,01% di tahun 2013 dan kembali menurun mencapai 5,7% di tahun 2014.Sedangkan capaian indikator kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri di tahun 2014 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2013, yakni sebesar 10,75% (tahun 2014) dari 8,36% (tahun 2013). Capaian fluktuatif juga ditunjukkan pada indikator pertumbuhan industri di Kabupaten Banyuwangi, dimana pada tahun 2012 mengalami peningkatan 6,52% dari 4,87% di tahun 2011, yang kemudian mengalami penurunan di tahun 2013 mencapai 4,83% dan kembali mengalami penurunan di tahun 2014 hingga mencapai 4,03%. Sedangkan cakupan bina kelompok pengrajin pada tahun selalu mengalami peningkatan, yakni mencapai 35 cakupan bina kelompok pengrajin di tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

82 Ketransmigrasian Penyelenggaraan urusan ketransmigrasian di Kabupaten Banyuwangi bertujuan untuk mengurangi jumlah pengangguran melalui program transmigrasi. Program transmigrasi yang dijalankan berupa transmigran swakarsa (trans. umum, TSM,& TU). Tabel 2.44 Realisasi Indikator Urusan Ketransmigrasian Tahun Indikator Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU) 12,85 15,57 60,19 14,72 64,17 63,01 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014 Capaian indikator transmigrasi swakarsa (transmigrasi umum, TSM dan TU) di tahun 2014 sebesar 63,01%. Capaian pada tahun 2014 ini mengalami penurunan karena di tahun 2013 yang telah mencapai 64,17%. Meskipundemikian Capaian ini termasuk katagori baik karena dalam mencapai tujuan penyelenggaraan urusan ketransmigrasian untuk mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Banyuwangi Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan daerah lainnya, baik yang berdekatan, domestik ataupun internasional. Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan keunggulan daerah. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, iklim berinvestasi, sumber daya manusia, dan fasilitas wilayah atau infrastruktur. RKPD Kabupaten Banyuwangi

83 Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator yang digunakan aspek daya saing daerah terdiri dari: Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah untuk mengetahui Fokus kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yakni sebesar 7,31 persen (%). Pertumbuhan perekonomian yang signifikan akan meningkatkan daya tarik bagi investor untuk menanamkan saham, khususnya pada sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, demikian juga terhadap sektor lain mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dapat ditunjukkan oleh peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK). Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.45 PDRB ADHK Kabupaten Banyuwangi Tahun No Sektor Realisasi Kondisi Pertanian , , , ,08 2 Pertambangan dan Penggalian , , , ,41 3 Industri , , , ,11 Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air , , , ,98 Minum 5 Bangunan , , , ,06 6 Perdagangan, , , , ,29 Restoran dan Hotel 7 Pengangkutan dan , , , ,70 Komunikasi 8 Bank dan Lembaga , , , ,00 Keuangan 9 Jasa-Jasa , , , ,88 Total , , , ,51 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

84 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sumbangan dari berbagai sektor pada PDRB menunjukkan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan PDRB ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, investasi, dan perdagangan antar daerah. Sektor penopang dominan dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi di tahun 2014 adalah sektor pertanian sebesar 45% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 31%, sedangkan sektor lainnya: sektor pertambangan dan penggalian 5%, industri pengolahan 5%, bangunan 1%, pengangkutan dan komunikasi 3%, bank dan lembaga keuangan 4% dan jasa-jasa 6%. Pada sektor pertanian terjadi peningkatan dari tahun 2012 menuju ke tahun 2013 sebesar 4,16%. Sektor pertanian menyumbang pada PDRB sebesar ,88. Kemudian, sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan dari tahun 2012 menuju ke tahun 2013 sebesar 5 %. Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang pada PDRB sebesar ,09. Pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 5,4 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,36. Kemudian, sektor listrik, gas, dan air minum mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 5,5 %. Sektor listrik, gas, dan air minum menyumbang pada PDRB sebesar ,70. Selain itu, sektor bangunan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,1 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,07. Pada sektor perdagangan, restoran dan hotel mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9,5 %. Sektor perdagangan, restoran dan hotel menyumbang pada PDRB sebesar ,97. Kemudian, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,1 %. Sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang pada PDRB sebesar ,46. Selain itu, sektor bank dan lembaga keuangan mengalami RKPD Kabupaten Banyuwangi

85 peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,8 %. Sektor bank dan lembaga keuangan menyumbang pada PDRB sebesar ,46. Kemudian, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,6 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,05. Peningkatan terjadi pada pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini: Grafik 2.16 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 7,02 %. Kemudian pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,21 %. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang drastis menjadi 7,31 % Iklim Investasi Iklim investasi di dukung oleh berbagai macam pajak dan retribusi daerah. a. Kemudahan Perijinan Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terusmenerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemudahan perijinan. Kemudahan perijinan RKPD Kabupaten Banyuwangi

86 adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Tabel 2.46 Proses Perijinan Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Tahun Lama proses perijinan (%) 86,84 91,67 90,00 93,5 Penyelesaian ijin lokasi (%) ,87 98,15 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Pada dasarnya proses perijinan di Kabupaten Banyuwangi secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam memberikan perhatian terhadap proses perijinan sudah semakin menunjukkan kinerja yang baik. Apabila ditinjau dari capaian indikator lama proses perijinan pada tahun , telah menunjukkan peningkatan capain, meskipun pada tahun 2013 sempat mengalami penurunana dibandingkan tahun 2012, namun di tahun 2014 sudah kembali menunjukkan peningkatan kinerjanya dalam memberikan pelayanan perijinan, yakni mencapai 93,5% di tahun 2014 meningkat dari 90% ditahun 2013, yang sempat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 91,67%. Begitu juga dengan capaian indikator penyelesaian ijin lokasi yang secara umum juga menunjukan kinerja yang baik, meskipun pada tahun 2014 sempat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 98,15% dari 98,87 di tahun sebelumnya. Meskipun demikian, capaian di tahun 2014 tersebut telah mampu mencapai target RPJMD yakni 97,40%. Berikut grafik yang menggambarkan perkembangan kemudahan perijinan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun : RKPD Kabupaten Banyuwangi

87 Grafik 2.17 Perkembangan Proses Perijinan Kabupaten BanyuwangiTahun Lama Proses Perijinan Penyelesaian Ijin Lokasi 94,9 94,2 96,23 97,74 85,75 88,7 91,75 93,5 Penyelesaian Ijin Lokasi Lama Proses Perijinan Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014 b. Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah) Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku). Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dandiberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan). Tabel 2.47 Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Banyuwangi RKPD Kabupaten Banyuwangi

88 Tahun Uraian Tahun Jenis Pajak Daerah Jenis Retribusi Daerah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Jenis pajak daerah pada tahun tidak mengalami peningkatan. Artinya, pengenaan pajak daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih belum mengalami perkembangan hingga di tahun 2014, yakni sebanyak 11 jenis pajak daerah. Sedangkan jenis retribusi daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan kondisi yang fluktuatif selama tahun ini. Dimana pada tahun jenis retribusi daerah berjumlah 36 jenis, dan mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 26 jenis dan kembali meningkat di tahun 2014 menjadi 30 jenis. 40 Grafik 2.18 Perkembangan Jenis Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten BanyuwangiTahun Pajak Retribusi Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah modal dan kekayaan yang penting dari setiap kegiatan manusia agar kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Sumber daya manusia menyangkut dimensi jumlah karakteristik (kualitas) dan persebaran penduduk. Maka, pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan RKPD Kabupaten Banyuwangi

89 sebagai upaya untuk pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan dan latihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas, peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi. Peningkatan untuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia dapat meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indokator dari kualitas sumber daya manusia dalam rangka peningkatana daya saing daerah dapat dianalisis dengan melihat kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat beban ketergantungan penduduk Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusian (SDM) berhubungan dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri maupun luar negeri. Kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2, dan S3. Tabel 2.48 Rasio Penduduk Berijazah Universitas Per Penduduk Kabupaten BanyuwangiTahun Uraian Satuan Tahun Jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 Jiwa (ribu) N/A Jumlah Jiwa N/A Penduduk (ribu) Sumber:Lakip Banyuwangi 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

90 Apabila di amatai dari jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten banyuwangi pada tahun selalu mengalami peningkatan, yakni jiwa di tahun 2012, meningkat menjadi di tahun 2013, dan kembali meningkat menjadi di tahun Peneingkatan jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten Banyuwangi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Banyuwangi mulai memiliki minat untuk meneruskan penidikan ke jenjang perguruan tinggi. Meskipun apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014, kontribusi penduduk lulusan S1/S2/S3 hanya sebesar 0,03% saja. Kontribusi tersebut masih sangat rendah, apabila dibandingkan dengan lulusan SMP dan SMA Tingkat Ketergantungan Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan) digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Dengan konsep ini maka dapat digambarkan jumlah penduduk yang memiliki ketergantungan pada penduduk usia produktif. Konsep ini juga memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Rasio ketergantungan menjelaskan bahwa semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan RKPD Kabupaten Banyuwangi

91 persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Uraian Jumlah penduduk < 15 thn dan >64 tahun Jumlah Penduduk Usia 15-64tahun Rasio ketergantungan Tabel 2.49 Rasio Ketergantungan Kabupaten Banyuwangi Tahun Satuan Jiwa (ribu) Jiwa (ribu) Tahun N/A N/A % N/A 0,434 0,411 0,406 Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Rasio ketergantungan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun telah menunjukkan perkembangan yang baik, dimana pada setiap tahunnya telah mengalami penurunan, yakni dari 0,434 di tahun 2012 menurun menjadi 0,411 di tahun 2013 dan kembali mengalami penurunan di tahun 2014 pada capaian 0,406. Hal ini menunjukkan, bahwa beban yang di tangguang oleh penduduk produktif atas penduduk yang tidak produktif semakin berkurang. Meskipun memang pada setiap tahunnya penduduk dengan usia tidak produktif (<15 tahun dan >64 tahun) selalu mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang memiliki usia produktif. Pada tahun 2014, capaian jumlah penduduk tidak produktif hanya jiwa, sedangkan capaian jumlah penduduk produktif sebesar jiwa, sehingga rasio ketergantungan pada tahun 2014 hanya sebesar 0,406. Degan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin rendahnya persentase rasio ketergantungan pada tahun 2014 menunjukkan semakin renadahnya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. RKPD Kabupaten Banyuwangi

92 Infrastruktur Analisis kinerja infrastruktur dilakukan terhadap beberapa indikator meliputi rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal pertahun, ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis, kelas, dan jumlah restoran, jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon. Infrastruktur yang tersedia dapat menunjang daya saing daerah untuk mendukung aktivitas ekonomi pada berbagai sektor di daerah dan antarwilayah AksesibilitasDaerah Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas daerah dapat dihitung dengan beberapa indikator sebagai berikut: a. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Jumlah arus penumpang angkutan umum pada tahun selalu mengalami peningkatan, yakni penumpang di tahun 2011, meningkat menjadi penumpang di tahun 2012, kembali mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi penumpang. Namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi penumpang. Penurunan jumlah arus penumpang angkuta umum di tahun 2014 ini dikarenakan animo masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dalam aktivitasnya semakin berkurang, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga di butuhkan upaya perbaikan kendaraan RKPD Kabupaten Banyuwangi

93 dan promosi terhadap angkutan umum agar masyarakat kembali menggunakan angkutan umum semaga moda transportasi utama. Tabel 2.50 Jumlah Arus PenumpangTerangkut Angkutan Umum (dalam 1 Tahun) Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Jumlah arus penumpang Angkutan Umum Tahun Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 b. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus Per Tahun Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus pada tahun masih tetap sama, yakni 2 Pelabuhan Laut, 1 bandara dan 8 terminal bus. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum ada penambahan kuantitaspelabuhan laut/udara dan terminal bus. Fohus Pemerintah Kabupaten banyuwangi saat ini adalah lebih pada perawatan sarana dan prasarana pelabuhan laut/udara/terminal bus dengan mengoptimalkan pemanfaatannya untuk memfasilitasi masyarakat uang menggunakan moda transportasi umum. Tabel 2.51 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun Uraian Jumlah Pelabuhan 2/1/8 2/1/8 2/1/8 2 /1/ 8 Laut/Udara/Terminal Bus Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi Penataan Wilayah a. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Ketaatan terhadap RTRW merupakan kesesuaian implementasi tataruang hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional dengan peruntukan yang RKPD Kabupaten Banyuwangi

94 direncanakan sesuai dengan RTRW. Selama dua tahun terakhir, persentase ketaatan terhadap RTRW di Kabuapeten Banyuwangi dalam kondisi baik. Ketaatan ini salah satunya ditunjukkan dengan rasio bangunan ber-imb pada tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, kondisi tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sehingga kondisi ketaatan terhadap RTRW dapat diaktegorikan dalam kondisi yang baik dari tahun Tabel 2.52 Rasio Ketaatan Terhadap RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Satuan Tahun Ketaatan terhadap RTRW Kondisi Baik Baik Baik Baik Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 b. Luas Wilayah Produktif Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Luas wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 mengalami penurunan dibandingakn pencapaian pada tahun 2013, yakni 50,70% di tahun 2014 mengalami penurunan dari 52,45 di tahun Tabel 2.53 Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten BanyuwangiTahun Tahun Uraian Satuan Luas wilayah % 57,65 83,85 52,45 50,70 produktif Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Apabila ditinjau dari tabel diatas, menunjukkan bahwa penurunan luas wilayah produktif yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2013, yakni dari 83,85% di tahun 2012 menjadi 52,45% di tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

95 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pada setiap tahunnya luas wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi semakin mengalami penyempitan dan terjadi alih fungsi lahan. c. Luas Wilayah Industri Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industri terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Luas wilayah industri selalu menunukkan perluasan wilayah dari tahun , yakni dari 2,2% di tahun 2011 meningkat menjadi 2,50% di tahun Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaaan industri di Kabupaten Banyuwangi semakin berkembang hingga tahun 2014 ini.meskipun pada tahun 2013 sempat mengalami penurunan luas wilayah industri menjadi 2,35%. Namun penurunan tersebut kembali mengalami peningkatan yang sangat drastis di tahun Tabel 2.54 Persentase Luas Wilayah Industri Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Satuan Tahun Luas wilayah industri % 2,2 2,39 2,35 2,50 Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 d. Luas Wilayah Perkotaan Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.Luas wilayah perkotaan, pada tiap tahunnya sejak tahun selalu mengalami peningkatan, yakni dari 9,6 di tahun 2011 meningkat menjadi 9,9% di tahun Peningkatan yang terjadi selama jangka waktu 4 tahun tersebut sebesar 0,3%. Tabel 2.55 Persentase Luas Wilayah Perkotaan Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun Uraian Satuan Luas wilayah % 9,6 9,65 9,85 9,9 perkotaan Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 RKPD Kabupaten Banyuwangi

96 Ketersediaan Air Bersih Air Bersih(clean Water) adalahair yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air Minum(drinking water) merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Tabel 2.56 Jumlah Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih Kabupaten BanyuwangiTahun Uraian Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Tahun Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2014 jumlah rumah tangga pengguna air bersih selalu meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan di tahun Hal ini dapat dilihat pada perkembangannya di tahun 2011, peningkatan rumah tangga pengguna air bersih mengalami peningkatan sebesar 3,25% dibandingkan dengan tahun 2010, yakni mencapai RT. Pada tahun 2012, peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu 22,57% sehingga capaiannya sebesar rumah tangga. Namun pada tahun 2013terjadi penurun rumah tangga pengguna air bersih sebesar 6,6%, sehingga di tahun 2013 hanya terdapat RT yang menggunakan air bersih. Meskipun demikian, peningkatan jumlah rumah tangga pengguna air bersih sangat signifikan terjadi di tahun 2014, yakni mencapai RT. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk hidup sehat semakin meningkat dengan menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-harinya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

97 Fasilitas Listrik dan Telepon a. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: Tabel 2.57 Jumlah Rumah Tangga yang Berlistrik Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun Uraian PersentaseRumah 49, ,55 86,19 Tangga Berlistrik Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Apabila mengacu pada capaian persentase rumah tangga berlistrik seperti pada tabel di atas menunjukkan peningkatan pada setiap tahunnya selama tahun Pada tahun 2012 persentase rumah tangga yang berlistrik mengalami peningkatan yang sangat drastis dibandingkan tahun-tahun berikutnya, yakni mencapai 71% di tahun 2012 dari yang sebelumnya hanya 49,85% di tahun Selain itu pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan terhadap jumlah rumah tangga berlistrik sebesar 85,55% dan di tahun 2014 mencapai 86,19%. Peningkatan pencapaian persentase rumah tangga berlistrik di Kabupaten Banyuwangi pada tahun menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat Banyuwangi semakin meningkat. Namun Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih memiliki tugas wajib yaitu meningkatkan ketersediaan listrik di seluruh masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Pencapaian sebesar 86,19% harus tetap dijadikan motivasi untuk mencapai 100% seluruh masyarakat mendapatkan listrik. Hal inilah yang nantinya menjadi sebuah modal para masyarakat untuk lebih dapat meningkatkan kesejahteraannya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

98 Ketersediaan Restoran (persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas) Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukkan tingkat daya tarik investasi suatu daerah.banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluangpeluang yang ditimbulkannya.restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Pada tahun 2012, jenis, kelas, dan jumlah restoran mengalami penurunan, akan tetapi capaian ini sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun Tabel 2.58 Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten BanyuwangiTahun Tahun Uraian Jenis, kelas, dan jumlah restoran Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Namun pada tahun 2013 jenis, kelas dan jumlah restoran mengalami peningkatan menjadi 90. Dapat lebih dijelaskan pada gambar di bawah ini: Grafik 2.19 Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten BanyuwangiTahun Tahun 2011 Tahun 2013 Tahun 2011 Tahun 2012 Jenis, kelas, dan jumlah restoran Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 RKPD Kabupaten Banyuwangi

99 Walaupun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7,8 % kemudian tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 90 jenis, kelas dan jumlah restoran. Peningkatan tersebut menunjukan tingkat daya tarik investasi pada Kabupaten Banyuwangi. Banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya Ketersediaan Penginapan Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel. Namun pada tahun 2012, jumlah penginapan dan hotel di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan, namun capaian ini masih sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun Tabel 2.59 Jumlah Hotel dan Penginapan Tahun Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Jumlah Hotel dan Penginapan Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014 Namun pada tahun 2013 jumlah hotel dan penginapan mengalami peningkatan menjadi 70. Dan peningkatan yang terjadi pada tahun 2013 jika di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 20,8 %. Peningkatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: RKPD Kabupaten Banyuwangi

100 Grafik 2.20 Jumlah Hotel dan Penginapan Tahun Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Peningkatan pada ketersediaan penginapan/hotel dapat meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu yang meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah tertuang dalam lampiran dokumen ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

101 2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah Berikut ini akan dipaparkan mengenai tabel prioritas tingkat nasional dan provinsi pada tahun Dalam tabel tersebut akan dipaparkan mengenai keterkaitan antara prioritas sasaran yang dilakukan pemerintah ditingkat nasional dan provinsi yang menjadi acuan dari pemerintah kabupaten Banyuwangi dalam menentukan prioritas pembangunan ditahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

102 TABEL 2.60 PRIORITAS TINGKAT NASIONAL DAN PROVINSI PADA TAHUN 2015 TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI 1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama - Pengendalian Jumlah Penduduk - Reformasi Pembangunan Kesehatan - Reformasi Pembangunan Pendidikan - Sinergi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 2. Ekonomi - Transformasi sektor industri dalam arti luas - Peningkatan daya saing tenaga kerja - Peningkatan daya saing UMKM dan Koperasi - Peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi - Reformasi keuangan negara 3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi - Peningkatan Kapasitas Iptek 4. Sarana dan Prasarana - Peningkatan Ketahanan air - Peningkatan konektifitas nasional - Peningkatan ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar 5. Politik - Konsolidasi demokrasi 6. Pertahanan dan Keamanan - Percepatan pembangunan MEF dengan pemberdayaan industri pertahanan - Peningkatan ketertiban dan keamanan dalam negeri 7. Hukum dan Aparatur - Reformasi birokrasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan publik - Pencegahan dan pemberantasan korupsi 8. Wilayah dan Tata Ruang - Pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan - Pengelolaan resiko bencana - Sinergi pembangunan pedesaan 9. Sumberdaya Alam dan Lingkungan - Perkuatan ketahanan Pangan - Peningkatan ketahanan energi 1. Kemandirian Ekonomi - Pengurangan ketergantungan terhadap impor bahan baku dan bahan penolong serta barang jadi - Penguatan daya saing daerah baik sumber daya manusia maupun produk daerah. - Peningkatan perdagangan luar negeri (export) dan surplus neraca perdagangan dalam negeri. 2. Pembangunan industri Hulu-Hilir - Pengembangan industri dasar dengan upaya penguatan struktur industri - Pengembangan hilirisasi industri - Peningkatan produk bahan baku/penolong domestik sebagai pengganti/substitusi impor 3. Pembangunan agrobisnis dan agroindustri serta UMKM - Peningkatan produktivitas pertanian guna meningkatkan NTP - Pengembangan agroindustri di arahkan pada sentra-sentra produksi dimana berfungsi untuk pengembangan UMKM berbasis hasil pertanian 4. Pembangunan Infrastruktur - Regulasi pendukung penguatan kemandirian ekonomi agar dapat berpihak pada kekuatan ekonomi domestik - Pengembangan sarana dan prasarana infrastruktur untuk mendorong pertumuhan ekonomi (kelancaran arus barang dan jasa) dan peningkatan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar masyarakat serta 1. Pendidikan - Peningkatan akses dan kualitas pendidikan yang bermoral dan berakhlak 2. Kesehatan - Peningkatan akses dan kualitas kesehatan 3. Pertanian - Revitalisasi sektor pertanian - Pengembangan industri olahan dan kreatif berbasis pertanian 4. Pariwisata - Pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal - Pelestarian dan pengembangan budaya lokal 5. UMKM - Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro kecil dan menengah berbasis kelompok dan kluster - Penguatan regulasi ekonomi kerakyatan daerah RKPD Kabupaten Banyuwangi

103 TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI - Percepatan pembangunan kelautan - Peningkatan keekonomian keanekaragaman hayati dan kualitas lingkungan hidup pengurangan disparitas antar wilayah - Meningkatkan porsi kredit kepada UMKM melalui Bank Umum, Bank UMKM (penambahan penyertaan modal dan BPRKabupaten/Kota Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah Berikut ini akan dijelaskan mengenai permasalahan pembangunan yang dibuat tiap urusan yang menyangkut layanan dasar dan tugas/fungsi tiap SKPD. tabel dibawah ini meliputi penjelasan mengenai kriteria, urusan, faktor keberhasilan dan permasalahan. Kriteria merupakan indikator kinerja dari setiap urusan, urusan terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan, faktor keberhasilan adalah faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target indikator kinerja, kemudian permasalahan adalah kendala yang dihadapi dalam upaya mencapai target kinerja. Penjelasan lebih lengkap akan dijabarkan melalui tabel identifikasi permasalahan pemerintah daerah berikut ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

104 TABEL 2.61IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) A URUSAN WAJIB 1 APM (%) APK (%) APS (%) Angka Kelulusan Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah Rasio guru/murid per kelas rata-rata Angka Melek Huruf (%) Angka rata-rata lama sekolah Pendidikan Anak Usia Dini Angka Melanjutkan PENDIDIKAN 1. kurangnya kesadaran masyarakat buta huruf akan pentingnya baca, tulis dan hitung. 2. kurang terdeteksinya anak berkebutuhan khusus usia sekolah; 3. jumlah masyarakat buta aksara relatif masih tinggi; 4. rendahnya partisipasi wali murid dan guru tentang pentingnya pendidikan 5. masih rendahnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan 6. kurangnya kesadaran orang tua dalam hal pentingnya melanjutkan sekolah ke jenjang SMP 7. anggapan masyarakat bahwa usia tahun sudah siap untuk bekerja dan tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi 8. Masih terdapatnya penduduk dengan umur yang tidak proporsi memasuki jenjang pendidikan yang sesuai 9. Rendahnya kesadaran orang tua dan minimnya sosialisasi pentingnya pendidikan sejak dini dan mensekolahkan anaknya diumur 7-12 tahun di tingkat SD/MI/Paket A; 10. masih adanya anak kebutuhan khusus yang tidak bersekolah RKPD Kabupaten Banyuwangi

105 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 11. Rendahnya kesadaran orang tua untuk segera mensekolahkan/melanjutkan jenjang sekolah anak ketika sudah siap usia ke tingkat SMP/MTs/Paket B; 12. masih adanya anak kebutuhan khusus yang tidak bersekolah 13. Tingginya anggapan dari masyarakat bahwa usia sekitar tahun sudah siap untuk bekerja dan tidak melanjutkan ke jenjang SMA/SMK/MA/ Paket C 2 Rasio posyandu per satuan balita Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk Rasio Rumah Sakit per penduduk Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga kefarmasian per penduduk Rasio tenaga ahli gizi per penduduk Jumlah Rumah Sakit Jumlah Puskemas, Pustu, Pusling Jumlah Tenaga Medis Keperawatan (perawat dan bidan) Kefarmasian (apoteker dan ahli farmasi) Tenaga kesehatan Sanitarian Ahli gizi Rasio tenaga medis per 1000 penduduk Rasio tenaga keperawatan per penduduk KESEHATAN 1. Masih sering terjadinya keterlambatan dalam pengenalan resiko kematian dan komplikasi pada bayi sejak dini, 2. minimnya peningkatan SDM teknis, masih terbatasnya pelatihan kader penanganan pertama gawat darurat. 3. Keterlambatan mendeteksi, rujukan dan penanganan rujukan, 4. kurang optimalnya kompetensi dan kepatuhan tugas dalam layanan ibu hamil sesuai standar. 5. dari realisasi yang ada, masih terdapat sekitar 0,20% total penduduk yang perlu dicapai angka usia harapan hidupnya. 6. terbatasnya jumlah tim motivator gizi, 7. masih belum dapatnya dipastikan telah diberikannya makanan tambahan balita yang baik dan sesuai kesehatan. RKPD Kabupaten Banyuwangi

106 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan Desa / kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi Cakupan puskesmas Cakupan pembantu puskesmas BOR (Bed Occupancy rate ) AVLOS ( Average Length of Stay) BTO (Bed Turn Over) TOI ( Turn Over Interval) Angka Kematian > 48 jam (GDR) Angka Kematian < 48 jam (NDR) 3 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Rasio Jaringan Irigasi Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Persentase rumah tinggal bersanitasi Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per PEKERJAAN UMUM 1. Perlunya pemerataan pembangunan saluran irigasi yang banyak mengalami kerusakan 2. Lemahnya inventarisasi data terkait dengan urusan pekerjaan umum, baik mengenai ruas jalan kondisi rusak, ruas jalan yang bersaluran drainase, rumah tinggal bersanitasi dan layak huni RKPD Kabupaten Banyuwangi

107 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) satuan penduduk Rasio rumah layak huni Rasio permukiman layak huni Panjang jalan dilalui Roda 4 Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui roda 4) Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ saluran pembuangan air (minimal 1,5 m) Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Lingkungan Pemukiman Pembangunan waduk, embung dan longstorege, cek dam, ground sill Pembangunan infrastruktur pengaman pantai dan muara sungai 4 Rumah tangga pengguna air bersih Rumah tangga pengguna listrik Rumah tangga ber-sanitasi Rumah layak huni 5 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB 3. Terbatasnya kuantitas dan kapasitas SDM teknis, 4. Banyak saluran irigasi yang masih menggunakan sistem irigasi non teknis 5. Minimnya alokasi anggaran yang diperuntukkan pembangunan jalan menuju obyek wisata serta perbaikan ruas jalan yang panjang dan luas 6. Kurang memadainya peralatan pembangunan jalan serta terbatasnya pembebasan lahan untuk pelebaran jalan PERUMAHAN RAKYAT 1. Minimnya sarana dan prasarana lingkungan permukiman 2. Minimnya penyediaan utilitas lingkungan permukiman PENATAAN RUANG 1. Terbatasnya luas wilayah yang bisa dibebaskan lahannya untuk RTH. RKPD Kabupaten Banyuwangi

108 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 2. Target dalam RPJMD terlalu tinggi padahal arahan dari SPM bahwa setiap tahun kabupaten harus memenuhi 25% dari 30% luasan wilayah yang nantinya terbagi selama 5 tahun periode RPJMD 6 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD PERENCANAAN PEMBANGUNAN 1. Data yang dimiliki oleh beberapa SKPD untuk kepentingan penyusunan RPJMD cenderung sulit untuk diperoleh. 2. SKPD belum merujuk secara terperinci dokumen RPJMD untuk menyusun renstra skpd 3. Inventarisasi data dari SKPD yang menunjukkan data paling update cenderung sulit untuk didapatkan 4. SKPD belum merujuk secara terperinci dokumen RPJMD untuk menyusun renja SKPD Terdapat ketidakseimbangan antara beban kerja dengan jumlah personel 5. Rendahnya kompetensi dari Sumber Daya Manusia (Aparatur) dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, termasuk kompetensi dalam menentukan target pembangunan 6. Belum optimalnya ketersediaan data yang ada di setiap SKPD untuk menunjang proses perencanaan baik untuk tingkat kabupaten maupun masing-masing SKPD RKPD Kabupaten Banyuwangi

109 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 7. Prosesntase program yang tertuang dalam RKPD belum bisa diukur apakan sudah merepresentasikan dari RPJMD 7 Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis Angkutan darat Kepemilikan KIR angkutan umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Pemasangan Rambu-rambu 8 Persentase penanganan sampah Persentase Luas pemukiman yang tertata Pencemaran status mutu air Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Penegakan hukum lingkungan Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil PERHUBUNGAN 1. Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk tertib berlalu lintas 2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus uji laik jalan kendaraan (KIR) 3. Masih kurang memadainya rambu-rambu lalu lintas yang ada 4. Menurunnya minat masyarakat terhadap penggunakan jasa angkutan umum, sehingga mengakibatkan terjadinya lonjakan penggunaan kendaraan pribadi yang semakin tinggi yang tidak sebanding dengan jumlah jalan yang tersedia LINGKUNGAN HIDUP 1. Masih kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan hidup, terlihat banyaknya masyarakat yang berada di sekitar sungai yang membuang sampah dan material di sungai, begitu juga dengan lingkungan yang masih banyak terlihat kurang terawat dan tertata dengan baik 2. Kapasitas lahan pembuangan sampah yang sudah ada tidak mampu menampung seluruh sampah industri dan rumah tangga yang semakin tinggi serta sedikitnya armada angkut sampah 3. Masih banyaknya pemilik kegiatan/usaha yang belum peduli dalam pengelolaan lingkungan RKPD Kabupaten Banyuwangi

110 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) terutama yang menghasilkan limbah sehingga keadaan lingkungan masih banyak yang tercemar dan banyak pengaduan masyarakat adanya pencemaran lingkungan 4. Masih terdapat perusahaan yang belum terjangkau pengawasan AMDAL dan tidak membuat laporan pelaksanaan AMDAL setiap 6 (enam) bulan sekali. 5. Terbatasnya jumlah personil mengenai kegiatan survey perencanaan dan pengawasan terhadap kegiatan gerakan air bersih 6. Upaya pengelolaan lingkungan hidup semakin berat dan komplek, berbagai upaya yang telah dilakukan masih terasa belum sepenuhnya menunjukkan keberhasilan yang signifikan. 7. Terjadinya erosi di daerah sekitar sumber mata air, sehingga besar debit airnya berkurang. 8. Pengendalian dan pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan masih lemah. 9 Rasio penduduk berktp per satuan penduduk Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah Kepemilikan KTP (%) Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 1. Permasalahan dalam hal kelancaran pelayanan masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya pengajuan pelayanan se Kabupaten Banyuwangi sedangkan tenaga yang tersedia sangat terbatas RKPD Kabupaten Banyuwangi

111 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Penerapan KTP Nasional berbasis NIK 2. Rendahnya pemahaman atau kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil 3. Rendahnya pemahaman atau kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempunyai KTP 4. Sarana dan prasarana pendukung yang kurang memadai dalam penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil 10 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta Rasio KDRT Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur Partisipasi angkatan kerja perempuan (Legislatif) Partisipasi angkatan kerja perempuan (Eksekutif) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan 11 Rata-rata jumlah anak per keluarga Rasio akseptor KB Cakupan peserta KB aktif PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Belum optimalnya upaya perlindungan perempuan dan anak dari berbagai bentuk berbasis gender, eksploitasi dan diskriminasi 2. Masih tingginya budaya patriarki dan ketimpangan gender serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang undangundang nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak 3. Keterlibatan peran organisasi perempuan dalam pengambilan kebijakan belum optimal sehingga peran organisasi perempuan dalam pembanguna belum terlaksana secara maksimal 1. Tenaga profesional pengelola KB berkurang akibat otonomi daerah dimana sebagian dimutasi ke instansi lain; RKPD Kabupaten Banyuwangi

112 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I 2. a) Belum optimalnya institusi-institusi masyarakat dalam melaksanakan program KB; b) Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun kualitas terutama PKB/PLKB; c) Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun kualitas terutama PKB/PLKB 3. tingkat kesadaran untuk mengatur dan mengendalikan jumlah kelahiran masih kurang 12 Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi PMKS yg memperoleh bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial 4. a) Tenaga profesional pengelola KB berkurang akibat otonomi daerah dimana sebagian dimutasi ke instansi lain; b) Belum optimalnya institusi-institusi masyarakat dalam melaksanakan program KB; c) Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun kualitas terutama PKB/PLKB; d) Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun kualitas terutama PKB/PLKB SOSIAL 1. Kinerja Tenaga TKSK dan PSM Tingkat lanjut masih belum optimal mengantisipasi permasalahan sosial di wilayahnya 2. Program dan kegiatan masih belum bisa mengcover seluruh masalah-masalah sosial yang terjadi sehingga terdapat kecenderungan terjadi peningkatan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) RKPD Kabupaten Banyuwangi

113 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 3. Belum terintegrasinya penanggulangan kemiskinan 4. Belum optimalnya penanggulangan bencana alam dan bencana sosial 5. Belum optimalnya pendayagunaan dan pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), termasuk kurangnya pemahaman masyarakat dalam hal penanganan PSKS tersebut 13 Angka partisipasi angkatan kerja Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja Pencari kerja yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka (%) Keselamatan dan perlindungan Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah KETENAGAKERJAAN 1. Para Pencari Kerja masih banyak yang menunggu lowongan kerja pada sektor informal, artinya ketertarikan pada sektor wirausaha masih menjadi minim. 2. Masih terdapat perusahaan yang belum memenuhi hak-hak para pekerja 3. Kurangnya animo perusahaan dalam memberikan informasi bursa tenaga kerja perusahaannya. 4. Perluasan lapangan kerja yang belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja 5. Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai dengan kebutuhan pasar 6. Tidak tersedianya ketrampilan yang diperlukan oleh penyedia lapangan kerja 7. Kurang optimalnya koordinasi antara Dinas Sosial Tenaga Kerja dengan pengusaha terkait RKPD Kabupaten Banyuwangi

114 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) dengan jaminan keselamatan kerja 14 Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil KOPERASI DAN UKM 1. Jaringan pasar industri kecil dan kemitraan dalam usaha pemasaran masih terbatas; 2. Akses modal bagi UMKM masih terbatas 3. Belum bisa mengakses ke perbankan/kur 15 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Rasio daya serap tenaga kerja Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) 16 Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan 17 Jumlah klub olahraga Jumlah gedung olahraga PENANAMAN MODAL KEBUDAYAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 1. Sarana prasarana penyelenggaraan pelatihan kerja belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja; 2. Sistem informasi ketenagakerjaan belum memadai 1. kurangnya koordinasi antara dinas dengan sanggar-sanggar seni budaya 2. Pengelolaan kekayaan budaya yang berupa fisik (sarana) belum optimal 1. baru tersusunnya SOP klub olahraga 2. belum adanya UPTD pemuda dan olahraga di tingkat kecamatan 3. kurang koordinasi dengan KONI; 4. minimnya pelatih yang berprestasi; 5. terbatasnya penganggaran, dana teralokasi untuk pengembangan kapasitas bidang olah raga; 6. pengelolaannya belum diserahkan ke Dispora; 7. jumlah gedung olah raga tidak mengalami peningkatan secara realisasi dari jumlah RKPD Kabupaten Banyuwangi

115 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) klub olahraga yang semakin meningkat membutuhkan daya tampung yang semakin besar 18 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP Kegiatan pembinaan politik daerah 19 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah Penegakan PERDA Cakupan patroli petugas Satpol PP Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH,PERANGKAT DAERAH,KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN 1. Minimnya kualitas SDM sebagian Ormas/Lsm; 2. Kurangnya kesadaran orkesmas/lsm dalam partisipasi pembangunan di daerah 3. Kurangnya dukungan partai politik dalam pembinaan politik masyarakat; 4. Pengetahuan dan partisipasi politik masyarakat yang cenderung meningkat seringkali tidak diimbangi dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku; 5. Tidak tepatnya penyampaian laporan administrasi keuangan atas hibah/bantuan keuangan dari pemerintah oleh partai politik; 1. kurangnya SDM yang memonitoring restaurant 2. kurang sadarnya pelaku usaha untuk mengurus TDUP 3. kurangnya SDM yang memonitoring hotel 4. Volume dan beban tugas yang cukup besar serta terbatasnya tenaga yang berkualifikasi dalam pegawai Satpol PP 5. Masih banyaknya permasalahan RKPD Kabupaten Banyuwangi

116 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten penyalahgunaan peraturan perundangundangan yang tidak mampu di tindak oleh Cakupan pelayanan bencana kebakaran Linmas kabupaten 6. Terjadi pengalihfungsian pos siskamling Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen menjadi bernuansa politik Kebakaran (WMK) 7. Kurang optimalnya partisipasi masyarakat Cakupan sarana prasarana perkantoran dalam menggunakan sistem informasi pemerintahan desa yang baik 8. Terbatasnya anggaran terkait dengan Sistim Informasi Manajemen Pemda pelaksaan tugas patrol oleh petugas Satpol PP Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 9. Tingkat ketertiban masyarakat masih cenderung rendah 10. Belum tersedianya data penunjang patrol sebagai data dasar daerah rawan pelanggaran K3, sebab pelanggaran K3 oleh masyarakat awam masih sering dijumpai 11. Terbatasnya sumber daya SKPD dalam menangani sistem informasi yang diinginkan oleh Pemda 20 Ketersediaan pangan KETAHANAN PANGAN 1. SDMaparatur penyuluh terbatas (penyuluh PNS dan penyuluh THL dari pusat); 2. resi gudang yang kurang optimal, 3. SDMaparatur yang masih terbatas, 21 Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah LSM LPM Berprestasi PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 4. belum adanya tenaga ahli/ penyuluh 1. Belum teridentifikasinya keseluruhan kelompok binaan LPM; 2. minimnya koordinasi antara SKPD dengan Kader pemberdayaan masyarakat yang ada RKPD Kabupaten Banyuwangi

117 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) PKK aktif Posyandu aktif Swadaya Masyarakat terhadap Program di masing-masing desa 3. minimnya anggaran untuk pembinaan dan pelatihan kelompok binaan PKK pemberdayaan masyarakat 4. belum terselenggaranya gelar pameran dan Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan lomba karya kreatif dan inovatif bagi LPM di masyarakat tingkat Kabupaten secara kontinyu 5. terbatasnya SDM untuk memonitoring pelaksanaan program-program pemberdayaan yang sudah digulirkan 22 Pengelolaan arsip secara baku Peningkatan SDM pengelola kearsipan Tersimpannya arsip inaktip dan statis 23 Jumlah jaringan komunikasi Jumlah surat kabar nasional/lokal Jumlah penyiaran radio/tv lokal Jumlah penyiaran TV lokal Web site milik pemerintah daerah KEARSIPAN 1. Belum optimalnya pemanfaat tekhnologi dalam pengelolaan arsip 2. Kurangnya sarana dan prasarana kearsipan yang memadai 3. Kurangnya tenaga/staf yang mampu mengolah arsip 4. Belum adanya pejabat Arsiparis KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. jangkauan yang tidak menyeluruh sampai pelosok Banyuwangi 2. kurangnya operator / SDM untuk mengupdate data 24 Lahan bersertifikat Penyelesaian kasus tanah Negara Penyelesaian izin lokasi PERTANAHAN 1. rendahnya kesadaran dan pengetahuan prosedur dari masyarakat dalam mengurus hak atas tanah 2. masih tingginya okupasi masyarakat terhadap tanah negara RKPD Kabupaten Banyuwangi

118 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 3. minimnya tenaga ahli hukum perdata dalam mengatasi urusan pertanahan dan mempercepat penyelesaian masalah, 4. minimnya pemahaman mengenai tata ruang kota dan hal terkait permohonan izin bagi para pemohon 25 Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah B URUSAN PILIHAN 1 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB Cakupan bina kelompok petani PERPUSTAKAAN 1. kurangnya koordinasi dalam rencana pembentukan perpustakaan baru 2. kondisi perpustakaan yang kurang memadai 3. kurangnya koleksi buku yang diminati 4. banyak buku yang hilang dan rusak PERTANIAN 1. Penurunan tingkat kesuburan tanah yang kekurangan bahan organik 2. Masih terjadi sistem tebas dan ijon pada lumbung 3. Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian 4. Kurang optimalnya peran penyuluh/pendamping pertanian 5. Belum optimalnya pemanfaatan akses pasar dan permodalan 6. Belum optimalnya penerapan teknologi pertanian 5. Belum imbangnya tambahan biaya usaha tani dengan harga yang diterima petani, sehingga RKPD Kabupaten Banyuwangi

119 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) menyebabkan NilaiTukarPetani (NTP) masih rendahdibandingkan nilai tukar non agraris 6. Terbatasnya modal, rendahnya penguasaan teknologi dan informasi pasar, lemahnya kelembagaan petani menyebabkan daya saing rendah 7. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, sempitnya luas areal kepemilikan petani dan menurunnya kesuburan tanah 8. Terjadinya anomali iklim, tanpa penguasaan untuk menanggulanginya mengakibatkan peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)\ 9. Komoditas perkebunan didominasi tanaman tua kurang produktif 10. Kurang sinergisnya program/kegiatan pembangunan pertanian dengan kegiatan pembangunan lainnya 2 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan Kawasan Hutan Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB KEHUTANAN 1. Masih terjadi alih fungsi lahan pada hutan rakyat 2. Kesadaran masyarakat terhadap upaya konservasi hutan dan lahan masih rendah, sehingga mengancam kelestarian hutan dan menimbulkan bencana 3. Kurangnya ketersediaan benih bermutu 4. kelembagaan kelompok tani kehutanan belum sepenuhnya berjalan sesuai fungsinya RKPD Kabupaten Banyuwangi

120 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 5. Pengelolaan sumberdaya alam yang masih kurang peduli terhadap dampak lingkungan 6. Kurang optimalnya usaha konservasi sumberdaya alam 7. Lamanya masa panen tanaman kehutanan 3 Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB ENERGI SUMBER DAYA MINERAL 1. Dari pengawasan kegiatan usaha pertambangan diperoleh hasil bahwa selain banyak usaha pertambangan yang tanpa ijin, juga sangat berpotensi merusak lingkungan. 2. Masih tingginya tingkat konsumsi terhadap energi yang tidak terbarukan 3. Penggunaan energi tak terbarukan masih belum efisien 4. Belum optimalnya penggunaan energi terbarukan 5. Maraknya pertambangan tanpa izin ( PETI ) 6. Belum optimalnya pengelolaan air bawah tanah ( ABT ) 4 Kunjungan wisata Domestik Kunjungan wisata Mancanegara Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB PARIWISATA 1. Belum maksimalnya akses menuju obyek wisata dan sarana/prasarana obyek wisata 2. Sulitnya transportasi munuju lokasi obyek wisata 3. Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar obyek wisata dan pengelola obyek wisata 9. Belum terdapat data yang valid atas jumlah wisatawan di lokasi wisata RKPD Kabupaten Banyuwangi

121 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 5 Produksi perikanan Konsumsi ikan Cakupan bina kelompok nelayan Jumlah nelayan yg dapat bantuan pemda pd thn n Produksi perikanan kelompok nelayan KELAUTAN DAN PERIKANAN 6 Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Ekspor Bersih Perdagangan Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal 7 Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri Pertumbuhan Industri. Cakupan bina kelompok pengrajin 1. Terbatasnya ketersediaan pengairan dan pemasaran untuk perikanan budidaya 2. Terbatasnya anggaran untuk fasilitasi perikanan air payau 3. Sebagain besar nelayan masih enggan untuk beralih dari overshiping ke fishing ground, padahal menurunnya SDI di Selat Bali sebagai akibat overfishing, pencemaran air laut, cara penangkapan yang tidakramahlingkungan. 4. Kurangnya pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum bagi para pelanggar aturan 5. Belum optimalnya kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap dan budidaya PERDAGANGAN 1. Masih dijumpai pelaku usaha yang berlaku curang 2. Kurang optimalnya SDM eksportir 3. Akses modal bagi bina kelompok pedagang/usaha informal masih terbatas PERINDUSTRIAN 1. Terbatasnya jaringan pasar industri kecil dan kemitraan dalam usaha pemasaran 2. Akses modal bagi UMKM masih terbatas 3. Masih banyak IKM yang visible tapi belum bankable sehingga masih kesulitan dalam mengakses kredit dari perbankan/kur RKPD Kabupaten Banyuwangi

122 NO. KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 4. Masih terbatasnya opsi industri, sebab kualitas dan daya saing produk IKM yang masih rendah dibandingkan dengan produk-produk sejenis dari daerah lain. 5. Masih kurangnya penguasaan IT dan manajemen usaha bagi pelaku IKM 6. Masih kurangnya kapasitas dan kapabilitas SDM pengrajin dalam kelompok binaan pengrajin 8 Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU) KETRANSMIGRASIAN 1. Besarnya peminat/animo transmigran namun tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan yang memadai 2. Lokasi transmigrasi ada yang masih relatif jauh dari ibukota kabupaten RKPD Kabupaten Banyuwangi

123 Setelah berbagai permasalahan pembangunan diidentifikasi hasilnya sebagaimana yang telah tersaji dalam tabel diatas, maka dilakukanlah pemilihan permasalahan paling prioritas dengan terlebih dahulu menambahkan informasi dari permasalahan yang muncul dari hasil identifikasi kebijakan nasional/provinsi, dan dinamika lingkungan eksternal lainnya sebagaimana penyajian dalamtabel berikut ini. RKPD Kabupaten Banyuwangi

124 TABEL 2.62 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DARI KEBIJAKAN NASIONAL/PROVINSI DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL LAINNYA ISU PENTING DAN MASALAH MENDESAK TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI 1. Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung 1. Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1. Menurunkan angka pengangguran peningkatan kemajuan ekonomi sangat terbatas a. Infrastruktur Ekonomi terbuka dan harus dapat ditingkatkan. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang - Publik Work: Jalan Provinsi dan JLS, Jaringan irigasi, serta modal transportasi untuk 2. Meningkatkan pencapaian indikator Rumah tangga bersanitasi dan rumah layak huni dalam peningkatan investasi serta menyebabkan mahalnya biaya logistik. percepatan konektifitas intra Jawa Timur dan Jatim Eksternal 3. Optimalisasi perbaikan jalan menuju kawasan pariwisata 2. Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara - Public utilities: kelangsungan pasokan energi listrik dan gas, 4. Optimalisasi pelayanan jasa angkutan umum terpadu, dengan sektor sekunder menjadi penggerak utama perubahan tersebut. Kemajuan sektor industri pengolahan masih berjalan jaringan telekomunikasi untuk menunjang Jawa Timur sebagai supercoridor 5. Optimalisasi pelayanan kesehatan dengan pengadaan puskesmas keliling, sosialisasi UCI, Jaminan lambat. Padahal agar perekonomian bergerak lebih maju sektor industri pengolahan harus menjadi motor penggerak. 3. Beberapa peraturan perundang-undangan yang b. Infrastruktur Sosial - Infrastruktur pendidikan difokuskan pada sarana dan prasarana sekolah dan persalinan, peningkatan koordinasi antar rumah sakit dalam rangka untuk mengurangi GDR dan optimalisasi jaminan kesehatan masyarakat miskin ada, pusat dan daerah, telah menjadi kendala untuk mendorong perekonomian ke arah yang lebih maju karena saling tumpang tindih dan terjadi kontradiksi antara yang satu dengan yang perpustakaan - Infrastruktur kesehatan difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana rumah 6. Mengoptimalkan angka partisipasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA dan penurunan angka putus sekolah SMA/MA/SMK lain. Peraturan perundangan tersebut perlu direformasi. sakit dan revitalisasi puskesmas - Perumahan, air minum dan 7. Optimalisasi kinerja pencapaian indikator pengangguran terbuka sanitasi - 8. Optimalisasi sektor kepustakaan RKPD Kabupaten Banyuwangi

125 ISU PENTING DAN MASALAH MENDESAK TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI c. Infrastruktur Administrasi/institusi 9. Optimalisasi pertumbuhan industri dengan adanya pembinaan dan pelatihan 10. meningkatkan produktifitas pertanian 4. Penerapan dan penguasaan teknologi juga masih sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal dan kualitas barang serta produk inovatif yang dihasilkan sangat terbatas, sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan. 5. Kemampuan untuk membiayai pembangunan terbatas. Hal ini terkait dengan upaya untuk menggali sumber-sumber penerimaan masih belum optimal. Disamping itu anggaran yang digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif seperti subsidi BBM masih sangat besar. Menggali sumber-sumber penerimaan dan mengefektifkan pengeluaran pembangunan menjadi tantangan yang harus dihadapi. 2. Daya Saing a. Daya saing Regional/Provinsi - Stabilitas makro ekonomi - Perencanaan pemerintahan dan institusi - Tata kelola keuangan, fasilitasi dunia usaha ketenagakerjaan (produktifitas dan fleksibilitas pasar tenaga kerja) b. Daya Saing Sektor (Teknis) - Standarisasi produk barang di sektor primer/pertanian standar produksi - Standarisasi produk barang di sektor sekunder/industri IKM/UMKM - Standarisasi Produk Jasa pendidikan, kesehatan - Standarisasi SDM tenaga terampil RKPD Kabupaten Banyuwangi

126 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat secara bertahap pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat terhadap berbagai gejolak permasalahan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi meng-gambarkan dinamika perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Perwujudan kesejateraan sosial itu sendiri memungkinkan pencapaiannya melalui pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dan berkeadilan yang dilandaskan oleh pengetahuan yang memadai, tata kelola yang baik, kepastian hukum, penegakan hukum, stabilitas politik dan kerukunan sosial yang memungkinkan berlangsungnya peradaban saling asah, asih dan asuh. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah merupakan bagian dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah merupakan suatu bagian yang penting dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk dapat melihat kondisi perekomian dan kemampuan keuangan pemerintah dalam menjalankan programprogram yang dirancang. Secara umum kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi cukup baik, secara berturut-turut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah 6,26%, 7,14%, 7,29%, 6,76%, dan pada tahun 2014 terakhir mencapai 6,94%. Kondisi tersebut cukup mengalami fluktuatif dari tahun ke tahunnya, namun angka yang berhasil ditembus oleh Kabupaten Banyuwangi ini dapat dikatagorikan baik, bahkan pada kondisi 5 tahun tersebut Kabupaten Banyuwangi sering mengalami keberhasilan dan RKPD Kabupaten Banyuwangi

127 pencapaian angka pertumbuhan ekonomi melebihi pertumbuhan ekonomi Provinsi maupun secara Nasional. Kemudian pada tahun 2014 terakhir lalu Kabupaten Banyuwangi mengalami inflasi pada titik 6,6% harga-harga dan gerak transaksi ekonomi relative stabil. Indikator yang tak kalah pentingnya lagi bahkan menjadi salah satu indikator utama dalam ekonomi daerah adalah perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor-sektor yang dimaksud dalam PDRB adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Indikator lain yang tidak kalah penting yaitu tingkat pengangguran, kemiskinan, investasi, inflasi dan lain-lain. Perkembangan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun cenderung meningkat sesuai dengan kontribusi setiap sektor pada PDRB. Berikut ini merupakan perkembangan indikator makro ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang akan disajikan pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Capaian/Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun Indikator Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB ADHB (Juta Rupiah) PDRB ADHK (Juta Rupiah) PDRB per Kapita (Juta Rupiah) Realisasi Proyeksi ,30 6,76 6,94 6, , , , , , , , ,87 19,80 22,52 25,57 28,05 Angka Kemiskinan (%) 11,25 10,48 9,93 9,57 RKPD Kabupaten Banyuwangi

128 Melihat tabel 3.1 tersebut dapat terpantau bahwa indikator PRDB pada pendapatan perkapita mencapai angka sebesar Rp 25,5 juta per orang per tahun dengan PDRB ADHB Rp 40,4 trilyun rupiah pada tahun Secara umum dapat dilihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi relatif stabil dari tahun ke tahunnya yang tergambar dari persentase pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi makro yang tidak signifikan, dan hanya mengalami kenaikan tidak mencapai 2% Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah, serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ini tentu saja tidak dapat terlepas dari arah kebijakan Pusat/Nasional maupun Provinsi. Arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkeadilan, serta didukung oleh stabilitas ekonomi yang kokoh. Dilihat dari sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 tumbuh 4,6%, pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,25, pada tahun ,2%, pada tahun 2012 sebesar 6,3%, pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,8%. Pertumbuhan ekonomi tahun adalah 5,1% dan sehingga pada tahun 2016 sekurang-kurangnya pertumbuhan ekonomi mencapai 7,1% Penurunan inflasi juga diharapkan berpengaruh pada menurunnya tingkat suku bunga sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi di sektor riil, baik kegiatan investasi maupun produksi. Pada tahun 2010, laju inflasi nasional sebesar 5,1%, pada tahun 2011 sebesar 5,4%, pada tahun 2012 turun menjadi 4,3%, pada tahun 2013 menjadi 8,4% dan pada tahun 2014 sebesar 8,4%. Dengan adanya strategi dan arah kebijakan nasional, RKPD Kabupaten Banyuwangi

129 dalam periode laju inflasi akan dapat dikendalikan rata-rata sekitar 3,5%-5,0%. Perekonomian global terlihat membaik sejak kuartal ke-3 tahun Sumber-sumber pemulihan ekonomi dunia di tahun 2012 adalah adanya peningkatan aktivitas perekonomian di Negara-negara berkembang dan pulihnya perekonomian Amerika Serikat yang pada tahun 2012 pertumbuhannya mencapai 2,3 persen. Kondisi keuangan global terlihat mulai stabil, sementara itu arus modal masuk ke negaranegara berkembang terlihat tetap kuat. Oleh sebab itu, pada tahun 2013 perekonomian dunia diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 sebesar 3,5 persen dan pada tahun 2014 diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,1 persen. Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Dunia Tahun Isu Strategis Pertumbuhan Ekonomi Dunia a. Amerika serikat b. Kawasan Eropa c. Jepang d. Negara-negara Berkembang e. China f. India 4,5 5,9 6,4 6.4 RKPD Kabupaten Banyuwangi

130 Isu Strategis Volume Perdagangan Dunia (Barang dan Jasa) Impor a. Negara maju b. Negara berkembang Ekspor a. Negara maju b. Negara berkembang Sumber : Pedoman Perencanaan pembangunan BAPPENAS dan outlook Bank Dunia Pertumbuhan ekonomi negara berkembang (emerging and developing economies) diperkirakan akan menguat di tahun 2013 dan Salah satu penyebabnya adalah adanya kebijakan pemerintah di negara berkembang yang cukup efektif sebagai stimulan dalam mempertahankan aktivitas ekonominya di tengah kondisi perekomian global yang kurang kondusif. Namun demikian, risiko yang akan dihadapi oleh negara-negara berkembang cukup besar. Kebergantungan negara berkembang kepada permintaan eksternal dan ekspor komoditas cukup tinggi, padahal harga komoditas di tahun 2013 dan 2014 diperkirakan akan menurun; walaupun jika harganya naik, kenaikannya akan dalam rentang yang sangat terbatas. Sementara itu, penerapan lebih lanjut untuk kebijakan bersifat longgar di beberapa negara berkembang akan semakin terbatas, bahkan keterbatasan sisi penawaran dan ketidakpastian kebijakan (policy uncertainty) akan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang untuk tumbuh lebih tinggi. Guna menghindari proses pemulihan global yang berisiko, maka negara-negara maju perlu konsisten dalam penerapan kebijakannya, terutama yang terkait pada: (i) konsolidasi fiskal yang berkelanjutan serta (ii) reformasi sektor keuangan. Sementara negara berkembang juga perlu lebih menyeimbangkan sumber pertumbuhannya antara konsumsi domestik dengan orientasi ekspor. RKPD Kabupaten Banyuwangi

131 Berdasarkan paparan kondisi global tersebut yang mempengaruhi Indonesia yaitu guncangan ekonomi yang terjadi di pasar keuangan global. Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat sejalan dengan sentimen negatif terhadap rencana pengurangan stimulus moneter alias tapering off di AS. Sementara kondisi ekonomi global yang menurun akhirnya mengakibatkan terjadinya guncangan. Kondisi Indonesia yang mengalami guncangan dari berbagai faktor tersebut tidak membuat Indonesia kehilangan sebuah peluang dan kondisi yang menguntungkan. Indikator makro ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I tahun 2015 yang hanya 4,7%. Kinerja ekspor tercatat menurun, yang pada mei mencapai 4,11 %. Kinerja impor yang secara bersamaan turun 8,5 % menunjukkan kinerja perdagangan nasional yang menurun. Meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya, namun angka tersebut merupakan sebuah prestasi. Pasalnya, tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) meningkat, dibarengi dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai diatas Rupiah. Kinerja inflasi pun berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia ketika awal tahun 2013 yang lalu yaitu di 4,5% ±1%. Realisasi inflasi tercatat di angka 8,38% (yoy) sampai akhir 2013 dan mencapai 8,36 % pada tahun Kondisi menunjukkan stabilitas ekonomi kembali terkendali. NPI Triwulan IV 2013 membaik ditopang penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi bulanan menurun dan berada dalam pola normal.tahun 2014, NPI diperkirakan membaik seiring penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi pada 2014 dan 2015 diperkirakan juga terkendali dalam kisaran 4,5±1% dan 4,0±1%. Pertumbuhan ekonomi pada 2014, diperkirakan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2% sejalan proses konsolidasi ekonomi domestik menuju ke kondisi yang lebih seimbang. Mulai Januari 2014 pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan mendasar dalam menghitung IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada survey biaya hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan RKPD Kabupaten Banyuwangi

132 dasar utama dalam menghitung IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari) 2014 sebesar 1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2014 terhadap Januari 2013) sebesar 8,22 persen. Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2012 dan 2013 masing-masing 0,76 persen dan 1,03 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun untuk Januari 2012 terhadap Januari 2011 dan Januari 2013 terhadap Januari 2012 masing-masing 3,65 persen dan 4,57 persen. Tabel 3.3 Inflasi Bulanan, Tahun kalender, Tahun ke Tahun, Tahun No Inflasi * 1 Januari (Januari) tahun kalender Januari terhadap Januari (tahun ke tahun) (tahun n) (tahun n-1) Sumber: data diolah BPS Mei Selain perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik dengan persiapan pemilu 2014, pertumbuhan Indonesia akan membaik juga dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pelaksanaan MEA 2015 memberikan konsekuensi bagi Indonesia terhadap tingkat persaingan yang semakin terbuka dan tajam, terutama dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN. Tujuan pelaksanaan MEA 2015 adalah untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan arus barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan arus modal yang lebih bebas, mempunyai daya saing tinggi, dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata, serta terintegrasi dalam ekonomi global. Oleh sebab itu, tantangan terbesar bagi Indonesia dalam menghadapi pembentukan MEA 2015 adalah meningkatkan pemahaman publik di kalangan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat baik tingkat pusat maupun daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 RKPD Kabupaten Banyuwangi

133 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang dimaksud dengan Analisis Ekonomi Daerah adalah untuk menilai sejauh mana realisasi pembangunan daerah dapat mempengaruhi kinerja ekonomi daerah dan sejauh mana indikator makro ekonomi daerah sesuai dengan yang diasumsikan dalam perencanaan pembangunan jangka menengah. Analisis asumsi umum/makro ekonomi daerah tahun lalu, tahun berjalan dan tahun rencana memuat kondisi ekonomi riil suatu daerah pada tahun lalu, tahun berjalan dan tahun rencana. Analisis ini dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah saat ini untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan perumusan kerangka ekonomi daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) seperti yang telah dipaparkan diatas maka harus terjadi sinergitas dan sinkronisasi antara pusat, provinsi dan kota/kabupaten. Oleh sebab itu perlu diperhatikan asumsi ekonomi makro yang tertuang dalam arahan secara Nasional, yaitu: Tabel 3.4 Asumsi Perekonomian Makro 2015 No Sektor Persentase 1 Pertumbuhan Ekonomi 5,7 % 2 Inflasi 5,0% 3 Suku Bunga SPN 3 Bulan 5,5% 4 Nilai Tukar Rp ,00/US$ 5 Harga Minyak ICP US$105/barel 6 Lifting Minyak barel/hari 7 Lifting Gas ribu barel setara minyak per hari Tabel 3.4 menunjukkan prakiraan kondisi ekonomi makro Indonesia yang merupakan hasil analisis dari BPS Pusat. Kondisi perekonomian makro tersebut digunakan sebagai asumsi dasar dalam menentukan arah kebijakan Fiskal Pada Arah Kebijakan fiskal dalam APBN 2014 secara Nasional tersebut adalah memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan melalui Pelaksanaan Kebijakan RKPD Kabupaten Banyuwangi

134 Fiskal yang sehat dan efektif. Arah kebijakan fiskal tersebut ditempuh melalui beberapa strategi untuk menjaga kesinambungan fiskal: 1. Mengendalikan Defisit Anggaran: a. Optimalisasi pendapatan Negara dengan meningkatkan iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan; b. Meningkatkan kualitas belanja melalui (i) meningkatkan belanja modal untuk pembangunan Infrastruktur, (ii) pengendalian subsidi dan (iii) efisiensi belanja barang (operasional dan perjalanan dinas). 2. Mengendalikan Keseimbangan Primer: a. Optimalisasi pendapatan Negara; b. Memperbaiki struktur belanja melalui pembatasan belanja terkait, belanja mandatori, dan efisiensi subsidi untuk kualitas belanja. 3. Menurunkan Rasio Utang terhadap PDB: a. Pengendalian pembiayaan yang baru bersumber dari pinjaman b. Negative not flow c. Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman harus untuk kegiatan produktif yang meningkatkan nilai tambah atau meningkatkan kapasitas perekonomian Sehubungan dengan kondisi Nasional tersebut maka tema yang diusung oleh Provinsi Jawa Timur dalam RKPD 2016 adalah Percepatan Pembangunan Infrastruktur Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi MEA Akhir 2015 dengan arah kebijakan Pembangunan Ekonomi Jawa Timur 2016 terdapat beberapa poin yaitu (1) Pengendalian inflasi di daerah, melalui (a) peningkatan kualitas sarana dan prasarana khususnya yang terkait dengan konektivitas antar daerah, (b) dukungan dari daerah untuk pembangunan prasarana yang dibiayai nasional, dan yang terakhir adalah (c) penyederhanaan perijinan usaha untuk menekan biaya perijinan, (2) penguatan kapasitas produksi pangan, pada poin ini diarahkan melalui (a) penguatan tenaga penyuluh pertanian, (b) peningkatan produktivitas petani melalui pelatihan petani, pendampingan, bantuan sarana produksi dan pengolahan, (c) insentif untuk menjaga alih bahan produktif ke lahan non pertanian, dan yang terakhir adalah (d) pembangunan sarana dan prasarana pengairan, kemudian arahan RKPD Kabupaten Banyuwangi

135 kebijakan pembangunan ekonomi Jawa Timur tahun 2016 selanjutnya adalah (3) pengembangan kawasan wisata berbasis alam, agro dan budaya, dan yang terakhir adalah (4) pengembangan industri berbasis SDA seperti agro industri dan industri perikanan untuk mengantisipasi perlambatan sektor industri pengolahan lainnya. Adapun pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur sejak tahun secara berturut-turut adalah 6,68%, 6,86%, 7,27%, 6,5%, 5,86%. Dari data tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010 sampai tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus mengalami perbaikan, namun dari tahun 2012 ke 2013 sampai pada tahun 2014 Provinsi Jawa Timur terus mengalami penurunan pertumbuhan perekonomian yang cukup signifikan. Penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) nilai tukar rupiah yang masih melemah dibandingkan dengan dollar, (2) Permintaan eksport Jawa Timur yang turun, salah satunya adalah pada sektor pertanian yang mengalami penurunan hasil pertanian dari kuartal ke kuartal yang terus menurun akibat siklus panen padahal sektor pertanian memberikan sumbangsih sebesar 13% dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pada tahun 2014 yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah sektor industri pengolahan, hal ini berbeda dengan tahun 2013 dimana sektor perdagangan dan perhotelan merupakan sektor yang berkontribusi besar. dan pada tahun 2015 ini diprediksi pertumbuhan ekonomi akan tetap melambat, dengan tahun 2014, jika kurs rupiah semakin melemah dan kondisi politik belum membaik. Dari paparan tersebut dapat dilihat perbandingan pertumbuhan ekonomi baik secara Nasional, Provinsi Jawa Timur, maupun Kabupaten Banyuwangi pada gambar 3.1 berikut ini: RKPD Kabupaten Banyuwangi

136 Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi Dari grafik yang tergambar pada gambar 3.1 tersebut terlihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi relatif stabil dan lebih baik bahkan melampaui kondisi nasional maupun provinsi. Apa yang telah dipaparkan pada subbab sebelumnya bahwa kondisi pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuwangi pada indikator pendapatan perkapita yang terus membaik juga dapat dilihat pada gambar 3.2 dan tabel 3.5 berikut ini: Gambar 3.2 Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita (dalam juta Rp) Kabupaten Banyuwangi ,12 19,87 22,52 25, RKPD Kabupaten Banyuwangi

137 Tabel 3.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Tahun ADHB (trilyun) 23,56 27,06 33,00 35,46 40,48 Dari gambar 3.1, 3.2 dan tabel 3.5 tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi mampu melampaui Provinsi Jawa Timur dan Nasional serta Pendapatan Perkapita terus meningkat dengan PDRB ADHB yang terus membaik. Ini merupakan hal baik dan mampu menjadi peluang bagi Kabupaten Banyuwangi dalam menentukan arah kebijakan ekonomi ke depannya Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Kabupaten Banyuwangi memiliki 2,3,4 prioritas, dan 20 konsepsi dasar pembangunan daerah yang terangkum pada gambar 3.3 berikut ini. Gambar 3.3 2,3,4 Prioritas dan 20 Konsepsi Dasar Pembangunan Kabupaten Banyuwangi RKPD Kabupaten Banyuwangi

138 Skala prioritas dan konsep pembangunan yang telah ditetapkan tersebut merupakan acuan bagi Kabupaten Banyuwangi dalam menjalankan roda kepemerintahan ke depannya. Oleh sebab itu untuk dapat menjalankan hal tersebut, perlu menjadi perhatian bersama untuk mampu melihat kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan skala prioritas dan konsepsi pembangunan tersebut. Adapun perkembangan ekonomi makro Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini. Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun Indikator Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB ADHB (Trilyun Rupiah) PDRB ADHK (Trilyun Rupiah) PDRB per Kapita (Juta Rupiah) Realisasi Proyeksi * ,23 6,23-6,45 35,47 40,43 44,53 49,66 13,51 14,45 15,35 16,34 22,52 25,57 28,05 31,16 TPT (%) ,32-3,86 Inflasi (%) 6, ,5-6,5 5-6 Penduduk di atas Garis Kemiskinan (%) Sumber : Dokumen Evaluasi RMJMD Tahun Kabupaten Banyuwangi Dilihat dari apa yang telah tertuang pada tabel 3.6 tersebut kondisi Kabupaten Banyuwangi dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi yang relative stabil dan mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga mampu untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk menentukan atau menilai apakah suatu Negara atau wilayah mengalami keberhasilan dalam pembangunannya ataukah tidak. Jika pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergolong tinggi maka dapat RKPD Kabupaten Banyuwangi

139 dikatakan bahwa pembangunan wilayah tersebut berada dalam kondisi yang baik, jika pada tataran nasional dalam menentukan pertumbuhan ekonomi dikenal indikator-indikator PDB (Produk domestik Bruto) dan PNB (Produk Nasional Bruto) sementara pada wilayah daerah dalam melihat pertumbuhan ekonomi dikenal istilah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat aktivitas ekonomi. Dengan diketahuinya peranan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada distribusi presentase sumbangan sektor ekonomi tertentu terhadap nilai PDRB total dan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor, maka dapat direncanakan kearah mana prioritas pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan. PDRB ini sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan juga PDRB atas dasar harga konstan (ADHK). Untuk PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dipergunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi serta menunjukkan bahwa pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, kemudian untuk PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Sedangkan ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Penjelasan tersebut dapat memberikan gambaran bahwa data yang telah tergambar dalam tabel 3.7 tersebut menunjukkan Kabupaten Banyuwangi mengalami pertumbuhan yang baik, baik dari struktur ekonominya dan pergeseran ekonomi yang terjadi maupun dalam RKPD Kabupaten Banyuwangi

140 pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahunnya dan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan ataupun per sektor. Pertumbuhan ekonomi juga tidak dapat terlepas dari tingkat inflasi yang terjadi, seperti yang tergambar pada tabel 3.7 bahwa setiap tahunnya inflasi terus saja mengalami peningkatan, namun Kabupaten Banyuwangi jika dibandingkaan dengan beberapa kota lain di Jawa Timur menduduki posisi yang relatif stabil sehingga harga-hargapun stabil serta gerak transaksi ekonomi relatif stabil. Hal tersebut dapat tergambarkan oleh gambar 3.4 dan gambar 3.5 berikut ini. Gambar 3.4 Perbandingan Inflasi Kabupaten Banyuwangi dengan beberapa Kota di Jawa Timur Inflasi Tahun ,4 7,5 7,5 7,9 8,0 8,1 6,6 6,8 RKPD Kabupaten Banyuwangi

141 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Gambar 3.5 Perkembangan Laju Inflasi Setiap Bulan Pada Tahun ,50 2,50 1,50 1,24 0,50 (0,50) (1,50) Inflasi Januari 2014 Februari ,43 0,41 0,41 0,05 0,03 0,01 0,12 (0,06) 0,12 1,92 2,64 0,08 (1,02) Indikator yang tidak kalah pentingnya dalam mengukur pertumbuhan ekonomi adalah aktivitas perbankan. Aktivitas perbankan tersebut dapat menunjukkan sebagian dari aktivitas perekonomian yang mempengaruhi laju pertumbuhan. Adapun gambaran kegiatan perekonomian Kabupaten Banyuwangi dalam bidang perbankan adalah sebagai berikut: Gambar 3.6 Kinerja Perbankan Kabupaten Banyuwangi Tahun Total Kredit (Trilyun Rp.) Melihat grafik pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami RKPD Kabupaten Banyuwangi

142 peningkatan. Dan peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perbankan di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami perbaikan dan kemajuan. Adapun gambaran penggunaan kredit pada Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: Gambar 3.7 Penggunaan Kredit Kabupaten Banyuwangi Tahun Grafik pada gambar 3.7 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kredit produktif menempati posisis sampai 68,8 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Banyuwangi memiliki kesadaran yang tinggi dalam penggunaan kredit untuk hal-hal yang bersifat produktif sehingga mampu memacu peningkatan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan untuk NPL (Non Performing Loan) atau kredit bermasalah yang merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Sedangkan Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun mengalami perbaikan dan berada dikisaran 2%. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki RKPD Kabupaten Banyuwangi

143 kredit macet yang sangat rendah dibawah toleransi besaran persentase yang telah ditetapkan oleh BI. Rendahnya tingkat kredit macet juga mampu menunjang perbaikan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Adapun gambaran tersebut tercermin dari tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.7 NPL Kabupaten Banyuwangi Tahun NPL % (Gross) 4,1 5,8 4,1 2,8 2,2 2,0 2,1 Melihat gambaran kondisi perekonomian pada tahun 2014 tersebut, maka diperkirakan pada tahun 2015 kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi akan terus membaik dan meningkat. Hal tersebut juga ditunjang dari kegiatan-kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi mengalami perbaikan di berbagai sektor. Keadaan tersebut ditunjang dengan adanya pembangunan Bandar udara di Kabupaten Banyuwangi yang tentu saja memudahkan para investor dalam melakukan berbagai macam kegiatan perekonomian, ditambah lagi dengan semakin meningkatnya pemberantasan buta aksara serta pendirian berbagai pusat pendidikan diantaranya Politeknik Negeri Banyuwangi yang tentu saja akan memperbaiki kualitas SDM di Kabupaten Banyuwangi ini, kemudian terdapatnya berbagai macam event kepariwisataan yang dapat memperkenalkan Banyuwangi pada khalayak ramai, seperti Festival Banyuwangi 2015 yang memberikan sumbangsih terbesar pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yaitu pada bidang pariwisata. Adapun rincian berbagai sektor usaha yang menunjang kemajuan perekonomian Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari berbagai Lapangan Usaha Tahun NO LAPANGAN USAHA PERTANIAN PERTAMBANGAN dan PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH RKPD Kabupaten Banyuwangi

144 NO LAPANGAN USAHA BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL & 6 RESTORAN PENGANGKUTAN dan 7 KOMUNIKASI KEU, SEWA dan JASA PERUSAHAAN JASA-JASA PERTUMB EKONOMI KAB Dari tabel 3.8 tersebut terlihat bahwa lapangan usaha yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi adalah pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran. Hal itu mampu terjadi dikarenakan Kabupaten Banyuwangi memiliki strategi peningkatan kepariwisataan yang matang dan menginginkan Kabupaten Banyuwangi mampu mengembangkan kepariwisataannya dengan tetap mempertahankan kearifan lokal. Pada tahun 2013 kondisi perekonomian secara global cenderung membaik, demikian pula dengan kondisi Indonesia bahwa berbagai kondisi sangat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan. Bahkan kondisi tersebut akan diperkiraan terus mengalami perbaikan hingga tahun 2015 mendatang. Kondisi tersebut tidak melepaskan Kabupaten dari tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Banyuwangi adalah bersumber dari kondisi Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan kontribusi terhadap perkembangan perekonoian secara Nasional, sehingga untuk tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada Penguatan Kemandirian Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis dan Agroindustri, UMKM serta Infrastruktur agar mampu untuk meningkatkan kontribusi secara Nasional. Kebijakan tersebut tentunya akan berdampak pada kondisi Kabupaten Banyuwangi. Melihat kondisi Nasional, dan Provinsi, Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2016, yaitu: 1. Pertumbuhan pertanian yang melambat yaitu hanya mencapai 3,53% pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan sebesar 3,66% pada tahun 2016, padahal kegiatan perekonomian hampir 50% bersumber dari pertanian; RKPD Kabupaten Banyuwangi

145 2. Pertumbuhan Perdagangan Hotel dan Restoran merupakan lokomotif perekonomian diperkirakan tumbuh mencapai 10,78% pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan sebesar 10,91% pada tahun Sektor ini merupakan sektor prioritas dengan kontribusi terhadap struktur ekonomi Banyuwangi sebesar 35,17 % pada tahun 2016 meningkat dari tahun 2015 sebesar 33,8%; 3. Optimalisasi pengembangan bidang-bidang potensial seperti perikanan, peternakan; 4. Peningkatan kewaspadaan terhadap Kawasan Rawan Bencana khususnya kawasan Raung dan Ijen, serta kawan rawan bencana lainnya. Sedangkan Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi yaitu : 1. Kondisi geografis yang cukup strategis, dan terdapatnya pelabuhan Ketapang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali; 2. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh Pertanian didukung dengan kondisi topografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi; 3. kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan; 4. Pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi; 5. Pendapatan perkapita yang meningkat; 6. Kemiskinan mengalami penurunan. Melihat tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, maka arah Kebijakan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 yaitu: 1. Mengurangi konsumsi barang import untuk sebesar-besarnya memanfaatkan produk lokal untuk menggerakkan produksi Banyuwangi, menggerakkan transaksi perekonomian secara maksimal, dan memperbanyak kegiatan perdagangan keluar daerah dengan fokus penguatan kualitas produk, peningkatan jejaring pemasaran, introduksi teknologi, dan peningkatan akses finansial melalui kemitraan strategis dengan stakeholder; RKPD Kabupaten Banyuwangi

146 2. Mendorong percepatan perekonomian dalam bidang kepariwisataan, dan membuka kesempatan bagi investor, Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan koperasi; 3. Mempertahankan stabilitas pertumbuhan perekonomian dengan menjaga inflasi dan kenaikan harga komoditas, peningkatan dan pemerataan pendapatan perkapita dan penurunan angka kemiskinan; 4. Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah berbasis kelompok dan kluster; 5. Penguatan infrastruktur sebagai nstimulus perekonomian, serta mengoptimalkan Bandara Blimbingsari sebagai sarana percepatan pertumbuhan ekonomi; Melemahnya perekonomian global dan nasional yang berimbas di Kabupaten Banyuwangi juga telah diantisipasi dengan berbagai langkah yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah melalui tujuh kebijakan utama sebagai affirmative action, yang terdiri atas: (1) meningkatkan belanja infrastruktur untuk memperkuat konektivitas antar wilayah (antar kecamatan, antar desa), untuk mendukung sektor perekonomian, pendidikan, dan kesehatan; (2) meningkatkan efisiensi belanja daerah, antara lain fokus penguatan belanja publik yang lebih tepat sasaran dan pengendalian belanja operasional satuan kerja perangkat daerah yang kurang prioritas; (3) mendukung pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik, melalui peningkatan kesejahteraan aparatur, dan antisipasi Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; (4) mendukung pengurangan kesenjangan antarkelompok pendapatan dan antarwilayah, antara lain melalui peningkatan pemerataan pembangunan daerah ke seluruh pelosok wilayah kabupaten; (5) mendukung efektivitas dan keberlanjutan program nasional sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang mencakup jaminan kesehatan RKPD Kabupaten Banyuwangi

147 nasional dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta perbaikan pelayanan kesehatan; (6) mendukung penguatan pelaksanaan desentralisasi desa melalui peningkatan pemenuhan secara bertahap alokasi dana desa sesuai amanat Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa; (7) penyediaan dukungan bagi pelaksanaan program antisipasi ketidakpastian perekonomian, antara lain upaya penurunan jumlah kemiskinan dan pengangguran melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Kebijakan tersebut ditetapkan untuk dapat menjawab tantangan internal serta memperhatikan tantangan eksternal yang masih akan dihadapi pada tahun Dalam rangka itu, Pemerintah masih dihadapkan pada beberapa tantangan dalam mewujudkan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional. Beberapa tantangan tersebut diantaranya adalah: (1) masih terbatasnya ruang fiskal dalam rangka mendukung pembiayaan program-program prioritas pembangunan daerah; (2) perlunya penguatan kualitas belanja untuk mewujudkan APBD yang sehat dan produktif; (3) perlunya penguatan pola penyerapan anggaran. Selain itu, tantangan lainnya adalah mendorong penerapan creative financing, serta upaya untuk meningkatkan BUMD dalam proses pembangunan daerah. Oleh karena itu, penguatan pengelolaan kebijakan belanja daerah diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut sehingga dapat mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan tahun 2016 yang telah ditetapkan Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Tahun 2016 Pada tahun 2015 kondisi perekonomian secara global cenderung tidak stabil, kondisi gejolak perpolitikan yang cukup memanas, demikian pula dengan kondisi Indonesia bahwa berbagai kondisi kurang mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan, RKPD Kabupaten Banyuwangi

148 terutama pada kondisi nilai tukar rupiah yang terus saja melemah, dan kondisi inflasi yang cukup tinggi, sehingga hargapun relatif tidak stabil. Bahkan kondisi tersebut akan diperkiraan terus terus memburuk hingga tahun 2016 mendatang jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang bersifat intensif terhadap perbaikan perekonomian Indonesia. Prakiraan kondisi ekonomi makro Indonesia pada tahun 2016 adalah: Tabel 3.9 Kondisi Ekonomi Makro Indonesia Tahun 2016 Indikator RPJMN APBN-P RPJMN RKP Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,8 5,7 6,6 6,6 Inflasi (%, yoy) 5,0 5,0 4,0 4,0 Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,2 6,2 6,0 5,0 Nilai tukar (Rp/US$) Harga Minyak Mentah (US$/barel) 70, ,0 65 Lifting Minyak (ribu barel per hari) 849, ,0 830 Lifting Gas (MBOEPD) , Sumber: Rancangan awal RKP 2016 Dengan kondisi perekonomian tersebut kemudian secara Nasional mengungkapkan bahwa tema yang akan diusung dalam RKP 2016 adalah: Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan yang Berkualitas Adapun dari hal tersebut harapan pemerintah terhadap daerah adalah diharapkan: (a) setiap Pemerintah Daerah mencermati kegiatan yang akan dilaksanakan oleh K/L di wilayahnya masing-masing; (b) mempersiapkan dukungan kegiatan RKPD Kabupaten Banyuwangi

149 dari Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan daerah; dan (c) menyelaraskan kegiatan tersebut dalam RKPD. Kondisi tersebut tidak melepaskan Kabupaten dari tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Banyuwangi adalah bersumber dari kondisi Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan kontribusi terhadap perkembangan perekonoian secara Nasional, sehingga untuk tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada Penguatan Kemandirian Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis dan Agroindustri, UMKM serta Infrastruktur agar mampu untuk meningkatkan kontribusi secara Nasional. Kemudian pada tahun 2016 ini Provinsi Jawa Timur mengusung tema Percepatan Pembangunan Infrastruktur Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi MEA AKHIR 2015 adapun unsur dari tema tersebut adalah: A. Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1. Infrastruktur Ekonomi, ruang lingkup meliputi antara lain: Public work: Jalan Provinsi dan JLS, Jaringan irigasi, serta moda transportasi untuk percepatan konektivitas intra Jawa Timur dan Jatim-Eksternal Public utilities: kelangsungan pasokan energi listrik dan gas, jaringan telekomunikasi untuk menunjang Jawa Timur sebagai supercoridor. 2. Infrastruktur Sosial, ruang lingkup meliputi antara lain: Infrastruktur pendidikan difokuskan sarana dan prasarana sekolah dan perpustakaan Infrastruktur Kesehatan difokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit dan revitalisasi puskesmas Perumahan, Air Minum, Sanitasi 3. Infrastruktur Administrasi/Institusi, ruang lingkup meliputi: Penegakan Hukum, Keamanan dan Ketertiban Kontrol Admistrasi/Sistem Pengendalian Internal Koordnasi, Integrasi, Sinergi dan Sinkronisasi Kebudayaan B. Daya Saing 1. Daya Saing Regional/Provinsi, ruang lingkup meliputi: RKPD Kabupaten Banyuwangi

150 Stabilitas makro ekonomi Perencanaan Pemerintahan dan Institusi Tata Kelola Keuangan, Fasilitasi Dunia Usaha/Bisnis (efisiensi) ketenagakerjaan (produktivitas dan fleksibilitas pasar tenaga kerja) Kualas Hidup dan pembangunan Infrastruktur 2. Daya Saing Sektor (teknis), ruang lingkup meliputi: Standarisasi Produk barang di sektor Primer/Pertanian (standar proses dan standar produksi) Sandarisasi produk barang di sektor Sekunder/industri (khususnya produk IKM/UMKM) Standariasi produk Jasa (Sevices) pendidikan,kesehatan,dll Standarisasi SDM tenaga terampil Kebijakan tersebut tentunya akan berdampak pada kondisi Kabupaten Banyuwangi. Melihat kondisi Nasional, dan Provinsi serta berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada BAB II dokumen RKPD 2016 ini Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa tantangan yang akan dihadapi, yaitu: 1. Pertumbuhan pertanian yang melambat yaitu hanya mencapai 3,49%, padahal kegiatan perekonomian hampir 50% bersumber dari pertanian 2. Optimalisasi pengembangan bidang-bidang potensial seperti perikanan, peternakan) 3. Kawasan Rawan Bencana 4. Laju pertumbuhan ekonomi nasional dan provinsi yang melemah Sedangkan Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi yaitu : 1. Kondisi geografis yang cukup strategis, dan terdapatnya pelabuhan Ketapang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali 2. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh Pertanian didukung dengan kondisi topografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi 3. kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan RKPD Kabupaten Banyuwangi

151 4. Pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi 5. Pendapatan perkapita yang meningkat 6. Kemiskinan mengalami penurunan 7. Laju inflasi yang mampu ditekan 8. Kegiatan Perbankan yang membaik 9. Optimalisasi pemanfaatan Bandar Udara Blimbing Banyuwangi Melihat tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, maka Arah Kebijakan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016, Bupati Banyuwangi mengarahkan pada penguatan langkah, melakukan akselerasi dan lebih fokus lagi untuk Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan. Berkelanjutan berarti bahwa pada tahun 2016 tetap menjalankan fondasi 9 fokus prioritas RPJMD yang dijabarkan dalam 20 konsepsi dasar pembangunan daerah, yang disinkronisasi dengan agenda prioritas Nawa Cita Presiden R.I tahun dan RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun yaitu: 1. Mengurangi kegiatan import dengan memanfaatkan kondisi pertanian yang menunjang untuk pemanfaatan maksimal, dan memperbanyak kegiatan eksport dengan memanfaatkan kawasan Kabupaten Banyuwangi yang strategis 2. Mendorong percepatan perekonomian dalam bidang kepariwisataan, dan membuka kesempatan bagi investor, Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan koperasi 3. Mempertahankan stabilitas pertumbuhan perekonomian dengan menjaga pertumbuhan PDRB, peningkatan pendapatan perkapita dan menurunnya angka kemiskinan 4. Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah berbasis kelompok dan kluster 5. Penguatan regulasi ekonomi kerakyatan daerah 6. Pembangunan kawasan perindustrian untuk meningkatkan penghasilan daerah RKPD Kabupaten Banyuwangi

152 7. Mengoptimalkan Bandara Blimbingsari sebagai sarana percepatan pertumbuhan ekonomi 8. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meminta saham sebagai pemilik SDA 9. Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat berinvestasi 10. Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat menggunakan jasa perbankan Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi Arah Kebijakan Keuangan Daerah memuat tentang pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang akan dilaksanakan pada tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun rencana dapat diketahui Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD), serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dalam rangka otonomi daerah, maka pengalokasian anggaran dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah sangat bergantung kepada kreativitas dan kemauan dalam mengelola anggaran daerah agar RKPD Kabupaten Banyuwangi

153 mencapai hasil maksimal yang direncanakan termasuk menghasilkan peningkatan kesejahateraan masyarakat secara lebih merata. Indikator umum (makro) merupakan indikator gabungan (komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial. Indikator makro pembangunan tersebut terdiri dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, penurunan jumlah pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Indikator umum lainnya yang juga digunakan adalah indek pembangunan manusia (Human Development Index) yang digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) sebagai indikator komposit bidang ekonomi dan sosial. pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama yang sangat penting untuk menjamin kesinambungan pembangunan untuk menggerakkan roda pembangunan. Tanpa pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan program pembangunan akan mengalami stagnasi berujung pada peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah kemiskinan. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan mengalami kenaikan per tahun dengan asumsi perubahan pengelolaan pajak dan retribusi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah. Diharapkan dapat dikembangankan (disesuaikan) pajak dan retribusi daerah yang baru sebagai sumber pendapatan daerah tanpa mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang memberatkan investasi. Lonjakan penerimaan PAD terjadi pada tahun 2014 dimana Pajak Bumi dan Bangunan menjadi pajak daerah. Pada sisi Dana Perimbangan diproyeksikan mengalami kenaikan seiring dengan membaiknya perekonomian nasional yang memberi pengaruh postif terhadap APBN sehingga pada gilirannya memberikan tambahan porsi dana perimbangan. Semakin diperketatnya pembentukan daerah baru melalui pemekaran menjadi point penting atas tambahan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Untuk Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diharapkan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya ekonomi nasional walaupun ada beberapa jenis pajak yang dilimpahkan kepada daerah. Komponen Lain- Lain Pendapatan Daerah yang Sah diproyeksikan rata-rata mengalami RKPD Kabupaten Banyuwangi

154 kenaikan per tahun dimana komponen utama yang diprediksi naik adalah Dana Penyesuaian khususnya tunjangan serifikasi guru PNSD serta Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Provinsi. Dana Penyesuaian lainnya yang digunakan untuk biasanya dialokasikan untuk infrastruktur serta Bantuan Keuangan dari Provinsi sehingga sulit untuk diproyeksikan.hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber pendapatan daerah dituangkan kedalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut: RKPD Kabupaten Banyuwangi

155

156 Tabel 3.10 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 s.d tahun 2016 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun Realisasi Tahun Tahun Berjalan Proyeksi /Target pada 2013* 2014* 2015** Tahun Rencana 2016** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pendapatan 1,755,902,983, ,874,238,884, ,740,876,900, ,596,176,777, Pendapatan Asli Daerah 161,975,808, ,488,703, ,746,937, ,734,908, Pajak daerah 54,618,572, ,194,550, ,913,770, ,337,130, Retribusi daerah 24,170,155, ,276,765, ,158,753, ,567,805, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 17,212,736, ,562,622, ,677,682, ,271,955, ,974,344, ,454,764, ,996,731, ,318,987, Dana Perimbangan 1,299,958,159, ,303,387,209, ,521,954,259, ,609,928,057, Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 68,465,228, ,750, ,113,722, ,880,548, Dana alokasi umum 1,154,495,171, ,254,496,229, ,395,975,753, ,533,611,695, RKPD Kabupaten Banyuwangi

157 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun Realisasi Tahun Tahun Berjalan Proyeksi /Target pada 2013* 2014* 2015** Tahun Rencana 2016** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dana alokasi khusus 76,997,760, ,040,230, ,864,783, ,433,487, Lain-lain pendapatan daerah yang sah 293,969,015, ,362,971, ,894,175,702, ,756,659,695, Hibah 1,132,540, ,734,510, ,734,510, ,723,087,329, Dana darurat Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya**) 82,306,549, ,902, ,382,213,523, ,196,125,680, ,618,226, ,026,897, ,934,644, ,286,034, ,700, ,236, ,890,293,023, ,640,203,203, Pendapatan lainnya 135,820,424, JUMLAH PENDAPATAN DAERAH ( ) 1,755,902,983, ,874,238,884, ,740,876,900, ,596,176,777, Keterangan: * Data bersumber dari LAKIP 2014 dan Evaluasi RPJMD tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

158 3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Mengacu kepada proyeksi indikator makro ekonomi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, maka strategi-strategi kebijakan fiskal sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi Tahun diarahkan kepada (1) Mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan; (2) Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD dari sisi belanja; (3) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional; (4) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan strategi kebijakan fiskal tersebut di atas, maka kebijakan umum keuangan / anggaran RPJMD Kabupaten Banyuwangi diarahkan dalam tiga fungsi utama, yaitu : fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. a. Fungsi alokasi, yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena bersifat publik services seperti penanganan prasarana dasar dan penyediaan infrastruktur; b. Fungsi distribusi, yaitu penganggaran diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial, dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya; c. Fungsi stabilitasi, yaitu penganggaran diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban. Sesuai dengan arahan Bupati Kabupaten Banyuwangi bahwa tahun 2016 diarahkan pada kebijakan sesuai dengan arahan tahun , sehingga untuk kebijakan keuangan daerah tahun anggaran 2016 tidak mengalami perubahan, seperti apa yang telah tertuang dalam RPJMD RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

159 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sub-bab ini memuat penjelasan tentang analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi: Pendapatan pajak daerah, Pendapatan retribusi daerah, Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah, sedangkan Dana perimbangan, terdiri dari: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Buka Pajak (Sumber daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian. Lain-lain Pendapatan yang sah, meliputi: dana hibah, dana darurat, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya. Berdasarkan realisasi dan proyeksi pendapatan daerah serta pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah meliputi: a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun anggaran berkenaan, dengan meningkatkan optimalisasi sumber-sumber pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan dapat terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang ditargetkan. b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target pendapatan daerah. c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Banyuwangi pengelolaan pendapatan daerah lebih diarahkan pada optimalisasi RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

160 pendapatan daerah melalui upaya efektif dan efisien serta mendapat dukungan dari masyarakat. Arah pengelolaan pendapatan, yaitu : a. Kewenangan yang lebih luas dalam mengoptimalkan perolehan pendapatan daerah; b. Mendayagunakan dana melalui pola deposito; c. Perubahan manajemen keuangan dengan memberi peran lebih pada Kas Umum Daerah; d. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian sumber-sumber pendapatan daerah, terutama melalui usaha daerah dan pendayagunaan aset daerah, termasuk pendapatan dari pihak ke ketiga; e. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi bidang pendapatan atau organisasi penghasil. Upaya-upaya efektif dalam penggalian sumber-sumber pendapatan daerah harus terus dilakukan tanpa harus menambah beban bagi masyarakat sehingga nantinya pendapatan daerah tidak lagi harus bergantung pada satu atau dua jenis pajak daerah saja, diversifikasi sumber pendapatan daerah menjadi mutlak dicari agar ketergantungan dan resiko dapat disebar, mengingat struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi lebih banyak di dominasi oleh sektor primer, maka sudah saatnya dirancang berbagai tindakan yang dapat menggali sumbersumber pendapatan daerah yang berbasiskan pada sektor primer dan mata rantainya Arah Kebijakan Belanja Daerah Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, sub-bab ini berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja (Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung dalam APBD. Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

161 dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif bagi belanja langsung setiap SKPD. Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa, serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung. Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah dalam 3 (tiga) tahun terakhir, arah kebijakan yang terkait dengan belanja daerah, serta target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Dalam menentukan belanja daerah terdapat tiga elemen penting, yaitu masyarakat, Pemerintah Daerah, dan DPRD, dengan peran fungsinya masing-masing sebagai pelayan masyarakat, sehingga anggaran belanja daerah sebagai perwujudan dari amanat rakyat kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Rencana belanja disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja (berorientasi pada hasil). Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran. Sedangkan orientasi belanja daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD. Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi dan efektifitas sesuai dengan prioritas dan program-program strategis daerah. RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

162 Tabel 3.11 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun 2013* Realisasi Tahun 2014* Tahun Berjalan 2015* Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Belanja Daerah 2,120,217,064, ,006,338,551, ,683,450,663, ,680,970,867, Belanja Tidak Langsung 1,431,386,713, ,612,027,734, ,750,997,047, ,954,980,741, Hasil Pajak Daerah 54,618,572, ,176,653, ,913,770, ,582,806, Hasil Retribusi Daerah 24,170,155, ,163,101, ,158,753, ,511,358, Belanja pegawai 1,002,428,016, ,147,862,041, ,159,936,888, ,276,784,727, Belanja Pegawai Non Gaji 175,084,984, ,362,365, ,000,936, ,797,930, Belanja bunga Belanja hibah 90,755,984, ,860,137, ,008,581, ,389,518, Belanja bantuan sosial 10,428,000, ,026,215, ,222,342, ,389,515, Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* 1,000,000, ,168,000, ,332,099, ,330,360, Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa* 67,901,000, ,409,219, ,423,674, ,177,191, RKPD Kabupaten Banyuwangi

163 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun 2013* Realisasi Tahun 2014* Tahun Berjalan 2015* Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Belanja tidak terduga 5,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,413,478,043, ,074,589,567, ,455,966,507, ,021,832,362, Belanja Langsung 706,739,021, ,748,983, ,227,484,156, ,659,233,612, Belanja pegawai 36,283,015, ,147,862,041, ,057,080, ,556,381, Belanja barang dan jasa 259,187,273, ,431,864, ,176,159, ,316,877, Belanja modal 411,268,733, ,546,677, ,249,110, ,549,727, C JUMLAH BELANJA LANGSUNG 706,739,021, ,142,840,583, ,228,482,350, ,362,884,074, D TOTAL JUMLAH BELANJA 2,120,217,064, ,006,338,551, ,683,450,663, ,680,970,867, Keterangan: * Data bersumber dari LAKIP 2014 dan Evaluasi RPJMD tahun RKPD Kabupaten Banyuwangi

164 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentaang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sub-bab ini berisikan uraian mengenai kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah.kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah. Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman. Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud dengan pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan Daerah merupakan uang yang masuk ke kas daerah dan pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

165 Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari Kebijakan Umum APBD. Karena itu, kebijakan yang disepakati dalam pos pembiayaan berfungsi sebagai penunjang terhadap pencapaian sasaran dan tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas; 2. Apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil adalah melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan; 3. Apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau memperluas kemitraan. Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defisit, dan harus ditutupi dengan penerimaan daerah. Sebaliknya, jika pendapatan daerah lebih besar daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus, dan harus digunakan untuk pengeluaran daerah. Karena itu, pembiayaan daerah terdiri penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, penerimaan daerah berasal dari sumber, antara lain, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah. Sedangkan sumber pengeluaran daerah, antara lain, Pembentukan dana cadangan; RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

166 Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah pada tahun 2016 adalah untuk Optimalisasi penggunaan dana daerah untuk program dan kegiatan serta target atau sasaran yang belum terpenuhi guna menghindari dana yang menganggur dalam bentuk SILPA yang merupakan satu-satunya sumber penerimaan pembiayaan. Sementara untuk pengeluaran pembiayaan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 tidak terjadi pengeluaran pembiayaan karena pada tahun 2016 Kabupaten Banyuwangi akan terfokus pada pembuatan RPJMD. Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam 3 (tiga) tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format sebagai berikut: RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016

167 Tabel 3.12 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016 NO Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Jumlah Realisasi 2013* Realisasi 2014* Tahun 2015* Proyeksi/ 2016** 3.1 Penerimaan Pembiayaan 137,499,038, ,693,037, ,630,552, ,995,345, Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) 136,999,038, ,680,687, ,130,552, ,657,895, Pencairan Dana Cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman 500,000, ,350, ,000, ,450, Penerimaan piutang daerah 0,00 0,00 0,00 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 137,499,038, ,693,037, ,630,552, ,995,345, Pengeluaran Pembiayaan 9,150,000, ,900,000, ,186,885, ,658,785, Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal (Investasi) daerah 5,000,000, ,050,000, ,940,500, ,573,104, Pembayaran pokok utang 4,150,000, ,850,000, ,246,385, ,085,681, Pengeluaran Pihak Ketiga - - JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 9,150,000, ,900,000, ,186,885, ,658,785, RKPD Kabupaten Banyuwangi

168 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Permasalahan pembangunan merupakan sebuah hal yang sering di alami oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Permasalahanpermasalahan yang muncul baik di lingkup pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus dapat di tangani dengan baik. Penanganan permasalahan-permasalahan tersebut sangat dibutuhkan upaya yang seefektif dan seefisien mungkin. Penanganan yang lebih baik dan antisipatif menjadi upaya bersama yang dilakukan seluruh level Pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Munculnya permasalahan pembangunan bukan saja berawal dari kelemahan internal birokrasi Pemerintah, tetapi juga bisa berawal dari dinamika yang terjadi di masyarakat. Begitu juga halnya yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi, dengan berbagai permasalahan yang terjadi pada masa lalu, lambat laun dapat terselesaikan dan menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dengan beberapa pencapaian Kabupaten Banyuwangi pada tahun dimana berbagai bidang pembangunan mengalami peningkatan yang positif. Di bidang perekonomian misalnya terjadi peningkatan yang positif antara lain pada akhir 2010, pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 23,29 Trilyun Rupiah. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 35,46 Trilyun Rupiah, dan berdasarkan rilis terbaru BPS pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi sebesar 40,48 Trilyun Rupiah. Selanjutnya, Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi hingga tahun 2010 berada dalam kisaran 6 persen, lalu pada tahun 2011 meningkat mencapai 7,14 persen dan pada tahun 2012 kembali meningkat pada posisi 7,29 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mencapai 6,76 % dan pada tahun 2014 dapat mencapai 6,9 %. Pencapaian tersebut sangat baik dimana mampu melampaui pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 7,27 persen. Pada tahun 2013, seiring dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan nasional, Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi menurun menjadi RKPD Kabupaten Banyuwangi

169 sebesar 6,76 persen, namun angka ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur sebesar 5,86 persen dan nasional sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan perekonomian yang menurun pada tahun 2013 tidak berdampak terhadap pencapaian pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi pada tahun Pendapatan per kapita penduduk Banyuwangi tahun 2014 sebesar 25,50 juta meningkat dari tahun 2013 yang hanya sebesar 22,52 juta per tahun. Pendapatan perkapita ini meningkat kembali menjadi 25,5 juta pertahun pada Peningkatan perekonomian dan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara tidak langsung berpengaruh terhadap meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten Banyuwangi sebesar 70,53 meningkat menjadi sebesar 71,02 pada tahun Umur Harapan Hidup tahun 2012 sebesar dari 68,12 tahun meningkat pada tahun 2013 menjadi 68,66 tahun. Pencapaian yang menggembirakan dari bidang perekonomian juga berlanjut pada bidang pelayanan publik. Dimana sesuai dengan hasil survey kepuasan masyarakat pada tahun 2014 dari Lingkaran Survey Indonesia menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas kesehatan sebesar 82,8 persen, layanan pendidikan dan sekolah 81,3 persen, transportasi 65,8 persen. Pencapaian yang positif tersebut yang ditunjukkan oleh hasil survey menunjukkan bahwa adanya pencapaian yang positif Pemerintah Daerah dalam upaya menyediakan fasilitas dan pelayanan publik. Sedangkan dari bidang pariwisata terjadi peningkatan dan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 pertumbuhan sektor pariwisata 10,87 persen, capaian tersebut meningkat pada tahun 2013 menjadi 11,31 persen. Pertumbuhan sektor pariwisata tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan domestik meningkat dari 870 ribu tahun 2013 menjadi 1,04 juta orang tahun Wisatawan mancanegara meningkat dari 66 ribu orang menjadi 83 ribu orang tahun Peningkatan jumlah wisatawan tersebut tidak terlepas dari prioritas pembangunan Kabupaten Banyuwangi di bidang pariwisata. Upaya konkrit yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah memperbaiki dan membangun jalan mencapai 300 km setiap tahunnya. Pembangunan RKPD Kabupaten Banyuwangi

170 dan perbaikan jalan tersebut memiliki tujuan utama peningkatan aksesibilitas wisatawan menuju wilayah-wilayah pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata dan menggeliatnya perekonomian di daerah ternyata memberikan pengaruh positif terhadap penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 20 persen menjadi 9,57 persen tahun Pencapaianpencapaian tersebut merupakan sebuah jawaban konkrit dari upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah. Upaya-upaya konkrit telah berhasil dilaksanakan. Upaya-upaya yang bersifat sistematis dan berkelanjutan tersebut tentu saja harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat agar mampu mendukung dan berpartisipasi akfit dalam setiap upaya pembangunan di daerah. Pemerintah Daerah selaku subyek pelaksana jalannya pemerintahan daerah selalu dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan pembangunan. Setiap permasalahan yang terdapat di daerah tentunya juga memiliki implikasi tersendiri terhadap kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dengan banyaknya permasalahan yang ada, pemerintah daerah harus memiliki prioritas pembangunan guna mengatasi segala permasalahan yang ada di daerah. Prioritas ini bertujuan untuk dapat mengetahui permasalahan mana yang lebih besar implikasinya terhadap pembangunan suatu daerah. Selain itu, prioritas juga berfungsi untuk memaksimalkan pendanaan yang terbatas di daerah. Suatu prioritas pembangunan daerah merupakan sekumpulan program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah, mengingat keterdesakan dan daya ungkit bagi kinerja pembangunan daerah. Perumusan prioritas pembangunan dilakukan dengan mengevaluasi lebih lanjut permasalahan pembangunan daerah terkait, dihubungkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) pada tahun rencana dan kemungkinan perubahannya. Perlu dipahami bersama bahwa Prioritas Pembangunan Daerah adalah sebuah tema atau agenda pembangunan pemerintah daerah RKPD Kabupaten Banyuwangi

171 tahunan yang menjadi benang merah/tonggak capaian antara (milestones) menuju sasaran 5 (lima) tahunan dalam RPJMD melalui rencana program pembangunan daerah tahunan. Suatu prioritas pembangunan merupakan jawaban atas sasaran pembangunan daerah dalam suatu pernyataan yang mengandung komponen program prioritas atau gabungan program prioritas. Prioritas pembangunan daerah menjadi sebuah upaya pemerintah daerah untuk dapat mencapai target-target capaian yang telah dirumuskan. Prioritas tentu saja memberikan makna lebih bahwa programprogram tersebut di utamakan karena memiliki dampak yang signifikan. Suatu prioritas pembangunan daerah pada dasarnya (berisi) programprogram unggulan SKPD (terpilih) yang paling tinggi relasinya (leading indicators) bagi tercapainya target sasaran pembangunan daerah tahun rencana. Dalam menentukan prioritas pembangunan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang bersifat internal maupun eksternal. Setelah diketahui faktor penyebab atau pemicu secara internal maupun eksternal kemudian dapat disusun prioritas dan sasaran pembangunan beserta program prioritas. Tidak semua program prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan daerah, menyangkut keterbatasan anggaran dan identifikasi masalah. Suatu prioritas pembangunan dimasa lalu yang telah berhasil dicapai, tidak lagi diprioritaskan dimasa berikutnya, walau tetap harus dijaga kesinambungannya (performance maintenance). Tujuannya adalah memperjelas kesinambungan prioritas yang dijalankan pusat dengan prioritas daerah. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa perencanaan pembangunan daerah idealnya memang dapat berkelanjutan dan bersinergi dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Begitu juga hubungan antara program prioritas di Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Daerah. Guna mengetahui korelasi antara agenda prioritas pemerintah pusat, provinsi dan daerah akan dijelaskan sebagai berikut: Prioritas Pembangunan Nasional Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun adalah: RKPD Kabupaten Banyuwangi

172 Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 misi Pembangunan yaitu: 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5) Mewujudkan Bangsa yang berdaya saing 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan Sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas tersebut disebut dengan istilah NAWA CITA. Adapun kesembilan agenda prioritas tersebut antara lain: 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara 2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. RKPD Kabupaten Banyuwangi

173 5) Meningkatkan kualits hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. 8) Melakukan revolusi karakter bangsa. 9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangantantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional adalah: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan pertanian, perikanan dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sektor jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan peranan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya RKPD Kabupaten Banyuwangi

174 hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antar sektor dan antar wilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah- Swasta. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penanganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih, transparan, efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan hukum dan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, semakin mantapnya konsolidasi demokrasi, semakin tangguhnya kapasitas penjagaan pertahanan dan stabilitas keamanan nasional, RKPD Kabupaten Banyuwangi

175 dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi Indonesia dalam forum Internasional Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Penyusunan RKP Nasional tahun 2016 haruslah berpedoman kepada dokumen RPJMN tahun Di dalam dokumen RPJMN tahun telah memberikan gambaran perencanaan pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Fokus pembangunan di dalam RKP Nasional tahun 2016 yang mengacu pada RPJMN tahun menghasilkan tema sebagai berikut: Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas RKPD Kabupaten Banyuwangi

176 Berdasarkan tema RKP Nasional tahun 2016 tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Pusat pada tahun 2016 berupaya memprioritaskan pembangunanya sebagai berikut: 1. Tercapainya peningkatan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, tersedianya perumahan layak huni bagi masyarakat berpenghasilan renda dan jaminan sosial, serta pembentukan mental/karakter bangsa,budi pekerti, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air serta semangat bela negara. 2. Mendukung terwujudnya stabilitas dan kedaulatan pangan melalui reformasi agraria, untuk pengendalian pemanfaatan lahan pertanian, pendistribusian bibit dan pupuk, peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan irigasi dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian dan nilai tambah petani untuk hidup layak dan lebih sejahtera. 3. Terciptanya pemerataan pendapatan antar kelompok masyarakat, antar wilayah, antar desa dan pinggiran serta antar kawasan. Hal tersebut bertujuan agar tercapainya pemerataan pembangunan antar wilayah yang simbang, yang dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dimasing-masing wilayah. 4. Terpeliharanya dan terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan baik dibidang maritim, energi, pariwisata, maupun stabilitas dan kedaulatan pangan. Hal tersebut baertujuan agar tersedia jaringan infrastruktur perhubungan dengan berbagai moda transportasi yang mengedepankan pelayanan cepat, tepat, murah dan aman, sehingga akan mendorong efisiensi dan efektifitas kelancaran arus orang dan distribusi barang serta jasa yang dapat mengurangi ekonomi biaya tinggi dan menekan angka inflasi. 5. Penguatan dan peningkatan kapasitas aparatur daerah antara lain melalui pendidikan, pelatihan, pendampingan dan sosialisasi regulasi dalam upaya peningkatan kinerja sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing. RKPD Kabupaten Banyuwangi

177 4.1.2 Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Timur Penyusunan tema RKPD Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mengacu pada dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur. Tentunya, selain mengacu pada dokumen RPJMD Provinsi Jawa TImur, penyusunan tema RKPD Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mengacu RKP Nasional tahun Oleh karena itu, untuk mendukung sinergitas pembangunan pusat dan daerah, Provinsi Jawa Timur merumuskan tema RKPD tahun 2016 sebagai berikut: Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi MEA Akhir 2015 Tema RKPD tahun 2016 tersebut mempertegas sinergitas pembangunan nasional dengan pembangunan di provinsi Jawa Timur berfokus pada bidang infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dimaksud Provinsi Jawa Timur dapat diperjelas dengan penjelasan unsur tema sebagai berikut: Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1) Infrastruktur ekonomi, antara lain meliputi: public work (jalan provinsi dan JLS, jaringan irigasi, dan moda transportasi); Public utilities (kelangsungan pasokan energy listrik dan gas, jaringan telekomunikasi untuk menunjang Jawa Timur sebagai supercoridor. 2) Infrastruktur social, antara lain meliputi: Infrastruktur pendidikan, infrastrukutr kesehatan, serta perumahan, air minum dan sanitasi. 3) Infrastruktur administrasi/institusi, antara lain meliputi: penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, sistem pengendalian internal, koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi. Daya saing 1) Daya saing regional/provinsi, antara lain meliputi: stabilitas makro ekonomi; perencanaan Pemerintahan dan institusi; tata kelola keuangan, fasilitasi dunia usaha, RKPD Kabupaten Banyuwangi

178 ketenagakerjaan; kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur 2) Daya saing sector, antara lain meliputi: standarisasi produk di sector primer/pertanian; standarisasi produk di sector sekunder/industri; standarisasi produk jasa; standarisasi SDM tenaga terampil. Berdasarkan Rancangan Awal RKPD tahun 2016 Provinsi Jawa Timur dan mengacu pada tema RKP Nasional tahun 2016, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfokuskan pembangunan pada tahun 2016 di bidang infrastruktur. Fokus pembangunan infrastruktur tentu saja harus diperhatikan dan dipersiapkan dimulai dari perencanaan, studi kelayakan hingga evaluasi pembangunan. Berikut ini terdapat beberapa prioritas pembangunan tahun 2016 Provinsi Jawa Timur, antara lain: MISI I : Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan 1) Pengentasan kemiskinan melalui Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera (JALIN MATRA) 2) Perluasan kesempatan belajar di SMK 3) Pengembangan SMK Mini dan BLK (balai latihan kerja) Plus 4) Pemberian bantuan beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu 5) Penguatan dan pengembangan taman posyandu 6) Pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi MISI II : Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis agrobisnis dan agroindustri 1) Meningkatkan dan mengembangkan koperasi wanita 2) Penggunaan combine harvester guna meningkatkan efisiensi pasca panen 3) Restocking laut dan pembangunan rumah ikan di Banyuwangi, Situbondo, Kabupaten dan Kota Probolinggo 4) Swasembada daging dengan optimalisasi inseminasi buatan RKPD Kabupaten Banyuwangi

179 5) Penguatan fungsi Kantor Perwakilan Dagang 6) Kebijakan non tarief Barrier 7) Peningkatan Percepatan Pembangunan JLS 7) Pembangunan jalan lingkar, fly over, pembangunan jembatan dan pembangunan jalan akses di beberapa lokasi strategis di Jawa Timur 8) Pembangunan elevated railways (gubeng-juanda) 9) Percepatan pembangunan rel KA double track 10) Optimalisasi angkutan penyeberangan 11) Pembangunan pelabuhan khususnya di Probolinggo 12) Pengoperasian Bandara Bawean Kabupaten Gresik 13) Peningkatan sarana prasarana Bandara di Jawa Timur 14) Pengendalian banjir dan pembangunan cekdam/gullyplug 15) Pembangunan waduk lapangan dengan teknologi geomembrane 16) Peningkatan ketersediaan infrastruktur dasar perumahan dan kawasan permukiman 17) Pembangunan dan renovasi rumah tidak layak huni 18) Pembangunan rusunawa 19) Perencanaan tata ruang guna percepatan kawasan strategis provinsi (KSP) kepentingan ekonomi Misi III : Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dan penataan ruang 1) Pengendalian mutasi lahan melalui percepatan penetapan Perda LP2B 2) Penghijauan jalan di sepanjang jalan provinsi Misi IV : meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik 1) Optimalisasi dan efektifitas sistem pelayanan publik 2) Peningkatan kapasitas aparatur desa 3) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan RKPD Kabupaten Banyuwangi

180 Misi V : Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial 1) Peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat menjelang Pilkada serentak 2) Fasilitasi FKDM, FKUB dan FPK Prioritas Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Dengan berbagai pencapaian dan potensi yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 tetap berupaya mencapai target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Selain menjaga pencapaian dan meningkatkan pencapaian, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga di tuntut mampu berkorelasi dan berkesinambungan dengan pembangunan di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Upaya yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi untuk dapat menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan dapat terwujud jika adanya komitmen bersama dalam menyusun prioritas pembangunan daerah. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa arahan Bupati Banyuwangi yang terangkum di dalam prioritas pembangunan di tahun 2016: 1) 20 Konsepsi Dasar Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki 20 konsepsi dasar pembangunan, dimana ke duapuluh konsepsi tersebut berpedoman pada 2 (dua) prioritas wajib meliputi pendidikan dan kesehatan; 3 (tiga) prioritas unggulan meliputi Pertanian, pariwisata dan UMKM; dan 4 (empat) prioritas penunjang meliputi infrastruktur, Perlindungan sosial, lingkungan hidup dan Birokrasi. Untuk lebih jelasnya berikut 20 konsepsi dasar pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi: RKPD Kabupaten Banyuwangi

181 2) Mewujudkan Smart City dan mempersiapkan Banyuwangi inteligent transport system Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu masyarakatnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau mengantisipasi kejadian yang tak terduga.smart City dapat disimpulkan bahwa memanfaatkan sumber informasi dan menggunakan teknologi yang canggih untuk mempermudah kehidupan.tidak hanya berupaya meuwujudkan Smart City, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mempersiapkan Banyuwangi intelligent transport system guna mendukung arus perpindahan barang maupun manusia yang tersistem dan terintegrasi. 3) Peningkatan pariwisata berbasis ecotourism Semakin bervariasinya obyek-obyek wisata di Jawa Timur menuntut pengaplikasian bentuk pariwisata yang lebih concern terhadap lingkungan. Ecotourism merupakan alternatif strategi yang mengutamakan kepariwisataan berbasis alam. Dengan besarnya potensi alam di Kabupaten Banyuwangi tentu upaya RKPD Kabupaten Banyuwangi

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 I

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 I DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL... III DAFTAR GAMBAR... VII BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4 Sistematika Dokumen

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN...

BAB I : PENDAHULUAN... Daftar Isi Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... viii Sambutan... ix BAB I : PENDAHULUAN... 10 1.1 Latar Belakang... 10 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 11 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 13

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Nomor L2 Tahun 2OO8, pemerintah daerah wajib men5rusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD

Nomor L2 Tahun 2OO8, pemerintah daerah wajib men5rusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD BUPATI BANYU\RIANGI PERATURAN BUPATI BAI{YIJWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

85 DESA TERHUBUNG FIBER OPTIK SISTEM INFORMASI PERENCANAAN & KEUANGAN Rancangan Mei RKP MUSRENBANGNAS RPJMD Apr Prioritas pemb, Pagu indiakatif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah kerja Rancangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun BAB I PENDAHULUANN. 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun tahun 2004 tentang Sistem Perencanaann Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN MUSRENBANGCAM 2016 JUM AT, 12 PEBRUARI 2016 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Drs. H. Agus Siswanto,

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda Merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Mempunyai luas wilayah berdasarkan PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci