Nomor L2 Tahun 2OO8, pemerintah daerah wajib men5rusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nomor L2 Tahun 2OO8, pemerintah daerah wajib men5rusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD"

Transkripsi

1

2 BUPATI BANYU\RIANGI PERATURAN BUPATI BAI{YIJWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat BUPATI BANYUWANGI, a. Bahwa untuk melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2OO4 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor L2 Tahun 2OO8, pemerintah daerah wajib men5rusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah {RKP) dan Rencana Keda Pembangunan Daerah Provinsi; b. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2OLA-2O15 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2}ll, merupakan Dokumen perencanaan jangka menengah yang harus dijabarkan kedalam rencana jangka pendek tahunan dalam rangka merealisasikan target kinerja tahun 2015; c. bahwa sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Bupati Banyuwangi tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ban5ruwangi Tahun 2OL5. 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO3 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a2861; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2AA4 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2AO4 Nomor t25, Tannbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44371, sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OO8 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a8a9l;

3 t Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tawtbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aa38); Undang-Undang Nomor L2 Tahun 2OLl tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OlL Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 523a\ Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2OO5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OAT tentang Pembagian Umsan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenlKota; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Pen5rusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2O1O tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2O LO-2O L4; Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2Ol4 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2O1O tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2OOg tentang Tahapan Tata Cara PenSrusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahurt 2013 tentang Pedoman Pen5rusunan APBD Tahun Anggaran 2AL4; Peraturan Merrteri Dalam Negeri Nomor 27 Ta}r:urr 2Al4 tentang Pedoman Pen5rusunan, Pengendalian dan Evaluasi RKPD Tahun 2O15; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur; Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2AO7 bntang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ban)ruwangi Nomor 3 Tahun 2012;

4 Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2}tl tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi; Peraturan Daerah Kabupaten Banyu.wangi Nomor 7 Tahun 2OLL tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten BanSruwangi Tahun MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD} KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2OL5. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Banyuwangi; 2. Bupati adalah Bupati Banyuwangi; 3. Pemerintah Daerah adalah pemerintah Kabupaten Banyuwangi; +. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selar{utnya disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten Ban5ruwmgr; 5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2O1O-2O15, yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perellcanaan pembangunan daerah untuk periode selama Tahun 2O1O-2O15; 6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang disingkat Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode selama Tahun ZOLO- 2QL5; 7. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan untuk periode selama 1 (satu) tahun; 8. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Keda Perangkat Daerah yang disingkat Renja-SKPD adalah dokr-rmen perencanaan tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah; 9. RKPD Tahun 2Ol5 adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015.

5 4 BAB II RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2 RKPD Tahun 2015 merupakan dokumen perencana rn pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi dalam jangka waktu f (satu) tahun yang dimulai pada Tanggal 1 Januari 2Ol5 dan berakhir padatanggat 31 Desember 2015' Pasal 3 RKPD Tahun 2OLS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan penjabaran dari RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 20L yang berisi program-program prioritas yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi maupun dengan dukungan pembiayaan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Pasal 4 (1) RKPD Tahun?ALS disusun per{ruslrtan sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI dengan sistematika PENDAHULUAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KTNERJA PEI{YELENGGARAAN PEMERINTAHAN RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH PENUTUP KEGIATAN (21 Uraian seca-ra rinci RKPD Tatrun 2015 sebagaimana dimaksud pada ayat (U dimuat dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 5 RKPD Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 digunakan sebagai: 1. Pedoman bagt Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam men5rusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD);

6 5 2. Pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menjrusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran Pasa] 6 Dalam rangka melqrusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Ban3ruwangi Tahun Anggaran 2015 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2: L. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggunakan RKPD Tahun 2015 sebagai bahan Pembahasan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran dengan DPRD; 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkung rn Pemerirrtah Kabupaten Ban5ruwangi menggunakan RKPD Tahun 2015 dalam melakukan pembahasan Rencana Kerja Angaran- Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). BAB III PENUTUP PasaJT Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banyuwangi. Dite di Banyuwangi T uln a0l4 NGI, AR ANAS Diundangkan di Banyuwangi Madya BERITA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2OI4 NOMOR LO

7 KATA PENGANTAR Tahun 2015 merupakan tahun akhir pelaksanaan RPJMD periode Berlandaskan capaian tahun-tahun sebelumnya, tahun 2015 difokuskan untuk lebih memantapkan kinerja pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang, untuk mendorong peningkatan daya saing kompetitif perekonomian dengan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat, dalam rangka peningkatan peran Banyuwangi dalam konstelasi regional. Dengan berbasis tujuan tersebut, serta dengan memperhatikan tantangan yang mungkin dihadapi, maka disusun perencanaan pembangunan tahunan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 diawali dengan penetapan pagu indikatif SKPD sebagai acuan penyusunan Rancangan Rencana Kerja, dibahas secara berjenjang melalui Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, serta Musrenbang Kabupaten. Penyusunan RKPD juga memperhatikan dengan RPJPD, sinkronisasi dengan kebijakan-kebijakan nasional dan provinsi, arahan RPJMD Kabupaten Banyuwangi dan RTRW Kabupaten Banyuwangi, serta capaian kinerja Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 dan perkiraan capaian kinerja tahun Selanjutnya diharapkan RKPD ini dapat menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyempurnakan Rencana Kerja (Renja) SKPD serta menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran Banyuwangi, Juni 2014 BUPATI BANYUWANGI H. ABDULLAH AZWAR ANAS, M.Si i

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang I Dasar Hukum Penyusunan I Hubungan Antar Dokumen I Sistematika Dokumen RKPD I Maksud dan Tujuan I-6 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN II Gambaran Umum Kondisi Daerah II Evaluasi Pelaksanaan dan Kegiatan II-81 RKPD Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD 2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah II-89 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH III Arah Kebijakan Ekonomi Daerah III Arah Kebijakan Keuangan Daerah III-125 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH IV Tujuan dan Sasaran Pembangunan IV Prioritas dan Pembangunan IV-178 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN V-211 PRIORITAS DAERAH BAB VI PENUTUP VI-212 ii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur. Wilayah daratan Banyuwangi membentang dari dataran tinggi di bagian barat berupa pegunungan sebagai penghasil produk perkebunan; hingga dataran rendah di bagian timur dan selatan sebagai penghasil produk hasil pertanian. Garis pantai Banyuwangi membujur dari arah utara ke selatan, sebagai daerah penghasil berbagai biota laut. Berbagai keunggulan dan potensi alam tersebut, merupakan modal yang sangat besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu dibutuhkan komitmen bersama antara pemerintah, swasta, masyarakat, serta pemangku kepentingan pembangunan daerah lainnya untuk dapat bersinergi mengelola keunggulan dan potensi alam Banyuwangi. Upaya tersebut diawali dengan perumusan rencana pengelolaan keunggulan dan potensi daerah yang terangkum dalam RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah) yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah dengan periode satu tahun. Pada hakekatnya perencanaan pembangunan merupakan proses perumusan keputusan dari berbagai alternatif. Berasal dari data dan informasi factual kemudian menjadi sumber untuk menentukan tujuan yang akan dicapai. Tujuan itu adalah meningkatnya kesejahteraan rakyat; yang hanya dapat dicapai melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang spesifik, terukur, dan tepat waktu. Terdapat dua pendekatan dalam perencanaan yaitu sentralistik (Top-Down Planning) dan Desentralistik (Bottom-up Planning). Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah dengan pendekatan tersebut dilaksanakan sebagai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, bahwa setiap daerah diwajibkan untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah untuk jangka panjang 20 tahun (RPJPD), jangka menengah 5 tahun (RPJMD), serta jangka pendek 1 tahun (RKPD). BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-1

10 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RKP (Rencana Kerja Pemerintah), yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, kebijakan keuangan daerah, rencana program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dilakukan melalui serangkaian tahapan dan tatacara yang antara lain meliputi: (a) Penyusunan rancangan awal RKPD, (b) Penyusunan rancangan RKPD, (c) Pelaksanaan musrenbang, (d) Perumusan rancangan akhir, serta (d) Penetapan RKPD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2015 merupakan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun kelima atau tahun terakhir dari periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2015 ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah sebagai dasar penyusunan KUA, PPAS, dan RAPBD tahun Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-2

11 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013; 16. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jawa Timur Tahun ; BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-3

12 17. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3 Hubungan antar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) memiliki hubungan yang saling terikat dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional maupun Provinsi Jawa Timur. Di tingkat nasional, dokumen perencanaan pembangunan terdiri dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dengan periode 20 (dua puluh) tahun, dijabarkan menjadi Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan periode 5 (lima) tahun, dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan periode selama 1 (satu) tahun. Pada tingkat Provinsi Jawa Timur, dokumen perencanaan pembangunan terdiri dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan periode 20 (dua puluh) tahun, dijabarkan menjadi Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan periode 5 (lima) tahun dan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dengan periode 1 (satu) tahun. Hubungan yang saling terikat antar dokumen tersebut dapat dijelaskan seperti gambar di bawah ini: Gambar 1. 1 Keterkaitan RKPD Kabupaten dengan Dokumen Perencanaan Lainnya BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-4

13 Sebagaimana alur hubungan antar dokumen tersebut, penyusunan dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi dijabarkan dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dengan periode selama 20 (dua puluh) tahun, yang dijabarkan menjadi Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan periode selama 5 (lima) tahun dan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah dengan periodesasi selama 1 (satu) tahun. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 menjadi acuan pemerintah daerah dalam menyusun Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi diuraikan lebih terfokus setiap SKPD pada dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA SKPD). Dokumen RENJA SKPD menjadi acuan RKA SKPD sebagai input penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Banyuwangi. Uraian tersebut menunjukkan bahwa penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi merupakan sebagian dari sistem perencanaan yang harus sinergis dengan rencana pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Timur. 1.4 Sistematika Dokumen RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini, berisi penjelasan latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan RKPD dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya, sistematika dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-5

14 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Bab ini, berisi gambaran umum tentang kondisi daerah, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun sebelumnya, serta identifikasi permasalahan pembangunan daerah berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Bab ini, menjelaskan arah kebijakan ekonomi daerah dan arah kebijakan keuangan daerah, yang meliputi arah kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini, menjelaskan tentang hubungan visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan berdasarkan dokumen RPJMD, serta prioritas pembangunan daerah tahun BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Bab ini, berisi rincian rencana program dan kegiatan prioritas Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015, yang disajikan per urusan untuk setiap SKPD. BAB VI PENUTUP Bab ini, berisi tentang hal-hal pokok yang terdapat pada keseluruhan dokumen RKPD sebagai pedoman semua pihak untuk memahami serta memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. 1.5 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi 2015 disusun sebagai pedoman perencanaan pembangunan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat untuk jangka satu tahun Maksud penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 : BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-6

15 a. Mewujudkan sinergitas, sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan daerah. b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya dalam pembangunan daerah. c. Mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat dan merumuskannya menjadi prioritas pembangunan. d. Memberikan arah dan menyatukan tujuan kegiatan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dan SKPD dalam pelaksanaan pembangunan daerah tahun 2015, dalam rangka pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 a. Sebagai acuan bagi Daerah dalam menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran b. Sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam penyempurnaan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) Tahun c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan (planning), penganggaran (budgetting), pelaksanaan (executing), serta pengendalian dan evaluasi (monitoring and evaluating) pembangunan yang terukur. BAB I RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 I-7

16 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun 2013 menguraikan tentang hasil capaian RKPD tahun lalu, dengan memperhatikan target yang tertuang dalam dokumen RPJMD dan proyeksi capaian RKPD tahun berjalan. Capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi, demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan, dan permasalahan pembangunan. 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografis, Luas Wilayah, Dan Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah Kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Gambar 2.1 Peta Kabupaten Banyuwangi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-8

17 antara 7 Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak o, o,46 Lintang Selatan dan 113 o, o,38 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Banyuwangi mempunyai ketinggian antara meter di atas permukaan air laut. Secara administratif Kabupaten Banyuwangi mempunyai batas daerah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso. b. SebelahTimur : Selat Bali. c. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia. d. Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso. Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan No. Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 Kecamatan Desa Jumlah Kelurahan 1. Pesanggaran 5-2. Siliragung 5-3. Bangorejo 7-4. Purwoharjo 8-5. Tegaldlimo 9-6. Muncar Cluring 9-8. Gambiran 6-9. Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo 12 - JUMLAH BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-9

18 2.1.2 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mencapai jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki laki jiwa dan jumlah penduduk perempuan jiwa. Tingkat kepadatan penduduk rata rata 0,44 jiwa/km². Penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar berada di daerah pedesaan. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No Kelompok Umur / Jumlah Prosentase Tahun , , , , , , , , , , , , , , ,70 16 > ,30 JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Banyuwangi Penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar bermata pencaharian bidang Pertanian / Perkebunanyang mendominasi keseluruhan jumlah penduduk yaitu mencapai jiwa atau 19,17 %. Secara terperinci jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase 1. Belum / Tidak Bekerja ,29 2. Pertanian / Perkebunan ,17 3. Perdagangan ,22 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-10

19 No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase 4. Industri ,15 5. Jasa Kemayarakatan ,22 6. Konstruksi ,13 7. Pemerintahan ,37 8. Pelajar / Mahasiswa ,67 9. Swasta , Wiraswasta , Sopir, Buruh, Tukang dan Kuli ,79 JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Banyuwangi Sedangkan menurut kelompok tingkat pendidikan masih didominasi oleh kelompok pendidikan tingkat SD / Sederajat yaitu sebesar atau 46,16 % dari jumlah penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebesar jiwa, secara rinci dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase 1. Belum / Tidak Sekolah ,58 2. SD / Sederajat ,16 3. SLTP / Sederajat ,65 4. SLTA / Sederajat ,49 5. Diploma I / II ,84 6. Strata I ,17 7. Strata II ,09 8. Strata III 199 0,01 Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyuwangi Topografi Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagaian besar mempunyai BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-11

20 tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian. Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas : a. Ketinggian 0 25 meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan padakecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo. b. Ketinggian meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha. (45,65%) dari luas daerah. Ketinggian ini didapat pada hampir semua Kecamatan kecuali Kecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjo yang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaan laut. c. Ketinggian meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha.(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputi Kecamatan Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro, Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon danwongsorejo. d. Ketinggian lebih dari meter di atas permukaan laut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro, Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo. e. Daerah Kecamatan pantai meliputi Kecamatan Wongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat,Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran Geologi Kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini : BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-12

21 Tabel 2.5 Struktur Geologi Kabupaten Banyuwangi Struktur geologi Luas Ha % Aluvium ,00 23,26 Hasil G Api kwarter muda ,50 29,45 Hasil G. Api kwarter ,00 10,25 Andesit ,75 8,20 Miosen falses semen ,25 15,42 Miosen falsen batu gamping ,50 13,41 Sumber : Profil Kabupaten Banyuwangi 2013 Adapun keadaan jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.6 Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi Hidrologi Jenis tanah Luas Ha % Regosol ,87 23,96 Lithosol ,88 6,75 Lathosol ,30 2,44 Padsolik ,75 60,3 Gambut ,70 6,55 Sumber : Profil Kabupaten Banyuwangi 2013 Banyuwangi merupakan dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara di mana di dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga di samping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah Klimatologi Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. a. Rata-rata curah hujan selama tahun 2012 mencapai mm. Curah hujan terendah terjadi pada Bulan Oktober 2012 sebesar 6.30 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar mm. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-13

22 b. Presentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan Januari sebesar 38 % dan tertinggi pada Bulan September sebesar 98 % c. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2012 diperkirakan mendekati 82 %. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan September dengan rata- rata kelembaban udara sebesar 78 %. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi pada Bulan Januari dengan besaran 87 %. d. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan Agustus sebesar 25,5 derajat celcius. Sedang tertinggi pada Bulan Nopember sebesar 27,7 derajat celcius Penggunaan Lahan Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten paling luas se-jawa Timur, dengan luas wilayah 5.782,50 km 2. Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan, karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan - kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai ,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar ,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman mencapai luas sekitar ,22 ha atau 22,04 persen. Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-14

23 Gambar 2.2 Luas Kabupaten Banyuwangi Menurut Penggunaannya Hutan (31,72 Sawah (11,44 %) Lain-lain (17,59 Ladang (2,80 %) Perkebunan (14,21 Permukiman (22,04 %) Tambak (0,31 Sumber : BPS Kab. Banyuwangi Potensi pengembangan wilayah Pertanian Struktur ekonomi Banyuwangi didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian mencapai 45,36 persen, atau hampir separuh dari kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di sektor pertanian. Sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, holtikultura, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan serta kelautan dan perikanan. Saat ini pertanian di Kabupaten Banyuwangi mempunyai dua peran sekaligus tantangan yaitu: mendukung pemenuhan pangan bagi penduduk Banyuwangi juga memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga tani di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai sektor yang menjadi tumpuan bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian sebagian rakyat, maka pembangunan pertanian merupakan generator bagi pembangunan daerah. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-15

24 Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Untuk itu Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur. Adapun luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km² dimana luas area persawahan adalah sebesar Ha atau 11,44 %. Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumber daya produksi dan potensi pasar. Potensi produksi pangan terutama dapat di lihat dari cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur. Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 : Tabel 2.7 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi Jenis tanaman Luas Tanaman (Ha) Produktifitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) Padi sawah , Padi ladang , Jagung , Kedelai , Ubi Kayu , Ubi Jalar , Kacang Hijau , Kacang Tanah , Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan pemanfaatan lahan yang digunakan oleh para petani, mulai dari kawasan selatan ke arah utara hingga kearah barat merupakan daerah potensi tanaman bahan makanan. Tanaman padi banyak di tanam di kawasan ini, bahkan sebagian besar dari kawasan tersebut mempunyai pola tanam padi dalam satu tahunnya hingga tiga kali. Namun demikian kondisi ini mengalami tantangan terutama alih fungsi lahan pertanian teknis untuk pemukiman maupun pemanfaatan yang lain. Akibatnya kontribusi sektor pertanian dalam struktur ekonomi Banyuwangi semakin menurun. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian rata-rata sebesar 3,37% per tahun. Badan Pertanahan Nasional, pada tahun 2011 merilis, bahwa BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-16

25 sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 lahan pertanian berkurang seluas ,18 Ha. Menurunnya kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi juga disebabkan belum optimalnya infrastruktur irigasi di pedesaan. Kerusakan jaringan irigasi tersier sampai dengan tahun 2012 sebesar 35%. Berdasarkan hasil survey BPS tahun 2011, penyusutan hasil panen di Kabupaten Banyuwangi mencapai 10,82%. Hal ini mendorong tingginya laju impor tanaman pangan, dimana dalam kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2011 sudah menembus 13 miliar dolar Amerika. Selain itu penurunan potensi pertanian di Kabupaten Banyuwangi disebabkan karena adanya dampak perubahan iklim sehingga menyebabkan gagal panen akibat banjir dan kekeringan dan munculnya hama dan penyakit tanaman Perkebunan Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sebesar sekitar 5.782,50 km² yang sebagian wilayah dari Kabupaten Banyuwangi adalah wilayah perkebunan, luas kawasan perkebunan mencapai sekitar ,63 Ha atau 14,21 %. Selain tanaman bahan makanan yang berpotensi tinggi di Kabupaten Banyuwangi, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan tanaman bahan makanan. Dua jenis tanaman perkebunan yang mempunyai konstribusi terhadap kehidupan penduduk di Kabupaten Banyuwangi cukup besar yaitu tanaman kelapa dan kopi. Tabel 2.8 Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Tebu , Kelapa Kopra , Kelapa deres , Kopi , Kakao , Karet , Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-17

26 Peternakan dan Perikanan Potensi Peternakan Banyuwangi yang besar terlihat menjadikan Banyuwangi dipercaya sebaga penyelenggara kontes ternak regional. Sapi potong yang dimiliki Banyuwangi sebanyak ekor, potensi sapi potong ini bila dipadukan dengan kerbau telah mencukupi daging warga Banyuwangi dan sekitarnya. Sementara kambing dengan jumlah ekor, dan domba sebanyak ekor. Ini masih belum lagi sumbangsih susu sapi perah yang dikelola langsung oleh rakyat (bukan industri besar) yang setiap tahunnya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Banyuwangi sebanyak liter. Lebih jelasnya potensi peternakan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.9 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 Jenis Ternak Populasi (ekor) Produksi Daging (kg) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing Domba Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi Dalam bidang perikanan, isu strategis perikanan di Jawa Timur adalah keterbatasan bahan baku ikan untuk industri. Ketersediaan ikan di wilayah Jawa Timur sebesar ,10 ton, sedangkan konsumsinya mencapai ,69 ton. Hal ini disebabkan antara keterbatasan sarana dan prasarana tangkap yang dimiliki nelayan serta jangkauan penangkapan yang terbatas. Potensi perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi sangat besar. Pada tahun 2013 produksi perikanan sebesar ,01 ton yang terdiri dari perikanan perikanan laut sebesar ,44 ton dan perairan umum sebesar 105,59 ton. Potensi produksi ikan laut lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-18

27 Tabel 2.10 Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya Tahun 2013 Di Kabupaten Banyuwangi Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi (Rp) Layang Kembung Selar Tembang Udang barong Udang lainnya Teri Tongkol Lemuru Cakalang Tuna Tengiri Layur Cucut Kerapu Cumi-Cumi Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi Tabel 2.11 Produksi Dan Nilai Produksi Budidaya di Perairan Umum Tahun 2013 Di Kabupaten Banyuwangi Jenis Ikan Produksi (ton) Nilai produksi (Rp) Mujair Nila Udang Gurami Lele Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-19

28 Kehutanan Banyuwangi memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Hutan merupakan sumber kehidupan yang perlu dilestarikan. Upaya-upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. KPH Tabel 2.12 Produksi Hasil Hutan Tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi Kayu Jati (m 3 ) Kayu Rimba (m 3 ) Getah Pinus (ton) Banyuwangi Utara Banyuwangi Selatan Banyuwangi Barat Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB terealisasi 1,59% setelah turun di tahun sebelumnya. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis menunjukkan peningkatan menjadi 0,05% di tahun 2013 dari tahun sebelumnya. Gambar 2.3 Grafik Realisasi Indikator Urusan Kehutanan Tahun ,5 1,62 1,59 2 1,06 1,06 1 1,5 1 0,5 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 1,01 1,01 1,03 1,05 1, Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDRB Kerusakan Kawasan Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-20

29 Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebaliknya, kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Banyuwangi masih belum berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kerusakan hutan sebesar 0,04 dari tahun Kemudian bertambah menjadi 0,05% ditahun Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana wilayah ini memiliki potensi yang sangat bagus dalam bidang kepariwisataan. Pariwisata menjadi salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten (pemkab) Banyuwangi banyak membuat program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan. Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah pengembangan pariwisata (WPP) I dan wilayah pengembangan pariwisata (WPP) II. Adanya pembentukan WPP bertujuan untuk membantu Pemerintah dalam menentukan kawasan strategis, sehingga pembangunan di wilayah WPP dapat lebih diprioritaskan. Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I biasa disebut dengan Diamond Triangle, dimana wilayah ini merupakan wilayah dengan jenis wisata dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, sehingga sesuai untuk kegiatan wisata adventure dan menikmati pemandangan alam. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-21

30 Gambar 2.4 Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Kawasan Diamond Triangle terdiri dari Kawasan Kawah Ijen, Kawasan Plengkung dan Kawasan Sukamade. Kawasan WPP 1 yakni Kawah Ijen berada di Kecamatan Licin 45 Km dari Kabupaten Banyuwangi, Kawah Ijen merupakan kawah danau terbesar di Pulau Jawa. Di dalam kawasan Kawah Ijen, terdapat kawah belerang yang terdapat di dalam sulfutara di kedalaman kira-kira 200 m dan mengandung kira-kira 36 juta kubik air asam beruap. Ijen dan kawasan ekowisata hinterland terdiri dari Desa Wisata Kemiren, Perkebunan Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan Kalibendo. Bagian WPP 2 merupakan Kawasan Plengkung. Plengkung merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar terdapat disekitar perairan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-22

31 pantai dan mempunyai aksesbilitas rendah. Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di wilayah Kecamatan Tegaldlimo. Jarak dari Banyuwangi hingga ke Pantai Plengkung sekitar 86 Km. Plengkung terkenal dengan pantai terbaiknya untuk surfing dan biasa dikenal dengan G-Land, terutama pada bulan Mei hingga Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Plengkung ekowisata hinterland terdiri dari G-Land, Alas Purwo atau Goa Istana, Padang Savana Sadengan serta Pantai Mangrove Bedhul. Wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III, merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar memiliki keunikan SDA. Wilayah Pantai Sukamade merupakan wilah WPP III, dimana pantai ini berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran berjarak sekitar 97 Km ke arah barat daya Banyuwangi. Sukamade merupakan hutan lindung alami Jawa Timur. Penyu betina biasanya bertelur hingga ratusan butir yang kemudian di letakkan di pinggir pasir pantai. Penyu betina biasanya mulai mendarat di pantai pada Pukul WIB dan kembali ke laut pada Pukul WIB, ketika bulan November hingga Maret adalah musim penyu bertelur. Sukamade ecowisata hinterland terdiri dari Pantai Rejegwesi, Teluk Hijau, Pantai Pancer, Pulau Merah dan Taman Nasional Meru Betiri Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi bencana yang cukup tinggi. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi dipaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai. Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi bencana di Kabupaten Banyuwangi. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-23

32 Gambar 2.5 Peta Bencana Gunung Api Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi adalah Gunung Ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki sebaran lahar yang cukup luas Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah raga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,31 persen. Dengan tumbuhnya perekonomian yang semakin bergairah dan berkesinambungan akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan sahamnya, khususnya di sektor Pertanian, BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-24

33 Perdagangan, Hotel dan Restoran, demikian juga pada sektor Industri Pengolahan, Bank dan Lembaga Keuangan, Jasa jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Pertambangan dan Penggalian, Bangunan dan Listrik, Gas dan Air Minum juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari Sembilan sektor ekonomi pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 menunjukkan petumbuhan yang positif, ini berarti kondisi perekonomian di Kabupaten Banyuwangi sangat baik dan diperkirakan pada tahun tahun mendatang kondisi pertumbuhan ekonomi dibeberapa sektor ekonomi masih berpotensi untuk berkembang dan cukup menjanjikan. Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dapat ditunjukkan oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK).Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.13 PDRB ADHK dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun No. Sektor Realisasi Kondisi Pertanian , , , , ,88 2 Pertambangan dan , , , , ,10 Penggalian 3 Industri Pengolahan , , , , ,23 4 Listrik, Gas dan Air , , , , ,70 Minum 5 Bangunan , , , , ,07 6 Perdagangan, , , , , ,97 Restoran dan Hotel 7 Pengangkutan dan , , , , ,45 Komunikasi 8 Bank dan Lembaga , , , , ,45 Keuangan 9 Jasa-Jasa , , , , ,05 Total , , , , ,90 Pertumbuhan Ekonomi 6,05 persen 6,22 persen 7,07 persen 7,30 persen 6,76 persen Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2013 Berdasarkan PDRB di atas, maka diperkirakan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dalam tahun 2013 tetap dijaga dan mulai menunjukkan kondisi peningkatan. Pertumbuhan yang meningkat pada tahun 2013 diharapkan menumbuhkan sektor modern seperti jasa dan manufaktur namun tetap harus BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-25

34 dipastikan pertumbuhan juga terjadi di sektor sektor menengah ke bawah, sehingga ekonomi kerakyatan dapat terwujud. Peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi disebabkan peningkatan konsumsimasyarakat, belanja Pemerintah, investasi, dan perdagangan antar daerah.meskipun berbagai kemajuan pembangunan daerah telah dicapai pada tahun 2013, namun masih banyak permasalahan yang harus dipecahkan dalam pembangunan agar berbagai sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD yang bermuara pada tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat. Kemajuan perekonomian memang sudah sangat baik. Pertumbuhan ekonomi yang sudah dicapai terus meningkat dan cukup tinggi. Namun demikian penyumbang dari pertumbuhan ekonomi masih terpusat pada sektor-sektor dan wilayah-wilayah tertentu. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi masih belum dinikmati oleh seluruh masyarakat secara merata. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan merupakan suatu tantangan yang harus dapat dicarikan jalan keluarnya Inflasi Tabel 2.14 PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Banyuwangi Tahun PERTUMBUHAN INFLASI TAHUN ADHB (Rp. Juta) ADHK (Rp. Juta) (%) (%) , ,08 5,64 8, , ,48 5,80 10, , ,20 6,05 6, , ,17 6,22 6, , ,97 7,07 7, , ,32 7,30 9, , ,90 6,76 7,1 Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi 2013 Kondisi perekonomian yang baik, idealnya adalah apabila angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan perkembangan harga atau besaran PDRB ADHK berada di atas PDRB ADHB. Namun pada kenyataannya BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-26

35 sejak tahun 2007 sampai dengan 2012 besaran PDRB ADHK berada di bawah besaran PDRB ADHB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara makro potensi ekonomi di Kabupaten Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur, bahkan di tingkat nasional. Sementara itu, tingkat pendapatan masyarakat dapat ditunjukan oleh PDRB per kapita. Perkembangan PDRB per kapita atau pendapatan per kapita dari tahun ke tahun menggambarkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah. Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan laju inflasi akan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini bisa dikatakan jika pertumbuhan pendapatan diasumsikan sama dengan kesejahteraan masyarakat maka gap antara pertumbuhan pendapatan dengan tingkat inflasi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Gambar 2.6 Laju Inflasi dan PDRB PerKapita Kabupaten Banyuwangi Tahun ,0 20,0 15,0 8,3 10,0 6,9 6,1 7,9 9,2 7,1 12,0 10,0 8,0 6,0 10,0 4,0 5,0-10,3 11,9 13,4 15,0 17,1 19,9 22, ,0 - PDRB/Kap Inflasi Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (diolah) Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 mencapai Rp.22,5 juta, meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 19,9. Peningkatan pendapatan ini berada dalam situasi sangat baik, sebab inflasi tahun 2013 menurun menjadi sebesar 7,1 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 9,2 persen. Hal ini BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-27

36 menandakan bahwa daya beli masyarakat di Kabupaten Banyuwangi semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk sebagai akibat dari perluasan akses layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. IPM tersusun dari 3 (tiga) jenis indeks utama yaitu angka harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli. Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang busa menimbulkan penafsiran yang beragam. Hal ini busa terjadi karena secara komprehensif keberhasilan pembangunan itu tidaklah cukup untuk busa diukur dengan menggunakan berbagai indikator makro ekonomi dan sosial saja. Dengan demikian untuk menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah haruslah menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development me (UNDP). pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang ditandai meningkatnya kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat harus busa diwujudkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara komposit berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli. Trend dari angka IPM Kabupaten Banyuwangi pada tahun seperti pada gambar berikut : BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-28

37 Gambar 2.7 Perkembangan Angka IPM Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur Tahun ,18 66,8 69,78 67,24 70,38 67,8 71,06 68,36 71,62 68,89 72,18 69,58 72,83 70,53 73,54 71, BANYUWANGI JAWA TIMUR Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi 2013 Trend angka IPM Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2006 hingga 2013 menunjukkan trend yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang di lakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan membuahkan hasil, demikian pula trend angka IPM Provinsi Jawa Timur. Walaupun pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2013 relatif tertinggal apabila di komparasi dengan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan angka sebesar 1,80. Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi relatif cepat, walaupun masih berada dibawah Provinsi Jawa Timur Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Dari gambar di bawah dijelaskan secara runtut bahwa di tahun 2007 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi sebesar 10,3 juta kemudian meningkat 15,0 juta ditahun Trend ini kembali membaik pada saat di tahun BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-29

38 2012 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga mencapai 19,9 juta. Gambar 2.8 Grafik Pendapatan perkapita Tahun (juta/tahun) 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-10,3 11,9 13,4 15,0 17,1 19,9 22, PDRB/Kap Linear (PDRB/Kap) Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2013 (diolah) Di tahun 2013 ini pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi mengalami kenaikan menjadi 22,5 juta dari tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan perkapita ini menunjukkan trend positif dari perkembangan perekonomian daerah. Hal ini juga sebagai indikasi optimisme kemajuan yang pesat dari Kabupaten Banyuwangi pada masa yang akan datang Kemiskinan Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup Pemerintah menjadi sebuah momok yang memiliki pandangan negatif dalam pencapaian pembangunan daerah. Kemiskinan menjadi beban sekaligus tanggung jawab yang harus diemban oleh segenap Pemerintah daerah di Indonesia beserta semua aspek yang mempengaruhinya. Kabupaten Banyuwangi memiliki trend penurunan tingkat kemiskinan yang baik disetiap tahunnya. Penjabarannya lebih lengkap dengan gambar grafik angka kemiskinan berikut ini. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-30

39 Gambar 2.9 Grafik Angka Kemiskinan 11,5 11, ,5 10 9,5 10,48 9,94 9,57 9 8, Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi 2013 Dari data di atas, terlihat bahwa di tahun 2010 tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Banyuwangi sejumlah 11,25% penduduk, mengalami penurunan positif menjadi 10,48% penduduk di tahun Pada tahun 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi turun pada posisi 9,94% penduduk, atau sejumlah penduduk dengan garis kemiskinan sebesar Rp Pada tahun 2013 angka kemiskinan turun menjadi 9,57 % penduduk, atau sejumlah penduduk dengan garis kemiskinan sebesar Rp Hal ini merupakan hal yang positif mengingat indikator penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah prosentase penduduk di atas garis kemiskinan, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-31

40 Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam rangka melayani masyarakat umum. Pelayanan tersebut terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan. Aspek pelayanan umum juga menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dalam aspek pelayanan umum, secara lebih detail akan dijabarkan dalam fokus layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan. Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Penjabarannya mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut Fokus Layanan Urusan Wajib Fokus layanan urusan wajib diantaranya terbagi dalam urusan sebagai berikut Pendidikan Penyelenggaraan urusan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Peningkatan urusan pendidikan sebagai upaya untuk mencapai salah satu misi Kabupaten Banyuwangi yang tertuang dalam RPJMD Tahun yakni Mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Salah satu sasaran dalam bidang pendidikan adalah menurunnya buta aksara dimana indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diantaranya Angka Melek Huruf, Ratarata lama sekolah dan Angka Partisipasi Murni, Angka partisipasi kasar dan angka putus sekolah. Pada tahun 2013, terjadi trend kinerja yang positif dilihat dari realisasi capaian kinerja setiap tahun yang membaik. Terbukti dengan data realisasi angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar dan angka putus sekolah di tahun 2013 untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA yang mengalami peningkatan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-32

41 Tabel 2.15 Realisasi Indikator Urusan Pendidikan Tahun No Uraian Tahun APM (%) - SD/MI 96,04 97,08 98,47 98,10 98,41 - SMP/MTs 72,52 72,84 80,45 84,32 88,64 - SMA/SMK/MA 38,87 40,41 44,89 57,02 60,81 2 APK (%) - SD/MI 108,36 108,46 106,68 102,91 104,93 - SMP/MTs 93,69 93,78 97,27 101,44 103,25 - SMA/SMK/MA 54,22 56,29 59,25 76,68 76,71 3 Angka Putus Sekolah (%) - SD/MI 0,08 0,06 0,04 0,04 0,04 - SMP/MTs 0,68 0,61 0,48 0,44 0,42 - SMA/SMK/MA 1,53 1,49 1,01 0,94 0,83 4 Angka Melek Huruf (%) 97,86 97,87 99,83 99,86 97,23 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi 2013 Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya angka partisipasi pendidikan yang diukur dari indikator angka partisipasi sekolah, angka ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah, rasio guru/murid, rasio guru/murid per kelas rata-rata, angka kelulusan, angka melanjutkan, dan guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Rata-rata capaian kinerja pada sasaran meningkatnya partisipasi pendidikan tahun 2013 mencapai 102,87% dimana capaian ini meningkat dari tahun sebelumnya (2012) yang sebesar 102,56%. Dari indikator sasaran bidang pendidikan tersebut, terdapat indikator sasaran yang tidak sesuai harapan yaitu indikator angka melek huruf yang jika dilihat dalam tabel realisasi di atas mengalami penurunan capaian dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini perlu didukung dengan usaha yang keras karena pencapaian strategi menurunnya angka buta aksara memerlukan sosialisasi dan kegiatan yang langsung dan proaktif dari Pemerintah Kesehatan Penyelenggeraan urusan kesehatan merupakan salah satu dari sembilan misi Kabupaten Banyuwangi yakni Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sektor kesehatan adalah angka kematian bayi. Secara umum, trend capaian angka kematian bayi sangat fluktuatif. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-33

42 Penurunan angka terjadi di tahun 2011 dan meningkat di tahun 2012 dan di tahun 2013 mengalami penurunan positif kembali. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya usaha yang keras untuk memastikan angka kematian bayi benar-benar mengalami perbaikan dengan mengupayakan sosialisasi dan pelayanan kesehatan bayi yang lebih harus ditingkatkan. Gambar 2.10 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup ,3 8,2 7,2 6, Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, 2013 Disamping angka kematian bayi, indikator lain yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor kesehatan adalah angka kematian ibu per kelahiran hidup. Setelah mengalami penurunan di tahun 2012, angka kematian ibu melahirkan per 1000 kelahiran hidup mengalami trend yang semakin meningkat tajam di tahun Capaian busa diakibatkan karena masih minimnya insan-insan tenaga kesehatan (bidan) yang memberikan pelayanan kepada masyarakat saat proses melahirkan, disamping kesadaran masyarakat untuk menggunakan tenaga-tenaga kesehatan yang sudah ada sangatlah kurang. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-34

43 Gambar 2.11 Angka Kematian Ibu Melahirkan per 1000 Kelahiran Hidup , , ,5 65, Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, 2013 Kemudian, indikator lain yang digunakan dalam mengukur kinerja urusan kesehatan adalah cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Capaian indikator ini tergolong lebih baik jika dibandingkan dengan tahun Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012, capaian ini terbilang lebih baik karena di tahun 2013 realisasi melebihi target yang telah ditentukan yaitu 81% terealisasi sebesar 82,1% atau lebih dari 100% pencapaian target. Gambar 2.12 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani , , Realisasi Target Target Realisasi Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-35

44 Ditinjau dari sisi jangkauan kesehatan, secara umum indikatornya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari cakupan puskesmas, dimana pada tahun 2012, realisasi cakupan puskesmas sebesar 187,5 persen, dan pada tahun 2013 realisasi cakupan puskesmas bertahan di angka yang sama. Begitu pula dengan Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk, dimana pada tahun 2012 mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian di tahun 2013 realisasinya juga bertahan di angka yang sama seperti tahun Untuk cakupan puskesmas capaian dan realisasinya pada tahun 2013 sama dengan tahun Sedangkan untuk rasio rumah sakit per penduduk pada tahun 2013 capaiannya sebesar 96 persen, dengan rasio 1:12,1 (persen). Tabel 2.16 Target, Realisasi dan Capaian Kinerja Indikator Urusan Kesehatan Tahun 2012 dan 2013 Indikator Sasaran 2012 Rasio Tahun 2013 Rasio Target Realisasi Target Realisasi Cakupan puskesmas (%) ,5 187, ,5 188 Cakupan pembantu 48,39 48, ,39 48, puskesmas (%) Rasio puskesmas, 142,18 318,24 223,83 142,18 316, poliklinik, pustu per penduduk (%) Rasio Rumah Sakit per penduduk (%) 1:14,53 1:14, :14,6 1:12,1 96 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Pekerjaan Umum Penyelenggaraan urusan pekerjaan umum merupakan salah satu kegiatan wajib Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki kontribusi sangat menentukan dalam pencapaian visi dan misi daerah, khususnya dalam upaya meningkatkan kuantitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Penyelenggaraan urusan Pekerjaan Umum mengemban beberapa sasaran yaitu: (1) meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan sarana serta prasarana yang menghubungkan daerah-daerah tujuan wisata pada tahun 2013; (2) Meningkatnya sarana dan prasarana penunjang pertanian; (3) Meningkatnya kuantitas dan kualitas jalan dan sarana serta prasarana yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-36

45 Tabel 2.17 Realisasi Indikator Pekerjaan Umum Tahun Indikator Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (%) Rasio Jaringan Irigasi dan luas daerah irigasi (%) Rasio tempat ibadah per satuan penduduk (%) 86,49 87, , Persentase rumah tinggal bersanitasi (%) ,7 45,96 50 Sumber: Dinas PU Pengairan, Dinas PU BMCKTR Kabupaten Banyuwangi, 2013 Pada tahun 2013, Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik mempunyai realisasi yang baik sekali karena mencapai 95%. Rasio jaringan irigasi dan luas daerah irigasi menurun realisasinya dari tahun 2012 sebesar 85% menjadi 75% di tahun Perumahan Keberhasilan dalam urusan perumahan, dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga pengguna listrik, rumah tangga ber-sanitasi, Lingkungan pemukiman kumuh, dan rumah layak huni. Secara umum, capaian indikator tersebut lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk indikator Rumah tangga ber- Sanitasi dan Rumah layak huni. Rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2013 mencapai rumah tangga, dimana capaian ini melebihi capaian yang ditargetkan sebesar Begitu pula dengan Rumah tangga pengguna listrik yang pada tahun 2013 penggunanya mencapai Meningkatkanya capaian indikator ini mengindikasikan bahwa akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air bersih, khususnya dalam urusan perumahan. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-37

46 Gambar 2.13 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih, Listrik dan Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Banyuwangi Tahun Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Rumah Tangga Pengguna Listrik Rumah Tangga Bersanitasi Sumber: Dinas PU BMCKTR Kabupaten Banyuwangi, 2013 Penurunan capaian indikator Rumah tangga bersanitasi pada tahun 2012 yang terealisasi sebesar rumah tangga disebabkan masih adanya masyarakat yang kurang perduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan, yang diindikasikan dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan mandi, cuci dan kakus di sungai. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan serta membangun fasilitas MCK. Tetapi hal menarik terjadi di tahun 2013 karena jumlah rumah tangga bersanitasi mengalami perbaikan setelah menurun di tahun 2012 yaitu membaik di angka BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-38

47 Gambar 2.14 Rumah Layak Huni di Kabupaten Banyuwangi Tahun Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Begitu pula dengan rumah layak huni, mengalami penurunan pada tahun 2012 yang terealisasi sebesar rumah. Capaian kinerja indikator sasaran sebesar 30,67 persen dari target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya rumah penduduk khususnya di daerah pedesaan yang belum layak huni karena rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Sehingga solusi yang dilakukan dengan menggalakkan program pembangunan sarana dan prasarana pemukiman serta memberikan bantuan lainnya yang dapat mengentaskan kemiskinan. Kemudian di tahun 2013 indikator rumah layak huni mengalami perbaikan dengan peningkatan hingga rumah, membaik setelah terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2012 lalu. Gambar 2.15 Data Jumlah Lingkungan Pemukiman Kumuh di Kabupaten Banyuwangi Tahun Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-39

48 Sedangkan untuk lingkungan pemukiman kumuh pada setiap tahun jumlahnya semakin menurun. Dibuktikan dengan data jumlah lingkungan kumuh di tahun 2012 yaitu rumah, turun ke angka rumah di tahun Penurunan ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pemukiman pada lingkungan kumuh sehingga kualitas pemukiman menjadi lebih baik Penataan Ruang Indikator yang digunakan dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan pencapaian sasaran atau kinerja urusan penataan ruang didukung adalah Rasio Ruang Terbuka Hijau Per satuan Luas Wilayah mempunyai Hak Pengelolaan Lingkungan (HPL) / Hak Guna Bangunan (HGB). Tabel 2.18 Realisasi Indikator Urusan Penataan Ruang Tahun Indikator Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB 40% 40% 38% 32% 45,5% Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2012 Secara umum, Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah berhpl/hgb mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2012 target yang ditetapkan sebesar 40% tidak tercapai, hanya terealisasi sebesar 32%. Hal ini disebabkan antara lain karena meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, kurangnya kepedulian terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Solusinya, diperlukan penambahan kawasan ruang terbuka hijau, reboisasi, pengendalian ijin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang dan penindakan tegas bagi pelanggaran ijin tata bangunan dan lingkungan. Tetapi pada tahun 2013 rasio ruang terbuka hijau persatuan luas wilayah ber HPL/HGB meningkat realisasinya menjadi 45,5%. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-40

49 Perencanaan Pembangunan Salah satu sasaran strategis dalam indikator kinerja utama Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah terwujudnya tata kelola Pemerintahan yang baik dan bersih. Dalam urusan perencanaan pembangunan, beberapa indikator yang digunakan antara lain adalah Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA, Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA, Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA, dan Penjabaran RPJMD kedalam RKPD. Tabel 2.19 Realisasi Indikator Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun Indikator Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA Penjabaran RPJMD kedalam RKPD Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dokumen perencanaan daerah mulai dari perencanaan jangka panjang, perencanaan daerah mulai dari perencanaan jangka menengah, dan perencanaan daerah mulai dari perencanaan tahunan telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini berarti, capaian indikator dokumen perencanaan daerah pada tahun sebesar 100 persen. Selain itu, perencanaan dokumen menengah (RPJMD) daerah juga telah dijabarkan dalam dokumen tahunan (RKPD) pada setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk sinkronisasi antara kebijakan perencanaan tahunan daerah dengan kebijakan perencanaan daerah jangka menengah. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-41

50 Perhubungan Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian sasaran adalah meningkatnya sarana informasi dan alat transportasi antara lain meliputi jumlah arus penumpang angkutan umum rasio ijin trayek, jumlah uji kir angkutan umum, tumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus, dan Angkutan darat. Tabel 2.20 Realisasi Indikator Urusan Perhubungan Tahun Indikator Jumlah arus penumpang angkutan umum (orang) Rasio ijin trayek (%) 0, , , , ,00034 Jumlah uji kir angkutan umum (angkutan) Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus (pelabuhan) 2/-/8 2/-/8 2/1/8 2/1/8 2/1/8 Angkutan darat (%) 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Dari tabel tersebut,secara umum tiap indikator mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun Jumlah arus penumpang angkutan umum menurun dari menjadi orang di tahun Rasio ijin trayek mengalami peningkatan 0,00002% dari realisasi tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kondisi informasi dan alat transportasi di Banyuwangi semakin membaik. Jumlah uji kir angkutan umum meningkat hingga angkutan. Jumlah pelabuhan laut, udara, terminal bus pelabuhan masih bertahan dengan pencapaian yang sama. Kemudian persentase angkutan darat yang ada masih konsisten di angka yang sama Lingkungan Hidup Salah satu sasaran strategis Kabupaten Banyuwangi dalam urusan lingkungan hidup adalah pengendalian lingkungan, rehabilitasi lahan dan hutan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilannya antara lain meliputi persentase penanganan sampah, persentase luas pemukiman BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-42

51 yang tertata, cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL, Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk, sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil. Secara umum, capaian indikator urusan lingkungan hidup mengalami peningkatan mulai dari tahun Penanganan sampah pada tahun 2012, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan capaiannya sebesar 66,5 persen kemudian meningkat lagi di tahun 2013 mencapai 74,18%. Hal ini mengindikasikan bahwa sampah yang ada di Kabupaten Banyuwangi telah ditangani dengan baik. Hal ini juga mengindikasikan kondisi lingkungan yang semakin bersih. Peningkatan persentase penanganan sampah juga didukung dengan adanya Tempat Pembuangan Sampah per satuan penduduk yang semakin baik. Gambar 2.16 Persentase Penanganan Sampah dan TPS Per Satuan Penduduk , , , Persentase Penanganan Sampah TPS per Satuan Penduduk Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk pada tahun 2012 terealisasi sebesar 38,00% dan meningkat di tahun 2013 menjadi 51%, tetapi sampai dengan tahun 2013 masih terjadi kendala yang dihadapi diantaranya kurangnya Tempat Pembuangan Sampah akhir, mengingat wilayah Kabupaten Banyuwangi yang begitu luas, sehingga perlu penambahan lokasi TPS, keterbatasan armada pengangkut sampah sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah di beberapa tempat, kurangnya partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-43

52 Prosentase luas pemukiman yang tertata pada tahun 2012, terealisasi sebesar 33,75 % kemudian meningkat menjadi 57,59 di tahun 2013, tetapi pencapaian tersebut masih mengalami kendala yaitu masih adanya masyarakat yang kurang perduli terhadap penataan dan keindahan lingkungan pemukiman. Gambar 2.17 Persentase Pemukiman yang Merata, Cakupan Pengawasan terhadap AMDAL dan Sumber Mata Air dalam Debit Stabil , , , Persentase Luas Permukiman yang Tertata Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal (%) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Indikator berikutnya adalah cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL dan sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil pada tahun 2012 yang masing-masing mencapai 100 persen tetapi khusus indikator sumber air/mata air dalam kondisi baik debit stabil mengalami penurunan menjadi 83% Pertanahan Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran urusan pertanahan antara lain adalah lahan bersertifikat, penyelesaian kasus tanah Negara, dan penyelesaian izin lokasi Tabel 2.21 Realisasi Indikator Urusan Pertanahan Tahun Indikator Lahan bersertifikat 12% 12% 12% 33,78% 33,95% Penyelesaian kasus tanah Negara 100% 100% 100% 100% 100% Penyelesaian izin lokasi 39,0% 97,0% 93% 81,18% 98,87% Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-44

53 Dari ketiga indikator tersebut diketahui bahwa secara umum capaian kinerja urusan pertanahan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 capaian kinerja dari indikator lahan bersertifikat dan penyelesaian kasus tanah negara telah mencapai dan melebihi target yang telah ditentukan. Kemudian, capaian dari penyelesaian izin lokasi tiap tahun mengalami fluktuasi dan capaiannya mengalami peningkatan, yaitu sebesar 81,18% pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 98,87% di tahun Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sasaran strategis pertama Kabupaten Banyuwangi adalah Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Sasaran ini merupakan penjabaran dari misi pertama dalam RPJMD Tahun yakni Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance). Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran tersebut utamanya dalam urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara lain adalah Kepemilikan KTP, Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk, Ketersediaan database kependudukan skala Provinsi, dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK. Capaian indikator urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil secara umum harus ditingkatkan, bahkan beberapa indikator lainnya mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari persentase kepemilikan KTP yang mencapai 90,46 persen pada tahun 2013, dimana pada tahun sebelumnya (2012) persentasenya mencapai 92,79. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh masyarakat di Kabupaten Banyuwangi masih banyak yang belum memilki identitas penduduk dan telah terdata oleh Dinas Kependudukan wilayah setempat. Begitu pula dengan Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk yang persentasenya menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemahaman Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-45

54 Tabel 2.22 Realisasi Indikator Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun Indikator Kepemilikan KTP 60,50 70,15 77,43 92,79 90,46 (%) Kepemilikan akta 2,98 2,51 2,42 7,35 3,22 kelahiran per 1000 penduduk (%) Ketersediaan Ada Ada Ada Ada Ada database kependudukan skala Provinsi Siak pihak lll Siak 2010 Siak 2010 Siak 2010 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Disamping indikator yang telah dijelaskan, ketersediaan data kependudukan skala Provinsi dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK juga telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi mulai dari tahun Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan dalam penyusunan database dalam bidang kependudukan Kabupaten Banyuwangi dapat dipertahankan dengan baik Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Salah satu sasaran strategis Kabupaten Banyuwangi adalah Meningkatnya program-program pembangunan yang berbasis pada pengarusutamaan gender. Beberapa indikator kinerja yang digunakan dalam mencapai sasaran tersebut diantaranya persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah, partisipasi perempuan di lembaga swasta, rasio KDRT dan persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur. Tabel 2.23 Realisasi Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun Indikator Persentase partisipasi perempuan 15 14,95 3,99 39,89 1,55 di lembaga Pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga 86,00 85,05 47,50 47,63 98,44 swasta Rasio KDRT 0,005 0,005 0,11 0,010 0,003 Persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur 0,45 0,49 0,51 0,53 0 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-46

55 Secara umum, sasaran indikator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Banyuwangi masih dapat dipertahankan meskipun tiap tahun capaiannya berbeda dan cenderung fluktuatif. Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah tahun 2013 menurun ke angka 1,55% dari 39,89% di tahun Partisipasi perempuan di lembaga swasta meningkat hingga 98,44%. Kemudian rasio KDRT menurun di angka 0,003. Persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur menunjukan nilai yang baik di tahun 2013 hingga 0% Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan keluarga berencana adalah Meningkatnya peserta KB aktif. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan sasaran tersebut, maka beberapa indikator yang digunakan antara lain adalah Rata-rata jumlah anak per keluarga, Rasio akseptor KB, Cakupan peserta KB aktif. Secara umum, indikator sasaran atas sasaran Meningkatnya peserta KB aktif bermakna Baik Sekali dibandingkan dengan target yang telah ditentukan ataupun capaian pada tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata capaian kinerja capaian rasio akseptor KB dan cakupan peserta KB aktif yang masingmasing mencapai 0,76 persen dan 76,3 persen pada tahun Secara ringkas, capaian indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun adalah sebagai berikut. Tabel 2.24 Realisasi Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun Indikator Rata-rata jumlah anak per keluarga (orang) Rasio akseptor KB (%) 0,74 0,74 0,73 0,75 0,76 Cakupan peserta KB aktif (%) 73,6 74,01 73,3 75,2 76,3 Keluarga pra sejahtera dan keluarga N/A N/A 40,6 39,7 38,4 sejahtera I Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2012 Capaian sasaran dalam indikator Meningkatnya peserta KB aktif dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terutama pasangan Usia Subur (PUS) dalam rangka mengatur dan mengendalikan jumlah anak dan jarak BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-47

56 kelahiran, adanya pembinaan yang teratur dari segenap komponen seperti PLKB, PPKBD, Sub. PPKBD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Perangkat Desa dan lintas sektor terkait dalam membina dan memotivasi masyarakat untuk mengikuti KB guna meningkatkan kualitas hidup keluarga dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, adanya dukungan dan kerjasama segenap jajaran Pemkab. Banyuwangi beserta segenap komponen (swasta, perbankan, koperasi, LSM, lembaga/organisasi keagamaan dan lintas sektor lainnya Sosial Penyelenggaraan urusan sosial di Kabupaten Banyuwangi mengemban sasaran meningkatnya jaminan dan perlindungan sosial masyarakat. indikator yang digunakan dalam mencapai sasaran yang diemban antara lain Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi, PMKS yang memperoleh bantuan sosial, dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Tabel 2.25 Realisasi Indikator Urusan Sosial Tahun Indikator Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi PMKS yang memperoleh 0,0070% 0,011% 0,0092 0,139 0,37 bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial 0,0070% 0,011% 0,0092 0,139 0,37 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Secara umum diketahui bahwa semua indikator urusan sosial masih dapat dipertahankan sebagai indikator pencapaian urusan sosial. Realisasi ditahun 2013 terlihat mengalami peningkatan dan kemajuan dari tahun sebelumnya. Di tahun 2012 sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi berjumlah 46 meningkat menjadi 50 sarana sosial. Kemudian PMKS yang memperoleh bantuan ditahun 2012 sebesar 0,139% meningkat menjadi 0,37% ditahun Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-48

57 Ketenagakerjaan Sasaran dalam penyelengaaraan urusan ketenagakerjaan adalah Menurunnya tingkat pengangguran. Sasaran tersebut dapat diukur dengan beberapa indikator seperti Angka partisipasi angkatan kerja, Tingkat partisipasi angkatan kerja, dan Tingkat pengangguran terbuka. Seluruh indikator tersebut telah memenuhi target pada tahun 2012, sehingga jika realisasi yang diperoleh dibandingkan dengan target yang telah diperkirakan maka capaiannya lebih dari 100 persen Gambar 2.18 Capaian Indikator Urusan Ketenagakerjaan Tahun ,33 76,5 68,34 68,34 61,18 76,08 4,05 3,92 3,95 3,71 70, ,22 Angka Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Selain pemenuhan capaian dari target yang telah ditetapkan, perkembangan indikator angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja tahun secara umum mengalami stagnasi. Tetapi stagnasi tersebut juga diiringi dengan meningkatnya pengangguran Terbuka (TPT), dimana pada tahun 2012 capaiannya sebesar 3,71 persen tetapi ditahun 2013 meningkat menjadi 9,22%. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-49

58 Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Sasaran dalam penyelenggaraan urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah adalah Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi dan UMKM. Dalam mengukur capaian kinerja urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah dibutuhkan beberapa indikator diantaranyam Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT), Jumlah UKM non BPR/LKM UKM, Jumlah BPR/LKM, serta Usaha Mikro dan Kecil. Tabel 2.26 Realisasi Indikator Urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Tahun Indikator Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT) 79% 79% 79,68 82,60 81 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 4 indikator kinerja untuk sasaran Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi dan UMKM dapat tercapai melebihi target yang ditentukan yaitu masing-masing di atas 100 % dengan ratarata capaian kinerja sebesar 101,82%. Ada 1 indikator sasaran yang capaian kinerjanya mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu persentase koperasi aktif Penanaman Modal Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan penanaman modal adalah Meningkatnya investasi di daerah baik PMA maupun PMD. Keberhasilan indikator ini dapat dilihat dari Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA), Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA), Rasio daya serap tenaga kerja, Peningkatan/Penurunan Nilai Realisasi PMDN (miliar rupiah). Tabel 2.27 Realisasi Indikator Urusan Penanaman Modal Tahun Indikator Jumlah investor berskala nasional PMDN/PMA (investor) N/A N/A Jumlah nilai investasi berskala N/A 748,28 80,88 62,338 65,5 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-50

59 Indikator nasional PMDN/PMA (Miliar Rp) Rasio daya serap tenaga kerja (orang) N/A Peningkatan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (Miliar rupiah) N/A Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Jumlah investor berskala nasional yang ada di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012 dan 2013 meningkat. Berbeda halnya dengan jumlah nilai investasi berskala nasional pada tahun 2012 yang mengalami penurunan, pada tahun 2013 terlihat mengalami peningkatan Kebudayaan Penyelenggaraan urusan kebudayaan di Kabupaten Banyuwangi mengemban sasaran meningkatnya upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan urusan kebudayaan diantaranya adalah Penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana penyelenggaraan seni dan budaya, dan Benda, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Tabel 2.28 Realisasi Indikator Urusan Kebudayaan Tahun Indikator Penyelenggaraan festival seni dan budaya 3x 3x 4x 5x 6x Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Secara garis besar penyelenggaraan urusan kebudayaan mempunyai capaian indikator yang meningkat dari tahun Pada tahun 2013, semua indikator dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal di Kabupaten Banyuwangi betul-betul baik. Lebih lanjut, capaian sasaran Meningkatnya upaya pelestarian dan pengembangan budaya local adalah sebagai berikut : Indikator sasaran Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari target yang ditentukan sebanyak 4 kali penyelenggaraan festival seni dan budaya dapat terealisasi 4 kali penyelenggaraan festival seni dan budaya dalam setahun, BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-51

60 sehingga capaian kinerjanya sebesar 100%. Even-even festival seni dan budaya di Banyuwangi dilaksanakan tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap seni budaya yang terus berkembangan di Banyuwangi, namun juga dilaksanakan dalam rangka memperingati hari-hari bersejarah seperti HUT Kemerdekaan dan Hari Jadi Banyuwangi yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Indikator sasaran Sarana penyelenggaraan seni dan budaya dari target yang ditentukan sebesar 9 unit sarana dapat terealisasi 9 unit sarana sehingga capaian kinerjanya sebesar 100% untuk tahun Capaian ini sama dengan capaian tahun 2012 yang juga sebesar 100%.Indikator sasaran Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dilihat dari realisasi capaian setiap tahunnya mengalami penurunan. Dari tahun sebelumnya Kesatuan Bangsa dan Politik Penyelenggaraan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik di Kabupaten Banyuwangi memilki sasaran meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum. Capaian kinerja penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ini dapat dilihat dari indikator Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP serta Kegiatan pembinaan politik daerah. Capaian indikator dalam urusan ini ditahun 2013 secara umum mengalami penurunan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP yang semula mencapai 20 persen pada tahun 2010, kemudian meningkat 100 persen pada tahun 2011 dengan capaian 40 persen. selanjutnya, pada tahun 2012, capaian ini meningkat lebih dari 100 persen. Tetapi mengalami penurunan 5% ditahun Begitu pula dengan Kegiatan pembinaan politik daerah yang telah dilakukan, kegiatan ini mencapai 95 persen pada tahun Tetapi mengalami penurunan di tahun 2013 sejumlah 10%. Tabel 2.29 RealisasiIndikator Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun Indikator Kegiatan pembinaan terhadap LSM, N/A Ormas, dan OKP (%) Kegiatan pembinaan politik daerah (%) N/A Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-52

61 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian Dalam mewujudkan sasaran urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian yaitu Terwujudnya tata kelola Pemerintahan yang baik dan bersih, dibutuhkan beberapa indikator yang harus dicapai. Indikator-indikator tersebut diantaranya Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk, Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk, Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan, Pertumbuhan ekonomi, Kemiskinan, Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah, dan Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat. Tabel 2.30 Realisasi Indikator Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun Indikator Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 1:0,84 1:0,81 1:0,088 1:1,09 01:0, penduduk Jumlah Linmas per Jumlah ,4 39,2 42,9 51,24 66,86 Penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Pertumbuhan ekonomi 5, Kemiskinan 20,04 20,04 11,25 10,48 - Sistem Informasi Pelayanan Perijinan ada ada ada ada ada dan Administrasi Pemerintah Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 75% 76% 76% 77,29% 79,81 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Dari tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran yang ditetapkan, secara umum capaian kinerja sasarannya mengalami perubahan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, maka capaian kinerja tahun 2013 mengalami peningkatan. Data mengenai peningkatan dapat dilihat melalui tabel di atas. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-53

62 Ketahanan Pangan Penyelenggaran urusan ketahanan pangan di Kabupaten Banyuwangi dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain produksi gabah, beras, dan ketersediaan pangan. Indikator ini tidak lain bertujuan untuk mencapai sasaran meningkatnya daya saing daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian. Gambar 2.19 Capaian Indikator Urusan Ketahanan Pangan Tahun Beras (Ton) Gabah (ton) Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Gambar 2.20 Ketersediaan Pangan Utama Tahun ,51 305,63 297,15 286,16 271, Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-54

63 Produksi pangan utama berupa gabah maupun beras di Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahun 2012 mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2013 mengalami penurunan. Capaian capaian kinerja mengalami penurunan terkhusus pada produksi gabah, antara lain disebabkan: 1. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian secara sistematis dan bersifat permanen; 2. Terjadi alih fungsi komoditi tanaman pangan ke hortikultura, sehingga menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan. 3. Terjadinya serangan organisme pengganggu tanamanyang semakin meningkat dan bersifat sporadis, sehinggamempengaruhi produksi dan kualitas tanaman; 4. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah dan produktivitas lahan karena pengggunaan pupuk an-organik yang berlebihan dalam jangka waktu lama, sehingga produktivitas tanaman sulit ditingkatkan secara signifikan. 5. Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian terutama dalam pemakaian pupuk berimbang dan penggunaan benih unggul bersertifikat Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa memiliki sasaran meningkatnya peranan kelompok-kelompok dalam masyarakat di dalam berbagai kegiatan pembangunan. Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian sasaran ini diantaranya Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK, Jumlah LSM, LPM Berprestasi, PKK aktif, Posyandu aktif, dan Swadaya Masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat. Tabel 2.31 Realisasi Indikator Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Tahun Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah LSM LPM Berprestasi PKK aktif Posyandu aktif Swadaya Masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-55

64 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa indikator sasaran dalam penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa mengalami peningkatan kuantitas pada tahun Hal ini tidak berarti capaian kinerja yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK mengalami stagnasi yaitu jumlah realisasinya tetap 80% sama halnya dengan tahun Jumlah LSM meningkat dari 88 LSM, menjadi 155 LSM. LPM berprestasi meningkat dengan jumlah 12 di tahun 2012 menjadi 37 ditahun Indikator PKK aktid mengalami stagnasi sama halnya ditahun Posyandu aktif konsisten dengan angka yang sama di tahun sebelumnya. Indikator swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat konsisten di angka 75 di tahun 2013 sama halnya dengan tahun sebelumnya Statistik Penyelenggaraan urusan statistik di Kabupaten Banyuwangi dapat diukur dengan indikator ketersediaan Buku "Kabupaten dalam angka" dan Buku "PDRB Kabupaten". Indikator ini memilki sasaran Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Indikator Kabupaten Banyuwangi dalam Angka telah tersedia pada setiap tahun, sampai dengan tahun Begitu pula dengan buku PDRB Kabupaten, dimana pada tahun 2013 telah tersedia. Tabel 2.32 Realisasi Indikator Urusan Statistik Tahun Indikator Buku "Kabupaten dalam angka" ada ada ada ada ada Buku "PDRB Kabupaten" - - ada ada ada Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, Kearsipan Indikator capaian kinerja yang digunakan untuk mengukur penyelenggaraan urusan kearsipan yaitu pengelolaan arsip secara baku, Peningkatan SDM pengelola kearsipan, dan Tersimpannya arsip inaktif dan statis. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-56

65 Tabel 2.33 Realisasi Indikator Urusan Kearsipan Tahun Indikator Pengelolaan arsip secara baku 30% 30% 13,6% 40% Peningkatan SDM pengelola kearsipan 40% 40% 50% 80% 100% Tersimpannya arsip inaktif dan statis 30% 30% 30% 35% 50% Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 indikator urusan kearsipan secara umum tiap tahun angkanya mengalami peningkatan, begitu pula realisasi yang dilaksanakan sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pengelolaan arsip secara baku atau SKPD yang mengetrapkan pengelolaan arsip secara baik dan benar pada tahun 2012 mencapai 40% dengan capaian kinerja sebesar 100%. Peningkatan SDM pengelola arsip pada tahun 2013 terealisasi sebesar 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan, sehingga kinerjanya mencapai 100%. Sementara indikator Tersimpannya arsip inaktif dan statis tahun 2013 mengalami peningkatan hingga 15% dari tahun 2012 menjadi 50% ditahun Komunikasi Dan Informatika Penyelengaraan urusan komunikasi dan informatika bertujuan untuk mencapai sasaran meningkatnya sarana informasi Kabupaten Banyuwangi. Keberhasilan pencapaian urusan ini dapat dilihat dari indikator Jumlah jaringan komunikasi, Jumlah surat kabar nasional/lokal, Jumlah penyiaran radio/tv lokal, Jumlah penyiaran TV lokal, Web site milik Pemerintah daerah. Secara umum, kelima indikator tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2013, kecuali untuk indikator jumlah jaringan komunikasi, Jumlah penyiaran TV lokal dan web site milik Pemerintah daerah. Tabel 2.34 Realisasi Indikator Urusan Komunikasi Dan Informatika Tahun Indikator Jumlah jaringan komunikasi (jaringan) Jumlah surat kabar nasional/lokal Jumlah penyiaran radio/tv lokal 37/1 40/1 44/1 49/2 51/2 (penyiaran/ tayang) Jumlah penyiaran TV lokal (tayang) Web site milik Pemerintah daerah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-57

66 Jumlah jaringan komunikasi mulai mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 3 unit jaringan. Kemudian kembali meningkat pada tahun 2011 dan 2012 dengan capaian masing-masing sebanyak 1 jaringan tetapi terjadi stagnasi di tahun Perpustakaan Penyelenggaraan urusan perpustakaan dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan perpustakaan yaitu Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur tercapainya sasaran ini diantaranya jumlah perpustakaan, jumlah pengunjung perpustakaan pertahun, dan koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah. Tabel 2.35 RealisasiIndikator Urusan Perpustakaan Tahun Indikator Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan. Padahal jumlah perpustakaan di tahun 2013 bertambah menjadi 2 Perpustakaan. Sementara jumlah pengunjung perpustakaan pertahun mengalami penurunan, dari pencapaian ditahun 2012 yang sangat gemilang turun menjadi jumlah pengunjung. Sementara itu, capaian kinerja indikator Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah pada tahun 2012 sebesar menurun hingga Menurunnya koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah pada tahun 2013 dikarenakan banyak buku yang rusak meskipun pada tahun 2012 telah diadakan penambahan buku. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-58

67 Fokus Layanan Urusan Pilihan Fokus layanan pada urusan pilihan Kabupaten Banyuwangi, terdiri dari delapan urusan antara lain urusan pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan ketransmigrasian Pertanian Urusan Pertanian menjadi urusan pertama yang akan dipaparkan, dimana urusan ini mengemban sasaran meningkatnya daya saing daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian.indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam urusan pertanian diantaranya adalah produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar, Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB, Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB, Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB, dan Cakupan bina kelompok petani. Tabel 2.36 RealisasiIndikator Urusan Pertanian Tahun Indikator Produktivitas padi atau bahan 62,51 67,94 65,22 65,30 65,87 pangan utama lokal lainnya per hektar (%) Kontribusi sektor 47,50 46,20 44,39 45,15 45,52 pertanian/perkebunan terhadap PDRB (%) Kontribusi sektor perkebunan 9,35 8,46 7,59 7,60 7,85 (tanaman keras) terhadap PDRB (%) Kontribusi Produksi kelompok - 3,52 3,8 3,98 4,18 petani terhadap PDRB (%) Cakupan bina kelompok petani (%) 25,75 25,95 26,6 26,96 26,99 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Secara umum, indikator sasaran dalam urusan pertanian telah mengalami peningkatan tiap tahunnya.pada tahun 2013, realisasi dari tahun ken tahun memberikan trend positif, kecuali indikator Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB. Produktifitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar meningkat dari realisasi tahun 2012 yaitu 65,30% menjadi 65,87% di tahun Kontribusi sektor pertanian /perkebunan terhadap PDRB mengalami penurunan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-59

68 dari 46,19% di tahun 2012 menjadi 45,52% ditahun Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB meningkat dari 7,73 di tahun 2012 menjadi 7,85 di tahun Peningkatan trend terjadi pada indikator kontribusi produksi kelompok petani terhadap PDRB dari 3,98% menjadi 4,18%. Cakupan bina kelompok petani meningkat dari 26,96% menjadi 26,99% ditahun Kehutanan Hutan merupakan sumber kehidupan, yang perlu dilestarikan. Upaya-upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Indikator rehabilitasi hutan dan lahan kritis meningkat sampai tahun 2013 menjadi 1,08%. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB meningkat kembali 1,59% ditahun 2013 setelah turun ditahun Tabel 2.37 Realisasi Indikator Urusan Kehutanan Tahun Indikator Rehabilitasi hutan dan lahan 1,01 1,01 1,03 1,05 1,08 kritis (%) Kerusakan Kawasan Hutan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 (%) Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB (%) 1,63 1,59 1,59 1,50 1,59 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya sejalan dengan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB. Sebaliknya, kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Banyuwangi masih belum berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kerusakan hutan sebesar 0,05 dari tahun 2013 yang naik dari 0,04% Energi dan Sumber Daya Mineral Penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya mineral bersinergi dengan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal/investasi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun Untuk BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-60

69 mencapai sasaran ini salah satunya digunakan indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Tabel 2.38 Realisasi Indikator Urusan Energi dan Sumber daya Mineral Tahun Indikator Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, ,59 4,57 4,51 4,47 4,33 Indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB setiap tahun mengalami fluktuasi. Namun secara garis besar dari tahun kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 capaian indikatornya sebesar 4,08%, terus meningkat sampai tahun 2012 mencapai 4,37% dan di tahun 2013 mencapai 4,33%. Capaian kinerja yang dilaksanakan juga telah melebihi target yang telah ditentukan pada tahun Hal ini menandakan bahwa kinerja sektor pertambangan di Kabupaten Banyuwangi masih dapat diperhitungkan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi Pariwisata Penyelenggaran urusan pariwisata memilki sasaran Meningkatnya pemanfaatan potensi pariwisata seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung, Sukamade dan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan urusan ini diukur dari beberapa indikator seperti Kunjungan wisata Domestik, Kunjungan wisata Mancanegara, dan Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB. Tabel 2.39 Realisasi Indikator Urusan Pariwisata Tahun Indikator Kunjungan wisata Domestik (orang) Kunjungan wisata Mancanegara (orang) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB (%) 4,39% 3,71% 0.11% 4,27% 4,07 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-61

70 Secara umum, indikator dalam penyelenggaraan urusan pariwisata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan kunjungan wisata domestik yang sangat pesat terjadi pada tahun 2012, dimana capaiannya lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun Disamping itu, capaian ini melebihi target yang ditentukan pada tahun Sama halnya dengan kunjungan wisata domestik, kunjungan wisata mancanegara juga mengalami peningkatan pada setiap tahun, dengan peningkatan tertinggi pada tahun Untuk kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB, pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 4,16 persen dibandingkan dengan tahun Ditahun 2013 jumlah kunjungan wisata domestik meningkat menjadi , kunjungan wisata mancanegara meningkat menjadi orang dan kontribusi pariwisata menjadi 4,07% terhadap PDRB Kelautan dan Perikanan Penyelenggaraan urusan Kelautan dan Perikanan memiliki sasaran Meningkatnya daya saing daerah dan kemandirianekonomi berbasis pertanian. Untuk mengukur capaian dari urusan kelautan dan perikanan tersebut digunakan beberapa indikator diantaranya produksi perikanan, konsumsi ikan, cakupan bina kelompok nelayan, jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda, dan produksi perikanan kelompok nelayan. Tabel 2.40 Realisasi Indikator Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun Indikator Produksi perikanan (ton) Konsumsi ikan (%) , ,97 Cakupan bina kelompok nelayan (kel) Jumlah nelayan yang dapat bantuan Pemda (nelayan) Produksi perikanan kelompok nelayan (ton) ,6 135,1 148,6 337,9 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Capaian atau realisasi indikator kelautan dan perikanan secara umum mengalami peningkatan. Begitu pula dengan capaian kinerja dari masing-masing indikatornya yang telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-62

71 Pada tahun 2012 produksi perikanan Kabupaten Banyuwangi mencapai ton meningkat di tahun 2013 sampai ton. Konsumsi ikan mengalami peningkatan dari 29,6 ditahun 2012 menjadi 29,97 ditahun Cakupan bina kelompok di tahun 2013 juga meningkat menjadi 72 kelompok, jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda meningkat menjadi 18 nelayan. Produksi perikanan kelompok nelayan juga meningkat menjadi 337,9 ton dari 148,6 ton di tahun Perdagangan Capaian penyelenggaran urusan perdagangan dapat diukur dengan beberapa indikator seperti, Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB, Ekspor Bersih Perdagangan, Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal. Indikator tersebut tidak lain merupakan ukuran untuk mengetahui capaian sasaran dalam Meningkatkan industri olahan dan kreatif berbasis pertanian. Tabel 2.41 Realisasi Indikator Urusan Perdagangan Tahun Indikator Kontribusi sektor 23,87 24,34 25,42 27,13 27,41 Perdagangan terhadap PDRB Ekspor Bersih Perdagangan Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Kontribusi sektor perdagangan di Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahun 2013 mengalami stagnasi. Peningkatan yang terbesar terjadi pada tahun 2013, yaitu Ekspor Bersih Perdagangan yang mengalami peningkatan menjadi pada tahun Perindustrian Penyelenggaraan, pembangunan dan peningkatan sektor industri di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2013 menunjukkan kinerja yang relative turun, disebabkan situasi perekonomian yang kurang mendukung dan minim terwujudnya iklim usaha yang kondusif. Perkembangan kinerja sektor industri dapat dilihat dari perkembangan unit usaha, penyerapan tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi dan sumbangan terhadap PDRB. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-63

72 Tabel 2.42 Realisasi Indikator Urusan Perindustrian Tahun Indikator Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB 5,43 5,40 5,24 5,30 6,01 Kontribusi industri rumah tangga - 5% 5,5 9,65 8,36 terhadap PDRB sektor Industri Pertumbuhan Industri 4,83 4,83 4,87 6,52 4,83 Cakupan bina kelompok pengrajin Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Secara umum, indikator di bidang perindustrian menunjukkan kondisi yang semakin meningkat setiap tahunnya tetapi terdapat penurunan di tahun Capaian kinerja kontribusi sektor industri terhadap PDRB sebesar 6,01 persen turun dari realisasi tahun sebelumnya yaitu 6,16 persen, kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri sebesar 8,36% turun dari 9,65% ditahun sebelumnya, pertumbuhan Industri sebesar 4,83% turun dari 6,52% ditahun sebelumnya, dan cakupan bina kelompok pengrajin sebesar 25% meningkat dari pada tahun sebelumnya yaitu 16% Ketransmigrasian Penyelenggaraan urusan ketransmigrasian di Kabupaten Banyuwangi bertujuan untuk mengurangi jumlah pengangguran melalui program transmigrasi. transmigrasi yang dijalankan berupa transmigran swakarsa (trans. umum, TSM,& TU). Tabel 2.43 Realisasi Indikator Urusan Ketransmigrasian Tahun Indikator Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU) 12,85 15,57 60,19 14,72 64,17 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013 Transmigrasi swakarsa (transmigrasi umum, TSM dan TU), dengan target 17,66 persen pada tahun 2012, terealisasi sebesar 14,72 persen, sehingga capaian kinerja indikator sasaran sebesar 83,35 persen. Capaian ini termasuk katagori Baik karena dari jumlah transmigran yang berhasil diberangkatkan pada tahun 2012 sebanyak 77 kepala keluarga serta jumlah lokasi penempatannya juga bertambah dari 6 (enam) lokasi menjadi 8 (delapan) lokasi penempatan. Ditahun 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-64

73 realisasi capaian meningkat menjadi 64,17 persen. Peningkatan ini memberikan sinyal yang positif dalam mencapai tujuan penyelenggaraan urusan ketransmigrasian yaitu untuk mengurangi jumlah pengangguran Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan daerah lainnya yang berdekatan, domestik atau internasional. Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan keunggulan daerah. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, iklim berinvestasi, sumber daya manusia, dan fasilitas wilayah atau infrastruktur. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui aspek daya saing daerah terdiri dari: Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi menagalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,31 persen (%). Pertumbuhan perekonomian yang signifikan akan meningkatkan daya tarik bagi investor untuk menanamkan saham, khususnya pada sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, demikian juga terhadap sektor lain mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dapat ditunjukkan oleh peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK). Secara rinci dapat dilihat pada table di bawah ini: BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-65

74 Tabel 2.44 PDRB ADHK dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun No Sektor Realisasi Kondisi Pertanian , , ,88 2 Pertambangan dan Penggalian , , ,10 3 Industri Pengolahan , , ,23 4 Listrik, Gas dan Air Minum , , ,70 5 Bangunan , , ,07 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel , , ,97 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,45 8 Bank dan Lembaga Keuangan , , ,45 9 Jasa-Jasa , , ,05 Total , , ,90 Pertumbuhan Ekonomi 7,07 persen 7,30 persen 6,76 persen Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sumbangan dari berbagai sektor pada PDRB menunjukkan stabilitas ekonomi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan PDRB ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, belanja Pemerintah, investasi, dan perdagangan antar daerah. Pada sektor pertanian terjadi peningkatan dari tahun 2012 menuju ke tahun 2013 sebesar 4,17%. Sektor pertanian menyumbang pada PDRB sebesar ,88. Kemudian, sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan dari tahun 2012 menuju ke tahun 2013 sebesar 5,01 %. Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang pada PDRB sebesar ,10. Pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,64 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,23. Kemudian, sektor listrik, gas, dan air minum mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 5,56 %. Sektor listrik, gas, dan air minum menyumbang pada PDRB sebesar ,70. Selain itu, sektor bangunan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,3 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,07. Pada sektor perdagangan, restoran dan hotel mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 11,31 %. Sektor perdagangan, restoran dan hotel menyumbang pada PDRB sebesar ,97. Kemudian, sektor pengangkutan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-66

75 dan komunikasi mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,45 %. Sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang pada PDRB sebesar ,45. Selain itu, sektor bank dan lembaga keuangan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,05 %. Sektor bank dan lembaga keuangan menyumbang pada PDRB sebesar ,45. Kemudian, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,05 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar ,05. Peningkatan terjadi pada pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 2.21 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun ,400% 7,200% 7,00% 6,800% 6,600% 6,400% Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 7,07 %. Kemudian pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,30 %. Pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 6,76 % Iklim Investasi Iklim investasi di dukung oleh berbagai macam pajak dan retribusi daerah. a. Kemudahan Perijinan Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemudahan perijinan. Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-67

76 yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Tabel 2.45 Proses Perijinan Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Tahun Lama proses perijinan (%) 86,84 91,67 90,00 Penyelesaian ijin lokasi (%) ,87 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Pada dasarnya proses perijinan di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, target yang awalnya di rencanakan tidak dapat terimplementasi dengan baik. Seperti target penyelesaian ijin lokasi bahwa tahun 2012 ditargetkan 97,7 % penyelesaian ijin lokasi dari semua pemohon ijin lokasi namun hanya terealisasi 95 % sehingga capaian kinerja sebesar 97,24 %. Tidak tercapainya indikator sasaran ini disebabkan ada beberapa permohonan yang tidak direalisasikan karena administrasi persyaratan kurang lengkap, tidak sesuai dengan tata ruang yang berlaku dan permasalahan lainnya. Selain itu terjadinya degradasi lama proses perijinan dari tahun 2012 sebesar 91,67 turun di tahun 2013 menjadi 90,00 %. Diperjelas dengan grafik di bawah ini: Gambar 2.22 Proses Perijinan Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-68

77 a. Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah) Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku). Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dandiberikan oleh Pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan). Tabel 2.46 Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Tahun Jenis Pajak Daerah Jenis Retribusi Daerah Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Jenis pajak dan retribusi daerah pada tahun 2011 dan 2012 tidak mengalami peningkatan. Artinya, pengenaan pajak dan retribusi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih belum mengalami perkembangan pada tahun Pada tahun 2013 pajak tidak meningkat dan retribusi mengalami degradasi dari jumlah awal 36 menurun menjadi 26 jumlah retribusi. Gambar 2.23 Jenis Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Banyuwangi Pajak Retribusi Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-69

78 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah modal dan kekayaan yang penting dari setiap kegiatan manusia agar kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Sumber daya manusia menyangkut dimensi jumlah karakteristik (kualitas) dan persebaran penduduk. Maka, pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan sebagai upaya untuk pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan dan latihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas, peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi. Peningkatan untuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indokator dari kualitas sumber daya manusia dalam rangka peningkatana daya saing daerah dapat dianalisis dengan melihat kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat beban ketergantungan penduduk Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusian (SDM) berhubungan dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri maupun luar negeri. Kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2, dan S3. Tabel.2.47 Rasio Penduduk Berijazah Universitas Per Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Satuan Tahun Jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 Jiwa (ribu) N/A Jumlah Penduduk Jiwa (ribu) N/A Sumber:Lakip Banyuwangi 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-70

79 Peningkatan jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 terjadi dari tahun 2012 sebesar jiwa menjadi jiwa pada tahun Hal tersebut menandakan bahwa peningkatan kualitas tenaga kerja di Kabupaten Banyuwangi, seperti dijelaskan pada bagan di bawah ini: Gambar 2.24 Jumlah Penduduk lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Banyuwangi tahun Lulusan S1,S2,S3 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Pada tahun 2012 kualitas sumber daya manusia dilihat dari jumlah lulusan perguruan tinggi negeri maupun swasta dengan strata 1, strata 2, maupun strata 3. Mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebanyak jiwa menjadi jiwa tahun Peningkatan kualitas suber daya manusia yang terjadi cukup signifikan sebesar 46 % Tingkat Ketergantungan Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan) digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Dengan konsep ini maka dapat digambarkan jumlah penduduk yang memiliki ketergantungan pada penduduk usia produktif. Konsep ini juga memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-71

80 Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Rasio ketergantungan menjelaskan bahwa semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Uraian Jumlah penduduk < 15 thn dan >64 tahun Jumlah Penduduk Usia 15-64tahun Rasio ketergantungan Tabel 2.48 Rasio Ketergantungan Tahun Kabupaten Banyuwangi Satuan Jiwa (ribu) Jiwa (ribu) Tahun N/A N/A % N/A 0,43 0,41 Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Rasio ketergantungan mengalami degradasi akibat dari jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi yang meningkat pada tahun 2013 dan usia tidak produktif pun semakin besar di bandingkan dengan jumlah usia produktif. Lebih lanjut dijelaskan pada gambar di bawah ini: BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-72

81 Gambar 2.25 Rasio Ketergantungan Tahun Kabupaten Banyuwangi 0,43 0,425 0,42 0,415 0,41 0,405 0,4 Rasio ketergantungan Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya persentase rasio ketergantungan hal tersebut menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi Infrastruktur Analisis kinerja infrastruktur dilakukan terhadap beberapa indikator meliputi rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal pertahun, ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis, kelas, dan jumlah restoran, jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel, persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon. Infrastruktur yang tersedia dapat menunjang daya saing daerah untuk mendukung aktivitas ekonomi pada berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-73

82 Aksesibilitas Daerah Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas daerah dapat dihitung dengan beberapa indikator sebagai berikut: a. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Jumlah arus penumpang angkutan umum pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 24,91 persen dibandingkan dengan tahun 2011, sehingga capaian pada tahun 2012 sebesar orang. Dan menurun sebesar 1,1 % pada tahun 2013 menjadi orang. Tabel 2.49 Jumlah Arus PenumpangTerangkut Angkutan Umum (dalam 1 Tahun) Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Tahun Jumlah arus penumpang Angkutan Umum N/A N/A N/A Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 b. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus Per Tahun Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus pada tahun 2013 sama dengan tahun Hal ini menunjukkan bahwa masih belum ada perkembangan sarana transportasi di Kabupaten Banyuwangi. Tabel 2.50 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Kabupaten Banyuwangi Tahun Tahun Uraian Jumlah Pelabuhan 2/1/8 2/1/8 2/1/8 Laut/Udara/Terminal Bus Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi Penataan Wilayah a. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Ketaatan terhadap RTRW merupakan kesesuaian implementasi tataruang hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional dengan peruntukan yang direncanakan sesuai dengan RTRW. Selama dua tahun terakhir, persentase ketaatan terhadap RTRW di Kabuapeten BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-74

83 Banyuwangi dalam kondisi baik. Ketaatan ini salah satunya ditunjukkan dengan rasio bangunan ber-imb pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, kondisi tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Uraian Tabel 2.51 Rasio Ketaatan Terhadap RTRW Tahun Satuan Kabupaten Banyuwangi Tahun Ketaatan terhadap RTRW Kondisi Baik Baik Baik Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 b. Luas Wilayah Produktif Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Luas wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi tahun 2012 mengalami peningkatan 45 % dibandingkan dengan tahun Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Banyuwangi semakin meningkat. Namun terjadi degradasi pada luas wilayah produktif tahun 2013 menjadi 52,45 %. Tabel 2.52 Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Satuan Luas wilayah % 57,65 83,85 52,45 produktif Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 c. Luas Wilayah Industri Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industri terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Luas wilayah industri juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaaan industri di Kabupaten Banyuwangi semakin berkembang pada tahun Pada tahun 2013 mengalami degradasi luas wilayah industri menjadi 2,35 %. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-75

84 Uraian Tabel 2.53 Persentase Luas Wilayah Industri Tahun Kabupaten Banyuwangi Satuan Tahun Luas wilayah industri % 2,2 2,39 2,35 Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2012 d. Luas Wilayah Perkotaan Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.Luas wilayah perkotaan, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,05 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan mengalami eningkatan sebesar 0,20 % pada tahun 2013 menjadi 9,85 %. Tabel 2.54 Persentase Luas Wilayah Perkotaan Tahun Kabupaten Banyuwangi Uraian Satuan Tahun Luas wilayah perkotaan % 9,6 9,65 9,85 Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi Ketersediaan Air Bersih Air Bersih(clean Water) adalahair yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air Minum(drinking water) Air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Tabel 2.55 Jumlah Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih Tahun Kabupaten Banyuwangi Uraian Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Tahun BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-76

85 Rumah tangga pengguna air bersih pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan tahun 2011 dan Pada tahun 2011, peningkatan rumah tangga pengguna air bersih mengalami peningkatan sebesar 3,25 persen dibandingkan dengan tahun Dan pada tahun 2012, peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu 22,57 persen sehingga capaiannya sebesar rumah tangga. Seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 2.26 Jumlah Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih Tahun Kabupaten Banyuwangi RT pengguna air bersih Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Namun pada tahun 2013terjadi penurun rumah tangga pengguna air bersih sebesar 6,6 %. Penurunan tersebut terlihat jelas pada gambar di atas jumlah rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2013 menjadi Fasilitas Listrik dan Telepon a. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran Pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-77

86 Tabel 2.56 Jumlah Rumah Tangga yang Berlistrik Tahun Uraian Kabupaten Banyuwangi Tahun Jumlah Rumah Tangga Berlistrik 49, ,55 Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga yang berlistik meningkat menjadi 71 %. Jumlah rumah tangga yang berlistik pada tahun 2011 sebanyak 49,85 % meningkat pada tahun 2012 sebanyak 21,15 % dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 2.27 Jumlah Rumah Tangga yang Berlistrik Tahun Kabupaten Banyuwangi Jumlah Rumah Tangga Berlistrik % Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Pada tahun 2013 terjadi peningkatan terhadap jumlah rumah tangga berlistrik sebesar 14,55%. Jadi peningkatan jumlah rumah tangga berlistrik sebesar 85,55 % dapat mensejahterakan masyarakat karena indicator yang digunakan untuk mencapai sasaran Pemerintah daerah adalah persentasi rumah tangga yang menggunakan listrik. Dengan pencapaian tersebut tentu saja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih memiliki tugas wajib yaitu meningkatkan ketersediaan listrik di seluruh masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Pencapaian sebesar 85,55% harus tetap BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-78

87 dijadikan motivasi untuk mencapai 100% seluruh masyarakat mendapatkan listrik. Hal inilah yang nantinya menjadi sebuah modal para masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya Ketersediaan restoran (persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas) Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat daya tarik investasi suatu daerah.banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya.restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Pada tahun 2012, jenis, kelas, dan jumlah restoran mengalami penurunan, akan tetapi capaian ini sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun Tabel 2.57 Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Jenis, kelas, dan jumlah restoran Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Tahun Namun pada tahun 2013 jenis, kelas dan jumlah restoran mengalami peningkatan menjadi 90. Dapat lebih dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 2.28 Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten Banyuwangi Tahun Jenis, kelas, dan jumlah restoran Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-79

88 Walaupun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7,8 % kemudian tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 90 jenis, kelas dan jumlah restoran. Peningkatan tersebut menunjukan tingkat daya tarik investasi pada Kabupaten Banyuwangi. Banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya Ketersediaan Penginapan Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel. Namun pada tahun 2012, jumlah penginapan dan hotel di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan, namun capaian ini masih sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun Tabel 2.58 Jumlah Hotel dan Penginapan Tahun Kabupaten Banyuwangi Tahun Uraian Jumlah Hotel dan Penginapan Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2013 Namun pada tahun 2013 jumlah hotel dan penginapan mengalami peningkatan menjadi 70. Dan peningkatan yang terjadi pada tahun 2013 jika di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 20,8 %. Peningkatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-80

89 Gambar 2.29 Jumlah Hotel dan Penginapan Tahun Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013 Peningkatan pada ketersediaan penginapan/hotel dapat meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut Evaluasi Pelaksanaan dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2014 dan Realisasi RPJMD Berikut ini adalah pemaparan Tabel 2.58 yang menjelaskan tentang hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun Evaluasi tersebut meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan wajib dan urusan pilihan Pemerintah daerah, kemudian dijelaskan pula mengenai realisasi capaian target kinerja keluaran kegiatan dan realisasi target capaian kinerha program tahun lalu terhadap RPJMD. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-81

90 Tabel 2.59 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PERENCANAAN DAERAH SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN KABUPATEN BANYUWANGI URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB WAJIB PENDIDIKAN APM (%) SD/MI 99,03 98,1 98,36 98, , ,70 Dinas Pendidikan SMP/MTs 74,57 84,32 73,9 88, , ,67 Dinas Pendidikan SMA/SMK/M A 50,33 57,02 46,31 60, , ,30 Dinas Pendidikan APK (%) SD/MI 108,96 102,91 108,76 104, , ,04 Dinas Pendidikan SMP/MTs ,44 99,99 103, ,04 Dinas Pendidikan SMA/SMK/M A 66,29 76,68 62,29 76, , ,98 Dinas Pendidikan APS (%) SD/MI 0,02 0,04 0,03 0, , ,00 Dinas Pendidikan SMP/MTs 0,35 0,44 0,44 0, , ,45 Dinas Pendidikan SMA/SMK/M A 0,27 0,94 1,07 0, , ,98 Dinas Pendidikan Angka Kelulusan SD/MI 99,75 99,86 99,75 99, , ,00 Dinas Pendidikan SMP/MTs 96,18 99,84 96,18 99, , ,00 Dinas Pendidikan Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMA/SMK/M A 96,45 99, , , ,79 Dinas Pendidikan SD/MI 97,2 101,51 96,91 101, , ,86 Dinas Pendidikan SMP/MTs 97,2 96,78 96,91 102, , ,98 Dinas Pendidikan SMA/SMK/M A 71,29 65,6 55,01 67, , ,44 Dinas Pendidikan Rasio guru/murid per kelas rata-rata SD/MI 23,3 18,92 23,48 19, , ,45 Dinas Pendidikan SMP/MTs 37,75 25,68 38,11 34, , ,89 Dinas Pendidikan SMA/SMK/M A 38,18 35,23 38,11 28, , ,85 Dinas Pendidikan Angka Melek Huruf (%) 98,67 99,86 98,39 97, , ,19 Dinas Pendidikan Angka rata-rata lama sekolah 7,75 7,25 7,75 7, , ,55 Dinas Pendidikan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-82

91 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB Pendidikan Anak Usia Dini 57, ,49 75, , ,91 Dinas Pendidikan Angka Melanjutkan SD/MI 99,69 101,69 99,69 104, , ,05 Dinas Pendidikan SMP/MTs 89,88 89,93 89,13 98, , ,81 Dinas Pendidikan KESEHATAN Rasio posyandu per satuan balita 1,94 2,06 1,94 2, , ,00 Dinas Kesehatan Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk 142,18 318,24 142,18 316, , ,99 Dinas Kesehatan Rasio Rumah Sakit per penduduk 01:14,6 01:14,5 01:15,0 01:12, :14, ,23 Dinas Kesehatan Rasio dokter per satuan penduduk 7,89 6,88 7,55 13, , ,99 Dinas Kesehatan Rasio tenaga kefarmasian per penduduk 1,55 2,13 2,31 6, , ,22 Dinas Kesehatan Rasio tenaga ahli gizi per penduduk 2,8 2,06 2,5 1, , ,09 Dinas Kesehatan Jumlah Rumah Sakit ,00 Dinas Kesehatan Jumlah Puskemas, Pustu, Pusling ,04 Dinas Kesehatan Jumlah Tenaga Medis ,37 Dinas Kesehatan Keperawatan (perawat dan bidan) ,26 Dinas Kesehatan Kefarmasian (apoteker dan ahli farm asi) ,84 Dinas Kesehatan Tenaga kesehatan ,09 Dinas Kesehatan Sanitarian ,88 Dinas Kesehatan Ahli gizi ,02 Dinas Kesehatan Rasio tenaga medis per 1000 penduduk 17,4 14,95 16,23 13, , ,87 Dinas Kesehatan Rasio tenaga keperawatan per penduduk 44,73 41,61 44,26 93, , ,16 Dinas Kesehatan Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk 5,59 3,38 4,37 3, , ,00 Dinas Kesehatan Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani , ,20 Dinas Kesehatan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 97,2 94,9 Dinas Kesehatan 96,1 89, , ,36 kesehatan yang memiliki kompetensi Cakupan kebidanan Desa / kelurahan Universal Child ,4 Dinas Kesehatan Immunization 95 95, ,67 (UCI) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan ,00 Dinas Kesehatan Cakupan penemuan dan penanganan penderita 100% 100 Dinas Kesehatan 100% % 1 100,00 penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan 15 8, ,64 rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi 90 97, , ,89 Dinas Kesehatan Cakupan puskesm as , , ,00 Dinas Kesehatan Cakupan pembantu puskesm as 48,39 48,39 48,39 48, , ,00 Dinas Kesehatan BOR (Bed Occupancy rate ) 70% 71,62 65% 73, , ,52 RSUD AVLOS ( Average Length of Stay) 7 hari 7,62 8 hari 4,6 4,6 8 hari #VALUE! #VALUE! RSUD BTO (Bed Turn Ov er) 40 kali 67,08 45 kali 72,76 72,76 45 kali #VALUE! #VALUE! RSUD TOI ( Turn Over Interv al) 2 hari 3,06 3 hari 1,66 1,66 3 hari #VALUE! #VALUE! RSUD Angka Kematian > 48 jam (GDR) 24 36, , ,3 1 3,04 RSUD Angka Kematian < 48 jam (NDR) 50 39, , ,5 2 4,25 RSUD PEKERJAAN UMUM Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 98 89,7 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya ,10 dan Tata Ruang Rasio Jaringan Irigasi 85% 85 75% ,8 1 66,44 Dinas PU Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 85% 87 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya 75% ,8 1 72,48 dan Tata Ruang BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-83

92 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB Persentase rumah tinggal bersanitasi 85,9 45,96 83, , ,92 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Rasio tempat pemakaman umum per satuan Dinas Kebersihan dan penduduk ,59 Pertam anan Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) Dinas Kebersihan dan 50 50, ,64 per satuan penduduk Pertam anan Rasio rumah layak huni 60 79,2 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya ,82 dan Tata Ruang Rasio permukiman layak huni 60 79,2 Panjang jalan dilalui Roda 4 0,0008 0, ,82 0,0005 0, , ,00 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4) , ,06 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) 98,5 89,7 94, , ,04 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ saluran pembuangan air (minimal 1,5 m) 26, , ,82 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar ,80 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan Dinas PU Pengairan ,15 aliran air tidak tersum bat Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Dinas PU Pengairan ,96 Lingkungan Pem ukim an 54, ,35 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Pembangunan waduk, embung dan Dinas PU Pengairan ,85 longstorege, cek dam, ground sill Pembangunan infrastruktur pengaman pantai Dinas PU Pengairan ,44 dan m uara sungai PERUMAHAN RAKYAT Rumah tangga pengguna air bersih 35, Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya 33,67 36, , ,95 dan Tata Ruang Rumah tangga pengguna listrik 290, ,49 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-84

93 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB Rumah tangga ber-sanitasi 423, ,60 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Rumah layak huni ,34 Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang PENATAAN RUANG Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas W ilayah ber , ,74 Dinas Kebersihan dan Pertam anan PERENCANAAN Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD Tersedia Tersedia BAPPEDA Tersedia Tersedia 100 Tersedia Tersedia Tersedia PEMBANGUNAN yg telah ditetapkan dgn PERDA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Tersedia Tersedia BAPPEDA Tersedia Tersedia 100 Tersedia Tersedia Tersedia yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Tersedia Tersedia BAPPEDA Tersedia Tersedia 100 Tersedia Tersedia Tersedia yg telah ditetapkan dgn PERKADA Penjabaran RPJMD kedalam RKPD Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia 100 Tersedia Tersedia Tersedia BAPPEDA PERHUBUNGAN Jumlah arus penumpang angkutan umum ,82 Dishub kominfo Rasio ijin trayek 0, , , , , ,71 Dishub kominfo Jumlah uji kir angkutan um um 1 1,42 1, , ,78 Dishub kominfo Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 02/01/ /01/ /01/ /01/ ,00 Dishub kominfo Angkutan darat 0,001 0,001 0,001 0, , ,00 Dishub kominfo Kepemilikan KIR angkutan um um 40,34% 67,9 34,56% 67, , ,23 Dishub kominfo Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 20 menit menit menit ,00 Dishub kominfo Biaya pengujian kelayakan angkutan umum 37,5 37, ,89 Dishub kominfo Pemasangan Ram bu-ram bu 0,047 0,075 0,052 0, , ,38 Dishub kominfo LINGKUNGAN HIDUP Badan Lingkungan Persentase penanganan sam pah 60 66,5 45,5 74, , ,88 Hidup Persentase Luas pemukiman yang tertata 60 33,75 Badan Lingkungan 45 57, ,69 Hidup Pencemaran status mutu air 91 52,63 Badan Lingkungan ,31 Hidup Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Badan Lingkungan ,00 Sum ber Hidup Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. 76, Badan Lingkungan , ,07 Hidup Tempat pembuangan sampah (TPS) 70% 38 Badan Lingkungan 50% 50, , ,23 per satuan penduduk Hidup Penegakan hukum lingkungan Badan Lingkungan ,00 Hidup Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit stabil ,85 Badan Lingkungan Hidup PERTANAHAN Lahan bersertifikat 16% 33,78 14% 33, , ,04 Bag.Pemerintahan Penyelesaian kasus tanah Negara 100% 100% 100% ,00 Bag.Pemerintahan Penyelesaian izin lokasi 91,40% 81,18 Badan Pelayanan 97,40% 98, , ,25 Perizinan Terpadu KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Rasio penduduk berktp per satuan penduduk 01:01,0 01:01,2 01:01,1 01:01, , ,49 Dinas Rasio bayi berakte kelahiran , , , ,73 Kependudukan dan Rasio pasangan berakte nikah 0,228 0,021 0,186 0, ,206 0, ,89 Pencatatan Sipil Kepemilikan KTP (%) 99,64 92,79 93,61 90, ,95 97,30 Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 16,31 7,35 10,79 3, , ,31 100,00 Ketersediaan database kependudukan skala prov insi ada SIAK 2010 ada Ada 100 ada ada Ada Siak 2010 siak 2010 siak 2010 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah 100 Sudah sudah Sudah BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-85

94 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SOSIAL Persentase partisipasi perempuan di lembaga pem erintah 16 39, , , ,11 Kantor Keluarga Berencana dan Pem Partisipasi perempuan di lembaga swasta 86,5 47,63 86,7 98, ,89 Rasio KDRT 0,008 0,01 0,007 0, , ,00 Persentase jumlah tenaga kerja dibawah um ur 0,59 0,53 0, , ,07 Partisipasi angkatan kerja perempuan (Legislatif) 16, , , ,36 Partisipasi angkatan kerja perempuan (Eksekutif) 38,42 1,75 38,39 40, , ,04 Penyelesaian pengaduan perlindungan 93,45 97,8 87,44 92, , ,44 perempuan dan anak dari tindakan kekerasan berdayaan Perem puan Rata-rata jumlah anak per keluarga ,00 Kantor Keluarga Rasio akseptor KB 0,74 0,75 0,73 0, , ,25 Berencana dan Pem Cakupan peserta KB aktif 74 75, , , ,36 berdayaan Perem Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I 41 39,7 41,5 38, , ,45 puan Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo Dinas Tenaga Kerja, ,17 dan panti rehabilitasi Sosial dan PMKS yg memperoleh bantuan social 0,57% 0,139 0,09% 0, , ,33 Transmigrasi Penanganan penyandang masalah kesejahteraan 0,57% 0,139 sosial 0,09% 0, , ,33 KETENAGAKERJAAN Angka partisipasi angkatan kerja 71,9 76,08 71,7 70, , ,64 Lintas SKPD Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun 1,72 2,54 1,72 1, , ,12 Dinas Tenaga Kerja, Tingkat partisipasi angkatan kerja 71,9 76,08 71,7 70, , ,64 Pencari kerja yang ditem patkan 20,4 50,48 20,2 72, , ,86 Sosial dan Tingkat pengangguran terbuka (%) 2,74 3,71 4,31 9, , ,26 Lintas SKPD Keselamatan dan perlindungan 83,63 12,64 74,89 79, , ,76 Dinas Tenaga Kerja, Perselisihan buruh dan pengusaha 26,67 26,67 Sosial dan 26,67 25, , ,67 terhadap kebijakan pemerintah daerah Transmigrasi KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH Persentase koperasi aktif (m elaksanakan RAT) 81,10% 82,6 80,30% , ,73 Dinas Koperasi dan Jumlah UKM non BPR/LKM UKM ,14 Usaha Kecil Jumlah BPR/LKM ,40 Menengah Usaha Mikro dan Kecil ,07 PENANAMAN MODAL Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) ,00 BAPPEDA KEBUDAYAAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) 50 62, , ,20 Rasio daya serap tenaga kerja ,57 Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi ,00 BAPPEDA PMDN (milyar rupiah) Penyelenggaraan festival seni dan budaya 10 kali 5 kali 6 kali 6 kali 100 8x 10 kali 10 kali Sarana penyelenggaraan seni dan budaya ,00 Dinas Kebudayaan dan Benda, Situs dan Kawasan Cagar Pariwisata ,13 Budaya yang dilestarikan Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP ,89 Kegiatan pembinaan politik daerah ,79 Bakebangpollinm as OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun :01,0 1,09 01:00,9 01:00, ,3 100 Satuan.Pol PP Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk 60 51,24 60,55 66, , ,20 BakesbangPol Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 80 buah 85 buah 80 buah 86 buah buah 85 buah85 buah 100 Sistem informasi Pelayanan Perijinan ada ada BadanPelayanan ada Ada 100 ada Ada Ada dan adiministrasi pem erintah Perizinan Terpadu Penegakan PERDA 97% % , ,63 Bag.Pemerintahan II-86

95 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB KEPEGAWAIAN DAN Cakupan patroli petugas Satpol PP ,00 Satuan.Pol PP PERSANDIAN Tingkat penyelesaian pelanggaran 98% 85 92% , ,36 K3 (ketertiban, ketentraman, Cakupan keindahan) pelayanan di bencana kebakaran kabupaten 0,0002 0,0009 0,0012 0, , ,33 Bakebangpollinm as Tingkat waktu tanggap (response time rate) 42% 80 85% , ,10 daerah layanan W ilayah Manajemen Kebakaran Cakupan sarana prasarana 99% 93 Bag.Pemerintahan 95% 96, , ,58 perkantoran pem erintahan desa Sistim yang baik Informasi Manajemen Pem da ,67 Dishub kominfo Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 80% 77,29 78% 79, , ,90 BAPPEDA KETAHANAN PANGAN Ketersediaan pangan Gabah 872, Dinas Pertanian ,72 kehutanan dan perkebunan Beras (Ton) 502, , , ,02 Kantor Ketahanan Ketersediaan 301,28% 317,51 Pangan 303,94% 305, , ,07 pangan utam a PEMBERDAYAAN Rata-rata jumlah kelompok Badan ,78 MASYARAKAT DAN binaan lem baga pem berdayaan Pem berdayaan DESA Rata-rata masyarakat jumlah kelompok binaan PKK ,13 Masyarakat Jumlah LSM ,70 LPM Berprestasi ,67 PKK aktif ,00 Posyandu aktif ,00 Swadaya Masyarakat terhadap ,44 pem berdayaan m asyarakat Pemeliharaan Pasca , ,60 pem berdayaan STATISTIK Buku m asyarakat "kabupaten dalam angka" ada ada ada Ada 100 ada Ada Ada BAPPEDA Buku "PDRB kabupaten" ada ada ada Ada 100 ada Ada Ada KEARSIPAN Pengelolaan arsip secara baku 70% 40 50% 0 0, ,00 Kantor Perpustakaan Peningkatan SDM pengelola kearsipan 100% % ,00 dan Arsip Tersimpannya arsip inaktip dan statis 100% 35 40% , ,71 KOMUNIKASI DAN Jumlah jaringan kom unikasi ,00 Dishub kominfo INFORMASI Jumlah surat kabar nasional/local ,00 Jumlah penyiaran radio/tv local 57/2 49/2 51/2 51/ /2 57/2 100 Jumlah penyiaran TV local ,00 W eb site milik pemerintah daerah ,00 PERPUSTAKAAN Jumlah perpustakaan ,67 Kantor Perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun 66, ,81 dan Arsip Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah ,32 PERTANIAN Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 URUSAN PILIHAN 69,03 65,3 Dinas Pertanian, 66,33 65, , ,03 kehutanan dan 49,1 46,19 perkebunan 49,3 45, , ,49 9,17 7,73 9,12 7, , ,12 4,36 3,98 4,03 4, ,2 4 98,64 Cakupan bina kelompok petani 26,95 26,96 26,55 26, , ,27 KEHUTANAN Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 1,1 1,05 1,07 1, ,09 1,1 104,29 Dinas Pertanian, Kerusakan Kawasan Hutan 0,03 0,04 0,04 0, ,04 0,5 1800,00 Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB 1,09 1,52 1,07 1, ,08 1,2 107,53 II-87 kehutanan dan perkebunan

96 URUSAN/ BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PROGRAM/ TOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN JENIS CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN REALISASI TARGET KINERJA HASIL PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN S/D TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2) TARGET RKPD TAHUN 2013 EALISASI RKPD TAHUN 2013 TINGKAT REALISASI (%) ROGRAM/ KEGIATAN RKPD TAHUN BERJALAN (N- RKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN REALISASI CAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN S/D TINGKAT CAPAIAN REALISASI SKPD PENANGGUNG JAWAB ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB 4,04 4,37 4,04 4, , ,55 Dinas Perindustrian, Perdagangan &Pertam bangan PARIWISATA Kunjungan wisata Dom estik ,91 Dinas Kebudayaan Kunjungan wisata Mancanegara 27, ,19 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB 3,7 4,27 3,71 4, , ,74 dan Pariwisata Produksi perikanan 70, , ,20 KELAUTAN DAN PERIKANAN Konsumsi ikan 30,5 29,6 29,9 29, , ,77 Cakupan bina kelompok nelayan ,64 Jumlah nelayan yg dapat bantuan pemda pd thn n ,85 Dinas Kelautan dan Perikanan PERDAGANGAN Produksi perikanan kelompok nelayan 388,8 148,6 260,4 337, , ,38 Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB 23,84 27,43 23,82 27, , ,95 Dinas Perdagangan Ekspor Bersih Perdagangan ,50 Perindustrian dan Cakupan bina kelompok pedagang/usaha inform al 36 kelom pok 27 kelom pok 30 kelom pok 30 kelom pok kelompok 36 kelom pok 100 Pertam bangan Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB 5,71 6,16 5,69 6, ,7 6 98,97 Dinas Perdagangan Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB Perindustrian dan sektor 7,5 9,65 6,5 8, ,77 PERINDUSTRIAN Pertam bangan Industri Pertumbuhan Industri. 4,88 6,52 4,86 4, , ,17 Dinas Koperasi dan Cakupan bina kelompok pengrajin 45 Sentra 16 Sentra 25 Sentra 25 Sentra Sentra 45 Sentra 100 UMKM TRANSMIGRASI Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU) 21,15 14,72 Dinas Tenaga Kerja, 18,94 64, , ,28 Sosial dan Transmigrasi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-88

97 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah Berikut ini akan dipaparkan mengenai tabel prioritas tingkat nasional dan Provinsi pada tahun Dalam tabel tersebut akan dipaparkan mengenai keterkaitan antara prioritas sasaran yang dilakukan Pemerintah ditingkat nasional dan Provinsi yang menjadi acuan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menentukan prioritas pembangunan ditahun BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-89

98 TABEL 2.59 PRIORITAS TINGKAT NASIONAL DAN PROVINSI PADA TAHUN 2014 TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI 1. Stabilitas Daerah UMUM a. Harmonisasi horizontal dan vertikal Pengurangan disparitas partisipasi dan kualitas pendidikan b. Keamanan, ketentraman dan ketertiban Peningkatan fungsi pelayanan pendidikan c. Dinamika poltik yang kondusif peningkatan peran masyarakat dalam pendidikan d. Reformasi Birokrasi (administrasi) yang efisien, Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan efektif dan Pemberantasan Korupsi gizi yang berkualitas Peningkatan pengendalian penyakit menular e. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan tidak menular serta penyehatan 2. Pemantapan Ekonomi Daerah yang Berdaya lingkungan Peningkatan profesionalisme dan Saing Global pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Penanggulangan kemiskinan 5. Ketahanan Pangan 6. Infrastruktur 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha 8. Energi 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar & Pascakonflik 11. Kebudayaan, Kreatifitas dan Inovasi Teknologi 12. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan 13. Bidang Perekonomian 14. Bidang Kesejahteraan Rakyat a. Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif b. Peningkatan daya saing global daerah c. Perluasan Jaringan Internasional untuk pariwisata, perdagangan dan investasi (Tourism, Trade and Investment) d. Perkuatan pasar domestik e. Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk investasi f. Fokus Target Group pada UMKM dan Koperasi 3. Peningkatan Kemakmuran Rakyat a. Percepatan Penurunan Kemiskinan b. Percpatan Penurunan Tingkat Pengangguran KHUSUS a. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan b. Peningkatan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan alat kesehatan c. Peningkatan akses pelayanan KB berkualitas yang merata d. Revitalisasi Pertanian e. SL-PTT; Padi, Jagung, Kedelai f. Pengamanan Pasca Panen g. Penguatan Penyuluhan Peningkatan kunjungan wisatawan dan pemasaran destinasi wisata Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan koperasi h. Optimalisasi kinerja pelayanan infrastruktur i. Optimalisasi kinerja pelabuhan maupun bandara BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-90

99 TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI KABUPATEN BANYUWANGI Terbuka j. Peningkatan kapasitas pelayanan infrastruktur k. Peningkatan dan perluasan infrastruktur dan c. Percepatan Peningkatan IPM layanan broadband d. Pelestarian lingkungan yang berkelanjutan l. Penelaahan dan perubahan kebijakan dan aturan terkait PTSP e. Pengurangan Disparitas antar Wilayah dan m. Peningkatan promosi investasi daerah Kelompok Pendapatan terintegrasi n. Peningkatan kualitas infrastruktur strategis f. Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk (Bandara, Pelabuhan, Terminal, jalan) pelayanan dasar o. Peningkatan akses ketersedian lahan usaha sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di daerah p. Peningkatan keamanan usaha q. Pengintegrasian perencanaan seluruh program penanggulangan kemiskinan r. Peningkatan sinkronisasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan s. Peningkatan koordinasi kelembagaan lintas SKPD serta peningkatan intensitas peran dan fungsi TKPKD Peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan perlindungan anak Perlindungan lingkungan dan konservasi SDA t. penataan kepegawaian daerah u. realokasi penempatan pegawai v. Memperkuat manajemen SDM pegawai w. Memperkuat manajemen pengembangan kapasitas dan profesi pegawai x. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan diklat pegawai Sumber : Bappeda Kab Banyuwangi Tahun 2014 BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-91

100 Identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan Pemerintah daerah Berikut ini akan dijelaskan mengenai permasalahan pembangunan yang dibuat tiap urusan yang menyangkut layanan dasar dan tugas/fungsi tiap SKPD. tabel di bawah ini meliputi penjelasan mengenai kriteria, urusan, faktor keberhasilan dan permasalahan. Kriteria merupakan indikator kinerja dari setiap urusan, urusan terbagi menjadi urusan wajib dan urusan pilihan, faktor keberhasilan adalah faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian target indikator kinerja, kemudian permasalahan adalah kendala yang dihadapi dalam upaya mencapai target kinerja. Penjelasan lebih lengkap akan dijabarkan melalui tabel identifikasi permasalahan Pemerintah daerah berikut ini. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-92

101 TABEL 2.60 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH 2013 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) A URUSAN WAJIB 1 APM (%) APK (%) APS (%) Angka Kelulusan Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah Rasio guru/murid per kelas rata-rata Angka Melek Huruf (%) Angka rata-rata lama sekolah Pendidikan Anak Usia Dini Angka Melanjutkan 2 Rasio posyandu per satuan balita Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk Rasio Rumah Sakit per penduduk Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga kefarmasian per pend Rasio tenaga ahli gizi per penduduk PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Masih tingginya angka buta aksara 2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya PAUD 3. Masih relatif tinginya angka mengulang tingkat Sekolah Dasar 4. Masih relatif tingginya angka DO tingkat SLTP 5. Masih relatif tinggi angka D/O pada jenjang SLTA 6. Masih rendahnya angka partisipasi penduduk usia tahun yang bersekolah di SLTA 7. Masih terjadinya disparitas kualitas pendidikan antara perkotaan dan perdesaaan 8. Rendahnya APK PAUD 9. Belum optimalnya penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan pendidikan 10. Kualitas sumber daya manusia pendidikan yang belum memadai dan merata. 11. Belum optimalnya sistem pengelolaan lembaga pendidikan 1. Masih kurangnya tenaga Perawatan, tenaga Administrasi dan tenaga Penunjang di Rumah Sakit Umum Daerah Genteng 2. Rumah Sakit Umum Daerah Genteng saat ini berbentuk SKPD-BLUD, tetapi dalam pencairan Anggaran belum menggunakan pencairan sistem BLUD, sehingga kurang fleksibel untuk BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-93

102 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Jumlah Rumah Sakit Jumlah Puskemas, Pustu, Pusling Jumlah Tenaga Medis Keperawatan (perawat dan bidan) Kefarmasian (apoteker dan ahli farmasi) Tenaga kesehatan Sanitarian Ahli gizi Rasio tenaga medis per 1000 penduduk Rasio tenaga keperawatan per 100 rb penduduk Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan Desa / kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi Cakupan puskesmas Cakupan pembantu puskesmas BOR (Bed Occupancy rate ) AVLOS ( Average Length of Stay) BTO (Bed Turn Over) TOI ( Turn Over Interval) Angka Kematian > 48 jam (GDR) Angka Kematian < 48 jam (NDR) 3 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik PEKERJAAN UMUM mengatasi hal-hal yang sangat mendesak dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam PPK-BLUD 3. Kurangnya sarana Transportasi untuk merujuk pasien, baik rujukan Horisontal antar Rumah Sakit didalam Kabupaten Banyuwangi maupun Rujukan Vertikal ke Rumah Sakit yang lebih tinggi di luar kota, karena sarana Ambulance sudah tidak memenuhi syarat lagi 4. Proporsi Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan cakupan layanan belum ideal 5. Rendahnya PHBS masyarakat 6. Masih rendahnya pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pelayanan kesehatan 7. Belum optimalnya pelayanan kesehatan rujukan 1. Minimnya Kualitas Sumber Daya Manusia (aparatur) dalam pemanfaatan teknologi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-94

103 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Rasio Jaringan Irigasi Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Persentase rumah tinggal bersanitasi Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk Rasio rumah layak huni Rasio pemukiman layak huni Panjang jalan dilalui Roda 4 Jalan Penghubung dari ibukota Kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4) Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ saluran pembuangan air (minimal 1,5 m) Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik Lingkungan Pemukiman Pembangunan waduk, embung dan longstorege, cek dam, ground sill Pembangunan infrastruktur pengaman pantai dan muara sungai 4 Rumah tangga pengguna air bersih Rumah tangga pengguna listrik Rumah tangga ber-sanitasi Rumah layak huni 5 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB PERUMAHAN RAKYAT informasi (TI) 2. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang operasional urusan kebina margaan. 3. Luasnya coverage wilayah Kabupaten Banyuwangi. 4. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor tidak sebandingdengan penyediaan infrastruktur jalan 1. Minimnya sarana dan prasarana lingkungan pemukiman 2. Minimnya penyediaan utilitas lingkungan pemukiman 1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi pemanfaatan tata ruang. BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-95

104 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) PENATAAN RUANG 2. Rendahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan Tata Ruang, tata bangunan dan lingkungan. 3. Kurangnya penegakan hukum bagi pelanggaran tata ruang. 6 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD 1. Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang telah ditetapkan dgn PERDA PERENCANAAN 2. Masih kurangnya koordinasi SKPD terkait di Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD PEMBANGUNAN dalam proses perencanaan yang telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA 3. Belum optimalnya ketersediaan data yang ada Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD di setiap SKPD untuk menunjang proses yang telah ditetapkan dgn PERKADA perencanaan baik untuk tingkat Kabupaten Penjabaran RPJMD kedalam RKPD maupun masing-masing SKPD 7 Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Angkutan darat Kepemilikan KIR angkutan umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Pemasangan Rambu-rambu 8 Persentase penanganan sampah Persentase Luas pemukiman yang tertata Pencemaran status mutu air Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk Penegakan hukum lingkungan Sumber air/mata air dalam kondisi BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 PERHUBUNGAN LINGKUNGAN HIDUP II-96 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus uji laik jalan kendaraan (KIR) 1. Masih kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan hidup, terlihat banyaknya masyarakat yang berada di sekitar sungai yang membuang sampah dan material di sungai, begitu juga dengan lingkungan yang masih banyak terlihat kurang terawat dan tertata dengan baik 2. Masih banyaknya pemilik kegiatan/usaha yang belum peduli dalam pengelolaan lingkungan terutama yang menghasilkan limbah sehingga

105 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) baik/kondisi debit stabil keadaan lingkungan masih banyak yang tercemar dan banyak pengaduan masyarakat adanya pencemaran lingkungan 3. Upaya pengelolaan lingkungan hidup semakin berat dan komplek, berbagai upaya yang telah dilakukan masih terasa belum sepenuhnya menunjukkan keberhasilan yang signifikan. 4. Banyaknya perubahan terhadap kulitas lingkungan hidup akibat aktivitas masyarakat yang terus meningkat 5. Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup, terutama masyarakat dekat bantaran sungai. 6. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup masih belum dilaksanakan secara maksimal. 7. Pengendalian dan pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan masih lemah. 9 Rasio penduduk berktp per satuan penduduk Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah Kepemilikan KTP (%) Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk Ketersediaan database kependudukan skala Provinsi Penerapan KTP Nasional berbasis NIK KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 1. Permasalahan dalam hal kelancaran pelayanan masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya pengajuan pelayanan se Kabupaten Banyuwangi sedangkan tenaga yang tersedia sangat terbatas 10 Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta Rasio KDRT Persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur Partisipasi angkatan kerja perempuan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK II Belum optimalnya upaya perlindungan perempuan dan anak dari berbagai bentuk berbasis gender, eksploitasi dan diskriminasi 2. Masih tingginya budaya patriarki dan ketimpangan gender serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang undang-

106 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) (Legislatif) Partisipasi angkatan kerja perempuan undang nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 (Eksekutif) tentang perlindungan anak Penyelesaian pengaduan perlindungan 3. Keterlibatan peran organisasi permpuan dalam perempuan dan anak dari tindakan kekerasan pengambilan kebijakan belum optimal sehingga peran organisasi perempuan dalam pembanguna belum terlaksana secara maksimal 11 Rata-rata jumlah anak per keluarga Rasio akseptor KB Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I 12 Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi PMKS yang memperoleh bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SOSIAL 1. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Banyuwangi garis komando ke bawah (tingkat Kecamatan) terputus, karena tidak ada UPTB sebagai tenaga pengendali lapangan terhadap PLKB, selain itu disebabkan karena purna tugas (pensiun), meninggal, mutasi ke SKPD yang lain dalam rangka promosi jabatan dan tidak ada penerimaan PLKB baru. 1. Kinerja Tenaga TKSK dan PSM Tingkat lanjut masih belum optimal mengantisipasi permasalahan sosial di wilayahnya 2. dan kegiatan masih belum busa mengcover seluruh masalah-masalah social yang terjadi. Update data PMKS belum maksimal 3. Belum adanya rumah singgah di Kab. Banyuwangi, sehingga pemulangan orang terlantar sampai ketempat tujuan harus beristirahat di Stasiun Kereta Api 4. Perlu dibangun Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memberikan wadah ketrampilan bagi pencari kerja untuk hidup lebih mandiri 5. Minimnya alat transportasi yang belum dimiliki BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-98

107 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) guna kelancaran distribusi bantuan kepada masyarakat yang terganggu karena menunggu kendaraan untuk penyaluran bantuan bencana 13 Angka partisipasi angkatan kerja Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja Pencari kerja yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka (%) Keselamatan dan perlindungan Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan Pemerintah daerah 14 Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil KETENAGAKERJAAN KOPERASI DAN UKM 1. Para Pencari Kerja masih banyak yang menunggu lowongan kerja pada sektor informal, artinya ketertarikan pada sektor wirausaha masih menjadi minim. 2. Banyak perusahaan tidak melaporkan tenaga kerja yang sudah direkrut sehingga kesulitan data pencari kerja yang sudah ditempatkan. 3. Kurangnya animo perusahaan dalam memberikan informasi bursa tenaga kerja perusahaannya. 4. Pelaksanaan masih relatif kurang karena hanya 2 bulan sehingga sasaran kurang memadai. 1. Belum optimalnya peran kelembagaan gerakan koperasi 2. Koperasi yang dapat melaksanakan RAT baru 79,68 persen 3. Rendahnya penguasaan manajemen dan teknologi informasi bagi pengelola koperasi dan pelaku UMKM 4. Minimnya akses dan fasilitas permodalan bagi koperasi dan pelaku UMKM 5. Masih kurangnya peran koperasi dalam mendukung pengembangan dan penguatan UMKM 6. Belum optimalnya peran klinik UMKM 7. Belum optimalnya pengetahuan kewirausahaan bagi pelaku UMKM BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-99

108 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 8. Masih rendahnya kualitas dan daya saing produk UMKM dibandingkan dengan produkproduk sejenis dari daerah lain 9. UMKM masih kesulitan dalam mencari akses/pangsa pasar untuk memasarkan produk-produknya 10. Rendahnya penguasaan manajemen bagi pengelola koperasi 11. Masih adanya permodalan dalam tahap musyawarah 15 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Rasio daya serap tenaga kerja Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) 16 Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan 17 Jumlah klub olahraga Jumlah gedung olahraga PENANAMAN MODAL KEBUDAYAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 1. Rendahnya kualitas dan profesionalisme petugas di lapangan. 2. Masih rendahnya kepedulian masyarakat atau pelaku usaha untuk melakukan pengurusan terkait izin. 3. Masih rendahnya kesadaran PMA dan PMDN untuk menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) 1. Masih terbatasnya tenaga ahli yang mumpuni di bidang Pengelolaan benda koleksi museum 2. Sarana pengembangan seni, adat dan tradisi masih sangat terbatas 3. Pengelolaan lembaga-lembagakesenian daerah masih lemah 4. Sarana pengembangan seni, budaya, adat/tradisi masih sangat terbatas 5. Masih terbatasnya tenaga ahli yang mumpuni di bidang Pengelolaan benda koleksi museum dan cagar budaya 1. Belum validnya data pemuda dan olahraga di Kabupaten Banyuwangi. 2. Kerja sama dengan fihak ketiga belum BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-100

109 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) maksimal. 3. Setiap Kecamatan belum memiliki gedung olahraga/balai kegiatan Pemuda. 18 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP Kegiatan pembinaan politik daerah 19 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi Pemerintah Penegakan PERDA Cakupan patroli petugas Satpol PP Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten Cakupan pelayanan bencana kebakaran Kabupaten BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH,PERANGKAT DAERAH,KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN II Masih adanya gejolak yang sering timbul di masyarakat, akibat informasi yang kurang jelas yang dapat memicu timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat 2. Minimnya alat transportasi yang belum dimiliki kantor BPBD, sehingga berakibat pada kelancaran distribusi bantuan kepada masyarakat yang terganggu karena menunggu kendaraan untuk penyaluran bantuan bencana 3. Minimnya sumber daya yang dimiliki sementara tugas penanggulangan bencana kadang tidak dapat diprediksi belum lagi perlunya staf untuk selalu bersiaga di posko yang ada 4. Masih kurangnya tingkat pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan tentang kebencanaan 1. Volume dan beban tugas yang cukup besar serta terbatasnya tenaga yang berkualifikasi tertentu (Akuntan, Juru Sita, Penilai Pajak, Penilai Aset, PPNS dan Auditor). 2. Dalam melakukan pengawasan dan pembinaan pada SKPD dalam satu tahun belum busa menjangkau secara keseluruhan SKPD yang ada mengingat jumlah aparatur pengawas /auditor terbatas. 3. Dalam melakukan pengawasan dan pembinaan pada sekolah SMPN, SMAN / SMKN untuk prosentase cakupan pembinaan dalam satu

110 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran tahun masih kecil mengingat keterbatasan aparatur pengawas yang ada. (WMK) 4. Keterbatasan anggaran dalam peningkatan Cakupan sarana prasarana perkantoran profesionalisme tenaga pengawas/auditor dan Pemerintahan desa yang baik aparatur Pemerintah. Sistim Informasi Manajemen Pemda Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 5. Masih kurangnya tingkat pemahaman pengguna jasa pelayanan kepegawaian terhadap peraturan perundang-undangan kepegawaian. 6. Sarana (teknologi informasi dan transportasi) yang kurang mencukupi mengingat kompleksnya tugas dan tanggungjawab pelayanan kepegawaian baik yang dilakukan dengan propinsi maupun pusat. 20 Ketersediaan pangan KETAHANAN PANGAN 1. Keamanan pangan belum menjadi fokus / perhatian utama di masyarakat, utamanya pelaku usaha produk- produk pangan 2. Belum maksimalnya upaya menuju kemandirian 21 Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah LSM LPM Berprestasi PKK aktif Posyandu aktif Swadaya Masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat Pemeliharaan Pasca pemberdayaan masyarakat 22 Pengelolaan arsip secara baku Peningkatan SDM pengelola kearsipan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEARSIPAN pangan daerah 1. Belum maksimalnya peran Pemerintahan desa/ Kelurahan dalam fungsi pelayanan publik, regulasi dan pemberdayaan Masyarakat. 2. Belum maksimalnya kemampuan Pemerintah desa/ kelurahan, kelembagaan dan keswadayaan serta gotong royong dalam program pemberdayaan masyarakat. 3. Belum diterapkannya Standar Operasional Prosedur dan Standar Pelayanan Publik membuat realisasi anggaran masih tergantung pada petunjuk teknis yang proses penetepannya melalui Surat Keputusan Bupati Banyuwangi. 1. Kurangnya sarana dan prasarana kearsipan yang memadai terutama kurang tersedianya BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-102

111 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Tersimpannya arsip inaktip dan statis depo penyimpanan arsip yang layak, sehingga arsip SKPD yang telah dikirim ke Depo Arsip tidak dapat diolah dan disimpan dengan baik 2. Kurangnya tenaga/staf yang mampu mengolah arsip 3. Belum adanya pejabat Arsiparis 23 Jumlah jaringan komunikasi Jumlah surat kabar nasional/local Jumlah penyiaran radio/tv local Jumlah penyiaran TV local Web site milik Pemerintah daerah KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. Kurangnya Kesadaran diri masyarakat akan pentingnya penataan frekuensi radio. 2. Keterbatasan sumber daya manusia dibidang Teknologi dan Informasi yang mendukung pelaksanaan E-Government pada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, baik dalam kualitas SDM maupun kuantitas yang menangani permasalahan IT. 3. Kurangnya sarana prasarana Teknologi Informasi sehingga kinerja penyebarluasa informasi kurang maksimal. 24 Lahan bersertifikat Penyelesaian kasus tanah Negara Penyelesaian izin lokasi 25 Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah B URUSAN PILIHAN PERTANAHAN PERPUSTAKAAN 1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengurus hak atas tanah. 2. Rendahnya pengetahuan dalam proses ijin penggunaan pemanfaatan tanah. 3. Masih tingginya okupansi masyarakat terhadap tanah-tanah negara) 1. Kurangnya SDM yang menangani pelayanan perpustakaan. 2. Kurangnya jenis dan jumlah buku bacaan perpustakaan 3. Kurangnya pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) 1 Produktivitas padi atau bahan pangan utama PERTANIAN 1. Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-103

112 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) lokal lainnya per hektar 2. Kurang optimalnya peran Kontribusi sektor pertanian/perkebunan penyuluh/pendamping pertanian terhadap PDRB 3. Belum optimalnya pemanfaatan akses pasar dan Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) permodalan terhadap PDRB Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap 4. Belum optimalnya penerapan teknologi PDRB pertanian Cakupan bina kelompok petani 5. Belum imbangnya tambahan biaya usaha tani dengan harga yang diterima petani, sehingga menyebabkan Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah 6. Terbatasnya modal, rendahnya penguasaan teknologi dan informasi pasar, lemahnya kelembagaan petani menyebabkan daya saing rendah 7. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, sempitnya luas areal kepemilikan petani dan menurunnya kesuburan tanah 8. Terjadinya anomali iklim, tanpa penguasaan untuk menanggulanginya mengakibatkan peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) 9. Belum optimalnya penanganan panen dan pasca panen serta pengolahan hasil panen menjadi produk olahan 10. Kurang sinergisnya program/kegiatan pembangunan pertanian dengan kegiatan pembangunan lainnya 11. Belum optimalnya peran Penyuluh/Pendamping pertanian 12. Belum optimalnya koordinasi antara lembaga Pemerintah, BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-104

113 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) Swasta dan kelompok tani 2 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan Kawasan Hutan Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB KEHUTANAN 1. Kurangnya ketersediaan benih bermutu 2. kelembagaan kelompok tani kehutanan belum sepenuhnya berjalan sesuai fungsinya 3. Fluktuasi harga kayu pada saat panen raya 4. Pengelolaan sumber daya alam yang masih kurang peduli terhadap dampak lingkungan 5. Kurang optimalnya usaha konservasi sumber daya alam 6. Perubahan iklim global yang tidak dapat diprediksi menyebabkan kekurangan air di lahan tanam 7. Abrasi pantai karena gelombang pasang dan ulah manusia 8. Pengawasan terhadap Pengelolaan sumber daya alam yang masih kurang optimal sehingga berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan 9. Kesadaran masyarakat terhadap upaya konservasi hutan dan lahan masih rendah, sehingga mengancam kelestarian hutan dan menimbulkan bencana 10. Alihfungsi komoditi tanaman perkebunan tahunan ke tanaman musiman pada Daerah Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan area tangkapan air hujan tidak berfungsi sebagai penahan air permukaan, sehingga mengakibatkan banjir dan penurunan debit air 3 Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB ENERGI SUMBER DAYA MINERAL 1. Dari pengawasan kegiatan usaha pertambangan diperoleh hasil bahwa selain banyak usaha pertambangan yang tanpa ijin, juga sangat BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-105

114 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) berpotensi merusak lingkungan. 2. Masih tingginya tingkat konsumsi terhadap energi yang tidak terbarukan 3. Penggunaan energy tak terbarukan masih belum efisien 4. Belum optimalnya penggunaan energy terbarukan 5. Maraknya pertambangan tanpa izin ( PETI ) 6. Belum optimalnya pengelolaan air bawah tanah ( ABT ) 4 Kunjungan wisata Domestik Kunjungan wisata Mancanegara Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 PARIWISATA II SDM yang ada belum berjalan secara optimal 2. Sulitnya transportasi munuju lokasi obyek wisata 3. Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar obyek wisata dan pengelola obyek wisata 4. Kemampuan bahasa dan pengetahuan tentang obyek wisata dan daya tarik wisata bagi pramuwisata 5. Belum secara berkala pengelola obyek wisata dan rekreasi hiburan umum (RHU) dan maupun Hotel / rumah makan melaporkan kunjungan wisata 6. Masih terbatasnya tingkat pemasaran dan data kepariwisataan 7. Belum optimalnya peran para pelaku usaha jasa pariwisata dan Mass media 8. Belum maksimalnya akses menuju obyek wisata dan sarana/prasarana obyek wisata 9. Rendahnya SDM pelaku pariwisata dan masyarakat sekitar obyek wisata 10. Belum mantapnya koordinasi para pengelola

115 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) dan pelaku pariwisata 11. Belum maksimalnya promosi dan pemanfaatan destinasi wisata 12. Belum maksimalnya upaya integrasi kegiatan antar destinasi wisata dalam daerah dan kerjasama luar daerah 5 Produksi perikanan Konsumsi ikan Cakupan bina kelompok nelayan Jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda pd thn n Produksi perikanan kelompok nelayan 6 Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Ekspor Bersih Perdagangan Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal KELAUTAN DAN PERIKANAN PERDAGANGAN 1. Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan antara lain tidak memiliki SIUP/SIPI atau sudah kadaluarsanya SIUP/SIPI yang dimiliki. 2. Menurunnya SDI di Selat Bali sebagai akibat overfishing, pencemaran air laut, cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. 3. Kurangnya pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum bagi para pelanggar aturan 4. Belum optimalnya kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap dan budidaya 1. Belum optimalnya BPSK peran & sosialisasi yang telah terbentuk pada tahun 2013 untuk penyelesaian pengaduan konsumen sehingga banyak masyarakat yang belum memanfaatkan adanya BPSK sebagai wadah penyelesaian sengketa konsumen 2. Pameran yang telah diikuti kurang busa dimanfaatkan secara maksimal menjadi sarana promosi baik produk unggulan maupun potensi Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan. 3. Belum memiliki peralatan untuk uji kadar bahan kimia berbahaya untuk makanan BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-107

116 NO KRITERIA/ASPEK URUSAN PERMASALAHAN (1) (2) (3) (5) 7 Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri Pertumbuhan Industri. Cakupan bina kelompok pengrajin PERINDUSTRIAN 1. Kualitas dan daya saing produk IKM yang masih rendah dibandingkan dengan produk-produk sejenis dari daerah lain. 2. Cakupan pemasaran produk-produk IKM khususnya industri rumah tangga masih sangat terbatas di wilayah lokal sekitar domisili IKM tersebut. 3. Masih kurangnya penguasaan IT dan manajemen usaha bagi pelaku IKM 4. Masih banyak IKM yang visible tapi belum bankable sehingga masih kesulitan dalam mengakses kredit dari perbankan 8 Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU) KETRANSMIGRASIAN 1. Di daerah lokasi transmigrasi masih terdapat sarana air bersih yang kurang memadai 2. Lokasi transmigrasi ada yang masih relatif jauh dari ibukota Kabupaten 3. Di lokasi transmigrasi tenaga pendidik/pengajar masih sangat kurang BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 II-108

117 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah merupakan suatu bagian yang penting dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk dapat melihat kondisi perekonomian dan kemampuan keuangan pemerintah dalam menjalankan program-program yang dirancang. Tahun 2015 merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi, sehingga tahun 2015 merupakan tahun penentu keberhasilan RPJMD Kabupaten Banyuwangi Keberhasilan RPJMD merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan kepemerintahan, sehingga proyeksi tahun 2015 harus tepat pada sasaran yang diharapkan untuk dapat mendukung keberhasilan RPJMD. Indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan proyeksi ke depan diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan, dan kebijakan pemerintah daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah seperti pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah didasari dan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara global, nasional, maupun regional. Dimana kondisi tersebut harus bersinergi, sinkron, dan berintergrasi sehingga kondisi perekonomian dapat terus membaik. Demikian pula untuk menentukan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2015 harus memperhatikan perkembangan perekonomian tersebut baik secara global, nasional maupun regional Kondisi Perekonomian Global Arah kebijakan ekonomi daerah, tidak bisa terlepas dari kondisi perekonomian global, Nasional, maupun lokal. Perekonomian global terlihat BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-109

118 membaik sejak kuartal ke-3 tahun Sumber-sumber pemulihan ekonomi dunia di tahun 2012 adalah adanya peningkatan aktivitas perekonomian di negara-negara berkembang dan pulihnya perekonomian Amerika Serikat yang pada tahun 2012 pertumbuhannya mencapai 2,3 persen. Kondisi keuangan global terlihat mulai stabil, sementara itu arus modal masuk ke negara-negara berkembang terlihat tetap kuat. Oleh sebab itu, pada tahun 2013 perekonomian dunia diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 sebesar 3,5 persen dan pada tahun 2014 diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,1 persen. TABEL 3.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Dunia Tahun Isu Strategis Pertumbuhan Ekonomi 3,2 3,5 4,1 Dunia a. Amerika serikat 2,3 2,0 3,0 b. Kawasan Eropa -0,4-0,2 1,0 c. Italia -2,1-1,0 0,5 d. Spanyol -1,4-1,5 0,8 e. Jepang -1,4-1,5 0,8 f. Negara-negara Berkembang 5,1 5,5 5,9 g. China 7,8 8,2 8,5 h. India 4,5 5,9 6,4 i. ASEAN-5 5,7 5,5 5,7 2. Volume Perdagangan Dunia (Barang dan Jasa) 2,8 3,8 5,5 Impor a. Negara maju 1,2 2,2 4,1 b. Negara berkembang 6.1 6,5 7,8 Ekspor a. Negara maju 2,1 2,8 4,5 b. Negara berkembang 3,6 5,5 6,9 Sumber : BAPPENAS, 2014 Pertumbuhan ekonomi negara berkembang (emerging and developing economies) diperkirakan akan menguat di tahun 2013 dan Salah satu penyebabnya adalah adanya kebijakan pemerintah di negara berkembang yang BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-110

119 cukup efektif sebagai stimulan dalam mempertahankan aktivitas ekonominya di tengah kondisi perekomian global yang kurang kondusif. Namun demikian, risiko yang akan dihadapi oleh negara-negara berkembang cukup besar. Ketergantungan negara berkembang kepada permintaan eksternal dan ekspor komoditas cukp tinggi, padahal harga komoditas di tahun 2013 dan 2014 diperkirakan akan menurun; walaupun jika harganya naik, kenaikannya akan dalam rentang yang sangat terbatas. Sementara itu, penerapan lebih lanjut untuk kebijakan bersifat longgar di beberapa negara berkembang akan semakin terbatas, bahkan keterbatasan sisi penawaran dan ketidakpastian kebijakan (policy uncertainty) akan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang untuk tumbuh lebih tinggi. Oleh sebab itu, untuk menghindari proses pemulihan global yang berisiko, maka negara-negara maju perlu konsisten dalam penerapan kebijakannya, terutama yang terkait pada: (i) konsolidasi fiskal yang berkelanjutan serta (ii) reformasi sektor keuangan. Sementara negara berkembang juga perlu lebih menyeimbangkan sumber pertumbuhannya antara konsumsi domestik dengan orientasi ekspor Kondisi Perekonomian Nasional Dengan kondisi perkonomian secara global yang telah dipaparkan pada subbab tersebut baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Berdasarkan paparan kondisi global tersebut yang mempengaruhi Indonesia yaitu guncangan ekonomi yang terjadi di pasar keuangan global. Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat sejalan dengan sentimen negatif terhadap rencana pengurangan stimulus moneter alias tapering off di AS. Sementara kondisi ekonomi global yang menurun akhirnya mengakibatkan terjadinya guncangan. Selain hal tersebut tekanan yang dihadapi Indonesia lainnya adalah tekanan terhadap NPI tahun Defisit transaksi berjalan diprakirakan mencapai 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi pula dari defisit pada tahun 2012 BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-111

120 sebesar 2,8%. Surplus di sisi transaksi modal dan finansial pun menurun. Tak sampai di situ, nilai tukar rupiah di tahun 2013 juga terus terdepresiasi disertai volatilitas yang meningkat. Pelemahan rupiah ini searah dengan pelemahan mata uang di negara kawasan. Kondisi Indonesia yang mengalami guncangan dari berbagai faktor tersebut tidak membuat Indonesia kehilangan sebuah peluang dan kondisi yang menguntungkan. Menurut Bank Indonesia perekonomian Indonesia dilihat dari hasil evaluasi kondisi perekonomian menyimpulkan bahwa di tahun 2013 yang bisa dibilang tidak mudah, ekonomi Indonesia diprakirakan mampu tumbuh sebesar 5,7%. Meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya, namun angka tersebut merupakan sebuah prestasi. Pasalnya, tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) meningkat, dibarengi dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Inflasi pun berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia ketika awal tahun 2013 yang lalu yaitu di 4,5% ±1%. Realisasi inflasi tercatat di angka 8,38% (yoy) sampai akhir Kondisi menunjukkan stabilitas ekonomi kembali terkendali. NPI Triwulan IV 2013 membaik ditopang penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi bulanan menurun dan berada dalam pola normal.tahun 2014, NPI diperkirakan membaik seiring penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi pada 2014 dan 2015 diperkirakan juga terkendali dalam kisaran 4,5±1% dan 4,0±1%. Pertumbuhan ekonomi pada 2014, diperkirakan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2% sejalan proses konsolidasi ekonomi domestik menuju ke kondisi yang lebih seimbang. Mulai Januari 2014 pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan mendasar dalam menghitung IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada survey biaya hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam menghitung IHK. Hasil SBH BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-112

121 2012 sekaligus mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya. Tingkat inflasi tahun kalender (januari) 2014 sebesar 1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (januari 2014 terhadap januari 2013) sebesar 8,22 persen. Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2012 dan 2013 masing-masing 0,76 persen dan 1,03 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun untuk januari 2012 terhadap januari 2011 dan januari 2013 terhadap Januari 2012 masing-masing 3,65 persen dan 4,57 persen. Tabel 3.2 Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Tahun ke Tahun, Tahun No Inflasi Januari 0,78 1,03 1,07 2 (Januari) tahun kalender 0,78 1,03 1,07 3 Januari terhadap Januari (tahun ke 3,65 4,57 8,22 tahun) (tahun n) (tahun n-1) Sumber: BPS RI, 2014 (data diolah) Selain perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik dengan persiapan pemilu 2014, pertumbuhan Indonesia akan membaik juga dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pelaksanaan MEA 2015 memberikan konsekuensi bagi Indonesia terhadap tingkat persaingan yang semakin terbuka dan tajam, terutama dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN. Tujuan pelaksanaan MEA 2015 adalah untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan arus barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan arus modal yang lebih bebas, mempunyai daya saing tinggi, dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata, serta terintegrasi dalam ekonomi global. Oleh sebab itu, tantangan terbesar bagi Indonesia dalam menghadapi pembentukan MEA 2015 adalah meningkatkan pemahaman publik di kalangan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat baik tingkat pusat maupun daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-113

122 Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang dimaksud dengan Analisis Ekonomi Daerah adalah untuk menilai sejauh mana realisasi pembangunan daerah dapat mempengaruhi kinerja ekonomi daerah dan sejauh mana indikator makro ekonomi daerah sesuai dengan yang diasumsikan dalam perencanaan pembangunan jangka menengah. Analisis asumsi umum/makro ekonomi daerah tahun lalu, tahun berjalan dan tahun rencana memuat kondisi ekonomi riil suatu daerah pada tahun lalu, tahun berjalan dan tahun rencana. Analisis ini dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah saat ini untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan perumusan kerangka ekonomi daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) seperti yang telah dipaparkan diatas maka harus terjadi sinergitas dan sinkronisasi antara pusat, provinsi dan kota/kabupaten. Oleh sebab itu perlu diperhatikan asumsi ekonomi makro yang tertuang dalam arahan APBD 2014 secara Nasional, yaitu: Tabel 3.3 Asumsi Perekonomian Makro 2014 No Sektor Persentase 1 Pertumbuhan Ekonomi 5,5 % 2 Inflasi (%) y-o-y 5,3 % 3 Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 6,0% 4 Nilai Tukar Rp ,00/US$ 5 Harga Minyak ICP US$105/barel 6 Lifting Minyak 818 ribu barel/hari 7 Lifting Gas ribu barel setara minyak per hari Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2014 Tabel 3.3 menunjukkan prakiraan kondisi ekonomi makro Indonesia yang merupakan hasil analisis dari BPS Pusat. Kondisi perekonomian makro tersebut digunakan sebagai asumsi dasar dalam menentukan arah kebijakan Fiskal Pada arah kebijakan fiskal dalam APBD 2014 secara nasional tersebut adalah memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-114

123 melalui pelaksanaan kebijakan fiskal yang sehat dan efektif. Arah kebijakan fiskal tersebut ditembuh melalui beberapa strategi untuk menjaga kesinambungan fiskal: 1. Mengendalikan Defisit Anggaran: a. Optimalisasi pendapatan Negara dengan meningkatkan iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan; b. Meningkatkan kualitas belanja melalui (i) meningkatkan belanja modal untuk pembangunan Infrastruktur, (ii) pengendalian subsidi dan (iii) efisiensi belanja barang (operasional dan perjalanan dinas). 2. Mengendalikan Keseimbangan Primer: a. Optimalisasi pendapatan Negara; b. Memperbaiki struktur belanja melalui pembatasan belanja terkait, belanja mandatori, dan efisiensi subsidi untuk kualitas belanja. 3. Menurunkan Rasio Utang terhadap PDB: a. Pengendalian pembiayaan yang baru bersumber dari pinjaman b. Negative not flow c. Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman harus untuk kegiatan produktif yang meningkatkan nilai tambah atau meningkatkan kapasitas perekonomian Pada Tahun 2015 pemerintah pusat memfokuskan pada reformasi pembangunan yang tertuang dalam RKP Nasional Tahun 2015: Melanjutkan Reformasi Pembangunan Bagi Peningkatan Daya Saing Nasional. Tema tersebut di dasari oleh beberapa alasan sebagai berikut: 1. Reformasi pembangunan perlu dilanjutkan dan diperkuat untuk menciptakan struktur perekonomian yang kokoh melalui percepatan hilirasi industri berbasis sumber daya alam, mengurangi ketergantungan impor barang modal dan bahan baku, kepastian hukum dan penegakan hukum serta reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan. 2. Daya saing nasional masih harus di tingkatkan terutama untuk menghadapi dimulainya pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), meneruskan BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-115

124 perbaikan neraca transaksi berjalan, memperkuat landasan pembangunan agar tidak masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah. 3. RPJMN tahap ketiga dari RPJPN di arahkan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis SDA yang tersedia, SDM berkualitas serta kemampuan IPTEK Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Kondisi daerah tentunya harus selaras dengan kondisi Nasional agar terjadi sinkronisasi dan integrasi antara pusat dengan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut Provinsi Jawa Timur menyusun tema tahunan yang kiranya dapat berkesinambungan. Kondisi perekonomian Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan kontribusi terhadap pusat karena didorong oleh konsumsi domestik yang besar. Kondisi konsumsi domestik tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 No Sektor Besaran Persentase 1 Konsumsi Domestik 55% 2 Konsumsi Pemerintah 7% 3 PDB Net Ekspor 0% 4 Investor dan Per Statistik 6% Tabel 3.4 menunjukkan bahwa konsumsi terbesar terletak pada konsumsi domestik sebesar 55, konsumsi pemerintah sebesar 7%, investor dan Per statistik 6%, dan yang paling rendah adalah PDB net ekspor. Kondisi ini menyebabkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengatur stategi untuk meningkatkan kontribusi untuk pusat dengan melakukan analisis dan membaca peluang terbesar. Selain itu kondisi perekonomian Provinsi Jawa Timur dapat dilihat dari Inklusivitas Pertumbuhan Ekonomi. Inklusivitas pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat kemiskinan, tingkat TPT, dan disparitas. Adapun BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-116

125 Inklusivitas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur dari 2009 sampai dengan 2012 dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 3.1: Pertumbuhan Inklusivitas Provinsi Jawa Timur Tahun ,46 115,14 112,68 112,6 5,08 4,25 4,16 4,12 5,01 6,68 7,22 7, Indeks Wilianson TPT Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi Grafik pertumbuhan inklusivitas provinsi Jawa Timur diatas menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, karena dari sektor penurunan kemiskinan, penurunan TPT dan Disparitas menunjukkan kondisi perubahan setiap tahunnya yang cukup baik. Sementara berdasarkan hasil pendataan BPS jika dilihat dari kondisi laju inflasi tahun kalender (Desember 2013-Maret 2014) Jawa Timur mencapai 1,58 persen sedangkan laju inflasi year on year (Maret 2014 terhadap Maret 2013) Jawa Timur sebesar 6,59 persen. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Jawa Timur 2015 memiliki tema tahunan sebagai berikut: Penguatan Kemandirian Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis dan Agroindustri, UMKM serta Infrastruktur. Tema tahunan tersebut semakin ingin menguatkan posisi perekonomian Jawa Timur di wilayah Indonesia Timur khususnya dan di seluruh Indonesia secara umumnya. Jawa Timur ingin mewujudkan diri sebagai manager regional perekonomian di wilayah Indonesia Timur. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-117

126 1. Kemandirian Ekonomi, dengan rincian sebagai berikut: a. Pengurangan ketergantungan terhadap impor bahan baku dan bahan penolong serta barang jadi b. Penguatan daya saing daerah baik sumber daya manusia maupun produk daerah. c. Peningkatan perdagangan luar negeri (export) dan surplus neraca perdagangan dalam negeri. 2. Pembangunan industri Hulu-Hilir a. Pengembangan industri dasar dengan upaya penguatan struktur industri b. Pengembangan hilirisasi industri c. Peningkatan produk bahan baku/penolong domestik sebagai pengganti/substitusi impor 3. Pembangunan agrobisnis dan agroindustri serta UMKM a. Peningkatan produktivitas pertanian guna meningkatkan NTP b. Pengembangan agroindustri di arahkan pada sentra-sentra produksi dimana berfungsi untuk pengembangan UMKM berbasis hasil pertanian 4. Pembangunan Infrastruktur a. Regulasi pendukung penguatan kemandirian ekonomi agar dapat berpihak pada kekuatan ekonomi domestik b. Pengembangan sarana dan prasarana infrastruktur untuk mendorong pertumuhan ekonomi (kelancaran arus barang dan jasa) dan peningkatan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar masyarakat serta pengurangan disparitas antar wilayah c. Meningkatkan porsi kredit kepada UMKM melalui Bank Umum, Bank UMKM (penambahan penyertaan modal dan BPR Kabupaten/Kota) Kondisi Perekonomian Kabupaten Banyuwangi Penyusunan prioritas baik nasional maupun Jawa Timur yang telah dipaparkan pada sub-subbab sebelumnya tentu berimplikasi juga terhadap prioritas pembangunan di daerah. Kabupaten Banyuwangi dengan upayanya ingin BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-118

127 mempertahankan potensi lokal agar dapat di jadikan menjadi potensi nasional. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menginginkan pada tahun 2015 menguatkan peran Kabupaten Banyuwangi dalam konstelasi regional. Dimana berbagai upaya dimulai dari peningkatan sarana prasarana, penyediaan lapangan pekerjaan, dibukanya pintu investasi hingga peningkatan SDM menjadi sebuah cara yang di tempuh guna Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi yang Mandiri, Sejahtera dan Berakhlak Mulia Melalui Peningkatan Perekonomian dan Kualitas Sumber Daya Manusia. Mengacu kepada proyeksi indikator makro ekonomi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, maka strategi-strategi kebijakan fiskal dalam tahun akan tetap diarahkan kepada hal-hal berikut : (1) Mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah yang berasal dari sumbersumber PAD dan Dana Perimbangan; (2) Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD dari sisi belanja; (3) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional; (4) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan. Cara yang terakhir ini misalnya dilakukan melalui kerjasama melalui model kerjasama masyarakat, swasta, dan pemerintah (public-private patnership). Cara yang tekahir ini perlu dilakukan mengingat kemampuan pemerintah daerah di dalam menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi dan pembangunan lainnya masih sangat terbatas Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perkembangan perekonomian makro merupakan indikator dalam melihat arah kebijakan perekonomian kedepan. Perkembangan Perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami posisi yang cukup stabil, Arah perekonomian yang mulai membaik pada triwulan IV 2013 menjadi modal penting bagi prospek ekonomi ke depan. Bank Indonesia memperkirakan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi akan lebih berimbang sehingga akan semakin memperkuat stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-119

128 kisaran 5,5%-5,9% dengan sumber pertumbuhan yang lebih seimbang antara permintaan eksternal dan permintaan domestik. Permintaan ekstrenal diperkirakan terus membaik sehingga ekspor akan meningkat sedangkan permintaan domestik masih moderat sehingga impor dan inflasi akan tetap terkondisi. Dengan demikian rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB diprakirakan akan menurun menjadi dibawah 3,0% dan laju inflasi diprakirakan akan berada pada kisaran sasaran 4,5%-1%. Sedangkan kondisi pertumbuhan ekonomi Jatim melambat 7,27%-6,55% yang berakibat kontribusi Jatim terhadap Nasional 2013 turun dari 14,89%-14,87%. Kondisi nasional maupun provinsi terhadap laju pertumbuhan ekonomi tersebut tentunya akan berdampak pada kondisi perekonomian di Kabupaten Banyuwangi. Perkembangan perekonomian makro di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat melalui tabel berikut ini: Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Indikator Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB ADHB (Juta Rupiah) PDRB ADHK (Juta Rupiah) Realisasi Bertambah/ Berkurang Proyeksi Tahun 2012* Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun ,47 32,260, ,446, ,493, ,634, ,494, ,412, ,272, PDRB per Kapita (Juta Rupiah) 19,254, ,049, ,013, ,809, TPT (%) IPM (%) Inflasi (%) ± Penduduk di atas Garis Kemiskinan (%) ,50 86,88 Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi relatif stabil dari tahun ke tahunnya yang tergambar dari persentase BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-120

129 pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi makro yang tidak signifikan, dan hanya mengalami kenaikan tidak mencapai 2%. Selain Perkembangan perekonomian secara makro, perlu menjadi pertimbangan kegiatan perekonomian lainnya, seperti kegiatan perbankan. Gambar 3.2. Kegiatan Perbankan dalam Total Kredit (Milyar Rupiah) 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 Total Kredit (dalam Trilyun Rupiah) Pada grafik 3.2 di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya dalam kegiatan perbankan perkreditan terus mengalami peningkatan, meskipun tidak besar namun tetap mengalami kemajuan. Adapun kegunaan dari perkreditan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3 Gambar 3.3. Penggunaan Dana Perbankan 34,99% 9,05% 55,96% Modal Kerja Investasi Konsumsi Pada grafik 3.3 dapat dilihat bahwa penggunaan kreditan tersebut banyak digunakan sebagai modal kerja, dan disusul pada konsumsi, dan terakhir adalah investasi.hal ini menunjukkan bahwa kepedulian pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi pengangguran sangatlah besar, dan hal ini perlu menjadi III-121 BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015

130 perhatian, namun sangat disayangkan kesadaran masyarakat untuk melakukan investasi masih sangat kecil. Gambar 3.4 Non Performing Loan (% gross) Pada gambar 3.4 perbankan dalam kegiatan NPL mengalami fluktuatif dan kurang stabil, yaitu pada tahun 2008 sebesar 4,06%, tahun 2009 sebesar 5,81%, tahun 2010 kembali sebesar 4,06, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan cukup drastic sebesar 2,85%, kemudian 2, 24 pada tahun 2012, dan menjadi 2,04 pada tahun Gambar 3.5 Kegiatan Perbankan Pada berbagai sektor Pertanian 9% Industri 21% Lain-lain 4% Jasa 3% Pengangkutan 3% Konstruksi 4% Perdagangan 56% Jasa Pengangkutan Perdagangan Konstruksi Industri Pertanian Lain-lain BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-122

131 Dari gambar grafik 3.5 dapat dilihat bahwa sektor yang paling besar menggunakan kegiatan perbankan adalah perdagangan sebesar 40%, kemudian disusul lain-lain 35%, industri 10%, jasa 5%, pengangkutan 1% dan konstruksi 1%. Kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi dalam menggunakan jasa perbankan adalah perdagangan, sementara pada Kabupaten Banyuwangi kegiatan terbesar terletak pada sector pertanian, sehingga perl menjadi perhatian bagi pemerintah, agar pada sector pertanianpun dapat berkontribusi maksimal dalam perekonomian Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015 Pada tahun 2013 kondisi perekonomian secara global cenderung membaik, demikian pula dengan kondisi Indonesia bahwa berbagai kondisi sangat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan. Bahkan kondisi tersebut akan diperkiraan terus mengalami perbaikan hingga tahun 2015 mendatang. Kondisi tersebut tidak melepaskan Kabupaten dari tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Banyuwangi adalah bersumber dari kondisi Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan kontribusi terhadap perkembangan perekonoian secara Nasional, sehingga untuk tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada Penguatan Kemandirian Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis dan Agroindustri, UMKM serta Infrastruktur agar mampu untuk meningkatkan kontribusi secara Nasional. Kebijakan tersebut tentunya akan berdampak pada kondisi Kabupaten Banyuwangi. Melihat kondisi Nasional, dan Provinsi serta berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab II dokumen RKPD 2015 ini Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa tantangan yang akan dihadapi, yaitu: 1. Pertumbuhan pertanian yang melambat yaitu hanya mencapai 3,49%, padahal kegiatan perekonomian hampir 50% bersumber dari pertanian 2. Optimalisasi pengembangan bidang-bidang potensial seperti perikanan, peternakan) BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-123

132 3. Kawasan Rawan Bencana Sedangkan Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi yaitu : 1. Kondisi geografis yang cukup strategis, dan terdapatnya pelabuhan Ketapang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali 2. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh Pertanian didukung dengan kondisi topografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi 3. kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan 4. Pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi 5. Pendapatan perkapita yang meningkat 6. Kemiskinan mengalami penurunan Melihat tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, maka arah kebijakan ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 yaitu: 1. Mengurangi kegiatan import dengan memanfaatkan kondisi pertanian yang menunjang untuk pemanfaatan maksimal, dan memperbanyak kegiatan eksport dengan memanfaatkan kawasan Kabupaten Banyuwangi yang strategis 2. Mendorong percepatan perekonomian dalam bidang kepariwisataan, dan membuka kesempatan bagi investor, Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan koperasi 3. Mempertahankan stabilitas pertumbuhan perekonomian dengan menjaga pertumbuhan PDRB, peningkatan pendapatan perkapita dan menurunnya angka kemiskinan 4. Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah berbasis kelompok dan kluster 5. Penguatan regulasi ekonomi kerakyatan daerah 6. Pembangunan kawasan perindustrian untuk meningkatkan penghasilan daerah 7. Mengoptimalkan Bandara Blimbingsari sebagai sarana percepatan pertumbuhan ekonomi 8. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meminta saham sebagai pemilik SDA BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-124

133 9. Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat berinvestasi 10. Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat menggunakan jasa perbankan 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Keuangan Daerah memuat tentang pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang akan dilaksanakan pada tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerahpenentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun rencana dapat diketahui Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Proyeksi keuangan daerah tidak dapat terlepas dari pengaturan keuangan daerah atau pengelolaan keuangan daerah. Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 atas perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Kerangka pendaan dalam RKPD ini akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan Kebijakan umum APBD (KUA) dan Prioritan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebelum menentukan APBD. Salah satu poin penting dalam menentukan kerangka pendaan adalah sumber pendapatan. Sejak keluarnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikan keleluasaan dalam BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-125

134 pengatur dan mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki sehingga penting untuk memetakan sumber pendapatan agar dapat mencapai tujuan pada tahun anggaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Berdasarkan Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dinyatakan bahwa anggaran pemerintah daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PAD Kabupaten Banyuwangi terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Dana Perimbangan bersumber dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Adapun realisasi dan proyeksi pendapatan Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3.6. BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-126

135 Tabel 3.6 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Banyuwangi Tahun REALISASI REALISASI TAHUN BERJALAN TARGET TARGET NO URAIAN TAHUN 2012 TAHUN TAHUN 2015 TAHUN PENDAPATAN 1,502,196,122, ,755,902,983, ,071,951,551, ,450,547,026, ,898,321,018, PENDAPATAN ASLI DAERAH Hasil Pajak Daerah 119,657,070, ,975,808, ,903,685, ,468,284, ,094,322, ,649,909, ,618,572, ,176,653, ,913,770, ,350,399, Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain - Lain PAD Yang Sah 16,522,891, ,170,155, ,163,101, ,158,753, ,179,818, ,964,736, ,212,736, ,353,104, ,677,682, ,109,550, ,519,533, ,974,344, ,210,826, ,996,731, ,741,654, DANA PERIMBANGAN 1,170,038,124, ,299,958,159, ,382,244,171, ,516,969,634, ,664,826,605, Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 72,164,897, ,465,228, ,694,302, ,113,722, ,734,426, Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 1.3. LAIN -LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1,030,217,037, ,154,495,171, ,254,496,229, ,395,975,753, ,553,411,051, ,656,190, ,997,760, ,053,640, ,864,783, ,727,136, ,500,928, ,969,015, ,803,694, ,600,375, ,153,131,153, BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-127

136 NO URAIAN Pendapatan Hibah REALISASI TAHUN 2012 REALISASI TAHUN 2013 TAHUN BERJALAN 2014 TARGET TAHUN 2015 TARGET TAHUN ,132,540, Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau Pemda Lainnya 733,059, ,306,549, ,490,251, ,382,213,523, ,219,681,197, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 138,194,821, ,618,226, ,689,746, ,934,644, ,195,101, Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda Lainnya 863,047, ,700, ,623,697, ,890,293,023, ,564,039,592, Sumbangan Pihak Ketiga - - Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-128

137 Dari tabel 3.6 bahwa pendapatan Kabupaten Banyuwangi masih didominasi oleh dana perimbangan yang disusul dengan pendapatan lainnya yang sah, daan yang menduduki penyumbang pendapatan terendah adalah pada Pendapatan Asli Daerah. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Banyuwangi masih memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada pemerintah pusat dalam melakukan pembaangunan. Suatu Daerah dikatakan baik, jika daerah tersebut mampu menghidupkan daerahnya dengan mampu mengoptimalkan pendapatan daerahnya. Pendapatan daerah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 merupakan data dari realisasi APBD tahun tersebut sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 merupakan hasil perhitungan proyeksi dengan melihat rata-rata pertumbuhan tahun 2012 sampai dengan tahun Dimana rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah dari tahun 2012 sampai dengan 2014 mencapai 1, 18%, sehingga didapatkan proyeksi pendapatan pada tahun 2015 mencapai Rp.2,450,547,026,843.67,- demikian juga halnya pada tahun Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah kebijakan keuangan daerah didasarkan pada penghitungan kapasitas keuangan daerah dengan menganalisis sejauh mana kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan yang telah dibuat dalam RPJMD masih relevan atau dapat dipakai pada tahun rencana. Penghitungan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu: 1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah 2. Arah Kebijakan Belanja Daerah 3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Ketiga aspek tersebut akan dijelaskan lebih rinci pada sub-sub bab berikut ini: Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah lebih diarahkan pada optimalisasi pendapatan daerah melalui upaya yang efektif dan efisien serta mendapatkan dukungan masyarakat. Arah pengelolaan pendapatan : 1. Kewenangan yang lebih luas dalam mengoptimalkan perolehan pendapatan daerah; BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-129

138 2. Mendayagunakan dana melalui pola deposito; 3. Perubahan manajemen keuangan dengan memberi peran lebih pada kas umum daerah; 4. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian sumber-sumber pendapatan daerah, terutama melalui usaha daerah dan pendayagunaan aset daerah, termasuk pendapatan dari pihak ketiga; 5. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi di bidang pendapatan atau organisasi penghasil. Upaya-upaya efektif dalam penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tetap terus dilakukan tanpa harus menambah beban bagi masyarakat. Upaya ini diperlukan agar pendapatan daerah tidak lagi harus bergantung pada satu atau dua jenis pajak daerah saja. Diversifikasi sumber pendapatan daerah menjadi mutlak dicari agar ketergantungan dan resiko dapat disebar, mengingat struktur ekonomi di Banyuwangi lebih banyak didominasi oleh sektor primer. Oleh karena itu, sudah saatnya dirancang berbagai tindakan yang dapat menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang berbasis pada sektor primer dan mata rantainya. Sumber-sumber pendapatan daerah mencakup Pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Menentukan arah kebijakan pendapatan daerah didasarkan atas beberapa asumsi yaitu: 1. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 sebesar 6,8-7,24% 2. Tingkat inflasi pada tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 4,50±1% 3. Pertumbuhan dana pajak bagi hasil dari Provinsi mencapai 79,82% dan dana bantuan dari Provinsi mencapai 33,76% Arah Kebijakan Belanja Daerah Dalam menentukan belanja daerah terdapat tiga elemen penting, yaitu masyarakat sebagai pemberi amanat, Pemerintah Daerah, dan DPRD dengan peran dan fungsinya masing-masing sebagai pelayan masyarakat. Sehingga hakekat anggaran belanja daerah sebagai perwujudan dari amanat rakyat kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-130

139 Rencana belanja disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja (berorientasi pada hasil). Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran. Orientasi belanja daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran harus diikuti dengan peningkatan prestasi kerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik, di samping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Penggunaan anggaran untuk belanja barang dan jasa, berdasarkan pada patokan harga dasar yang telah ditetapkan dalam HSPK (Harga Satuan Pokok Kegiatan). BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-131

140 Tabel 3.7 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun No URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Berjalan 2014 Target 2015 Target 2016 A BELANJA DAERAH 1,736,094,839, ,884,252,022, ,221,945,453, ,492,424,291, ,795,828,690, Belanja Tidak Langsung 1,181,087,895, ,177,513,000, ,290,196,469, ,328,624,086, ,368,196,244, Belanja Pegawai 1,001,645,235, ,002,428,016, ,116,834,104, ,159,936,888, ,204,703,168, Belanja Pegawai Non Gaji 179,442,660, ,084,984, ,362,365, ,000,936, ,704,684, Belanja Bunga Belanja Hibah 60,887,580, ,755,984, ,069,345, ,008,581, ,765,282, Belanja Bantuan Sosial 23,271,330, ,428,000, ,224,020, ,222,342, ,647,375, Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan pemerintahan desa 1,933,750, ,000,000, ,168,000, ,332,099, ,504,699, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan pemerintahan 88,350,000, ,901,000, ,901,000, ,423,674, ,563,031, Belanja Tidak Terduga 5,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-132

141 No URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Berjalan 2014 Target 2015 Target 2016 B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,181,087,895, ,177,513,000, ,290,196,469, ,328,624,086, ,368,196,244, Belanja Langsung 555,006,943, ,739,021, ,748,983, ,227,484,156, ,617,085,051, Belanja Pegawai 31,765,497, ,283,015, ,769,913, ,057,080, ,559,571, Belanja barang dan jasa 191,410,346, ,187,273, ,300,367, ,176,159, ,835,596, Belanja modal 331,831,100, ,268,733, ,678,702, ,249,110, ,534,565, C JUMLAH BELANJA LANGSUNG 555,006,943, ,739,021, ,748,983, ,227,484,156, ,617,085,051, D JUMLAH BELANJA 1,736,094,839, ,884,252,022, ,221,945,453, ,492,424,291, ,795,828,690, BAB II RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-133

142 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud dengan pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Penerimaan Daerah merupakan uang yang masuk ke kas daerah dan pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari Kebijakan Umum APBD. Karena itu, kebijakan yang disepakati dalam pos pembiayaan berfungsi sebagai penunjang terhadap pencapaian sasaran dan tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas; 2. Apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil adalah melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan; 3. Apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau memperluas kemitraan. Dimana Pembiayaan daerah dibagi menjadi 2(dua) yaitu: a. Penerimaan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defisit, dan harus ditutupi dengan penerimaan daerah. Sebaliknya, jika pendapatan daerah lebih besar daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus, dan harus digunakan untuk pengeluaran daerah. Karena itu, pembiayaan daerah terdiri penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, penerimaan daerah berasal dari sumber, antara lain, Sisa Lebih BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-134

143 Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah. Sedangkan sumber pengeluaran daerah, antara lain, Pembentukan dana cadangan; Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah pada tahun 2015 adalah dengan pencairan dana cadangan untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan selisih kebutuhan pilkada dengan dana cadangan adalah pembiayaan langsung pada belanja. Selain itu juga Optimalisasi penggunaan dana daerah untuk program dan kegiatan serta target atau sasaran yang belum terpenuhi guna menghindari dana yang menganggur dalam bentuk SILPA yang merupakan satu-satunya sumber penerimaan pembiayaan. Sementara untuk pengeluaran pembiayaan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 tidak terjadi pengeluaran pembiayaan karena pada tahun 2015 Kabupaten Banyuwangi akan terfokus pada pemilihan Kepala Daerah dan pembuatan RPJMD. BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-135

144 Tabel 3.8 Realisasi dan Proyeksi/ Target Pembiayaan Daerah Tahun Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Jumlah Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013 Tahun Berjalan2014 Proyeksi Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) 269,098,716, ,499,038, ,993,902, ,530,552, ,486,568, ,398,716, ,999,038, ,993,902, ,130,552, ,498,098, Penerimaan kembali pemberian pinjaman 500,000, ,000, Penerimaan Piutang Daerah 200,000, JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 269,098,716, ,499,038, ,993,902, ,530,552, ,486,568, Pengeluaran Pembiayaan Daerah 35,200,000, ,150,000, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 34,000,000, ,000,000, Pembayaran pokok utang ,150,000, Pengeluaran Pihak Ketiga 1,200,000, JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 35,200,000, ,150,000, BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-136

145 3.3 Kebijakan Umum Anggaran Berdasarkan arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah, maka kebijakan umum anggaran yang akan ditempuh pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk memobilisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat peningkatan aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Kebijakan pendapatan daerah, khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami pertumbuhan. Dalam periode ini diupayakan adanya pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Dengan demikian, dapat diwujudkan stabilitas fiskal daerah, khususnya dalam memberikan ketersediaan sumber pembiayaan dalam menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik. 2. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah melalui upaya adanya perimbangan komposisi dari belanja langsung setiap tahunnya, serta peningkatan alokasi anggaran lebih diarahkan untuk pembiayaan program-progran pembangunan yang mengarah pada upaya meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Dalam mengalokasikan anggaran harus mengacu pada norma dan prinsip anggaran, yaitu Transparansi dan Akuntabilitas, Disiplin Anggaran dan Keadilan Anggaran, serta Efisiensi dan Efektifitas Anggaran : a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, kebijakan, program, fungsi, dan sumber pendanaan serta korelasi antara besaran anggaran dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai dari suatu kegiatan, sehingga penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dilakukan secara transparan dan akuntabel; b. Disiplin Anggaran : Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-137

146 Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian penerimaan; c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah harus dianggarkan dalam APBD melalui rekening Kas Umum Daerah. d. Keadilan anggaran: tidak adanya diskriminasi penetapan tarif dalam pungutan yang diberlakukan pada masyarakat, sedangkan dalam konteks belanja harus mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata tanpa diskriminasi. e. Efisiensi dan efektifitas anggaran : untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran harus ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator prestasi kerja. Selain itu, penetapan harga satuan yang rasional. Sesuai dengan pendekatan prestasi kerja yang digunakan dalam penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai. 3. Usulan program, kegiatan, dan anggaran dinilai tingkat kewajarannya melalui akselerasi dan sinkronisasi program bersama stakeholders. Penilaian kewajaran meliputi : a. Kesesuaian tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam mendukung terwujudnya visi daerah; b. Kaitan logis antara permasalahan yang akan diselesaikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan prioritas program dan kegiatan yang diusulkan; c. Kapasitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian kinerja yang diinginkan; d. Keselarasan dan keterpaduan kegiatan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sehingga memberikan manfaat dampak positif bagi masyarakat. Usulan program dan kegiatan tersebut di atas disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. 4. Kebijakan umum anggaran RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun diarahkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-138

147 a. Fungsi alokasi, yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena bersifat public services seperti penanganan prasarana dasar, dan penyediaan infrastruktur; b. Fungsi distribusi, yaitu penganggaran diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial, dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya; c. Fungsi stabilisasi, yaitu penganggaran diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban. BAB III RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 III-139

148 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pemerintah Daerah selaku subyek pelaksana jalannya pemerintahan daerah selalu dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan pembangunan. Setiap permasalahan yang terdapat di daerah tentunya juga memiliki implikasi tersendiri terhadap kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dengan banyaknya permasalahan yang ada, pemerintah daerah harus memiliki prioritas pembangunan guna mengatasi segala permasalahan yang ada di daerah. Prioritas ini bertujuan untuk dapat mengetahui permasalahan mana yang lebih besar implikasinya terhadap pembangunan suatu daerah. Selain itu, prioritas juga berfungsi untuk memaksimalkan pendanaan yang terbatas di daerah. Suatu prioritas pembangunan daerah merupakan sekumpulan program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah, mengingat keterdesakan dan daya ungkit bagi kinerja pembangunan daerah. Perumusan prioritas pembangunan dilakukan dengan mengevaluasi lebih lanjut permasalahan pembangunan daerah terkait, dihubungkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) pada tahun rencana dan kemungkinan perubahannya. Untuk lebih jelasnya Prioritas Pembangunan Daerah yaitu tema atau agenda pembangunan pemerintah daerah tahunan yang menjadi benang merah/tonggak capaian antara (milestones) menuju sasaran 5 (lima) tahunan dalam RPJMD melalui rencana program pembangunan daerah tahunan. Suatu prioritas pembangunan merupakan jawaban atas sasaran pembangunan daerah dalam suatu pernyataan yang mengandung komponen program prioritas atau gabungan program prioritas. Prioritas pembangunan daerah menjadi sebuah upaya pemerintah daerah untuk dapat mencapai target-target capaian yang telah dirumuskan. Prioritas tentu saja memberikan makna lebih bahwa programprogram tersebut di utamakan karena memiliki dampak yang signifikan. BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-140

149 Suatu prioritas pembangunan daerah pada dasarnya (berisi) programprogram unggulan SKPD (terpilih) yang paling tinggi relasinya (leading indicators) bagi tercapainya target sasaran pembangunan daerah tahun rencana. Dalam menentukan prioritas pembangunan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang bersifat internal maupun eksternal. Setelah diketahui faktor penyebab atau pemicu secara internal maupun eksternal kemudian dapat disusun prioritas dan sasaran pembangunan beserta program prioritas. Tidak semua program prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan daerah, menyangkut keterbatasan anggaran dan identifikasi masalah. Suatu prioritas pembangunan dimasa lalu yang telah berhasil dicapai, tidak lagi diprioritaskan dimasa berikutnya, walau tetap harus dijaga kesinambungannya (performance maintenance). Sinergitas pembangunan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten diperlukan untuk menghindari tumpang tindih program dan efektifitas pendanaan. Tujuannya adalah memperjelas kesinambungan prioritas yang dijalankan pusat dengan prioritas daerah. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa perencanaan pembangunan daerah idealnya memang dapat berkelanjutan dan bersinergi dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Begitu juga hubungan antara program prioritas di Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Daerah. Agar lebih terarah dan terperinci, berikut dapat di tampilkan program-program prioritas Provinsi Jawa Timur yang berkesinambungan dengan program prioritas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Strategi pokok yang diadopsi oleh Provinsi Jawa Timur adalah pembangunan berkelanjutan yang inklusif, yang bersifat pro poor, pro job, pro growth dan pro environment. Pembangunan inklusif yang pro poor, pro job, pro growth dan pro environment juga menjadi prioritas utama bagi Kabupaten Banyuwangi. Arah prioritas pembangunan Kabupaten banyuwangi berupa percepatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan pembangunan ekonomi untuk mencapai pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang tetap berwawasan lingkungan. Secara ringkas sasaran pembangunan daerah di gambarkan dalam gambar berikut : BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-141

150 Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Banyuwangi. Beberapa langkah yang ditetapkan pemerintah daerah adalah melalui pengembangan kawasan strategis dan perlindungan tata ruang, peningkatan produktivitas sektor pertanian, dan penguatan UMKM serta koperasi sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan penyerap tenaga kerja. Pengembangan kawasan strategis didukung oleh posisi Banyuwangi sebagai hub antara wilayah Jawa Timur ke provinsi lain dan potensi wisata alam yang strategis dan perlu dukungan. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran adalah program prioritas pemerintah daerah dibidang layanan pemerintahan dan kemasyarakatan. Inovasi dibidang akses dan layanan kesehatan, gerakan pemberantasan tributa, dan perlindungan terhadap masyarakat miskin merupakan sasaran utama. Pembangunan daerah yang terintegrasi dan inklusif adalah wujud dari prioritas dan sasaran utama Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. A. Pembangunan Kewilayahan Berbasis Kecamatan Disparitas pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius dan apabila tidak dieleminir secara bertahap dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks (seperti masalah kependudukan, sosial, ekonomi, politik dan lingkungan) serta dalam konteks makro sangat merugikan proses pembangunan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-142

151 mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi faktor karakteristik wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana sosial-ekonomi, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, karakteristik struktur ekonomi wilayah, dan kebijakan pemerintah daerah. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab disparitas tersebut diharapkan dapat dikembangkan kebijakan dan strategi dalam rangka mengurangi tingkat disparitas yang terjadi. Kabupaten Banyuwangi memiliki karateristik wilayah yang beragam dengan potensi sumberdaya alam yang luas. Disisi lain Kesejahteraan masyarakat adalah focus pembangunan utama yang harus diselesaikan. Dalam penyusunan dan penetapan prioritas pembangunan, penetapan program dan prioritas pembangunan harus didasarkan atas potensi dan data yang adekuat. Penyusunan Index Pembangunan Manusia, PDRB berbasis kecamatan, data usia harapan hidup, dan index daya beli per kecamatan adalah upaya untuk mengetahui capaian pembangunan di tingkat kecamatan dan pemerataan pembangunan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyadari upaya pemerataan pembangunan akan berhadapan dengan potensi wilayah dan kualitas sumberdaya manusia yang ada. Sehingga sangat penting untuk memahami interaksi antar capaian pembangunan. Analisis tipologi klassen dapat menggambarkan potensi dan permasalahan dalam capaian pembangunan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Analisis ini juga dapat digunakan untuk menetapkan upaya intervensi yang perlu dilakukan pemerintah. Data menunjukkan bahwa kecamatan Muncar, Rogojampi, Banyuwangi, tegalsari, Gambiran, Srono, Glagah, dan Kalibaru yang menjadi sentra pertanian, perdagangan dan jasa memiliki potensi untuk terus berkembang dengan tingkat kemiskinan yang rendah. Disisi lain pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan tingkat kemiskinan yang tinggi yang mengakibatkan disparitas pembangunan terjadi Genteng, Bangorejo, Kabat, dan glenmore. Gambaran analisis tipologi klassen terkait pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan antar kecamatan adalah sebagai berikut : BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-143

152 Dibidang pembangunan SDM pemetaan terhadap kebijakan dan upaya intervensi pengembangan indeks pembangunan manusia (IPM) terus menjadi perhatian pemerintah. Bnayuwangi, Rogojampi dan Muncar yang menjadi pusat pertumnbuhan ekonomi Banyuwangi memiliki tipologi kawasan dengan IPM yng tinggi dan kemiskinan yang rendah. Kecamatan Glenmore, Pesanggran, Sempu, Songgon, Singojuruh, Wongsorejo dan Kabat menjadi kecamatan yang perlu perhatian karena tingginya angka kemiskinan dan IPM yang rendah. Dibidang pendidikan upaya pemetaan kawasan yang memiliki indeks pendidikan yang rendah pada kawasan dengan kemiskinan tinggi terus dilakukan. Kecamatan Sempu, Kabat, Pesanggaran, Glenmore, Wongsorejo dan Singojuruh perlu atensi pemerintah karena memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan merupakan kawasan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. dan upaya pemerintah akan focus pada wilayah tersebut. Kampanye dan sosialisasi juga akan terus di programkan di wilayah Rogojampi, Kalibaru, Glagah yang memiliki indeks pendidikan yang rendah. Gerakan pemberantasan buta aksara dan pemberian beasiswa akan menjadi focus pemerintah pada tahun Adapun pada wilayah kecamatan dengan problem pendidikan tinggi yang ditunjukkan dengan indeks pendidikan yang rendah namun kemiskinan pada wilayah tersebut rendah, diperlukan pendampingan dan sosialisasi untuk BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-144

153 menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Beberapa kecamatan yang masuk dalam kategori ini adalah kecamatan Rogojampi, Tegalsari, Kalibaru, Glagah, dan Licin. Analisis tipologi klassen terkait indeks pendidikan dan kemiskinan antar kecamatan adalah sebagai berikut : Dibidang kesehatan upaya pemetaan kawasan yang memiliki indeks kesehatan yang rendah pada kawasan dengan kemiskinan tinggi terus dilakukan. Kecamatan Wongsorejo, Sempu, Glenmore dan Kabat menjadi prioritas pembangunan kesehatan karena memiliki tingkat kesehatan yang rendah dan merupakan kawasan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. dan upaya pemerintah akan focus pada wilayah tersebut. Upaya meningkatkan promotif untuk peningkatan pola hidup bersih dan sehat, upaya prevensi kesehatan berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit menjadi prioritas pembangunan dan inovasi pemerintah. Adapun pada wilayah kecamatan dengan problem kesehatan tinggi yang ditunjukkan dengan indeks kesehatan yang rendah namun kemiskinan pada wilayah tersebut rendah, diperlukan pendampingan dan sosialisasi untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Beberapa BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-145

154 kecamatan yang masuk dalam kategori ini adalah kecamatan Tegaldlimo, Siliragung, Muncar, Rogojampi, dan Kalipuro. Analisis tipologi klassen terkait indeks ksehatan dan kemiskinan antar kecamatan adalah sebagai berikut : B. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (Pro Growth) Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Berikut terdapat beberapa prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi selaras dengan prioritas pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur: BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-146

155 Peningkatan produksi dan produktivitas di Sektor Pertanian (secara luas) yang meliputi Sub Sektor Tanaman Pangan, Perikanan dan Kelautan, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan. Peningkatan Ketahan Pangan. Pengembangan Agroindustri Berbasis Kerakyatan (Agropolitan di Bangorejo & Minapolitan di Muncar) Pemberdayaan Koperasi Wanita Pengembangan Kemitraan PMDN dan PMA Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya diwakili oleh satu indikator, tetapi terdapat beberapa indikator yang berpengaruh menjadi indikator pertumbuhan ekonomi. Jika melihat prioritas Provinsi Jawa Timur di bidang ekonomi terdapat beberapa hal yang dapat menjadi catatan dan fokus pengembangan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Fokus pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan penyerapan tenaga kerja. Pertama adalah peningkatan produksi dan produktivitas, Potensi pertanian (Tanaman pangan, Horti, Perikanan, Peternakan) di Kabupaten Banyuwangi sangat besar, namun juga menghadapi tantangan besar (alih fungsi lahan meningkat, kapasitas produksi menurun). Diperlukan dukungan semua pihak untuk pengelolaan berkelanjutan sehingga tetap swasembada dan surplus pangan. Upaya pengelolaan berkelanjutan tersebut tidak terlepas dari usaha Kabupaten Banyuwangi dalam prioritas pembangunannya untuk mewujudkan ketahanan pangan, bukan hanya berbicara data di level nasional, namun juga masyarakat, rumahtangga, dan bahkan individu turut juga merasakan dampak positifnya. Dengan ketahanan pangan yang mampu diwujudkan harapannya adalah terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga dan individu (cukup, mutu, aman, merata dan terjangkau). Upaya ini ditunjang dengan program pemanfaatan pekarangan, kolam budidaya dan kelompok kelompok ternak untuk pemenuhan kebutuhan protein masyarakat secara mandiri dan bermanfaat untuk peningkatan produktifitas. Untuk Kabupaten Banyuwangi dengan segala kelebihan sumber daya alam yang tersedia memiliki 3 program unggulan. Salah satunya adalah program di bidang pertanian yang berisi dua prioritas yaitu Revitalisasi Sektor Pertanian; dan BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-147

156 Pengembangan Industri Olahan dan kreatif berbasis pertanian. unggulan di bidang ini juga disertai dengan peningkatan konsumsi produk pangan dan buah lokal. Selain di bidang pertanian, terdapat juga prioritas Kabupaten Banyuwangi di bidang ekonomi yang relevan dengan prioritas provinsi yaitu pengembangan kemitraan PMDN dan PMA. Salah satu upaya untuk menarik investor untuk dapat menanamkan modal di Banyuwangi adalah dengan terwujudnya Pembangunan Kawasan Industri Banyuwangi Industrial Estate Wongsorejo (BIEW). Pembangunan Kawasan Industri yang terletak di kawasan Wongsorejo tersebut memiliki luas 91 Ha. Posisi strategis kecamatan Wongsorejo yang berada di wilayah jalur utama pantura dan dekat dengan akses pelabuhan menempatkan kawasan industri ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi para investor. Guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi sangat dipengaruhi juga dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk meningkatkan PMDN dan PMA yang berujung pada peningkatan ekonomi daerah di genjot juga pembangunan sarana dan prasarana transportasi darat, laut maupun udara. Transportasi Laut saat ini Banyuwangi telah memiliki pelabuhan peti kemas dan pelabuhan penyeberangan penumpang ke Pulau Bali. Jika masih belum mampu memenuhi, masih terdapat juga bandar udara yang sudah mampu melayani rute Surabaya-Banyuwangi-Denpasar pp yang beroperasi rutin setiap harinya. Dibukanya pintu akses di Kabupaten Banyuwangi tentu saja memiliki maksud bahwa dengan begitu besarnya potensi wilayah Kabupaten, Pemerintah daerah ingin memaksimalkan seluruh potensi yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi secara khususnya dan masyarakat Indonesia secara umumnya. Berikut gambar posisi strategis Banyuwangi yang berada di persimpangan ekonomi Nasional: BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-148

157 Gambar 4.2 Posisi Strategis Banyuwangi sebagai Regional Hub antar Koridor Ekonomi Posisi strategis Banyuwangi di dalam ekonomi Jawa Timur khususnya dan ekonomi nasional pada umumnya memberikan energy positif terhadap upaya Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 akan mewujudkan diri sebagai manager regional perekonomian Indonesia Timur. Upaya tersebut cukup beralasan jika melihat modal yang dimiliki Jawa Timur, dimulai dari SDA yang kaya, infrastruktur yang tersedia, iklim perekonomian yang kondusif hingga SDM yang cukup mumpuni menjadikan sebuah peluang besar kedepan mewujudkan Jawa Timur menjadi manager regional perekonomian di Indonesia Timur. Selaras dengan cita-cita Provinsi Jawa Timur ke depan, Kabupaten Banyuwangi juga telah mempersiapkan regional penghubung antar koridor ekonomi nasional. Seperti yang telah di wujudkan dalam gambar di atas, Kabupaten Banyuwangi menjadi penghubung koridor ekonomi wilayah barat adalah koridor ekonomi jawa, koridor ekonomi wilayah utara terdapat koridor ekonomi Sulawesi dan koridor ekonomi Kalimantan, serta koridor ekonomi wilayah timur terdapat koridor ekonomi bali dan nusa tenggara. BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-149

158 C. Pengendalian Lingkungan dan Pengembangan Kawasan (Pro Environment) Semakin pesatnya perkembangan pembangunan perkotaan, maka diperlukan instrumen pengendalian lingkungan yang antara lain alih fungsi lahan pertanian, meningkatnya pencemaran, dan menurunnya kualitas lahan. Dengan adanya alih fungsi lahan yang tidak terkontrol, maka akan menyebabkan ketidaksesuaian dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang memiliki beberapa program prioritas, antara lain: Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SD Hutan Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SD Alam Perlindungan dan Konservasi SD Hutan Perlindungan dan Konservasi SD Alam Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH Pengembangan Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pemulihan SD Ikan dan Perairan Umum Daratan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim (BARU) Dengan mengusung isu lingkungan, menciptakan beberapa program prioritas yang khusus menangani beberapa permasalahan lingkungan. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Hutan dimana prioritas ini cukup signifikan pengaruhnya terhadap pelestarian lingkungan. Di Jawa Timur sendiri terdapat beberapa wilayah yang terdapat taman nasional dan hutan lindung. Sedangkan di Kabupaten Banyuwangi sendiri terdapat 3 kawasan taman nasional yaitu Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-150

159 Nasional Meru Betiri. Tentunya ketiga kawasan tersebut menjadi salah satu sasaran program prioritas dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga menciptakan Kawasan Diamond Triangle, yang terdiri dari WPP (Wilayah Pengembangan Pariwisata) I Kawah Ijen yang merupakan wilayah dengan jenis wisata dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, WPP II Plengkung merupakan wilayah dengan obyek wisata yang sebagian besar terdapat di sekitar perairan pantai dan WPP III Sukamade merupakan wilayah dengan obyek wisata yang sebagian besar mempunyai keunikan Sumber Daya Alam. Pola pengembangan kawasan pariwasata tersebut sesuai dengan program unggulan Kabupaten Banyuwangi di bidang pariwisata antara lain Pengembangan pariwisata Berbasis Kearifan Lokal; dan Pelestarian dan pengembangan Budaya lokal. Untuk lebih jelasnya berikut tergambarkan di dalam peta Diamond Triangle Kabupaten Banyuwangi. Gambar 4.1 Kawasan Triangle Diamond Kabupaten Banyuwangi BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-151

160 D. Penanggulangan Kemiskinan (Pro Poor) Kemiskinan merupakan meta masalah (masalah di atas segala masalah), sehingga untuk mengatasinya harus terlebih dahulu menyelesaikan seluruh masalah pada tingkat di bawahnya (low level problem), seperti masalah kesehatan, pendidikan, ketersediaan pangan dan nutrisi, air bersih dan sanitasi, akses permodalan, ketersediaan infrastuktur, dampak perubahan cuaca dan bencana alam, konflik dan kekerasan, stabilitas keamanan, ketidakadilan sosial dalam kepemilikan aset produksi, nilai tukar petani/nelayan, angka kelahiran yang tinggi, pengelolaan fiskal dan moneter, hingga bad corporate governance yang menyebabkan bubble economy dan krisis keuangan. Kompleksitas anatomi kemiskinan tersebut menyebabkan permasalahan kemiskinan tidak hanya dapat diatasi dengan pendekatan ekonomi semata, namun sangat terkait dengan dinamika sosial, politik dan budaya yang melekat dalam suatu komunitas, sehingga pengentasan kemiskinan bersifat multi-dimensi dan memerlukan sinergitas antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta antar Sektor. Strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi, sebagaimana kebijakan Pemerintah difokuskan pada 3 klaster, yaitu : 1. Klaster Pertama: bantuan dan perlindungan sosial terpadu berbasis keluarga, yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, dan perbaikan kualitas hidup keluarga miskin. utamanya adalah Beras Miskin (Raskin), Jamkesmas, Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Secara khusus di Kabupaten Banyuwangi sebagai upaya perlindungan sosial, telah diatandatangani nota kesepahaman antara Pemkab Banyuwangi denganpt. JAMSOSTEK terkait dengan pemberian Asuransi bagi pekerja informal yang meliputi Penderes Kelapa, Penambang Belerang, Tukang Sapu, dan Juru Parkir dengan biaya asuransi /jiwa. 2. Klaster Kedua: penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat melalui program PNPM Mandiri yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan dan BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-152

161 taraf hidup masyarakat melalui usaha dan bekerja bersama untuk mencapai keberdayaan dan kemandirian dengan sasaran kelompok masyarakat/kecamatan miskin. Dalam rangka itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi komitmen untuk memberikan bantuan, fasilitasi dan pemberdayaan kepada kelompok difable, dan kelompok-kelompok buruh tani dan nelayan yang berpenghasilan rendah. 3. Klaster Ketiga: penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil (UMK) yang bertujuan untuk membuka dan memberikan akses permodalan dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di Kabupaten Banyuwangi, Pemerintah Daerah komitmen untuk melaksanakan Peraturan Bupati Nomor 27 tahun 2010 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Dan Toko Modern di Kabupaten Banyuwangi, untuk memberikan perlindungan kepada pengusaha kecil tradisional di Banyuwangi untuk tumbuh, dan melakukan penataan dan modernisasi pasar tradisional. Berdasarkan arahan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 khusus dalam rangka pemenuhan Hak Dasar di bidang Pendidikan, terdapat program yang relevan dengan prioritas pembangunan di Kabupaten Banyuwangi yaitu Pengentasan Buta Huruf. Pemerintah Provinsi mengagendakan optimalisasi pengentasan buta huruf. Hal tersebut sesuai dengan program prioritas Kabupaten Banyuwangi yaitu Gempita Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa (calistung: Baca, Tulis, Hitung). Gerakan tersebut menginginkan adanya percepatan pengentasan masyarakat buta huruf. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mempersiapkan tahun 2015 kualitas pendidikan harus di tingkatkan. Hal ini di tandai dengan beberapa upaya di mulainya kerjasama Pemerintah Banyuwangi dengan Universitas Airlangga. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan di Banyuwangi diharapkan dapat meningkatkan derajat dan kualitas manusianya juga. Tetapi seringkali untuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tidak jarang sekolah-sekolah juga bersaing untuk mengambil pungutan dari orang tua siswa. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah dapat mengantisipasi hal tersebut dengan penghapusan pungutan di sekolah. Upaya BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-153

162 penghapusan pungutan tersebut agar siswa yang kurang mampu mendapatkan akses pendidikan yang bermutu (pro poor). Seperti juga halnya dalam aspek Pendidikan, di dalam aspek Kesehatan upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi juga relevan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah Provinsi mencanangkan beberapa program prioritas antara lain: 1. Peningkatan Polindes menjadi Ponkesdes. 2. Peningkatan Kapasitas Posyandu dengan mendirikan taman posyandu. 3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi dan Balita melalui UKBM Upaya-upaya tersebut tidak lain sebenarnya untuk menekan angka kematian Ibu melahirkan dan angka kematian bayi yang cukup tinggi di beberapa daerah. Berdasarkan data yang tersedia, permasalahan tersebut memang bukan menjadi masalah yang pelik di Kabupaten Banyuwangi, tetapi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap merasa penting untuk dijadikan sebuah prioritas yaitu dengan agenda peningkatan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga sedang mengupayakan peningkatan pola hidup bersih dan sehat. Hal tersebut tentunya berimplikasi terhadap angka kesakitan masyarakat Banyuwangi. Di harapkan ketika masyarakat mulai menjalankan pola hidup bersih dan sehat, beberapa penyakit menular dapat di cegah. E. Penurunan Pengangguran (Pro Job) Jumlah pengangguran di Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebesar orang atau mencapai 3,11 persen penduduk. Kondisi ini disebabkan jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan di Kabupaten Banyuwangi. Pengangguran ini menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-154

163 Strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi pengangguran adalah: a). Pengembangan Informasi Pasar Kerja (labor market information), yang dikemas dalam kegiatan Job Fair yang dilaksanakan secara berkala setiap tahun sekali. Berbagai perusahaan bergabung dalam kegiatan ini yang secara total menyediakan lebih dari lowongan kerja dan telah terserap 26 persen. Selanjutnya mengetahui implementasi keberhasilan program penanggulangan pengangguran pada tahun 2015 direncanakan untuk disusun sistem informasi untuk memonitor keadaan pasar kerja yang tersedia. b). Pelatihan Kerja. Pelatihan bertujuan untuk menyediakan tenaga kerja yang lebih terampil, berpendidikan lebih tinggi dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan pasar kerja serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja agar hasil kerja atau produksi dapat bersaing dipasar global. Pelatihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas iklim kerja yang lebih baik dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pada tahun 2015, pelatihan lebih diarahkan kepada kebutuhan pasar dan dilaksanakan secara terpadu, melalui dukungan lintas SKPD yaitu Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pemuda dan Olah raga, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan, serta Dinas Pendidikan. c). Pengembangan dan bimbingan usaha secara mandiri. Strategi ini merupakan upaya untuk mengurangi pengangguran khususnya di pedesaan melalui pembentukan kelompok-kelompok usaha kecil dengan fasilitasi dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa serta Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan. Kelompok-kelompok usaha ini dibimbing dan difasilitasi baik dari segi ketrampilan berwirausaha, pendanaan, manajemen usaha, sampai dengan pemasaran dari produk atau jasa yang dihasilkan. Selanjutnya kelompok usaha mandiri yang sudah dapat berdiri sendiri dan mapan, dapat secara bergantian dan berantai memfasilitasi kelompok usaha baru lainnya, maka upaya ini akan dapat menyerap banyak tenaga kerja baru. d). Pengembangan usaha informal keluarga, yang dikoordinasikan terutama oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga. Upaya ini dapat dilakukan dengan mendorong para pencari kerja terdidik untuk melanjutkan usaha informal dilingkungan keluarganya. Dengan memberi bekal tambahan latihan ketrampilan berwirausaha, mereka akan dapat mengembangkan, memodernisasi dan menjalankan usaha informal keluarganya dengan baik. Pengembangan usaha informal keluarga BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-155

164 diarahkan untuk dapat memanfaatkan potensi daerah setempat dan diarahkan untuk mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan demikian mereka tidak memasuki pasar kerja, tetapi justru mereka akan dapat menciptakan dan memperluas kesempatan kerja baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun orang-orang lain disekitarnya. e). Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Upaya ini juga ditujukan untuk mengurangi jumlah pengangguran yang ada, karena terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri. Penempatan tenaga kerja ke luar negeri lebih diprioritaskan bagi tenaga kerja profesional, mempunyai kualifikasi ketrampilan dan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan tugas yang ada di luar negeri. Dengan demikian, tidak diperkenankan melakukan kegiatan penempatan tenaga kerja ke luar negeri secara membabi buta, tanpa memperhatikan kualifikasi calon tenaga kerja yang bersangkutan. f). Pengembangan usaha agrobisnis di pedesaan. Upaya ini juga ditujukan untuk mengurangi pengangguran yang diarahkan untuk masyarakat pedesaan. Terbatasnya lahan pertanian di pedesaan dan jenis pekerjaan sektor pertanian yang hanya bersifat musiman, merupakan kontribusi tersebar penyebab munculnya setengah pengangguran di pedesaan. F. Pencapaian Tujuan Millenium Development Goals Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, 7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya untuk mencapai target MDGs dan memonitor perkembangan kemajuan pencapaian. Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan progresnya dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan indikator- indikator yang dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional, sebagaimana di sajikan pada Tabel 1 berikut: BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-156

165 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan kelaparan 2. Pendidikan Dasar untuk semua 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 4. Menurunkan Angka kematian anak 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya 7. Memastikan Keberlanjutan ingkungan Hidup 8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan Target 1. Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah $ 1 PPP per hari menjadi setengah antara Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun Memastikan pada 2015 semua anak- anak dimanapun laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar. 4. Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada2005 dan disemua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunkannya jumlah kasus baru pada Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. 10. Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Melakukan pembangunan lebih lanjut system keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat di prediksi, dan tidak diskriminatif. 13. Penanggulangan masalah pinjaman luar negeri melalui upaya nasional maupun internasional dalam rangka pengelolaan pinjaman luar negeri yang berkesinambungan dalam jangka panjang 14. Bekerjasama dengan negara-negara berkembang dalam mengembangkan dan menerapkan strategi untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan produktif bagi penduduk usia muda 15. Bekerja sama dengan sector swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi Berbagai program strategis dalam rangka pencapaian Tujuan Millenium Development Goals dirancang oleh Pemerintah dan dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi yaitu : BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-157

166 Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perkotaan dan perdesaan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun Melaui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. PNPM Mandiri dilaksanakan hingga tahun Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikatorindikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target- target MDGs tersebut. Keluarga Harapan (PKH). keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. ini juga di jadikan sebagai salah satu program yang menunjang pencapaian MDGs pada tahun Tujuan utama PKH adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok masyarakat sangat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs. Inovasi Pencapaian MDGs. Target penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dan Balita menghadapi kendala karena penurunannya sangat lambat. Di Kabupaten Banyuwangi, inovasi dalam upaya ini antara lain Call center Ambulance 118 yang menghubungkan seluruh ambulan baik Puskesmas, Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah dalam satu komando, sehingga kecepatan layanan kesehatan masyarakat meningkat. Inovasi lainnya adalah Gerakan Harga PAS (Harapan Keluarga Peduli Anak Sejak Dini) yang meliputi peningkatanan layanan ANC di semua faskes, peningkatanan layanan Pertolongan Persalinan, peningkatanan layanan Nifas, peningkatanan layanan Neonatus, Bayi dan Balita, Deteksi faktor resiko dan komplikasi Kebidanan dan Neonatus, Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus, peningkatanan BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-158

167 layanan KB. Inovasi pencapaian MDGS di bidang Pendidikan adalah Siswa Asuh Sebaya (SAS), Siswa Asuh Sebaya (SAS) sebagai inovasi dikalangan Pendidikan untuk meringankan beban siswa kurang mampu, menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Melalui program SAS, telah dibudayakan kepedulian siswa untuk menyisihkan sebagian dananya kepada siswa yang kurang beruntung, dan ini menunjukkan hasil yang memadai. Agenda-agenda prioritas kesehatan di daerah tentu saja juga tidak terlepas dari program-program yang di akomodir dari Pusat. Salah satunya adalah pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional yang mulai diterapkan tahun Jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi masyrakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan lebih terjangkau. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Sementara itu, dalam tahun 2015 akan dilaksanakan pesta demokrasi lima tahunan yaitu pemilihan umum (pemilu) Bupati Banyuwangi periode Pesta demokrasi tersebut dilakukan langsung dan diikuti oleh seluruh warga Banyuwangi yang sudah memiliki hak menggunakan suara untuk menentukan pemimpin Banyuwangi periode berikutnya, serta memastikan keberlanjutan pembangunan dan kemajuan daerah yang dicapai selama ini.untuk itu demi mendukung kesuksesan terselenggaranya pelaksanaan Pemilu dan terciptanya kondisi keamanan yang kondusif dalam pelaksanaan Pemilu, maka Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupaya secara optimal menggerakkan sumberdaya yang dimiliki guna memberikan dukungan dalam pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah tersebut. Upaya tersebut sebagai bagian penting untuk dapat memastikan dalam menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan daerah yang sinergis BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-159

168 dengan program-program prioritas provinsi Jawa Timur serta program prioritas pembangunan nasional. Sinergitas ini merupakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, agar dapat saling terhubung dan mendukung antar dokumen perencanaan pembangunan. Tentunya kesinambungan prioritas yang ada tersebut tidak melepaskan esensi kearifan lokal. Berikut ini program prioritas pembangunan pada tahun 2015: Gambar 4.2 Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Maka dapat dijelaskan bahwa prioritas pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pendidikan, dengan program prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan Yang Bermoral dan Berakhlak 2. Bidang Kesehatan, dengan program prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Kesehatan 3. Bidang Pertanian, dengan program prioritas Revitalisasi Sektor Pertanian secara luas yang meliputi Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan dan Kelautan, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan; yang diaarahkan dalam rangka Pengembangan Industri Olahan dan Kreatif Berbasis Pertanian tersebut. 4. Bidang pariwisata, dengan program prioritas Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal; serta Pelestarian dan Pengembangan Budaya Lokal 5. Bidang UMKM, dengan program prioritas Meningkatkan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis Kelompok dan Kluster; serta Penguatan Regulasi Ekonomi Kerakyatan Daerah BAB IV RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 IV-160

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 I

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuw angi Tahun 2017 I DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL... III DAFTAR GAMBAR... VII BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4 Sistematika Dokumen

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN...

BAB I : PENDAHULUAN... Daftar Isi Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... viii Sambutan... ix BAB I : PENDAHULUAN... 10 1.1 Latar Belakang... 10 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 11 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah...214

DAFTAR ISI. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah...214 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3 Hubungan antar Dokumen... 4 1.4 Sistematika Dokumen RKPD... 6 1.5 Maksud dan Tujuan... 8 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

85 DESA TERHUBUNG FIBER OPTIK SISTEM INFORMASI PERENCANAAN & KEUANGAN Rancangan Mei RKP MUSRENBANGNAS RPJMD Apr Prioritas pemb, Pagu indiakatif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah kerja Rancangan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013 BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 204 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, dimana hasil dari proses perencanaan ini dapat dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun BAB I PENDAHULUANN. 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun tahun 2004 tentang Sistem Perencanaann Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2017.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2017. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci