PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa pemerintahan daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; c. bahwa untuk menjabarkan visi, misi dan program kepala daerah, perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun ; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Rebublik Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ;

4 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 64); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1 tahun 2007 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2007 Nomor 1); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Rencana Pembanggunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumedang Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 2); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 7); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7);

5 28. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG dan BUPATI SUMEDANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sumedang. 2. Kepala Daerah adalah Bupati dan Wakil Bupati Sumedang. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Sumedang. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Sumedang. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disebut Bappeda adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membantu Kepala Daerah dalam perencanaan pembangunan. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. 7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 8. Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

6 9. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. 10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 13. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 14. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 15. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 16. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 17. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 18. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. 19. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 20. Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun-tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan guna memastikan kesinambungan kebijakan yang telah disetujui untuk setiap program dan kegiatan. 21. Indikator kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif. 22. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antarpemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. 23. Pemangku kepentingan atau disebut dengan stakeholders adalah pihakpihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

7 BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) RPJMD diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. (2) RPJMD disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Pasal 3 Tujuan Penyusunan RPJMD adalah tersedianya dokumen RPJMD sebagai: a. penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dengan berpedoman kepada RPJPD dan memperhatikan kepada RPJM Nasional dan Provinsi; b. pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD; c. pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); dan d. pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. BAB III RUANG LINGKUP RPJMD Pasal 4 RPJMD memuat kebijakan, sasaran, indikator dan target pencapaian kinerja tahunan satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. BAB IV TAHAPAN PENYUSUNAN Pasal 5 RPJMD Tahun disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. persiapan penyusunan RPJMD; b. penyusunan rancangan awal RPJMD; c. penyusunan rancangan RPJMD; d. pelaksanaan musrenbang RPJMD; e. perumusan rancangan akhir RPJMD; dan f. penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD.

8 BAB V SISTEMATIKA RPJMD Pasal 6 RPJMD Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan BAB IV Analisis Isu-isu Strategis BAB V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah BAB VIII Indikasi Rencana Proram Prioritas disertai Kerangka Pendanaan BAB IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah BAB X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Pasal 7 Isi uraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan daerah ini. Pasal 8 RPJMD dijabarkan lebih lanjut ke dalam RKPD setiap tahun sebagai dasar: a. penyusunan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara oleh Kepala Daerah; dan b. penyusunan Rencana Kerja SKPD yang ditetapkan oleh kepala SKPD. BAB VI PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 9 (1) Kepala Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi setiap tahun terhadap pelaksanaan RPJMD. (2) Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Bappeda. (3) Mekanisme pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. (4) Apabila terjadi kebijakan strategis dari pemerintah pusat yang berdampak terhadap capaian target dan sasaran yang telah ditetapkan, dokumen RPJMD akan dievaluasi dengan tetap menyesuaikan dengan kondisi fiskal daerah. BAB VII KELEMBAGAAN Pasal 10 (1) Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah. (2) Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Bappeda dan Kepala SKPD lainnya dengan mempertimbangkan aspirasi berbagai stakeholders daerah.

9 (3) Kepala SKPD menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran dari RPJPD dan RPJMD sesuai dengan tugas dan kewenangannya. BAB VIII MASA TRANSISI Pasal 11 (1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir, RPJMD tahun menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD pada masa transisi di tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan kepala daerah pada periode berikutnya. (2) RPJMD tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi target pembangunan yang belum tercapai sampai dengan akhir periode RPJMD dan target pembangunan yang akan dicapai pada tahun pertama masa pemerintahan baru. (3) RKPD pada masa transisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJMD Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih hasil pemilihan kepala daerah pada periode berikutnya. (4) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disesuaikan dengan RPJMD baru. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 (1) Dokumen Peraturan Daerah dan atau peraturan lainnya mengenai perencanaan pembangunan daerah sepanjang tidak bertentangan dengan RPJMD masih tetap berlaku sampai dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini. (2) RKPD yang berdasarkan pada Renstra setelah di tetapkannya peraturan daerah ini harus dilakukan perubahan dan penyesuaian. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun , dinyatakan tidak berlaku lagi.

10 Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang. Ditetapkan di Sumedang pada tanggal 3 Januari 2014 BUPATI SUMEDANG WAKIL, Diundangkan di Sumedang pada tanggal 3 Januari 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMEDANG, Ttd. ADE IRAWAN Ttd. ZAENAL ALIMIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014 NOMOR 1

11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDAG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN I. UMUM Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi waktu 5 (lima) tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berdurasi waktu tahunan. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun merupakan penjabaran visi dan misi Kepala Daerah yang bersinergi dengan visi, misi Provinsi Jawa Barat dan Nasional serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya dengan tetap memperhatikan dinamika kondisi daerah. Secara umum materi RPJMD berisi tentang visi, misi, tujuan, sasaran, dan program kepala daerah. Adapun aspek pembangunan yang dijabarkan meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Penyusunan RPJMD ini dilakukan dengan memperhatikan RPJMN Nasional, RPJMD Provinsi Jawa Barat dan RTRW Kabupaten lainnya. RPJMD digunakan sebagai pedoman penetapan Renstra SKPD dan Penyusunan RKPD serta digunakan sebaga instrumen evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Sumedang Tahun sangat tergantung dari komitmen bersama antara Pemerintah Kabupaten Sumedang, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat, serta pemangku kepentingan di Kabupaten Sumedang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas.

12 Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014 NOMOR 1

13 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya pula dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang Tahun telah selesai kami susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Latar belakang penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang Tahun adalah untuk menjabarkan visi, misi dan kebijakan Kepala Daerah terpilih yang ditawarkan pada saat kampanye dalam bentuk dokumen perencanaan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian tahapan pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) RPJMD merumuskan tantangan serta strategi kebijakan dan target yang akan diambil untuk menjawab permasalahan dalam lima tahun ke depan. Dengan demikian, RPJMD merupakan pedoman bagi seluruh komponen baik itu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan secara sinergis. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Kabupaten Sumedang Tahun Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-nya kepada kita semua. Amin. Sumedang, 3 Januari 2014 BUPATI SUMEDANG WAKIL, Ttd. ADE IRAWAN RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - i

14 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iv ix BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I Sistematika Penulisan... I Maksud dan Tujuan... I - 12 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II - 50 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN... III Kinerja Keuangan Masa Lalu... III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu... III Kerangka Pendanaan... III - 33 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... IV Permasalahan Pembangunan... IV Isu Strategis... IV - 9 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V Visi... V Misi... V Tujuan... V Sasaran... V - 4 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - ii

15 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH... VI Strategi Umum... VI Arah Kebijakan... VI - 5 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII Kebijakan Umum... VII Kebijakan Kewilayahan... VII Program Pembangunan Daerah... VII - 4 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN... VIII Program Unggulan Kepala Daerah... VIII Program Strategis Kabupaten... VIII Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintah... VIII - 2 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX - 1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN... X Pedoman Transisi... X Kaidah Pelaksanaan... X - 1 BAB XI PENUTUP... XI - 1 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - iii

16 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang... II - 1 Tabel 2.2 Curah Hujan (mm) Per Kecamatan Tahun II - 4 Tabel 2.3 Fluktuasi Curah Hujan Bulanan (mm) Tahun II - 4 Tabel 2.4 Potensi Unggulan Tiap Kecamatan... II - 6 Tabel 2.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Sumedang Tahun II - 9 Tabel 2.6 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Per Kecamatan Tahun II - 10 Tabel 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumedang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun II - 12 Tabel 2.8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut Sektor dan Kelompok Sektor Tahun II - 13 Tabel 2.9 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang dengan Daerah Sekitarnya Tahun II - 16 Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kabupaten Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun II - 17 Tabel 2.11 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000 dan II - 18 Tabel 2.12 Peranana Setiap Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Sumedang Tahun II - 19 Tabel 2.13 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sumedang Tahun II - 20 Tabel 2.14 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Per Kecamatan Tahun II - 21 Tabel 2.15 Indeks Harga Implisit dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Sumedang Tahun II - 24 Tabel 2.16 Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sumedang Tahun II - 27 Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun II - 28 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - iv

17 Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Kategori Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan II - 29 Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Kategori Sangat Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan II - 30 Tabel 2.20 Jumlah Penduduk Kategori Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan II - 31 Tabel 2.21 Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Sumedang Tahun II - 32 Tabel 2.22 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 33 Tabel 2.23 Jumlah Penganggur di Kabupaten Sumedang Tahun II - 34 Tabel 2.24 Jumlah Sertifikat yang telah Diterbitkan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 35 Tabel 2.25 Persentase Penduduk Bekerja di Kabupaten Sumedang Tahun II - 35 Tabel 2.26 Jumlah Kriminalitas di Kabupaten Sumedang Tahun II - 36 Tabel 2.27 Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga di Kabupaten Sumedang Tahun II - 37 Tabel 2.28 Perkembangan Pendidikan SD/MI di Kabupaten Sumedang Tahun II - 38 Tabel 2.29 Rasio Murid terhadap Ruang Kelas SD/MI di Kabupaten Sumedang Tahun II - 39 Tabel 2.30 Perkembangan Pendidikan SMP/MTs di Kabupaten Sumedang Tahun II - 39 Tabel 2.31 Perkembangan Pendidikan SMA/SMK/MA di Kabupaten Sumedang Tahun II - 40 Tabel 2.32 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A, SMP/MTs, SMA/SMK/MA di Kabupaten Sumedang Tahun II - 42 Tabel 2.33 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Tahun II - 43 Tabel 2.34 Perkembangan Penanganan Lahan Kritis di Kabupaten Sumedang Tahun II - 45 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - v

18 Tabel 2.35 Panjang Jalan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 47 Tabel 2.36 Kondisi Ruas Jalan Kabupaten Sumedang Tahun 2012 II - 47 Tabel 2.37 Perbandingan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Sumedang dan Sekitarnya Tahun II - 51 Tabel 2.38 Panjang Jalan Menurut Status dan Fungsi Jalan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 51 Tabel 2.39 Data Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 52 Tabel 2.40 Data Infrastruktur Perumahan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 54 Tabel 2.41 Data Jenis, Kelas dan Jumlah Usaha Jasa dan Akomodasi (UJA) di Kabupaten Sumedang Tahun II - 56 Tabel 2.42 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Sumedang Tahun II - 56 Tabel 2.43 Jumlah Investor di Kabupaten Sumedang Tahun II - 57 Tabel 2.44 Rasio Ketergantungan... II - 58 Tabel 3.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 1 Tabel 3.2 Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 2 Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 2 Tabel 3.4 Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 3 Tabel 3.5 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 4 Tabel 3.6 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 5 Tabel 3.7 Struktur Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 5 Tabel 3.8 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 6 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - vi

19 Tabel 3.9 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 7 Tabel 3.10 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 8 Tabel 3.11 Dana Perimbangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 9 Tabel 3.12 Struktur Dana Perimbangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 9 Tabel 3.13 Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 10 Tabel 3.14 Pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 10 Tabel 3.15 Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 11 Tabel 3.16 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Sumedang Tahun III - 12 Tabel 3.17 Struktur Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Sumedang Tahun III - 13 Tabel 3.18 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Sumedang Tahun III - 13 Tabel 3.19 Pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Sumedang Tahun III - 14 Tabel 3.20 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Sumedang Tahun III - 15 Tabel 3.21 Total Belanja Kabupaten Sumedang Tahun III - 17 Tabel 3.22 Struktur Belanja Kabupaten Sumedang Tahun III - 18 Tabel 3.23 Realisasi Belanja Kabupaten Sumedang Tahun III - 19 Tabel 3.24 Pertumbuhan Belanja Kabupaten Sumedang Tahun III - 19 Tabel 3.25 Rincian Pertumbuhan Belanja Kabupaten Sumedang Tahun III - 19 Tabel 3.26 Belanja Urusan Wajib dan Pilihan Kabupaten Sumedang Tahun III - 20 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - vii

20 Tabel 3.27 Rincian Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 21 Tabel 3.28 Realisasi Belanja Menurut Urusan Kabupaten Sumedang Tahun III - 23 Tabel 3.29 Asset Kabupaten Sumedang Tahun III - 25 Tabel 3.30 Kewajiban Kabupaten Sumedang Tahun III - 27 Tabel 3.31 Ekuitas Dana Kabupaten Sumedang Tahun III - 28 Tabel 3.32 Neraca Keuangan Dana Kabupaten Sumedang Tahun III - 29 Tabel 3.33 Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Sumedang Tahun III - 30 Tabel 3.34 Rasio Solvabilitas Kabupaten Sumedang Tahun III - 31 Tabel 3.35 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Sumedang Tahun III - 32 Tabel 3.36 Surplus Anggaran Kabupaten Sumedang Tahun III - 32 Tabel 3.37 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 41 Tabel 3.38 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun III - 43 Tabel 5.1 Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran... V - 6 Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan... VI - 6 Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah.. VII - 15 Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program dan Pendanaan... VIII - 4 Tabel 9.1 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun IX - 2 Tabel 9.2 Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun IX - 6 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - viii

21 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan Menurut UU Nomor 25 Tahun I - 8 Gambar 1.2 Hubungan antara Perencanaan Makro dan Sektoral.. I - 9 Gambar 1.3 Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional... I - 10 Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Sumedang... II - 2 Gambar 2.2 Peta Kerawanan Bencana di Kabupaten Sumedang. II - 9 Gambar 2.3 Nilai PDRB Kabupaten Sumedang Tahun II - 11 Gambar 2.4 LPE Jawa Barat dan Kabupaten Sumedang Tahun II - 13 Gambar 2.5 PDRB Per Kapita dan LPE Per Kecamatan terhadap PDRB Per Kapita dan LPE Kabupaten Sumedang Tahun II - 22 Gambar 2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun II - 28 Gambar 2.7 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Sumedang Tahun II - 33 Gambar 2.8 Jumlah Sarana Ibadah di Kabupaten Sumedang Tahun II - 50 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal - ix

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri dari rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana pembangunan tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumedang yang telah disusun dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumedang Tahun merupakan dokumen perencanaan jangka panjang yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah Kabupaten Sumedang selama 20 tahun yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Barat. RPJPD Kabupaten Sumedang memiliki empat tahap rencana pembangunan jangka menengah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang Tahun merupakan tahapan pertama RPJPD Kabupaten Sumedang, dan tahap kedua tahun Dengan telah terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati Sumedang masa jabatan , maka Bupati Sumedang alm. Endang Sukandar dan Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan yang telah dilantik pada tanggal 5 Juli 2013 berkewajiban menyusun RPJMD Kabupaten Sumedang sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah untuk kurun waktu lima tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJMD Provinsi Jawa Barat dan RPJM Nasional. RPJMD Kabupaten Sumedang disusun berdasarkan analisis permasalahan pembangunan dan isu-isu strategis daerah, tujuan dan sasaran pembangunan daerah, strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah, RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 1

23 indikator sasaran dan target pencapaian pembangunan daerah yang bertumpu pada program pembangunan daerah lengkap dengan kerangka pendanaan serta kaidah pelaksanaannya. Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : a. Persiapan penyusunan RPJMD Persiapan penyusunan dilakukan dengan membentuk tim, menyusun jadwal/agenda pelaksanaan, dan menetapkan narasumber sebagai tim ahli untuk membantu dalam penyusunan RPJMD. b. Penyusunan rancangan awal RPJMD Penyusunan rancangan awal dilakukan melalui tahap-tahap penelaahan dokumen-dokumen terkait, analisis gambaran umum, analisis pengelolaan keuangan, perumusan permasalahan dan isu-isu strategis, perumusan visi dan misi, perumusan tujuan dan sasaran, perumusan strategi dan arah kebijakan, hingga penyusunan program SKPD dan lintas SKPD dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan indikatif. c. Penyusunan rancangan RPJMD Penyusunan rancangan dilakukan berdasarkan verifikasi dan integrasi seluruh Renstra SKPD dengan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD. d. Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD Musrenbang RPJMD merupakan forum musyawarah antara para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJMD Kabupaten Sumedang. Tujuan Musrenbang RPJMD untuk mendapatkan masukan dan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan daerah sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJMD Kabupaten Sumedang menjadi rancangan akhir RPJMD Kabupaten Sumedang. e. Perumusan rancangan akhir RPJMD Perumusan rancangan akhir dilakukan berdasarkan berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil Musrenbang RPJMD, selanjutnya dibahas dengan seluruh kepala SKPD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 2

24 dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil Musrenbang dan ditampung dalam rancangan akhir RPJMD. Rancangan akhir RPJMD Kabupaten Sumedang diajukan dan dikonsultasikan kepada Gubernur Provinsi Jawa Barat. f. Penetapan peraturan daerah tentang RPJMD Penetapan peraturan daerah tentang RPJMD melalui Mekanisme pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun dengan DPRD sesuai dengan ketentuan perundang-undangan menjadi peraturan daerah tentang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut : a. Pendekatan Teknokratis Pendekatan teknokratis dalam perencanaan pembangunan daerah menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Metode ini merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan data dan informasi yang akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan dengan kerangka manajemen strategis dan berbasis kinerja. b. Pendekatan Politis Pendekatan politis merupakan pendekatan yang ditawarkan oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye melalui penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi, dan program pembangunan serta pembahasan dengan DPRD dalam penetapan peraturan daerah tentang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun c. Pendekatan Top Down dan Bottom Up Hasil dari pendekatan bottom up melalui penjaringan aspirasi masyarakat bersama stakeholder dan Musrenbang RPJMD serta pendekatan top down dengan penyelarasan pada dokumen perencanaan provinsi dan nasional sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan provinsi dengan rencana pembangunan daerah Kabupaten Sumedang. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 3

25 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun disusun sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai rujukan, yakni antara lain: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Rebublik Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah (Lembaran RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 4

26 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594); RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 5

27 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 64); RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 6

28 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1 tahun 2007 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2007 Nomor 1); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Rencana Pembanggunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumedang Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 2); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 7); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2). RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 7

29 1.3. HUBUNGAN RPJMD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Hubungan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun dengan dokumen perencanaan lainnya memiliki keterkaitan secara vertikal maupun secara horisontal sebagai berikut : Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan Menurut UU Nomor 25 Tahun 2004 RPJP NASIONAL pedoman RPJM NASIONAL dijabarkan RKP diacu diperhatikan diperhatikan RPJP DAERAH PROPINSI 20 Tahun diacu pedoman RPJM DAERAH PROPINSI 5 Tahun diperhatikan dijabarkan pedoman RENSTRA SKPD PROPINSI RKP DAERAH PROPINSI 1 Tahun diperhatikan pedoman RENJA SKPD PROPINSI Pedoman Penyusunan RAPBD Propinsi RPJP DAERAH KAB/KOTA 20 Tahun pedoman RPJM DAERAH KAB/KOTA 5 Tahun 5 Tahun pedoman diperhatikan pedoman RKP DAERAH KAB/KOTA 1 Tahun 1 Tahun diperhatikan pedoman Pedoman Penyusunan RAPBD Kab/Kota RENSTRA SKPD KAB/KOTA 5 Tahun pedoman RENJA SKPD KAB/KOTA 1 Tahun UU SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UU KEUANGAN NEGARA Sumber : Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 1. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan mengacu kepada RPJP Nasional Tahun , RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun dan RPJPD Kabupaten Sumedang Tahun Selain itu mengacu pula pada RPJMN Tahun dan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun ; 2. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD untuk jangka waktu lima tahun dan RKPD Kabupaten Sumedang yang merupakan rencana kerja tahunan; 3. Dalam kaitannya dengan Sistem Keuangan Negara sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, maka penjabaran RPJM Daerah ke dalam RKPD, Kebijakan Umum RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 8

30 Anggaran dan Plafon Penggunaan Anggaran Sementara (PPAS) Kabupaten Sumedang untuk setiap tahunnya akan dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Sumedang. 4. Sebagai perencanaan makro, RPJMD selanjutnya diterjemahkan ke dalam perencanaan sektoral yang dikaitkan dengan perencanaan regional dan spasial. Berikut ini diagram alur yang memperlihatkan hubungan antara perencanaan makro, perencanaan regional, dan spasial. Hubungan antara perencanaan makro dan sektoral dapat dilihat pada gambar 1.2 dibawah ini. Gambar 1.2 Hubungan antara Perencanaan Makro dan Sektoral PERENCANAAN MAKRO SKPD Regulasi Pembiayaan Sumberdaya Lokal Keperluan Wilayah PERENCANAAN SEKTORAL (Keterkaitan antar Wilayah) Spasial, Efektivitas Kebijakan, Efisiensi Sumberdaya, dan Kapasitas Kelembagaan PERENCANAAN REGIONAL (Keterkaitan antar Sektor) KESEJAHTERAAN, PELAYANAN, DAN DAYA SAING Sumber : PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 5. Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun juga harus memperhatikan perencanaan tata ruang Kabupaten. Visi dan Misi Bupati terpilih akan diterjemahkan ke dalam perencanaan spasial. Oleh karena itu, penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun harus diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang. Hal ini dimaksudkan agar keselarasan perencanaan pembangunan lima tahun mendatang sesuai dengan rencana penataan ruang wilayah. Berikut ini diagram alur yang memperlihatkan kedudukan RTRW Kabupaten Sumedang dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kedudukan Rencana Tata RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 9

31 Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini. Gambar 1.3 Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL RPJP NASIONAL RPJPD PROV. JABAR RPJPD KAB. SUMEDANG RTRW NASIONAL RTRW PROV. JABAR RTRW KAB. SUMEDANG RPJM NASIONAL RPJMD PROV. JABAR RPJMD KAB. SUMEDANG Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen perencanaan, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Bab ini menjabarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah pada tahap perumusan. Gambaran umum ini meliputi aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bab ini menyajikan hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah, meliputi kinerja keuangan masa RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 10

32 lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan kerangka pendanaan. BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini merupakan bagian terpenting yang menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis. BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Berisikan tentang visi dan misi Kepala Daerah terpilih periode yang memuat strategi, kebijakan dan sasaran pembangunan yang akan dicapai selama 5 (lima) tahun kedepan yang merupakan penjabaran dari visi dan misi daerah yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Sumedang BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Bab ini menguraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan. BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini menguraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja serta penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih. BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD serta pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Bab ini memuat indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator kinerja setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 11

33 BAB X BAB XI PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Bab ini menguraikan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. Pedoman transisi dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalahmasalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan baru. PENUTUP 1.5. MAKSUD DAN TUJUAN RPJMD Kabupaten Sumedang adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun disusun dengan maksud memberikan arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program pembangunan daerah serta sasaransasaran strategis yang ingin dicapai selama 5 (lima) tahun kedepan. Dengan demikian, RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun menjadi landasan bagi semua dokumen perencanaan, baik rencana pembanguan tahunan Pemerintah Daerah maupun dokumen perencanaan Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang. Tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun adalah tersedianya dokumen RPJM Daerah Kabupaten Sumedang Tahun sebagai : 1. Penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dengan berpedoman kepada RPJPD dan memperhatikan kepada RPJM Nasional dan Provinsi; 2. Pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD; 3. Pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang tertuang dalam RKPD; 4. Pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal I - 12

34 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi dan Wilayah Secara geografis, Kabupaten Sumedang berada pada posisi koordinat 06º34 46,18-7º00 56,25 Lintang Selatan dan antara 107º01 45,63-108º21 59,04 Bujur Timur, menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun luas wilayah Kabupaten Sumedang adalah Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 276 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua yaitu ,28 Ha dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua yaitu 1.770,74 Ha. No. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Sumedang Luas Wilayah Kecamatan (Ha) Jumlah Desa/Kelurahan 1 Jatinangor 3.160, Cimanggung 5.555, Tanjungsari 4.486, Sukasari 4.181, Pamulihan 5.069, Rancakalong 5.506, Sumedang Selatan 9.251,27 10/4 8 Sumedang Utara 3.040,17 10/3 9 Ganeas 2.289, Situraja 4.323, Cisitu 6.502, Darmaraja 4.937, Cibugel 5.951, Wado 8.426, Jatinunggal 7.212, Jatigede , Tomo 8.474, Ujungjaya 8.622, Conggeang , Paseh 3.162, Cimalaka 4.328, Cisarua 1.770,74 7 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 1

35 No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah (Ha) Desa/Kelurahan 23 Tanjungkerta 4.372, Tanjungmedar 6.067, Buahdua , Surian 7.088,23 9 Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Sumedang Kabupaten Indramayu Kabupaten Subang Kec. Suriah Kec. Tanjungmedar Kec. Buahdua Kec. Conggeang Kec. Ujungjaya Kec. Tanjungsari Kec. Sukasari Kabupaten Bandung Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut : Kec. Rancakalong Kec. Pamulihan Kec. Jatinangor Kec. Cimanggung Kec. Tanjungkerta Kec. Cimalaka Kec. Sumedang Utara Kec. Sumedang Selatan Kec. Paseh Kec. Cisarua Kec. Situraja Kec. Ganeas Kec. Cisitu Kec. Cibugel a) Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu b) Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung c) Sebelah Barat : Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat : dan Kabupaten Subang d) Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka Kec. Darmaraja Kec. Tomo Kabupaten Garut Kec. Jatigede Kec. Wado Kec. Jatinunggal Sebagian besar wilayah Kabupaten Sumedang berupa perbukitan dan pegunungan kecuali di sebagian kecil wilayah utara Kabupaten Sumedang. Berdasarkan pola ruang wilayah Kabupaten Sumedang didominasi oleh kawasan budidaya seluas ,23 Ha (52,61 persen) serta sisanya dijadikan sebagai kawasan lindung seluas ,75 Ha (47,39 persen). Kemudian dataran terendah ketinggiannya mencapai 26 meter di atas permukaan Laut dan yang tertinggi adalah puncak gunung Tampomas dengan ketinggian sekitar meter di atas permukaan laut. Kabupaten Majalengka RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 2

36 Kondisi topografi kemiringan lahan wilayah Kabupaten Sumedang dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu : persen, merupakan daerah datar hingga berombak dengan luas area sekitar 12,24 persen. Kemiringan wilayah dominan di bagian timur laut, barat laut, barat daya serta kawasan perkabupatenan persen, merupakan daerah berombak sampai bergelombang dengan area sekitar 5,37 persen. Kemiringan wilayah dominan di bagian tengah ke utara, barat laut dan bagian barat daya persen, merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi area mencakup 51,68 persen. Kemiringan lereng tipe ini paling dominan di wilayah Kabupaten Sumedang. Persebarannya berada di bagian tengah sampai ke tenggara, bagian selatan sampai barat daya dan bagian barat persen, merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan luas area sekitar 31,58 persen. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian tengah, bagian selatan dan bagian timur. 5. Lebih dari kemiringan 40 persen, merupakan daerah bergunung dengan luas area mencakup sekitar 11,36 persen. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur dan bagian barat daya. Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan didalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah tersebut. Berdasarkan hidrogeologinya, aliran-aliran sungai besar di wilayah Kabupaten Sumedang bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri dari 4 DAS dengan 6 Sub DAS yaitu : 1. DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu, Sub DAS Cipeles, Sub DAS Cimanuk Hilir, dan Sub DAS Cilutung; 2. DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik; 3. DAS Cipunegara meliputi Sub DAS Cikandung; dan 4. DAS Cipanas. Tahun 2012 curah hujan paling tinggi terjadi di Kecamatan Wado sebanyak mm/tahun dan paling rendah di Kecamatan Sumedang Selatan dan Sumedang Utara sebanyak mm/tahun sedangkan Curah hujan secara ekstrim terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar Mm. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 3

37 Curah hujan per kecamatan dan fluktuasi curah hujan dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 dibawah ini. Tabel 2.2 Curah Hujan (mm) Per Kecamatan Tahun 2012 No. Kecamatan 2012 Mm Hh 1 Jatinangor 1, Cimanggung 1, Tanjungsari 1, Sukasari Pamulihan Rancakalong 2, Sumedang Selatan 1, Sumedang Utara 1, Ganeas Situraja 2, Cisitu Darmaraja 2, Cibugel 2, Wado 5, Jatinunggal Jatigede 3, Tomo 2, Ujungjaya 2, Conggeang 3, Paseh 2, Cimalaka 1, Cisarua Tanjungkerta 1, Tanjungmedar Buahdua 2, Surian - - Sumedang 41,318 2,295 Rata-rata 2, Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang Tabel 2.3 Fluktuasi Curah Hujan Bulanan (mm) Tahun 2012 No. Bulan 2012 Mm Hh 1 Januari 5, Februari 6, Maret 5, April 3, Mei 1, Juni Juli Agustus September RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 4

38 No. Bulan 2012 Mm Hh 10 Oktober Nopember 4, Desember 10, Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang Berdasarkan data curah hujan Tahun 2012 diatas, kondisi iklim mikro sangat berpengaruh pada produksi pertanian di Kabupaten Sumedang namun perubahan iklim tersebut tidak dapat diprediksi karena suatu hal yang alami tapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan mencermati kondisi siklus iklim sebelumnya dan juga memperhatikan informasi cuaca dari Badan Meteorologi Nasional. Sehingga dengan demikian dapat mencegah terjadinya kegagalan panen produk pertanian di Kabupaten Sumedang Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun , potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Sumedang meliputi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). 1. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) a. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumedang dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi : 1) Kawasan Perkotaan Sumedang; 2) Rintisan Kawasan Industri Ujungjaya; 3) Kawasan Waduk Jatigede; 4) Kawasan Tanjungsari dan sekitarnya; 5) Kawasan DI Sentig; 6) Kawasan DI Ujungjaya. b. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumedang dari sudut kepentingan sosial dan budaya berupa Kawasan Kampung Sunda yang terletak di kawasan Jatigede. c. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumedang dari sudut kepentingan sumberdaya alam dan Iptek berupa Kawasan Gunung Tampomas dan sekitarnya serta Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS). RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 5

39 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) perkotaan Sumedang sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat bisnis regional, pusat jasa, pusat pendidikan menengah, jasa pariwisata dan pertanian. Terdapat dua pusat kegiatan lokal yaitu PKL Sumedang Utara dan PKL Sumedang Selatan. 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi : a. PPK Tanjungsari sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan lokal, pusat industri, pertanian, jasa wisata, dan pusat pendidikan tinggi; b. PPK Tanjungkerta sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, pariwisata, perkebunan, dan pusat perdagangan lokal; c. PPK Conggeang sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, pariwisata, perkebunan, dan pusat perdagangan lokal; d. PPK Wado sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, dan pusat perdagangan lokal; e. PPK Tomo sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, pertanian, pusat perdagangan regional, dan pariwisata. 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Pusat Pelayanan Lingkungan terdiri dari Hegarmanah, Sindang pakuwon, Sukarapih, Pamulihan, Nagara Wangi, Ganeas, Linggajaya, Situraja, Darmajaya, Tarikolot, Cijeungjing, Ujungjaya, Buahdua, Legok Kidul, Surian, Jingkang, Cimalaka, Cisarua dan Cibugel sebagai pusat pemerintahan desa, pusat permukiman, pusat pengolahan pertanian, pusat koleksi dan distribusi, jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan. Potensi unggulan yang dimiliki oleh setiap kecamatan sesuai potensi daerah yang ada dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Potensi Unggulan Tiap Kecamatan No. Kecamatan Jenis Potensi Unggulan 1. Jatinangor Jagung, Sapi Potong, Domba, Ukiran Kayu, Senapan Angin, Tekstil, Padang Golf, Kawasan Perguruan Tinggi serta Perkemahan Kiara Payung 2. Cimanggung Jagung, Ikan Nila, sapi Perah, Domba, Opak Ketan, serta Curug Sindulang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 6

40 No. Kecamatan Jenis Potensi Unggulan 3. Tanjungsari Jagung, Ikan Lele, Sapi Perah, Domba, Tembakau Rajangan serta Perkemahan Cijambu 4. Sukasari Tomat, Sapi Perah, Domba Gaut, Tembakau Rajangan, serta Perkemahan Baru Beureum 5. Pamulihan Ubi Cilembu, Sapi Perah, Domba, Kerajinan Wayang Golek, Tape Singkong serta Cadas Pangeran 6. Rancakalong Ubi Cilembu, Talas semir, Jagung, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, serta Desa Wisata Ngalaksa 7. Sumedang Selatan 8. Sumedang Utara Padi Sawah, Talas semir, Jeruk Cikoneng, Teh Margawindu, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Lele, Sapi Potong, Tahu Sumedang, Wisata alam Cibingbin, Alun-Alun Sumedang, Kampung Toga, Museum Prabu Geusan Ulun, Makam Cut Nyak Dien, dan Taman Hutan Rakyat Inten Dewata Talas Semir, Jeruk Cikoneng, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Lele, Ikan Hias, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Tahu Sumedang, Sale Pisang, serta Lapangan Pacuan Kuda 9. Ganeas Kacang Tanah, Sawo Sukatali, Kayu Mahoni, Ikan Nila, Udang Galah, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Kolam 9. Situraja Kacang Tanah, Sawo Sukatali, Kayu Mahoni, Ikan Nila, Udang Galah, sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Kolam serta Kolam Renang 10. Cisitu Kacang Tanah, Sawo Sukatali, Kayu Mahoni, Ikan Mas, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba, Gula Aren serta Gunung Lingga 11. Darmaraja Kacang Tanah, Padi Sawah,Kedelai, Sawo Sukatali, Tembakau, Ikan Nila, Sapi Potong, Domba, serta Kolam Renang 12. Cibugel Jagung, Tomat, Kayu Manglid, Kayu Suren, Sapi Potong, Domba, Serta Sapi Perah 13. Wado Jagung, Kayu Mahoni, Ikan Mas, Udang galah, Sapi Potong, Domba, Serta Sapi Perah 14. Jatinunggal Kedelai, Kayu Jati, Udang Galah dan Gula Aren 15. Jatigede Mangga, Pisang, Kayu Jati, Sapi Potong, Domba, serta Perkemahan Parakankondang dan Proyek Waduk Jatigede 16. Tomo Padi Sawah, Kacang Tanah, Mangga, Tembakau, Domba, Meubeul, serta Situ Sari 17. Ujungjaya Kedelai, Mangga, Tembakau, Kayu jati, Ikan Lele, Sapi Potong, serta Domba 18. Conggeang Padi Sawah, Salak Bongkok, Mangga, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Hias, Sapi Potong, Domba,, Meubel, Opak Ketan, Emping Melinjo, Wana wisata Gunung Tampomas, atraksi Kuda Renggong serta Air Panas Conggeang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 7

41 No. Kecamatan Jenis Potensi Unggulan 19. Paseh Salak Bongkok, Kayu Tisuk, Bambu, Sapi Potong, Oncom Pasir Reungit, serta Pemandian 20. Paseh Salak Bongkok, Kayu Tisuk, Bambu, Sapi Potong, Oncom Pasir Reungit, serta Pemandian 21. Cimalaka Ikan Mas, Ikan Nila, Sapi Potong, Domba, serta Kolam Renang Cipanteneun 22. Cisarua Padi Sawah, Jeruk Cikoneng, serta Ikan Mas 23. Tanjungkerta Padi Sawah, Kencur, Jeruk Cikoneng, Ikan Mas, Ikan Nila, Sapi Potong, serta Domba 24. Tanjungmedar Jagung, Pisang, Kayu Sengon, Sapi Potong, dan Domba 25. Buahdua Padi Sawah, Pisang, Kayu Jati, Udang Galah, sapi Potong, Kolam renang Cigireng, serta Air Panas Cileungsing 26. Surian Kencur, Pisang, Kayu Jati, Kayu Sengon, Sapi Potong, Sapi Perah, Domba dan Gula Aren Sumber : Masterplan Pertanian, Bappeda Wilayah Rawan Bencana Potensi bencana alam yang banyak dijumpai di Kabupaten Sumedang pada umumnya berupa gerakan tanah, erosi dan banjir setempat. Kejadian gerakan tanah disamping akibat kegempaan, sering terjadi akibat hujan yang terus menerus dan cukup besar. Begitu pula erosi yang terjadi pada sungaisungai setempat sedangkan banjir sering terjadi disebabkan drainase yang kurang memadai dan banyaknya tutupan lahan, seperti di sekitar Jalan Raya Rancaekek (sekitar Kecamatan Cimanggung) dan Jatinangor. Gerakan tanah yang terjadi di daerah Kabupaten Sumedang pada umumnya banyak dipengaruhi oleh sifat fisik batuan dasar dan tanah pelapukan pembentuk lereng terutama pada daerah-daerah yang dibentuk oleh batuan dasar batu lempung ataupun terdapatnya lapisan batu lempung dalam batuan dasar pembentuk lereng. Sifat fisik batuan/tanah pelapukan merupakan salah satu faktor alam penyebab terjadinya gerakan tanah disamping faktor-faktor alam lainnya seperti curah hujan, struktur geologi (perlipatan, sesar dan kekar), stratigrafi (kedudukan bidang perlapisan terhadap kemiringan lerengnya), Tataguna Lahan, Morfologi dan kegempaan. Untuk gerakan tanah sering terjadi di bagian utara terutama di sekitar Surian, Buahdua, Tanjungkerta, Cimalaka, Conggeang dan Rancakalong sedangkan yang di bagian timur terutama yang berada pada jalur sesar berada di Tomo, Jatigede, Darmaraja dan Jatinunggal. Secara RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 8

42 umum mengenai daerah rawan bencana di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini. Gambar 2.2 Peta Kerawanan Bencana di Kabupaten Sumedang Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Sumedang Tahun Demografi Penduduk Kabupaten Sumedang pada Tahun 2012 tercatat sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1.23 persen dari tahun Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumedang dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 menunjukan penurunan walaupun penurunannya tidak signifikan. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumedang masih terkendali hal ini dikarenakan keberhasilan dari programprogram keluarga berencana yang selama ini dilakukan dan tingkat migrasi penduduk ke wilayah sumedang secara umum masih rendah. Tabel 2.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Sumedang Tahun No. Tahun Jumlah LPP ,093, ,108, ,121, Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 9

43 Selanjutnya jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk (LPP) per Kecamatan di wilayah Kabupaten Sumedang tahun dapat dilihat pada tabel 2.6 dibawah ini : Tabel 2.6 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Per Kecamatan Kabupaten Sumedang Tahun No. Kecamatan Jumlah Penduduk LPP 1 Jatinangor 110, , Cimanggung , Tanjungsari 78,451 80, Sukasari 31,615 32, Pamulihan 55,340 56, Rancakalong 37,796 38, Sumedang Selatan 74,570 75, Sumedang Utara 89,989 97, Ganeas 23,609 23, Situraja 36,195 36, Cisitu 26,330 26, Darmaraja 37,113 37, Cibugel 20,896 20, Wado 43,221 43, Jatinunggal 41,512 41, Jatigede 23,737 23, Tomo 23,707 23, Ujungjaya 29,122 29, Conggeang 28,854 28, Paseh 36,004 36, Cimalaka 57,041 57, Cisarua 19,068 19, Tanjungkerta 33,696 33, Tanjungmedar 24,301 24, Buahdua 32,014 32, Surian 10,855 10, Jumlah 1,108,169 1,121, Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Berdasarkan tabel diatas, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tercatat di wilayah cepat tumbuh yaitu di kecamatan Jatinangor dan Tanjungsari sebesar 2.6 persen serta di kecamatan Cimanggung sebesar 2.3 persen. Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini dikarenakan wilayah ini merupakan daerah industri dan pusat pendidikan sehingga banyak penduduk pendatang yang menjadi warga di wilayah tersebut. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 10

44 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat selama periode diuraikan sebagai berikut : Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumedang atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai Rp ,72 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp.1.391,94 milyar jika dibanding tahun 2011 dengan nilai PDRB sebesar Rp ,78 milyar. Sedangkan pencapain nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan 4,69 persen yaitu dari Rp.5.879,09 milyar tahun 2011 naik menjadi Rp.6.154,59 milyar pada tahun Perkembangan nilai PDRB Kabupaten Sumedang lima tahun terakhir dapat diamati pada gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.3 Nilai PDRB Kabupaten Sumedang Tahun (Triliyun Rupiah) Triliyun Rp Berlaku Konstan Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Jika sembilan sektor ekonomi dikelompokkan menjadi 3 sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier tampak bahwa kelompok sektor tersier RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 11

45 merupakan kelompok sektor paling dominan yaitu sekitar 44 persen dari total PDRB Kabupaten Sumedang. Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2011 mencapai Rp.6.567,35 milyar atau meningkat 11,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok sektor primer mengalami peningkatan 8,53 persen yaitu dari Rp.3.915,66 milyar tahun 2011 menjadi Rp.4.249,83 milyar di tahun 2012 sedangkan kelompok sekunder meningkat 9,65 persen atau dari Rp.3.745,30 milyar tahun 2011 menjadi Rp.4.106,54 milyar tahun Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini. Tabel 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumedang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Milyar Rupiah) Kelompok Sektor * 2012** PRIMER 2.999, , , , ,83 Pertanian 2.984, , , , ,98 Pertambangan & Penggalian 14,60 14,37 15,23 16,04 16,85 SEKUNDER 2.895, , , , ,54 Industri Pengolahan Listrik Gas & Air Bersih 2.399, , , , ,88 273,61 290,43 333,52 386,02 449,81 Bangunan 222,45 247,09 281,71 314,19 348,84 TERSIER 4.406, , , , ,35 Perdagangan Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & JP 2.676, , , , ,62 448,05 482,50 525,68 575,43 633,03 434,49 478,66 527,25 582,48 649,21 Jasa - Jasa 847,79 906,46 976, , ,49 P D R B , , , , ,7 4 7 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara Laju Pertumbuhan Ekonomi Kinerja perekonomian Kabupaten Sumedang dari sisi sektoral pada tahun 2012 menunjukan pertumbuhan yang moderat. Jika dibandingkan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 12

46 Persen dengan kinerja perekonomian pada tahun sebelumnya pertumbuhan ini menunjukan sedikit perlambatan dimana pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,82 persen sedangkan pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,69 persen. Perlambatan ini di sebabkan oleh melambatnya kinerja tiga sektor dominan yang menjadi engine growth perekonomian Kabupaten Sumedang. Gambar 2.4 LPE Jawa Barat dan Kabupaten Sumedang Tahun Jabar Sumedang Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat selama kurun waktu tiga tahun yaitu mampu tumbuh diatas 6 persen sedangkan LPE Kabupaten Sumedang selama kurun waktu ini mampu tumbuh stabil yaitu pada kisaran 4 persen. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 mengalami sedikit perlambatan, perlambatan ini hampir terjadi di semua sektor ekonomi, kecuali sektor angkutan, keuangan dan jasa-jasa. Begitupun perekonomian Jawa Barat secara umum juga mengalami perlambatan, melambatnya perekonomian Jawa Barat pada tahun 2012 disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor industri yang merupakan sektor dominan bagi perekonomian Jawa Barat. Tabel 2.8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut Sektor dan Kelompok Sektor Tahun (Persen) Kelompok Sektor * 2012** PRIMER 4,85 0,66 1,26 1,11 Pertanian 4,89 0,65 1,25 1,11 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 13

47 Kelompok Sektor * 2012** Pertambangan & Penggalian (3,94) 3,21 2,82 2,79 SEKUNDER 4,51 5,18 5,33 4,77 Industri Pengolahan 4,08 4,48 4,92 4,35 Listrik Gas & Air Bersih 4,81 5,73 5,90 6,44 Bangunan 8,56 11,40 8,61 7,04 TERSIER 4,90 5,80 6,61 6,68 Perdagangan Hotel & Restoran 4,99 6,25 7,33 6,99 Pengangkutan & Komunikasi 6,36 6,34 6,66 7,23 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,59 5,97 6,20 7,50 Jasa Jasa 3,50 3,87 4,20 4,79 P D R B 4,76 4,22 4,82 4,69 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat diperhatikan bahwa pada tahun 2012 petumbuhan sektor keuangan dan angkutan mampu menjadi leading sektor dimana selama empat tahun terakhir sektor bangunan selalu menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mampu tumbuh 7,50 persen pada tahun LPE tertinggi kedua dan ketiga diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan masing-masing tumbuh sebesar 7,23 dan 7,04 persen. Namun demikian sektor pertanian yang merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan PDRB Sumedang pada tahun 2012 ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,11 persen. Pertumbuhan sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian menunjukkan pertumbuhan positif selama empat tahun terakhir dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2009 mencapai 4,85 persen dan terendah terjadi pada tahun 2010 yang tumbuh 0,66 persen. Melemahnya kinerja sektor primer lebih dipengaruhi oleh rendahnya kinerja sektor pertanian yang merupakan pendukung sektor primer cukup dominan dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dapat dilihat dari tren tumbuhnya sektor primer mengikuti trennya sektor pertanian. Pada tahun 2012 sektor primer tumbuh 1,11 persen. Naik turunnya laju pertumbuhan sektor pertanian RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 14

48 sangat dipengaruhi oleh tumbuhnya sub sektor tabama terutama sangat tergantung dari produktivitas komoditi padi yang cukup dominan dalam sektor ini. Dan yang tidak bisa diabaikan dari tumbuhnya sektor pertanian adalah faktor iklim atau perubahan cuaca yang sangat berpengaruh dan tidak dapat dihindari terhadap kinerja sektor pertanian. Pertumbuhan sektor sekunder dalam periode relatif stabil yaitu dengan pertumbuhan berada pada kisaran 4-5 persen dimana pada tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 4,77 persen. Sektor sekunder yang yang meliputi sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan, lebih didominasi oleh tumbuhnya sektor industri pengolahan sehingga tren pertumbuhan sektor sekunder pun mengikuti pola yang terjadi pada pertumbuhan sektor industri pengolahan. Dari tabel 2.8 diatas tampak bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan dalam kurun waktu relatif stabil dengan pertumbuhan tiap tahunnya mencapai 4 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara umum di Kabupaten Sumedang juga berpengaruh terhadap kinerja sektor industri pengolahan. Jika kita amati dari LPE sektor industri pengolahan kabupaten Sumedang, faktor-faktor eksternal yang sangat mempengaruhi sektor ini secara umum di Jawa Barat ternyata tidak terlalu berdampak terhadap kinerja sektor industri pengolahan dimana pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,35 persen sedangkan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,92 persen. Sementara sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh sebesar 6,44 persen karena sektor ini sangat tergantung dari pola permintaan dalam hal ini konsumen listrik dan air baik rumah tangga maupun swasta. Sektor pendukung lainnya yaitu sektor bangunan/kontruksi selama periode sektor ini mampu tumbuh stabil yaitu pada kisaran 8 persen kecuali pada tahun Sama halnya seperti sektor lainnya sektor ini juga mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan jika dibanding tahun Kelompok sektor terakhir adalah sektor tersier yang merupakan kegiatan sektor penghasil jasa meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan kemudian sektor jasa-jasa yang meliputi jasa pemerintahan dan jasa swasta. Pada tahun 2012 sektor tersier RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 15

49 tumbuh 6,68 persen yang didukung oleh pertumbuhan sektor-sektor di dalamnya yaitu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 6,99 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 7,23 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh sebesar 7,50 persen dan jasa-jasa tumbuh sebesar 4,79 persen. Keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan cara melakukan perbandingan antara wilayah tersebut dengan daerah sekitarnya. Melihat letak geografisnya, wilayah Kabupaten Sumedang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung, Garut, Majalengka, Indramayu dan Subang. Oleh karena itu, akan diamati kinerja perekonomian Kabupaten Sumedang dengan kabupaten-kabupaten tersebut melalui perkembangan laju pertumbuhan ekonomi. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang dengan daerah sekitarnya dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini. Tabel 2.9 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang dengan Daerah Sekitarnya Tahun (persen) Kabupaten * 2012** Garut 4,69 5,57 5,34 5,48 4,61 Bandung *** 5,31 4,32 5,90 5,99 6,26 Majalengka *** 4,57 4,92 4,66 4,69 4,69 Sumedang 4,58 4,76 4,22 4,82 4,69 Indramayu *** 2,66 7,33 6,47 6,48 6,52 Subang *** 4,24 4,86 4,48 5,02 4,21 Rata-rata 4,34 5,36 5,18 5,41 5,16 Jawa Barat 6,21 4,19 6,20 6,48 6,21 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) AngkaPerbaikan **) Angka Sementara ***) Tanpa Migas Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang dengan daerah sekitarnya dari tahun seperti pada tabel 2.9 diatas menggambarkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang berada pada posisi yang cukup baik kecuali pada tahun 2010 berada pada posisi terendah. Namun demikian selama tahun laju pertumbuhan ekonomi kabupaten sumedang selalu dibawah rata-rata dan dibawah Jawa Barat. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 16

50 Laju pertumbuhan ekonomi suatu kecamatan menggambarkan tumbuh tidaknya perekonomian kecamatan tersebut. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi yang dimiliki kecamatan tersebut. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 dari 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang, 6 kecamatan memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan kabupaten yaitu Kecamatan Sumedang Utara 6,25 persen, Sumedang Selatan 5,85 persen, Jatinangor 5,63 persen, Tanjungsari 5,35 persen, Cimanggung 4,77 persen dan Cimalaka 4,74 persen. Enam kecamatan ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pertumbuhan Kabupaten dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah perkotaan yang perekonomiannya ditopang oleh sektor persewaan dan jasa, dan sektor keuangan. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi 20 kecamatan lainnya berada di bawah pertumbuhan ekonomi kabupaten yang merupakan wilayah basis pertanian. Laju pertumbuhan ekonomi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sumedang tahun dapat dilihat pada tabel 2.10 dibawah ini. Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kabupaten Sumedang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No. Kecamatan * 2012** 1 Jatinangor 5,22 5,19 5,33 5,97 5,63 2 Cimanggung 4,72 4,54 4,79 5,20 4,77 3 Tanjungsari 5,09 5,11 5,01 5,46 5,35 4 Rancakalong 4,59 4,68 3,69 4,13 4,05 5 Sumedang Selatan 5,04 5,07 5,27 5,90 5,85 6 Sumedang Utara 5,16 5,18 5,58 6,41 6,25 7 Situraja 4,04 4,61 3,01 3,63 3,68 8 Darmaraja 3,99 4,56 3,10 3,72 3,68 9 Wado 4,18 4,45 3,55 4,01 3,97 10 Jatigede 3,86 4,04 2,70 3,08 3,00 11 Tomo 4,03 4,46 3,25 3,86 3,64 12 Ujungjaya 3,93 4,77 2,57 3,20 3,10 13 Conggeang 4,22 4,72 3,34 3,93 3,87 14 Paseh 4,29 4,79 3,97 4,64 4,46 15 Cimalaka 4,60 4,80 4,29 4,84 4,74 16 Tanjungkerta 4,01 4,48 3,03 3,69 3,74 17 Buahdua 4,50 4,92 2,73 3,30 3,30 18 Cibugel 3,78 4,11 2,54 2,75 2,71 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 17

51 No. Kecamatan * 2012** 19 Tanjungmedar 3,96 4,02 3,13 3,56 3,68 20 Cisitu 3,91 4,26 3,23 3,82 3,88 21 Pamulihan 4,08 4,49 3,84 4,61 4,48 22 Ganeas 3,98 4,05 3,64 4,05 4,09 23 Jatinunggal 4,02 4,06 3,33 3,88 3,86 24 Sukasari 3,97 4,03 3,31 3,91 3,89 25 Cisarua 3,83 4,12 3,63 4,23 4,24 26 Surian 3,71 4,01 2,19 2,82 2,81 Kabupaten 4,58 4,76 4,22 4,82 4,69 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara Struktur Ekonomi Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Disamping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi mesin penggerak pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. No. Tabel 2.11 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000 dan 2012 Kotribusi Terhadap Sektor Lapangan Usaha PDRB (%) ** 1 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Jasa Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 18

52 Tabel 2.11 diatas memperlihatkan struktur ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 dan 2012 menurut sektor. Dalam kurun waktu 13 tahun ini terjadi sedikit pergeseran kontribusi dari sektor dominan yaitu sektor pertanian dari 30,20 persen tahun 2000 menjadi 28,36 persen di tahun Menyusutnya peranan sektor pertanian lebih disebabkan kinerja sektor pertanian yang sedikit tertinggal perkembangannya dari sektorsektor lainnya. Penurunan sektor pertanian juga lebih disebabkan karena semakin susutnya areal pertanian dikarenakan alih fungsi lahan yang semakin tidak terelakan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk serta masih rendahnya pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaannya. Disamping itu sektor pertanian sangat tergantung pada keadaan alam dimana faktor musim sangat menentukan kualitas dan kuantitas produksinya. Walaupun telah terjadi sedikit pergeseran besaran peranan sektor pertanian dari tahun 2000 sampai dengan 2012, sektor ini masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan nilai tambah di Kabupaten Sumedang yang diikuti sektor perdagangan dan industri pengolahan. Ketiga sektor tersebut masih merupakan tiga sektor yang peranannya cukup besar dalam menggerakkan perekonomian Sumedang. Tabel 2.12 Peranan Setiap Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Sumedang Tahun (Persen) Sektor * 2012** Pertanian 28,97 29,03 28,77 28,82 28,36 Pertambangan & Penggalian 0,14 0,13 0,12 0,12 0,11 Industri Pengolahan 23,29 23,28 22,96 22,50 22,17 Listrik, Gas & Air Bersih 2,66 2,60 2,72 2,85 3,01 Bangunan 2,16 2,21 2,30 2,32 2,34 Perdagangan, Hotel & Restoran 25,98 26,07 26,59 27,01 27,63 Pengangkutan dan Komunikasi 4,35 4,31 4,29 4,25 4,24 Keuangan, Persewaan & JP 4,22 4,28 4,30 4,30 4,35 Jasa-jasa 8,23 8,10 7,96 7,82 7,78 P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 19

53 Pendapatan Per Kapita Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk maupun keluar. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Secara rinci pendapatan per kapita Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini. Tahun Tabel 2.13 Pendapatan Perkapita Kabupaten Sumedang Tahun ADH Berlaku (Rp.) Pertb. (%) ADH Konstan 2000 (Rp.) Pertb. (%) ,63 12, ,01 3, ,76 7, ,24 3, ,87 8, ,52 4, * ,57 9, ,09 4, ** 13,405, , , Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara Tabel 2.13 diatas menunjukkan pendapatan per kapita Kabupaten Sumedang terus mengalami peningkatan selama periode tahun Tahun 2008 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku masyarakat Kabupaten Sumedang mencapai Rp ,63 terus mengalami peningkatan sampai tahun 2012 mencapai Rp ,19 atau rata-rata naik 9,46 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Walaupun demikian, peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil peningkatan daya beli masyarakat Sumedang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 20

54 dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari tabel 2.13 diatas dapat pula diamati bahwa PDRB per kapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2008 sebesar Rp ,01 dan pada tahun 2012 menjadi Rp ,34. Dari dua kondisi diatas memberi gambaran bahwa secara riil daya beli masyarakat sebenarnya hanya meningkat rata-rata 3,56 persen setiap tahunnya. Ketersediaan data PDRB per kapita menurut daerah kecamatan pada suatu kurun waktu yang relatif panjang akan membantu para pemakai data dalam melakukan perbandingan baik antar wilayah maupun antar tahun. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tiap Kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.14 dibawah ini. Tabel 2.14 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Per Kecamatan Tahun No. Kecamatan PDRB Per Kapita Pertb (%) 1 Buahdua ,41 2 Sumedang Utara ,83 3 Cimanggung ,58 4 Conggeang ,27 5 Situraja ,02 6 Tomo ,73 7 Ujungjaya ,98 8 Jatinangor ,30 9 Sumedang Selatan ,71 10 Darmaraja ,31 11 Tanjungkerta ,70 12 Wado ,27 13 Cimalaka ,06 14 Paseh ,36 15 Rancakalong ,85 16 Tanjungsari ,50 17 Cibugel ,92 18 Jatigede ,93 19 Cisarua ,35 20 Cisitu ,68 21 Surian ,22 22 Ganeas ,45 23 Tanjungmedar ,02 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 21

55 No. Kecamatan PDRB Per Kapita Pertb (%) 24 Sukasari ,47 25 Pamulihan ,66 26 Jatinunggal ,35 Kabupaten Sumedang ,76 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Keterangan : * ) AngkaPerbaikan **) Angka Sementara Tabel 2.14 diatas menunjukkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku setiap kecamatan dan perbandingannya dengan PDRB per kapita kabupaten pada tahun Dari tabel tersebut pada tahun 2012 tampak bahwa 13 kecamatan mempunyai nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di atas rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Buahdua, Sumedang Utara, Cimanggung, Conggeang, Situraja, Tomo, Ujungjaya, Jatinangor, Sumedang Selatan, Darmaraja, Tanjungkerta, Wado dan Cimalaka sedangkan 13 kecamatan lainnya berada di bawah rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Paseh, Rancakalong, Tanjungsari, Cibugel, Jatigede, Cisarua, Cisitu, Surian, Ganeas, Tanjungmedar, Sukasari, Pamulihan dan Jatinunggal. Gambar 2.5 PDRB Per Kapita dan LPE Per Kecamatan terhadap PDRB Per Kapita dan LPE Kabupaten Sumedang Tahun Buahdua 2. Conggeang 3. Situraja 4. Tomo 5. Ujungjaya 6. Darmaraja 7. Tanjungkerta 8. Wado II III PDRB per Kapita Kab. Sumedang 1. Paseh 7. Surian 2. Rancakalong 8. Ganeas 3. Cibugel 9. Tanjungmedar 4. Jatigede 10.Sukasari 5. Cisarua 11.Pamulihan 6. Cisitu 12. Jatinunggal 1. Jatinangor 2. Sumedang Utara 3. Sumedang Selatan 4. Cimanggung 5. Cimalaka 1. Tanjungsari Rp I IV Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 22

56 Kinerja pembangunan masing-masing wilayah dilihat dari aspek ekonomi dapat dilakukan dengan membandingkan posisi suatu kecamatan terhadap Kabupaten Sumedang. Disamping itu dengan mengetahui posisinya dapat pula dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Sumedang. Dengan demikian diharapkan masing-masing kecamatan dapat mengevaluasi serta menggali potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang optimum. Hal tersebut dapat digambarkan dalam tabel kuadran perbandingan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita seluruh Kecamatan dibandingkan dengan Kabupaten Sumedang seperti terihat gambar 2.5 diatas. Kuadran I mengandung arti bahwa kecamatan yang berada di daerah ini memiliki LPE yang lebih tinggi dan PDRB per kapita lebih besar dari angka kabupaten. Bila diasumsikan terdapat pemerataan pendapatan maka masyarakat di kecamatan yang berada di kuadran ini relatif paling sejahtera dibandingkan yang berada pada kuadran lainnya. Kuadran II menunjukkan kecamatan yang memiliki PDRB per kapita lebih besar namun LPE-nya lebih rendah dibandingkan dengan angka kabupaten. Masyarakat kecamatan pada kuadran II relatif lebih sejahtera namun pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata kecamatan lainnya. Kuadran III menunjukkan rendahnya pertumbuhan ekonomi juga rendahnya tingkat kesejahteraan penduduknya dibandingkan daerah lainnya di Kabupaten Sumedang sedangkan Kuadran IV ditempati oleh kecamatan yang tingkat kesejahteraan penduduknya lebih rendah dibandingkan angka kabupaten, namun memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih pesat. Dengan memperhatikan data kecamatan pada masing-masing kuadran, kecamatan yang berada di Kuadran I merupakan kecamatan perkotaan sebaliknya Kuadran III didominasi oleh kecamatan yang berbasis sektor pertanian. Dengan demikian kecamatan-kecamatan yang berada di Kuadran III perlu lebih didorong pertumbuhan ekonominya dengan menerapkan program-program yang berbasis pertanian yang dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian antara lain program peningkatan SDM petani dan program penanganan pasca panen produk pertanian. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 23

57 Tingkat Inflasi Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang sangat diperlukan untuk memantau perubahan harga. Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga secara terus-menerus. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan antara lain : 1. Indeks Harga Konsumen/IHK (Consumer Price Indeks); 2. Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB (Wholesale Price Indeks); 3. Indeks Harga Implisit (Implisit Price Indeks;) IHK merupakan indeks yang dihitung dengan mencatat perkembangan harga komoditas yang dikonsumsi penduduk secara rutin dan IHPB merupakan indeks yang dihitung berdasarkan perkembangan harga beberapa komoditas yang diperdagangkan di pedagang besar bukan di pedagang eceran. Indeks Implisit merupakan indeks yang dihitung dari nilai tambah (NTB) seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Indeks Implisit merupakan perbandingan NTB yang dihitung atas dasar harga berlaku dan NTB yang dihitung atas dasar harga konstan (riil). Dengan demikian, inflasi sangat berhubungan dengan daya beli masyarakat. Tingginya tingkat inflasi yang terjadi di suatu region, dengan asumsi pendapatan masyarakat tetap, maka akan menurunkan daya beli masyarakat secara umum. Untuk mengukur tingkat inflasi di Kabupaten Sumedang digunakan indeks harga implisit, sehubungan dengan kesinambungan data yang tersedia. Tabel 2.15 dibawah menunjukkan perkembangan indeks harga implisit dan perkembangan laju inflasi PDRB di Kabupaten Sumedang tahun Perkembangan indeks harga implisit akan menggambarkan laju inflasi PDRB dari tahun ke tahun. Tabel 2.15 Indeks Harga Implisit dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Tahun Indeks Implisit Inflasi PDRB ( persen) ,53 9, ,90 3, ,69 5, * 230,17 5, ** 242,48 5,35 Sumber : PDRB Kabupaten Sumedang Tahun Ket : * ) Angka Perbaikan **) Angka Sementara RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 24

58 Dari tabel 2.15 diatas dapat kita lihat bahwa tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sumedang selama lima tahun terakhir terjadi fluktuatif tetapi masih terjaga. Tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sumedang tidak bisa terlepas dari pengaruh ekternal yaitu kebijakan pemerintah pusat dan terjadinya perubahan harga di luar wilayah Sumedang. Pada tahun 2008 tingkat inflasi PDRB sebesar 9,02 persen dan pada tahun 2012 berada pada level 5,35. Tingkat inflasi terendah ada pada tahun 2009 dengan tingkat inflasi sebesar 3,67 persen Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Sumedang yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM menggambarkan kualitas pembangunan manusia suatu wilayah pada satu kurun waktu tertentu. Menurut kepentingannya yang diperlukan saat ini, maka komponen Indeks Pembangunan Manusia ditentukan mencakup 3 (tiga) dimensi pembangunan manusia, yakni Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli Masyarakat Pendidikan Indeks Pendidikan sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Indeks Pendidikan Kabupaten Sumedang pada tahun 2011 sebesar 82,81 poin dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 82,90 poin. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. AMH dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di wilayah perdesaan menunjukkan masih banyak penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Selain itu AMH juga menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. AMH di Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 97,75 persen menjadi 97,82 persen pada tahun RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 25

59 Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Hasil evaluasi pada dua tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan rata-rata lama sekolah (RLS) di Kabupaten Sumedang, yaitu dari 7,94 pada tahun 2011 menjadi 7,96 pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sumedang rata-rata sudah menempuh pendidikan formal selama 8 (delapan) Tahun atau setingkat SMP kelas dua. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan selain tergantung pada kemampuan daerah untuk menggunakan dan memanfaatkan segala sumberdaya termasuk alokasi anggaran juga sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraaan dan pengelolaan pendidikan Kesehatan Indeks Kesehatan mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH). Pada tahun 2011 Indeks Kesehatan Kabupaten Sumedang mencapai 70,87 poin dan pada tahun 2012 menjadi 71,05 poin. Angka tersebut merupakan gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang dilihat dari meningkatnya AHH masyarakat Sumedang dari 67,52 tahun pada tahun 2011 menjadi 67,53 tahun pada Tahun Ekonomi Indeks Daya Beli Masyarakat sebagai komponen utama IPM mengalami peningkatan dari 64,33 poin pada tahun 2011 menjadi 64,90 poin pada tahun Angka ini dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Sumedang yang pada tahun 2011 mencapai Rp ,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp ,00. Indeks daya beli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendapatan dan inflasi (peningkatan harga barang dan jasa). Hasil penghitungan ketiga komponen tersebut diatas diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan dari 72,67 poin pada tahun 2011 menjadi 72,95 poin pada tahun Adapun RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 26

60 perkembangan data dari tahun besaran IPM beserta komponennya sebagaimana disajikan pada tabel 2.16 berikut ini. Tabel 2.16 Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sumedang Tahun No. Komponen Utama Ket. 1 Indeks Pendidikan Meningkat 0,09 2 Indeks Kesehatan Meningkat 0,18 3 Indeks Daya Beli Meningkat 0,57 Realisasi IPM Meningkat 0,28 Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Capaian IPM pada tahun 2012 tidak terlepas dari kontribusi capaian ketiga komponen yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. Oleh karena itu masih diperlukan upaya maksimal untuk meningkatkan derajat pendidikan melalui peningkatan angka partisipasi sekolah penduduk usia tahun dan tahun, derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan, serta peningkatan daya beli masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja bagi penduduk, peningkatan kompetensi kerja dan peningkatan daya saing. Selanjutnya dengan memperhatikan capaian dari ketiga komponen IPM sebagaimana data diatas ternyata Indeks Daya Beli memberikan kontribusi yang paling rendah dibandingkan 2 agregat pembentuk IPM lainnya. Pencapaian indeks pendidikan dan indeks kesehatan yang cukup tinggi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan pada bidang-bidang tersebut selama ini telah berhasil dengan baik. Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Sumedang akan kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh besar terhadap capaian indikator tersebut. Kemudian untuk meningkatkan daya beli masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya dalam menciptakan iklim usaha yang kompetitif dengan ditopang upaya menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha sehingga daya beli masyarakat akan meningkat serta angka pengangguran dan jumlah masyarakat yang berkategori miskin secara bertahap akan berkurang. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 27

61 Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sumedang selama periode tahun cenderung menurun. Berdasarkan hasil rekapitulasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Sumedang pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebanyak orang menurun menjadi sebanyak orang pada tahun Uraian Jumlah Penduduk Miskin Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Sumedang Tahun Tahun , , , ,483 Jumlah Penduduk 1,061,669 1,093,602 1,132,238 1,121,787 Persentase Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Berdasarkan tabel 2.17 diatas persentase penduduk miskin pada tahun 2009 sebesar 13,69 persen dan pada tahun 2012 sebesar 12,8 persen. Hal ini menunjukkan adanya penurunan persentase penduduk miskin sebesar 1,88 persen. Penurunan dimaksud karena adanya berbagai intervensi program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sumedang yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat yang didukung pola identifikasi dan verifikasi penduduk miskin yang mendekati kondisi riil. Gambar 2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Sumedang, Jabar dan Nasional Tahun Nasional Jawa Barat Sumedang Sumber : Data diolah, Bappeda Kab. Sumedang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 28

62 Untuk melihat status tingkat kemiskinan di Kabupaten Sumedang perlu dilakukan perbandingan dengan jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Berdasarkan gambar 2.6 diatas, pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sumedang masih berada diatas jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Barat dan mendekati jumlah penduduk miskin Nasional. Kondisi ini harus menjadi perhatian walaupun penduduk miskin di Kabupaten Sumedang terus mengalami penurunan namun secara jumlah masih cukup tinggi oleh sebab itu program-program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sumedang harus terus ditingkatkan dan diefektifkan. Strategi yang diperlukan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin adalah perlu diketahuinya perkembangan jumlah penduduk miskin di setiap kecamatan sehingga program-program penanggulangan kemiskinan bisa difokuskan ke kecamatan-kecamatan yang perkembangan jumlah penduduk miskinnya cukup tinggi. Terdapat perbedaan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sumedang antara data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Data hasil pendataan Program Perlindungan Sosial. Hal ini dikarenakan perbedaan indikator dalam penentuan status miskin. Berdasarkan data Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 dan tahun 2011 penduduk miskin dibagi dalam tiga kategori yaitu penduduk miskin, hampir miskin dan sangat miskin. Jumlah penduduk kategori miskin di setiap kecamatan rata-rata mengalami penurunan seperti terlihat pada tabel 2.18 dibawah. Dari 26 Kecamatan, 24 Kecamatan mengalami penurunan jumlah penduduk kategori miskin diatas 100 persen kecuali Kecamatan Pamulihan (86,93 persen) dan Kecamatan Wado (59,45 persen). Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Kategori Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan 2011 Kecamatan Jumlah Penduduk Kategori Miskin % Pengurangan Jatinangor 1,422 7, ,18 Cimanggung 3,563 8, ,88 Tanjungsari 2,233 8, ,40 Sukasari 1,379 4, ,81 Pamulihan 3,565 6,664 86,93 Rancakalong 1,180 4, ,95 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 29

63 Kecamatan Jumlah Penduduk Kategori Miskin % Pengurangan Sumedang Selatan 1,492 6, ,66 Sumedang Utara 1,673 9, ,57 Ganeas 684 2, ,19 Situraja 1,357 4, ,63 Cisitu 899 3, ,90 Darmaraja 1,420 4, ,24 Cibugel 868 1, ,46 Wado 2,636 4,203 59,45 Jatinunggal 2,234 5, ,64 Jatigede 965 2, ,09 Tomo 717 1, ,64 Ujungjaya 1,437 4, ,63 Conggeang 701 1, ,47 Paseh 373 1, ,03 Cimalaka 683 5, ,95 Cisarua 418 1, ,14 Tanjungkerta 905 3, ,82 Tanjungmedar 882 2, ,88 Buahdua 696 1, ,44 Surian 431 1, ,39 Kabupaten 34, , ,03 Sumber : PPLS Tahun 2008 dan 2011 Jumlah penduduk kategori sangat miskin di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan walaupun penurunannya tidak signifikan. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 jumlah penduduk sangat miskin hanya mengalami penurunan sebesar 10,23 persen. Kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk sangat miskin adalah Kecamatan Cimanggung, Tanjungsari, Sukasari, Pamulihan, Rancakalong, Cisitu, Wado, Jatinunggal, Jatigede, Tomo, Conggeang,Tanjungkerta, Buahdua dan Surian. Tabel 2.19 Jumlah Penuduk Kategori Sangat Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan 2011 Jumlah Penduduk Kategori Sangat Miskin Kecamatan % Pengurangan Jatinangor 2,164 6, ,96 Cimanggung 7,060 6,611-6,36 Tanjungsari 5,055 4,982-1,44 Sukasari 3,462 2,231-35,56 Pamulihan 5,784 3,118-46,09 Rancakalong 1,407 1,363-3,13 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 30

64 Kecamatan Jumlah Penduduk Kategori Sangat Miskin % Pengurangan Sumedang Selatan 2,595 6, ,27 Sumedang Utara 2,615 5, ,55 Ganeas 674 1,345 99,55 Situraja 1,613 1,805 11,90 Cisitu 2,029 1,822-10,20 Darmaraja 2,039 3,190 56,45 Cibugel ,87 Wado 3,488 2,230-36,07 Jatinunggal 4,322 2,889-33,16 Jatigede 2, ,79 Tomo 1, ,29 Ujungjaya 1,864 2,095 12,39 Conggeang 1, ,00 Paseh ,06 Cimalaka 841 2, ,38 Cisarua 607 1, ,93 Tanjungkerta 1,388 1,280-7,78 Tanjungmedar 1,280 1,285 0,39 Buahdua ,12 Surian ,98 Kabupaten 58,249 64,209 10,23 Sumber : PPLS Tahun 2008 dan 2011 Jumlah penduduk hampir miskin dari tahun mengalami peningkatan sebesar 43,30 persen. Kecamatan Paseh merupakah satu-satunya yang jumlah penduduk kategori hampir miskinnya berkurang. Sementara itu Kecamatan Jatinangor, Cimanggung, Pamulihan, Sumedang Selatan, Ganeas, Wado, Ujung Jaya, Cisarua dan Surian merupakan kecamatan-kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk kategori hampir miskin diatas 50 persen. Tabel 2.20 Jumlah Penduduk Kategori Hampir Miskin di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 dan 2011 Jumlah Penduduk Kategori Hampir Miskin Kecamatan % Pengurangan Jatinangor 5,928 2,570-56,65 Cimanggung 10,691 3,908-63,45 Tanjungsari 5,885 3,698-37,16 Sukasari 3,926 2,320-40,91 Pamulihan 8,953 3,754-58,07 Rancakalong 4,362 3,139-28,04 Sumedang Selatan 5,671 2,712-52,18 Sumedang Utara 6,950 5,097-26,66 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 31

65 Kecamatan Jumlah Penduduk Kategori Hampir Miskin % Pengurangan Ganeas 2,910 1,411-51,51 Situraja 4,234 3,143-25,77 Cisitu 4,144 2,445-41,00 Darmaraja 4,182 2,438-41,70 Cibugel 2,750 1,465-46,73 Wado 6,729 2,547-62,15 Jatinunggal 6,062 3,256-46,29 Jatigede 2,585 1,837-28,94 Tomo 2,270 1,417-37,58 Ujungjaya 4,632 2,302-50,30 Conggeang 2,650 1,821-31,28 Paseh 2,010 2,220 10,45 Cimalaka 3,568 3,505-1,77 Cisarua 1, ,16 Tanjungkerta 3,575 2,251-37,03 Tanjungmedar 2,674 1,915-28,38 Buahdua 3,265 1,875-42,57 Surian 1, ,19 Kabupaten 113,803 64,530-43,30 Sumber : PPLS Tahun 2008 dan Ketenagakerjaan Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinas Sosial Tenaga Kerja Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 sebanyak orang yang terdiri dari berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan. Jumlah pencari kerja yang terdaftar tersebut berlatar belakang pendidikan yang berbeda-beda dimana pencari kerja terbanyak berpendidikan SMK sebanyak orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.21 dibawah ini. Tabel 2.21 Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Sumedang Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pencari Kerja L P L+P 1 SD SMP ,341 3 SMA 1,228 1,011 2,239 4 MAN SMK 1,792 1,795 3,587 6 DI DII DIII RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 32

66 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pencari Kerja L P L+P 9 DIV S ,397 Jumlah 4,909 4,727 9,636 Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sumedang Lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sumedang tahun 2012 adalah sektor pertanian, kehutanan, pemburuan dan perikanan yaitu sebanyak orang dan yang terendah dari sektor industri pengolahan yaitu sebanyak orang. No. Tabel 2.22 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Jumlah Tenaga Lapangan Pekerjaan Kerja 1 Pertanian, Kehutanan, Pemburuan dan Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, Hotel, dan Restoran Jasa Kemasyarakatan Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air) Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Gambar 2.7 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Sumedang Tahun (%) Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Berdasarkan gambar 2.7 diatas, tingkat pengangguran di Kabupaten Sumedang dari tahun mengalami perkembangan yang fluktuatif. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 33

67 Tahun 2012 tingkat pengangguran mengalami penurunan sebesar 0,62 persen dari tahun sebelumnya. Dilihat dari perkembangannya tingkat pengangguran di Kabupaten Sumedang mengalami perubahan yang kurang signifikan hal ini menandakan bahwa program-program pemerintah belum efektif dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012 Kecamatan-kecamatan yang memiliki jumlah penganggur cukup besar yaitu diatas 2000 orang adalah Kecamatan Darmaraja, Situraja, Conggeang, Buahdua, Tanjungsari, Cimanggung, Jatinangor, Sumedang Utara dan Sumedang Selatan. Sembilan Kecamatan ini merupakan Kecamatan dengan jumlah angkatan kerja cukup besar sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja rendah akibatnya jumlah penganggur di Kecamatan ini cukup tinggi. Tabel 2.23 Jumlah Penganggur di Kabupaten SumedangTahun Kecamatan Wado 1,889 1,899 1,848 1,829 Jatinunggal 1,950 1,960 1,716 1,698 Darmaraja 2,307 2,325 2,269 2,246 Cibugel 1,891 1,892 1,694 1,677 Cisitu ,047 1,036 Situraja 2,374 2,387 2,506 2,480 Conggeang 2,247 2,262 2,046 2,025 Paseh 1,072 1,077 1,323 1,309 Surian Buahdua 2,783 2,793 2,311 2,287 Tanjungsari 2,492 2,504 2,412 2,388 Sukasari Pamulihan 2,265 2,276 2,031 2,011 Cimanggung 3,403 3,420 3,325 3,290 Jatinangor 3,855 3,881 3,850 3,810 Rancakalong 1,826 1,839 1,863 1,844 Sumedang Selatan 3,612 3,629 3,690 3,653 Sumedang Utara 5,007 5,047 4,547 4,500 Ganeas 1,802 1,810 1,589 1,573 Tanjungkerta 1,200 1,206 1,168 1,156 Tanjungmedar Cimalak 3,020 3,020 3,005 2,975 Cisarua 1,213 1,219 1,183 1,171 Tomo 3,139 3,152 2,327 2,303 Ujungjaya 2,988 3,003 2,722 2,694 Jatigede 1,105 1,110 1,086 1,075 Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Sumedang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 34

68 Kepemilikan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Sumedang sampai dengan bulan Mei tahun 2013 telah menerbitkan sertifikat yang terdiri dari sertifikat hak milik sebanyak sertifikat atau sekitar 89,08 persen dari keseluruhan sertifikat yang diterbitkan. Sementara sertifikat hak guna bangunan yang diterbitkan sebanyak sertifikat dan 845 sertifikat hak pakai. Tabel 2.24 Jumlah Sertifikat yang Telah Diterbitkan di Kabupaten Sumedang Tahun 2013 No Jenis Hak Jumlah * 1 Hak Milik 105,049 2 Hak Guna Bangunan 11,008 3 Hak Pakai Hak Guna Usaha 4 5 Hak Wakaf 19 6 Hak Pengelolaan 2 7 Hak Milik Satuan Rumah Susun 1,003 Sumber : Badan Pertanahan Kabupaten Sumedang Ket : *) Data sampai bulan Mei Kesempatan Kerja Jumlah 117,930 Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Persentase penduduk yang bekerja mengalami kenaikan dari 90,24 persen pada tahun 2009 menjadi 92,58 persen pada tahun 2012 seperti terlihat pada tabel 2.25 berikut. Uraian Tabel 2.25 Persentase Penduduk Bekerja Kabupaten Sumedang Tahun Tahun Jumlah Penduduk yang Bekerja Angkatan Kerja Persentase Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 35

69 Dari tabel 2.25 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang bekerja dari tahun ke tahun bersifat fluktuatif. Pada tahun 2009 persentase penduduk yang bekerja sebesar 90,24 persen meningkat 1,86 persen menjadi 92,10 persen pada tahun Kemudian dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,14 persen menjadi 91,96 persen dan tahun 2011 mengalami peningkatan kembali dari 91,96 persen menjadi 92,58 persen pada tahun Rata-rata persentase kenaikan jumlah penduduk yang bekerja dari tahun hanya sebesar 0,86 persen. Hal ini tentunya tidak terlalu berpengaruh pada penurunan tingkat pengangguran di Kabupaten Sumedang Angka Kriminalitas Kondisi keamanan suatu wilayah dapat dilihat dari angka kriminalitas yang terjadi. Jumlah tindak kriminalitas di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan dari tahun 2009 sebanyak 417 tindak kriminal menjadi 376 tindak kriminal pada tahun Tindak kriminal yang sering terjadi adalah tindak kriminal pencurian. Namun jumlah kasusnya menurun dari tahun ke tahun. Berikut disajikan data angka kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Sumedang Tahun 2009 hingga tahun No. Tabel 2.26 Jumlah Kriminalitas di Kabupaten Sumedang Tahun Jenis Tindakan Kriminal Tahun Jumlah kasus Narkoba Jumlah kasus Pembunuhan Jumlah Kejahatan Seksual (Kesusilaan/Cabul) Jumlah kasus Penganiayaan Jumlah kasus Pencurian Jumlah kasus Penipuan Jumlah kasus Pemalsuan Uang Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun Sumber : BKBPMPB Kabupaten Sumedang RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 36

70 Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga Perkembangan Seni, Budaya, dan Olah Raga di Kabupaten Sumedang tahun dapat dilihat pada tabel 2.27 berikut. No. Tabel 2.27 Perkembangan Seni Budaya dan Olah Raga Kabupaten Sumedang Tahun Capaian Pembangunan Tahun Jumlah Grup Kesenian Jumlah Gedung Kesenian Jumlah Klub Olah Raga Jumlah Gedung Olah Raga Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang Perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Sumedang baru bisa ditunjukan dengan jumlah grup kesenian. Tahun 2009 jumlah grup kesenian sebanyak 56 grup dan bertambah menjadi 75 grup pada tahun 2012 sedangkan jumlah gedung kesenian belum terbangun dari tahun ke tahun selama tahun Perkembangan Olahraga di Kabupaten Sumedang bisa dinilai cukup pesat. Hal ini terlihat dari jumlah klub olahraga yang bertambah cukup signifikan. Jika pada tahun 2009 hanya terdapat 233 klub maka pada tahun 2012 terdapat 510 klub. Kenaikan jumlah klub Olahraga ini mencapai 118,90 persen selama periode Begitupun jumlah gedung olahraga meningkat sebesar 60,30 persen. Jika pada tahun 2009 terdapat 312 Unit maka pada tahun 2012 terdapat 500 Unit gedung olahraga ASPEK PELAYANAN UMUM Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2012 menunjukan peningkatan kuantitas dan kualitas yang berarti dibanding tahun-tahun sebelumnya, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Jumlah lembaga PAUD pada tahun 2012 sebanyak 674 lembaga terdiri dari PAUD Non Formal 463 lembaga dan PAUD Formal 211 lembaga yang tersebar di 26 kecamatan. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 37

71 Jumlah penduduk usia 4-6 tahun sasaran PAUD di Kabupaten Sumedang sebanyak orang yang tertampung pada lembaga yang ada saat ini baru sebesar 52,90 persen ( orang) dan yang tidak tertampung masih cukup banyak yaitu sebesar 47,10 persen ( orang) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Perkembangan pendidikan dasar tahun dapat dilihat pada tabel 2.28 berikut ini: Tabel 2.28 Perkembangan Pendidikan SD/MI di Kabupaten Sumedang Tahun No. Indikator Penduduk Usia 7-12 Tahun Jumlah SD/MI - Sekolah Dasar - Madrasah Ibtidaiyah 3. Jumlah Ruang Kelas - Sekolah Dasar - Madrasah Ibtidaiyah Jumlah Murid SD/MI - SD(Negeri /Swasta) - Madrasah Ibtidaiyah Jumlah Lulusan Lulusan SD - Lulusan MI Jumlah Yang mengulang SD/MI 7. Angka Melanjutkan SD/MI 70,91 84,51 85,71 97,91 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang 286 Berdasarkan tabel 2.28 diatas ruang kelas SD/MI telah mengalami peningkatan sebanyak 36 ruang kelas dimana pada tahun 2012 sebanyak ruang kelas dibanding tahun 2011 berjumlah ruang kelas. Sementara untuk jumlah murid SD Negeri/Swasta mengalami penurunan dari berjumlah pada tahun 2011menurun menjadi sebanyak pada tahun 2012, kemudian untuk jumlah murid Madrasah Ibtidaiyah RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 38

72 mengalami penurunan dari pada tahun 2011 menjadi orang pada tahun Tabel 2.29 Rasio Murid Terhadap Ruang Kelas di Kabupaten Sumedang Tahun No. Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar 27,74 28,37 28,50 28,63 2. Madrasah Ibtidaiyah 22,65 22,76 25,59 25,62 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Berdasarkan tabel 2.29 diatas rasio murid terhadap ruang kelas sekolah dasar meningkat dari 27,74 pada tahun 2009 menjadi 28,63 pada tahun 2012, begitupun untuk Madrasah Ibtidaiyah mengalami peningkatan dari sebelumnya 22,65 pada tahun 2009 menjadi 25,62 pada tahun Dengan memperhatikan rasio murid terhadap ruang kelas menurut standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan Nasional maksimal 32 siswa/ruang kelas SD/MI maka di Kabupaten Sumedang siswa kemungkinan besar dapat belajar secara nyaman Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Perkembangan Pendidikan SMP/MTs di Kabupaten Sumedang selama tahun dapat dilihat pada tabel 2.30 dibawah ini. Tabel 2.30 Perkembangan Pendidikan SMP/MTS di Kabupaten Sumedang Tahun No. Indikator Penduduk Usia Tahun Jumlah SMP Jumlah MTs Ruang kelas SMP Ruang Kelas MTs Jumlah Murid SMP Jumlah Murid MTs Jumlah Guru SMP Jumlah Guru MTs Jumlah Lulusan SMP Jumlah Lulusan MTs Jumlah Yang mengulang Angka Melanjutkan SMP/MTs Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang ,22 86,35 72,94 RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 39

73 Pada tahun 2012 jumlah SMP dan Jumlah MTs mengalami perubahan dari tahun sebelumnya begitupun jumlah ruang kelas SMP meningkat sebesar 10 ruang kelas. Jumlah murid SMP meningkat sebanyak orang karena sebagian lulusan Sekolah Dasar (SD) banyak yang melanjutkan ke SMP hal ini dapat dilihat dari angka melanjutkan SD/MI pada tahun 2012 yang cukup tinggi. Jumlah Guru SMP mengalami penurunan, tahun 2011 yang berjumlah orang menjadi orang pada tahun 2012 atau 60 orang dan jumlah guru untuk MTs meningkat 38 orang pada tahun 2012 dimana tahun sebelumnya hanya berjumlah 982 orang. Selanjutnya jumlah lulusan SMP mengalami penurunan dimana tahun 2011 jumlah lulusan sebesar orang menjadi pada tahun 2012 atau turun sebesar 513 orang lulusan, begitupun jumlah lulusan MTs pada tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 68 orang dari orang pada tahun 2011 menjadi orang pada tahun SMA/SMK/MA Perkembangan Pendidikan SMA/SMK/MA di Kabupaten Sumedang selama tahun dapat dilihat pada tabel 2.31 dibawah ini. Tabel 2.31 Perkembangan Pendidikan SMA/SMK/MA di Kabupaten Sumedang Tahun No. Indikator Penduduk Usia Tahun Jumlah Sekolah a. SMA b. SMK c. MA Jumlah Ruang kelas a. SMA b. SMK c. MA Jumlah Murid a. SMA b. SMK c. MA Jumlah Guru a. SMA b. SMK c. MA RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 40

74 No. Indikator Jumlah Lulusan a. SMA b. SMK c. MA Jumlah Mengulang SMA/SMK/MA % Angka Putus Sekolah 0,93 0,60 0,57% 0,53 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Berdasarkan tabel 2.31 diatas secara umum perkembangan pendidikan menengah memperlihatkan capaian peningkatan yang sangat signifikan terutama jumlah ruang kelas sekolah dan jumlah guru. Pada tahun 2012 jumlah ruang kelas untuk SMA mengalami peningkatan 111 ruang kelas sedangkan jumlah guru SMK meningkat sebanyak 391guru. Jumlah murid SMA mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi murid, untuk SMK meningkat menjadi murid dan MA meningkat menjadi 279 murid. Jumlah Murid SMA mengalami penurunan dikarenakan banyak siswa yang melanjutkan ke Sekolah Kejuruan karena SMK lebih siap untuk memasuki Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Jumlah guru SMA mengalami penurunan dimana pada tahun 2011 berjumlah guru sementara pada tahun 2012 menjadi 945 guru. Selain itu guru SMK mengalami peningkatan menjadi orang pada tahun 2012 dari tahun 2011 yang berjumlah orang, sementara guru MA pun mengalami peningkatan dari 269 orang pada tahun 2011 menjadi 279 orang pada tahun Prestasi bidang pendidikan jika diperhatikan dari jumlah murid SMA/SMK/MA yang mengulang dimana pada tahun 2011 berjumlah 5 orang pada tahun 2012 meningkat menjadi hanya 9 orang. Dengan meningkatnya angka mengulang siswa terlihat bahwa daya serap siswa menurun, hal ini dimungkinkan dikarenakan kurang efektifnya teknis pembelajaran dan media pembelajaran yang kurang memadai. Selanjutnya untuk prosentase angka putus sekolah menunjukan perkembangan yang cukup signifikan dimana angka mengulang pada tahun 2011 sebesar 0,57 persen sedangkan pada tahun 2012 menurun menjadi hanya sebesar 0,53 persen. Berkurangnya angka putus sekolah ini antara RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 41

75 lain disebabkan status sosial ekonomi masyarakat Sumedang yang terus meningkat. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) dari setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Sumedang tahun dapat diamati pada tabel 2.32 dibawah ini. Tabel 2.32 Angka Partisipasi Kasar dan Angkat Partisipasi Murni SD/MI/Paket A, SMP/MTs, SMA/SMK/MA di Kabupaten Sumedang Tahun No. Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Kesehatan 109,53 110,90 111,02 114,05 96,87 96,90 98,34 99,84 96,30 96,40 98,58 101,02 80,82 81,96 88,56 97,87 55,29 68,22 68,43 78,90 41,38 67,47 67,54 70,69 Pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian bayi dan kematian ibu. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Sumedang mengalami kenaikan dari 297 bayi per kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 282 bayi per kelahiran hidup pada tahun 2012 sedangkan kematian ibu mengalami penurunan dari 15 orang per kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 14 per kelahiran hidup pada tahun Gambaran tentang kondisi status gizi balita di Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan persentase gizi buruk dari 0,72 persen pada tahun 2011 menjadi 0,69 persen pada tahun Capaian sasaran cakupan imunisasi, perkembangan kegiatan imunisasi untuk mencapai UCI (Universal Children Imunization) desa di Kabupaten Sumedang selama kurun waktu dua tahun terlihat bahwa kegiatan imunisasi untuk setiap jenisnya menunjukkan adanya peningkatan. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 42

76 Kenaikan cakupan imunisasi tersebut juga berpengaruh terhadap kenaikan cakupan UCI Desa sehingga diharapkan target UCI Desa sesuai SPM 100 persen dapat tercapai. Cakupan UCI Desa pada tahun 2011 sudah mencapai 88,50 persen, dan pada tahun 2012 sebesar 97,50 persen. Upaya meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat telah dikembangkan penciptaan dan pengelolaan sanitasi yang bersih dan sehat dengan metode Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang meliputi 5 (lima) pilar yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), cuci tangan pakai sabun, pengembangan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Hasil dari pelaksanaan STBM yang dicapai hingga tahun 2012, antara lain sebanyak 114 desa dan 4 kecamatan telah dinyatakan stop BABS, dan telah dikembangkan 4 (empat) pilar STBM lainnya melalui keterpaduan SKPD-SKPD terkait, Pokja AMPL dan unsur masyarakat lainnya. Pencapaian program kesehatan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Unit Swadana Daerah Kabupaten Sumedang, merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh melalui upaya penyembuhan (kuratif) dan rehabilitasi (pemulihan) di samping upaya promotif dan preventif (pencegahan penyakit). Pelayanan prima yang merupakan prioritas peningkatan mutu pelayanan yang dilaksanakan RSU untuk mencapai sasarannya dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas dan profesionalisme SDM. Upaya lain adalah meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan fasilitas dan instalasi, mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat khususnya dalam mobilisasi dana untuk alternatif pembayaran serta meningkatkan dan menyempurnakan manajemen dalam rangka otonomi pengelolaan rumah sakit. Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kesehatan lainnya di Kabupaten Sumedang selama periode tahun dapat dilihat pada tabel 2.33 berikut ini: No. 1 Tabel 2.33 Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Kesehatan Tahun Tahun Indikator Rasio Puskesmas per satuan penduduk 1: : : : RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 43

77 No. Indikator Tahun Rasio Tenaga Medis 1: : : : Rasio Tenaga Keperawatan Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 1: : : : ,51 89,88 122,25 70,75 105,92 82,92 89,83 6 Cakupan UCI 88,45 88,3 88,5 97, Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang ,00 94,24 85,16 90,42 Berdasarkan tabel 2.33 diatas, ada beberapa indikator perlu ditingkatkan antara lain rasio puskesmas per satuan penduduk yang masih kurang optimal sehingga perlu ada penambahan puskesmas di beberapa wilayah. Kondisi ideal satu puskesmas melayani penduduk. Pada tahun 2012 rasio puskesmas per satuan penduduk baru mencapai 1: Indikator lain yang masih perlu ditingkatkan adalah cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. Pada tahun 2011 cakupan pelayanan mencapai angka 86,42 persen dan pada tahun 2012 menurun menjadi 81,24 persen Lingkungan Hidup Pemerintah daerah terus melakukan berbagai upaya dalam penanganan lahan kritis serta pencemaran lingkungan sebagai dampak berkembangnya sektor industri. Kondisi Eksisting lahan kritis di luar kawasan hutan di Kabupaten Sumedang awal tahun 2009 yang perlu ditangani seluas ,50 Ha. Penanganan lahan kritis selama tahun dilakukan melalui program DAK Sektor Kehutanan, kegiatan Gerakan Rehabilitasi Lahan RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 44

78 Kritis (GRLK), kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) DAS Prioritas Pola Agroforestry, kegiatan RHL (APBN) dan melalui kegiatan Kebun Bibit Rakyat. Sisa lahan kritis yang belum tertangani sampai dengan tahun 2012 seluas 2.327,05 Ha. Uraian Luas Lahan Kritis (Ha) Tabel 2.34 Perkembangan Penanganan Lahan Kritis di Kabupaten Sumedang Tahun Kondisi Awal Penanganan Lahan Kritis Kondisi Akhir ,50 162, ,05 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Sumedang Lahan kritis memiliki sifat yang dinamis, di satu sisi dilakukan penanganan namun di sisi lain akibat aktifitas pertanian yang melebihi daya dukung lahannya lahan kritis tersebut bertambah pula. dan kurang memperhatikan kaidah konservasi tanah, Dalam penanganan dan pengendalian erosi pada tahun 2012 sudah dilaksanakan dengan membangun bangunan sipil teknis pengendali erosi dan aliran permukaan berupa DAM Penahan Erosi sebanyak 25 unit, Gully Plug sebanyak 89 unit dan Sumur Resapan sebanyak 129 unit. Kemudian upaya reklamasi galian C, peran dan tanggungjawab para pengusaha senantiasa terus ditingkatkan sehingga diharapkan luasan lahan bekas galian C yang direklamasi oleh para pengusaha lebih meningkat lagi. Upaya tersebut bukan hanya langsung melalui bimbingan pengawasan dan pengendalian dari pihak dinas, namun dicoba pula dengan memfasilitasi kelompok lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sekitar galian yang mempunyai perhatian besar terhadap lingkungan untuk berperan serta mendorong kesadaran para pengusaha sehingga mereka merasa berkewajiban untuk melakukan reklamasi. Dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan diperlukannya penetapan kawasan yang berfungsi melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa yang berupa kawasan lindung. Kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Sumedang adalah berupa kawasan lindung hutan dan kawasan lindung non hutan. Kawasan lindung hutan terdiri atas hutan lindung dengan luas kurang lebih ha, cagar alam berupa Cagar RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 45

79 Alam Gunung Jagat dengan luas kurang lebih 127 ha, taman wisata alam berupa Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tampomas dengan luas kurang lebih ha, taman hutan raya berupa Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Palasari dengan luas 34,8875 ha dan taman buru berupa Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi dengan luas kurang lebih ha. Adapun kawasan lindung non hutan adalah terdiri dari kawasan gerakan tanah yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan luas kurang lebih ha, kawasan resapan air dengan luas kurang lebih Ha, sempadan sungai tersebar diseluruh wilayah kabupaten dengan luas kurang lebih Ha, dan perlu dialokasikan juga sempadan waduk untuk waduk Jatigede dan waduk Sadawarna Pariwisata Salah satu tujuan mendasar yang ingin dicapai negara berkembang seperti Indonesia saat ini adalah tercapainya suatu pertumbuhan ekonomi yang kuat dan mantap di semua sektor. Usaha kepariwisataan merupakan salah satu sektor pembangunan yang secara terus menerus diupayakan pengembangannya agar dapat didayagunakan sebagai salah satu andalan kegiatan perekonomian nasional dan daerah. Penerimaan devisa dan pendapatan daerah dari sektor pariwisata masih belum memenuhi jumlah yang diharapkan sehingga peran serta pemerintah, dunia usaha dan masyarakat masih terus dituntut peran aktifnya. Berkembangnya kegiatan pariwisata di suatu daerah akan memberikan pengaruh dan mendorong pembangunan sektor-sektor lain khususnya dalam hal memperluas lapangan pekerjaan dan peluang untuk berusaha. Sehubungan dengan pembangunan dan pengembangan pariwisata maka diperlukan perencanaan secara komprehensif dan terpadu dalam satu sistem Masterplan Pariwisata sehingga pemerintah mempunyai acuan dalam pembangunan sektor pariwisata maupun program investasi dimasa depan. Adapun beberapa obyek dan daya tarik wisata yang ada dan sudah dikenal di Kabupaten Sumedang, yaitu : 1. Alun-alun Kabupaten Sumedang; 2. Wisata Alam Cipanas Sekarwangi; 3. Wisata Alam Cipanas Cileungsing; 4. Wisata Alam Cadas Pangeran; 5. Wisata Alam Curug Sindulang; RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 46

80 6. Lapangan Golf Giri Gahana; 7. Tahura Palasari Kunci; 8. Bumi Perkemahan Kiara Payung; 9. Wisata Alam Cipanteneun; 10. Kawasan Wisata Kampung Toga Jaringan Prasarana Jalan Panjang jalan di Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 sepanjang 1.901,240 Km yang terdiri atas jalan negara 80,435 Km, jalan provinsi 115,638 Km, jalan kabupaten 796,056 Km, jalan desa sepanjang 909,111 Km. Kualitas Infrastruktur jalan menjadi perhatian utama dalam pembangunan, oleh sebab itu ke depan perlu dilakukan perubahan status jalan terutama status jalan Kabupaten menjadi Jalan Provinsi agar pembiayaan untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan bisa lebih maksimal. Tabel 2.35 Panjang Jalan di Kabupaten Sumedang (Km) Tahun No Status Nasional Provinsi Kabupaten Desa ** Jumlah 1.898, , ,438 1, Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang Keterangan : **) Angka Sementara Tabel 2.36 Kondisi Ruas Jalan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 No. Kondisi Panjang Jalan (Km) Persen 1 Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah 796, Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang Kondisi ruas jalan Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 hanya 25,61 persen berada pada kondisi baik sedangkan sekitar 35,32 persen RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 47

81 dalam kondisi rusak, baik rusak berat maupun rusak ringan. Tingginya kerusakan jalan ini diakibatkan kurangnya pemeliharaan jalan. Selain itu juga pembangunan jalan tidak diikuti dengan pembangunan drainase yang memadai Pemberdayaan Masyarakat Desa Pemberdayaan masyarakat di wilayah pedesaan menjadi hal yang mutlak harus dilakukan karena dengan pemberdayaan masyarakat di wilayah maka ketergantungan masyarakat akan semakin berkurang sekaligus akan langsung memberikan dampak signifikan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sumedang karena 80,00 persen masyarakat di Kabupaten Sumedang berada di wilayah pedesaan. Program-program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Kabupaten Sumedang adalah Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Desa, Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan, Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa, Desa Mandiri dalam Perwujudan Desa Peradaban, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Pasca Krisis, Generasi Sehat dan Cerdas, P2SPP/ Sauyunan Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Penyelenggaraan pemerintahan di daerah secara faktual dihadapkan pada problematika dan tantangan yang mendasar baik di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya maupun kerukunan umat beragama serta gangguan ketentraman dan ketertiban. Berdasarkan kondisi umum tersebut dapat melumpuhkan keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya perencanaan program dan kegiatan yang terpadu dalam suatu kebijakan pemerintahan secara terus-menerus dan berkesinambungan yaitu dengan mewujudkan prinsip-prinsip good governance baik secara rutin, berkala maupun berjenjang dan pertangungjawaban kinerja yang berakumulasi serta perencanaan yang jelas, terarah, efektif disertai dengan pengendalian yang teruji dan terukur sehingga program-program pembangunan di Kabupaten Sumedang dapat dicapai secara optimal. Berkaitan dengan pembangunan keamanan dan ketertiban dapat dikemukakan bahwa kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 48

82 merupakan prasyarat utama untuk mendukung keberhasilan berbagai agenda penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Sumedang relatif kondusif sehingga memberikan dukungan konstruktif bagi stabilitas daerah. Kondisi tersebut terwujud antara lain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap peran dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Kesadaran tersebut didorong oleh kebutuhan rasa aman dan nyaman serta oleh meningkatnya kualitas kesadaran politik rakyat yang lebih matang. Operasionalisasi kegiatan di bidang keamanan dan ketertiban, serta perlindungan masyarakat sebagai komponen dasar dalam sistem pertahanan dan keamanan nasional Pemuda dan Olahraga Dalam bidang olahraga, prestasi para atlet dari Kabupaten Sumedang cukup membanggakan dari mulai tingkat provinsi, nasional, Asia Tenggara, bahkan Internasional. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik itu pemerintah, masyarakat khususnya masyarakat olah raga di Kabupaten Sumedang. Dukungan dari masyarakat selama ini tidak terlepas dari meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap dunia olahraga sebagai sarana kesehatan, rekreasi, dan prestasi. Dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat ini diharapkan ke depan dapat menunjang peningkatan kapasitas SDM generasi muda dalam berbagai aspek kehidupan Tempat Ibadah Kehidupan beragama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Kehidupan beragama akan semakin baik bila ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana keagamaan yang baik pula. Pada tahun 2012 jumlah sarana peribadatan secara keseluruhan di Kabupaten Sumedang tercatat sebanyak buah. Jumlah sarana ibadah Agama Islam yang terdiri dari mesjid, langgar dan mushola berjumlah buah sedangkan untuk sarana ibadah agama lainnya terdiri dari 9 buah Gereja, 2 Kuil/Pura dan 2 buah Vihara. Sarana peribadatan mesjid, langgar dan mushola tersebar hampir merata di seluruh kecamatan kecuali untuk Gereja hanya ada di kecamatan Sumedang Selatan dan Jatinangor, Vihara di Kecamatan Jatinangor dan Kuil/Pura berada di Kecamatan Cimanggung RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 49

83 dan Jatinangor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.8 Jumlah Sarana Ibadah di Kabupaten Sumedang Tahun Mesjid Langgar Mushola Gereja Pura Vihara Sumber : Kemenag Kabupaten Sumedang 2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Kemampuan ekonomi daerah ditunjukkan oleh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam bentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Sumedang berdasarkan harga berlaku tahun 2012 mencapai Rp ,72 milyar atau meningkat 10,29 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp ,78 milyar. Kemampuan ekonomi daerah juga dapat ditunjukkan oleh pendapatan per kapita Kabupaten Sumedang yang berada diatas rata-rata pendapatan per kapita Jawa Barat selain Kabupaten Bandung dan Indramayu, sedangkan tiga kabupaten lainnya yaitu Majalengka, Subang, dan Garut memiliki pendapatan per kapita di bawah rata-rata. Dari keenam Kabupaten tersebut, Kabupaten Bandung menempati urutan pertama sebagai kabupaten yang memiliki pendapatan per kapita terbesar bila dibandingkan dengan lima kabupaten lainnya. Hal ini sangat didukung oleh luas wilayah yang dimiliki juga potensinya yang cukup banyak untuk mendukung perolehan nilai tambah. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun Hal II - 50

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Amandemen ke-empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 7 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN SALINAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH, RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SERTA MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 SERI E.7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2009-2014

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 806 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SERANG TAHUN 2010-2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014 BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat RPJMD sebagaimana amanat Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 SERI E.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, SALINAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci