1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY"

Transkripsi

1 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpengahasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumberdaya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengembangan wilayah baik diperkotaan maupun diperdesaan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, Kabupaten/ Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/ Cipta Karya melaui penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program I - 1

2 infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/ Kota dapat menggerakkan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (Livable). RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai dengan skenario pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun. Berkenaan dengann hal tersebut, maka diperlukan kegiatan RPIJM, yang diharapkan mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/ kota secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual setiap kabupaten/ kota. Dengan demikian, RPIJM diharapkan dapat mengakomodasi dan merumuskan kebutuhan pembangunan, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai. Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan tujuan untuk merujuk sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan yang berbeda. RPIJM Bidang Infrastruktur meliputi berbagai sektor, yaitu : 1. Sektor Pengembangan Permukiman (Bangkim); 2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL); 3. Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) : a. Bidang Drainase b. Bidang Persampahan c. Bidang Air Limbah 4. Sektor Pengembangan Air Minum (AM). 5. Sektor Pengembangan Air Bersih. II - 2

3 6. Sektor Pembangunan Jalan : a. Pembangunann Jalan Lingkungan b. Pembangunann Jalan Poros Desa c. Pembangunann Jalan Utama Kota d. Pembangunann Jembatan 7. Sektor Pengembangan Irigasi Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur. Sebagai dokumen teknis, RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated Feasibility Study yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah. Dengan demikian RPIJM Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi merupakan kebutuhan nyata untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan dihadapii oleh seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Banyuwangi khususnya dalam bidang infrastruktur. Hal ini terkait pula dengan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang tepat, jelas, dan legitimate yang diperlukan sebagai prasyarat terselenggaranya good governance. Dengan arah kebijakan demikian itu maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab Pengertian dan Kedudukan RPIJM a. Pengertian Rencana Progran Investasi (Infrastruktur) Jangka Menengah Bidang Permukiman atau disingkat sebagai RPIJM Bidang Permukiman merupakan dokumen rencana kerjasama pembangunan infrastruktur (Infrastruktur Development Plan: IDP) di Kabupaten/ Kota yang bersifat lintas sektoral. RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD sebagai dokumen politik sebagaimana Repelita pada masa yang lalu, akan tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang Permukiman. Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara professional (oleh ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, professional dan lain-lain.pada tahap II - 3

4 penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/ Kota dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/ kelayakan program investasi. Dengan demikian RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan consolidated FS yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah. b. Kedudukan Kedudukan RPIJM Bidang Permukiman yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan) di masing- RPIJM masing daerah baik pada skala Propinsi maupun Kabupaten/Kota. pada hakekatnyaa merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Nasional, Propinsi, Kabupaten/ Kota sedangkan kebijakan sektoral/ program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD Kabupaten Banyuwangi atau lanjutannya serta Masterplan sector yang ada. Bilamana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektoral yang ada. Selanjutnya dapat dilihat pada Skema : 01, berikut ini. II - 4

5 Skema : 01 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional Kebijakan Spasial Kebijakan Sektoral/ Program N a s i o n a l R T R W N R P J M N P r o v i n s i R T R W RPJM Propinsi Kabupaten/ Kota RTRW RPJM Kabupaten/ Masterplan Rencana Induk Sistem (RIS) Strategi Pembangunan Kota/Kabupaten Strategi Pembangunan per Kawasan Strategi Pembangunan Sektoral RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) Sumber : Buku Panduan Penjelasan Umum Nomer 1. Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Cipta Karya. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum 1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran. Maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur mempunyai maksud untuk merencanakan usulan program pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi secara terpadu, efektif, dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Penjabaran dari maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Sebagai upaya untuk mensukseskan pembangunan infrastruktur secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Selain itu tersusunnya RPIJM pada akhirnya dapat menjadi dokumen Program/ Anggaran Kerja antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota yang kelayakannya dapat dipertanggungjawabkan. 2. Mewujudkan kemandirian Kabupaten/ Kota dalam penyelenggaraan pembangunan yang layak huni, berkeadilan, berbudaya, produktif dan II - 5

6 berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional. 3. Sebagai upaya untuk membantu tugas tugas Badan/ Dinas/ Kantor/ Bagian terkait dalam mewujudkan pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai dokumen teknis, RPIJMD Bidang Infrastruktur perlu dikerjakan secara profesional, namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak stakeholder, baik pada tahap penyusunann rencana maupun pembangunan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Tujuan penyusunann RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Sedangkan tujuan dari Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur adalah tersusunnya Dokumen RPIJM Bidang Infrastrukturr sesuai dengan kebutuhan nyata daerah dan rencana pengembangan wilayah. Penjabaran dari tujuan maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan perencanaan pembangunan khususnya dalam penyusunan rencana investasi diperlukan adanya panduan penyusunann yang diwujudkan dalam bahan RPIJM yang nantinya mampu secara optimal meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembangunan di Bidang Infrastruktur 2. Mensukseskan pembangunan infrastruktur Bidang Infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi Tahun secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. 3. Mewujudkan kemandirian dalam penyelenggaraan pembangunan yang layak, berkeadilan, berbudaya, produktif dan berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih besar, baik yang selaras dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyuwangi pada khususnya dan peningkatan pembangunan Nasional pada umumnya. 4. Menjadi suatu dokumen yang bersifat sektoral dan terpadu serta merupakan dokumen yang disusun yang bersifat Consolidated Feasibility Study yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap pelaksanaan pembangunan khususnya Bidang Infrastruktur. II - 6

7 Sasaran penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Sasaran yang diharapkan dari Kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi adalah : Tersusunnya Dokumen RPIJM Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana pengembangan wilayah yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi. Tersusunnya rencana investasi di Kabupaten Banyuwangi yang dapat didanai dari APBD Kabupaten Banyuwangi, dana-dana hibah APBN, APBD Propinsi, dan dana hibah pinjaman luar negeri maupun dana swasta. Selain itu sasaran yang hendak dicapai dalam penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan program pembangunan yang menunjang kemandirian kota, layak untuk dihuni dan mampu mendanai kotanya sendiri. 2. Menyusun program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berkelanjutan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahtera-an masyarakat dengan menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai. 3. Menterjemahkan dan operasionalisasi dari dokumen legal seperti : Propeda, Renstrada dan Renstra Dinas-dinas dalam kerangka tata ruang yang berlaku. 4. Menyusun program invetasi infrastruktur kota yang akan didanai dengan skema pendanaan melalui pinjaman, hibah/ grant dan dana pendamping (equity) Ruang Lingkup 1. Mengupdate, menginventarisasi, dan mengidentifikasi data-data di wilayah Kabupaten Banyuwangi. dan program Bidang Infrastruktur 2. Mengkaji dan menganalisis lokasi ditinjau dari segi sosial ekonomi dan teknis. 3. Menentukan perencanaan yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Agar dokumen Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur yang dihasilkan bermutu, maka dalam proses penyusunannya pihak II - 7

8 penyedia jasa konsultansi harus melakukan diskusi dan BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi. asistensi kepada Selain ruang lingkup di atas, penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisa kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang Infrastruktur. Adapun cakupan RPIJM Bidang Infrastruktur, yaitu : 1. Memberikan arahan proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Permukiman terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangun- dalam RPJMN an lima tahun Bidang Permukiman sebagaimana dimaksud dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang. 2. Pembangunan daerah Bidang Infrastruktur terutama di kota-kota yang menjadi prioritas dalam rangka pemertaan pembangunann dan peningkatan pertumbuhan daerah. 3. Sistematika RPIJM mencakup : Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan Kerangka logis (Logical Framework) penyusunan RPIJM Bidan Infrastruktur dan sasaran/ keluaran yang perlu dicapai. Rencana pembangunan perkotaan, Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum program), Program infestasi infrastruktur Bidang Permukiman dalam penyediaan perumahan dan pemukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta pengendalian banjir, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan, Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah, II - 8

9 Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah, Lampiran penunjang. Cakupan komponenn program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPJMN juga harus ditinjau secara kontekstual sesuai dengan tantangan pembangunan masing- program untuk masing Kabupaten/ Kota. Dalam hal ini cakupan komponen Kabupaten/ Kota yang satu dengan yang lainnya dapat saja berbeda sesuai dengan kebutuhan Landasan Hukum Landasan hukum dalam Penyusunan RPIJM antara lain sebagai berikut : 1. Undang-Undangg No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; 2. Undang-undangg No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 3. Undang-Undangg Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-Undangg Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undangg No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 6. Undang-Undangg No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 7. Undang-Undangg No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perecanaan Pembangunan Nasional (SPPN). 8. Undang-Undangg No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan 9. Undang-Undangg No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 10. Undang-Undangg No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 11. Undang-Undangg No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; Landasan Operasional berupa kebijakan strategi, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom 2. Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ; 3. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 51 tahun 2005 tentang RENSTRA Departemen Pekerjaan Umum II - 9

10 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP) Sistem Penyediaan Air Minum; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan; 8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 50 tahun 2005 tentang Petunjuk Penyusunan RPJP dan RPJM Daerah. 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur Tahun Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No...Tahun...tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah 11. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No.10 Tahun 2011 tentang Visi Dan Misi Kabupaten Banyuwangi Tahun II - 10

11 2.1. Profil Geografi Posisi Geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Selat Bali, dengan luas wilayah km 2. Sebagian besar wilayah daratannya berupa hutan seluas 223,149 ha atau 38,59%. Lahan persawahan sekitar ha atau 11,58%, perkebunan seluas ha atau 7,84%, permukiman seluas 125,241 ha atau 21,66%, dan sisanya dimanfaatkan untuk jalan, ladang dll. Selain itu, Wilayah Kabupaten Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 175,8 km, dan 10 pulau. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan, yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah utara Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Samudera Indonesia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara : Lintang Selatan dan Bujur Timur. Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding II - 11

12 dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkatt kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara terdapat banyak sungai yang selalu mengalir dalam sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas, juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian yang paling Timur dari Wilayah Propinsi Jawa Timur, terletak diantara koordinat 7 43' Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam 24 wilayah kecamatan, dengan luas wialayah 5482,55 Km 2. Batas-batas wilayah Kabupaten Banyuwangi : Sebelah Utara Sebelah Timur : : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso Selat Bali Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel : dan Peta : II.01, berikut ini. Tabel : 2.01 Luas Masing-Masing Wilayah Kecamatan Kabupaten Banyuwangi - Tahun 2010 No. Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) 1. Pesanggaran 802,50 2. Siliragung 95,15 3. Bangorejo 137,43 4. Purwoharjo 200,30 5. Tegaldlimo 1.341,12 6. M u n c a r 146,07 7. C l u r i n g 97,44 8. Gambiran 66,77 9. Tegalsari 65, Glenmore 421, Kalibari 406, G e n t e n g 82, S r o n o 100, Rogojampi 102, K a b a t 107, Singojuruh 59, S e m p u 174, S o n g g o n 301, G l a g a h 76, L i c i n 169, Banyuwangi 30, G i r i 21, Kalipuro 310, Wongsorejo 464,80 Jumlah 5.782,50 Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun II - 12

13 Tabel : 2.02 Jarak (Km) Terdekat Antar Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Banyuwangi No. Kecamatan Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo M u n c a r C l u r i n g Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibari G e n t e n g S r o n o Rogojampi K a b a t Singojuruh S e m p u S o n g g o n G l a g a h L i c i n Banyuwangi G i r i Kalipuro Wongsorejo 1. Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo M u n c a r C l u r i n g Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibari G e n t e n g S r o n o Rogojampi K a b a t Singojuruh S e m p u S o n g g o n G l a g a h L i c i n Banyuwangi G i r i Kalipuro Wongsorejo Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun II - 13

14 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG INFRASTRUKTUR II - 14

15 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG INFRASTRUKTUR Kondisi Topografis A. Topografi Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian meter di atas permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas : 1. Ketinggian meter di atas permukaan laut hampir terdapat pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi 2. Glagah, Songgon, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Sempu dan wilayah Kecamatan Singojuruh. 3. Ketinggian meter di atas permukaan laut hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali Kecamatan Banyuwangi dan wilayah Kecamatan Kecama Muncar. 4. Ketinggian meter diatas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Sempu dan Kecamatan Pesanggaran. 5. Ketinggian meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan matan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru dan Kecamatan Glenmore. 6. Ketinggian lebih dari meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru dan Kecamatan Glenmore. 7. Ketinggian lebih h dari meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Kalipuro, Songgon dan Wilayah Kecamatan Glenmore.Daerah wilayah Kecamatan pantai meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharj Purwoharjo dan wilayah Kecamatan Pesanggaran. B. Kelerengan Lahan/ Slope. Tingkat Lereng/ kemiringan tanah di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Lereng dengan kemiringan 0-2 % seluas 204,99 Ha atau 35,45 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. 2. Paling luas terdapat di wilayah Kecamatan Bangorejo, dan yang tidak mempunyai kemiringan lereng 0-2 % adalah wilayah Kecamatan Glagah dan Songgon. II - 15

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013 EXECUTIVE SUMMARY Memorandum Program Sanitasi Tahunan ( Tahunan) adalah merupakan komitmen jangka pendek/tahunan yang mengacu kepada Memorandum Program Sanitasi () jangka menengah/5 tahunan yang sudah

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2013-2017 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan layanan sanitasi sebuah wilayah perlu didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi Jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN MUSRENBANGCAM 2016 JUM AT, 12 PEBRUARI 2016 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Drs. H. Agus Siswanto,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Organisasi Perangkat Daerah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah merupakan Dinas unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA PROPINSI JAMBI KABUPATEN BUNGO KOTA MUARA BUNGO Nomor :. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. CIPTA KARYA KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. CIPTA KARYA KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. CIPTA KARYA KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DINAS PU. CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peraturan Menteri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGANTAR Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengembangan sanitasi yang dituangkan di dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan suatu dokumen perencanaan jangka menengah (5 Tahun)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bappeda Kota Surakarta sebagai bagian integral dari pemerintah Kota Surakarta mempunyai tugas pokok pada perencanaan pembangunan daerah yang dapat dijadikan acuan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB I PENDAHULUAN I - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan;

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; BAB 1 PENDAHULUAN pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; belum terdapatnya strategi khusus infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci