KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN"

Transkripsi

1 KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN (Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi) Oleh NIZAR BURHANNUDDIEN I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN (Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi) Oleh NIZAR BURHANNUDDIEN I SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 ABSTRACT NIZAR BURHANNUDDIEN. TRAINING NEED ANALYSIS. Case Study of F Training Center s Apprenticeship Participants, Bekasi. (Supervised by DWI SADONO) Cultural shift in agriculture to industrialization encouraged the migration of villagers to the cities. Bekasi district which in 2012 had the highest minimum wage in Indonesia (up to Rp 1.7 million average) to be one choice of destinations. To assist in the absorption and increase the competence of trained manpower, F Training Center and PT X colaborate to conduct an apprenticeship program. The program needs an assessment what competencies had to increased. The first purpose of this research was evaluating the condition of human resources of the company s apprentice based on the number of Personal Quality of Work and the quality that wants by the company. The second was identifying the training needs of the apprentice that work in line based on the gap of them. The method was using TNA T (Training Need Assesment Tools) that compared the Personal Quality of Work and the quality that company wants. The competencies that measured was 1) The Motivation Rate, 2) The Level of Discipline, 3) Team Work, 4) How to Communicate and Make a Coordination, 5) Work Quality 6) Knowledge About The Job. The results showed that the apprentice have a number of needs in training to increase the level of competencies. Keywords: Training, Human Resources, TNA-T.

4 RINGKASAN NIZAR BURHANNUDDIEN. KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN, Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi. (Di bawah bimbingan DWI SADONO) Bergesernya budaya pertanian ke arah industrialisasi mendorong berpindahnya masyarakat desa ke kota. Kabupaten Bekasi yang pada tahun 2012 memiliki UMR tertinggi se-indonesia (mencapai rataan Rp ) merupakan salah satu daerah industri menjadi salah satu pilihan daerah tujuan. Untuk membantu penyerapan dan peningkatan kompetensi tenaga kerja yang terlatih, Lembaga Pelatihan Kerja F mengadakan program pemagangan dengan PT X. Program pemagangan yang dimaksud adalah yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri pasal 1 ayat 1. Peserta program pemagangan adalah lulusan SMA sederajat yang sudah mengikuti proses seleksi dan pelatihan Pra OJT di LPK F. Tujuan utama dari program pemagangan ini ialah untuk mempersiapkan tenaga kerja terlatih yang akan memasuki dunia kerja secara nyata. Pemagang akan ditempatkan ke perusahaan-perusahaan rekanan LPK F yang menjadi tempat belajar pemagang, sekaligus pengguna tenaga kerja pemagang. Untuk menunjang program pemagangan yang juga disebut sebagai OJT (On Job Training), dilaksanakan training penunjang OJT yang diampu oleh LPK F. Sebelum menjalankan training yang dimaksud, perlu diketahui kebutuhan training dengan tujuan agar pelatihan yang akan diberikan nantinya lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini ialah: pertama, mengevaluasi kondisi sumberdaya manusia perusahaan khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi, dilihat dari Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP). Kedua, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan analisis KKJ dan KKP. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode TNA T. Pada metode ini dilakukan pembandingan antara Kualitas Kerja Pribadi (KKP) Pemagang dan Kualitas Kerja Jabatan (KKJ) yang diinginkan perusahaan. Bidang kemampuan yang diukur dalam penelitian ini ialah

5 v 1) Tingkat Motivasi, 2) Tingkat Kedisiplinan, 3) Team Work, 4) Tingkat Komunikasi dan Koordinasi, 5) Tingkat Kualitas Kerja, 6) Pengetahuan Seputar Pekerjaan. Hasil analisis kebutuhan pelatihan yang diperoleh pada penelitian terhadap pemagang yang bertugas di Bagian Produksi Shield, diketahui bahwa terdapat satu dari enam bidang kemampuan yang diukur berada pada daerah C (daerah pelatihan cukup), yaitu bidang kemampuan Tingkat Kedisiplinan. Sementara itu lima bidang lainnya berada pada daerah B (daerah butuh pelatihan), yaitu Tingkat Motivasi, Team Work, Tingkat Komunikasi dan Koordinasi, Tingkat Kualitas Kerja dan Pengetahuan Seputar Pekerjaan. Pada pemagang yang bekerja pada Bagian Seretsuky, bidang kemampuan Tingkat Kedisiplinan, Tingkat Kualitas Kerja dan Pengetahuan Seputar Pekerjaan berada pada daerah butuh pelatihan (daerah B). Bidang kemampuan Team Work berada pada daerah cukup pelatihan (daerah C). Sedangkan dua kemampuan lainnya, yaitu Tingkat Motivasi dan Tingkat Komunikasi dan Koordinasi berada pada daerah D, yaitu daerah yang memungkinkan untuk adanya pengembangan karir. Pada pemagang yang bekerja pada Bagian Barel, diketahui bahwa bidang kemampuan Tingkat Motivasi dan Tingkat Komunikasi dan Koordinasi berada pada daerah butuh pelatihan (daerah B), sedangkan empat bidang kemampuan lainnya berada pada daerah cukup pelatihan. Pada bagian Visual Check juga terdapat dua dari enam bidang kemampuan yang berada pada daerah butuh pelatihan (daerah B), yaitu bidang kemampuan Tingkat Motivasi dan Tingkat Kedisiplinan. Empat bidang lainnya berada pada daerah C (daerah cukup pelatihan). Sementara itu, pada Bagian Barel, terdapat satu bidang kemampuan yang berada pada daerah kebutuhan pelatihan kritis (daerah A), yaitu bidang Team Work. Satu bidang kemampuan, yaitu Tingkat Kualitas Kerja berada pada daerah cukup pelatihan (daerah C), sedangkan keempat bidang kemampuan lainnya berada pada daerah B (daerah butuh pelatihan). Berdasarkan nilai kesenjangan antara KKJ dan KKP didapatkan prioritas pelaksanaan pelatihan untuk tiap-tiap bagian. Secara berturut-turut prioritas kebutuhan pelatihan bagi bagian Produksi Shield adalah pada bidang bahasan: 1)

6 vi Tingkat Komunikasi dan Koordinasi, 2) Pengetahuan Seputar Pekerjaan, 3) Tingkat Motivasi, 4) Tingkat Kualitas Kerja, 5) Team Work. Prioritas kebutuhan pe;latihan bagian Seretsuky adalah bidang bahasan: 1) Pengetahuan Seputar Pekerjaan, 2) Tingkat Kedisiplinan, 3) Tingkat Kualitas Kerja. Sementara itu, prioritas kebutuhan pelatihan bagian Barel diawali oleh bidang bahasan Tingkat Komunikasi dan Koordinasi disusul Tingkat Motivasi. Untuk bagian Visual Check secara berurutan adalah Tingkat Motivasi dan Tingkat Kedisiplinan. Sedangkan untuk bagian Produksi Cage dimulai dengan bahasan Team Work dan diikuti oleh Tingkat Kedisplinan, Pengetahuan Seputar Pekerjaan, Tingkat Motivasi, kemudian diakhiri dengan bahasan Tingkat Komunikasi dan Koordinasi.

7 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Judul Skripsi : Kajian Kebutuhan Pelatihan (Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi) Nama Mahasiswa : Nizar Burhannuddien Nomor Mahasiswa : I Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Dwi Sadono, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Tanggal Lulus Ujian : Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP

8 LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KAJIAN KEBUTUHAN PELATIHAN (STUDI KASUS PESERTA MAGANG DI LEMBAGA PELATIHAN KERJA F, BEKASI) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2012 NIZAR BURHANNUDDIEN I

9 RIWAYAT HIDUP Nizar Burhannuddien dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 16 Januari Anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan suami istri Bapak Abdul Khafid dan Ibu Siti Alfiah. Sebagai pelajar, penulis menempuh pendidikan dua tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Tuban, SDN, Kutorejo 1 Tuban selama enam tahun. Kemudian, melanjutkan ke SMPN 5 Tuban dan SMAN 1 Tuban masing-masing selama tiga tahun. Penulis mulai menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Selama di bangku kuliah, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dalam dan luar kampus seperti: Komandan Korps Sukarela PMI Unit 1 IPB tahun 2007, staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia, Forum Syiar Islam Fakultas Ekologi Manusia tahun 2007, Ketua Departemen Kebijakan Publik dan Ekologi, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2008, staf Divisi Humasikom DPP Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) tahun Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan pada tahun , sempat pula menjadi asisten dosen PAI tahun Sebelum menyelesaikan studi, penulis sempat bekerja sebagai trainer di LPK Fuji Bijak Prestasi pada tahun Lembaga ini bekerja dalam bidang peningkatan kompetensi calon pekerja sebelum calon pekerja memasuki dunia kerja secara riil.

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul: Kajian Kebutuhan Pelatihan (Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi). Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi sumberdaya manusia perusahaan, khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi, dilihat dari kemampuan kerja jabatan (KKJ) dan kemampuan kerja pribadi (KKP). Tujuan lainnya ialah untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan analisis KKJ dan KKP. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Juli 2012 Nizar Burhannuddien NIM. I

11 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya, sehingga skripsi dengan judul Kajian Kebutuhan Pelatihan (Studi Kasus Peserta Magang di Lembaga Pelatihan Kerja F, Bekasi berhasil diselesaikan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain: 1. Ir. Dwi Sadono, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membimbing, memberikan kritik dan saran yang membangun serta selalu memotivasi yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 2. Ayahanda Abdul Khafid, SE dan Ibunda Siti Alfiah, B.A. yang selalu mencurahkan kasih sayang, kesabaran, dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis. 3. Adinda Rani Hean Siska, yang senantiasa menemani, mendengarkan keluh kesah, memberi semangat, perhatian, dan kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Ananda Raihan Rizqi Abdillah yang selalu mencairkan suasana dan kepenatan yang muncul dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB. 6. Ibu Keni Anggraini, Managing Director PT X yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penulisan skripsi terkait teknik pengambilan data dan pemilihan responden. 7. Rekan-rekan pemagang di PT X yang telah membantu terkumpulnya data penelitian

12 xii 8. Kakanda M. Rizal Fauqi, Adinda Fikri Amrullah, Adinda Helmi Azhar Farouqi, Adinda M. Syahril Firdaus yang tak hentinya menyemangati dalam hidup. 9. Rekan- rekan seperjuangan di FORSIA dan KSR PMI Unit 1 IPB yang sampai saat ini terus memberi semangat dalam penyelesaian studi. 10. Rekan-rekan sekantor di LPK F, terutama Training Section yang selalu mendorong penulis menyelesaikan studi. 11. Teman-teman KPM 42 yang tetap memberikan dukungan meskipun sudah jarang bertatap muka. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

13 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xiii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Pelatihan Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Manajemen Sumberdaya Manusia Proses Manajemen Sumberdaya Manusia Pelatihan dan Pengembangan Tujuan dan Manfaat Pelatihan dan Pengembangan Langkah-Langkah Pelatihan dan Pengembangan Penentuan Kebutuhan Pelatihan Teknik Penentuan Kebutuhan Pelatihan menggunakan Training Need Assesment-Tools (TNA-T) Metode Pelatihan Penentuan Sasaran Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan dan Pemantauan Pelatihan III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Misi dan Tujuan Organisasi Strategi Organisasi (Perusahaan)... 18

14 xiv Strategi Sumberdaya Manusia/Personalia Perusahaan Program Pemagangan Alur Kerja Penelitian IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Umum Perusahaan Karakteristik Responden PT X Jenis Kelamin Umur Tingkat Pendidikan Masa Kerja Tingkat Pemahaman Tentang Fungsi dan Tujuan Pelatihan Pandangan Diri Pemagang VI. KARAKTERISTIK PELATIHAN DI PT X Jenis pelatihan Proporsi Keikutsertaan Pemagang dalam Pelatihan Penentuan Materi Pelatihan Penentuan Keikutsertaan Pelatihan Evaluasi dan rekaman pelatihan Manfaat Pelatihan VII. ANALISIS PENENTUAN KEBUTUHAN PELATIHAN DENGAN METODE TNA-T Bagian Produksi Shield... 40

15 xv 7.2 Bagian Seretsuky Bagian Barel Bagian Visual Check Bagian Produksi Cage VIII. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan Saran LAMPIRAN... 50

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1. Gambar 2. Halaman Proses Manajemen Sumberdaya Manusia (Stooner dan Freeman, 1994) 6 Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan (Rivai, 2006) 11 Gambar 3. Proses Pelatihan (Mathis dan Jackson dalam Rivai, 2006) 11 Gambar 4. Model Sistem Pelatihan Tenaga Kerja (Simamora, 1995) 16 Gambar 5. Alur Kerja Penelitian 22 Gambar 6. Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (Kombinasi KKJ dan KKP) 27 Gambar 7. Proporsi Jenis Kelamin Responden PT X 30 Gambar 8. Proporsi Kelompok Umur Responden PT X 31 Gambar 9. Proporsi Masa Kerja Responden Selama Bekerja di PT. X 32 Gambar 10. Proporsi Pemahaman mengenai Fungsi dan Tujuan Pelatihan 33 Gambar 11. Proporsi Tingkat Pemahaman Pemagang Terhadap Pekerjaan 34 Gambar 12. Proporsi Pemagang yang Mengalami Kesulitan dalam Pekerjaan 34 Gambar 13. Proporsi Pemagang yang Merasa Membutuhkan Pelatihan 35 Gambar 14. Proporsi Keikutsertaan Pemagang Responden dalam Pelatihan 37 Gambar 15. Proporsi Penentuan Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan 43

17 DAFTAR TABEL Nomor Tabel 1. Tabel 2. Halaman Matriks Ikhtisar Penafsiran Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (Haris dalam Uswandi, 2001). 28 Jumlah Responden Menurut Pendapat Tentang Manfaat Pelatihan 39 Tabel 3. Hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan Bagian Produksi Shield 41 Tabel 4. Prioritas Kebutuhan Pelatihan untuk Pemagang Bagian Produksi Shield 41 Tabel 5. Hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan Bagian Seretsuky 42 Tabel 6. Prioritas Kebutuhan Pelatihan untuk Pemagang Bagian Seretsuky 43 Tabel 7. Hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan Bagian Barel 44 Tabel 8. Prioritas Kebutuhan Pelatihan untuk Pemagang Bagian Barel 44 Tabel 9. Hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan Bagian Visual Check 45 Tabel 10. Prioritas Kebutuhan Pelatihan untuk Pemagang Bagian Visual Check 45 Tabel 11. Hasil analisis kebutuhan pelatihan Bagian Produksi Cage 46 Tabel 12. Prioritas Kebutuhan Pelatihan untuk Pemagang Bagian Produksi Cage hal 46

18 xviii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1. Kuesioner KKJ PT X 51 Lampiran 2. Skala Indikator Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) 52 Lampiran 3. Kuesioner KKP PT X 53 Lampiran 4. Skala Indikator Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) 59 Lampiran 5. Salah Satu QC Flow PT X 60 Lampiran 6. Struktur Organisasi PT X 61

19 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya budaya pertanian ke arah industrialisasi mendorong berpindahnya masyarakat desa ke kota. Kabupaten Bekasi yang pada tahun 2012 memiliki UMR tertinggi se-indonesia (mencapai rataan Rp ) merupakan salah satu daerah industri menjadi salah satu pilihan daerah tujuan. Untuk membantu penyerapan dan peningkatan kompetensi tenaga kerja yang terlatih, suatu perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga pelatihan tenaga kerja F. Menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 9, pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Lembaga Pelatihan Kerja menurut pasal 5 dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.22/MEN/IX/2009 adalah instansi pemerintah, badan hukum, atau perseorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 11 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 22 / MEN / IX / 2009 Tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi spare part automotif. Perusahaan ini pun menyadari bahwa kelangsungan dan perkembangan perusahaan tidak bisa dengan memandang sebelah mata peran sumberdaya manusia yang ada di dalamnya. Karenanya, perusahaan perlu memperhatikan aspek pelatihan dan pengembangan khususnya untuk kalangan operator produksi.

20 2 Operator produksi secara kuantitas memiliki andil yang cukup besar di PT X. Per 17 September 2011, jumlah operator PT X adalah 56 orang dan dari jumlah ini, 25 orang adalah operator pemagang dari Lembaga Pelatihan Kerja F. Untuk menunjang program pemagangan yang juga disebut sebagai OJT (On Job Training), dilaksanakan training penunjang OJT yang diampu oleh LPK F. Sebelum menjalankan training yang dimaksud, perlu diketahui kebutuhan training dengan tujuan agar pelatihan yang akan diberikan nantinya lebih efektif dan efisien. 1.2 Perumusan Masalah Dengan sumberdaya manusia yang baik, sumberdaya yang lain dalam perusahaan akan dapat dimanfaatkan dengan baik pula (Rivai, 2006). Secanggih apapun teknologi yang digunakan, apabila kualitas sumberdaya manusia yang ada tidak memadai, maka teknologi pun tidak bisa efektif digunakan. Begitu pula sebaliknya. Dengan latar belakang inilah kemudian diperlukannya manajemen sumberdaya manusia. Pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah contoh konkret usaha manajemen sumberdaya manusia. Disadari ataupun tidak, penempatan karyawan dalam suatu bidang kerja tidak dapat menjamin bahwa mereka akan otomatis sukses dalam pekerjaannya. Karyawan baru sering tidak tahu pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka. Begitu pula dengan karyawan lama, perkembangan informasi dan teknologi memaksa diri mereka untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan perkembangan yang berlaku. Sebagai perusahaan yang menggunakan program pemagangan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga operator, PT X bekerja sama dengan LPK F sebagai penyedia tenaga operator sekaligus sebagai pelaksana pelatihan peserta magang. Dalam rangka menjamin bahwa kompetensi tenaga operator yang akan dimagangkan sesuai dengan harapan PT X, LPK F telah melaksanakan pelatihan Pra OJT. Untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan informasi, serta menjaga kompetensi peserta magang, diperlukan pelatihan kembali. Dengan pelatihan ini diharapkan kesenjangan antara kemampuan kerja yang diharapkan perusahaan dan kompetensi kerja yang dimiliki peserta magang dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.

21 3 Dapat dipastikan bahwa anggaran yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan pelatihan adalah beban bagi organisasi. Oleh karena itu, agar penganggaran biaya dapat dibenarkan, perlu dipastikan bahwa kegiatan pelatihan dan pengembangan tersebut benar dibutuhkan. Dengan dasar inilah diperlukan sebuah penentuan kebutuhan pelatihan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang diteliti, yaitu: 1. Bagaimana kondisi sumberdaya manusia perusahaan khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi, dilihat dari Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP)? 2. Bagaimana kebutuhan pelatihan bagi peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan analisis KKJ dan KKP? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ditentukan sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kondisi sumberdaya manusia perusahaan khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi, dilihat dari Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) 2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan analisis KKJ dan KKP.

22 4 1.4 Kegunaan Pelatihan Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi bagi perusahaan dan LPK untuk melaksanakan pelatihan dan program pengembangan sumberdaya manusia, khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi PT X. Selain itu, diharapkan pula, penelitian ini menambah bahan kajian untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini ditekankan pada aspek pengembangan sumberdaya manusia yaitu pada program pelatihan sumberdaya manusia PT X, khususnya peserta magang LPK F yang ditempatkan sebagai operator di PT X. Kajian kebutuhan pelatihan dengan metode TNA-T (Training Need Assesment Tool) ini sengaja dilakukan untuk melihat seberapa perlu diadakannya pelatihan bagi karyawan tersebut.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut Hasibuan (1993) yaitu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen merupakan suatu alat dalam pencapaian tujuan karena dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsurunsur manjemen akan dapat ditingkatkan. Handoko (1995) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian semua unsur sumberdaya yang dimiliki suatu organisasi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. 2.2 Manajemen Sumberdaya Manusia Umar (1999) menyatakan, manajemen sumberdaya manusia adalah bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumberdaya manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi manajemen sumberdaya manusia dapat dikategorikan ke dalam tiga fungsi, yakni: 1) Fungsi Manajerial; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. 2) Fungsi Operasional; pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. 3) Fungsi Pencapaian Tujuan Organisasi. Filippo (1996) mendefinisikan manajemen sumberdaya manusia terbagi menjadi fungsi manajemen dan fungsi operasional. Fungsi manajemen mencakup; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarah (directing) dan pengendalian (controlling). Adapun yang menjadi fungsi operasional diantaranya; pengadaan tenaga kerja (procurement), pengembangan (development) kompensasi, integrasi, pemeliharaan (maintenance) dan pemutusan hubungan kerja dengan sumberdaya manusia (separation). Rivai (2006) menyebutkan bahwa manajemen sumberdaya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumberdaya

24 6 manusia. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa manajemen SDM memiliki arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mengelola sumberdaya manusia. 2.3 Proses Manajemen Sumberdaya Manusia Menurut Stooner dan Freeman (1994), tujuh kegiatan dasar manajemen sumberdaya manusia adalah seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Perencanaan Sumberdaya Manusia Rekrutmen Seleksi Pelatihan dan Pengembangan Sosialisasi Penilaian Prestasi Promosi, Demosi, Pemindahan, PHK Gambar 1. Proses Manajemen Sumberdaya Manusia (Stooner dan Freeman, 1994) 1) Perencanaan sumberdaya manusia, dilakukan untuk menjamin bahwa kebutuhan organisasi akan pegawai akan dapat dipenuhi secara tetap dan tepat. 2) Rekruitmen, penarikan calon pegawai. 3) Seleksi, menyangkut pengevaluasian dan pemilihan di antara para calon pegawai. 4) Sosialisasi, dirancang untuk membantu orang-orang terpilih agar dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam organisasi. 5) Pelatihan dan Pengembangan, untuk meningkatkan kemampuan para individu dan kelompok agar dapat memberikan sumbangan kepada efektifitas pegawai. 6) Penilaian prestasi kerja, membandingkan prestasi kerja seorang individu dengan standar atau sasaran yang dikembangkan untuk posisi individu tersebut.

25 7 7) Promosi, pemindahan, demosi, dan pemutusan hubungan kerja, mengalihkan seseorang ke posisi yang lebih tinggi karena berprestasi, atau ke posisi yang kurang penting, dan bahkan memberhentikannya karena kurang berprestasi. 2.4 Pelatihan dan Pengembangan Pengertian dari pelatihan dan pengembangan sering disamakan, padahal berbeda. Rivai (2006) secara singkat mengartikan pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja di masa mendatang. Ada beberapa hal yang penting diketahui untuk memahami konsep pelatihan lebih lanjut, yaitu: Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memperoleh pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan kemampuan, sikap dan pengetahuannya. Pengembangan diartikan sebagai proses bagaimana pegawai mendapatkan pengalaman, keahlian, dan sikap untuk menjadi atau meraih sukses di masa mendatang dalam organisasi. Hasibuan (1993) menyatakan pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan karyawan dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoretis, konseptual dan moral karyawan sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan Tujuan dan Manfaat Pelatihan dan Pengembangan Siagian (2008) menyebutkan bahwa, bagi organisasi terdapat paling sedikit tujuh manfaat yang dapat dipetik melalui penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan, yaitu: 1. Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan antara lain karena tidak terjadinya pemborosan, karena kecermatan melaksanakan tugas, tumbuh suburnya kerja sama antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan

26 8 kegiatan yang berbeda dan bahkan spesialistik, meningkatnya tekad mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh, 2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara lain karena adanya pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara teknikal maupun intelektual, saling menghargai, dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara inovatif, 3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat karena melibatkan pegawai yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatankegiatan operasional dan tidak sekedar diperintahkan oleh para manajer, 4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi, 5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif, 6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya memperlancar proses perumusan kebijaksanaan organisasi dan operasionalisasinya, 7. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan para anggota organisasi. Siagian (2008) selanjutnya menjelaskan bahwa, terdapat sedikitnya sepuluh manfaat bagi para karyawan, yaitu sebagai berikut: 1. Membantu para pegawai membuat keputusan dengan lebih baik, 2. Meningkatkan kemampuan para pekerja menyelesaikan pelbagai masalah yang dihadapinya, 3. Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional, 4. Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya, 5. Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri,

27 9 6. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual, 7. Meningkatnya kepuasan kerja, 8. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang, 9. Makin besarnya tekad pekerja untuk lebih mandiri, 10. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan. Proctor dan Thorton dalam Manulang (1981) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat nyata dari pelatihan yaitu sebagai berikut: (1) Menaikkan rasa puas pegawai, (2) Mengurangi pemborosan, (3) Mengurangi ketidakhadiran dan turn over pegawai, (4) Memperbaiki metode dan sistem bekerja, (5) Meningkatkan tingkat penghasilan, (6) Mengurangi biaya-biaya lembur, (7) Mengurangi biaya-biaya pemeliharaan mesin, (8) Mengurangi kecelakaankecelakaan, (9) Memperbaiki komunikasi, (10) Meningkatkan pengetahuan serbaguna pegawai, (11) Memperbaiki moral pegawai, (12) Menimbulkan kerjasama yang lebih baik. Menurut Simamora (1995) tujuan pelatihan ialah sebagai berikut: (1) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi, (2) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan, (3) Membantu memecahkan permasalahan operasional, (4) Mempersiapkan karyawan untuk promosi, (5) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Manfaat pelatihan menurut Simamora (1995) adalah: (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktifitas, (2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan untuk mencapai standar kerja yang dapat diterima, (3) Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan, (4) Memenuhi persyaratan perencanaan sumberdaya manusia, (5) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja, (6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi.

28 10 Rivai (2006), menyebutkan ada dua belas manfaat pelatihan bagi karyawan, yaitu: 1. Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang lebih efektif; 2. Melalui pelatihan dan pengembangan, variabel pengenalan, pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab, dan kemajuan dapat diinternalisasi dan dilaksanakan; 3. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri; 4. Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi, dan konflik; 5. Memberikan informasi tentang meningkatnya pengetahuan kepemimpinan, ketrampilan komunikasi, dan sikap; 6. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan; 7. Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi sementara meningkatkan keterampilan interaksi; 8. Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatih; 9. Memberikan nasihat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan; 10. Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan; 11. Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara, dan menulis dengan latihan; 12. Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan tugas baru Langkah-Langkah Pelatihan dan Pengembangan Rivai (2006) menjelaskan, agar pelatihan dan pengembangan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang diinginkan, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah seperti yang dijelaskan oleh Gambar 2.

29 11 Materi Program - Keahlian Penilaian Kebutuhan Tujuan Pelatihan & Pengembangan Kriteria Evaluasi Prinsip Pembelajaran Program Aktual - Pengetahuan - Keterampilan Pekerja Evaluasi dan Umpan Balik Gambar 2. Langkah-langkah Pelatihan dan Pengembangan (Rivai, 2006) Selain hal di atas, Mathis dan Jackson dalam Rivai (2006) memberikan langkah lain yang bisa diambil dalam melaksanakan pelatihan dan pengembangan, seperti yang dijelaskan oleh Gambar 3. Assesmen - Analisa kebutuhan pelatihan - Identifikasi kebutuhan dan kriteria pelatihan Disain - Melaksanakan pre-test kepada peserta pelatihan - Menetapkan metode pelatihan - Merencanakan konten pelatihan Evaluasi - Mengukur hasil pelatihan - Membandingkan hasil dengan tujuan/kriteria pelatihan Penyampaian - Membuat skedul pelatihan - Melaksanakan pelatihan - Mengawasi jalannya pelatihan Gambar 3. Proses Pelatihan (Mathis dan Jackson dalam Rivai, 2006) Penentuan Kebutuhan Pelatihan Simamora (1995), menyebutkan bahwa penentuan kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan penilaian/pengamatan kinerja oleh atasan serta menanyakan langsung kepada karyawan yang bersangkutan, dimana mereka merasa/mengalami

30 12 kekurangan. Secara umum analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan mencakup tiga tahap (Notoatmodjo, 1998), yaitu (1) analisis organisasi, (2) analisis pekerjaan, (3) analisis pribadi. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut. 1. Analisis organisasi. Analisis organisasi pada hakekatnya menyangkut pernyataan, dimana atau bagaimana terdapat pegawai yang memerlukan pelatihan. Setelah itu dipertimbangkan biaya, alat, dan perlengkapan yang dipergunakan. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program pelatihan. Sebagai hasil dari analisis iklim organisasi, dapat diketahui kebutuhan pelatihan. Aspek lain dari analisis organisasi adalah menentukan jumlah pegawai yang perlu dilatih untuk tiap klasifikasi pekerjaan. Cara untuk memperoleh informasi ini ialah melalui, angket, wawancara, atau pengamatan. 2. Analisis pekerjaan Analisis pekerjaan antara lain menjawab pertanyaan, apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam pendidikan dan pelatihan, agar para pegawai mampu melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien. Tujuan utama analisis pekerjaan ialah untuk memperoleh informasi mengenai: a. Tugas yang harus dilakukan pegawai, b. Tugas yang telah dilakukan pada saat ini, c. Tugas yang seharusnya dilakukan, tetapi belum atau tidak dilakukan pegawai, d. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Untuk mendapatkan tiap butir informasi, dapat dilakukan tes pegawai, wawancara, rekomendasi, evaluasi rekan sekerja, dan sebagainya. 3. Analisis pribadi Analisis pribadi dilakukan untuk menjawab pernyataan: siapa membutuhkan pendidikan dan pelatihan serta apa macamnya. Untuk ini diperlukan waktu, guna mengadakan diagnosa yang lengkap tentang masing-masing kemampuan pegawai.

31 Teknik Penentuan Kebutuhan Pelatihan menggunakan Training Need Assesment-Tools (TNA-T) Cann dan Tashima dalam Moeljadi (1992) menyatakan salah satu cara untuk menganalisis kebutuhan pelatihan adalah dengan menggunakan metode TNA-T (Training Need Assesment Tool). Analisis kebutuhan ini memerlukan beberapa langkah, yaitu mulai dari pengukuran peringkat kemampuan sasaran yang telah ditentukan, mengolah data, hingga menafsirkan dan menentukan Peringkat Kebutuhan Pelatihan dengan menggunakan instrumen penelaahan kebutuhan pelatihan, yaitu : 1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kerja dari sasaran yang akan ditelaah kebutuhan pelatihannya, 2. Instrumen yang digunakan untuk menafsirkan data kemampuan kerja yang telah dikumpulkan dan telah diolah. Langkah- langkah penentuan kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Menyusun jenis kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan uraian tugas 2. Membuat instrumen untuk mengukur Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampuan Kerja Pribadi (KKP). Pengukuran peringkat dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan nilai skala dari satu sampai sembilan. Skala ini dibagi menjadi tiga peringkat, yaitu : rendah, sedang, tinggi, 3. Melaksanakan pengukuran peringkat kemampuan kerja, 4. Mengolah data hasil pengukuran dan menafsirkan data hasil pengolahan, 5. Menetapkan peringkat kebutuhan pelatihan dengan memplotkan rata-rata KKJ dan KKP untuk masing-masing jenis kemampuan ke dalam Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (DPKP). Teknik penentuan kebutuhan pelatihan menggunakan metode TNA-T ini memiliki keunggulan, utamanya untuk memperkecil penilaian yang bersifat subjektif dari pihak yang memberi penilaian maupun pihak yang dinilai, sedangkan kelemahan teknik ini adalah apabila pihak yang memberi penilaian atau yang dinilai tidak memberikan informasi yang jujur (sebenarnya), sehingga hasil penilaian bersifat bias (Uswandi, 2001).

32 Metode Pelatihan Dalam melaksanakan pelatihan dibutuhkan adanya metode yang sesuai agar pelatihan yang dimaksud menjadi efektif dan efisien bagi karyawan dan perusahaan. Notoatmodjo (1998) menyatakan, metode atau teknik yang digunakan dalam diklat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut. 1. Metode di dalam pekerjaan (on the job site) Metode ini melibatkan para trainee ke dalam situasi pekerjaan nyata, dimana karyawan atau penyelia yang berpengalaman memperlihatkan atau membimbing para pegawai baru yang diharapkan memberikan contoh-contoh pekerjaan yang baik dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas dan konkrit. Meliputi latihan orientasi, magang, pelatihan pada pekerjaan, penugasan penelitian dan penilaian kinerja. Adapun keuntungan dari metode ini adalah sebagai berikut. Karyawan melakukan pekerjaan yang sesungguhnya, bukan tugas-tugas yang disimulasikan Karyawan mendapatkan instruksi-instruksi dari karyawan senior atau penyelia yang berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik Program ini sangat relevan dengan pekerjaan, membutuhkan biaya yang relatif rendah dan membantu motivasi kinerja yang kuat 2. Metode di luar pekerjaan (off the job site) Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam teknik yaitu teknik presentasi dan teknik simulasi. Teknik presentasi adalah menyajikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru kepada para peserta. Teknik-teknik ini yang termasuk dalam teknik presentasi antara lain adalah ceramah, teknik diskusi, teknik permodelan perilaku dan teknik magang. Teknik simulasi adalah suatu peniruan karakteristik atau perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga para peserta dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya. Metode-metode simulasi ini mencakup simulator alat-alat, studi kasus, permainan peran, dan teknik di dalam keranjang (in basket) Penentuan Sasaran Pelatihan Berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan dapat diketahui sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan dan

33 15 pengembangan dapat bersifat teknikal dan perilaku. Katz dalam Uswandi (2001) menyatakan, sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan biasanya mencakup tiga jenis keterampilan yang dimiliki karyawan, yaitu: a. Keterampilan teknis: meliputi kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus, b. Keterampilan manusiawi: meliputi kemampuan memotivasi dan memahami orang lain, c. Kemampuan konseptual: mencakup kemampuan untuk memadukan semua kepentingan dalam organisasi. Sasaran pelatihan perlu diketahui, karena bermanfaat sebagai tolok ukur untuk menentukan berhasil tidaknya program pelatihan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pelatihan yang digunakan (Siagian dalam Uswandi, 2001) Pelaksanaan Pelatihan dan Pemantauan Pelatihan Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan sangat bersifat situasional. Dengan penekanan pada perhitungan kepentingan organisasi dapat berbeda dalam aksentuasinya dan implementasinya yang pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik-teknik tertentu dalam proses belajar-mengajar (Siregar, 1999). Pelaksanaan sebuah program pelatihan dan pengembangan dapat disebut berhasil apabila dalam diri para peserta terjadi suatu proses transformasi. Proses transformasi ini dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila paling sedikit terdapat dua hal, yaitu: 1. Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas, 2. Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos kerja. Pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan pada prinsipnya adalah bertujuan untuk merubah perilaku seseorang dalam menjalankan tugas. Menurut Silalahi dalam Siregar (1999), ada tiga macam perubahan perilaku yang ingin didapatkan dari penyelenggara pelatihan, yaitu perubahan psikomotorik (keterampilan), kognitif (pengetahuan), dan afektif (sikap mental). Dalam pengembangan sumberdaya manusia, pendekatan yang dilakukan harus

34 16 seutuhnya, karena sumberdaya manusia bukan sekedar alat produksi melainkan merupakan aset perusahaan yang dapat membuahkan hasil. Agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya suatu model yang dapat dijadikan sebagai pedoman penerapan program pelatihan. Suatu model pelatihan yang memperlihatkan tiga tahap yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pelatihan ditunjukkan pada Gambar 4 (Simamora, 1995). Tiga tahap tersebut terdiri atas: (1) Tahap penilaian kebutuhan pelatihan, (2) Tahap pelatihan dan pengembangan, (3) Tahap evaluasi. Ketiga tahap ini saling terkait satu sama lain, tetapi tahap penilaian merupakan tahap yang paling penting dalam proses pelatihan, karena dari tahap inilah seluruh proses mengalir. Jika organisasi tidak secara akurat menentukan kebutuhannya, maka proses pelatihan akan diarahkan secara tidak tepat. Tahap penilaian juga berfungsi sebagai fondasi bagi keseluruhan upaya-upaya pelatihan. Bagi tahap pelatihan dan tahap evaluasi, keduanya sangat tergantung pada masukan-masukan dari tahap penilaian. Tahap Penilaian Mengidentifika si Sasaransasaran Pelatihan Mengembangka n Kriteria Pre-Test terhadap trainee Tahap Pelatihan dan Pengembangan Tahap Penilaian Kebutuhan-kebutuhan dan Sumberdaya Untuk Pelatihan Memilih Teknik pelatihan dan prinsip proses belajar Tahap Evaluasi Melaksanakan pelatihan Memonitor pelatihan Tahap penilaian kebutuhankebutuhan dan sumberdaya untuk pelatihan Gambar 4. Model Sistem Pelatihan Tenaga Kerja (Simamora, 1995)

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Misi dan Tujuan Organisasi Misi organisasi biasanya merupakan pernyataan dari manajemen puncak perusahaan, atau gambaran dari keseluruhan maksud organisasi. Menurut Stoner dan Freeman (1992), pernyataan misi adalah suatu tujuan luas yang didasarkan pada alasan perencanaan, asumsi dasar tentang manfaat organisasi, nilai-nilainya, kompetensi khususnya, serta tempatnya di dunia. Pernyataan misi merupakan bagian yang relatif permanen dari suatu identitas organisasi dan dapat berbuat banyak untuk menyatukan dan memotivasi anggotanya (Stoner dan Freeman, 1992). Menurut Simamora (1995) tujuan adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan standar produksi, pasar, dan finansial apa yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Ada empat alasan yang membuat suatu tujuan bersifat penting dalam organisasi (Stoner dan Freeman, 1992), yaitu: 1. Tujuan memberikan suatu kepekaan akan arah (sense of direction). Tanpa suatu tujuan, individu atau organisasi cenderung selalu kacau beraksi terhadap perubahan-perubahan lingkungan tanpa mengetahui secara jelas apa yang sesungguhnya ingin dicapai. Dengan menetapkan tujuan, individu dan organisasi mendorong motivasi mereka dan memperoleh suatu sumber inspirasi yang membantu mereka mengatasi hambatan-hambatan tak terelakkan yang mereka hadapi. 2. Tujuan memfokuskan usaha-usaha. Setiap orang dan setiap organisasi memiliki sumberdaya terbatas, yang dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan. Dengan memilih satu dari seperangkat tujuan terkait, perusahaan membuat suatu komitmen tentang caranya menggunakan sumberdaya yang langka dan mulai menetapkan prioritas. 3. Tujuan memandu rencana-rencana dan keputusan perusahaan. Tujuan memungkinkan perusahaan untuk menentukan baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang dan membantu perusahaan dalam mengambil banyak keputusan penting.

36 18 4. Tujuan membantu nilai kemajuan Suatu tujuan yang dapat diukur dan ditetapkan secara jelas dengan suatu batas waktu tertentu menjadi suatu kinerja yang memungkinkan individu dan manajer menilai kemajuan mereka Strategi Organisasi (Perusahaan) Strategi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merupakan sebuah rencana permanen untuk sebuah kegiatan. Di dalamnya biasanya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Hal ini mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan bisnis dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif pada kegiatan organisasi (Mangkuprawira, 2002). Stoner dan Freeman (1992) menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan strategi yang terdiri dari: strategi tingkat perusahaan, strategi unit usaha, strategi tingkat fungsional. Strategi tingkat perusahaan dirumuskan oleh manajemen puncak untuk mengatur kepentingan dan kegiatan organisasi yang mencakup lebih banyak daripada satu bidang usaha. Strategi unit usaha menyangkut pengelolaan kepentingan dan operasi unit usaha tertentu. Strategi ini berupaya menentukan pendekatan apa yang sebaiknya diambil unit usaha untuk pasarnya dan bagaimana sebaiknya unit usaha menjalankan usaha sendiri, berdasarkan sumberdaya dan kondisi pasarnya. Strategi tingkat fungsional menciptakan kerangka untuk manajemen fungsi seperti: keuangan, riset dan pengembangan, serta pemasaran, sehinga sesuai dengan strategi tingkat unit usaha. Dijelaskan pula oleh Stoner dan Freeman (1992) bahwa strategi fungsional harus dikoordinasikan satu sama lain untuk mengurangi konflik yang tak terelakkan dan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan organisasi akan dicapai. Tiap-tiap bidang fungsional memiliki tanggung jawab berbeda dan, oleh karena itu, memiliki prioritas yang berbeda. Strategi untuk beberapa contoh unit fungsional khusus dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran mencocokkan produk dan jasa dengan kebutuhan pelanggan, memutuskan di mana dan kapan menjual dan mempromosikan produk serta menetapkan harga. Pendekatan ini tergantung pada apakah

37 19 perusahaan menghadapi para pelanggan yang ada atau berusaha menarik para pelanggan baru, dan pada apakah produk itu baru atau sudah mapan. 2. Strategi Keuangan Strategi keuangan berkaitan dengan perolehan (akuisisi) dan alokasi modal serta manajemen modal kerja dan deviden. Tidak seperti strategi fungsional lainnya, strategi keuangan harus memiliki unsur-unsur jangka pendek dan jangka panjang. 3. Strategi Sumberdaya Manusia/Personalia Manajemen sumberdaya manusia mencakup perekrutan, pelatihan dan penyuluhan karyawan, penentuan kompensasi, dan pemeliharaan hubungan dengan serikat pekerja dan pemerintah. Sasarannya adalah untuk menarik, memotivasi, dan mempertahankan karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi. 4. Strategi Produksi/Operasi Bidang fungsi ini berkaitan dengan transformasi masukan-masukan bahan, tenaga kerja, dan modal menjadi produk atau jasa. Keputusan-keputusan mencakup ukuran dan lokasi pabrik, pemilihan peralatan, ukuran dan pengendalian persediaan, upah dan penyeliaan serta desain dan rekayasa produk. 5. Strategi Riset dan Pengembangan Organisasi-organisasi terlibat dalam riset dab pengembangan atau penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menjamin agar produk, jasa, dan metode produksi tidak ketinggalan jaman. Perusahaan dapat memilih melakukan riset dasar untuk meningkatkan suatu aplikasi komersial atau riset pengembangan untuk mengembangkan suatu produk atau proses baru untuk meningkatkannya Strategi Sumberdaya Manusia/Personalia Perusahaan Bila postur strategis sebuah organisasi telah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menentukan strategi sumberdaya manusia yang akan memungkinkan organisasi untuk mencapai misi, tujuan, dan sasarannya (Simamora, 1995). Strategi-strategi sumberdaya manusia tersebut adalah sebagai berikut.

38 20 1. Strategi Rekrutmen dan Seleksi Contohnya meliputi: 1) sumber interval versus eksternal, 2) rintangan berturut-turut vesus prosedur seleksi kompensatori, 3) seleksi formal versus informal. 2. Strategi Perencanaan Sumberdaya Manusia Contohnya meliputi: 1) perencanaan formal dan informal, 2) perencanaan jangka pendek versus perencanaan jangka panjang, 3) perencanaan terpusat versus desentralisasi, 4) perencanaan integratif versus perencanaan terpisahpisah. 3. Strategi Pengembangan dan Pelatihan Contohnya meliputi: 1) pelatihan keahlian versus pelatihan yang bersifat pengembangan (developmental), 2) pelatihan individu versus pelatihan kelompok, 3) pelatihan on the job versus pelatihan off the job, 4) jalur karir sempit versus jalur karir luas. 4. Strategi Penilaian Kinerja Contohnya meliputi: 1) penilaian formal versus informal, 2) penilaian umum versus spesifik pekerjaan, 3) penilaian berorientasi balas jasa versus berorientasi pengembangan, 4) bauran kriteria karakter, perilaku dan kinerja produktifitas, 5) penilaian yang sering versus yang jarang-jarang, 5) penilaian global versus penilaian kejadian kritis Program Pemagangan Menurut UU No 13 Tahun pasal 1 ayat 11 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.

39 Alur Kerja Penelitian LPK F dan PT X sebagai penyelenggara program pemagangan memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta pemagangan. Dalam mencapai tujuan ini banyak strategi yang dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan berbagai program pengembangan dan pelatihan. Melalui pengembangan dan pelatihan ini perusahaan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki, yang pada akhirnya akan menguntungkan perusahaan dalam hal peningkatan produktifitas kerja. Pelatihan bertujuan untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi antara KKJ dan KKP, dengan melihat pada aspek: (1) motivasi, (2) tingkat kedisiplinan, (3) team work, (4) tingkat komunikasi dan koordinasi, (5) tingkat kualitas kerja dan (6) seputar pekerjaan. Kondisi tersebut dianalisis dengan cara membandingkan nilai hasil kuesioner Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) dan nilai hasil kuesioner Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi kesenjangan atau tidak. Apabila KKJ KKP > 1, maka perusahaan dapat mengambil keputusan untuk mengadakan perbaikan kualitas sumberdaya manusia perusahaan dengan mengadakan pelatihan untuk karyawan tersebut. Tahap berikutnya adalah menentukan pelatihan apa yang dibutuhkan oleh karyawan, penentuan kebutuhan tersebut dilakukan sesuai dengan hasil dari analisis kesenjangan KKJ dan KKP, yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner. Berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan maka dapat ditentukan dan disusun bentuk pelatihan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan karyawan, yang hasilnya direkomendasikan kepada PT X dan LPK F sebagai dua pihak penyelenggara pemagangan. Alur kerja ini dapat dilihat pada Gambar 5.

40 22 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Pengukuran KKJ dan KKP bidang kemampuan: Tingkat Motivasi Tingkat Kedisiplinan Team Work Tingkat Komunikasi dan Koordinasi Tingkat Kualitas Kerja Pengetahuan Seputar Pekerjaan Analisis Kesenjangan KKJ dan KKP Penetapan Kebutuhan Pelatihan Gambar 5. Alur Kerja Penelitian.

41 23 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah studi kasus yang dilaksanakan di PT X. dengan lokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT X mengadakan kerjasama program pemagangan dengan LPK F, tanpa adanya asesmen mengenai kebutuhan pelatihan pemagang. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer mengenai Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ) diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh pihak atasan langsung pemagang yang disertai wawancara tidak mendalam. Data primer mengenai Kemampuan Kerja Pribadi (KKP) diperoleh dari 19 orang responden peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa buku yang memuat teori-teori, hasil penelitian terdahulu, BPS, serta pencatatan data-data perusahaan, tujuan perusahaan, pengelolaan pelatihan sebelumnya, deskripsi kerja, dan lainlain. 4.3 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Pengumpulan data yang relevan dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan instrumen penelitian yaitu kuesioner yang diberikan kepada responden, pengamatan langsung, serta studi kepustakaan. Oleh karena jumlah populasi yang kecil maka jumlah responden dalam rangka mengetahui KKP dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan teknik sensus. Dengan demikian, seluruh peserta magang LPK F yang bertugas di PT X secara keseluruhan menjadi responden dalam penelitian ini. Sedangkan untuk mengetahui KKJ, data didapatkan dari para atasan sebagai petugas pengawas pemagang Materi wawancara dan kuesioner meliputi pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan keadaan perusahaan yang berkaitan dengan program pelatihan dan pengembangan peserta magang, Kemampuan Kerja Jabatan (KKJ),

42 24 Kemampuan Kerja Pribadi (KKP), serta kondisi peserta magang di tingkat operator. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan dilakukan pula wawancara tak terstruktur untuk melengkapi informasi-informasi terkini. Studi kepustakaan diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengutip pendapat dari berbagai sumber buku, skripsi, laporan, atau dokumen perusahaan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner selanjutnya diklasifikasikan dan kemudian diolah berdasarkan metode TNA T (Training Need Assesment Tool). Hasil pengisian kuesioner yang disebut sebelumnya dipergunakan sebagai alat untuk menilai Kemampuan Kerja Pribadi dan Kemampuan Kerja Jabatan. Secara keseluruhan terdapat beberapa langkah penelaahan kebutuhan pelatihan (Haris dalam Uswandi, 2001), yang terdiri dari: 1. Mengumpulkan bahan-bahan untuk menentukan lingkup kerja. Bahan-bahan yang dikumpulkan untuk menentukan lingkup kerja, diperoleh dari uraian pekerjaan peserta magang. 2. Menyusun uraian tugas menjadi pekerjaan / kegiatan dari sasaran yang ditentukan. Setelah lingkup kerja ditentukan maka tahap selanjutnya adalah menguraikan pekerjaan pemagang tersebut menjadi beberapa subjek pengamatan yang diperoleh dari job description pemagang bersangkutan. 3. Menyusun instrumen untuk mengukur kemampuan kerja Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kerja adalah kuesioner yang terdiri atas dua jenis, yaitu kuesioner yang mengukur KKJ dan kuesioner yang mengukur KKP. Kuesioner ini disusun berdasarkan job description dan teknik penyusunannya diperoleh dari beberapa referensi (Umar & Didu dalam Uswandi, 2001). 4. Melaksanakan Pengukuran Peringkat Kemampuan Kerja. Pengukuran peringkat kemampuan kerja dilakukan atas pengukuran Kemampuan Kerja Jabatan yang hasilnya diperoleh dari formulir KKJ.

43 25 Penilaian dilakukan terhadap subjek pengamatan dengan menggunakan skala KKJ, dengan ketentuan sebagai berikut: Rendah dengan skor 1 3 Sedang dengan skor 4 6 Tinggi dengan skor 7 9 Sementara pengukuran Kemampuan Kerja Pribadi (KKP), dilakukan dengan pembobotan terhadap variabel yang ditanyakan dalam kuesioner, menggunakan skala Likert dengan ketentuan: Sangat setuju = 5 Setuju = 4 Rata-rata = 3 Kurang setuju = 2 Tidak setuju = 1 Pembobotan dengan menggunakan skala likert ini dilakukan untuk setiap subjek pengamatan, kemudian nilai bobot dari setiap variabel dalam satu subjek pengamatan dikonversikan ke dalam skala penilaian KKP dengan nilai tertinggi 25 dan terendah 5 yang dikelompokkan ke dalam skala rendah dengan nilai 5 11, sedang dengan nilai 12-18, dan tinggi dengan nilai 19-25, yang dibagi kembali menjadi: Rendah 1 (nilai 5 6) Rendah 2 (nilai 7 8) Rendah 3 nilai (9 11) Sedang 4 (nilai 12 13) Sedang 5 (nilai 14 15) Sedang 6 (nilai 16 18) Tinggi 7 (nilai 19 20) Tinggi 8 (nilai 21 22) Tinggi 9 (nilai 23 25) Pola distribusi ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan skala penilaian KKP yang berskala 1 9. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversi ke dalam pola skala penilaian KKP dan dibandingkan dengan penilaian KKJ dari atasan (manajer). 5. Mengolah data hasil pengukuran dan menafsirkan data hasil pengolahan. Hasil pengolahan kuesioner digunakan sebagai alat untuk menilai kebutuhan program pelatihan, disajikan dalam bentuk hasil penilaian dengan menggunakan KKJ dan KKP. a. Penentuan nilai KKJ rata-rata diambil dari penilaian oleh responden tingkat leader terhadap kemampuan kerja yang harus dipenuhi oleh seorang pemagang dalam jabatannya dengan menggunakan rumus:

44 26 KKJ 9 i 0 i. n N ix Keterangan : KKJ : Kemampuan Kerja Jabatan I : Nilai skala nix : Jumlah responden yang menilai skala i pada skala dan indikator KKJ N : Jumlah responden keseluruhan b. Penentuan nilai KKP rata-rata didapatkan dari penilaian oleh responden peserta magang terhadap Kemampuan Kerja Pribadi (KKP)-nya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KKP 9 i 0 i. n N iy Keterangan : KKP : Kemampuan Kerja Pribadi I : Nilai skala niy : Jumlah responden yang menilai skala i pada skala dan indikator KKP N : jumlah responden keseluruhan c. Kebutuhan pelatihan ditentukan dengan menghitung selisih antara KKJ dengan KKP, apabila KKJ KKP > 1 maka diperlukan adanya pelatihan. d. Peringkat kebutuhan ditentukan dengan menggunakan Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (PKP). Peringkat kebutuhan ditentukan dengan cara menentukan titik potong antara KKJ dan KKP. Titik perpotongan dua nilai ini akan terletak pada bidang A, B, C, atau D. berdasarkan lokasi titik potong ini, maka dapat ditentukan Peringkat Kebutuhan Pelatihan sesuai dengan spesifikasi masing-masing bidang, seperti yang ditunjukkan oleh

45 27 gambar di bawah ini. hasil plot tersebut menunjukkan tingkat kebutuhan pelatihan berdasarkan prioritas. Gambar 6. Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (Kombinasi KKJ dan KKP) Keterangan: A = Daerah kebutuhan pelatihan kritis B = Daerah perlu pelatihan C = Daerah pelatihan cukup D = Daerah tidak perlu pelatihan (kemungkinan pengembangan karir) 6. Menetapkan peringkat kebutuhan pelatihan. Setelah mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan metode TNA T, dapat diketahui subjek pengamatan manakah yang perlu mendapatkan pelatihan. Setelah hasil pengamatan diplotkan ke dalam Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (Gambar 6), selanjutnya dilakukan penafsiran dengan memakai Matriks Ikhtisar Penafsiran Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan (Tabel 1).

46 28 Tabel 1. Matriks Ikhtisar Penafsiran Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan Letak Titik potong KKJ KKP dalam Diagram PKP Imbangan antara KKJ dan KKP Peringkat Kebutuhan Pelatihan Daerah A KKJ jauh di bawah KKP Sangat perlu/mendesak Daerah B Daerah C Daerah D (Haris dalam Uswandi, 2001). KKJ dan KKP tidak jauh berbeda KKP dan KKJ seimbang tidak jauh KKP menyamai atau melebihi KKJ Perlu (tidak mendesak sekali) Tidak perlu (mencukupi persyaratan) Tidak perlu (kemungkinan pengembangan karir)

47 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Profil Umum Perusahaan PT X berlokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang Barat, Bekasi. PT X didirikan pada tahun 1954 di Jepang dan mulai membuka plant di Indonesia pada awal tahun PT X berkonsentrasi pada industri manufaktur spare part otomotif yaitu bearing. PT X didirikan di Indonesia untuk memenuhi permintaan klien utama PT X, yaitu PT N yang juga bergerak dalam bidang otomotif, juga untuk kepentingan ekspor ke kawasan Asia Tenggara. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, PT X menggandeng beberapa yayasan penyedia tenaga kerja. Selain itu, PT X juga bekerja sama dengan LPK F untuk menempatkan pemagang dalam perusahaan. Bagi PT X kerja sama ini menguntungkan. PT X tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan biaya penyediaan tenaga kerja juga pemeliharaan dan peningkatan soft skill, yang notabene diampu oelh LPK F. Bagi LPK F, kerjasama ini juga menguntungkan. LPK F tidak perlu menyediakan laboratorium khusus bagi pemagang yang ingin belajar sebelum memasuki dunia kerja. Selain itu, LPK F juga mendapatkan management fee sebagai imbalan telah menyediakan tenaga kerja bagi PT X. 5.2 Karakteristik Responden PT X. Sebagai objek dalam penelitian ini pemagang LPK F di PT X dikelompokkan ke dalam beberapa kategori seperti; jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan masa kerja Jenis Kelamin Pemagang yang menjadi responden terdiri dari pria dan wanita (Gambar 7). Berdasarkan hasil pendataan responden, maka diketahui pemagang pria sebanyak 13 orang (61,90%) dan sisanya adalah wanita. Kecenderungan dominasi pria pada perusahaan ini disebabkan oleh dominannya pekerjaan yang berhubungan mesin yang membutuhkan tenaga lebih besar, yang sampai saat ini dipercaya lebih dimiliki pria daripada wanita

48 30 38,10 % 61,90 % Gambar 7. Proporsi Jenis Kelamin Responden PT X Umur. Berdasarkan persyaratan yang ditentukan dan berlaku di LPK F, untuk mengikuti program pemagangan setidaknya calon pemagang berada pada rentang usia tahun. Jangka waktu maksimal mengikuti program pemagangan adalah tiga tahun untuk satu perusahaan. Dalam penelitian ini responden dibagi dalam tiga kelompok umur, yaitu di bawah dua puluh tahun, dua puluh tahun sampai dua puluh tiga tahun, di atas dua puluh tiga tahun. Kelompok umur pertama dianggap sebagai usia dimana pemagang masih baru dalam dunia kerja dengan sedikit pengalaman. Kelompok umur kedua dianggap sebagai usia dimana pemagang cukup berpengalaman dalam dunia kerja. Kelompok umur ketiga dianggap sebagai usia dimana pemagang berpengalaman di bidangnya dan pada beberapa kasus sudah diangkat menjadi karyawan kontrak perusahaan tempat pemagang berada. Dari hasil survey lapangan (Gambar 8) responden kelompok umur di bawah 20 tahun sebanyak 4 orang (19,05%), kelompok umur tahun sebanyak 16 orang (76,19%) dan kelompok umur di atas 23 tahun sebanyak 1 orang (4,76%).

49 31 4,76 % 19,05 % 76,19 % Gambar 8. Proporsi Kelompok Umur Responden PT X Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dilalui dan berhasil ditamatkan oleh responden. Pendidikan formal yang dimaksud mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas atau sederajat serta Program Diploma dan Sarjana. Dalam penelitian ini keseluruhan responden yang diambil memiliki pendidikan formal terakhir SMU/SMK. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan SMU/SMK sederajat adalah tingkat pendidikan minimal yang disyaratkan oleh LPK F untuk mengikuti program pemagangan. Dalam prakteknya, ketika diketahui terdapat calon pemagang yang berpendidikan Diploma/ Strata 1 akan diarahkan ke induk perusahaan dari LPK F yang menyalurkan tenaga kerja dengan kualifikasi Diploma/ Strata Masa Kerja Dalam pelaksanaan program pemagangan, LPK F memberlakukan program sertifikasi berjenjang yang diberikan kepada peserta program pemagangan. Jenjang yang dimaksud adalah tingkat Muda untuk tahun pertama, tingkat Madya

50 32 untuk tahun kedua, dan tingkat Utama untuk tahun ketiga. Setelah genap tiga tahun, ada beberapa kondisi yang biasanya dialami pemagang, yaitu 1) diangkat menjadi karyawan kontrak perusahaan yang bersangkutan, 2) selesai mengikuti program pemagangan dan kembali ke LPK F untuk mendapatkan penempatan kembali di perusahaan rekanan LPK F yang lain, 3) selesai mengikuti program pemagangan dan mencari pekerjaan di perusahaan lain. Terkait dengan adanya sertifikat tersebut di atas, pemagang yang lebih lama bekerja dianggap lebih mumpuni dalam bekerja. Pengalaman kerja dalam bidang pekerjaan yang sama selama kurun waktu tertentu akan memberikan efek terhadap peningkatan terhadap penguasaan bidang pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kemampuan kerja. 4,76 % 23,81 % 42,86 % 28,57 % Gambar 9. Proporsi Masa Kerja Responden Selama Bekerja di PT. X Berdasarkan data pada Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang bekerja dalam masa kerja kurang dari satu tahun sebanyak lima orang (23,81%), masa kerja lebih dari setahun tapi kurang dari dua tahun sebanyak enam orang (28,57%), masa kerja lebih dari dua tahun tapi kurang dari tiga tahun sebanyak sembilan orang (42,86%) Tingkat Pemahaman Tentang Fungsi dan Tujuan Pelatihan. Dalam suatu program terdapat fungsi dan tujuan yang harus dimengerti oleh seluruh stakeholder, baik pelaksana ataupun peserta program. Tanpa adanya pemahaman terhadap fungsi dan tujuan program, tingkat keberhasilan sebuah program akan tidak sempurna. Begitu pula bagi para pemagang yang akan

51 33 mengikuti pelatihan seharusnya sadar dan paham betul akan fungsi dan tujuan pelatihan. Ketidakpahaman pemagang akan fungsi dan tujuan pelatihan akan menjadi penghambat dalam pencapaian sasaran yang diinginkan dari pelatihan. Proporsi tingkat pemahaman responden mengenai fungsi dan tujuan pelatihan dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Proporsi Pemahaman mengenai Fungsi dan Tujuan Pelatihan. Hasil pengambilan data di lapangan menunjukkan tingginya jumlah pemagang yang cukup mengerti fungsi dan tujuan pelatihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh seringnya pemagang mengikuti pelatihan yang dalam pelaksanaannya selalu ditekankan dan dijelaskan kembali fungsi dan tujuan dari setiap pelaksanaan yang sedang dilaksanakan Pandangan Diri Pemagang Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang pemagang harus memahami fungsi dirinya dalam perusahaan, menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Dari 21 responden, 14 orang (66,67%) mengaku cukup paham dengan apa yang menjadi tugasnya. Sisanya, sebanyak tujuh orang (33,33%) mengaku sangat paham dengan apa yang harus dilakukannya (Gambar 11). Dari wawancara dengan atasan didapatkan keterangan bahwa ketika ada ketidakpahaman pemagang terhadap

52 34 pekerjaan, atasan ataupun pemagang yang sudah lebih lama bekerja akan memberikan pengarahan mengenai tugas yang dimaksud. Gambar 11. Proporsi Tingkat Pemahaman Pemagang Terhadap Pekerjaan Pemberian pengarahan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta mengurangi kesulitan pemagang secara teknis. 17 orang (80,95%) menyebutkan bahwa kadang-kadang pemagang mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan. Sisanya menyebutkan tidak pernah mengalami kesulitan (Gambar 12). Gambar 12. Proporsi Pemagang yang Mengalami Kesulitan dalam Pekerjaan Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi, 15 orang (71,43%) menyebutkan bahwa mereka masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas

53 35 kerjanya (Gambar 13). Diharapkan dengan kesadaran pemagang akan kebutuhan pelatihan ini dapat meningkatkan antusiasme pemagang dalam mengikuti pelatihan. Gambar 13. Proporsi Pemagang yang Merasa Membutuhkan Pelatihan.

54 VI. KARAKTERISTIK PELATIHAN DI PT X 6.1 Jenis pelatihan Jenis pelatihan yang dilaksanakan di PT X terbagi menjadi dua, yaitu On Job Training (OJT) dan pelatihan penunjang OJT. OJT yang disebut juga pemagangan adalah pelatihan dimana pemagang langsung berada pada line produksi mengerjakan tugas selayaknya karyawan dengan diawasi oleh pembimbing atau karyawan yang sudah berpengalaman. OJT lebih ditekankan pada sisi teknis untuk meningkatkan ketrampilan bekerja. OJT dilaksanakan setiap hari kerja mulai dari pemagang menanda tangani kontrak pemagangan hingga kontrak berakhir. Pelatihan penunjang OJT adalah pelatihan yang disusun dan diampu oleh LPK F untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi dari sisi pengetahuan dan sikap pemagang. Pelatihan penunjang OJT dilaksanakan setiap bulan selama pemagang mengikuti program pemagangan. 6.2 Proporsi Keikutsertaan Pemagang dalam Pelatihan. Dalam pelaksanaan program pemagangan terdapat beberapa kewajiban yang harus diikuti peserta program pemagangan. Salah satu dari kewajiban tersebut ialah mengikuti setiap pelatihan yang diadakan LPK F untuk pemagang. Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan adanya dampak terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan serta tingkah laku pemagang yang akhirnya berdampak pula pada peningkatan kualitas kerja pemagang. Pelaksanaan pelatihan di PT X dilaksanakan secara rutin setiap bulan. Setiap pemagang mengikuti pelatihan pada jadwal yang telah ditentukan kecuali bila pada hari pelaksanaan pelatihan yang bersangkutan bekerja pada shift lain. Adapun rincian mengenai frekuensi pemagang mengikuti pelatihan yaitu; satu kali sebanyak dua orang (9,52%), tiga kali sebanyak tiga orang (14,29%) dan yang mengikuti pelatihan sebanyak lebih dari tiga kali sebesar 16 orang (76,19%) (lihat Gambar 14).

55 37 Gambar 14. Proporsi Keikutsertaan Pemagang Responden dalam Pelatihan. 6.3 Penentuan Materi Pelatihan Dari hasil wawancara kepada pihak penanggung jawab pelaksanaan program pemagangan dari pihak PT X dan pihak LPK F didapatkan informasi bahwa selama ini penentuan pelatihan ditentukan oleh pihak PT X dan/atau LPK F. penentuan ini dilakukan secara acak tanpa melakukan analisis kebutuhan pelatihan terlebih dahulu. Penentuan materi seperti ini dilakukan dengan alasan untuk mengejar target jumlah pelatihan setiap klien LPK F yang sekaligus menjadi tempat dilaksanakannya program pemagangan. Dilihat dari sudut pandang efisiensi dan kepentingan bisnis, penentuan materi semacam ini berdampak sangat positif karena menghemat waktu. Sedangkan bila ditilik dari sudut efektifitas, penentuan materi seperti ini sangat tidak efektif. Pelaksana pelatihan tidak bisa memastikan apakah materi pelatihan yang akan diberikan dibutuhkan atau tidak oleh peserta pelatihan. 6.4 Penentuan Keikutsertaan Pelatihan Dari hasil pengambilan data di lapangan didapatkan informasi tata cara penunjukan pemagang yang akan diikutkan dalam pelatihan. Dua orang (9,52%) menyebutkan bahwa peserta pelatihan adalah mereka yang ditunjuk oleh atasan secara langsung, dua orang (9,52%) menyebutkan bahwa peserta adalah mereka yang lulus seleksi, dan 17 orang (80,95%) menyebutkan bahwa pelatihan adalah kewajiban bersama. Jumlah terbanyak dalam data tersebut sejalan dengan

56 38 keterangan dari Manajer HRD PT X dan pihak LPK F yang menyebutkan bahwa mengikuti pelatihan adalah salah satu kegiatan wajib pemagang yang sudah disepakati sebelum pemagang mengikuti program pemagangan. Poporsi Metode Penentuan Keikutsertaan Pemagang dalam Pelatihan di PT X ditampilkan pada Gambar 15. Gambar 15. Proporsi Penentuan Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan 6.5 Evaluasi dan rekaman pelatihan Setiap berakhirnya pelaksanaan pelatihan penunjang OJT, dilaksanakan evaluasi tertulis berkaitan dengan materi pelatihan yang disampaikan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menilai pemahaman pemagang dalam angka. Setelah diakumulasikan dengan keseluruhan nilai pelatihan, nilai akhir menjadi salah satu indikator layak atau tidaknya pemberian sertifikat pemagang. Selain evaluasi sesaat setelah pelatihan, dilaksanakan juga evaluasi tahunan pemagang untuk memutuskan kelanjutan program pemagangan yang diikuti pemagang. Evaluasi ini dilakukan secara observasi oleh atasan langsung pemagang. Hasil evaluasi akan disampaikan kepada LPK F untuk diproses lebih lanjut. Rekaman pelatihan dibuat oleh kedua belah pihak, LPK F dan PT X. Rekaman pelatihan ini berfungsi sebagai catatan pelatihan apa saja yang sudah diikuti pemagang, kemudian dibandingkan dengan performa kinerja saat ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.2 Manajemen Sumberdaya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.2 Manajemen Sumberdaya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut Hasibuan (1993) yaitu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.1.1 Misi dan Tujuan Organisasi Misi organisasi biasanya merupakan pernyataan dari manajemen puncak perusahaan, atau gambaran dari keseluruhan maksud organisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan atau organisasi dibentuk dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, dan tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Pengembangan Sumberdaya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Pengembangan Sumberdaya Manusia 19 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa dan karsa) sebagai aset suatu organisasi demi terwujudnya

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan The secret of business is to know something that nobody else knows -Aristotle Onassis Rahasia dari bisnis adalah mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain -Aristotle

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Dessler (1997), MSDM adalah suatu kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang atau SDM dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mangkunegara (2002) menyatakan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Pegawai 2.1.1 Pengertian Pengembangan Pegawai Pengembangan pegawai dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan akibat kemajuan ilmu

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN (diisi oleh Leader) Bagian I (Data Pribadi Responden) 1. Nama : 2. NIK : 3. Bagian : 4. Jabatan : 5.

KUISIONER PENELITIAN (diisi oleh Leader) Bagian I (Data Pribadi Responden) 1. Nama : 2. NIK : 3. Bagian : 4. Jabatan : 5. LAMPIRAN 51 Lampiran 1. Kuesioner KKJ PT X KUISIONER PENELITIAN (diisi oleh Leader) Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian yang berjudul Kajian Kebutuhan Pelatihan Peserta Magang

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data 23 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah studi kasus yang dilaksanakan di PT X. dengan lokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi adalah sumber daya manusia yang baik. Manusia memiliki peranan penting dalam memenangkan kompetisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

Pelatihan dan Pengembangan SDM (Training) MSDM-TIP FTP UB

Pelatihan dan Pengembangan SDM (Training) MSDM-TIP FTP UB Pelatihan dan Pengembangan SDM (Training) MSDM-TIP FTP UB Latar Belakang Training SDM Setelah seseorang atau sekelompok pegawai diterima dalam suatu posisi, seringkali kemampuannya belum sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setelah mengemukakan latar belakang penelitian yang diantaranya memuat rumusan masalah dan ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA. Sumberdaya manusia merupakan investasi yang. sangat penting dalam suatu organisasi.

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA. Sumberdaya manusia merupakan investasi yang. sangat penting dalam suatu organisasi. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA Sumberdaya manusia merupakan investasi yang sangat penting dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, pengembangan sumberdaya manusia juga penting demi menjaga produktivitasnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelatihan Pelaksanaan pelatihan didalam suatu perusahaan sangatlah penting. Perusahaan memiliki tujuan tersendiri untuk memberikan pelatihan pada karyawannya. Pelatihan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN KEBUTUHAN PELATIHAN DENGAN METODE TNA-T

ANALISIS PENENTUAN KEBUTUHAN PELATIHAN DENGAN METODE TNA-T VII. ANALISIS PENENTUAN KEBUTUHAN PELATIHAN DENGAN METODE TNA-T Sangat penting untuk melakukan analisis penentuan kebutuhan pelatihan sebelum melaksanakan pelatihan. Pelatihan dilakukan hanya jika pemagang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. manajemen, disebut manajemen sumber daya manusia karena bergerak di bidang

BAB II BAHAN RUJUKAN. manajemen, disebut manajemen sumber daya manusia karena bergerak di bidang BAB II BAHAN RUJUKAN Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen, disebut manajemen sumber daya manusia karena bergerak di bidang ketenaga kerjaan. Suatu organisasi atau perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, mengapa harus diatur, dan apa tujuan pengaturan tersebut.

Lebih terperinci

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM Hari Pertama Bagian Kedua

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM Hari Pertama Bagian Kedua Penempatan Pegawai School of Communication & Business Pengembangan SDM Hari Pertama Bagian Kedua Definisi Pengembangan SDM Pengembangan SDM (HR Development) dapat dipahami sebagai penyiapan individu pegawai

Lebih terperinci

Strategic Human Resource Management

Strategic Human Resource Management Modul ke: Strategic Human Resource Management Pengertian Strategic Human Resource Management (HRM) dan Perkembangan Pemikiran tentang HRM Fakultas Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Sadili (2006,P.16) manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri sebagai pengelola organisasi atau perusahaan. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi, proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan utama yang disebut dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Hasibuan (2012:10) mengatakan bahwa, manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap kegiatan organisasi perusahaan dituntut adanya suatu manajemen yang baik

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap kegiatan organisasi perusahaan dituntut adanya suatu manajemen yang baik 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Setiap kegiatan organisasi perusahaan dituntut adanya suatu manajemen yang baik agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terus terjamin. Manajemen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2013:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas kerja karyawan pada PDAM

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia tidak terlepas dari pengertian Manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pelatihan Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pelatihan Sumber Daya Manusia 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelatihan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam hal ini karyawan merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh organisasi dan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu : 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk mendapat pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pelaksanaan Program dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pelaksanaan Program dan Pengembangan Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pelaksanaan Program dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

Lebih terperinci

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT Group 4 1. Agam Zamzami 004-2011-05-021 2. Eben Frantogy 004-2011-05-043 3. Galih Prakoso 004-2011-05-046 4. Handika Panji S. 004-2011-05-049

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia Siagian (2008) menyatakan perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan.

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Personalia Pengertian Manajemen Personalia telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Banyak para ahli berusaha untuk memberikan pengertian tentang manajemen, walaupun definisi yang dikemukakan mereka berbeda satu sama lainnya, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien dan efektif apabila dalam seluruh proses manajemen tersebut terjadi interaksi positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi,maka akan timbul kepuasan bekerja dalam diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi,maka akan timbul kepuasan bekerja dalam diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KEPUASAN KERJA 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Manusia dalam hidup mempunyai kebutuhan mendasar yang tidak mungkin dapat dihilangkan, karena kebutuhan tersebut mendasari perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai prosedur untuk menjadi seorang pegawai ataupun karyawan di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai prosedur untuk menjadi seorang pegawai ataupun karyawan di sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dlihat dari fenomena yang ada, jumlah pencari kerja di Indonesia lebih banyak dibanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Lulusan mahasiswa dari Perguruan

Lebih terperinci

Pelatihan & Pengembangan

Pelatihan & Pengembangan Pelatihan & Pengembangan [ The Workforce Environment Competitive Environment Economic Environment Technological Environment The Firm s HRD Plan Political and Legal Environment Social and Cultural Environment

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Anwar Prabu (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai suatu pengelolaan

Lebih terperinci

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran (Ulasan Pelajaran Sebelumnya) Prinsip-Prinsip Belajar Para Pakar Pelatihan dan Pengembangan telah

Lebih terperinci

(Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM) Fauzie Rahman

(Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM) Fauzie Rahman (Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM) Fauzie Rahman Latar Belakang Produktivitas karyawan ternyata mempengaruhi daya saing perusahaan : pengelolaan karyawan yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses organisasi yang dimulai dari perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi, pelatihan dan pengembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi di abad 21 ini memberikan pengaruh yang besar pada bidang manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, sangat diperlukan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perencanaan Karir Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh seseorang selama perjalanan usianya (Rivai, 2009:369). Karir adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan sia-sia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menunjang keakuratan data penelitian yang dilakukan peneliti dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menunjang keakuratan data penelitian yang dilakukan peneliti dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Landasan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi atau acuan untuk menunjang keakuratan data penelitian yang dilakukan peneliti dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen pada dasarnya memiliki arti yang sangat luas, pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu seni dalam menghadapi

Lebih terperinci

BENTUK ORGANISASI USAHA

BENTUK ORGANISASI USAHA BENTUK ORGANISASI USAHA A.Pengertian Manajemen dan Organisasi; Setiap perusahaan memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan perusahaan adalah Manajemen. Manajemen dan Organisasi tdk dpt dipisahkan satu sama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Banyak para ahli berusaha mengemukakan pengertian tentang Manajemen, walau definisi yang di kemukakan berbeda-beda namun pada dasarnya menunjukan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya membutuhkan faktor-faktor produksi seperti modal, bahan, metode, mesin dan peralatanperalatan lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Para-Medis Rsia Buah Hati Pamulang Tangerang Selatan)

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Para-Medis Rsia Buah Hati Pamulang Tangerang Selatan) PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Para-Medis Rsia Buah Hati Pamulang Tangerang Selatan) Neno Apriyanto Kusuma Mochammad Djudi Arik Prasetya Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Pengertian Kinerja Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Manfaat Penilaian Kinerja Pelatihan dan Pengembangan

DAFTAR ISI Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Manfaat Penilaian Kinerja Pelatihan dan Pengembangan DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Identifikasi Masalah... 1.3 Perumusan Masalah.. 1.4 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. makalah perencanaan Sdm

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. makalah perencanaan Sdm makalah perencanaan Sdm BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah organisasi dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai tujuan memerlukan perencanaan Sumber daya manusia yang efektif. Suatu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi atau perusahaan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR Oleh: DEWI ERAWATI H 24066003 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang

Lebih terperinci

Evolusi Teori. Manajemen Manajer. Teori Manajem en Klasik

Evolusi Teori. Manajemen Manajer. Teori Manajem en Klasik Pengertian Manajemen Manajemen dan Manajer Evolusi Teori Manajemen Manajemen dan Lingkungan Eksternal Manajemen sebagai Ilmu dan Seni Definisi Manajemen Fungsi fungsi Manajemen Tingkatan Manajemen Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. Sumber daya manusia adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Materi 1 Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia http://deden08m.com 1 Pengertian Manajemen SDM Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah pemafaatan para individu untuk mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Sumber Daya Manusia Hani Handoko (2001:53) mengemukakan bahwa perencanaan sumberdaya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan

Lebih terperinci

Nova Yanti Maleha, SE, M.Si 19/09/2016 1

Nova Yanti Maleha, SE, M.Si 19/09/2016 1 Nova Yanti Maleha, SE, M.Si 19/09/2016 1 DESKRIPSI MATA KULIAH Dalam mata kuliah ini dibahas mengenai pemanfaatan SDM dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Pembahasan difokuskan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pemiga Orba Yusra (2006) judul skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Pemiga Orba Yusra (2006) judul skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap 18 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pemiga Orba Yusra (2006) judul skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, Medan. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan peningkatan kondisi perekonomian di Indonesia menuntut adanya persaingan yang ketat di dalamnya. Perusahaan

Lebih terperinci

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Dessler (2013) Manajemen Sumber Daya manusia merupakan proses menangani karyawan pelatihan

Lebih terperinci

Pertemuan Kedua Ketiga Manajemen Sumber Daya Manusia

Pertemuan Kedua Ketiga Manajemen Sumber Daya Manusia Pertemuan Kedua Ketiga Manajemen Sumber Daya Manusia Persamaan MSDM dan Manajeen Personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 8 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Manajemen Untuk melangkah pada pembahasan objek yang akan diteliti, penulis merasa perlu untuk menjelaskan secara singkat mengenai definisi manajemen terlebih dahulu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Perencanaan Pengembangan Karier Mathis dan Jackson (dalam Naliebrata, 2007) mendefinisi kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi 16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dengan baik dan maksimal apabila tidak ada pelaksanaannya yakni sumber

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dengan baik dan maksimal apabila tidak ada pelaksanaannya yakni sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sumber daya manusia sangat penting bagi pelaksanaan operasional perusahaan. Sumber daya yang ada pada perusahaan tidah dapat berfungsi

Lebih terperinci

Pertemuan 6 MANAJEMEN PENGELOLAAN S D M

Pertemuan 6 MANAJEMEN PENGELOLAAN S D M Pertemuan 6 MANAJEMEN PENGELOLAAN S D M BENTUK ORGANISASI USAHA A. Pengertian Manajemen dan Organisasi; Setiap perusahaan memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan perusahaan adalah Manajemen. Manajemen dan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y PELATIHAN LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi yang ketat Ketika pekerjaan/posisi baru diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam sektor jasa yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Saat

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam sektor jasa yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan syariah merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dalam sektor jasa yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Saat ini perkembangan perbankan

Lebih terperinci