BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Green Information and Communication Technology (ICT) Pengertian Green ICT Menurut International Livestock Research Institute (ILRI) (2009, p1) dalam jurnal berjudul Green ICT: ICT Awareness, Teknologi Informasi (TI) telah memungkinkan dalam produktivitas, efisiensi, dan komunikasi, tetapi memiliki konsekuensi lingkungan. Dibutuhkan solusi untuk mengurangi gas karbon yang akan berdampak bagi lingkungan, solusi tersebut yaitu Green ICT. Green ICT adalah pendekatan baru untuk mengurangi konsumsi energi dari sistem ICT, pengurangan limbah elektronik dan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan organisasi. Menurut Philipson (2010, p4) dalam paper berjudul A Green ICT Framework: Undertanding and Measuring Green ICT, Green ICT lebih dari sekedar mengurangi emisi karbon ataupun mengurangi konsumsi energi ICT perusahaan. Green ICT adalah pusat teknologi keberlanjutan. Green IT menyediakan: alat pengukuran, tempat penyimpanan data, mekanisme pelaporan, dan teknik mitigasi yang memungkinkan keberlanjutan. Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green Computing, Green IT atau komputasi hijau adalah TI ramah lingkungan yang memungkinkan proses untuk menjalankan efisiensi dan efektivitas dengan tidak adanya dampak atau dampak seminimal mungkin bagi lingkungan. 8

2 9 Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green Computing, Green IT berusaha untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi perusahaan. Pandangan ini diperkuat oleh Global Warming Initiatives Inc, suatu organisasi di North Carolina yang misi utamanya adalah untuk membantu usaha dalam mengubah efisiensi energi dan kinerja lingkungan menjadi aset perusahaan sekaligus mengurangi pemanasan global. Singkatnya, mengatasi masalah lingkungan telah menjadi tanggung jawab perusahaan dan sosial serta keharusan ekonomi dan lingkungan. Menurut Enterprise Management Associates (EMA) (2008, p1) dalam paper berjudul Green Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Effiency, green computing atau Green IT adalah praktik menerapkan kebijakan dan prosedur yang meningkatkan efisiensi sumber daya komputasi sedemikian rupa untuk mengurangi dampak lingkungan dari pemanfaatannya. Green computing didirikan pada prinsip "triple bottom line" yang mendefinisikan keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p2) Green IT atau dikenal sebagai green computing adalah studi dan praktik merancang, manufacturing, dan menggunakan komputer, server, monitor, printer, storage device, sistem efisiensi dan efektifitas komunikasi dan jaringan, dengan dampak nol atau minimal terhadap lingkungan. Green IT juga tentang penggunaan TI untuk mendukung, membantu, menaikkan level inisiatif lingkungan dan membantu menciptakan green awareness. Green IT meliputi perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), alat, strategi, dan praktik untuk meningkatkan dan memelihara keberlanjutan lingkungan.

3 Taksonomi Green ICT Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) taksonomi adalah klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek; cabang biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya; klasifikasi unsur bahasa menurut hubungan hierarkis; urutan satuan fonologis atau gramatikal yang dimungkinkan dalam satuan bahasa. Gambar 2.1: Taksonomi Green ICT Sumber: Visser (2011, p9) Menurut Visser (2011, p9) Green ICT dapat dibedakan menjadi dua yaitu: menghijaukan dengan TI dan menghijaukan TI itu sendiri. Menurut Visser (2011, p9) menghijaukan dengan TI adalah TI sebagai sarana. Contohnya yaitu menghijaukan suatu lingkungan seperti di dalam perusahan dengan menggunakan peralatan TI yang mendukung. Mengirimkan data ke seluruh staff di dalam perusahaan dengan tidak

4 mencetak tetapi hanya dengan men-transfer data lewat jaringan perusahaan dapat disebut sebagai menghijaukan dengan TI. 11 Menurut Visser (2011, p9) menghijaukan TI adalah TI sebagai tujuan atau target. Contohnya yaitu merancang atau membuat suatu peralatan TI yang mendukung dalam penghijauan lingkungan seperti di dalam perusahaan. Menghijaukan TI dapat dilakukan dengan merancang TI yang ramah lingkungan seperti supplier TI yang merancang data grid, data center, hardware serta software ramah lingkungan untuk mendukung pekerjaan dalam suatu perusahaan Manfaat Green ICT Menurut Stollenmayer (2011, p8) manfaat Green ICT adalah sebagai berikut: pengurangan konsumsi energi, pengurangan penggunaan bahan baku, pengurangan penggunaan air, pengurangan jumlah sampah, peningkatan jumlah daur ulang (recycle) dan pengurangan polusi. Tabel 2.1: Manfaat Green ICT Environment/Society + Lower CO2 emissions + Reduced resource consumption + Compliance with legal requirements (in the future) Companies + Reduced energy costs + Reduced operating costs of data centers + Less hardware needed Employees Capital Market Customers Public + Increased employee satisfaction + Improved ratings + Higher share + Greater customer loyalty + Improved image + Rounded-

5 12 + Greater loyalty + Easier recruitment price + Greater company value + Appeal to new customer groups + Greater customer satisfaction out CSR strategy + Greater brand value Sumber: Hanle (2009, p6) Menurut Hanle (2009, p6) Green ICT memiliki beberapa manfaat untuk stakeholder perusahaan. Manfaat untuk lingkungan: mengurangi emisi karbondioksida, mengurangi konsumsi sumber daya, dan menaati peraturan (di masa depan). Manfaat untuk perusahaan: hemat beban listrik, mengurangi beban operasi data center, dan membutuhkan lebih sedikit hardware. Menurut Aquaforest Limited (2010, p2) dalam jurnal berjudul Green Computing: Searchable PDF for Document Storage and The Concept of Green Computing, manfaat Green ICT meliputi: Biaya. Efisiensi dan Peningkatan kerja. Keberlanjutan lingkungan di seluruh siklus hidup TI secara keseluruhan, sehingga lebih ramah lingkungan dengan menangani dan mengatasi bidang utama termasuk: Green Use. Green Disposal. Green Design. Green Manufacturing.

6 Pendekatan Holistik Green IT Gambar 2.2: Pendekatan Holistik Green IT Sumber: Murugesan dan Gangadharan (2012, p8) Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p7) untuk efisiensi dampak lingkungan pada TI diharuskan mengadopsi sebuah pendekatan holistik yang terdiri dari: Green Design. Merancang energi dan lingkungan efisien yang terdiri dari komponen komputer, server, dan cooling equipment. Green Manufacturing. Manufaktur komponen elektronik, komputer, dan subsistem lainnya dengan minimal atau tidak adanya dampak terhadap lingkungan. Green Use. Mengurangi pengurangan energi pada komputer dan sistem informasi lain serta menggunakannya sesuai dengan keberlanjutan lingkungan.

7 14 Green Disposal. Memperbarui dan menggunakan kembali komputer lama atau tua serta mendaur ulang komputer dan peralatan elektronik lainnya. Green Standards and Metrics. Kebutuhan untuk mempromosikan, membandingkan, dan benchmarking inisatif keberlanjutan, produk, servis, serta praktiknya. Green IT Strategies and Policies. Efektifitas dan strategi serta kebijakan-kebijakan (policies) menambah nilai dan fokus pada manfaat jangka pendek serta jangka panjang. Ini merupakan strategis dan praktik bisnis yang selaras juga sebagai komponen kunci Green IT Green Computer s Entire Life Cycle. Gambar 2.3: Green Computer s Entire Life Cycle Sumber: Murugesan dan Gangadharan (2012, p8)

8 15 Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p8) seluruh siklus hidup dari komputer, server, storage system dapat dibuat lebih hijau, mengurangi emisi gas rumah kaca dan jejak karbon serta meminimalkan atau menghilangkan bahan beracun yang digunakan dan/atau dilepaskan ke lingkungan The Three Rs of Green IT Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) komputer yang tidak diinginkan, monitor, dan hardware lainnya tidak boleh dibuang sebagai sampah karena akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan menyebabkan masalah lingkungan serius. Sebaliknya, masyarakat diharuskan untuk memperbarui (refurbish) dan menggunakan kembali (reuse), atau membuang (dispose) dengan cara ramah lingkungan. Reuse, refurbish, dan recycle adalah 3 Rs Green IT. Berikut merupakan penjelasan lengkap tentang 3 Rs Green IT menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9): Reuse. Banyak organisasi dan individu membeli komputer baru untuk setiap proyek atau setiap 2-3 tahun sekali. Sebaliknya, masyarakat diharuskan menggunakan komputer yang lebih tua jika memenuhi persyaratan. Jika tidak, harus memberikan kepada seseorang yang dapat menggunakannya dalam proyek atau unit lain. Dengan menggunakan hardware untuk jangka waktu lama, dapat mengurangi jumlah jejak lingkungan yang disebabkan oleh manufaktur komputer dan pembuangan (disposal). Refurbish. Masyarakat dapat memperbarui dan meng-upgrade komputer lama serta server untuk memenuhi persyaratan baru. Masyarakat dapat membuat komputer lama

9 16 dan hardware TI lainnya menjadi hampir baru lagi dengan rekondisi serta mengganti beberapa bagian. Dibandingkan membeli komputer baru dengan spesifikasi yang ada, masyarakat juga dapat membeli hardware TI yang sudah diperbarui menjadi peralatan berkembang. Jika pilihan ini tidak cocok, masyarakat dapat menyumbangkan peralatan untuk amal, sekolah, seseorang yang membutuhkan, atau dapat menjualnya. Recycle. Ketika masyarakat tidak dapat refurbish atau reuse komputer, diharuskan untuk membuangnya dengan cara ramah lingkungan dengan mendepositokan sampah dengan recycle elektronik atau kolektor limbah elektronik (e-waste). E-waste komputer dan barang elektronik adalah salah satu jenis limbah yang tumbuh tercepat dan menimbulkan masalah lingkungan serius. The United Nations Environmental Program memperkirakan bahwa juta ton e-waste dihasilkan di seluruh dunia setiap tahun dan terus meningkat. Hardware TI mengandung bahan beracun seperti timbal (lead), chromium, cadmium dan mercury. Jika hardware TI dikubur di tempat pembuangan sampah, bahan beracun dapat meluluhkan kimia berbahaya ke dalam air dan lingkungan. Jika dibakar, hardware TI tersebut membawa bahan beracun ke udara yang dihirup manusia. Jadi, jika e-waste tidak dibuang dengan benar dapat merusak lingkungan dan manusia. Regulasi limbah peralatan listrik dan elektronik (Waste electrical and electronic equipment/weee) bertujuan untuk mengurangi jumlah e-waste yang akan menuju ke tempat pembuangan sampah dan meningkatkan pemulihan serta tingkat recycle.

10 17 Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) e-waste disposal jika tidak dilakukan dengan benar menyebabkan kerusakan lingkungan serius dan masalah kesehatan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam disposal atau recycle. Meskipun larangan ekspor dan impor e-waste, e-waste masuk ke negara-negara berkembang (seperti India, Cina dan Filipina) untuk recycling karena biaya recycle yang lebih rendah di negara-negara tersebut. Sayangnya, seperti peraturan lingkungan dan sarana yang tepat dari e-waste disposal dan recycle tidak ditegakkan dalam praktik di negara-negara, e-waste ditangani informal di pasar recyling resmi secara manual, kasar, dan berbahaya untuk mengekstrak logam dan barang berharga lainnya. Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p9) manufaktur komputer harus bertanggung-jawab dan mengambil tindakan untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh produk akhir masing-masing. Misalnya, perusahaan harus mengadopsi banyak pilihan mengambil dari konsumen komputer yang tidak diperlukan lagi dan mengatur pembuangan dengan cara ramah lingkungan melalui e- waste recycling. Perusahaan harus mendidik pelanggan tentang yang harus dilakukan dengan komputer lama. Perusahaan juga harus secara bertahap menghilangkan atau meminimalkan penggunaan bahan beracun pada komputer yang beberapa manufaktur komputer lakukan. 2.3 Green IT Policy Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) organisasi harus mengembangkan Green IT Policy selaras dengan kebijakan lingkungan secara keseluruhan dan inisiatif. Green IT Policy meliputi kerangka organisasi yang ditempatkan untuk menerapkan kriteria lingkungan dalam kegiatan TI yang

11 18 berhubungan. Hal ini mendefinisikan sejauh mana green issues yang dikemas dalam prosedur organisasi membimbing penggunaan, sumber dan pembuangan infrastruktur teknis TI, kegiatan infrastruktur TI, dan penggunaan TI di perusahaan yang lebih luas (Gartner, 2008; Olson, 2008). Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) jatuh tempo Green IT Policy mencerminkan pertimbangan lingkungan secara sistematik menyerap value chain aktivitas TI dan secara berulang atau tidak teratur dan didasarkan pada upaya yang tidak terkoordinasi. Kebijakan (policy) membuat organisasi untuk melakukan Green IT. Namun, tidak semua policy diharapkan dapat dilaksanakan dengan lancar dan tidak semua praktik diharapkan menjadi policy. Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012, p204) Green IT Policy tidak hanya mengenai penggunaan TI di perusahaan tetapi juga dapat mencakup kebijakan mengenai pengelolaan setelah TI tidak dapat digunakan. Hal ini termasuk kebijakan mengenai pengelolaan e-waste salah satunya yaitu proses recycling. Proses recycling adalah proses daur ulang TI yang sudah tidak dapat digunakan. Green IT Policy proses recycling dapat menjadi panduan kebijakan recycling TI yang tidak dapat digunakan lagi di dalam suatu perusahaan dan melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan dalam melakukan recycling tersebut. 2.4 Green Technologies Menurut Webber dan Wallace (2009, p1) green technologies adalah pengurangan dampak lingkungan departemen TI. Kuncinya adalah menemukan peralatan tepat yang mudah dioperasikan serta mudah diolah sewaktu tidak dapat digunakan lagi. Green hanya istilah lain untuk efisiensi penggunaan teknologi (dalam

12 19 hal ini, mengacu terutama untuk peralatan elektronik). Efisien bertepatan dengan biaya terendah dan paling ramah lingkungan. Menurut Webber dan Wallace (2009, p2) ada 3 karakteristik utama dari green technologies. Satu atau lebih dari karakteristik ini dapat berlaku untuk perangkat TI (komputer, printer, monitor, keyboard, scanner, dan lain-lain) yaitu: Harus menggunakan energi secara efisien. Sebuah peralatan diberikan tingkat kemampuan dapat dirancang dan dirakit dengan harga beli yang rendah, pembuangan mudah, atau operasi hemat energi. Sayangnya, banyak perusahaan menekankan harga pembelian awal dan tidak menjalankan biaya peralatan selama masa 3 atau 5 tahun. Oleh karena itu, sebagian besar produsen fokus pada penyediaan harga unit terendah. Menggunakan peralatan ukuran yang tepat untuk pekerjaan. Kebanyakan orang akan menggunakan sebuah truk bukan mobil kelas ekonomi untuk mendorong kembali dan balik ke sebuah toko kelontong yang jauh. Hal tersebut akan mengkonsumsi secara signifikan lebih banyak bahan bakar untuk mencapai jumlah yang sama dalam bekerja. Berlaku pula untuk sistem TI, seringkali server besar dibeli untuk mendukung aplikasi baik karena itu adalah standar perusahaan atau tersedia bila server dibutuhkan. Perangkat yang lebih besar mengkonsumsi energi lebih dari satu unit, namun menyediakan jumlah imbalan sama kepada perusahaan. Mencakup biaya untuk pembuangan tepat dari peralatan yang tidak diinginkan. Pembuangan adalah sesuatu yang jarang dipertimbangkan dalam pembelian. Namun biaya untuk membuang perangkat adalah bagian dari biaya total kepemilikan unit. Perusahaan mungkin akan bertanggung jawab untuk biaya

13 20 pembersihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk pembuangan yang tidak tepat dari peralatan. 2.5 Solusi Green Computing Menurut Enterprise Management Associates (EMA) (2008, p1) dalam paper berjudul Green Computing: Using IT Automation to Achieve Energy Effiency, solusi green computing mengatasi serangkaian luas isu-isu lingkungan ditargetkan mencapai keberlanjutan. Solusi ini meliputi: Efisiensi Energi. Memaksimalkan pemanfaatan kekuatan sistem komputasi dengan mengurangi penggunaan sistem selama periode waktu non-puncak. Mengurangi Limbah Elektronik. Komponen teknologi fisik (keyboard, monitor, CPU, dan lain-lain) sering tidak biodegradable dan sangat beracun. Beberapa bisnis dan arahan pemerintah telah diberlakukan untuk mempromosikan recycle komponen elektronik dan produsen hardware telah mengembangkan beberapa bagian biodegradable. Virtualisasi. Dengan memanfaatkan server tunggal untuk memberikan layanan virtual yang seharusnya perlu disediakan oleh beberapa sistem, makan konsumsi daya keseluruhan akan berkurang. Mempekerjakan Thin Clients. Sistem ini hanya memanfaatkan fungsi komputasi dasar. Dan terkadang bahkan diskless, memanfaatkan sistem remote untuk melakukan kegiatan pengolahan utamanya. Karena sistem kuno dapat digunakan untuk melakukan fungsi ini, sehingga limbah elektronik akan berkurang. Atau perangkat thin clients baru sekarang tersedia yang dirancang dengan konsumsi daya rendah.

14 21 Telecommuting. Menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk memungkinkan kemampuan karyawan bekerja dari rumah sehingga mengurangi emisi transportasi. Remote Administration. Memungkinkan kemampuan administrator untuk akses jarak jauh, memantau dan sistem perbaikan secara signifikan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan fisik ke kantor dan lokasi pelanggan yang jauh. Seperti telecommuting, pekerjaan ini menghilangkan emisi karbon yang tidak perlu. Generasi Green Power. Banyak perusahaan telah memilih untuk menerapkan pembersihan, sumber energi terbaru seperti matahari dan angin untuk sebagian atau keseluruhan kekuatan bisnis. Dari semua ini, efisiensi energi menyediakan potensi terbesar untuk cepat kembali atas investasi, kemudahan implementasi, dan pembenaran keuangan. Beberapa solusi komersial untuk meningkatkan efisiensi komputasi energi baru-baru ini menjadi tersedia dan EMA sangat menganjurkan penerapan solusi tersebut tidak hanya untuk implikasi lingkungan, tetapi juga untuk pengurangan pada biaya infrastruktur TI. 2.6 Hardware Menurut Noersasongko dan Andono (2010, p2) hardware adalah istilah mengenai sekelompok mesin, ataupun istilah mengenai jutaan komponen kemudian dikenal sebagai hardware atau perangkat keras. Hardware komputer juga dapat diartikan sebagai peralatan fisik komputer itu sendiri yang dapat dilihat, dipegang, ataupun dipindahkan.

15 Komponen Hardware Menurut Noersasongko dan Andono (2010, p2) adapun komponen hardware tersebut antara lain: Monitor (CRT dan LCD). CPU: RAM. Motherboard. Power Supply. Processor. VGA. CD dan DVD ROM. Keyboard. Mouse. Printer/scanner. Speaker. 2.7 Standard Operating Procedure (SOP) Pengertian Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Ekotama (2010, p19) Standard Operating Procedure (SOP) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan, dan mentertibkan suatu pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Hampir semua bisnis yang dijalankan secara modern memiliki SOP. Bahkan SOP juga diberikan kepada para konsumen yang membeli produk tertentu agar tidak salah mengolah. Jadi, SOP memang dibuat untuk menyederhanakan proses kerja agar hasilnya optimal tetapi tetap efisien.

16 23 Menurut Tambunan (2011, p14) SOP pada dasarnya adalah pedoman berisi prosedur-prosedur operasional standar di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitasfasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan secara efektif, efisien, konsisten, standar, dan sistematis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa SOP adalah pedoman berisi prosedur-prosedur operasional untuk memudahkan, merapikan, dan mentertibkan pekerjaan dalam suatu organisasi agar berjalan secara efektif, efisien, konsisten, standar, dan sistematis dari awal hingga akhir Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Ekotama (2010, p20) tujuan membuat SOP adalah menyederhanakan suatu pekerjaan agar hanya berfokus pada intinya, tetapi cepat dan tepat. Dengan cara ini, keuntungan mudah diraih, pemborosan diminimalisasi, dan kebocoran keuangan dapat dicegah. Perusahaan yang ramping tetapi semua pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu adalah perusahaan yang kompetitif. Menurut Ekotama (2010, p21) SOP lahir dari pengelolaan usaha sehari-hari. Pengelolaan usaha sehari-hari yang belum tentu profesional lalu distandarisasi agar profesional atau mendekati profesional. Oleh karena itu, SOP disusun untuk mempersingkat proses kerja, meningkatkan kapasitas kerja, dan mentertibkan kinerja agar tetap dalam bingkai visi serta misi perusahaan. SOP adalah sarana agar perusahaan mencapai sasaran (goal) yang ditetapkan oleh pemilik Peran Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2008, p97) peran SOP sebagai pedoman di dalam suatu organisasi adalah:

17 24 Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatan organisasi, operasional, dan administratif. Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi, baik operasional maupun administratif. Menjadi pedoman validasi langkah-langkah kegiatan dalam organisasi. Menjadi pedoman penggunaan formulir, dokumen, blanko, dan laporan yang terkait dengan kegiatan organisasi. Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi. Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan dalam organisasi yaitu dalam konteks mencapai tujuan organisasi Manfaat Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2011, p30) manfaat SOP untuk organisasi merupakan manfaat teknis yang menjadi standar dan sangat penting karena dapat digunakan sebagai acuan dalam pengendalian atas pelaksanaan penerapan SOP di dalam organisasi. Manfaat-manfaat teknis tersebut adalah: Menjamin adanya standarisasi kebijakan, peraturan, baik yang dibuat di dalam organisasi maupun berasal dari luar, misalnya Undang-Undang, Keputusan Presiden atau Menteri, maupun berupa aturan lainnya dari institusi seperti Bapepam, dan lain-lain. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan setiap prosedur operasional standar yang telah ditetapkan menjadi pedoman baku organisasi. Menjamin adanya standarisasi untuk penggunaan dan distribusi formulir, blanko, dan dokumen dalam prosedur operasional standar. Alur formulir, blanko, dan dokumen pada dasarnya merupakan alur dari birokrasi di dalam organisasi,

18 25 sehingga efektifitas dan efisiensi dari alur formulir, blanko, dan dokumen merupakan efektifitas dan efisiensi birokrasi. Menjamin adanya standarisasi sistem administrasi (termasuk kegiatan penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi). Sistem administrasi menjadi jaminan adanya upaya untuk menghargai tiap transaksi dan peristiwa yang terjadi di dalam organisasi. Menjamin adanya standarisasi validasi. Salah satu tindak atau aksi yang memastikan bahwa kontrol di dalam suatu alur kegiatan telah diterapkan adalah dengan melihat validasi dalam alur tersebut (control activities). Validasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam SOP. Dalam penyajian dengan teknik bagian arus, titik-titik kontrol (control points) dapat dijelaskan melalui simbol-simbol bagan arus yang beragam antara lain: simbol kegiatan manual maupun terkomputerisasi, simbol pilihan alternatif, dan simbol penyimpanan. Menjamin adanya standarisasi pelaporan. Laporan adalah yang dibutuhkan oleh pengguna sistem termasuk SOP. Salah satu indikator menentukan keberhasilan atau efektifitas sistem adalah laporan-laporan yang dihasilkan sistem bermanfaat atau tidak bagi penggunanya sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan tujuan, target, dan programprogram yang telah ditetapkan secara periodik. Menjamin adanya standarisasi kontrol. Penerapan kontrol sesungguhnya bukan hanya berupa validasi, tetapi mengimplementasikan komponen-komponen pengendalian lainnya yang mempengaruhi kualitas pengendalian organisasi secara keseluruhan, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan (monitoring).

19 26 Menjamin adanya standarisasi untuk pelaksanaan evaluasi dan penilaian kegiatan organisasi. Penting untuk memastikan bahwa semua keputusan serta tindakan dalam alur kegiatan organisasi mendapat evaluasi yang memadai. SOP yang efektif memuat mekanisme evaluasi yang standar. Menjamin adanya standarisasi untuk pelayanan dan tanggapan kepada pihak luar organisasi. Standar ini adalah refleksi dari dampak SOP suatu organisasi terhadap pihak luar organisasi. SOP yang efektif memastikan bahwa semua kegiatan organisasi dapat berjalan pada pola paling ekonomis, efektif, dan efisien (3E). Menjamin adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di antara prosedur dengan prosedur operasional lainnya di dalam konteks dan kerangka tujuan organisasi. Penyajian yang terintegrasi dalam konsep, konteks, dan terapan sangat penting untuk menghindari terjadinya duplikasi dalam keputusan mapun tindakan yang pada akhirnya menghasilkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan organisasi. Menjamin adanya acuan formal bagi anggota organisasi untuk menjalankan kewajiban di dalam prosedur operasional standar. SOP pada dasarnya disusun untuk menjadi pedoman baku bagi anggota organisasi dalam menjalankan kegiatan, baik dalam mengambil keputusan maupun tindakan. Karena itu, SOP harus ditetapkan sebagai satu-satunya acuan berkegiatan dalam suatu organisasi. Dalam SOP yang disajikan secara efektif, maka kaitan (linkage) antara SOP dengan peraturan-peraturan lain terlihat secara jelas dan terintegrasi karena SOP disusun dengan mempertimbangkan semua peraturan yang mengikat organisasi. Menjamin adanya acuan formal untuk setiap perbaikan serta pengembangan prosedur-prosedur operasional standar di masa datang. SOP bukanlah pedoman yang dibuat sekali sepanjang umur hidup suatu organisasi. SOP berubah serta

20 27 berkembang sesuai perubahan dan perkembangan organisasi. SOP yang penyajiannya efektif akan memudahkan saat dilakukan perubahan atau perbaikan Macam-Macam Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Ekotama (2010, p39) SOP dapat dikelompokkan menjadi 7 bidang kerja dalam suatu perusahaan. Pengelompokkan ini sifatnya umum, yaitu dapat berlaku untuk semua jenis usaha. Berbagai macam pengelompokkan SOP tersebut antara lain: Produksi dan Distribusi. Pemasaran: Promosi dan Penjualan. Akuntansi, Keuangan, dan Pajak. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangannya. Pelayanan dan Pengelolaan Pelanggan. Operasional Usaha. Pembukaan dan Penutupan Usaha Tujuh Kriteria Manual Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2008, p108) pada dasar setiap organisasi memiliki kebutuhan yang khas. Karena itu, secara teknis SOP sebagai manual prosedur operasional standar di dalam organisasi harus disusun agar memenuhi 7 kriteria yang disebut The Seven Criterias of Manual. 7 kriteria inilah yang menyebabkan SOP suatu organisasi berbeda dengan SOP organisasi lain. The Seven Criterias of Manual tersebut antara lain: Khas atau Spesifik (Specific). Prosedur Lengkap (Complete). Jelas dan Mudah Dipahami (Understandable). Layak-Terap (Applicable).

21 28 Layak-Kontrol (Controllable). Layak-Audit (Auditable). Layak-Ubah (Changeable) Unsur-Unsur Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2008, p121) unsur-unsur SOP tidak saja bermanfaaat untuk menjadi rujukan penyusunan, tetapi juga pengendali pelaksanaan SOP, yaitu untuk melihat SOP disusun lengkap atau tidak. Unsur-unsur ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan observasi, menyusun dan mengimplementasikan SOP. Unsur-unsur SOP tersebut antara lain: Tujuan. Kebijakan. Petunjuk Operasional. Pihak yang Terlibat. Formulir. Masukan. Proses. Laporan. Validasi. Kontrol Tahap-Tahap Teknis Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2011, p34) terdapat 8 tahap teknis yang tidak hanya mencakup penyusunan, tetapi juga implementasi serta pengendalian dan pemeliharaan.

22 29 Gambar 2.4: Tahap-Tahap Teknis Penyusunan SOP Sumber: Tambunan (2011, P35) Menurut Tambunan (2011, p35) tahap-tahap teknis penyusunan SOP tersebut adalah: Tahap Persiapan. Tahapan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan penyusunan atau pengembangan SOP serta menyusun alternatif tindakan yang harus dilakukan oleh organisasi yang terdiri dari 4 langkah, yaitu: (i) Mengetahui kebutuhan.

23 30 (ii) Mengevaluasi dan menilai kebutuhan. (iii) Menetapkan kebutuhan. (iv) Menetapkan alternatif tindakan. Produk dari tahapan ini adalah keputusan mengenai alternatif tindakan yang akan dilakukan. Tahap Pembentukan Organisasi Tim. Tahapan ini bertujuan untuk menetapkan tim atau organisasi tim yang bertanggung-jawab untuk melaksanakan alternatif tindakan yang telah dibuat dalam tahap persiapan. Tahapan ini mencakup 5 langkah, yaitu: (i) Menetapkan organisasi tim penanggung-jawab pelaksanaan. (ii) Menyusun pembagian tugas pelaksanaan. (iii) Menetapkan orang yang diberi tanggung-jawab atas pelaksanaan secara garis besar. (iv) Menetapkan mekanisme kontrol pekerjaan. (v) Membuat pedoman pembagian pekerjaan dan kontrol pelaksanaan pekerjaan. Produk dari tahap ini adalah pedoman pembagian tugas dan kontrol pekerjaan. Tahap Perencanaan. Tahapan ini bertujuan menyusun serta menetapkan strategi, metodologi, rencana, dan program kerja yang akan digunakan oleh tim pelaksana penyusunan. Tahap ini terdiri dari 4 langkah, yaitu: (i) Menyusun strategi dan metodologi kerja. (ii) Menyusun perencanaan kerja. (iii) Menyusun program-program kerja rinci. (iv) Menyusun pedoman perencanaan dan program kerja rinci. Produk dari tahap ini adalah pedoman perencanaan dan program kerja rinci.

24 31 Tahap Penyusunan. Tahapan ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan SOP sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap ini terdiri dari 5 langkah, yaitu: (i) Mengumpulkan informasi terkait dengan metode pendekatan pengumpulan yaitu dengan metode pendekatan sistem atau risiko kegiatan. (ii) Mengumpulkan informasi pelengkap, yaitu alur otorisasi, kebijakan, pihak yang terlihat, formulir, kaitan dengan prosedur lain. (iii) Menetapkan metode dan teknik penulisan SOP yang dipilih, naratif atau bukan, bagian arus, tabular, atau paduan di antara ketiganya. (iv) Melaksanakan penulisan SOP. (v) Membuat draft pedoman SOP. Produk dari tahapan ini adalah draft pedoman SOP. Tahap Uji Coba. Tahapan ini bertujuan menerapkan SOP dalam bentuk uji coba draft pedoman SOP yang telah dibuat dalam tahap penyusunan. Tahap ini terdiri dari 6 langkah, yaitu: (i) Merancang metodologi uji coba. (ii) Mempersiapkan materi uji coba. (iii) Menetapkan tim pelaksana uji coba. (iv) Mempersiapkan sarana uji coba. (v) Melaksanakan uji coba. (vi) Menyusun laporan hasil uji coba. Produk dari tahap ini adalah laporan hasil uji coba yang digunakan untuk melakukan penyempurnaan draft pedoman SOP. Tahap Penyempurnaan.

25 32 Tahapan ini bertujuan menyempurnakan pedoman SOP berdasarkan laporan hasil uji coba yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Tahap ini terdiri dari 6 langkah, yaitu: (i) Mendiskusikan laporan hasil uji coba. (ii) Merancang dan merencanakan langkah-langkah penyempurnaan pedoman SOP. (iii) Menyusun pembagian tugas penyempurnaan. (iv) Melaksanakan penyempurnaan. (v) Melakukan uji coba terbatas dengan tim atau tim penyeimbang (counterpart) atau kelompok fokus (focus group) yang dibentuk secara khusus. (vi) Menyusun pedoman SOP akhir (final manual). Produk dari tahap ini adalah pedoman SOP akhir (final manual atau final guidance) yang digunakan sebagai pedoman standar dalam organisasi. Tahap Implementasi. Tahapan ini bertujuan untuk mengimplementasikan pedoman SOP akhir secara menyeluruh dan standar dalam organisasi. Tahap ini terdiri dari 6 langkah, yaitu: (i) Merancang metodologi implementasi. (ii) Mempersiapkan materi implementasi. (iii) Menetapkan tim pelaksana implementasi. (iv) Mempersiapkan sarana implementasi. (v) Melaksanakan implementasi. (vi) Menyusun laporan implementasi. Produk dari tahap ini adalah laporan implementasi yang akan menjadi dasar dalam melakukan tahapan pemeliharaan dan audit. Tahap Pemeliharaan dan Audit.

26 33 Tahapan ini merupakan tahap akhir dari seluruh tahap-tahap teknis penyusunan SOP dan bertujuan untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan audit atas pelaksanaan penerapan SOP dalam organisasi selama periode tertentu. Tahapan ini terdiri dari 7 langkah, yaitu: (i) Merencanakan kegiatan pemeliharaan dan audit atas pedoman SOP yang diterapkan. (ii) Mempersiapkan tim pemeliharaan dan audit. (iii) Melaksanakan pemeliharaan dan audit. (iv) Membuat laporan setiap kegiatan pemeliharaan dan audit. (v) Menyimpulkan temuan-temuan di dalam laporan kegiatan pemeliharaan dan audit dan menyusun perencanaan perbaikan yang diperlukan. (vi) (Bila perbaikan adalah kecil dan bersifat rutin, maka): Melaksanakan perbaikan segera. (vii) (Bila perbaikan adalah besar dan bersifat tidak rutin, maka): Melaksanakan tahap-tahap teknis penyusunan SOP dari awal. Produk dari tahap ini adalah laporan perbaikan rutin dan laporan kebutuhan perbaikan besar atas SOP Teknik Dasar Penulisan Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2011, p180) terdapat 3 teknik dasar menuliskan SOP, yaitu: Teknik Naratif. Teknik Bagan Arus (Flowchart). Teknik Tabular. Pada praktiknya, biasanya tidak digunakan hanya salah satu teknik saja, tetapi gabungan atau campuran dari 3 teknik dasar tersebut.

27 34 Berikut merupakan penjelasan tentang ketiga teknik dasar penulisan SOP menurut Tambunan (2011, p180): Teknik Naratif. Teknik ini menggunakan kekuatan kata dan kalimat dalam menyusun SOP. Oleh karena itu, karakter teknik naratif ini sangat khas, semakin baik cara penyampaian, semakin baik pula potensi kemudahan pemahaman oleh pelaksana prosedur. Karena sifat ini, maka penyusunan dengan teknik naratif harus dilakukan oleh tim yang tidak hanya mampu melakukan analisis kebutuhan SOP organisasi, tetapi juga mampu menuangkan dalam narasi sistematis, jelas, dan mudah dipahami. Keunggulan teknik naratif adalah: Lebih fleksibel, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan yang menulis SOP, sepanjang dilakukan secara sistematis, standar, dan mudah dipahami. Tidak terikat simbol-simbol tertentu, seperti teknik bagian arus (flowchart), sehingga potensi kesalahan bukan pada pemakaian simbol, tetapi penggunaan kata atau kalimat. Untuk SOP yang instruktif dan singkat, lebih mudah untuk dimodifikasi. Lebih mudah dipahami oleh lebih banyak pemakai, sebab tidak perlu memahami simbol atau kode-kode tertentu, sepanjang SOP ditulis secara sistematis, standar, dan mudah dipahami. Kelemahan teknik naratif antara lain: Sulit disajikan secara standar, karena cara setiap orang menuliskan sesuatu dapat berbeda. Ada yang singkat dan ada yang berpanjang-panjang. Untuk prosedur yang rumit dan tidak instruktif, dapat menjebak penulis SOP pada situasi penyajian yang berbelit-belit.

28 35 Untuk orang yang paham teknik bagan arus, kecuali untuk kebijakan dan SOP instruktif, maka cara ini tidak praktis. Sometimes word has two meanings. Ungkapan ini menunjukkan potensi sebuah kalimat disalahartikan oleh orang-orang yang membacanya. Untuk prosedur yang rumit dan tidak instruktif, sulit untuk diimplementasikan dan disosialisasikan. Walaupun terdapat keunggulan dan kelemahan dari teknik naratif, namun teknik ini sangat bermanfaat pada kebutuhan tertentu, yaitu: Untuk menulis kebijakan dan peraturan-peraturan. Untuk menulis SOP instruktif. Untuk menulis SOP yang sederhana yang tidak melibatkan banyak pihak, tidak banyak alur birokrasi dan tidak banyak menggunakan variasi formulir dan laporan. Tabel 2.2: Contoh Penggunaan Teknik Naratif Prosedur Penerimaan Piutang Usaha - Kas 1. Bagian Penagihan mengirim Faktur Tagih ke Bagian Keuangan sebanyak dua rangkap. 2. Bagian Keuangan menyerahkan rangkapan Faktur Tagih yang telah diterima dari Bagian Penagihan dan telah divalidasi dan dicatat kepada Bagian Kasir satu rangkap. Satu rangkap untuk arsip Bagian Keuangan. 3. Bagian Kasir menerima uang pembayaran Piutang Usaha dari Pihak Ketiga dan menyiapkan Kuitansi Penerimaan sebanyak tiga rangkap. Satu rangkap untuk Pihak Ketiga (asli), satu rangkap untuk Bagian Keuangan dan satu rangkap diarsip oleh Bagian Kasir.

29 36 Prosedur Penerimaan Piutang Usaha - Kas 4. Bagian kasir menyiapkan Bukti Penerimaan Kas sebagai dasar administrasi pencatatan sebanyak dua rangkap. Satu rangkap untuk Bagian Keuangan dan satu rangkap untuk diarsip. 5. Bagian Kasir mencatat penerimaan dalam Buku Harian Penerimaan Kas. 6. Pada akhir hari, Bagian Kasir menghitung secara fisik semua penerimaan pada hari yang bersangkutan dan membuat Laporan Penerimaan Kas Harian. 7. Selesai. Sumber: Tambunan (2011, p183) Teknik Bagan Arus (Flowchart). Teknik bagan arus ini menggunakan simbol-simbol standar yang memiliki makna atau mempresentasikan makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Teknik bagan arus adalah teknik sangat spesifik yang banyak digunakan dalam pengembangan sistem informasi dan penyusunan prosedur operasional standar. Keunggulan dari teknik bagan arus adalah: Dapat disajikan lebih ringkas dibandingkan dengan menggunakan kata dan kalimat (teknik naratif). Dapat disajikan lebih konsisten apabila teknik bagan arus dikuasai dan diterapkan secara tepat. Lebih praktis serta lebih mudah dipahami apabila pengguna mengerti makna simbol-simbol bagan arus. Lebih mudah dikontrol dan dipelihara, karena sifat penyajian yang jauh lebih ringkas dan sistematis.

30 37 Kelemahan teknik bagan arus, yaitu: Menyajikan SOP dengan bagan arus membutuhkan kemampuan pemahaman simbol dan teknik bagan arus yang baik sehingga keunggulan standarisasi dapat dicapai. Tanpa penguasaan simbol yang baik maka bagan arus SOP membutuhkan tambahan penjelasan naratif untuk dipahami seperti banyak dilakukan dalam praktik. Mengimplementasikan dan mensosialisasikan SOP dengan penyajian bagan arus membutuhkan tingkat kemampuan pemahaman simbol yang sama antara penyusun dan pengguna. Oleh karena itu, sebelum diimplementasikan dan disosialisasikan diperlukan tambahan pelatihan tentang makna simbol-simbol bagan arus. Teknik bagan arus akan memberikan hasil optimal apabila dimanfaatkan: Untuk SOP dengan alur birokrasi dan kontrol yang kompleks dan melibatkan banyak departemen atau pihak yang terlibat. Untuk SOP yang melibatkan banyak dokumen dan laporan dan variasi distribusi yang rumit. Untuk SOP yang memiliki kaitan dengan SOP atau kebijakan atau peraturan lain yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa teknik ini sangat bermanfaat untuk menggambarkan SOP yang rumit. Serumit atau sekompleks apapun SOP, apabila digunakan teknik bagan arus secara tepat, maka dapat digambarkan dengan sederhana dan sistematis. Simbol-simbol yang ada dalam bagan arus mewakili banyak hal yang jika diuraikan dalam kalimat akan membutuhkan banyak penjelasan dan uraian. Berikut merupakan contoh kasus penggabungan teknik bagan arus dengan penjelasan menggunakan teknik naratif.

31 38 Dengan Teknik Bagan Arus: Dengan Teknik Naratif: (X) Berdasarkan dokumen PQR (Rangkapan 3) dan dokumen XYZ (Rangkapan 1) yang divalidasi Kepala Bagian Pemasaran, Bagian Laboratorium Produksi harus menilai kualitas Produk I dan II yang akan diproduksi. Dengan Teknik Naratif: (A) Jika kualitas Baik, maka produk I dan II dikirim ke Bagian Produksi untuk dilanjutkan ke Proses Produksi 4 dan 5. (B) Jika kualitas Buruk, maka produk I dan II dikirim kembali ke Bagian Produksi 1 untuk ditingkatkan kualitasnya sesuai spesifikasi yang diwajibkan. Gambar 2.5: Contoh Perbandingan Teknik Bagan Arus Dengan Teknik Naratif Sumber: Tambunan (2011, p192)

32 39 Teknik Tabular. Teknik tabular menggunakan bentuk tabel untuk membuat SOP tertentu. Teknik ini sangat spesifik karena tidak semua SOP dapat disajikan dalam bentuk tabel. Teknik ini dalam beberapa kondisi tidak dapat berdiri sendiri, karena digunakan sebagai alat bantu untuk teknik penyajian yang lain. Teknik tabular pada umumnya efektif untuk SOP sebagai berikut: Kegiatan yang bersifat analisis. Tabel 2.3: Contoh Langkah-Langkah Proses Utuh No. Urutan Langkah Kaitan Langkah Hubungan 1. Langkah 1 2 Awal 2. Langkah 2 1, 3 Awal, Akhir 3. Langkah 3 2, 4 Awal, Akhir 4. Langkah 4 3, 5A, 5B, 5C Awal, Akhir (3) 5. Langkah 5A 4, 5B, 6 Awal, Akhir (2) 6. Langkah 5B 4, 5C, 7, 8 Awal, Akhir (3) 7. Langkah 5C 4, 6 Awal, Akhir 8. Langkah 6 5A, 7 Awal, Akhir 9. Langkah 7 5C, 8 Awal, Akhir 10. Langkah 8 5C, 7 Awal, Akhir (2) Sumber: Tambunan (2011, p194) Tabel di atas merupakan contoh urutan langkah sangat spesifik yang biasanya ada di proses produksi di pabrik atau di laboratorium atau dapat juga dibuat untuk langkah-langkah lain yang membutuhkan keakuratan, apabila dilanggar akan menyebabkan kegagalan keseluruhan proses.

33 40 Tabel 2.4: Proses Utuh (Tabel 2.3) Dalam SOP Dengan Teknik Bagan Arus Pabrik Penjelasan Kegiatan Dokumen P (Rkp 1 dan 5): 1 5. Dokumen P adalah dokumen kualitas produk yang telah divalidasi Kepala Produksi F Kegiatan F: adalah pengiriman bahan baku dari Gudang ke Pabrik. XX Proses Utuh XX: adalah proses utuh langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses produksi sesuai pedoman dalam tabel 2.2. Sumber: Tambunan (2011, p195) Simbol proses utuh XX tersebut (bidang arsir abu-abu) adalah SOP dengan teknik tabular dan merupakan bagian dari sebuah SOP yang lebih besar yang disajikan dengan teknik bagan arus. Kegiatan yang sangat standar. Teknik tabular ini juga lazim digunakan untuk SOP jurnal standar dalam kegiatan akuntansi perusahaan. Tabel jurnal standar disusun sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan dan sangat bermanfaat bagi pelaksana akuntansi untuk menghindari kesalahan entri transaksi. Dalam kegiatan

34 41 standar lain yang sejenis yaitu seperti kegiatan pemasaran, penjualan, SDM, dan lain-lain dapat juga dibuat SOP dalam bentuk tabel seperti jurnal standar. Tabel 2.5: Contoh Tabel Jurnal Standar No. Jenis Jurnal Standar Jumlah Transaksi (Rp) 1. Pembelian Dr Cr 2. Penjualan Dr Cr Pembelian Hutang Dagang Piutang Dagang Penjualan Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Sumber: Tambunan (2011, p196) Kegiatan yang berupa penjadwalan. Tabel 2.6: Contoh Jadwal Pembayaran No. Nilai Pembayaran Mata Uang Hari Pembayaran 1. <=1,000 USD Senin 2. >1,000 USD Rabu 3. <=5,000 SGD Senin 4. >5000 SGD Rabu 5. <=1,000 EURO Senin 6. >1,000 EURO Rabu 7. <= IDR Selasa 8. > IDR Kamis Sumber: Tambunan (2011, p197) Dalam tabel di atas disajikan aturan SOP pembayaran kepada pihak ketiga menurut jumlah, mata uang, dan hari pelaksanaan pembayaran.

35 Simbol-Simbol Bagan Arus (Flowchart) Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Tambunan (2011, p185) terdapat simbol-simbol bagan arus yang umum digunakan dalam penyusunan SOP. Simbol-simbol ini terdiri atas: Simbol bagan arus dasar (basic flowchart symbols). Gambar 2.6: Simbol Bagan Arus Dasar Sumber: Tambunan (2011, p186) Simbol penyimpanan untuk penyimpanan (storage flowchart symbols). Gambar 2.7: Simbol Bagan Arus Penyimpanan Sumber: Tambunan (2011, p187)

36 Simbol bagan arus penghubung kegiatan-kegiatan (activity connector flowchart symbols). 43 Gambar 2.8: Simbol Bagan Arus Penghubung Kegiatan Sumber: Tambunan (2011, p187) Simbol bagan arus kegiatan rinci di dalam proses (detail activity in process flowchart symbols).

37 44 Gambar 2.9: Simbol Bagan Arus Kegiatan Rinci Dalam Proses Sumber: Tambunan (2011, 188) Simbol bagan arus alur atau garis penghubung (flowlines flowchart symbols). Gambar 2.10: Simbol Bagan Arus Alur Atau Garis Penghubung Sumber: Tambunan (2011, p188) Simbol bagan arus untuk menunjukkan hardware yang digunakan di dalam sistem dan prosedur (computer hardware symbols).

38 45 Gambar 2.11: Simbol Bagan Arus Hardware Komputer Sumber: Tambunan (2011, p189) 2.8 E-Waste Pengertian E-Waste Menurut Himpalaunas Online (September 2011) e-waste adalah sampah atau limbah berupa perangkat keras atau barang elektronik yang dibuang karena usang atau rusak. Sampah ini harus mendapat perhatian lebih karena mengandung bahan

39 46 beracun dan berbahaya (B3). Limbah elektronik setiap tahunnya mengalami peningkatan mengingat tumbuh pesatnya penggunaan barang elektronik seperti ponsel, televisi atau komputer. Menurut data Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), setiap tahunnya antara juta ton e-waste dibuang tanpa diproses dengan cara ramah lingkungan. Menurut Himpalaunas Online (2011) e-waste dapat menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan manusia karena merupakan sumber toksik, termasuk zat karsinogenik di dalamnya. Apabila dibuang secara langsung tanpa melalui pengolahan, zat dari e-waste yang ada dapat meresap ke dalam tanah, ke air, dan akhirnya dapat mencemari lingkungan sekitar. Menurut Jehan (YLKI Online, 2012) e-waste adalah barang elektronik yang dibuang karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste perlu diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti logam berat (merkuri, timbal, kromium, cadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga, dan lainnya). Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) (2007, p2) dalam jurnal E-Waste Volume II: E-Waste Management Manual, Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) atau e-waste adalah salah satu aliran limbah yang tercepat tumbuh di dunia. Di negara maju, sama dengan 1% dari total padatan limbah pada rata-rata. Meningkatnya market penetration di negara berkembang, replacement market di negara maju dan high obsolescence rate membuat WEEE/e-waste menjadi salah satu aliran limbah tercepat. Ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi e-waste khususnya di negara berkembang. Kehadiran komponen daur ulang menarik sektor informal dan tidak terorganisir. Praktik-praktik

40 lingkungan yang tidak aman dan berisiko menimbulkan risiko besar terhadap kesehatan dan lingkungan. 47 Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) (2007, p12) dalam jurnal E-Waste Volume II: E-Waste Management Manual, e-waste adalah campuran kompleks dari limbah berbahaya dan tidak berbahaya yang terdiri dari item nilai ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan pemisahan khusus, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p893) dalam International Journal of Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, e-waste adalah limbah yang paling cepat berkembang di dunia industri dan urban. Dengan pertumbuhan besar di sektor elektronik dan hardware, permintaan produk elektronik telah ditingkatkan pula. Perubahan fitur lebih cepat dalam perangkat elektronik dan ketersediaan produk ditingkatkan sehingga memaksa konsumen untuk membuang elektronik produk tersebut dengan cepat. Generasi ini telah menyebabkan e-waste yang mengkhawatirkan. Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p894) dalam International Journal of Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, sumber utama dari e- waste adalah hardware disposal dan barang-barang elektronik dari kantor pemerintah, sektor publik dan swasta, akademis serta lembaga penelitian. Konsumen rumah tangga juga memberikan kontribusi volume yang signifikan dalam produk elektronik.

41 48 Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p894) dalam International Journal of Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors menyatakan bahwa beberapa tahun terakhir ekspor volume e-waste terbesar dari negara-negara barat ke negara-negara Asia seperti Cina, India, dan lain-lain Pemodelan E-Waste Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p899) dalam International Journal of Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors menyatakan bahwa e- waste recycle dianggap bisnis yang menguntungkan di negara-negara barat. Teknologi dan infrastruktur yang tepat serta memadai tersedia di negara-negara maju tersedia di negara-negara maju untuk memproses sampai akhir produk elektronik untuk mengekstrak logam mulia hingga hasil terbaik. Para konsumen mendukung secara finansial untuk kegiatan recycle di negara-negara barat dengan bentuk EPR (Extended Produsen Responsibility) yaitu produksi lanjutan atau tambahan secara bertanggung jawab penuh. Menurut The Swiss Federal Laboratories for Material Science and Technology (EMPA) (2009, p6) dalam jurnal berjudul Model for E-waste Management, EPR didefinisikan sebagai suatu strategi perlindungan lingkungan sebagai produsen yang membuat produk bertanggung jawab atas seluruh siklus hidup produk terutama untuk recycle dan disposal akhir dari produk tersebut. Menurut Chatterjee dan Kumar (2009, p900) dalam International Journal of Physical Sciences yang berjudul Effective Electronic Waste Management and

42 Recycling Process Involving Formal and Non-Formal Sectors, mengusulkan model untuk e-waste recycling yang memiliki berbagai tahap. 49 Gambar 2.12: Model E-Waste Proses Flowchart Recovery of Saleable Materials E-Waste Sumber: Chatterjee dan Kumar (2009, p900)

43 50 Gambar 2.13: Model E-Waste Proses Flowchart Untuk E-Waste Management. Sumber: Chatterjee dan Kumar (2009, p903) Menurut The Swiss Federal Laboratories for Material Science and Technology (EMPA) (2009, p10) dalam jurnal berjudul Model for E-waste Management mengusulkan model Individu Producer Responsibility (IPR) untuk Negara India.

44 51 Gambar 2.14: Model Individu Producer Responsibility (IPR) Sumber: The Swiss Federal Laboratories for Material Science and Technology (EMPA) (2009, p10) Metode Pengolahan E-Waste Menurut Phillips (ehow Online, 2012) banyak produk elektronik memiliki komponen racun seperti lead, mercury, dan cadmium yang cenderung merusak lingkungan. Kebanyakan e-waste dapat di-recycling dan di-reuse. Dengan mengurangi (reduce), reusing, dan recycling produk-produk yang mengandung bahan berbahaya, setiap konsumen dapat membantu berkontribusi untuk mengurangi masalah lingkungan yang sudah tersebar luas karena racun yang timbul dari e-waste disposal. Menurut Phillips (ehow Online, 2012) terdapat 3 metode daur ulang e-waste yang dapat diterapkan antara lain: Daur Ulang (Recycling).

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius baik sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan negara berkembang dituding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) menjadi manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia khususnya bagi perusahaan maju maupun berkembang. Jenis pekerjaan yang sebelumnya

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMODELAN E-WASTE PADA JAWA POS GROUP

ANALISIS DAN PEMODELAN E-WASTE PADA JAWA POS GROUP ANALISIS DAN PEMODELAN E-WASTE PADA JAWA POS GROUP Deby Christi, Stevanus Jayanto, Aji Margono, Argogalih School of Information Systems Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir akhir ini global warming tengah menjadi topik pembahasan yang sering di bicarakan oleh masyarakat dunia. Global warming adalah perubahan meningkatnya temperatur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GREEN COMPUTING UNTUK KEBERLANGSUNGAN PROSES BISNIS PADA PT. FUJITSU INDONESIA

IMPLEMENTASI GREEN COMPUTING UNTUK KEBERLANGSUNGAN PROSES BISNIS PADA PT. FUJITSU INDONESIA IMPLEMENTASI GREEN COMPUTING UNTUK KEBERLANGSUNGAN PROSES BISNIS PADA PT. FUJITSU INDONESIA PRASETYA FANDI HANTORO HERLI KURNIAWAN HATIF PRASETYO WAHYU SARDJONO ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN ialah mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah merambah dihampir semua bidang kehidupan, hal ini ditandai dengan berkembangnya penggunaan komputer hampir diberbagai bidang

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOPs)

PEDOMAN PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOPs) Kementerian Perhubungan RI Sekretariat Jenderal Pusat Data dan Informasi Jakarta 10110 TKD/021/B-05/E001 PEDOMAN PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOPs) TENTANG TATA KELOLA DATA (PDT-PS/SOP-1) KATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Sistem Nugroho Widjajanto (2001:2) mengartikan sistem sebagai sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah berhasil memudahkan manusia dalam aktivitas kesehariannya. Bila dilihat lebih lanjut dan dikaitkan dengan kelestarian lingkungan, tentunya

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) menyumbang karbon dioksida sebanyak 2% terhadap global warming, sehingga sektor TI sebaiknya menghijaukan sistemnya dengan cara menerapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik sekarang maupun masa mendatang. Anggapan ini didukung dengan adanya 180

BAB 1 PENDAHULUAN. baik sekarang maupun masa mendatang. Anggapan ini didukung dengan adanya 180 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global dianggap sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius baik sekarang maupun masa mendatang. Anggapan ini didukung dengan adanya 180 negara menandatangani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Toko Tambelan merupakan salah satu toko yang bergerak di dalam bidang usaha elektronik dan melakukan transaksi jual beli barang-barang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini, permasalahan lingkungan hidup (pencemaran, polusi, limbah,dll) sampai saat ini menjadi isu global yang sering diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya tujuan utama perusahaan. data-data akuntansi yang semula menggunakan cara-cara manual menjadi

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya tujuan utama perusahaan. data-data akuntansi yang semula menggunakan cara-cara manual menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembang pesatnya usaha bisnis di Indonesia pada khususnya di pulau Jawa mendorong perusahaan menengah untuk berkembang mengikuti kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

E-WASTE MANAGEMENT. Prepared by Hanna Lestari, M.Eng

E-WASTE MANAGEMENT. Prepared by Hanna Lestari, M.Eng E-WASTE MANAGEMENT Prepared by Hanna Lestari, M.Eng MASALAH Sampah elektronik merupakan kumpulan barangbarang elektronik yang sudah rusak atau tidak dipakai lagi oleh pemiliknya Hampir semua aktivitas

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT EFESIENSI SISTEM INFORMASI AKADEMIK DALAM MENDUKUNG TERWUJUDNYA GREEN COMPUTING UIN SYARIF HIDAYATULLAH

ANALISA TINGKAT EFESIENSI SISTEM INFORMASI AKADEMIK DALAM MENDUKUNG TERWUJUDNYA GREEN COMPUTING UIN SYARIF HIDAYATULLAH ANALISA TINGKAT EFESIENSI SISTEM INFORMASI AKADEMIK DALAM MENDUKUNG TERWUJUDNYA GREEN COMPUTING UIN SYARIF HIDAYATULLAH Eva Khudzaeva Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi

BAB 5 PENUTUP. lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi 85 BAB 5 PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam pemaparan studi kasus yang penulis lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi untuk perusahaan dalam membantu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam perdagangan alat listrik dan juga elektronik. Kelebihan

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

Green Information System : Innovation for Environmental Sustainability

Green Information System : Innovation for Environmental Sustainability Green Information System : Innovation for Environmental Sustainability Mustafid Fakultas Sains dan Matematika, Diponegoro University. Semarang, INDONESIA. Email : mustafid55@yahoo.com Abstrak Saat ini,

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, perekonomian Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaanperusahaan baru yang bermunculan untuk memenangkan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT Studi Kasus Pada PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT JATENG AI1 : Identify Automated Solutions 1. Apakah

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV.Yakin adalah perusahaan yang berorientasi pada produksi es batangan (balok) dengan kapasitas produksi kurang lebih 800

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegitan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN 1 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Kinerja lingkungan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan

9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan 9 - Manajemen Kos/Biaya Lingkungan Background Organisasi dapat mengurangi dampak lingkungan dengan : Pencegahan pencemaran menggunakan proses, praktek, teknik, bahan, produk, jasa atau energi untuk menghindari,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT)

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) LAMPIRAN 119 120 DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) Studi Kasus Pada PT. SURYA RENGO CONTAINERS - DEMAK NAMA RESPONDEN

Lebih terperinci

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Limbah komputer telah menjadi salah satu isu lingkungan penting pada dekade ini, seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Objek Pembelajaran Klasifikasi Sistem Informasi (SI) SI Berdasarkan Level Organisasi Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Klasifikasi Menurut Arsitektur

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DAN IBADAH HAJI PLUS 2.1. SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE)

BAB II SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DAN IBADAH HAJI PLUS 2.1. SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE) 23 BAB II SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DAN IBADAH HAJI PLUS 2.1. SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE) 2.1.1. Pengertian SOP SOP (Standard Operating Procedure) pada dasarnya adalah pedoman yang berisi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Surat adalah alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain adalah untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik

Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik Nama Mahasiswa: Ayu Nindyapuspa 3309 100 017 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum., MAppSc Latar Belakang Populasi Penduduk Daya Beli Masyarakat

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mardi (2011) pengertian sistem adalah suatu kesatuan komponen atau elemen yang di hubungkan bersama

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. United State Environmental Protection Agency DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Lingkungan Istilah akuntansi lingkungna mempunyai banyak arti dan kegunaan. Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P 4108100055 IKHTISAR Menjadikan galangan kapal menjadi industri yang mampu menerapkan konsep industri hijau.

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan dan Implementasi Green Data Center Study kasus Data Center PT. ISN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan dan Implementasi Green Data Center Study kasus Data Center PT. ISN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya bisnis dan seiring bertambahnya waktu maka menimbulkan permasalahan baru bagi perusahaan yaitu meningkatnya kebutuhan akan kapasitas

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA KULIAH 1. Pendahuluan 2. Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu mengenai permasalahan lingkungan dunia telah menjadi perhatian dari berbagai pihak, terutama beberapa sektor yang terus tumbuh dan menjadi penyumbang turunnya

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN II.1 Pengertian Lingkungan Definisi lingkungan menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil

Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : 120462201017 Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil 1. Pada dasarnya definisi audit manual dan audit EDP tidak ada perbedaan secara khusus dimana batasan batasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Aplikasi. Green Simulator. Art Simulator

LAMPIRAN. Aplikasi. Green Simulator. Art Simulator L1 LAMPIRAN Aplikasi Green Simulator Art Simulator L2 Formula Aplikasi Green Simulator Green Meter = (Total PC/Total PC Rusak) * 100. Total PC = Total PC/Total PC Rusak. Reuse = (1/5 * Total PC Rusak).

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

Bab II Elemen dan Prosedur SIA Bab II Elemen dan Prosedur SIA Pertanyaan Dalam Merancang SIA 1. Bagaimana mengorganisasi kegiatan agar aktivitas bisnis berjalan dengan efektif dan efisien? 2. Bagaimana mengumpulkan dan memproses data

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INFROMASI AKUNTANSI 2 SIKLUS PRODUKSI

TUGAS SISTEM INFROMASI AKUNTANSI 2 SIKLUS PRODUKSI TUGAS SISTEM INFROMASI AKUNTANSI 2 SIKLUS PRODUKSI Disusun oleh : M DITA CAHYANING A 01109053 TOFAN STALLONY K 01109054 PRIYANTO SIADJONO 01111036 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2011 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS

DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS Rapat Koordinasi Penyiapan Teknis SIMPUS Departemen Kesehatan Surabaya 29 Mei 2007 Hadwi Soendjojo - Kepala Pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang sedang penulis jalani pada saat ini adalah dengan Analisis Sistem Informasi Penjulanan Tiket

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Green Computing Menurut Sheikh (2010) dalam jurnal berjudul Green Computing- Embrace a Secure Future, green computing mengacu pada komputasi ramah lingkungan atau teknologi informasi.

Lebih terperinci

Abstrak-Untuk mengatasi tugas audit file data untuk pajak daerah sistem informasi manajemen (LTMIS), pendekatan audit Audit komputer dikombinasikan

Abstrak-Untuk mengatasi tugas audit file data untuk pajak daerah sistem informasi manajemen (LTMIS), pendekatan audit Audit komputer dikombinasikan Abstrak-Untuk mengatasi tugas audit file data untuk pajak daerah sistem informasi manajemen (LTMIS), pendekatan audit Audit komputer dikombinasikan dengan pemeriksaan manual tradisional adalah disajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern seperti sekarang dunia bisnis mengalami perkembangan yang sangat pesat baik pada perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur mulai dari skala kecil

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 69 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan UD. Sri Rejeki adalah usaha dagang yang bergerak dalam bidang ceramics houseware. Berawal dari keinginan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MODEL B. Nama : Edi Saputra Kelas : 5.01 Nim : Semester : V

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MODEL B. Nama : Edi Saputra Kelas : 5.01 Nim : Semester : V KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI F A K U L T A S E K O N O M I Kampus : Jl. Politeknik Senggarang Tlp (0771) 7004643; Fax. (0771) 7038999 PO BOX 155 Tanjungpinang 29125

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

SOAL. No Nama Afiliasi Bidang Usaha Kepemilikan Lokasi 1 PT. Berlian Pemegang hak 27% Balikpapan

SOAL. No Nama Afiliasi Bidang Usaha Kepemilikan Lokasi 1 PT. Berlian Pemegang hak 27% Balikpapan SOAL PT. Mahameru merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi furniture secara massal dan juga memenuhi permintaan dengan desain khusus. Perusahaan pada tahun 2X07 berencana menjual sahamnya di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, persaingan semakin ketat perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong banyak perusahaan untuk semakin memperluas usahanya dengan meraih pangsa pasar. Hal

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Environmental Accounting : an overview

Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting : an overview Environmental Accounting Back Ground Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya

Lebih terperinci