ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT NANDANG TRISATYO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT NANDANG TRISATYO"

Transkripsi

1 ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT NANDANG TRISATYO DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA 1 Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Nandang Trisatyo NIM H Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

4

5 ABSTRAK NANDANG TRISATYO. Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Ikan mas merupakan salah satu komoditas ikan unggulan di Kabupaten Subang yang memiliki potensi yang cukup baik untuk terus dikembangkan. Sumber air yang selalu tersedia sepanjang tahun menjadikan media tanam kolam air deras (KAD) mempunyai kelebihan untuk pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Hasil analisis menunjukan bahwa kondisi sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe, Subang (1) saluran pemasaran yang terbentuk terdiri dari 5 saluran pemasaran, (2) terdapat 4 lembaga pemasaran yang bertugas membeli produk dari produsen dan menyampaikan produk ke konsumen akhir, (3) fungsi pemasaran setiap saluran berbeda beda, (4) struktur pasar yang terjadi jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli, sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar persaingan sempurna, (5) Pembudidaya ikan mas akan menjual hasil produksi kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Saluran pemasaran yang relatif efisien pada saluran pemasaran ikan mas Kecamatan Cijambe adalah saluran pemasaran 5 (pembudidaya pedagang pengecer konsumen akhir) karena memiliki margin pemasaran terkecil, farmer s share besar dan rasio keuntungan terhadap biaya memiliki nilai lebih dari satu. Kata kunci: ikan mas, efisiensi pemasaran, saluran pemasaran ABSTRACT NANDANG TRISATYO. Analysis of Marketing s System Cyprinus carpio in water running in Cijambe village, Cijambe district, Subang, West Java. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH. Cyprinus carpio is one of the leading commodity in the district Cijambe, Subang. Sources of water are always available of the year to make the water running has a chance for farmers in the district Cijambe, Subang. Results of the analysis showed that the condition of the marketing system in district Cijambe, Subang. (1) marketing channels is formed consisting of five marketing channel, (2) there are four marketing agencies who buys the products from farmers and delivery products to the consumer, (3) marketing functions every channel is different, (4) market structure that occur when viewed from the seller, the market structure that oligopoly, while the market structure viewed from retailers is perfectly competitive market, (5) Farmers will be selling their produce to traders by way of a cash payment. Marketing channels are relatively efficient at marketing channel in district Cijambe is a marketing channel 5 (farmers-tradersconsumers between) because it has a marketing margin the smallest, the farmer's share of the biggest and the ratio of benefits to costs have more than one value. Keywords: cyprinus carpio, efficiency, channel

6

7 ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT NANDANG TRISATYO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi dan Manajemen DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan bulan Okober 2015 ialah Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M Agribus selaku pembimbing, Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama serta Maryono, SP, MSC selaku dosen penguji akademik di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Eye selaku UPTD Kecamatan Cijambe, Sekertaris Desa Cijambe, serta seluruh pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan mas di Desa Cijambe, Kecamatan Cijambe yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Maret 2016 Nandang Trisatyo

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian 10 TINJAUAN PUSTAKA 10 Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran 10 Fungsi Pemasaran 11 Struktur Pasar 11 Perilaku Pasar 12 Margin Pemasaran dan Farmer's Share 12 Efisiensi Pemasaran 13 KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13 Kerangka Pemikiran Operasional 20 METODE PENELITIAN 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Penentuan Responden 22 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 23 Analisis Saluran Pemasaran 23 Analisis Lembaga Pemasaran 23 Analisis Fungsi Pemasaran 24 Analisis Struktur Pasar 24 Analisis Perilaku Pasar 24 Analisis Margin Pemasaran 25 Analisis Farmer s share 25 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 25 Definisi Operasional 26 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Lokasi Penelitian 26 Letak Geografis Lokasi Penelitian 27 Gambaran Umum Budidaya Ikan Mas 27 Karakteristik Pelaku Pasar 31 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Ikan Mas 35 Analisis Fungsi Pemasaran Ikan Mas 40 Analisis Struktur Pasar Pemasaran Ikan Mas 44 Analisis Perilaku Pasar Pemasaran Ikan Mas 46 Analisis Margin Pemasaran 48 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Pembudidaya (Farmer s share) 51 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 52

14 KESIMPULAN DAN SARAN 58 Kesimpulan 58 Saran 59 DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN 62 RIWAYAT HIDUP 73 DAFTAR TABEL 1 Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Petani Kabupaten Subang Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen Kabupaten Subang Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten Subang Jumlah Pemilik Kolam Dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air Tawar di Kabupaten Subang tahun Letak Geografis Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat Orbitasi Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat Kelompok Umur Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat Kelompok umur Pedagang Pengumpul Responden Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Kelompok umur Pedagang Pengecer Responden Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Harga rata rata Ikan Mas di Tingkat Pembudidaya dan Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Fungsi Fungsi Pemasaran yang dilaksanakan Oleh Lembaga Pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Farmer s Share pada Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Bulan Juli Oktober Tahun Biaya Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Dera di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Keuntungan Lembaga Pemasaran tiap Saluran Pemasaran pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Juli Oktober Rekap Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. 56

15 DAFTAR GAMBAR 1 Konsep Margin Pemasaran 18 2 Kerangka Pemikiran Operasional 21 3 Skema Saluran Pemasaran Ikan Mas Konsumsi di Kecamatan Cijambe 37 DAFTAR LAMPIRAN 1 Produksi Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Oleh Responden Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang Responden Lembaga Pemasaran Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang 63 3 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran Rincian Keuntungan per Kilogram Biaya Pemasaran Setiap Saluran 66 9 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran Gambar Proses Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang 71

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan daerah sentra produksi ikan mas (cyprinus carpio) di Jawa Barat, Kabupaten Subang mempunyai potensi budidaya ikan air tawar yang terdiri dari kolam air tenang seluas 546 ha yang terdapat di seluruh Kecamatan diantaranya Kecamatan Pagaden, Legonkulon, Subang, Kalijati, Purwadadi dan Pabuaran, sedangkan pembenihan ikan ± 685 ha, dan kolam air deras serta mina padi seluas ha diantaranya terdapat di Kecamatan Cijambe, Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak dan Kecamatan Tanjungsiang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014). Produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 1. Ikan air tawar mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tingginya kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu dalam pemenuhan gizi bagi masyarakat. Selain harganya dapat dijangkau dan dapat ditemui dimana saja, maka tidak heran ikan dapat menjadi sumber protein hewani pengganti dari daging, sebagai bahan pangan untuk dikonsumsi, ikan merupakan sumber protein, lemak, dan mineral yang sangat baik (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014). Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang Tahun Produksi (ton) Kolam air tenang Kolam air deras Sawah Total Produksi % Pertumbuhan Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2014 (diolah). Berdasarkan Tabel 1 produksi budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Subang terdapat tiga jenis kolam yang digunakan terdiri dari kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD) dan sawah. Total produksi budidaya perikanan air tawar pada tahun 2010 mencapai ton yang terdiri dari kolam air tenang (KAT) sebanyak ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebanyak ton dan produksi di sawah sebesar ton. Pada tahun 2011 total produksi budidaya perikanan air tawar mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 1.25 persen dengan total produksi ton yang terdiri dari kolam air tenang (KAT) sebesar ton, sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar ton dan produksi budidaya ikan air tawar di sawah sebesar

18 ton. Produksi ikan air tawar di Kabupaten Subang pada tahun 2012 mengalami penurunan pertumbuhan produksi sebesar 12.5 persen, penurunan pertumbuhan produksi terjadi dikarenakan adanya penurunan produksi yang cukup besar pada budidaya kolam air tenang (KAT) dibandingkan tahun sebelumnya, produksi kolam air tenang pada tahun 2012 sebesar ton sedangkan kolam air deras (KAD) produksi pada tahun 2012 sebesar ton dan produksi di sawah sebesar ton. Pada tahun 2013 produksi total budidaya air tawar mengalami peningkatan produksi dengan jumlah ton dengan persentase pertumbuhan sebesar 4.30 persen yang terdiri dari produksi kolam air tenang (KAT) sebesar ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar ton dan produksi di sawah sebesar 5 ton. Pada tahun 2014 terjadi penurunan produksi dengan nilai persentase penurunan 0.20 persen dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi di sawah, adapun produksi kolam air tenang (KAT) sebesar ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar ton dan produksi di sawah sebesar 3 ton. Jika melihat produksi tahunan budidaya ikan air tawar pada kolam air tenang (KAT) cenderung mengalami penurunan produksi, berdasarkan Tabel 1 bahwa produksi ikan budidaya air tawar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 tidak mengalami peningkatan produksi, akan tetapi budidaya ikan air tawar pada kolam air deras (KAD) selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya, sedangkan untuk budidaya air tawar pada sawah mengalami penurunan produksi setiap tahunnya di tahun 2012 mengalami penurunan produksi sebesar ton dari produksi tahun 2011 sebesar 177 ton menjadi ton, yang kemudian mengalami penurunan produksi kembali pada tahun 2013 dan Kolam air deras (KAD) selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya sehingga budidaya ikan air tawar pada kolam air deras (KAD) di Kabupaten Subang sangat prospektif untuk dijadikan usaha budidaya ikan mas. Ikan air tawar yang diproduksi di Kabupaten Subang yang menjadi unggulan adalah ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nila (Oreochormis niloticus). Produksi budidaya air tawar di Kabupaten Subang terdiri dari beberapa kolam budidaya, diantaranya adalah kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD) dan sawah (minapadi), pada kolam air tenang budidaya yang dilakukan yaitu ikan gurame, mujaer dan lele. Akan tetapi pada budidaya kolam air deras pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe hanya mengkhususkan untuk membudidayakan ikan mas dan ikan nila, hal ini dikarenakan ikan mas dan ikan nila merupakan ikan unggulan di Kabupaten Subang. Kolam air deras merupakan salah satu andalan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dalam meningkatkan produksi budidaya air tawarnya disamping pula terdapat kolam air tenang dan minapadi. Jika melihat tabel diatas, maka produksi budidaya ikan air deras selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, sangat berbeda dengan budidaya ikan di sawah (minapadi) yang selalu mengalami penurunan produksi dikarenakan pembudidaya sudah banyak yang beralih menggunakan kolam air deras ataupun kolam air tenang untuk membudidayakan ikan mas maupun jenis ikan lainnya. Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah ikan mas (cyprinus carpio). Budidaya ikan mas banyak dilakukan karena ikan mas merupakan ikan yang cukup mudah dan memberikan prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan mas mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan

19 kisaran suhu Celcius dengan Ph air berkisar 7-8, tahan terhadap berbagai penyakit dan tahan terhadap berbagai fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan, penimbangan dan pengangkutan. Ikan mas juga dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan kecil, dan lain sebagainya. Dari sifatnya yang pantang menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila ikan mas ini paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto, 1998). Pengembangan perikanan budidaya merupakan salah satu prioritas yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan dalam pengembangannya. Pertama, potensinya memiliki varietas/jenis yang beragam. Kedua, keberadaan ikan menyatu dengan perilaku/pola hidup masyarakat. Ketiga, secara ekologis ikan memiliki habitat hidup dan cara berkembang biak yang khas. Keempat, lahan budidaya perikanan darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal (Ahyar dan Rismunandar, 1986). Ikan mas merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat Subang, karena rasanya yang lezat dan gurih, hampir disemua rumah makan maupun rumah tangga konsumen terdapat hidangan masakan berupa ikan mas. Ikan mas memiliki kalori atau energi 86 kkal, vitamin A 150 IU, vitamin B mg, Protein 16 gr, fosfor 150 mg, lemak 2 gr, zat besi 2 mg, dan kalsium 20 mg (Rokhdianto 1991). Jika dilihat dari kandungan gizi ikan mas, ikan mas dapat memenuhi zat yang dibutuhkan tubuh, baik vitamin maupun protein. Pada saat ini sudah banyak masyarakat yang gemar mengkonsumsi protein hewani khususnya ikan mas, karena masyarakat saat ini sudah mulai sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi. Untuk melihat tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang Tahun Konsumsi % Income/kapita % (kg/kap/th) Pertumbuhan (Rp) Pertumbuhan Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2014 (diolah) Dapat dilihat pada Tabel 2 dijelaskan bahwa konsumsi ikan di Kabupaten Subang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada awalnya tahun 2010 konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Subang hanya kg/kapita/tahun, akan tetapi di tahun berikutnya meningkat menjadi kg/kapita/tahun dengan persentase pertumbuhan 0.40 persen, pada tahun 2012 sampai tahun 2014 juga selalu mengalami peningkatan konsumsi ikan yang ditunjukan dengan persentase pertumbuhan 6.02 persen. Hal ini terjadi karena tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang meningkat, dikarenakan pendapatan per kapita nya juga selalu meningkat setiap tahunnya, jika melihat angka pertumbuhan pendapatan perkapita, setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan pendapatan, pada tahun

20 4 merupakan persentase pendapatan perkapita mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai persen. Potensi permintaan ikan mas di Kabupaten Subang tidak hanya untuk masyarakat lokal, akan tetapi permintaan juga terdapat dari beberapa daerah luar Subang seperti Kabupaten Bandung, Karawang, Surabaya, Bali sampai Lampung. Permintaan ikan mas di Kabupaten Subang mulai dari ibu rumah tangga sampai rumah makan di daerah subang yang menyediakan makanan ciri khas Kabupaten Subang seperti aneka pepesan ikan, aneka cobek ikan dan lain lainnya, tidak bisa dipungkiri bahwa banyaknya rumah makan di Kabupaten Subang karena memang Kabupaten Subang khususnya di wilayah selatan selain bersuhu sejuk juga memiliki banyak tempat wisata, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Subang. Selain itu di wilayah utara Kabupaten Subang juga merupakan jalur penghubung antara Jawa Barat ke Jawa Tengah (pantura), sehingga di wilayah utara pun banyak rumah makan kecil ataupun restoran yang tentunya menyajikan aneka masakan ikan mas. Ikan mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat tetapi proses pematangan kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi pertumbuhan ikan mas digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini menyebabkan ikan mas memiliki produktivitas yang tinggi dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat baik dalam skala kecil maupun besar. Jika melihat dari rata rata harga ikan air tawar, ikan mas di Kabupaten Subang selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun, untuk rata rata harga ikan air tawar hasil budidaya di tingkat pembudidaya bisa dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Perkembangan Rata Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Pembudidaya Kabupaten Subang Jenis Ikan Harga (rp/kg) Ikan Mas Mujaer Lele Gurame Nila Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah) Berdasarkan data diatas, harga rata rata ikan air tawar di tingkat pembudidaya di Kabupaten Subang berbeda berdasarkan jenis ikan, dapat disimpulkan bahwa harga ikan mas merupakan harga tertinggi setiap tahun nya dibandingkan harga ikan mujaer, lele maupun nila. Pada tahun 2010 rata rata harga ikan mas ditingkat pembudidaya sebesar Rp /kilogram, kemudian meningkat pada tahun 2011 dengan harga Rp /kilogram, dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar Rp /kilogram, dan selalu mengalami peningkatan harga pada tahun 2013 menjadi Rp /kilogram dan kembali meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp /kilogram. Peningkatan harga ikan mas tertinggi pada tahun 2013 harga sebelumnya pada tahun 2012 Rp /kilogram menjadi Rp /kilogram pada tahun 2013.

21 Tabel 4. Data Perkembangan rata rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen Kabupaten Subang Harga (rp/kg) Jenis Ikan Ikan Mas Mujaer Lele Gurame Nila Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah) Berdasarkan data diatas, harga rata rata ikan air tawar di tingkat konsumen di Kabupaten Subang berbeda berdasarkan jenis ikan. Pada tahun 2010 rata rata harga ikan mas ditingkat konsumen sebesar Rp /kilogram, kemudian meningkat pada tahun 2011 dengan harga Rp /kilogram, pada tahun 2012 sebesar Rp /kilogram, pada tahun 2013 menjadi Rp /kilogram dan kembali meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp /kilogram. Jika membandingkan harga rata rata di tingkat pembudidaya dan konsumen akhir, maka jelas berbeda, harga di konsumen akhir akan lebih tinggi dikarenakan ada nya penambahan nilai tambah dan biaya pemasaran pada lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas, adapun biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, biaya pengemasan dan biaya penyimpanan. Peningkatan harga ikan mas di tingkat pembudidaya menunjukan prospek yang cukup bagus bagi pembudidaya ikan mas di Kabupaten Subang, ikan mas merupakan komoditi unggulan dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh konsumen dan pengalaman masyarakat akan budidaya ikan mas yang selalu memberikan keuntungan. Selain itu produksi ikan mas juga selalu meningkat setiap tahun. Produksi pembesaran ikan mas dan ikan nila unggulan hanya terdapat pada kolam air deras (KAD) di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, untuk produksi budidaya pada kolam air deras di Kecamatan Cijambe terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Produksi Budidaya Pembesaran Kolam Air Deras Ikan Air Tawar di Kecamatan Cijambe Tahun Produksi Jenis Ikan Unggulan (Ton) Ikan Mas % Pertumbuhan Nila % Pertumbuhan , , , , , ,09 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah) Tabel 5 menunjukan produksi ikan unggulan di Kabupaten Subang, Kecamatan Cijambe selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun, dapat dilihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 bahwa produksi ikan mas 5

22 6 di Kabupaten Subang selalu meningkat, hal ini dikarenakan karena semakin banyak masyarakat di Kecamatan Cijambe menjadi pembudidaya ikan mas, karena Kecamatan Cijambe mempunyai lahan yang cocok untuk budidaya ikan unggulan di Kabupaten Subang yaitu ikan mas dan ikan nila dengan menggunakan kolam air deras (KAD), dan ini juga menunjukan bahwa Kabupaten Subang dapat memenuhi kebutuhan konsumen pecinta ikan mas baik penduduk lokal maupun pendatang bahkan luar daerah Subang. Selain dapat menghasilkan produksi yang besar, harga rata rata ikan mas ini juga relatife meningkat setiap tahunnya Tabel 3, sehingga menjadi bahan pertimbangan pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan mas di Kecamatan Cijambe. Potensi pengembangan ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Subang, yaitu dengan menerapkan pola produksi ikan mas ke dalam beberapa sentra produksi yang disesuaikan dengan potensi daerah masing masing. Hal ini juga merupakan misi dari Kabupaten Subang dimana Mewujudkan ekonomi mandiri berbasis ekonomi kerakyatan dan keunggulan daerah. Pola produksi ikan mas di Kabupaten Subang disesuaikan dengan konsep agribisnis, yaitu mengandalkan kegiatan pada subsistem yang ada. Setiap subsistem tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Dikenal tiga subsistem pola intensifikasi budidaya ikan mas, yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem pembesaran (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014). Benih ikan mas yang dipelihara di tempat pembesaran berasal dari hasil pendederan dan benih yang didederkan merupakan hasil dari kegiatan pembenihan. Dengan adanya pembagian sentra tersebut diharapkan potensi setiap daerah dapat dimanfaatkan secara optimal. Terdapat dua jenis kolam yang diusahakan, yaitu kolam air deras (KAD) dan kolam air tenang (KAT). Budidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang hanya dibudidayakan pada kolam air deras, kolam air deras memiliki keunggulan tersendiri, karena membuat ikan lebih berkualitas, dengan kualitas tersebut, harga jual ikan mas untuk konsumsi di Kabupaten Subang selalu lebih tinggi dibandingkan ikan mas dari wilayah lain, sehingga menambah minat para pembudidaya ikan untuk memiliki usaha budidaya ikan mas, hal ini dikarenakan di Kabupaten Subang khususnya Kecamatan Cijambe menggunakan kualitas air yang langsung dari mata air pegunungan di Kabupaten Subang bagian selatan, sehingga air terus mengalir sepanjang tahun yang kemudian menjadikan ikan di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang tidak berbau seperti ikan mas kolam lainnya, selain ikan tidak berbau, ikan mas dari Kecamatan Cijambe juga terkenal kuat dan sangat digemari bagi pemancing, biasanya usaha pemancingan menggunakan ikan mas berukuran diatas 2 kilogram/ekor untuk dijadikan ikan pancing. (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014). Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang merupakan wilayah yang memiliki potensi besar untuk budidaya pembesaran ikan mas, karena daerah ini dilalui oleh sumber air yang cukup besar yang mengalir sepanjang tahun. Selain itu Kecamatan Cijambe juga memiliki luas lahan yang cukup besar dan potensial dibandingkan dengan kecamatan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Subang. Dengan sumberdaya alam yang demikian kaya atas potensi perikanan, menjadikan Kabupaten Subang sebagai salah satu sentra produksi ikan air tawar.

23 Jumlah pemilik lahan dan luas budidaya ikan air tawar di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Pemilik Kolam dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air Tawar di Kabupaten Subang tahun Kecamatan Rumah Tangga Perikanan/RTP Jumlah Jumlah Milik (petani) (m2) Sendiri Penggarap Pemerintah Ciater Cijambe Kasomalang Jalan Cagak Cisalak Tanjungsiang Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, Tabel 6 menjelaskan bahwa Kecamatan Cijambe merupakan Kecamatan yang banyak membudidayakan ikan air tawar pada kolam air deras (KAD), jika dibandingkan dengan Kecamatan lain, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe dikhususkan oleh pemerintah Kabupaten Subang untuk membudidayakan ikan unggulan, yaitu ikan mas dan nila, selain memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan yang lain, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe juga hanya membudidayakan ikan mas dan ikan nila dengan media kolam air deras (KAD), hal ini dikarenakan Kecamatan Cijambe memiliki topografi lahan yang tinggi di bagian tengah Kabupaten Subang, mengingat bahwa sifat air yang mengisi ruang kosong dan mengalir langsung dari dataran tinggi ke dataran rendah, Kecamatan Cijambe ini sangat cocok membudidayakan ikan dengan media kolam air deras, air yang melewati Kecamatan Cijambe mengalir deras, disamping itu air yang selalu mengalir berasal dari mata air pegunungan dan selalu mengalir sepanjang tahun, ini tentu nya sangat mempengaruhi kualitas ikan mas di Kecamatan Cijambe. Menurut salah satu pembudidaya ikan mas di Desa Cijambe mengatakan bahwa ikan mas di daerah Kecamatan Cijambe tidak berbau dan memiliki kualitas yang bagus, hal ini terjadi bukan karena pemberian obat obatan, akan tetapi memang karna faktor air di Kecamatan Cijambe yang bagus, ini yang menyebabkan Kecamatan Cijambe mampu menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi disamping media yang digunakan kolam air deras. Produksi yang dihasilkan harus disertai dengan berbagai pertimbangan dalam memasarkannya, karena jika melihat sifat produknya, produk perikanan bersifat perishable atau mudah rusak. Untuk menjaga kualitas produk yang baik dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka dibutuhkan cara agar ikan tersebut tetap segar sampai ke tangan konsumen tentunya dengan melalui berbagai pihak pemasaran. Lembaga pemasaran akan dengan cepat membantu proses penjualan sehingga produk dapat dengan cepat sampai ke tangan konsumen. Akan tetapi pembudidaya ikan mas sebagai produsen juga ingin mendapatkan harga yang layak untuk keberlanjutan usaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu perlu adanya penelitian mengenai kondisi sistem pemasaran yang akan melihat efisiensi pemasaran dan diharapkan dapat membantu dan memberikan solusi 7

24 8 mengenai saluran pemasaran yang efektife sehingga akan didapat nilai margin yang adil pada setiap saluran pemasaran ikan mas ini. Perumusan Masalah Kabupaten Subang sebagai daerah sentra produksi ikan mas di Jawa Barat telah memenuhi kebutuhan pasokan ikan mas untuk konsumsi dimana 2/3 ikan mas Jawa Barat berasal dari Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2013), Kecamatan Cijambe merupakan salah satu penyumbang terbesar ikan mas untuk memenuhi permintaan pasar baik di Jawa Barat maupun di luar Pulau Jawa maupun permintaan pasar lokal dikarenakan di Kecamatan Cijambe banyak pembudidaya yang membudidayakan ikan mas seperti yang terlihat pada Tabel 6. Harga ikan mas di tingkat pembudidaya maupun di tingkat konsumen selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun nya, hal ini menunjukan usaha budidaya ikan mas sangat prospektif, untuk melihat harga rata rata di tingkat pembudidaya dan di tingkat konsumen dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pembudidaya ikan mas harus siap menghadapi kerugian apabila harga jual ikan mas di tingkat pembudidaya rendah. Sifat dasar ikan mas yang mudah rusak (perishable) serta adanya jarak antara lokasi produsen dan lokasi konsumen akhir juga menjadi kendala bagi pembudidaya ikan mas, kualitas ikan mas akan berkurang, maka dari itu agar ikan mas selalu tetap segar dan tetap berkualitas maka diperlukan sarana dan peralatan pengangkutan yang cepat agar ikan mas dapat sampai ke tangan konsumen dengan keadaan ikan mas yang masih segar. Pemasaran merupakan ujung tombak pelaku usaha dimana untuk menyalurkan produk ataupun hasil yang diusahakan sehingga sampai ke tangan konsumen akhir. Pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe mengalami beberapa kendala dalam memasarkan produk ikan mas, adapun masalah tersebut yaitu : (1) Pembudidaya ikan mas kurang memiliki informasi mengenai perkembangan harga ikan mas di pasar, hal ini yang menyebabkan harga yang diterima pembudidaya lebih rendah dibanding harga di konsumen sehingga keuntungan yang diterima pembudidaya lebih rendah, pedagang pengumpul yang mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya ikan mas, sehingga pembudidaya ikan mas menerima harga yang ditetapkan pedagang pengumpul selama minimal menutupi biaya produksi bagi pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian. (2) pembudidaya ikan mas sebagai penerima harga (price taker). Adanya jarak antara produsen dengan konsumen akhir akan melibatkan beberapa pedagang perantara untuk menyalurkan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Saluran pemasaran sangat penting karena didalamnya mencakup berbagai kegiatan atau fungsi pemasaran yang menyebabkan barang barang bergerak ke pasar atau konsumen. Banyaknya lembaga yang terlibat dalam suatu saluran pemasaran akan sangat dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, semakin jauh jarak antara produsen ke konsumen maka akan semakin panjang saluran pemasaran yang ada, begitupun sebaliknya semakin dekat jarak produsen ke konsumen maka saluran pemasaran pun akan lebih pendek, hal ini sangat mempengaruhi untuk harga barang ke depan nya.

25 Saluran pemasaran dapat menggambarkan proses pendistribusian ikan mas dari pembudidaya produsen ke konsumen. Ikan mas tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga daerah lain, sehingga diperlukan saluran pemasaran yang efisien. Panjangnya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya harga beli yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Di sisi lain, tingginya biaya pemasaran akan mendorong pedagang pengumpul/tengkulak untuk menekan harga jual di tingkat produsen atau pembudidaya. Selain itu transaksi antara pedagang pengumpul/tengkulak dan pembudidaya sering merugikan pihak pembudidaya ikan karena pembudidaya hanya sebagai penerima harga (price taker). Pedagang pengumpul atau pedagang perantara akan saling mengadu posisi tawar, sehingga akan mempengaruhi margin ditingkat pedagang perantara dengan pembudidaya ikan sebagai produsen, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap semua pedagang perantara dan pembudidaya ikan, sehingga menimbulkan margin atau perbedaan harga. Margin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya ikan dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan efisien atau tidaknya saluran pemasaran bagi pembudidaya ikan sebagai produsen. Jika semakin besar selisih harga jual yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi bahwa saluran pemasaran tidak efisien dan semakin sedikit farmer s share yang diterima oleh pembudidaya ikan. Margin harga tersebut disebabkan oleh panjang atau pendeknya rantai pemasaran yang ada, fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, serta struktur pasar yang dihadapi. Nilai margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan serta biaya akan menentukan seberapa efisiennya pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Kondisi usaha yang menguntungkan bisa dilihat dari sistem pemasaran yang efisien, baik untuk pembudidaya ikan dan pelaku pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan pembudidaya ikan diperlukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam menyalurkan ikan mas ke konsumen akhir. Hal penting dalam pemasaran produk pertanian adalah konsistensi masing masing pihak untuk menjalankan fungsinya dan pembagian imbalan secara adil. Masalah yang pokok dalam pemasaran ikan mas adalah harga rendah di tingkat petani dan harga tinggi di tingkat konsumen, jika melihat Tabel 3 dan Tabel 4, perbedaan harga diantara produsen dan konsumen sebesar Rp sampai dengan Rp setiap kilogram, sehingga pendapatan pembudidaya ikan mas lebih rendah daripada lembaga lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan masalah diatas maka diperlukan alternatif saluran pemasaran yang efisien dalam sistem pemasaran dengan cara menganalisis margin pemasaran, farmer s share, rasio keuntungan atas biaya, serta menganalisis lembaga dan fungsi fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini : 1. Bagaimana kondisi sistem pemasaran ikan mas yang terlibat di Kecamatan Cijambe? 2. Bagaimana efisiensi pemasaran ikan mas berdasarkan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya? 9

26 10 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe. 2. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran ikan mas berdasarkan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan usaha budidaya ikan mas. 2. Manfaat bagi penulis adalah memahami dan mendalami teori yang telah didapat guna menganalisis permasalahan perikanan dan memberikan alternatif solusi. 3. Manfaat bagi pembaca adalah sebagai tambahan pengetahuan dan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran ikan mas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji bagaimana sistem pemasaran ikan mas di kolam pembesaran dengan menggunakan media tanam kolam air deras (KAD) dengan meneliti pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian dan lembaga lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di lokasi penelitian yang bertempat di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan mulai dari saluran pemasaran ikan mas yang terdapat di lokasi penelitian dan lembaga pemasaran yang terlibat, struktur pasar dan perilaku pasar serta fungsi pemasaran sampai dengan farmer s share atau bagian yang didapat pembudidaya ikan mas. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil contoh pemasaran ikan mas untuk konsumsi di kolam pembesaran air deras dengan ukuran permintaan pasar, yaitu ukuran 2 ekor/kilogram, 3 ekor/kilogram dan 4 ekor/kilogram ikan mas, dan untuk pemancingan dengan ukuran di atas 2 kilogram/ekor. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Analisis saluran dan lembaga pemasaran ini dilakukan untuk melihat jumlah saluran dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu pemasaran. Jumlah saluran pemasaran dalam suatu komoditas berbeda beda, ada yang terbentuk 2 saluran (Setiorini, 2003), (Melani, 2002) 4 saluran, sedangkan (Rahmawati, 2013) terdapat 5 saluran,sampai ada yang terdapat 7 saluran (Nurdiniati, 2014).

27 Pemasaran menjembatani jarak antara petani produsen dengan konsumen akhir, melibatkan lembaga yang terkait seperti rumah tangga konsumen, pedagang, pengolah dan produsen. Hal ini sesuai dengan penelitian Euis (2010) yang menyatakan lembaga tataniaga terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar Kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar Kecamatan dan konsumen akhir atau rumah tangga. Penelitian Ponia (2006) juga sama menyatakan saluran pemasaran menggambarkan proses penyaluran dari pembudidaya sebagai produsen sampai ke konsumen. Penelitian Harahap (2011) menyatakan pada tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran petani menjual seluruh hasil panennya melalui pedagang pengumpul yang kemudian disalurkan kembali kepada pedagang pengecer sehingga sampai kepada konsumen akhir. 11 Fungsi Pemasaran Menurut (Kohl dan Uhl, 2002) fungsi pemasaran adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Ode (2012) yang melakukan penelitian tentang tataniaga kelinci di Kecamatan Tenjo Laya, dimana peternak, pedagang pengumpul maupun pengecer melakukan kegiatan fungsi pemasaran, sebagai peternak fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian bibit, fungsi fisik meliputi penyimpanan bibit, dan fungsi fasilitas yang dilakukan meliputi penanggungan risiko dan informasi pasar. Dalam penelitian Setiorini (2008) juga menyatakan fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran yaitu (penjualan hasil panen kepada pengumpul), fungsi pengadaan secara fisik yaitu (fungsi penyimpanan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas yaitu (fungsi permodalan dalam bentuk perjanjian berupa penyediaan pakan dengan ketua kelompok serta bantuan dana dan fungsi informasi pasar yaitu memberikan informasi kepada pedagang pengumpul ketika akan panen). Sedangkan menurut (Safitri, 2009) melakukan penelitian tentang tataniaga ayam telur kampung di Kabupaten Bogor, fungsi yang dilakukan pada pedagang pengumpul yaitu fungsi pertukaran (pembelian dari peternak dan kemudian menjual ke lembaga berikutnya), fungsi fisik (pengangkutan kepada lembaga pemasaran berikutnya), fungsi fasilitas (biaya, penanggungan risiko dan informasi pasar). Struktur Pasar Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran (konsentrasi pasar), deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat syarat masuk dan sebagainya atau penguasaan pasar (Asmarantaka, 2012). Analisis struktur pasar diidentifikasi dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli yang terlibat, keadaan atau jenis produk, syarat masuk keluar pasar dan mudah tidaknya mendapat informasi pasar. Struktur pasar akan menentukan pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran, apakah struktur pasar tersebut cenderung mendekati pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna. Hal ini yang menyebabkan pada penelitian terdahulu terdapat beberapa karakter pasar yang berbeda beda. Beberapa peneliti

28 12 masuk dalam kategori pasar persaingan sempurna diantaranya (Septiara 2012 dan Ode 2012) dan struktur pasar Oligopsoni (Putrisa 2006 dan Puspitasari 2010). Perilaku Pasar Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu pemasaran akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan lain sebagainya (Dahl dan Hammond 1977). Ada 3 cara mengenal perilaku pasar (Asmarantaka, 2012) yaitu (1) penentuan harga, menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama sama penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (price leadership). (2) product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan, (3) predatory and exclusivenary tactics, strategy ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Pada penelitian (Setiorini, 2008) tentang tataniaga ikan mas di Kabupaten Tanggamus, pembudidaya ikan mas biasanya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen dan cara pembayarannya adalah kredit. Ikatan seperti ini biasanya terjadi karena pembudidaya sudah percaya kepada pedagang pengumpul, baik dari penetapan harga dan juga pembayaran hasil panen. (Rahmawati, 2013) pada penelitian efisiensi pemasaran nenas di Desa Cipelang yaitu mengamati perilaku pasar pada praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama antar pelaku pemasaran. Margin Pemasaran dan Farmer s Share Berdasarkan penelitian Anwar (2011) dan Hidayat (2010) indikator efisiensi pemasaran dapat menggunakan alat analisis margin pemasaran dan farmer s share. Besarnya margin pemasaran tergantung pada panjang atau pendeknya rantai pemasaran dan aktivitas aktivitas yang telah dilaksanakan serta terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anwar (2011) saluran pemasaran dinyatakan efisien jika margin pemasaran yang diperoleh dari setiap saluran pemasaran tidak terlalu besar yaitu kurang dari 50 persen sehingga pada saluran pemasaran pada komoditas cabai merah di Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan sudah efisien karena setiap saluran pemasaran margin pemasaran yang diperoleh kurang dari 50 persen, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010) saluran tataniaga dapat dikatakan efisien jika memiliki total margin terkecil, nilai farmer s share terbesar dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga yang lebih merata dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya.

29 13 Efisiensi Pemasaran Pada penelitian terdahulu terkait saluran yang efisien bahwa pada penelitian Rachmawati (2013) dan Fransiska (2003) menyimpulkan bahwa saluran pemasaran yang terpendek adalah paling efisien, hal ini karena dalam penelitiannya nilai margin yang didapat kecil serta nilai farmer s share besar. Terkait penelitian mengenai pemasaran ikan mas, Setiorini (2008) menyimpulkan bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran yang memiliki rantai terpendek. Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran tersebut hanya terdapat petani sebagai produsen yang langsung menyalurkan produknya ke konsumen akhir. Sedangkan (Safitri, 2009) menyatakan panjang atau pendeknya saluran pemasaran tidak menjamin saluran tataniaga yang paling efisien. Hal ini dikarenakan peneliti mempertimbangkan aspek lain, seperti persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan dalam saluran tataniaga atau market share, sehingga akan percuma bila terdapat saluran pemasaran dengan margin yang kecil, farmer s share yang besar dan rasio keuntungan dan biaya yang besar namun persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan atau market share sangat rendah. Sehingga perlu pertimbangan persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan selain mempertimbangkan farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya dalam menentukan efisisensi pemasaran. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini didasarkan atas permasalahan yang dihadapi. Dasar pemikiran utama kerangka teoritis ini adalah membahas kegiatan pembesaran pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang yang akan dilihat dari kegiatan pemasaran ikan mas mulai dari produsen/pembudidaya ikan mas hingga ke lembaga perantara/lembaga lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, struktur pasar yang terjadi serta margin pemasaran dan farmer s share. Pemasaran Agribisnis Konsep pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987) mengartikan tataniaga sebagai semua kegiatan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik suatu barang pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen yang juga mencakup kegiatan tertentu yang merubah fisik dari barang untuk memudahkan penyaluran barang tersebut. Pertukaran barang dalam kegiatan tataniaga dapat terjadi dalam beberapa kondisi yaitu adanya dua pihak dimana kedua pihak memiliki sesuatu yang berharga untuk dipertukarkan. Kemudian kedua pihak mampu berkomunikasi dan melakukan pertukaran, kedua pihak bebas untuk menolak atau menerima tawaran dari pihak lain.

30 14 Asmarantaka (2012) mengatakan tataniaga dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Pengertian dari aspek ilmu ekonomi, tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sub sistem fungsi fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi ini merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau jasa pertanian dari petani sampai konsumen akhir. Pengertian dari aspek ilmu manajemen menyebutkan tataniaga adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen tataniaga merupakan kajian secara individu dari konsumen sebagai pemakai dan produsen sebagai suatu perusahaan yang melakukan aktivitas bisnis dalam sistem pemasaran. Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokkan menjadi pendekatan kelembagaan (institutional approach), pendekatan fungsi (fungsional approach), dan pendekatan sistem (sistem approach). 1. Pendekatan kelembagaan (institutional approach) yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari pemasaran dari segi organisasi lembaga lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa antara lain : produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer. 2. Pendekatan fungsi (fungsional approach) adalah mengklasifikasikan aktivitas aktivitas dan tindakan atau perlakuan perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan proses penyampaian barang dan jasa, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. 3. Pendekatan sistem (sistem approach) yaitu merupakan suatu kumpulan komponen komponen yang bekerja secara bersama sama dalam suatu cara yang terorganisir. Suatu komponen dari suatu sistem, mungkin merupakan suatu sistem tersendiri yang lebih kecil yang dinamakan subsistem. Pemasaran pada produk agribisnis dapat mencakup semua aktivitas bisnis mulai dari petani produsen primer sampai ke konsumen akhir (Purcell dalam Asmarantaka 2012). Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah pergerakan barang barang dari pihak produsen ke pihak konsumen akhir melalui lembaga lembaga pemasaran. Pemasaran dari perspektif makro merupakan aktivitas atau kegiatan di dalam mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir. Menurut kotler (2002), saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam menghasilkan barang barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut.

31 Saluran pemasaran dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan saluran mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan saluran saluran yang dapat ditempuh. Selain itu dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Saluran pemasaran terdiri dari serangkaian lembaga pemasaran atau perantara yang akan memperlancar kegiatan pemasaran dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Setiap pedagang perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke konsumen akhir yang merupakan satu tingkat saluran. 15 Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran adalah bagian bagian yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan nama barang barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen (Hanafiah, 1986). Menurut Limbong dan Sitorus (1985) lembaga pemasaran adalah suatu badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen melalui proses perdagangan. Dalam proses penyaluran produk dari produsen primer sampai ke konsumen akhir melibatkan beberapa perantara mulai dari produsen, lembaga lembaga perantara sampai ke konsumen akhir. Dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan keterlibatan berbagai pihak, keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan, perserikatan atau perseroan. Timbulnya lembaga lembaga pemasaran dalam suatu saluran pemasaran disebabkan oleh adanya jarak antara petani (produsen primer) ke konsumen akhir serta keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis, baik perorangan atau kelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis berupa fungsi fungsi pemasaran untuk meningkatkan nilai guna dari suatu barang baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Kelembagaan pemasaran dalam Asmarantaka (2012) terdiri dari 1. Pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu pedagang yang melakukan berbagai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan produk dari produsen ke konsumen. Pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul (assembler), pedagang eceran (retailers) dan pedagang grosir (wholesalers). 2. Agen perantara (agent middlemen) yaitu individu yang merupakan perwakilan dari suatu lembaga atau institusi dalam melakukan penanganan produk/jasa. 3. Spekulator (speculative middlemen) yaitu pedagang perantara yang membeli dan menjual produk dengan memanfaatkan fluktuatif harga untuk mencari keuntungan. 4. Pengolah dan Pabrikan (processor and manufacturers) yaitu individu atau kelompok yang melakukan kegiatan perubahan bentuk dari produk primer menjadi produk setengah jadi atau produk akhir. 5. Organisasi (facilitative organization) yaitu kelompok yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan pemasaran atau pelaksanaan dari fungsi fungsi pemasaran.

32 16 Fungsi Pemasaran Menurut Limbong dan Sitorus (1987) fungsi tataniaga merupakan suatu kegiatan yang dapat memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa dari tingkat produsen ke tingkat konsumen. Menurut Kohl dan Uhl (2002) fungsi fungsi pemasaran dapat digolongkan menjadi 3 yaitu, fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. a. Fungsi pertukaran (exchange functions) merupakan aktivitas dalam perpindahan hak milik barang/jasa yang terdiri dari fungsi pembelian, penjualan, dan fungsi pengumpulan. 1. Fungsi pembelian yaitu kegiatan menentukan jenis barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhannya, meliputi penentuan jenis, jumlah kualitas, tempat pembelian serta cara pembelian barang. 2. Fungsi penjualan yaitu kegiatan menentukan tempat dan waktu untuk melakukan penjualan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, bentuk dan kualitasnya, 3. Fungsi pengumpulan, yaitu kegiatan mengumpulkan produk agar dapat mencukupi permintaan pasar. b. Fungsi fisik (physical functions) merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari barang/jasa serta turunannya. Fungsi ini membantu menyelesaikan permasalahan dari pemasaran seperti kapan, apa, dan dimana pemasaran tersebut terjadi. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, pabrikan dan pengemasan. 1. Fungsi penyimpanan, yaitu kegiatan menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu sebelum diolah. Selama proses penyimpanan semua biaya yang dikeluarkan termasuk kedalam biaya penyimpanan, yaitu meliputi biaya pemeliharaan fisik gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya biaya kegiatan selama penyimpanan. 2. Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut. 3. Fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkaan kualitas barang dalam rangka memperkuat daya tahan dan memberikan nilai tambah sesuai dengan keinginan konsumen c. Fungsi fasilitas (facilitating functions) merupakan fungsi yang memperlancar fungsi pertukaran dan fisik. Aktivitasnya tidak langsung dalam sistem pemasaran, tetapi memperlancar dalam proses fungsi pertukaran dan fisik. Fungsi ini terdiri dari fungsi standarisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, fungsi intelijen pemasaran, komunikasi dan promosi (iklan). 1. Fungsi standarisasi dan grading yaitu merupakan kesepakatan dari pembeli dan penjual terhadap dimensi ukuran dan kualitas produk ke dalam kelaskelas tertentu yang telah disepakati. Grading merupakan perlakuan terhadap produk untuk memilah milah produk berdasarkan kelompok tertentu di dalam standarisasi tersebut.

33 2. Fungsi pembiayaan yaitu proses dalam penyediaan biaya untuk keperluan selama proses pemasaran. 3. Fungsi penanggungan risiko yaitu merupakan penanggungan resiko yang disebabkan oleh kerusakan, penyusutan, penurunan harga dan resiko produk tidak terjual. 4. Fungsi intelijen pasar yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi pasar mengenai permintaan, harga dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Informasi pasar diperlukan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, produksi maupun pemasaran bagi konsumen maupun produsen dan lembaga yang terlibat dalam sistem tersebut. 17 Struktur Pasar Asmarantaka (2012) mengatakan struktur pasar (market structure) dapat diartikan sebagai karakteristik dari produk maupun institusi yang terlibat pada pasar tersebut yang merupakan resultan atau saling mempengaruhi perilaku pasar dan keragaan pasar. Struktur pasar dapat diartikan sebagai tipe atau jenis jenis pasar yang merupakan tingkat persaingan pasar. Sedangkan menurut Dahl dan Hammond (1977) Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat syarat masuk dan penguasaan pasar. Struktur pasar merupakan penggolongan pasar berdasarkan strukturnya dibagi kedalam beberapa bagian yaitu: 1. Struktur pasar persaingan sempurna, terjadi ketika jumlah produsen banyak dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak, contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batu bara, kantang dan lain lain. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri ciri: a. Pasar (pembeli dan penjual) sebagai price taker. b. Perusahaan bebas keluar atau masuk ke industri. c. Produk yang ada di pasar homogen. d. Market clearing artinya tidak ada kelebihan permintaan dan penawaran. 2. Struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terdiri atas: a. Pasar monopoli : hanya terdapat satu penjual yang berhadapan dengan banyak pembeli. b. Pasar monopsoni : hanya ada satu pembeli yang ada di pasar/industri barang atau jasa yang diperdagangkan berhadapan dengan banyak penjual. Karakteristik monopoli dan monopsoni : 1. Dapat menentukan harga (price setter). 2. Dapat mengatur harga (administer price). c. Pasar oligopoli: pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan, umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.

34 18 d. Pasar oligopsoni adalah bentuk pasar dimana barang yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dan banyak perusahaan yang bertindak sebagai konsumen. Perilaku Pasar Perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik untuk penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing-masing (Asmarantaka 2012). Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental) pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk. Analisis struktur dan perilaku pasar ini dilakukan sebagai penjelasan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di dalam pasar. Margin Pemasaran Margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat retail (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen. Besarnya margin pemasaran pada dua tingkat lembaga pemasaran dapat dilihat pada gambar 1. Keterangan: Pr Pf Sr Sf Dr Gambar 1. Konsep marjin pemasaran (Hammond dan Dahl, 1977) = Harga retail (tingkat pengecer) = Harga farmer (tingkat petani) = Supply retail (penawaran di tingkat pengecer) = Supply farmer (penawaran di tingkat petani) = Demand retail (permintaan di tingkat pengecer)

35 19 Df = Demand farmer (permintaan di tingkat petani) (Pr-Pf) = Marjin tataniaga (Pr-Pf) Qrf = Nilai marjin tataniaga Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer Konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau tingkat retail (Asmarantaka, 2012). Margin pemasaran atau tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula dikatakan sebagai nilai dari jasa jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari titik produsen sampai titik akhir konsumen. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga. Pada gambar 1 dijelaskan bahwa keseimbangan harga ditingkat petani merupakan perpotongan antara kurva Sf (penawaran di tingkat petani) dan Df (permintaan di tingkat petani), sedangkan keseimbangan harga pada tingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva Sr (penawaran di tingkat pengecer) dan Dr (permintaan di tingkat pengecer). M=Pr-Pf, dengan asumsi jumlah produk pertanian yang ditransaksikan sama besar. Pada gambar tersebut nilai margin pemasaran = luas segi empat Pr, Pf dan titik pertemuan Sr dengan Dr dan titik pertemuan Sf dengan Df. Farmer s Share Farmer s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima pembudidaya dengan harga yang dibayar oleh konsumen, digunakan untuk melihat atau membandingkan bagian yang diterima produsen atau pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering dinyatakan dalam persentase. Menurut Asmarantaka, 2012 Farmer s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk pangan dan serat dengan marjin pemasaran. Ini merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani, dalam bentuk persentase (%). Ketika harga yang ditawarkan pedagang pengecer ataupun lembaga pemasaran lain semakin tinggi maka bagian yang diterima petani semakin sedikit, hal ini karena petani tidak mempunyai kekuatan tawar, sehingga pembudidyaa menjual produknya dengan harga yang rendah. Rasio Keuntungan dan Biaya Besarnya rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi tataniaga. Semakin menyebarnya rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1985). Secara matematik, rasio keuntungan dan biaya dalam setiap lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut : Rasio keuntungan dan biaya = Πi/Ci, dimana Πi merupakan keuntungan lembaga pemasaran dan Ci merupakan biaya

36 20 pemasaran. Nilai rasio keuntungan dan biaya yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan terhadap pembudidaya semakin baik. Margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya merupakan komponen untuk digunakan dalam penilaian efisiensi pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat menunjukan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya volume produksi, yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Untuk menjalankan fungsi fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin, maka lembaga pemasaran sangat berperan didalamnya. Margin pemasaran diberikan oleh konsumen kepada lembaga pemasaran sebagai balas jasa. Fungsi pemasaran sendiri memiliki arti segala kegiatan yang diperlukan untuk memperlancar penyaluran produk dari produsen ke konsumen akhir serta memberikan nilai tambah terhadap komoditi tersebut. Fungsi pemasaran terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Kegiatan pemasaran dari produsen hingga ke konsumen akhir menghasilkan pembentukan harga yang berpengaruh terhadap struktur pasar dan perilaku pasar. Untuk mengetahui struktur pasar dapat melihat jumlah penjual dan pembeli yang terlibat dalam pemasaran ikan mas, sifat produk atau heterogenitas produk yang dipasarkan, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan pasar. Setelah struktur pasar diketahui maka selanjutnya menganalisis perilaku pasar, dengan cara mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga yang terlibat. Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat bagaimana pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan antar lembaga yang terlibat didalam pasar. Untuk melihat perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen yang diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi dapat menggunakan analisis margin pemasaran. Sedangkan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir juga sering dinyatakan dalam persentase dapat menggunakan farmer s share. Margin pemasaran yang diperoleh akan menentukan saluran pemasaran yang paling efisien melalui farmer s share yang kemudian akan memberikan alternatif saluran pemasaran yang terbaik sehingga pendapatan pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe dapat meningkat. Pada umumnya untuk mengevaluasi efisiensi pemasaran diperlukan indikator besaran margin pemasaran, farmer s share serta rasio keuntungan terhadap biaya. Besaran dari setiap indikator tersebut harus dikaitkan kepada pelaksanaan fungsi fungsi pemasaran yang dapat meningkatkan atau menciptakan nilai tambah sehingga kepuasan konsumen meningkat (Asmarantaka, 2012). Kerangka Pemikiran Operasional Produksi dan permintaan ikan mas yang selalu cenderung meningkat permintaanya, dikarenakan di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang merupakan daerah atau wilayah yang banyak mempunyai tempat pariwisata sehingga banyak rumah makan ataupun hotel di seluruh penjuru daerah Subang, hal ini yang

37 menyebabkan permintaan ikan mas untuk daerah lokal yang cukup tinggi, disamping itu, media tanam kolam air deras menjadikan ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang sangat terkenal dengan ikan yang kuat di dunia pemancingan serta memiliki rasa yang lebih gurih dan tidak berbau lumpur, sehingga banyak usaha pemancingan menjadikan ikan mas sebagai obyek untuk di pancing bagi pemancing. Banyaknya permintaan ikan mas akan menjadi peluang bagi pembudidaya ikan mas untuk memperluas usahatani dan meningkatkan produksi ikan mas. Dalam hal ini perlu mempertimbangkan bagaimana memasarkan ikan mas jika pada suatu saat produksi ikan mas meningkat agar dapat disalurkan dengan harga yang layak untuk pembudidaya maupun lembaga lembaga pemasaran yang terkait sampai ke tingkat konsumen, sehingga perlunya analisis sistem pemasaran ikan mas mengenai saluran pemasaran yang paling efisien. Analisis kualitatif menggambarkan secara deskriptif dan dilakukan untuk mengamati saluran dan lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran dengan menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer s share serta rasio keuntungan dan biaya. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 2. Pembudidaya Pembesaran ikan mas Kecamatan Cijambe. di Pedagang Perantara Lembaga pemasaran ikan mas. 21 Masalah Pemasaran di Lokasi Penelitian : Produk perikanan mudah rusak Adanya jarak antara produsen dan konsumen akhir Petani sebagai penerima harga Analisis : Saluran dan lembaga pemasaran Fungsi pemasaran (pertukaran, fisik, fasilitas) Struktur pasara Perilaku pasar Farmer s share, margin dan ratio keuntungan dan biaya Efisiensi operasitonal Menunjukan sistem pemasaran yang paling efisien Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional.

38 22 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 10 persen pembudidaya ikan mas (responden) Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang yang berada di lokasi penelitian dan 10 orang (responden) lembaga lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas yang ada di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian ini akan menganalisis mengenai saluran dan lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, farmer s share, marjin pemasaran dan rasio keuntungan dan biaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut adalah sentra agribisnis khususnya perikanan yang dapat dijadikan tempat penelitian dan memiliki potensi yang besar dalam mengusahakan budidaya ikan mas yang berkualitas tinggi dan menggunakan media tanam kolam air deras sehingga berbeda dengan ikan mas dari daerah lain. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2015 untuk pengambilan data. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan informan dan responden serta pengisian kuesioner. Informan merupakan pihak yang akan memberikan informasi tentang pihak lain dan lingkungannya sedangkan responden adalah pihak yang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan berupa data kualitatif dan kuantitatif mengenai nilai dan volume penjualan serta pembelian masing masing lembaga pemasaran, alur pemasaran, struktur serta perilaku pasar. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Badan Pusat Statistik (BPS). Metode Penentuan Responden Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, wawancara langsung dengan responden, serta diskusi dengan responden di lokasi penelitian yaitu pembudidaya ikan mas dan lembaga lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di lokasi penelitian seperti pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer pemerintahan Desa dan Kecamatan Cijambe serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Adapun berdasarkan data pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang di Kecamatan Cijambe terdapat 139 pembudidaya ikan mas, akan tetapi hanya mengambil beberapa responden sebagai sample. Adapun jumlah

39 responden (pembudiaya pembesaran) ikan mas yang akan diambil sebanyak 16 orang pembudidaya dengan alasan sudah cukup mewakili dengan catatan setiap responden (pembudidaya) ikan mas menjual produknya kepada lembaga - lembaga pemasaran yang berbeda. Untuk pengambilan sample (lembaga pemasaran) dilakukan dengan metode snowball dimana jumlah pengambilan sample secara proporsional. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai potensi jumlah produksi, harga, serta proses produksi yang dilakukan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi dari beberapa instansi terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengenai data yang berkaitan dengan penelitian serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. 23 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian akan disajikan dalam bentuk deskriptif, gambar dan tabulasi yang digunakan untuk mengelompokan dan mengklasifikasikan data yang ada dalam menganalisis data. Perhitungan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya (benefit/ cost ratio) dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan komputer. Pengolahan data dilakukan secara tahapan demi tahapan, dimulai dengan pengelompokan data yang kemudian dibuat tabel. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran, lembaga, fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada aspek aspek efisiensi pemasaran, diantaranya margin pemasaran, farmer s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang akan dianalisis melalui pengamatan terhadap lembaga lembaga pemasaran yang terlibat, mulai dari petani ikan mas, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pendapatan yang diterima oleh lembaga lembaga yang terlibat akan berbeda beda karena saluran nya pun berbeda. Panjang pendeknya saluran pemasaran tidak selalu mencerminkan bahwa sistem pemasaran tersebut tidak efisien. Efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi fungsi pemasaran yang ada, biaya biaya dan atribut produk. Analisis Lembaga Pemasaran Lembaga lembaga pemasaran yang terlibat (pedagang pengumpul tingkat Kecamatan, pedagang pegumpul tingkat Desa serta pedagang pengecer tingkat Kabupaten dan pedagang pengecer tingkat Desa) akan dianalisa untuk mengetahui pihak pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran ikan mas di

40 24 Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang dengan cara diamati langsung turun ke lokasi penelitian dan dari hasil wawancara yang diawali pada pembudidaya ikan mas dengan cara mengikuti aliran komoditas yang bertujuan untuk mengetahui lembaga lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. Analisis Fungsi Pemasaran Analisis fungsi pemasaran ini dilakukan untuk mengetahui fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga lembaga pemasaran yang terlibat. Terdapat 3 fungsi yaitu : a. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi penjualan dimana mengalihkan barang ke pembeli dengan harga yang memuaskan dan fungsi pembeli yaitu mengalihkan barang dari penjual dan pembeli dengan harga yang memuaskan. b. Fungsi pengadaan secara fisik terdiri dari fungsi pengangkutan yaitu pemindahan barang dari tempat produksi dan atau tempat penjualan ke tempat tempat dimana barang tersebut akan terpakai (kegunaan tempat) dan fungsi penyimpanan yaitu penahanan barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan waktu). c. Fungsi pelancar terdiri dari fungsi pembiayaan yaitu mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi transaksi dalam urusan barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai hubungan antara pembeli (calon pembeli) dan penjual (calon penjual). Analisis struktur pasar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan struktur suatu pasar, apakah mendekati pasar bersaing sempurna atau pasar bersaing tidak sempurna, dengan cara dilakukan suatu pengamatan jumlah lembaga pemasaran yang terkait, hambatan keluar masuk pasar, sifat produk dan karakteristik produk serta informasi pasar. Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang di tempuh baik untuk penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing masing. Ada 3 cara mengenal perilaku pasar yaitu : (1) penentuan harga dan setting level of output, penentuan harga adalah menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama sama penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (price leadership), (2) product promotion policy, dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan, (3) predatory and exclusivenary tactics, strategy ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan bersaing untuk keluar dari

41 pasar. Perilaku pasar dapat dianalisis melalui sistem kerjasama yang terjalin diantara lembaga lembaga pemasaran yang terlibat. 25 Analisis Margin Pemasaran Margin pemasaran dipergunakan untuk menganalisis sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis produk mulai dari produsen sampai dengan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Margin pemasaran merupakan suatu penjumlahan dari hasil pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian setiap tingkat pedagang yang terlibat secara vertikal. Nilai margin pemasaran sama dengan harga jual di pengecer dikurangi harga jual di produsen dan ini merupakan penjumlahan dari biaya biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh pedagang yang terlibat. Margin pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus : MT = P r - P f Keterangan : MT = Margin total P r = Harga pada tingkat retail = Harga pada tingkat produsen P f Analisis Farmer s Share Farmer s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Untuk menghitung besarnya farmer s share dapat menggunakan rumus berikut : FS = (P r / P f ) x 100 % Keterangan : FS = Farmer s share P f = Harga di tingkat produsen Pr = Harga di tingkat konsumen Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Analisis rasio keuntungan terhadap biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan pada lembaga pemasaran. Keuntungan lembaga bisanya digunakan untuk mengevaluasi sistem atau saluran pemasaran. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio keuntungan/biaya (%) = Keuntungan (Π)/ Biaya Pemasaran (Ci) Jika nilai rasio keuntungan terhadap biaya bernilai positif dapat disimpulkan bahwa aktivitas pemasaran tersebut relatif menguntungkan.

42 26 Definisi Operasional Penggunaan istilah dalam penelitian ini adalah : a. Lembaga pemasaran adalah pihak pihak yang melakukan kegiatan pemasaran mulai dari pembudidaya pembesaran/produsen sampai dengan konsumen akhir. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam penelitian sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe ini adalah pembudidaya ikan mas Cijambe, pedagang pengumpul Desa Cijambe, pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe, pedagang pengecer Desa Cijambe, dan pedagang pengecer luar Desa Cijambe. 1. Pembudidaya ikan mas adalah individu yang melaksanakan kegiatan budidaya pembesaran ikan mas mulai dari penyiapan lahan dan pemeliharaan (siap panen) sampai kegiatan pemasarannya. 2. Pedagang pengumpul Desa Cijambe adalah individu yang melakukan pembelian ke pembudidaya ikan mas dan melakukan penjualan ke pedagang pengecer ataupun ke konsumen akhir. 3. Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe adalah individu yang melakukan pembelian ke pembudidaya ikan mas dan melakukan penjualan ke pemancingan luar Kabupaten Subang. 4. Pedagang pengecer Desa Cijambe adalah individu yang berada di desa Cijambe yang melakukan kegiatan penjualan langsung ke konsumen akhir 5. Pedagang pengecer luar Desa Cijambe adalah individu yang berada di luar Desa Cijambe atau di pasar yang berada di Kabupaten Subang yang menjual langsung komoditi ikan mas ke konsumen akhir. b. Harga jual adalah harga rata rata dari ikan mas per kilogram yang diterima oleh pembudidaya, pedagang pengumpul Desa Cijambe, pedagang pengumpul luar Desa Cijambe, pedagang pengecer Desa Cijambe dan pedagang pengecer luar Desa Cijambe. c. Harga beli adalah harga rata rata dari ikan mas per kilogram yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. d. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk proses pemasaran ikan mas. Biaya pemasaran dalam penelitian ini sudah dikonversikan per satu kilogram. e. Keuntungan pemasaran adalah selisih dari harga jual dan harga beli ditambah total biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam proses pemasaran. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian Kecamatan Cijambe adalah satu dari sekian Kecamatan di Kabupaten Subang yang memiliki potensi besar terutama dari sektor pertanian dan perikanan sebagai sentra ekonomi mayoritas masyarakatnya, Kecamatan Cijambe terletak di wilayah Kabupaten Subang Tengah, dimana berbatasan langsung dengan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang Selatan. Namun sayangnya sarana dan

43 prasana di Kecamatan Cijambe belum cukup optimal dan menunjang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah sarana transportasi yang belum menjangkau sampai seluruh pelosok Kecamatan Cijambe. Selain itu pada umumnya ketersediaan prasarana jalan yang layak masih sangat terbatas di setiap penghubung antar desa banyak ditemui ruas jalan yang rusak parah dan memerlukan perhatian pemerintah karena dapat menghambat mobilitas warga dalam kesehariannya maupun saat panen raya tiba dimana jalan adalah prasarana vital yang harus selalu siap digunakan untuk memasarkan hasil pertanian, di samping prasarana penunjang lainnya seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lainnya, ini penting agar segala potensi alam, sumber daya manusia, dapat bersinergi untuk dapat menjadikan Kecamatan Cijambe lebih berkembang dan dapat bersaing di masa mendatang. Batas Wilayah Kecamatan Cijambe yaitu: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Subang. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kasomalang. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jalan Cagak. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibogo. Kecamatan Cijambe mempunyai 8 desa, yaitu Desa Bantarsari, Desa Cijambe, Desa Cikadu, Desa Cimenteng, Desa Cirangkong, Desa Gunungtua, Desa Sukahurip, dan Desa Tanjungwangi. 27 Letak Geografis Lokasi Penelitian Secara Topografi Kecamatan Cijambe merupakan wilayah pegunungan (berbukit sampai bergunung dengan ketinggian 500 mdpl. Kisaran suhu antara 20 c 27 c. Kecamatan Cijambe mempunyai luas wilayah sebesar 4.575,631 ha. Kecamatan Cijambe merupakan Kecamatan swasembada awal yang terletak diperbatasan antara Kecamatan Subang dan Kecamatan Jalan Cagak ± 9 Km dari ibu kota Kabupaten Subang yang dilalui jalur jalan protocol Subang Bandung. Pada Tabel 7 dijelaskan, ketingggian lahan Kecamatan Cijambe cukup tinggi yaitu 500 mdpl dan banyak gunung serta bukit bukit yang mengalirkan sumber air dari mata air, sehingga menjadikan Kecamatan Cijambe melimpah dalam hal air deras yang mengalir dari hulu menuju ke sungai sungai yang berada dibawah, curah hujan yang tinggi di Kecamatan Cijambe memberikan kontribusi terhadap derasnya aliran air di sungai Cijambe, serta suhu rata rata di Kecamatan Cijambe sangat cocok untuk budidaya pembesaran ikan mas, sehingga masyarakat Kecamatan Cijambe mempunyai potensi untuk melakukan usaha pembesaran ikan mas di kolam air deras. Tabel 7. Letak Geografis Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Uraian Jumlah Ketinggian dari permukaan laut 500 mdpl Banyaknya curah hujan 287 mm/tahun Suhu udara rata- rata 20 C - 27 C Jumlah bulan hujan 7 Bulan Sumber : Profile Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, 2014.

44 28 Tabel 8 menjelaskan jarak Kecamatan Cijambe ke Provinsi Jawa Barat yang waktu tempuh 2 jam perjalanan, pemerintahan Kabupaten/ Kota berjarak 9 km serta jarak ke Rumah Sakit dan Puskesmas terdekat berjarak 1,5 km. Tabel 8. Orbitasi Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Uraian Satuan Jarak ke Provinsi 45 km Lama tempuh ke Provinsi 2 jam Jarak ke Kabupaten/ Kota 9 km Lama tempuh ke Kabupaten 30 menit Jarak ke Rumah Sakit Umum 9 km Jarak ke Puskesmas 1,5 km Sumber : Profile Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Gambaran Umum Budidaya Ikan Mas Secara umum, masyarakat Kecamatan Cijambe melakukan usaha budidaya ikan mas, dikarenakan merupakan salah satu sektor usaha yang memang sudah turun temurun di Kecamatan Cijambe. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah pembudidaya ikan mas. Berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangan, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe menggunakan lahan milik sendiri, sewa dan ada juga yang menggunakan lahan gadai. Jumlah Pemilik Lahan dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air Tawar di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 6. Persiapan Kolam Kolam yang digunakan pembudidaya berupa kolam semen dengan pemeliharaan ikan mas di kolam air deras. Sumber air didapat langsung dari sungai yang mengalir melewati Kecamatan Cijambe, dimana sungai tersebut mempunyai kualitas air yang sangat bagus untuk digunakan dalam usaha pembesaran ikan mas yang bersumber langsung dari mata air yang terdapat di pegunungan pegunungan setempat, sehinggga usaha yang dilakukan oleh pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe walaupun menggunakan media kolam air deras, tetapi tidak menggunakan mesin pompa, dikarenakan derasnya air yang mengalir langsung dari aliran sungai. Awal kegiatan budidaya ikan mas dimulai dengan persiapan kolam. Luasan kolam yang digunakan oleh pembudidaya berbeda beda ada yang menggunakan 6 x 2 m², 7 x 2 m² 8 x 2 m² per kolam, dalam memilih luasan kolam, biasanya pembudidaya tergantung dari luas lahan dan topografi lahan yang dimiliki. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya responden di lokasi penelitian, kegiatan budidaya diawali dengan pengeringan kolam. Pengeringan air kolam dimaksudkan agar hama seperti ikan mujaer bisa hilang serta lumpur yang terlalu tebal bisa terbuang. Setelah itu kolam diberi pupuk kandang atau kompos yang diperlukan untuk pertumbuhan plankton sebagai makanan awal benih ikan

45 mas yang ditebar. Pupuk yang diberikan tergantung dari luas kolam dan jumlah benih yang ditebar. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea. Setelah kolam diberi kapur dan pupuk, maka kolam sudah bisa diisi air kembali dengan terlebih dahulu menutup saluran keluar air. Kolam dapat diisi benih ikan setelah mencapai air kisaran 1-1,5 meter. Pergantian air secara keseluruhan dilakukan sebelum pemeliharaan dan setelah pemanenan. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai terdekat dan dari saluran irigasi. Dalam budidaya ikan mas air harus masuk dan keluar terus menerus agar ketersediaan oksigen terjamin, karena jika tidak terjadi pergantian air kualitas ikan mas akan menurun bahkan bisa menyebabkan ikan mas stres dan mati. 29 Pengangkutan dan Penebaran Benih Dalam budidaya ikan mas, penanganan dalam pengangkutan benih ikan mas sangat berpengaruh terhadap tingkat kematian benih ikan mas selama usaha pembesaran ikan mas. Penanganan yang salah akan mengakibatkan kematian benih ikan mas yang sangat tinggi. Untuk mencegah tingkat kematian yang tinggi, pengangkutan benih ikan mas dilakukan pada kondisi suhu rendah yaitu pada waktu pagi hari dan sore hari. Jumlah benih yang akan diangkut dari pembudidaya pembenihan ikan mas dalam wadah angkut disesuaikan dengan besarnya wadah angkut dan lamanya perjalanan pada saat pengiriman benih ikan mas. Pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang membeli benih ikan mas dari Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang dimana dalam proses pengangkutan benih ikan mas menggunakan plastik yang berisi oksigen untuk membawa benih ikan mas. Benih ikan mas diperoleh dari pembudidaya Kecamatan Pagaden di Kabupaten Subang yang memang sudah diatur oleh Dinas Perikanan dan Kelautan untuk lokasi pembenihan ikan dengan mengunakan mobil pick up selama menit perjalanan. Pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe melakukan pemilihan benih berdasarkan ukuran yang seragam dan kondisi fisik yang terlihat sehat. Pembudidaya ikan mas pada umumnya membeli benih ikan mas dengan ukuran yang sama dengan harga Rp /kg yang berukuran 5 7 cm yang siap di besarkan di kolam pembesaran air deras (KAD). Dalam 1 kolam yang berukuran 6 x 2 m² dan 7 x 2 m² pembudidaya menebar benih ikan mas sebanyak kilogram benih ikan mas, pakan yang diberikan sangat mempengaruhi hasil panen, rata rata pembudidaya ikan mas memberikan pakan 1 ton, sehingga ketika dipanen pembudidaya pembesaran ikan mas mendapatkan kurang lebih 1 ton ikan mas dengan ukuran 1 kilogram / 2 4 ekor ikan mas dengan pemberian pakan 1 ton selama 3 bulan. Ketika benih ditebar, sebelumnya pembudidaya akan melakukan proses aklimitasi agar ikan mas bisa beradaptasi dengan kolam yang baru. Penebaran benih disesuaikan dengan luasan kolam yang tersedia. Jumlah benih yang ditebar juga tergantung pada kemampuan pembudidaya dalam pemberian pakan dan hasil panen yang diinginkan, jika pembudidaya ingin menghasilkan produksi ikan mas dalam satu kolam sebanyak 1 ton, maka pembudidaya biasanya akan memberikan pakan 1 ton dalam waktu 3 bulan, sehingga ketika dipanen, pembudidaya mendapatkan 1 ton ikan mas.

46 30 Pemeliharaan dan Pembesaran Dalam pemeliharaan dan pembesaran ikan mas, pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian hanya melakukan usaha pembesaran ikan, sehingga pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe membeli benih ikan mas dari luar Kecamatan yang memang sudah ditunjuk pemerintah Kabupaten Subang sebagai sentra benih ikan mas yaitu Kecamatan Pagaden, Subang Utara. Benih yang baru ditebar tidak langsung diberi makanan berupa pellet, tetapi hanya diberi pakan alami berupa plankton selama 2 3 hari. Setelah itu pembudidaya ikan mas hanya memberikan pakan ikan mas berbentuk pellet ikan, pellet ikan yang digunakan pembudidaya merupakan pellet subsidi dari pemerintah, pembudidaya membeli pellet ikan dengan harga subsidi dari pemerintah, sehingga jumlah hasil panen sangat tergantung pada jumlah pemberian pellet ikan sebagai pakan. Dalam 1 kali panen, pemeliharaan ikan mas di Kecamatan Cijambe rata rata membutuhkan waktu selama 3 sampai 4 bulan, sehingga dalam 1 tahun pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe dapat melakukan usaha pembesaran ikan mas 3 sampai 4 kali panen. Dalam pemeliharaan ikan mas, biasanya penyortiran dilakukan setiap ikan mas memasuki umur 1.5 bulan, dan ada juga pembudidaya yang tidak melakukan sortir dan hanya melakukan sortir pada saat ikan mas siap untuk dipanen. Tujuan penyortiran dilakukan karena ukuran ikan mas yang akan di panen belum tentu semuanya masuk dalam kategori yang dibutuhkan sesuai keinginan pasar. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian, keseluruhan ikan mas yang akan dipanen mencapai ukuran konsumsi dengan ukuran 1 kg berisi 2 4 ekor untuk permintaan pedagang pengecer yang berada di wilayah Kecamatan Cijambe maupun di luar Kecamatan Cijambe, sedangkan untuk permintaan pemancingan ukuran yang diinginkan di atas 2 kg/ekor. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan di satu titik dalam kolam, sehingga pemberian pakan dapat merata dan agar semua ikan mengetahui letak pemberian pakan. Ikan mas yang di budidayakan oleh pembudidaya Kecamatan Cijambe sangat jarang yang terjangkit penyakit. Hal ini karena kondisi air yang bagus serta benih yang digunakan merupakan hasil dari perkawinan induk unggulan oleh Balai Penelitian Ikan Air Tawar yang berada di Kabupaten Subang. Apabila ikan mas terkena penyakit, pembudidaya biasanya memisahkan ikan mas ke kolam khusus dan memberikan kapur dolomit untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap ikan mas lain. Pemanenan dan Pengangkutan Ikan mas yang sudah mencapai ukuran pasar akan dilakukan proses pemanenan, dalam pemanenan ikan mas biasanya dilakukan pada suhu rendah atau sore hari. Sebelum dipanen, ikan mas akan dipuasakan atau tidak diberi pakan terlebih dahulu karena untuk mencegah ikan mas stress pada saat pengangkutan dalam perjalanan. Biaya untuk pemanenan biasanya ditanggung oleh pedagang perantara seperti pedagang pengumpul ikan mas, serta biaya pengangkutan, plastik dan oksigen ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan plastik yang berisi oksigen untuk

47 jarak dekat dimana ikan mas mampu bertahan selama 6 jam perjalanan, untuk jarak yang jauh pedagang pengumpul menggunakan fiber dengan oksigen yang berkapasitas 300 kilogram ikan mas hidup/fiber. Ikan mas yang telah dipanen akan dijual oleh pembudidaya pembesaran ikan mas ke pedagang pengumpul baik yang berada di Kecamatan Cijambe maupun yang berada di sekitar Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, serta Kabupaten lain, yang kemudian akan dijual kembali ke pedagang pengecer sehingga bisa sampai kepada konsumen akhir. 31 Karakteristik Pelaku Pasar Dari semua saluran pemasaran ikan mas yang berada di Kecamatan Cijambe, pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran ikan mas terdiri dari pembudidaya ikan mas sebagai produsen ikan mas di Kecamatan Cijambe, pedagang pengumpul sebagai perantara antara produsen dan konsumen antara ataupun konsumen akhir dan pedagang pengecer sebagai pedagang perantara penyalur ikan mas ke konsumen akhir. Setiap pelaku pasar tersebut mempunyai karakteristik sendiri yang menyokong keberhasilan usaha. Mengenai karakteristik pelaku pasar dapat diuraikan sebagai berikut : Karakteristik Pembudidaya Produsen Ikan Mas Karakteristik pembudidaya ikan mas yang berada di Kecamatan Cijambe jika dilihat dari luas penguasaan lahan, rata rata lahan usahatani pembudidaya ikan mas tergolong berbeda beda, pada umumnya pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe menggunakan kolam berukuran 6 x 2 m² dan 7 x 2 m² sampai 8 x 2 m² dan menggunakan varietas bibit unggul yang didapat dari balai penelitian pembenihan ikan air tawar Kabupaten Subang, bibit unggul yang digunakan adalah persilangan antara varietas sinyonya dan varietas majalaya dengan alasan mempunyai bobot tubuh yang lebih besar, serta cepat dalam pertumbuhan nya sehingga mampu menjadikan usahatani yang menjanjikan untuk pembudidaya ikan mas. Pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga sampai panen berikutnya, pembudidaya ikan mas yang ber skala kecil biasanya meminjam dana kepada tengkulak atau pedagang pengumpul di lokasi setempat, dimana dengan syarat ketika nanti panen, pembudidaya ikan mas tersebut harus menjual hasil panen kepada tengkulak tersebut dengan harga yang ditentukan tengkulak, pembudidaya mempunyai posisi tawar yang lemah karena disamping untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, pembudidaya juga mempunyai rasa takut untuk menjual ikan mas kepada pedagang pengumpul lain. Permasalahan yang lain pembudidaya ikan mas hanya memiliki keterbatasan modal sehingga pembudidaya terjebak hutang. Sesuai dengan pendapat Mears (1978) yang menyatakan bahwa, petani di Indonesia sangat membutuhkan kredit untuk tujuan produksi, belanja hidup sehari hari sebelum produk dijual dan pertemuan- pertemuan sosial. Kepemilikan lahan yang sempit, lapangan pekerjaan yang terbatas di luar musim tanam, dan pemborosan menyebabkan banyak petani

48 32 tidak dapat mengelola hidup dari satu panen ke panen berikutnya tanpa sumber pinjaman. Pada penelitian ini jumlah responden yang diteliti sebanyak 10 persen dari total petani yang berada di Kecamatan Cijambe yaitu 16 orang pembudidaya ikan mas. Kegiatan budidaya ikan mas yang dilakukan pembudidaya responden ialah pembesaran ikan mas dengan media tanam kolam air deras. Tabel 9. Kelompok Umur Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. No Kelompok umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Responden yang diteliti sebanyak 16 orang dengan kategori umur tahun sebanyak 4 orang sedangkan umur tahun sebanyak 3 orang, umur tahun sebanyak 9 orang, pemilihan responden berdasarkan banyaknya pembudidaya dilokasi penelitian, untuk melihat banyaknya pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pembudidaya pembesaran ikan mas di Kecamatan Cijambe di lokasi penelitian, pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe hanya melakukan usaha pembesaran ikan mas, dikarenakan lokasi Kecamatan Cijambe sangat cocok untuk usaha pembesaran ikan mas. Dengan media tanam kolam air deras dan ketersediaan air yang melimpah, maka tidak heran sebagian warga di Kecamatan Cijambe memiliki usaha kolam pembesaran ikan mas. Untuk produksi kegiatan usaha pembesaran ikan mas di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data lapangan pada Lampiran 1, dapat dijelaskan bahwa luas kolam responden untuk kegiatan pembesaran ikan mas yaitu luas kolam petakan yang digunakan adalah berbeda beda ukuran, ada yang menggunakan ukuran petak 6 x 2 m2, akan tetapi ada responden yang berbeda dalam pembuatan kolam nya yaitu berukuran 7 x 2 dan 8 x 3 m2, dalam penentuan luasan kolam, pembudidaya biasanya melihat topografi lahan yang dimilikinya, akan tetapi rata rata luasan kolam yang digunakan yaitu 6 x 2 m2. Produksi rata rata yang dihasilkan setiap kolam air deras yang di budidayakan mempunyai potensi setiap satu kali panen sebesar 1 ton ikan mas dengan ukuran ikan konsumsi yaitu 1 kilogram berisi 2 4 ekor ikan mas. Produksi yang dihasilkan sangat tergantung dengan berapa banyak pakan yang diberikan. Dari hasil produksi menunjukkan bahwa Kecamatan Cijambe memiliki potensi yang besara untuk pengembangan pembesaran ikan mas. Pemanenan dilakukan pembudidaya sesuai dengan permintaan pasar oleh pedagang pengumpul yang memang sudah berlangganan serta konsumen antara seperti restoran restoran yang berada di sepanjang Kabupaten Subang maupun luar Kabupaten Subang dan permintaan untuk pemancingan yang berada di luar Kabupaten Subang.

49 33 Karakteristik Pedagang Perantara Pedagang perantara yang dipilih berasal dari informasi responden pembudidaya ikan mas yang menjual hasil produksinya, setelah itu peneliti mendapatkan informasi dari pedagang pengumpul kemana menjual ikan mas selanjutnya untuk mewawancarai pedagang pengecer. Pedagang pengumpul yang diteliti sebanyak 4 orang yang berasal dari hasil wawancara dengan pembudidaya ikan mas serta warga sekitar. Pemilihan pedagang pengumpul sebagai responden ditentukan berdasarkan informasi dari pembudidaya ikan, dimana pedagang pengumpul tersebut merupakan pedagang yang sangat besar pengaruhnya dilokasi penelitian dikarenakan aktif membeli dan mengumpulkan produk dari pembudidaya ikan mas lalu menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya. Sedangkan, penentuan pedagang pengecer ditentukan dari informasi pedagang pengumpul yang menjual ikan mas kepada pedagang pengecer yang menampung ikan mas di pasar Kalijati, pasar Jalancagak, pasar Subang Kota dan pasar yang berada di wilayah Kabupaten Subang. Karakteristik Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul menjalankan fungsi untuk membeli ikan mas langsung ke pembudidaya ikan mas di kolam. Ikan mas yang dibeli pedagang pengumpul ini biasanya sudah sesuai dengan pesanan dengan berat 1 kg ikan mas berisikan 2 sampai 4 ekor ikan mas. Dalam melaksanakan pembelian ikan mas, pedagang pengumpul membawa plastik dan timbangan selain itu beberapa pedagang membawa tabung oksigen untuk mengisi oksigen ketika pengangkutan dimana bertujuan agar ikan tetap segar bahkan selalu masih hidup ketika dijual kembali kepada pedagang pengecer ikan mas ataupun konsumen akhir. Kegiatan utama pedagang pengumpul yaitu melakukan penaksiran harga ikan mas, pengemasan ikan mas ke dalam plastik, penimbangan ikan mas, pengangkutan ikan mas dan pembayaran. Tabel 10. Kelompok Umur Pedagang Pengumpul Responden Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang No Kelompok umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Dilokasi penelitian, jumlah pedagang pengumpul yang diambil sebagai responden pada saat penelitian sebanyak 4 orang pedagang pengumpul, dimana seluruh pedagang pengumpul berasal dari Desa Cijambe dan luar Desa Cijambe. Terdapat 3 orang pedagang pengumpul yang berasal dari Desa Cijambe sedangkan 1 pedagang pengumpul tingkat Kecamatan berasal dari Desa Gunung Tua.

50 34 Karakteristik Pedagang Pengecer Pedagang pengecer ikan yang diteliti di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang merupakan pedagang pengecer ikan yang di dapat berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya ikan mas dan pedagang pengumpul. Pedagang pengecer yang memasarkan ikan mas dari Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang terdapat dua jenis pedagang pengecer, yang pertama pedagang pengecer yang berada di Kecamatan Cijambe / lokal, serta pedagang pengecer yang berada di pasar. Pedagang pengecer lokal atau yang berada di Kecamatan Cijambe biasanya langsung mengambil ikan mas dari pembudidaya ikan mas Kecamatan Cijambe dan menjual ikan mas kembali secara eceran di sepanjang jalan raya Cijambe, adapun untuk biaya pemasaran yang dikeluarkan hanya biaya pengemasan dan biaya angkut dari pembudidaya ikan mas ke kolam penampungan untuk penjualan, sedangkan pedagang pengecer yang berada di pasar mendapatkan persediaan ikan mas dari pedagang pengumpul yang memasok ikan mas langsung ke pasar, namun ada juga pedagang pengecer di pasar yang membeli ikan mas langsung ke pembudidaya ikan mas Cijambe sehingga mendapatkan harga yang lebih murah, pedagang pengecer di pasar kemudian menjual ikan mas di pasar, adapun biaya yang dikeluarkan yaitu sewa tempat di pasar dan peralatan penjualan seperti bak atau ember, pisau, meja, timbangan serta mesin pemutar air agar ikan selalu hidup dan segar ketika dibeli oleh konsumen. Tabel 11. Kelompok umur Pedagang Pengecer Responden Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang No Kelompok umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Pedagang pengecer yang terkait dalam pemasaran ikan mas Kecamatan Cijambe terdapat 2 jenis pedagang pengecer, 2 diantaranya berasal dari desa Cijambe/lokal dan 4 diantaranya pedagang yang berada di pasar. Pedagang pengecer lokal yang diteliti berada di Desa Cijambe sebanyak 2 orang, pedagang pengecer lokal ini bertempat tinggal di Desa Cijambe dan berdagang di halaman depan rumah dengan membuat kolam ikan yang terbuat dari bahan semen dengan ukuran yang cukup besar 2.5 x 6 m layaknya kolam pembesaran, sedangkan yang berada di pasar sebanyak 4 orang yang didapatkan berdasarkan informasi dari lembaga pemasaran sebelumnya. Pada saat penelitian di pasar, penulis tidak banyak menemukan pedagang pengecer pasar yang menjual ikan mas Subang, hal ini dikarenakan pada saat penelitian ikan mas yang berada di pasar adalah ikan mas dari Purwakarta/Jatiluhur, sehingga hanya beberapa pedagang pengecer yang menjual ikan mas dari Subang, dikarenakan harga ikan mas dari Subang lebih tinggi daripada ikan mas dari Purwakarta/Jatiluhur, dimana area penjualannya merupakan wilayah Kabupaten Subang.

51 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Ikan Mas Saluran pemasaran ikan mas yang ada di Kecamatan Cijambe pada saat penelitian di lokasi penelitian, penulis menemukan lima saluran pemasaran ikan mas, yaitu (1) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe - Kolam pemancingan, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas hidup ke pedagang pengumpul yang sudah menjadi langganan, kemudian dari pedagang pengumpul ikan mas dijual kembali ke kolam pemancingan yang kemudian akan di pancing oleh pemancing. (2) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Konsumen antara/rumah makan, pembudidaya menjual ikan mas hidup ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul mengangkut ikan mas dengan menggunakan mobil pick up yang akan dijual langsung kepada restoran/rumah makan yang menjadi pelanggan sesuai permintaan. (3) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Pedagang pengecer luar Cijambe - Konsumen akhir, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas hidup ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual ikan mas langsung ke pedagang pengecer di pasar sesuai kebutuhan permintaan pasar, lalu pedagang pengecer di pasar menjajakan dagangan ikan mas untuk dijual kembali kepada konsumen akhir. (4) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Konsumen akhir, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas hidup ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kembali ikan mas tersebut kepada konsumen akhir. (5) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengecer Desa Cijambe - Konsumen akhir, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas kepada pedagang pengecer lokal yang memang berada di Kecamatan Cijambe, kemudian pedagang pengecer tersebut menjual kembali ikan mas dengan cara di ecer kepada konsumen akhir. Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, maka diperlukannya saluran pemasaran yang saling tergantung dimana terdiri dari sub sub sistem atau fungsi fungsi pemasaran dalam mengalirnya barang atau jasa produk dari pembudidaya sebagai produsen sampai ke konsumen akhir. Kegiatan usaha pembesaran ikan mas di Kecamatan Cijambe menggunakan media dengan kolam air deras yang mata airnya langsung bersumber dari pegunungan setempat. Didalam produksi ikan mas terdapat kegiatan usaha pemasaran ikan mas konsumsi dari hasil pembesaran. Pada pemasaran ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe pembudidaya menjual seluruh hasil panennya melalui pedagang pengumpul, sehingga pembudidaya tidak menanggung biaya pemanenan seperti pengangkutan dan pengemasan, tetapi ada juga sebagian pembudidaya ikan mas yang menjual langsung kepada pedagang pengecer maupun kepada konsumen akhir, pembudidaya seperti ini biasanya menjual ikan mas dari hasil sortiran yang tidak masuk dalam kategori ikan konsumsi yang dibutuhkan pasar. Lembaga lembaga pemasaran ini saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain. Lembaga lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe meliputi :

52 36 1. Pembudidaya : Merupakan produsen yang menghasilkan produk pertanian primer, dalam penelitian ini adalah ikan mas. 2. Pedagang pengumpul Kecamatan: Pihak yang melakukan kegiatan pembelian produk dengan cara membeli dari pedagang pengumpul Desa ataupun langsung datang kepada pembudidaya ikan mas yang berada di Kecamatan Cijambe untuk membeli ikan mas kemudian menjual kembali kepada lembaga pemasaran berikutnya. 3. Pedagang pengumpul Desa: Pihak yang melakukan kegiatan pembelian produk dengan cara langsung datang kepada pembudidaya yang berada di Desa Cijambe kemudian menjual kepada lembaga pemasaran berikutnya. 4. Pedagang pengecer : Merupakan pedagang dengan volume penjualan dalam skala kecil yang menjual produk langsung kepada konsumen akhir. Kegiatan budidaya pembesaran ikan mas yang dilakukan pembudidaya dengan media kolam air deras membuat ikan mas menjadi lebih kuat dan lebih gurih rasanya, karena menurut pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian ikan mas akan selalu bergerak melawan arus deras air sehingga akan menghasilkan daging ikan yang lebih enak sehingga bisa menambah nilai tambah untuk ikan mas. Untuk mencapai ukuran konsumsi antara 250 gram 500 gram/ekor masa pemeliharaan ikan mas dari benih sampai panen membutuhkan waktu 3 sampai 4 bulan dengan rata rata pakan yang diberikan 1 ton/kolam. Tingginya permintaan ikan mas konsumsi di Kabupaten Subang menyebabkan adanya pasokan ikan mas dari luar Kabupaten Subang untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan mas konsumsi di Kabupaten Subang. Produksi budidaya pembesaran ikan mas seluruh pembudidaya rata rata per kolam setiap kali panen mencapai 1 ton ikan mas dengan ukuran ikan yang siap untuk dijual. Seluruh pembudidaya ikan mas melakukan pemanenan dan penjualan ikan mas konsumsi pada saat ukuran sudah mencapai ukuran yang diinginkan konsumen yaitu gram per ekor. Pembudidaya ikan mas melakukan pemanenan 3 sampai 4 bulan sekali, jumlah pemanenan disesuaikan dengan permintaan pedagang pengumpul yang mana pedagang pengumpul sebagai pedagang perantara kepada konsumen antara seperti restoran maupun konsumen akhir seperti rumah tangga dan pedagang pengecer. Pembudidaya ikan mas menjual ikan mas konsumsi kepada pedagang pengumpul sesuai dengan permintaan dengan ukuran ikan gram/ekor. Kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer dengan ukuran ikan konsumsi 250 sampai 500 gram/ ekor atau sekitar 2 sampai 4 ekor/kg. Saluran pemasaran ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe terbagi atas lima saluran. Saluran pemasaran ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe dapat dilihat pada Gambar 3. Pada pemasaran ikan mas konsumsi, pembudidaya biasanya akan menghubungi pedagang pengumpul sehari sebelum panen. Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian datang langsung ke pembudidaya ikan mas membeli secara tunai, dan langsung diangkut untuk dijual kembali kepada pedagang pengecer, pedagang pengumpul akan langsung mengantarkan ikan mas ke konsumen antara seperti restoran sesuai jumlah pesanan sebelumnya. Sebelum diangkut ikan mas konsumsi dipuasakan terlebih dahulu, agar ikan mas tidak stress dan memperkecil tingkat kematian pada saat pengangkutan. Berdasarkan Gambar 3 saluran pemasaran ikan mas, dijelaskan bahwa

53 pembudidaya ikan mas menjual ikan mas konsumsi kepada pedagang pengumpul, namun ada beberapa pembudidaya yang langsung menjual ke pedagang pengecer. Volume distribusi pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang pada saluran 1 (Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe Konsumen antara/kolam pemancingan ) sebanyak kg (27.47%), saluran 2 (Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Konsumen antara/rumah makan ) sebanyak 580 kg (13.27%), saluran 3 (Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Pedagang Pengecer luar Desa Cijambe - Konsumen akhir ) sebanyak kg (7.15 %), saluran 4 (Pembudidaya ikan mas Pedagang pengumpul Desa Cijambe Pedagang pengecer Desa - Konsumen akhir) sebanyak kg (24.61 %), saluran 5 (Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengecer Desa Cijambe Konsumen akhir) sebanyak kg (27.47%). 37 P.Pengumpul Kecamatan kg (27.47%) Kolam Pemancingan Luar Kabupaten (1 200 kg) 27.47% Pemancing Luar Kabupaten Pembudidaya P.Pengumpul Desa Rumah Makan (580 kg) 13.2% kg (44.95%) P.Pengecer Antar Kabupaten (312.5 kg) Konsumen Akhir P.Pengecer Desa (2 275 kg) 52.07% Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe Pada saluran pemasaran (1) Pembudidaya ikan mas Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe Konsumen antara/kolam pemancingan Pemancing. Pembudidaya ikan mas menjual ikan mas kepada pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe yang kemudian akan dijual kembali ke kolam pemancingan luar daerah Kabupaten Subang, dan akan digunakan sebagai ikan khusus sebagai ikan pancingan. Pedagang pengumpul pada saluran pertama ini mendapatkan pasokan ikan mas dari pembudidaya yang ada di Kecamatan Cijambe, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan, pedagang pengumpul pada saluran pertama mampu memasok kebutuhan kolam pemancingan sebanyak 1.2 ton dalam sekali pengiriman, pedagang pengumpul membeli ikan mas hidup dengan ukuran 2 kilogram/ekor dengan harga rata rata Rp /ekor, kemudian pedagang

54 38 pengumpul menjual kembali ikan mas ke pemancingan dengan harga Rp /ekor. Pedagang pengumpul pada saluran pertama dalam mengangkut ikan mas menggunakan fiber yang berkapasitas 300 kilogram ikan mas hidup/fiber, untuk sekali pengangkutan ikan mas ke konsumen, pedagang pengumpul menggunakan mobil engkel yang dapat memuat 4 fiber, sehingga dalam satu kali pengangkutan, pedagang pengumpul dapat mengangkut ikan mas 1.2 ton. Pada saluran ke (2) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Konsumen antara/rumah makan. Pembudidaya ikan mas pada saluran ke dua menjual ikan mas konsumsi kepada pedagang pengumpul yang berada di Desa Cijambe, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas dengan harga rata rata Rp dengan ukuran 2 dan 3 ekor ikan mas/kilogram. Kemudian pedagang pengumpul menjual kembali ikan mas kepada konsumen antara/rumah makan dengan harga rata rata Rp /kilogram, pedagang pengumpul di saluran pemasaran ke dua dalam melakukan pengangkutan ikan menggunakan media plastik yang berisi oksigen, dalam satu kali pengiriman, pedagang pengumpul pada saluran ke dua mampu mengangkut 500 kilogram dalam setiap satu kali pengangkutan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, pedagang pengumpul pada saluran ke dua ini lebih memilih agar konsumen nya yang mengangkut ikan, karena agar pedagang pengumpul tidak mengalami risiko risiko pada saat pengangkutan yang dapat merugikan akibat kematian ikan dalam perjalanan. Berdasarkan wawancara dengan pedagang pengumpul pada saluran kedua, pedagang pengumpul enggan menanggung risiko kerugian yang ada di dalam proses pengangkutan, pedagang pengumpul ini lebih memilih konsumen nya datang ke kolam penampungan, dan mengangkut ikan langsung di kolam penampungan nya. Pada saluran pemasaran ke (3) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe - Pedagang Pengecer luar Desa Cijambe - Konsumen akhir. Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan pembudidaya ikan mas menjual ikan mas kepada pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe dengan harga rata rata Rp per kilogram dengan ukuran 3 4 ekor/kilogram. Kemudian pedagang pengumpul menjual kembali ikan mas ke pedagang pengecer luar Desa Cijambe dengan harga Rp /kilogram, yang kemudian akan dijual kembali oleh pedagang pengecer luar Desa Cijambe ke konsumen akhir dengan harga Rp Pedagang pengumpul pada saluran ke tiga menggunakan media plastik dan oksigen dalam pengangkutan ikan mas ke pedagang berikutnya, dalam satu kali pengangkutan, pedagang pengumpul di saluran ke tiga dapat mengangkut kilogram ikan mas dengan menggunakan mobil pick up, tergantung permintaan pasar. Kemudian untuk saluran pemasaran ke (4) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengumpul Desa Cijambe Pedagang pengecer Desa Cijambe - Konsumen akhir. Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan pembudidaya ikan mas menjual ikan mas hidup ke pedagang pengumpul yang berada di Desa Cijambe dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram, yang kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer Desa Cijambe Rp /kilogram yang akan dijual kembali ke konsumen akhir sebesar Rp /kilogram. Dalam melakukan pengiriman, pedagang pengumpul pada saluran ke empat ini menggunakan mobil pick up untuk mengangkut ikan mas.

55 Pada saluran ke (5) Pembudidaya ikan mas - Pedagang pengecer Desa Cijambe - Konsumen akhir. Berdasarkan data hasil penelitian dilapangan, pembudidaya ikan mas ada yang menjual langsung produk nya kepada pedagang pengecer, hal ini dikarenakan pembudidaya mendapatkan harga yang lebih tinggi dan pedagang pengecer mendapatkan harga yang lebih murah, sehingga pedagang pengecer ada yang memilih langsung membeli ikan mas ke pembudidaya, pembudidaya ikan mas menjual ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran ikan mas 2 4 ekor/kilogram kepada pedagang pengecer, sedangkan pedagang pengecer menjual kembali ikan mas di tempat dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran ikan mas 2 4 ekor/kilogram. Untuk rata rata harga disetiap saluran dapat dilihat pada Tabel 12. Pembudidaya ikan mas melakukan penjualan ikan mas konsumsi melalui pedagang pengumpul dikarenakan lebih mudah serta menghemat biaya, karena semua biaya pengangkutan dan pemanenan dilakukan sendiri oleh pedagang pengumpul dan penimbangan ikan mas disaksikan langsung di depan pembudidaya dan pedagang pengumpul sehingga sangat tidak akan terjadi kesalahfahaman diantara kedua belah pihak, dan tentunya menguntungkan bagi kedua belah pihak. Bagi pembudidaya ikan mas menjual kepada pedagang pengumpul menghemat waktu karena pedagang pengumpul datang langsung ke kolam pembudidaya ikan mas dan pembudidaya ikan mas sudah memperhitungkan harga jual ikan mas konsumsi sebelumnya. Pembudidaya juga tidak menanggung risiko kematian ikan mas di jalan akibat jauhnya lokasi pemasaran. Tabel 12. Harga rata rata Ikan Mas di Tingkat Pembudidaya dan Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Harga Perkilogram ikan mas (rp/kg) Rumah Saluran Pembudidaya Pengumpul Pemancingan Makan Pengecer Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Berdasarkan hasil penelitian, pedagang pengumpul ikan mas sebanyak empat orang responden. Untuk jarak pengiriman yang dekat, pedagang pengumpul menggunakan plastik yang berisi oksigen dalam pengangkutannya, sehingga ikan mas tetap segar selama perjalanan 6 8 jam. Alat angkutan yang digunakan pedagang pengumpul mengantarkan ikan mas ke pasar maupun ke konsumen menggunakan mobil pick up bak terbuka. Pengangkutan ikan mas biasanya dilakukan pada malam hari yang bertujuan agar tidak terkena panas sinar matahari dan lebih lancar saat perjalanan serta agar ikan mas tidak stress. Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan cara mendatangi pedagang pengecer di pasar dan konsumen antara seperti restoran secara langsung yang memang 39

56 40 sudah menjadi langganan. Untuk pengangkutan jarak jauh, biasanya pedagang pengumpul memakai fiber yang di angkut dengan menggunakan mobil engkel, pengangkutan dengan fiber ini bisa membuat ikan tetap segar dan hidup walaupun perjalanan sampai 1 hari, selama persediaan oksigen di dalam tabung masih ada, perjalanan menggunakan fiber ini bisa bertahan sampai 1 hari lebih. Analisis Fungsi Pemasaran Ikan Mas Fungsi Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan waktu serta memperlancar penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir. Fungsi fungsi pemasaran dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe yaitu dari hasil pemasaran pembesaran ikan mas yang dilakukan pembudidaya dan lembaga lembaga pemasaran yang terlibat. Tabel 13. Fungsi Fungsi Pemasaran yang dilaksanakan Oleh Lembaga Pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Saluran dan Lembaga Pemasaran Saluran 1 Fungsi Pemasaran Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Beli Jual Angkut Simpan Standarisasi/Grading Biaya Risiko Informasi Pembudidaya - Ya - - Ya - - Ya Pedagang Pengumpul Ya Ya Ya - Ya Ya Ya Ya Saluran 2 Pembudidaya - Ya - - Ya - - Ya Pedagang Pengumpul Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Saluran 3 Pembudidaya - Ya - - Ya - - Ya Pedagang Pengumpul Ya Ya Ya - Ya Ya Ya Ya Pedagang Pengecer Ya Ya - Ya - Ya Ya Ya Saluran 4 Pembudidaya - Ya - - Ya - - Ya Pedagang Pengumpul Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Pedagang Pengecer Ya Ya - Ya - Ya Ya Ya Saluran 5 Pembudidaya - Ya - - Ya - - Ya Pedagang Pengecer Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah).

57 Berdasarkan hasil penelitian, saluran pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe terdapat lima saluran pemasaran, masing-masing saluran memiliki lembaga perantara yang melaksanakan fungsi fungsi pemasaran dalam menyalurkan ikan mas dari pembudidaya ikan mas sebagai produsen sampai ke konsumen akhir yang mana bertujuan memperlancar hasil panen ikan mas dari pembudidaya ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe dan menggunakan fungsi fungsi pemasaran dapat dilihat pada Tabel Fungsi Pembudidaya Ikan Mas Dari Tabel 13, pembudidaya ikan mas menjalankan fungsi pemasaran ikan mas yaitu menjalankan fungsi fungsi pemasaran yang sama seperti fungsi pertukaran yaitu membeli benih ikan mas dari petani pembenihan ikan mas yang kemudian dibesarkan dan menjual ikan mas kepada pedagang pengumpul dan fungsi fasilitas yang dilakukan pembudidaya ikan mas seperti sortasi yaitu melakukan penyortiran untuk ukuran konsumsi dengan ukuran 250 gram sampai 500 gram per ekor ikan mas atau pembudidaya Kecamatan Cijambe biasanya menyebut ukuran 2,3,4, ekor/kilogram. Penjualan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan mas kepada pedagang pengumpul menggunakan sistem pembayaran tunai pada saat transaksi jual beli ikan dan biasanya sudah saling kenal dan berlangganan antara pembudidaya dengan pembeli. Pembudidaya ikan mas menjual ikan mas konsumsi dengan ukuran gram kepada pedagang pengumpul yang kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer ataupun langsung ke konsumen akhir. Pedagang pengumpul akan mengangkut hasil panen pembudidaya yaitu ikan mas konsumsi ukuran 250 sampai 500 gram/ekor ataupun ukuran di atas 2 kg/ekor khusus untuk pemancingan. Sehingga semua saluran pemasaran ikan mas konsumsi seperti fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh pembudidaya ikan mas, dikarenakan yang melakukan pemanenan adalah pembeli ikan, seperti pedagang pengumpul ataupun pedagang pengecer yang langsung membeli ikan mas ke pembudidaya ikan mas. Pembudidaya hanya menunjukkan kolam yang akan dilakukan pemanenan, serta plastik dan tabung oksigen untuk mengangkut ikan mas adalah milik pedagang pengumpul sehingga tidak ada pengemasan pada pembudidaya ikan mas. Fungsi Pedagang Pengumpul Berdasarkan Tabel 13 pedagang pengumpul pada saluran pemasaran ikan mas yang kedua dan keempat telah melakukan semua fungsi fungsi pemasaran dalam kegiatan pemasaran ikan mas. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke lokasi pembudidaya ikan mas yang sebelumnya telah diberi tahu oleh pembudidaya sehari sebelum pemanenan, dan melakukan pembelian dengan sistem pembayaran

58 42 tunai di tempat. Sedangkan pada saluran pertama dan ketiga, pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul tidak ingin mengalami kerugian akibat proses penyimpanan, pedagang pengumpul pada saluran pertama dan ketiga memilih untuk langsung mengirimkan ikan mas kepada pemesan. Pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian ikan mas ke pembudidaya ikan mas dengan rata rata sebanyak 300 sampai kilogram, tergantung pedagang pengumpul nya, jika permintaan pasar lebih besar maka permintaan ikan mas terhadap pembudidaya juga akan lebih besar. Pada fungsi penjualan, pedagang pengumpul melakukan pengiriman dengan sendiri ikan mas yang telah dibeli dari pembudidaya kepada pedagang pengecer baik yang berada di Desa Cijambe maupun pedagang pengecer yang berada di luar Desa Cijambe/pasar wilayah Kota dan Kabupaten Subang. Pedagang pengecer dapat juga menghubungi atau langsung datang sendiri ke tempat pedagang pengumpul. Sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul secara tunai, tetapi untuk sebagian pedagang pengecer yang memang sudah berlangganan biasanya membayar ketika ikan sudah habis terjual. Untuk konsumen antara seperti rumah makan pun sama, pembayaran dilakukan secara tunai. Fungsi fisik seperti pengemasan dan pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengumpul pada semua saluran pemasaran. Pengangkutan hasil panen ikan mas konsumsi dilakukan pedagang pengumpul dari pembudidaya kepada pedagang pengecer, alat pengangkutan ikan mas menggunakan mobil pick up, ataupun mobil engkel untuk volume pengangkutan jika lebih besar dari 1 ton. Akan tetapi dapat juga menggunakan sepeda motor untuk mengangkut ikan sebanyak kilogram. Jika pengangkutan menggunakan mobil pick up, maka pedagang pengumpul dapat mengangkut kilogram sekali pengangkutan. Pedagang pengumpul akan menggunakan mobil engkel jika pengangkutan lebih dari kilogram. Dalam pengangkutan ikan mas menggunakan mobil engkel, pedagang pengumpul menggunakan media fiber yang didampingi tabung oksigen, satu fiber pedagang pengumpul dapat mengangkut 300 kilogram ikan mas yang masih hidup, dan mampu bertahan selama lebih dari satu hari perjalanan, tergantung tabung oksigen yang dibawa oleh pedagang pengumpul, untuk pengiriman jarak jauh, pada saluran pertama yang mengirimkan ikan mas untuk pemancingan di luar Kabupaten Subang biasanya pedagang pengumpul membawa 12 tabung oksigen saat perjalanan ke Bali. Pedagang pengumpul pada saluran ke dua dan keempat juga melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan hasil panen ikan mas konsumsi dari pembudidaya ikan mas terkadang terkendala, dan pengiriman kepada pedagang pengecer harus sesuai dengan permintaan pasar, pengiriman tidak dilakukan setiap hari melainkan tergantung pemesanan dari pedagang pengecer maupun konsumen antara seperti rumah makan, pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan untuk mendistribusikan ikan mas konsumsi kepada pedagang pengecer maupun konsumen sesuai dengan permintaan. Pedagang pengumpul melakukan fungsi fasilitas dimana fungsi tersebut adalah pembiayaan, risiko, informasi pasar dan penyortiran. Pedagang pengumpul melakukan penyortiran pada saat membeli ikan mas konsumsi dari pembudidaya ikan mas dengan ukuran 250 gram sampai 500 gram per ekor ikan mas hidup, dan

59 ukuran 2 kilogram/ekor ke atas untuk pemancingan, intinya pedagang pengumpul melakukan sortasi berdasarkan ukuran yang dipesan konsumen. Tujuan penyortiran untuk mengukur bobot ikan mas konsumsi yang dibutuhkan pedagang pengecer dan konsumen, dan juga untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumen. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saat pembelian yaitu biaya transportasi dari pembudidaya ikan mas kepada pedagang pengecer, dan biaya penyimpanan di kolam sementara, seluruh pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul semuanya menjadi modal pedagang pengumpul. Risiko yang dialami pedagang pengumpul sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul, seperti kematian ikan mas pada saat perjalanan maupun dalam proses penjualan ketika terjadi penurunan harga ikan secara tiba tiba serta kematian ikan mas pada saat di kolam penyimpanan. Informasi pasar diketahui dari pedagang pengecer di pasar. Biasanya hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer telah terjalin hubungan kerjasama seperti pelanggan. 43 Fungsi Pedagang Pengecer Pedagang pengecer mendapatkan pasokan ikan mas langsung dari pedagang pengumpul yang memasoknya, tetapi ada juga beberapa pedagang pengecer pada saluran kelima yang langsung datang ke pembudidaya ikan mas demi mendapatkan harga yang lebih murah. Fungsi pemasaran ikan mas untuk konsumsi dengan ukuran 1 kg berisi 2,3,4 ikan mas Subang. Pedagang pengecer melakukan fungsi fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yaitu pembelian ikan mas dari pedagang pengumpul ataupun pembudidaya dan penjualan ikan mas kepada konsumen akhir rumah tangga. Fungsi pembelian pada saat pedagang pengumpul mengantarkan ikan mas kepada pedagang pengecer di pasar. Jumlah ikan yang akan dibeli disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Pengiriman ikan mas konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar yang terdapat di Kabupaten Subang terjadi setiap 1 minggu sekali bahkan bisa setiap hari ketika permintaan tinggi. Sehingga pedagang pengecer melakukan fungsi fisik seperti penyimpanan ikan mas sebelum sampai ke tangan konsumen agar ikan mas tetap hidup dan segar. Jumlah ikan mas konsumsi rata rata setiap sekali pembelian di pasar pada pedagang pengecer yang memiliki kios untuk 2 minggu sekitar 100 kilogram dengan ukuran 250 gram sampai 500 gram per ekor ikan mas, akan tetapi jika permintaan meningkat akibat tidak adanya pasokan ikan dari Jatiluhur bisa lebih dari 100 kilogram per setiap pembeliannya. Berdasarkan hasil penelitian, pedagang pengecer, menjual merupakan kegiatan yang harus dilakukan, fungsi penjualan yang terjadi pada pedagang pengecer di pasar wilayah Kabupaten Subang yaitu menjual ikan mas konsumsi kepada konsumen akhir rumah tangga. Konsumen akhir melakukan pembelian ikan mas setiap hari, rata rata penjualan ikan mas konsumsi ditingkat pedagang pengecer sebesar 10 sampai 25 kilogram per hari atau 16.5 kilogram/hari, bahkan bisa sampai 50 kilogram per hari jika memang permintaan ikan mas sedang meningkat, seperti pada hari besar.

60 44 Untuk pembayaran yang dilakukan pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul biasanya uang tunai akan tetapi jika sudah melakukan kerjasama dan berlangganan bisa dibayar ketika ikan sudah habis ataupun sesuai kebijakan kedua belah pihak. Pada fungsi fisik yang pedagang pengecer melakukan seperti pengemasan ikan mas untuk dijual ke konsumen akhir degan menggunakan kantong plastik sebagai wadah ikan mas. Pada fungsi penyimpanan pedagang pengecer melakukan penyimpanan terhadap ikan mas yang tidak habis terjual, dikarenakan konsumen akhir biasanya mencari ikan mas yang masih segar dan hidup. Pedagang pengecer melakukan penyimpanan di kolam penyimpanan sementara yang berukuran 1m x 2,5 m yang terbuat dari terpal dan ada juga yang terbuat dari semen yang sudah di keramik seperti kolam dengan pompa air sehingga menjadikan ikan mas tetap hidup dan segar. Fungsi fasilitas pada pedagang pengecer seperti risiko, risiko yang dialami pedagang pengecer yaitu penyusutan bobot dan kematian ikan mas serta pembiayaan yang dilakukan pedagang pengecer dalam hal penyimpanan seperti pompa air, listrik, air, dan kolam penampungan serta sewa kios/lapak di pasar. Informasi pasar berupa harga serta ukuran bobot ikan mas diperoleh sesama teman pedagang pengecer di pasar dan permintaan atau kebutuhan pasar akan ikan mas. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar merupakan suatu sifat atau karakteristik pasar. Faktor penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Pemasaran ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe memiliki struktur pasar persaingan sempurna dikarenakan banyak penjual dan banyak juga pembeli. Jika dilihat dari sudut penjual dan pembeli, ditingkat pembudidaya terbentuk struktur pasar persaingan sempurna karena banyak pembudidaya dan banyak pembeli, ditingkat pedagang pengumpul terbentuk struktur pasar oligopoli, sedangkan ditingkat pedagang pengecer terbentuk struktur pasar persaingan sempurna yang dilihat dari banyaknya penjual maupun pembeli. Struktur Pasar di Tingkat Pembudidaya Cijambe Struktur pasar pada pemasaran ikan mas konsumsi ditingkat pembudidaya, jika dilihat dari sudut pembeli yang terjadi ialah cenderung bersifat pasar persaingan sempurna dikarenakan jumlah penjual dan pembudidaya banyak, serta harga ditentukan berdasarkan pasar. Produk yang dihasilkan pembudidaya ikan mas juga bersifat homogen, yaitu dengan ukuran 1 kilogram berisikan 2 sampai 4 ekor ikan mas hidup. Hambatan keluar masuk pasar apabila dilihat dari sisi pembudiaya cukup tinggi. Dari sisi pedagang pengumpul, hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi. Hal ini dikarenakan para pembudiaya ikan mas sudah mempercayai kepada pedagang pengumpul akan hasil panennya dibeli pedagang pengumpul dan akan laku terjual sesuai keinginan konsumen.

61 Hambatan yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul untuk keluar masuk pasar ialah adanya persaingan diantara pedagang pengumpul dalam perolehan komoditi ikan mas lokal, dikarenakan adanya penawaran ikan mas yang masuk dari luar Kabupaten Subang. Penawaran ikan mas dari luar Kabupaten Subang dapat mempengaruhi harga pasar, sehingga pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Subang khususnya pedagang pengumpul yang mengambil hasil panen dari pembudidaya Kecamatan Cijambe dapat mempengaruhi harga jual ikan mas konsumsi sehingga akan mengakibatkan turunnya harga jual ikan mas konsumsi lokal untuk menyesuaikan harga jual ikan mas dari luar Kabupaten Subang, dan ini mempengaruhi harga jual ikan mas ditingkat pedagang pengumpul. Berlakunya hukum pasar di tingkat pedagang pengumpul dalam menentukan harga ikan mas untuk konsumsi yaitu permintaan dan penawaran dimana permintaan ikan mas tinggi tetapi penawaran ikan mas kurang akan menyebabkan harga tinggi, sebaliknya jika permintaan ikan mas rendah tetapi penawaran ikan mas tinggi akan menyebabkan harga ditingkat pedagang pengumpul rendah. Sistem penentuan harga di pembudidaya ikan mas dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan proses tawar menawar, harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 45 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul ikan mas yang berada dilokasi penelitian berasal dari Desa Cijambe Kecamatan Cijambe dan Desa Gunungtua Kecamatan Cijambe, ada satu pedagang pengumpul yang berasal dari Desa Gunungtua, sedangkan pedagang pengumpul yang lainnya berasal dari Desa Cijambe. Persaingan antar pedagang pengumpul terkadang sering terjadi dikarenakan adanya masa panen ikan mas yang lumayan lama, dan adanya penawaran ikan mas konsumsi dari luar Kabupaten Subang yaitu ikan mas dari Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, ikan mas dari Jatiluhur Kabupaten Purwakarta sudah dapat dipanen dan menguntungkan dengan ukuran ikan mas 6 8 ekor/kilogram, sehingga menyebabkan harga ikan mas dari pembesaran kolam di Kecamatan Cijambe bisa turun akibat penyesuaian harga ikan mas dari luar Kabupaten Subang, ini dikarenakan pasokan ikan mas konsumsi lokal tidak mencukupi kebutuhan pasar. Maka adanya hambatan keluar masuk pasar pedagang pengumpul ikan mas konsumsi cukup tinggi, karena adanya persaingan antar pedagang pengumpul dalam memperoleh komoditi ikan mas lokal untuk mempertahankan harga ikan mas yang cukup tinggi di tingkat pedagang pengumpul. Jika dilihat dari sudut penjual (pedagang pengumpul) maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan jumlah penjual hanya ada beberapa pedagang pengumpul. Produk yang diperdagangkan oleh pedagang pengumpul cenderung homogen dengan tehnik pengemasan atau pengangkutan memakai plastik yang berisi oksigen untuk jarak pengangkutan maksimal 8 jam perjalanan dan menggunakan fiber berkapasitas 300 kilogram jika pengiriman dengan jarak sangat jauh dengan perjalanan 2 sampai 3 hari dan volume pengangkutan di atas 1 ton dalam sekali pengiriman.

62 46 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer Pada pedagang pengecer, pemasaran ikan mas konsumsi terdapat enam responden yang menyebar diseluruh pasar yang berada di Desa Cijambe dan luar Desa Cijambe Kabupaten Subang, pada saat penelitian, penulis menemukan pedagang pengecer yang berada di jalan raya Cijambe. Selain menjual ikan mas, pedagang pengecer juga menjual beberapa komoditi ikan air tawar lain seperti ikan lele, dan ikan mujair. Sehingga produk yang diperjual belikan bersifat homogen dan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pembentukan harga pasar. Sistem pembayaran yang berlaku di pedagang pengecer adalah tunai bayar ditempat. Untuk harga ikan mas konsumsi, ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli dapat melakukan kegiatan tawar menawar dengan pedagang pengecer. Informasi harga didapatkan pedagang pengecer melalui kesepakatan antar pedagang lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar, karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki pasar. Analisis Perilaku Pasar Pemasaran Ikan Mas Perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar, dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk bentuk keputusan dalam menghadapi struktur pasar seperti, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama antar lembaga pemasaran. Ikan mas akan dipanen pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe pada saat kondisi cuaca cerah di pagi hari dan sore hari. Ukuran ikan konsumsi yang dipanen sesuai dengan permintaan pasar yaitu 250 gram sampai 500 gram per ekor. Produksi rata rata ikan mas konsumsi di Kecamatan Cijambe ukuran 250 gram sampai 500 gram sebanyak kilogram/kolam dengan media kolam air deras berukuran 6 x 2 m 2. Pedagang pengumpul yang dijadikan responden terdiri dari 4 orang mengangkut ikan mas konsumsi sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen akhir. Biaya pengangkutan dan risiko kematian ikan pada saat penyimpanan maupun diperjalanan dalam memasarkan ikan mas konsumsi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Pengiriman ikan mas dari pedagang pengumpul ke konsumen dan kepada pedagang pengecer tergantung pemesanan dan permintaan dari pihak konsumen dan pedagang pengecer. Sehingga pedagang pengumpul menanggung biaya penyimpanan seperti upah tenaga kerja untuk mengambil ikan di kolam penyimpanan dan kerugian akibat kematian ikan mas konsumsi di kolam penyimpanan dan perjalanan pada saat pengiriman. Akan tetapi tidak semua pedagang pengumpul mengalami kerugian pada saat penyimpanan, karna pedagang pengumpul pada saluran pertama dan ketiga langsung mengirim ikan mas yang sudah dipesan kepada lembaga pemasaran berikutnya, sehingga tidak ada penyimpanan pada pedagang pengumpul di saluran pertama dan ketiga.

63 Kegiatan penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul dengan mengirim ikan mas konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar yang berada di Kabupaten Subang dan pedagang pengumpul mengirimkan pesanan ikan mas konsumsi kepada konsumen antara seperti rumah makan. Pengiriman kepada konsumen seperti rumah makan tergantung adanya pesanan dari pihak rumah makan. Pengiriman ikan mas ke konsumen antara seperti rumah makan dilakukan setiap bulan, rata rata setiap sekali pengiriman diatas 200 kilogram sampai 480 kilogram ikan mas segar dan hidup dengan berat gram per ekor ikan mas. Responden pedagang pengecer yang memiliki kios di pasar melakukan pembelian kepada pedagang pengumpul setiap satu minggu sekali atau 2 kali dalam satu minggu, rata-rata sebanyak 100 kilogram sampai 200 kilogram, dengan berat 250 gram sampai 500 gram. Pedagang pengecer menjualnya lagi ke konsumen rumah makan dan rumah tangga setiap hari dengan rata rata 10 sampai 15 kilogram. Pedagang pengecer melakukan sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul dilakukan secara tempo di tempat. Namun juga bisa dibayar tunai jika datang langsung ke kolam penampungan. Konsumen antara seperti rumah makan melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul dengan cara tempo setelah ikan mas diterima pihak rumah makan ataupun langsung tunai di kolam penampungan ikan mas. Penjualan yang dilakukan pedagang pengecer penentuan harganya di tetapkan sesama para pedagang pengecer di pasar Kabupaten Subang. Pengemasan yang dilakukan pedagang pengecer untuk setiap pembelian menggunakan kantong plastik dan ikan mas sudah dibersihkan untuk konsumen rumah tangga tetapi untuk rumah makan menggunakan plastik berisi oksigen. Sistem Penentuan harga ikan mas konsumsi ditingkat pembudidaya adanya sistem tawar menawar antar pembudidaya dan pedagang pengumpul, harga yang terbentuk sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Harga jual ikan mas konsumsi ditingkat pembudidaya pada saat penelitian rata rata sebesar Rp ,00 per kilogram dengan ukuran 250 gram 500 gram per ekor ikan mas hidup atau biasa disebut ukuran 2,3,4 ekor/kilogram oleh pembudidaya Cijambe, harga ini lumayan cukup tinggi bagi pembudidaya, karena jika memasuki bulan juni harga ikan mas hanya Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram, sedangkan di bulan desember harga ikan mas di tingkat pembudidaya dapat melambung hingga Rp /kilogram Rp /kilogram dengan ukuran (2,3,4 ekor)/kilogram. Penentuan harga antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berdasarkan tawar menawar dan mekanisme pasar. Pada saat penelitian, harga jual ikan mas konsumsi ditingkat pedagang pengumpul rata rata sebesar Rp ,00 perkilogram sedangkan harga jual ikan mas konsumsi ditingkat pedagang pengecer sebesar Rp ,00 - Rp ,00. Harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di lokasi pasar. Kerjasama sangat dibutuhkan antar lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam pemasaran ikan mas. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan dapat merugikan lembaga pemasaran, kerjasama antar lembaga pemasaran yang baik akan meminimalkan biaya pemasaran yang dikeluarkan masing masing lembaga pemasaran. Kerjasama yang terjadi antara pembudidaya dan pedagang pengumpul sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan saling percaya sehingga 47

64 48 hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi terjalin hubungan kerjasama yang baik antara pembudidaya ikan mas Kecamatan Cijambe dan pedagang pengumpul, baik pedagang pengumpul Desa Cijambe maupun pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe. Hubungan kerjasama ini tidak terikat kontrak kerjasama antar kedua belah pihak, hanya seperti hubungan baik dan kekeluargaan serta saling ketergantungan antar kedua belah pihak. Hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer sama seperti hubungan pembudidaya ikan mas dengan pedagang pengumpul. Kebutuhan pedagang pengecer baik yang berada di Desa Cijambe maupun yang berada di luar Desa Cijambe akan ikan mas konsumsi selalu dipenuhi oleh pedagang pengumpul, sesuai dengan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen. Permainan harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi, karena hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dan ada beberapa juga dari pedagang pengecer hubungan kerjasamanya dalam bentuk pelanggan. Analisis Marjin Pemasaran Analisis marjin dan penyebarannya antar lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Saluran Sal 1 Pembu didaya Pengumpul Lembaga Tataniaga (Rp/kg) Pengecer Kec Desa Kab Desa Peman cingan Harga Rumah Makan Total Margin Margin Sal 2 Harga Margin Sal 3 Harga Margin Sal 4 Harga Margin Sal 5 Harga Margin Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah).

65 Margin Pemasaran menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembaga lembaga yang berbeda, minimal ada dua tingkat pasar yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tigkat konsumen akhir. Asumsinya struktur pasar di setiap tingkat adalah pasar kompetitif (pasar persaingan sempurna) sehingga kurva supply dan demand di setiap tingkat pasar mempunyai slope yang sama dan jumlah transaksi di setiap tingkat pasar juga sama (Asmarantaka, 2002). Kegiatan pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan pada umumnya merupakan tiga fungsi utama dalam pemasaran disamping fungsi pembiayaan. Oleh karena itu akan menimbulkan margin yang berbeda disetiap saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang terdapat di lokasi penelitian terdapat lima saluran. Marjin pemasaran merupakan harga dari semua nilai guna atau nilai tambah dari aktivitas dan penanganan fungsi dari lembaga yang dilakukan dalam aktivitas bisnis di sistem pemasaran tersebut. Marjin ditingkat lembaga pemasaran merupakan selisih harga jual dengan harga beli. Dalam penelitian pemasaran ikan mas, marjin pemasaran dihitung berdasarkan jalur pemasaran ikan mas yang terjadi di Kecamatan Cijambe. Biaya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran ikan mas konsumsi meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja, penyimpanan, biaya retribusi, penyusutan bobot dan resiko kematian pada saat pengangkutan. 49 Analisis Margin Pemasaran Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran Pertama Pembudidaya ikan mas Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe Pemancingan. Berdasarkan tabel di atas, lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran pertama adalah pedagang pengumpul tingkat Kecamatan. Jika melihat tabel diatas, pada saluran pemasaran pertama total margin pemasaran adalah Rp /kilogram. Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe membeli ikan mas dari Pembudidaya Kecamatan Cijambe dengan harga (1 kg/ekor) Rp , yang kemudian dijual kembali ke pemancingan luar Kabupaten Subang dengan harga Rp Walaupun khusus untuk ikan pancingan, pemancingan sebagai konsumen antara jika pemancing ingin membeli ikan mas, pemancingan menjual ikan mas kepada konsumen akhir dengan harga Rp ,00/kilogram Analisis Margin Pemasaran Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran Kedua Pembudidaya ikan mas Pedagang pengumpul Desa Cijambe Konsumen antara (rumah makan). Pada saluran pemasaran kedua, nilai total margin pemasaran sebesar Rp /kilogram. Pada pemasaran ikan mas pada saluran pemasaran kedua, lembaga pemasaran yang terlibat ialah pedagang pengumpul Desa Cijambe. Harga beli rata rata ikan mas dari pembudidaya ke pedagang pengumpul Desa Cijambe sebesar Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4 ekor/kilogram. Harga jual rata rata ikan mas dari pedagang pengumpul ke konsumen antara Rp /kilogram. Harga jual ikan mas di tingkat konsumen antara (rumah makan) Rp ,00 per porsi dengan ukuran 500 gram, jika di konversi ke kilogram, maka harga ikan mas Rp 45

66 50 000,00/kilogram, hal ini dikarenakan ikan mas sudah masuk ke restoran yang akan disajikan ke dalam hidangan. Analisis Margin Pemasaran Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran Ketiga Pembudidaya ikan mas Pedagang pengumpul Desa Cijambe Pedagang pengecer luar Desa Cijambe Konsumen akhir. Pada saluran pemasaran ketiga margin pemasaran hanya terdapat pada pedagang pengumpul Desa Cijambe dengan margin sebesar Rp /kilogram. Pedagang pengumpul melakukan pembelian terhadap pembudidaya dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram ikan mas hidup. Kemudian pedagang pengumpul Desa Cijambe menjual kembali ikan mas kepada pedagang pengecer luar Kecamatan Cijambe dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram. Pedagang pengecer luar kecamatan Cijambe menjual kembali ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan langsung menjual ke konsumen akhir, margin pemasaran pada pedagang pengecer ini adalah Rp /kilogram. Sehingga didapat margin total pada saluran pemasaran ke tiga ini adalah Rp /kilogram. Analisis Margin Pemasaran Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran Keempat Pembudidaya ikan mas Pedagang Pengumpul Desa Cijambe Pedagang pengecer Desa Cijambe Konsumen akhir. Pada saluran pemasaran empat lembaga pemasaran yang terlibat adalah pedagang pengumpul Desa Cijambe dan pedagang pengecer Desa Cijambe, pedagang pengumpul Desa Cijambe membeli ikan mas dari pembudidaya ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram dan menjual kembali kepada pedagang pengecer dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram. Kemudian pedagang pengecer Desa Cijambe menjual kembali ikan mas dengan harga rata rata Rp ,00/kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram yang nantinya akan dijual langsung ke konsumen akhir, biasanya konsumen akhir yang datang langsung ke tempat pedagang pengecer pada saluran empat ini adalah warga sekitar Kabupaten Subang dan para turis lokal yang memang sengaja ingin membeli ikan mas untuk cinderamata. Pedagang pengecer yang berada di Desa Cijambe ini menjual ikan mas dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga ikan mas di pasar, pedagang pengecer Desa Cijambe menjual ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4 ekor/kilogram. Sehingga total margin yang didapatkan pada saluran empat adalah Rp /kilogram. Analisis Margin Pemasaran Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran Kelima Pembudidaya ikan mas Pedagang pengecer Desa Cijambe Konsumen akhir. Pada saluran pemasaran kelima lembaga pemasaran yang terlibat adalah pedagang pengecer Desa Cijambe. Pedagang pengecer Desa Cijambe membeli

67 ikan mas langsung dari pembudidaya dengan tujuan mendapatkan harga yang lebih murah dan mendapatkan keuntungan yang lebih. Pedagang pengecer Desa Cijambe membeli ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram dan menjual kembali ikan mas dengan harga rata rata Rp /kilogram dengan ukuran 2,3,4, ekor/kilogram. Sehingga didapatkan margin pemasaran pada saluran kelima adalah Rp /kilogram. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa margin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran kedua dengan nilai margin Rp /kilogram, hal ini dikarenakan ikan mas sudah masuk ke restoran, sehingga harga jual menjadi lebih tinggi dikarenakan ikan mas akan digunakan sebagai bahan ikan olahan untuk rumah makan Sindang Reret, sedangkan margin pemasaran terbesar kedua terdapat pada saluran pertama dengan nilai margin Rp /kilogram. Margin pemasaran terkecil terdapat pada saluran kelima dengan nilai Rp 2 800,00/kilogram, hal ini dikarenakan pedagang pengecer pada saluran kelima mendapatkan ikan mas langsung dari pembudidaya. Besarnya nilai margin pemasaran dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapat oleh setiap lembaga pemasaran, maka dari itu perlu dilakukan anilisis lebih lanjut lagi mengenai biaya pemasaran dan keuntungan yang didapatkan. Margin pemasaran yang kecil merupakan salah satu indikator dari pemasaran yang efisien. Sehingga jika dilihat dari margin pemasaran, saluran pemasaran kelima merupakan saluran pemasaran yang cukup efisien dibandingkan saluran pemasaran yang lain. Namun saluran pemasaran kelima belum dapat dikatakan sebagai saluran dengan pemasaran yang efisien dikarenakan masih ada beberapa analisis untuk menentukan efisiensi pemasaran seperti farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya. 51 Analisis Bagian Harga Yang diterima Pembudidaya (Farmer s share) Mengukur efisiensi pemasaran salah satunya adalah dengan farmer s share dimana membandingakan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Farmer s share pada saluran pemasaran komoditas ikan mas dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan tabel 18 dapat dijelaskan bahwa pada saluran pertama farmer s share yang diperoleh adalah 56.25% dan pada saluran kedua diperoleh farmer s share 48%, ini merupakan farmer s share terkecil dibandingkan saluran pemasaran lainnya, saluran pemasaran pertama dan kedua juga mendapatkan nilai margin terbesar, hal ini dikarenakan ikan mas yang dijual sudah dipergunakan sebagai ikan pancingan dan ikan untuk dimasak di rumah makan, sehingga harga jual ikan mas tinggi. Sedangkan nilai persentase farmer s share saluran pemasaran keempat adalah 81.1%, ini merupakan nilai persentase terbesar kedua di bandingkan nilai persentase farmer s share saluran pemasaran lain, sedangkan nilai farmer s share terbesar adalah saluran pemasaran kelima yaitu 88.2% dan saluran kelima ini juga merupakan saluran dengan nilai margin terkecil. Saluran pemasaran kelima dapat dikatakan saluran pemasaran yang cukup efisien apabila dilihat dari analisis marjin pemasaran dan analisis farmer s share. Tetapi belum bisa dikatan saluran pemasaran yang efisien dikarenakan masih diperlukan

68 52 analisis rasio keuntungan dan biaya untuk melihat apakah saluran pemasaran tersebut efisien atau kemungkinan terdapat saluran pemasaran lain yang lebih efisien apabila mempertimbangkan beberapa alat analisis yang lainnya. Tabel 15. Farmer s Share pada Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Bulan Juli Oktober Tahun Uraian Saluran 1 Saluran 2 Ikan Mas (Rp/kg) Saluran 3 Saluran 4 Saluran 5 Harga di Tingkat Petani Harga di Tingkat Konsumen Farmer's share 56.25% 48% 77.1% 81.1% 88.2% Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pembiayaan dalam pemasaran ialah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan ikan mas konsumsi dari pembudidaya produsen ikan ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram untuk ukuran ikan mas konsumsi. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Jika, ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, suatu saluran pemasaran dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada masing masing lembaga pemasaran merata. Dapat dijelaskan menurut Tabel 16 bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin lembaga pemasaran mampu untuk menekan biaya sesuai dengan kebutuhan maka semakin efisien saluran pemasaran tersebut. Pada tabel biaya pemasaran menunjukan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran ikan mas. Biaya pemasaran yang terbesar terdapat pada saluran pemasaran pertama dengan nilai biaya pemasaran sebesar Rp /kilogram, sementara biaya pemasaran terkecil terdapat pada saluran pemasaran kelima dengan nilai biaya pemasaran sebesar Rp 425/kilogram. Saluran pemasaran pertama merupakan saluran dengan biaya pemasaran terbesar karena terdapat lembaga pemasaran dengan biaya yang besar, lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran pertama adalah pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe. Pada saluran kelima mendapatkan total biaya pemasaran terkecil, hal ini dikarenakan lembaga pemasaran langsung membeli ikan mas ke produsen/pembudidaya ikan mas, sehingga mendapatkan harga yang jauh lebih murah dan menjualnya dengan harga yang cukup tinggi. Pada Saluran pemasaran kelima merupakan saluran pemasaran dengan biaya terkecil karena pada saluran kelima terdapat satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pegecer Desa Cijambe yang langsung membeli ikan mas ke pembudidaya, selain itu pada komponen biaya pedagang pengecer Desa Cijambe tidak terdapat biaya yang cukup besar karena jarak antara pedagang pengecer dengan pembudidaya juga sangat dekat.

69 Tabel 16. Biaya Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Lembaga Pemasaran P.Pengumpul Ds Cijambe Biaya Pemasaran (Rp/kg) Saluran Saluran 1 Saluran 2 3 Saluran 4 Tenaga Kerja/ angkut Pengemasan (Plastik/fiber/oksigen) Transportasi/angkut (Lembang, Kab Subang, Kec Cijambe Penyimpanan Total Biaya Pemasaran P.Pengumpul Kecamatan Cijambe Tenaga Kerja/ angkut Pengemasan (Plastik/fiber/oksigen) 1500 Transportasi/angkut (Bali) Penyimpanan Total Biaya Pemasaran 4250 P.Pengecer Ds Cijambe Tenaga Kerja/ angkut Saluran 5 Pengemasan (Plastik/fiber/oksigen) 195, Transportasi/angkut 250 Penyimpanan Total Biaya Pemasaran P.Pengecer Luar Ds Cijambe Tenaga Kerja/ angkut Pengemasan (Plastik) 38.4 Transportasi/angkut Sewa Lapak 920 Total Biaya Pemasaran Total Biaya Pemasaran Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Biaya pemasaran dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pemasaran yang efisien, akan tetapi perlu juga dipertimbangkan mengenai keuntungan yang didapat, karena akan tidak efisien apabila terdapat lembaga pemasaran yang mampu menekan biaya pemasaran namun mengambil keuntungan yang besar, sehingga nilai margin pemasaran akan menjadi besar, analisis keuntungan lembaga pemasaran tiap saluran juga perlu dilakukan untuk membantu menjawab efisien atau tidaknya suatu pemasaran. Pada Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa keuntungan yang didapat oleh setiap lembaga pemasaran di Kecamatan Cijambe. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran kedua dengan nilai sebesar Rp /kilogram, sedangkan keuntungan pemasaran terkecil terdapat pada saluran pemasaran kelima dengan nilai sebesar Rp 2 375/kilogram. Jika melihat dari keuntungan pemasaran secara individu, lembaga pemasaran yang paling besar 53

70 54 mendapat untung adalah pedagang pengumpul pada saluran pertama dengan nilai sebesar Rp /kilogram, sedangkan yang mendapat keuntungan terkecil adalah pedagang pengecer pada saluran pemasaran kedua yaitu sebesar Rp /kilogram. Tabel 17 Keuntungan Lembaga Pemasaran tiap Saluran Pemasaran pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Lembaga Pemasaran Saluran Tataniaga P. P. Total Pemancingan Rumah Pengumpul Pengecer Makan Sal 1 (1200 kg) Keuntungan (Rp/kg) Persentase (%) Sal 2 (580 kg) Keuntungan (Rp/kg) Persentase (%) Sal 3 (312.5 kg) Keuntungan (Rp/kg) Persentase (%) Sal 4 (1075 kg) Keuntungan (Rp/kg) Persentase (%) Sal 5 (1200 kg) Keuntungan (Rp/kg) Persentase (%) Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Dalam sistem pemasaran, untuk menentukan efisiensi pemasaran dapat diukur juga melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional saluran pemasaran akan semakin efisien. Nilai rasio dapat dilihat pada Tabel 18, dimana semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan lembaga. Dalam Tabel 18 dijelaskan, bahwa pada saluran pertama keuntungan yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp /kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp /kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 3.11 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp Pada saluran kedua keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp /kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp sehingga nilai rasio

71 yang didapat 3.12 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 3.12 Tabel 18. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Juli Oktober Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran Pedagang pengumpul Biaya (Rp/kg) Keuntungan (Rp/kg) Rasio B/C (%) Pedagang pengecer Biaya (Rp/kg) Keuntungan (Rp/kg) Rasio B/C (%) Biaya total Keuntungan total Rasio B/C (%) Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Keterangan : = B Keuntungan, C Cost Pada saluran ketiga keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp /kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp /kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 6.54 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp Pada saluran keempat keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp /kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp sehingga nilai rasio yang didapat yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp Pada saluran kelima keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 2 375/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp /kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 5.58 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp Pada Tabel 18 diatas telah menunjukan bahwa rasio keuntungan dan biaya terbesar terdapat pada saluran pemasaran empat yaitu sebesar yang dapat dijelaskan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan yang didapat sebesar Rp Dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran pada saluran empat terlalu besar dalam mengambil keuntungan, apalagi pada saluran pemasaran tersebut terdapat dua lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer desa yang mengambil keuntungan. Hal ini menyebabkan margin pemasaran yang besar sehingga harga menjadi lebih mahal. Padahal harga jual pada tingkat 55

72 56 konsumen bisa lebih ditekan apabila pedagang pengumpul pada saluran pemasaran keempat ini mengurangi sedikit keuntungan yang didapat. Maka dari itu, saluran pemasaran ke empat dapat dinyatakan kurang efisien jika melihat dari sudut analisis rasio keuangan dan biaya. Salah satu ciri pemasaran yang efisien adalah meratanya rasio keuntungan dan biaya. Jika dilihat pada Tabel 18, terdapat saluran pemasaran yang memiliki rasio keuntungan dan biaya yang terkecil yaitu saluran pemasaran pertama dengan nilai 1.35, yang berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan yang didapat sebesar Rp Dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran pertama mengambil keuntungan yang relatif kecil sesuai dengan pengeluaran biaya pemasaran, maka saluran pemasaran pertama ini dapat dikatan efisien apabila dilihat dari analisis rasio keuntungan dan biaya. Berdasarkan dari hasil analisis pemasaran yang telah dilakukan, maka hasil analisis tersebut dapat direkap agar mempermudahkan dalam mempertimbangkan mengenai saluran pemasaran yang paling efisien diantara saluran pemasaran yang lainnya. Data rekapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Rekap Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. Saluran pemasaran Margin pemasaran (Rp/kg) Farmer's share (%) Ratio B/C (%) Market share(%) Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari nilai margin pemasaran terendah, farmer s share terbesar, rasio keuntungan terhadap biaya yang merata dan fungsifungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran 5 (pembudidaya - pedagang pengecer Desa Cijambe - konsumen akhir) memiliki margin pemasaran yang paling rendah yaitu Rp 2 800,00/kilogram, farmer s share paling tinggi yaitu 88.2 persen dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 5.58 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk membiayai fungsi fungsi pemasaran akan diperoleh keuntungan sebesar Rp Nilai margin pemasaran yang rendah karena pada saluran ini lembaga pemasaran yang terlibat adalah hanya pedagang pengecer Desa Cijambe yang langsung membeli ikan mas ke pembudidaya dan mendapatkan harga beli yang lebih murah dari pedagang pengumpul ikan mas, sehingga harga jual yang ditetapkan pedagang pengecer tidak terlalu jauh berbeda dari harga jual pembudiaya. Nilai farmer s share cukup tinggi dibanding saluran lain karena harga jual dari pedagang pengecer untuk ikan mas dengan ukuran 2,3,4 ekor/kilogram tidak terlalu tinggi dibandingkan harga jual pedagang pengecer di pasar. Total keuntungan pada saluran pemasaran 5 juga cukup kecil

73 karena pedagang pengecer tidak menetapkan harga terlalu tinggi sehingga keuntungan diperolehnya lebih kecil dibandingkan saluran pemasaran lain. Saluran pemasaran yang memiliki nilai farmer s share terkecil kedua adalah saluran pemasaran 1 (pembudidaya - pedagang pengumpul Kecamatan pemancingan pemancing) persen dengan nilai margin pemasaran Rp 8 750,00/kilogram dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 1.35 yang berarti setiap mengeluarkan Rp 1,00 untuk biaya pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar Rp Pedagang pengumpul kecamatan pada saluran pemasaran 1 melakukan sortasi sehingga ikan mas yang dijual pada saluran pemasaran ini adalah ikan mas dengan ukuran 2 kilogram/ekor dengan harga jual yang cukup tinggi, sedangkan harga di tingkat pembudidaya rendah. Banyaknya lembaga pemasaran dan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran mempengaruhi besarnya nilai margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya karena adanya perbedaan harga yang cukup jauh antara harga jual pembudidaya dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir. Nilai margin pemasaran paling tinggi terdapat pada saluran pemasaran 2 (pembudidaya - pedagang pengumpul Desa rumah makan konsumen akhir) sebesar Rp ,00 margin pemasaran yang tinggi disebabkan jauhnya harga jual pembudidaya dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir, hal tersebut disebabkan ikan mas sudah masuk ke restoran. Lembaga pemasaran pada saluran 2 yaitu pedagang pengumpul desa melakukan kegiatan sortasi dengan memilih ikan mas sesuai permintaan rumah makan, yaitu ukuran 500 gram/ ekor. Farmer s share pada saluran pemasaran 2 juga cukup rendah yaitu 48 persen hal tersebut dikarenakan harga jual ikan mas tingkat konsumen akhir sangat tinggi. Rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 2 sebesar 1.52 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran ikan mas akan memberikan keuntungan sebesar 1.52 rupiah. Pada saluran pemasaran 3 (pembudidaya - pedagang pengumpul Desa - pedagang pengecer luar Desa - konsumen akhir) memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp 5 975,00/kilogram, farmer s share 77.1 persen dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 6.54 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 6.54 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya saluran ini paling besar berada di pedagang pengumpul karena keuntungan yang diambil oleh pedagang pengumpul cukup besar untuk menanggulangi fungsi penanggungan resiko karena resiko ditanggung sepenuhnya oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul Desa melakukan transaksi dengan sistem putus, artinya pedagang pengumpul tidak ikut menanggung resiko yang disebabkan oleh tidak terjualnya ikan mas. Pada saluran 4 (pembudidaya pedagang pengumpul Desa pedagang pengecer Desa konsumen akhir) memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp 2 700,00, farmer s share sebesar 88.6%, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar yang berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp Farmer s share yang diperoleh paling tinggi karena harga yang diterima oleh pembudidaya juga cukup tinggi dibandingkan pembudidaya lainnya, akan tetapi nilai rasio yang didapat sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran ini melibatkan dua pedagang perantara serta keuntungan total yang didapat juga besar, sehingga ketika di bagi dengan total biaya menghasilkan nilai rasio yang besar. 57

74 58 Berdasarkan uraian di atas bahwa saluran pemasaran 5 dapat dikatakan efisien dibandingkan saluran pemasaran lain. Tabel 19 diatas dapat menjelaskan saluran pemasaran yang paling efisien pada penelitian dapat dilihat data data berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan yaitu antara lain analisis marjin pemasaran, analisis farmer s share, analisis rasio keuntungan dan biaya dan market share, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pemasaran yang paling efisien di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang adalah saluran pemasaran kelima (pembudidaya pedagang pengecer Desa Cijambe konsumen akhir, jika dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lainnya. Sehingga saluran pemasaran kelima dapat direkomendasikan kepada pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe untuk mendistribusikan komoditas pada saluran ini. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kondisis pemasaran ikan mas yang terdapat di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang adalah seperti berikut : a. Saluran pemasaran yang terbentuk di lokasi penelitian terdapat 5 saluran pemasaran. b. Lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pembudidaya ikan mas, pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe, pedagang pengumpul Desa Cijambe, pedagang pengecer Desa Cijambe, Pedagang pengecer luar Desa Cijambe. c. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat adalah : - Semua pedagang pengumpul melakukan fungsi penjualan (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan), akan tetapi pedagang pengumpul pada saluran pertama dan ketiga tidak mengalami fungsi penyimpanan, fungsi fasilitas (sortir, risiko, pembiayaan dan informasi pasar). - Pedagang pengecer melakukan fungsi penjualan (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengemasan dan penyimpanan), fungsi fasilitas (risiko, pembiayaan dan informasi pasar). d. Struktur pasar jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli dikarenakan sedikit pedagang pengumpul dan banyak pedagang pengecer, produk yang terdeferensiasi, serta mudah keluar masuk pasar. Sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar persaingan sempurna, karena jumlah

75 pedagang pengecer cukup banyak, dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pembentukan harga pasar. e. Prilaku pasar dapat dilihat dari proses pembelian dan penjualan produk, proses penentuan serta pembentukan harga, pembayaran, serta kerjasama antar lembaga pemasaran yang terlibat. Pembudidaya ikan mas akan menjual hasil produksi kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Pembudidaya ikan mas hanya sebagai penerima harga. 2. Saluran pemasaran yang paling efisien di Kecamatan Cijambe adalah saluran pemasaran 5 dengan nilai analisis margin pemasaran sebesar Rp per kg, nilai analisis farmer s share sebesar 88.2 persen, nilai analisis rasio keuntungan dan biaya sebesar 5.58 dan nilai market share sebesar persen. Hal ini dikarenakan pada saluran 5 hanya melewati satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer Desa Cijambe yang langsung membeli ikan mas ke pembudidaya di kolam, sehingga hanya sedikit biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran. 59 SARAN Berdasarkan analisis pemasaran ikan mas di Kabupaten Subang, saran yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Sangat diperlukan dukungan pemerintah dalam menyediakan pinjaman pinjaman kepada pembudidaya ikan mas, dikarenakan masih ada pembudidaya yang hanya menyewa lahan dan meminjam untuk modal usaha. 2. Kelembagaan kelompok kelompok pembudidaya diaktifkan kembali untuk melindungi harga di tingkat pembudiaya. 3. Peluang permintaan pasar yang masih tinggi dan potensi lahan yang sangat prospektif dapat menjadikan masyarakat sekitar Kecamatan Cijambe melakukan usaha pembesaran ikan mas konsumsi. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama (ton)[internet]. [diacu 2014 Desember 16]. Tersedia pada: [BPS] Badan Pusat Statistik Jumlah produksi perikanan budidaya kolam menurut jenis ikan dan provinsi[internet]. [diacu 2014 Desember 16]. Tersedia pada: [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Jakarta : Kementrian Kelautan dan Perikanan. [Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Kontribusi PDB sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia [Internet]. [diunduh] 2015 Januari 25. Tersedia pada: Afrianto E Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

76 60 Anwar C Efisiensi Tataniaga Cabai Merah pada Pedagang Pengecer di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyasin Sumatera Selatan.[Internet]. In: Seminar Nasional Budidaya Pertanian, 07 Juli Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu [diunduh tanggal 11 Februari 2014]. Tersedia pada : Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Buku Statistika Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Pemetaan Potensi Kelautan dan perikanan Kabupaten Subang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Subang. Dahl D.C., Hammond J.W Market and Price Analysis. The Agricultural Industries. Mc.Graw. Hill Book Company, Inc. Edi, A Budidaya Ikan Mas.[2 Februari 2015]. Hanafiah A.M, A.M. Saefudin. Tataniaga Hasil Perikanan UI Press.Jakarta. Harahap M Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor (Skripsi).Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hernanto F Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya. Hidayat B Analisis Pendapatan Usahatani dan tataniaga Jambu Getas Merah di Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Khairuman Budidaya Ikan Mas. Agromedia Pustaka, Jakarta. Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Product Ninth Edition. USA : Prentice-Hall Inc. Kotler P Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Limbong W.H, Sitorus P Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Melani Y Analisis Pemasaran Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Nurdiniati G Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Program Alih Jenis Sarjana Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Ode F.S Analisis Tataniaga Kelinci Pada Kampung Kelinci Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Kabupaten Subang. [12 Desember2014]. Subang.go.id Ponia P Analisis Efisiensi Pemasaran Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) dari Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

77 Barat. [Skripsi]. Bogor: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Puspitasari E.Y Analisis Efisensi Tataniaga Pada Kelompok Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahmawati A Analisis Efisiensi Pemasaran Nenas Studi Kasus di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rokhdianto Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Jakarta: Penebar Swadaya. Safitri B Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) (Skripsi). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setiorini F Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. [Skripsi]. Bogor: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 61

78 62 LAMPIRAN Lampiran 1. Produksi Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Oleh Responden Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. No Nama Jumlah Kolam Pembesaran Ikan Mas Luas Kolam (m2) Produksi 1 Iwan 4 6 x 2 3 kolam (450 kg), 1 kolam (1-2 ton)/3 bulan 2 Angga 3 6 x kg/2 minggu 3 Arif 9 6 x 2 1 ton/kolam/2 bulan 4 Jae 7 8 x 2 1 ton/kolam/3 bulan 5 Joko 4 6 x ton/kolam/3 bulan 6 Unim 7 7 x 2 1 ton/kolam/3-4 bulan 7 Yana 3 8 x ton/kolam/3 bulan 8 Yusuf 5 9 x 2 1 ton/kolam/3 bulan 9 Syarif 20 6 x 2 1 ton/kolam/3 bulan 10 Manan x ton/kolam/bulan 11 Kuming 16 6 x ton/kolam/3-4 bulan 12 Aris 3 8 x 6 1 ton/kolam/4 bulan 13 Topan 20 6 x ton/kolam/2.5 bulan 14 Yusuf 5 5 x 3 1 ton/kolam/2.5 bulan 15 Asuh 4 6 x 2 1 ton/kolam/3 bulan 16 Lobo 3 6 x 2 1 ton/kolam/ 3 bulan Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah).

79 63 Lampiran 1 Lanjutan Pembesaran Ikan Mas No Nama Jumlah tebar benih Status lahan Saluran Potensi Produksi 1 Iwan 1 kolam 200 kg(20 ekor/kg), 3 kolam 100 kg(100 ekor/kg) Gadai 2 3 kolam (450 kg), 1 kolam (1-2 ton)/3 bulan 2 Angga 150 kg(20 ekor/kg) Pemilik 2 dan kg/2 minggu 3 Arif 150 kg(20 ekor/kg) Pemilik 1 dan 2 1 ton/kolam/2 bulan 4 Jae 100 kg(100 ekor/kg) Penyewa 3 1 ton/kolam/3 bulan 5 Joko 300 kg(100 ekor/kg) Penyewa ton/kolam/3 bulan 6 Unim 100 kg(100 ekor/kg) Pemilik 4 1 ton/kolam/3-4 bulan 7 Yana 150 kg(100 ekor/kg) Pemilik 5 1 ton/kolam/3 bulan 8 Yusef 100 kg (20-50 ekor /kg) Pemilik 5 1 ton/kolam/3 bulan 9 Syarif 200 kg(100 ekor/kg) Penyewa 4 1 ton/kolam/3 bulan 10 Manan 100 kg( 2 ekor/kg) Pemilik ton/kolam/bulan 11 Kuming 150 kg(100 ekor/kg) Pemilik 2 3 ton/kolam/3-4 bulan 12 Aris 100 kg(100 ekor/kg) Penyewa 1 1 ton/kolam/4 bulan 13 Topan 100 kg (100 ekor/kg) Pemilik 1 1 ton/kolam/2.5 bulan 14 Yusuf 250 kg(100 ekor/kg) Penyewa 3 1 ton/kolam/2.5 bulan 15 Asuh 100 kg(100 ekor/kg) Pemilik 2 1 ton/kolam/3 bulan 16 Lobo 100 kg (100 ekor/kg) Pemilik 3 1 ton/kolam/ 3 bulan Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah). Lampiran 2 Responden Lembaga Pemasaran Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. No Pedagang Pengumpul Umur Tempat Jenis Kelamin (L/P) Pendidikan Kapasitas Pembelian (kg) 1 Agung 43 Ds Gunungtua L Asep 45 Ds Cijambe L SMA Sulaeman 44 Ds Cijambe L SMA Maman 55 Ds Cijambe L SMA 1075 Pedagang Pengecer 1 Cece 47 Jl Raya Cijambe L MtsN 400 / bulan 2 Taufik 26 Jl Raya Cijambe L 800/ bulan 3 Yulianti 39 Ps. Jalancagak P SMA 300/ bulan 4 Darno 31 Ps. Kalijati L SMA 200/ bulan 5 Enang 40 Ps. Subang Kota L 200/ bulan 6 Endang 39 Ps. Subang Kota L 300/ bulan Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli Oktober 2015 (diolah).

80 64 Lampiran 3 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 1 Lembaga Pemasaran Saluran 1 (Pembudidaya - Pedagang Pengumpul Kecamatan - Pemancingan) (Rp) P. Pengumpul Kecamatan Pak Agung (1.2 ton) (Rp/kg) Biaya Tenaga Kerja/ angkut Biaya Pengemasan (Plastik/fiber/oksigen) Biaya Transportasi/angkut Biaya Penyimpanan Langsung Pakai Fiber Total Biaya Pemasaran Lampiran 4 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 2 Lembaga Pemasaran Saluran 2 (Pembudidaya - Pengumpul Desa Rumah Makan) (Rp) P. Pengumpul Ds Cijambe Pak Asep 580 kg (Rp/kg) Biaya Tenaga Kerja/ angkut Biaya Pengemasan (Plastik/fiber/oksigen) 1 tabung/bulan, plastik (100 rb) Biaya Transportasi/angkut bensin Biaya Penyimpanan 15 kg/bln (105 rb) Total Biaya Pemasaran Lampiran 5 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 3 Lembaga Pemasaran Saluran 3 (Pembudidya - Pengumpul Desa - Pengecer Kabupaten) (Rp) P. Pengumpul Ds Cijambe Pak Sulaeman (312.5 kg) (Rp/kg) Biaya Tenaga Kerja/ angkut Biaya Pengemasan 02 (105 rb/ 3 ton), plastik 100 rb (10 (Plastik/fiber/oksigen) mtr) 192 Biaya Transportasi/angkut bensin + supir 320 Biaya Penyimpanan langsung kirim Total Biaya Pemasaran P. Pengecer Luar Ds Cijambe kg Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Kantong Plastik /500 pcs 38.4 Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Keuntungan Total Biaya Pemasaran

81 65 Lampiran 6 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 4 Lembaga Pemasaran Saluran 4 (Pembudidya - Pengumpul Desa - Pengecer Desa) (Rp) P. Pengumpul Ds Cijambe Pak Maman (1075 kg) (Rp/kg) Biaya Tenaga Kerja/ angkut Biaya Pengemasan 02 (100 rb/ 3 ton), plastik 100 rb (10 (Plastik/fiber/oksigen) mtr) Biaya Transportasi/angkut bensin + supir Biaya Penyimpanan langsung kirim Total Biaya Pemasaran P. Pengecer Ds Cijambe kg Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan 02,plastik Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Biaya Total Biaya Pemasaran Lampiran 7 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 5 Lembaga Pemasaran Saluran 5 (Pembudidaya - Pengecer Desa - Konsumen Akhir) (Rp) P. Pengecer Ds Cijambe kg Biaya Tenaga Kerja (Rp/kg) Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan tidak diberi makan Total Biaya Pemasaran

82 66 Lampiran 8 Rincian Keuntungan per Kilogram Biaya Pemasaran Setiap Saluran Saluran Tataniaga Lembaga Pemasaran P. Pengumpul P. Pengecer Keuntungan/kg Saluran 1 Keuntungan Pemasaran (rp) Volume Penjualan (kg) Saluran 2 Keuntungan Pemasaran (rp) Volume Penjualan (kg) 580 Saluran 3 Keuntungan Pemasaran (rp) Volume Penjualan (kg) Saluran 4 Keuntungan Pemasaran (rp) Volume Penjualan (kg) Saluran 5 Keuntungan Pemasaran (rp) Volume Penjualan (kg) 1 200

83 67 Lampiran 9 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran 1. Saluran 1 Uraian (Rp/kg) P.Pengumpul Kecamatan Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Keuntungan Konsumen Antara Harga Jual Harga Beli Margin/kg 3750 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemasaran Keuntungan Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Pemasaran

84 68 Lampiran 10 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran 2 Uraian Saluran 2 (Rp/kg) P.Pengumpul Desa Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 2100 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Keuntungan Konsumen Antara Harga Jual 5 ons = (4 5000/kg) Harga Beli Margin/kg Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemasaran Keuntungan Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Pemasaran

85 69 Lampiran 11 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran 3 Uraian Saluran 3 (Rp/kg) P.Pengumpul Desa Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 2100 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Keuntungan P. Pengecer Luar Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 3875 Total Margin ,5 Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemasaran Keuntungan ,5 Total Margin Pemasaran ,5 Total Keuntungan Pemasaran ,5

86 70 Lampiran 12 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran 4 Uraian Saluran 4 (Rp/kg) P.Pengumpul Desa Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 2700 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Keuntungan P. Pengecer Luar Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 2000 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemasaran Keuntungan Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Pemasaran

87 71 Lampiran 13 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada Saluran 5 Uraian Saluran 5 (Rp/kg) P. Pengecer Cijambe Harga Jual Harga Beli Margin/kg 2800 Total Margin Biaya Tenaga Kerja Biaya Pengemasan Biaya Transportasi Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemasaran Keuntungan Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Pemasaran Lampiran 14 Gambar Proses Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang.

88 72

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii iii PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi KERAGAAN PEMASARAN IKAN GURAMI (Osphrounemus gouramy) PADA KELOMPOK MINA BERKAH JAYA Irni Rahmi Zulfiyyah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Irnirahmi18@gmail.com Dedi Darusman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN Rokhman Permadi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Darwan Ali rokhmanpermadi@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK Muhammad Fauzan Erzal *, Taslim** dan Adjat Sudradjat Masdar**

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 29-36 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Dani Apriono 1),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam 1 VI. I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Subsektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU Jurnal AgribiSains ISSN 2442-5982 Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 27 ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kelompok Tani Nanggeleng Jaya Desa Songgom

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1, Desember 2012, hal 22-31 www.junal.untan.ac.id ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS ANALYSIS EFFICIENCY OF CITRUS NOBILIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK Aldy Yusra Rangkuti*), Tavi Supriana**), Satia Negara Lubis**) *) Alumni Program Studi Agrbisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk 13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Analisis Pemasaran Nenas Palembang ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Herawati 1) dan Amzul Rifin 2) 1,2) Departemen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI DESA LAM MANYANG KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR (Marketing Analysis Of Onion (Allium Cepa) In The Village Lam Manyang Peukan Bada District District

Lebih terperinci

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN Lina Humaeroh 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi linaanimania@yahoo.com Riantin Hikmah Widi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi riantinhikmahwidi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) DARI KECAMATAN BATURITI KE KOTA DENPASAR A A Gede Ary Gunada 1, Luh Putu Wrasiati 2, Dewa Ayu Anom Yuarini 2 Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci