BAB III Metode Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III Metode Penelitian"

Transkripsi

1 BAB III Metode Penelitian Penelitian pembuatan zat anti kusut dan antibakteri dari turunan kitosan karboksilat meliputi beberapa tahap yaitu, isolasi kitin dari kulit udang, transformasi kitin menjadi kitosan, sintesis turunan kitosan dengan asam karboksilat, kemudian aplikasi sebagai zat anti kusut dan anti bakteri pada kain kapas. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, dan Laboratorium Evaluasi Kimia Jurusan Kimia Tekstil Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. III.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian dilakukan sesuai dengan diagram alir seperti yang ditunjukkan pada Gambar III.1 - Tahap 1, seleksi turunan karboksilat : Turunan dikarboksilat Kain kapas Esterifikasi Variasi : Jenis turunan karboksilat Konsentrasi turnan karboksilat Jenis katalis Kapas teresterifikasi Karakterisasi: FTIR Sifat anti kusut Turunan dikarboksilat terseleksi Gambar III.1. Diagram alir penelitian 35

2 - Tahap 2, sintesis turunan kitosan karboksilat: Turunan dikarboksilat hasil seleksi Kitosan Hidrolisis kitin hasil isolasi Esterifikasi/amidasi Variasi: - Perbandingan mol kitosan dan dikarboksilat - Waktu reaksi Kitosan karboksilat Karakterisasi: FTIR,NMR,XRD,TGA, Kelarutan dalam air Kitosan karboksilat larut air - Tahap 3, esterifikasi kapas dengan turunan kitosan karboksilat : Kitosan karboksilat larut air Kain kapas Esterifikasi Variasi: - Jenis kitosan karboksilat - Konsentrasi kitosan Kapas kitosan karboksilat Karakterisasi: - Sifat anti bakteri - Sifat anti kusut - Penggembungan - Sifat termal Kapas tahan kusut dan anti bakteri Gambar III.1. Diagram alir penelitian (lanjutan) 36

3 III.2 Peralatan dan Bahan III.2.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Mesin Pading (benam peras) dan pemanas awetan untuk proses penyempurnaan anti kusut, seperangkat alat gelas (lab set) lengkap dan peralatan pengujian meliputi : FTIR merk Shimadzu , Autograph AG-500 B, XRD merk Rigaku dan TGA merk Seiko. III.2.2 Zat dan Bahan yang Digunakan Semua zat kimia yang digunakan dalam percobaan ini berkualitas pa, kecuali kitin sebagai bahan baku yang diperoleh dari hasil isolasi kulit udang. Zat-zat tersebut meliputi NaOH untuk proses penghilangan protein dari kulit udang, transformasi kitin menjadi kitosan dan penetralan pada hasil sintesis kitosan karboksilat. HCl untuk menghilangkan mineral-mineral pada kulit udang. Turunan asam dikarboksilat meliputi asam oksalat, asam malonat, asam suksinat, asam glutarat, asam maleat dan asam sitrat digunakan sebagai zat anti kusut dan sintesis kitosan karboksilat. Na 2 HPO 4, NaH 2 PO 4, dan Na 2 H 2 PO 2 sebagai katalis. Anhidrida asetat sebagai zat pendehidrasi, dimetilformamida (DMF) dan metanol sebagai pelarut. Sebagai material selulosa digunakan kapas dalam bentuk kain yang telah mengalami proses desizing (penghilangan kanji), scouring (pemasakan), bleaching (pemutihan). Kain kapas yang digunakan mempunyai konstruksi sebagai berikut : Jenis anyaman : plat(polos) Nomer benang lusi (kehalusan benang arah panjang kain) : 40 Ne 1 Nomer benang pakan (kehalusan benang arah lebar kain) : 40 Ne 1 Tetal lusi (density benang arah panjang kain) : 138 helai/inch Tetal pakan (density benang arah lebar kain ) : 72 helai/inch Berat kain/m 2 : 120 g/m 2 III.3 Prosedur Kerja Tahapan pekerjaan yang dilakukan ditunjukkan dalam diagram alir penelitian pada Gambar III.1 37

4 III.3.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Isolasi kitin dari kulit udang dilakukan dengan proses deproteinasi dan demineralisasi. Pada proses deproteinasi sejumlah kulit udang yang telah dikeringkan dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan kemudian dipanaskan dalam larutan NaOH 3% (w/v) dengan perbandingan berat kitin terhadap volume NaOH 3% (w/v) 1 : 20 pada temperatur 60 o C selama 4 jam, kemudian dicuci sampai bebas alkali. Setelah proses deproteinasi dilakukan proses demineralisasi dengan merendam kulit udang sambil diaduk dalam larutan HCl 1 N dengan perbandingan 1 : 20 (w/v) pada temperatur ruang selama 1 jam kemudian dicuci bersih dengan air dan dikeringkan. III.3.2 Transformasi Kitin Menjadi Kitosan Transformasi kitin menjadi kitosan dilakukan dengan cara penghilangan gugus asetil (deasetilasi) sehingga dihasilkan gugus amina pada kitosan. Sejumlah kitin kering dipanaskan dalam larutan NaOH 50% (w/v) dengan perbandingan berat kitin dan volume larutan NaOH 50% (w/v) sebesar 1 : 20 pada temperatur 115 o C selama 1 jam. Setelah proses deasetilasi selesai dilakukan pencucian dengan air panas sampai larutan bebas alkali kemudian dikeringkan. Hasil transformasi dikarakterisasi melalui analisis massa molekul dan derajat deasetilasi. III.3.3 Esterifikasi Kain Kapas Dengan Turunan Karboksilat. Proses ini bertujuan untuk mengetahui beberapa turunan karboksilat yang dapat digunakan sebagai zat pengikat silang pada kain kapas. Dari hasil proses esterifikasi akan dipilih senyawa turunan karboksilat yang dapat menaikkan ketahanan kusut kain kapas. Senyawa turunan dikarboksilat tersebut selanjutnya disubstitusikan pada kitosan. Kain kapas diproses rendam peras pada mesin pading seperti yang tertera pada Gambar III.2 dengan larutan yang mengandung turunan karboksilat dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6,dan 7%. Wet Pick Up (Faktor peras) dari rol penekan (padder) adalah 80%. Katalis garam fosfat digunakan sejumlah 20% dari konsentrasi senyawa karboksilat. 38

5 Kain kemudian dikeringkan pada mesin stenter seperti yang tertera pada Gambar III.3 dengan temperatur 100 o C selama 2 menit dan dilanjutkan dengan proses curing pada mesin yang sama selama 2 menit pada temperatur 170 o C. Gambar III.2 Mesin pading Gambar III.3 Mesin pengering dan curing 39

6 Setelah proses curing selesai dilakukan proses pencucian dengan sabun netral 0,2% untuk menghilangkan sisa-sisa asam yang menempel, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan. Karakterisasi pada kain hasil esterifikasi meliputi elusidasi struktur dengan FTIR, Ketahanan kusut kain, kekuatan tarik dan mulur kain. III.3.4 Pembuatan Anhidrida Sitrat Pembuatan anhidrida sitrat dilakukan dengan mereaksikan asam sitrat dengan anhidrida asetat. Satu mol asam sitrat dimasukkan dalam labu reaksi kemudian ditambahkan anhidrida asetat dengan perbandingan mol 1:3. Campuran dipanaskan dalam oil bath pada temperatur 120 o C dengan pengadukan selama 2 jam. Setelah selesai larutan dituangkan pada gelas piala lalu didinginkan pada temperatur ruang, kemudian dimasukkan dalam lemari pendingin pada temperatur 5 o C dan dibiarkan sampai terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk dicuci dengan eter kemudian dikeringkan. Karakterisasi dilakukan melalui analisis titik leleh dan struktur molekul dengan spektroskopi Infra Merah. Berhubung proses pembentukan kristal yang terlalu lama (sekitar 6 bulan atau 195 hari) maka proses selanjutnya dilakukan secara in situ. III.3.5 Sintesis Kitosan Karboksilat 25 mmol (4,025 gram) kitosan dilarutkan dalam 40 ml larutan campuran asam asetat 2% dan metanol 95% (dengan perbandingan volume 1 : 1) dalam piala gelas, kemudian ditambahkan anhidrida dikarboksilat dengan perbanding mol 1 : 1 sampai 1 : 10 yang dilarutkan dalam DMF 100% Campuran senyawa diaduk dengan 120 rpm selama 30 menit atau sampai menggumpal, kemudian putaran pengadukan diturunkan menjadi 80 rpm dan dibiarkan beberapa jam (bervariasi dari 4 sampai 28 jam dengan selang 4 jam) dan ditutup rapat. Setelah waktu reaksi selesai ditambahkan NaOH 4 N sampai ph 11 sambil diaduk. Endapan kitosan karboksilat yang terbentuk disaring. Pencucian endapan dilakukan dengan penambaan air sampai terbentuk gel yang kental, selanjutnya ditambahkan alkohol untuk mengendapkan kitosan karboksilat. Proses pencucian diulang sebanyak tiga kali. Endapan yang dihasilkan kemudian 40

7 dikeringkan pada temperatur kamar sampai kering. Dilakukan karakterisasi hasil proses meliputi kelarutan dalam air, massa molekul, derajat substitusi, dan analisis gugus fungsi. III.3.6 Esterifikasi Kain Kapas Dengan Turunan kitosan karboksilat Kain kapas di rendam peras pada mesin padder dengan larutan yang mengandung turunan kitosan karboksilat dengan variasi konsentrasi sebesar 0,2%; 0,4%; 0,6% dan 0,8% dan katalis natrium dihidrogen fosfat digunakan sejumlah 20% dari senyawa kitosan karboksilat. Kemudian kain dikeringkan pada mesin stenter dengan temperatur 100 o C selama 2 menit dan dilanjutkan dengan curing selama 2 menit dengan temperatur 170 o C. Setelah proses curing selesai dilakukan proses pencucian dengan sabun netral 0,2 g/l untuk menghilangkan sisa-sisa asam yang menempel kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan. Dari hasil percobaan dilakukan karakterisasi meliputi elusidasi struktu molekul, sifat tahan kusut, sifat anti bakteri. III.4 Karakterisasi Hasil Percobaan III.4.1 Pengukuran Derajat Deasetilasi Kitosan Pengukuran derajat desetilasi kitosan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kimia dan cara analisis spektrum infra merah. Analisis spektrum infra merah dilakukan dengan membandingkan nilai absorbansi pada bilangan gelombang 3440 cm -1 yang merupakan pita serapan tekuk OH dengan absorbansi pada bilangan 1650 cm -1 yang merupakan pita serapan C=O. Derajat deasetilasi ditentukan melalui persamaan : A DD 1 A A = x 100%...(III.1) Pengukuran derajat deasetilasi cara kimia dilakukan dengan proses asetilasi kitosan. 1 gram kitosan di dimasukkan dalam labu reaksi 25 ml, kemudian ditambahkan berturut-turut 1 ml anhidrida asetat, 10 ml DMF. Campuran di refluks selama 2 jam, kemudian diencerkan dengan air menjadi 100 ml. 10 ml 41

8 larutan encer dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi blanko dilakukan terhadap 1 ml anhidrida asetat. III.4.2 Pengukuran Massa Molekul Kitosan. 1 gram kitosan dilarutkan dalam 100 ml campuran asam asetat 0,1M dan NaCl 0,2M sebagai larutan induk, kemudian dari larutan kitosan 1 g/l diencerkan dan dibuat larutan kitosan dengan konsentrasi masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 g/l. Masing-masing larutan kitosan diukur waktu alirnya menggunakan viskosimeter Ostwald.Viskositas spesifik larutan (η sp ) dan viskositas intrinsik {[η]} dihitung dari waktu alir. Massa molekul kitosan ditentukan dengan menggunakan persamaan Mark Houwink. III..4.3 Pengukuran Titik Leleh Dari Anhidrida Hasil Sintesis Pengukuran titik leleh dilakukan dengan alat Sybron Thermolyne melting point model MP seperti yang ditunjukkan dalam Gambar III.4. Beberapa butir kristal anhidrida dihaluskan dan diletakkan di antara kaca tipis. Contoh uji diletakkan pada tempat contoh uji yang terletak di atas pemanas. Temperatur dinaikkan perlahan lahan sambil diamati sampai contoh uji meleleh. Setelah contoh uji meleleh, temperatur titik leleh dicatat. Gambar III.4 Alat pengukur titik leleh 42

9 III.4.4 Elusidasi Struktur Molekul Dengan Spektroskopi Infra Merah Penentuan struktur molekul dapat dilakukan dengan metode spektroskopi infra merah. Suatu molekul dapat menyerap infra merah jika gerakan vibrasi dan gerakan rotasi molekul tersebut disertai dengan perubahan momen dwikutub, sehingga medan listrik dari sinar infra merah akan dapat berinteraksi dengan molekul dan menyebabkan perubahan dalam gerakan vibrasi dan / atau gerakan rotasi. Gerakan vibrasi dan/atau rotasi dari setiap molekul akan menyerap pada panjang gelombang yang khas, sehingga struktur molekul dari senyawa dapat ditentukan dengan menganalisis spektrum infra merah. Elusidasi struktur dilakukan dengan menggunakan pelet serbuk KBr dan sampel uji dilewatkan pada berkas sinar infra merah. Pembuatan pellet KBr dilakukan dengan menggerus 1 mg contoh uji dan mg serbuk KBr, kemudian serbuk dicetak dengan cara ditekan menggunakan pompa hidrolik sehingga didapat pelet yang transparan. Kemudian pellet diletakkan pada tempat sampel dan siap diukur dengan alat FTIR merk Shimadzu III.4.5 Elusidasi Struktur Dengan Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Prinsip dari spektroskopi resonansi magnetik inti adalah berdasarkan bahwa proton mempunyai spin yang akan menimbulkan medan magnet kecil. Pada spektrum RMI proton dari molekul diberikan suatu medan magnet luar (Ho). Medan magnet luar akan membuat molekul yang mengandung hidrogen berorientasi paralel dan atau antiparalel terhadap medan magnet luar. Jika diberikan suatu gelombang radio dengan frekwensi yang tepat momen magnetik proton pada posisi paralel akan menyerap energi tersebut dan membalik (flip) menjadi posisi anti paralel yang mempunyai energi lebih tinggi (Creswell, 2005; Skoog, 1992) Jumlah energi yang diserap untuk membalik dari posisi paralel ke posisi anti paralel bergantung kepada medan magnet yang dialami oleh molekul. Medan magnet ini berupa medan magnet induksi akibat spin dari proton molekul dan medan magnet dari luar (Ho). Semakin besar medan magnet yang dialami molekul semakin sulit untuk membalik dari paralel menjadi anti paralel artinya energi gelombang radio yang diberikan harus semakin tinggi. 43

10 Pada spektroskopi RMI gelombang radio diberikan dengan frekwensi tetap, sedangkan medan magnet luar (Ho) diberikan berubah-ubah sampai didapatkan berkas gelombang elektromagnetik yang tepat dengan frekwensi gelombang radio untuk membalikkan posisi paralel menjadi anti aralel dari molekul yang diuji. Spektrum RMI merupakan hubungan antara banyaknya energi yang diserap proton dengan kuat medan magnet yang diubah-ubah. Posisi serapan bergantung kepada kuat medan magnet netto yang dialami oleh proton molekul. Dalam spektrum RMI serapan energi dinyatakan dengan geseran kimia yang menyatakan selisih serapan proton dari senyawa standar yaitu tetrametilsilana (TMS) dengan proton dari senyawa contoh. III.4.6 Pengukuran Derajat Kristalinitas Pengukuran derajat kristalinitas dilakukan dengan metoda difraksi sinar x. Prinsip pengujian dengan metode difraksi sinar x adalah jika suatu bidang pada sel satuan sistim kristal dikenai berkas sinar x maka berkas tersebut sebagian ada yang diserap dan sebagian ditransmisikan serta dihamburkan oleh atom-atom pada bidang. Berkas sinar x yang dihamburkan ada yang saling menguatkan dan ada yang saling melemahkan. Analisis metoda difraksi sinar x memanfaatkan sinar yang dihamburkan yang saling menguatkan (Cullity, 1978). Pengukuran derajat kristalinitas dari polimer dilakukan melalui kurva difraktogram yang terjadi. Struktur kristalin dari polimer ditandai dengan munculnya puncak intensitas yang tinggi pada difraktogram, sedangkan intensitas yang landai dan melebar di bawah puncak yang tinggi menggambarkan daerah amorf seperti yang tertera pada Gambar III.5. Metoda yang sering digunakan untuk mengukur derajat kristalinitas adalah dengan mengukur luas difraktogram bagian amorf dibandingkan dengan luas bagian kristalin (Alexander, 1969). 44

11 Gambar III.5 Pola difraksi sinar x oleh atom-atom (Cullity, 1978) Derajat kristalinitas dihitung melalui persamaan : Xc = Oc ( Oc + KOa) x 100 %.. ( III.2 ) Dengan : Xc = derajat kristalinitas Oc = luas daerah kristalin K = Tetapan geometri, untuk kitosan = selulosa = 1 Oa = luas daerah amorf Oc = luas daerah kristalin III.4.7 Pengukuran Derajat Penggembungan Pengukuran derajat penggembungan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana terjadinya ikatan silang di antara serat kapas. Penggembungan dilakukan dengan larutan NaOH 18% (Andrew et al., 1989). Pada kapas yang terikat silang penggembungan yang terjadi relatif lebih kecil dibandingkan kapas tidak terikat silang (Hussain et al., 1982, Evan et al., 2003). Derajat penggembungan merupakan perbedaan diameter penampang melintang serat sebelum dan sesudah penggembungan. Kain hasil proses esterifikasi diuraikan menjadi benang baik kearah panjang maupun lebar kain. Beberapa helai benang direndam dalam larutan NaOH 18% selama 5 menit kemudian dicuci bersih sampai netral dan 45

12 dikeringkan. Untuk mendapatkan potongan melintang dilakukan dengan bantuan gabus seperti yang tertera pada Gambar III.6. Beberapa helai benang diuraikan menjadi serabut serat, kemudian dilapisi resin poliakrilat selanjutnya dimasukkan ke bagian tengah gabus dengan bantuan jarum. Serat Serat gabus gabus Benang dan jarum Gambar III.6. Cara mendapatkan irisan melintang serat Gabus kemudian dipotong tipis untuk mendapatkan irisan lintang serat yang transpasran, lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali dan diukur diameter masing masing serat. Proses yang sama dilakukan untuk kain yang tidak mengalami proses esterifikasi. III.4.8 Pengukuran Temperatur Dekomposisi Kitosan Hasil Sintesis Pengukuran temperatur dekomposisi kitosan dilakukan dengan termograf DTA/TGA. Termogram TGA merupakan perubahan massa senyawa setiap kenaikan temperatur yang dialaminya. Prinsip pengujian dengan DTA/TGA adalah jika suatu senyawa dipanaskan suatu saat akan terjadi dekomposisi dari senyawa tersebut. Adanya dekomposisi dari senyawa akan membuat perubahan massa dari senyawa tersebut. Pengukuran dekomposisi senyawa dilakukan dengan mengukur % berat sisa setelah senyawa dipanaskan. 46

13 Pengujian dilakukan dengan menimbang mg sampel uji dan diletakkan pada tempat sampel alat TGA. Kemudian alat dijalankan dengan rentang temperatur antara 25 o C sampai 400 o C. Temperatur dekomposisi ditunjukkan oleh penurunan kurva yang tajam pada selang temperatur tertentu. III.4.9 Pengukuran Kekuatan Tarik Kain Kekuatan tarik adalah sifat mekanik material yang menunjukkan besarnya gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak material tersebut. Untuk menggambarkan sifat mekanik suatu material biasanya dinyatakan dalam kurva tegangan regangan seperti Gambar III.7. Gambar III.7 Kurva tegangan dan regangan dari beberapa serat tekstil (Yang, 1993) Selain kekuatan tarik dan regangan/mulur material, dari kurva tegangan dan regangan dapat ditentukan kekakuan dari bahan. Kekakuan dapat dinyatakan dengan perbandingan antara tegangan tarik dan regangan pada gaya atau tegangan awal yang diberikan, yang disebut modulus Young. Modulus Young diukur dari kemiringan kurva tegangan regangan pada daerah elastis. Semakin tinggi modulus Young menunjukkan kekakuan material semakin tinggi. 47

14 Kekuatan tarik kain diuji berdasarkan ASTM No dengan alat Autograf yang ditunjukkan Gambar III.8 Gambar III.8 Gambar Alat uji kekuatan tarik Autograf Kain dipotong dengan ukuran 20 kali 3 cm ke arah panjang kain yang disebut arah lusi, dan ke arah lebar kain yang disebut arah pakan masing-masing 5 buah. Kemudian kain dipasang pada penjepit sampel pada alat Autograf dengan jarak jepit 7,5 cm. Kain ditarik pada kecepatan 300 mm/menit dan pada beban 5 kg sampai putus III.4.10 Pengukuran Ketahanan Kusut Pengukuran sifat ketahanan kusut kain kapas yang telah mengalami proses esterifikasi dilakukan sesuai dengan AATCC No , sifat ketahanan kusut dinyatakan dengan nilai sudut kembali dari lipatan, atau biasa disebut nilai WR (Wrinkle Recovery). Gambar alat pengujian ketahanan kusut yang disebut Crease Recovery Tester ditunjukkan dalam Gambar III.9 di bawah ini : 48

15 Gambar III.9 Alat Crease Recovery Tester Kain dipotong dengan ukuran 15 mm x 40 mm ke arah panjang dan arah lebar kain masing-masing sebanyak 5 buah. Kain dipasang pada alat pelipat sedemikian rupa sehingga kain terlipat tepat di tengah, kemudian kain ditekan dengan beban sebesar 500 gram selama 5 menit, setelah itu kain diambil dari pelipat dan diletakkan pada alat pengukur sudut lipat. Kain digantung pada pengukur sudut lipat selama 5 menit. Setelah itu sudut lipatan diukur dengan pengukur sudut seperti pada Gambar III.9. Sebagai pembanding digunakan kain blanko pengujian yang tidak mengalami perlakuan yang mempunyai nilai sudut kembali dari kekusutan sebesar 95 o. III.4.11 Pengujian Anti Bakteri Pengujian antibakteri pada material tekstil dilakukan merujuk kepada AATCC Inoculum bakteri dikulturkan selama 24 jam sambil dikocok pada shaker sehingga dihasilkan larutan inokulum yang mengandung sekitar mikroorganisme / ml. Sebelum diteteskan ke kain, inoculum dibiarkan 15 menit tanpa dikocok. Dua contoh uji (yang sudah disterilkan dengan autoclaf selama 15 menit) diletakkan pada cawan petri kemudian ditetesi dengan sekitar 1 ml inokulum sampai terbasahi merata. Kain segera dimasukkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan selama 0 jam dan 24 jam. Untuk pengujian 0 jam bejana yang berisi 49

16 kain segera ditambahkan 100 ml aquades steril kemudian dikocok dengan keras selama 1 menit. Untuk pengujian 24 jam, setelah 24 jam ditambahkan 100 ml aquades steril kemudian dikocok dengan keras selama 1 menit. Dari larutan yang dihasilkan masing-masing dibuat pengenceran 100 kali. Larutan agar disiapkan dengan melarutkan 23 gram nutrien agar ke dalam 1 liter larutan bufer fosfat ph 7. Pada cawan Petri dituangkan larutan nutrient agar sebanyak 15 ml setelah dingin dibungkus kertas kemudian disterilkan dalam autoclaf selama 15 menit. Ke dalam dua buah cawan petri berisi nutrien agar dipipet masing-masing 0,1 ml larutan inoculum yang telah diencerkan dan cawan petri segera ditutup, kemudian diinkubasi selama 24 jam, setelah 24 jam jumlah koloni mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor pengenceran yang dilakukan. Pengujian yang sama dilakukan untuk sampel yang dibiarkan selama 24 jam. Hasil penghitungan koloni bakteri dinyatakan dalam CFU / ml (Colony Forming Unit ) III.4.12 Penentuan Bilangan Tembaga Pada Analisis Kerusakan Serat Kapas Penentuan bilangan tembaga dilakukan untuk mengetahui berapa banyak Cu 2+ yang direduksi oleh gugus aldehid yang terdapat pada kain kapas hasil esterifikasi. Jumlah Cu 2+ yang tereduksi akan menunjukkan berapa banyak jumlah gugus aldehid dalam rantai selulosa, sehingga dapat digunakan sebagai parameter gugus ujung dari rantai polimer. Jumlah gugus aldehid akan sebanding dengan kerusakan yang terjadi. Cara pengujiannya adalah sebagai berikut : Kain selulosa direaksikan dengan larutan Fehling selama 2 jam pada suhu 35 o C, setelah reaksi selesai kain dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa pereaksi yang tidak bereaksi sampai larutan pencuci tidak berwarna. Adanya gugus aldehid pada kain ditandai dengan warna kemerahan pada kain. Pada kain lalu ditambahkan larutan feriamoniumsulfat 0,1N untuk mengoksidasi kembali Cu + yang ada di dalam kain dan menghasilkan FeSO 4, dan FeSO 4 hasil reaksi dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,1N. Jumlah KMnO 4 yang diperlukan untuk bereaksi dengan FeSO 4 akan sebanding dengan jumlah Cu + yang direduksi oleh feriamoniumsulfat. 50

17 Bilangan (ml titrasi contoh uji - ml titrasi blanko) x NKMnO tembaga = 4 x100 (III.3) berat contoh uji x 1000 III.4.13 Analisis data Analisis data secara statistik dilakukan untuk menentukan kondisi optimum dari proses esterifikasi.analisis data secara statistik dilakukan dengan analisis variansi (ANOVA) dan uji pembanding ganda (Multiple Comparisons). Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang Material tekstil dari serat selulosa merupakan material tekstil yang banyak diminati dibanding material tekstil lainnya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

3. Metode Penelitian

3. Metode Penelitian 3. Metode Penelitian 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Umumnya peralatan yang digunakan pada penelitian ini berada di Labotaorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex Beaker glass 100 ml pyrex Beaker glass 150 ml pyrex Beaker glass 200 ml pyrex Erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi inhibisi produk dari kitosan yang berasal dari cangkang rajungan sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH 4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida,

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 9 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012. Laboratorium yang digunakan yaitu Laboratorium Biokimia Hasil Perairan I untuk preparasi sampel

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015, dengan tahapan kegiatan pengambilan sampel kulit udang di P.T Lola Mina,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo pealli) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam (Harry Agusnar) PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Tahapan penelitian yaitu preparasi ekstrak GN, sintesis hidrogel CRF, dan uji kinerja hidrogel CRF dilakukan di Laboratorium Riset Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci