RISIKO PRODUKSI DAN RISIKO HARGA AYAM BROILER SERTA PREFERENSI PETERNAK DI KABUPATEN BEKASI GITA VINANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISIKO PRODUKSI DAN RISIKO HARGA AYAM BROILER SERTA PREFERENSI PETERNAK DI KABUPATEN BEKASI GITA VINANDA"

Transkripsi

1 RISIKO PRODUKSI DAN RISIKO HARGA AYAM BROILER SERTA PREFERENSI PETERNAK DI KABUPATEN BEKASI GITA VINANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Risiko Produksi dan Risiko Harga Ayam Broiler serta Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir tesis. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Gita Vinanda NIM H

4

5 RINGKASAN GITA VINANDA. Risiko Produksi dan Harga Ayam Broiler Serta Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi. (HARIANTO sebagai ketua, LUKYTAWATI ANGGRAENI sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko produksi yang relatif tinggi. Ayam broiler ini sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca ekstrim sehingga menyebabkan mortalitas tinggi, yang selanjutnya menimbulkan kerugian bagi peternak. Usaha peternakan ayam broiler termasuk pada pasar oligopsoni, kondisi tersebut menyebabkan usaha peternakan rakyat sangat rentan terhadap risiko harga khususnya harga hasil produksi. Dalam halnya dengan pemasaran, mereka umumnya memiliki keterbatasan akses pasar sehingga cenderung berada dalam posisi price taker dengan posisi tawar yang lemah. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menentukan faktor produksi dan faktor risiko yang mempengaruhi produksi ayam broiler, (2) mengukur tingkat risiko harga yang dihadapi peternak ayam broiler dan (3) menentukan preferensi risiko terhadap keputusan penggunaan input peternak ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive sampling dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive dan snowballing untuk mengumpulkan 74 peternak ayam broiler. Jumlah sampel terbagi menjadi 35 peternak mandiri dan 39 peternak mitra. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada peternak responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan model just and pope, koefisien variasi dan maksimisasi utilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahaternak pola mandiri lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahaternak pola mitra. Hal ini terlihat dari nilai R/C rasio, dimana R/C rasio pola mandiri yaitu (1:30) sedangkan pola mitra yaitu (1:05). Usahaternak ayam broiler peternak mitra relatif lebih berisiko dibandingkan dengan usahaternak ayam broiler peternak mandiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan dan sekam pada peternak mandiri. Pakan, vaksin dan kepadatan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap produksi pada peternak mitra. Variabel yang memperbesar risiko produksi pada peternak mandiri adalah vaksin, tenaga kerja, dan sekam. Sedangkan pada peternak mitra adalah tenaga kerja. Variabel yang dapat memperkecil risiko pada peternak mandiri adalah pakan, sedangkan pada peternak mitra adalah vaksin. Risiko harga yang dihadapi peternak mandiri jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko harga yang di terima oleh peternak mitra. Preferensi risiko peternak pola mandiri terhadap keseluruhan penggunaan input adalah risk averse atau cenderung menghindari risiko. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi peternak baik pola mandiri dan pola mitra untuk memperhatikan penggunaan vaksin dan penyimpanan vaksin. Selain itu, perlu memperhatikan input sekam, dimana penggunaan sekam harus dikontrol karena sekam merupakan media yang baik untuk berkembangbiaknya mikroorganisme. Pelatihan bagi tenaga kerja juga diperlukan karena tenaga kerja sangat berpengaruh dalam seluruh produksi.

6 SUMMARY Kata Kunci : Just and Pope, Risiko Produksi, Risiko Harga, Preferensi Risiko, Risk Averse

7 SUMMARY GITA VINANDA. The Production and Price Risk of Broiler Chickens and Preferences Breeders in Bekasi Regency. (HARIANTO as leader, LUKYTAWATI ANGGRAENI as a member of the supervising commission). The cultivation of broiler chickens exposed to the risk of production is relatively high. Broiler chickens are very susceptible to disease and extreme weather changes, causing high mortality, which causing losses for breeders. Poultry businesses including the oligopsony market, these conditions led to breeding business are susceptible to price risk, particularly the price of output. In terms of marketing, breeders generally have limited access to markets, thus breeders as a price taker with a weak bargaining position. The purpose of this study was to: (1) determine the production function and the function of the risk of broiler chicken production, (2) measure the level of price risk broiler breeders and (3) determine the risk preference of the input allocation decisions by broiler breeders. This research was conducted in Bekasi, West Java Province. The purposive sampling method was used to determine the research area. The purposive and snowball sampling was used to determine the sample breeders. The respondents were 74 breeders consists of 35 non parthership breeders and 39 partnership farmers. Data collected through direct interviews to breeders using questionnaires. The data analysis used was just and pope model, the coefficient of variation and utility maximization. The results showed that the pattern of non partnertship farming more profitable than partnership farming. It can be seen from the value of R /C ratio of non partnership breeders (1:30) which is higher than the R/C ratio of partnership breeders (1:05). Partnership breeders are relatively more risky than non partnership breeders. The factors affecting broiler production of non-partnership breeders are the feed and husk. Feed, vaccine and cage density variable had statistically an insignificant effect on production function for partnership breeders. Vaccines, labor, and the husks are variables that increase the risk for non partnership breeders, while for partnership breeders is labor. Feed is input that has risk reducing affect for non partnership breeders and vaccine for partnership breeder. The price risk of independent breeders are smaller than partnership breeders. Non partnership breeders risk preferences to the overall of input use are risk averse or tend to avoid risk. Based on the research results, for both non partnership and partnership breeders to pay attention to the use of vaccines and vaccine storage. In addition, the need to consider the use of husk, which the husk must be controlled because it is a good medium for breeding of microorganisms. The need for training for labor because labor is influential in the whole production, where the production process is controlled by the workers. It is necessary for a study to analyze the time series of livestock enterprises. Keywords : Just and Pope, Production Risks, Price Risks, Risk Preferences, Risk Averse

8 Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

9 RISIKO PRODUKSI DAN RISIKO HARGA AYAM BROILER SERTA PREFERENSI PETERNAK DI KABUPATEN BEKASI GITA VINANDA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10 Penguji Luar Komisi pada Tesis : Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

11

12

13 PRAKATA Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian adalah tentang risiko dengan judul Risiko Produksi dan Risiko Harga Ayam Broiler serta Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada: 1. Dr Ir Harianto, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi sebagai Anggota Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan koreksi dan telah membimbing dengan baik serta memberikan banyak masukan demi kesempurnaan tesis ini. 2. Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku penguji Luar Komisi dan Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku penguji Wakil Komisi Program Studi atas semua pertanyaan, masukan dan saran untuk perbaikan yang diberikan kepada penulis. 3. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh pendidikan. 4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan Insya Allah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian beserta staff atas pelayanan akademik dan kemahasiswaan. 5. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas kesempatan dan dukungan beasiswa BPPDN pendidikan Program Magister di IPB. 6. Pengahargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua penulis Bapak Drs Refirman Djamahar, M.Biomed dan Ibu Dra Asmanidar Roesdal, adik-adikku Bita Revira, S.Farm, dan Kevin Doikumi atas doa, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga. Serta Dubi Mares Ortanki, SP atas kasih sayang dan support yang diberikan kepada penulis. 7. Sahabatku Nuni Anggraini, Rini Desfaryani, Ahmad Zainudin, Ahmad Fanani, Joko Adrianto, Moh. Ibrahim, Stevana Astra Jaya, Pebriani Komba yang sudah menjadi sahabat, memberikan dukungan serta semangat dan menjadi keluarga di Bogor. 8. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2 angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S3 EPN 2013 yang telah berbagi ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah. Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik. Bogor, Januari 2016 Gita Vinanda

14

15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan penelitian 6 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis 7 Produksi dan Faktor Produksi 7 Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan 7 Konsep Risiko dan Preferensi Risiko Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler 9 15 Tinjauan Penelitian Terdahulu 16 Kerangka Konseptual 19 Hipotesis 19 3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Metode Pengambilan Sampel 21 Jenis dan Sumber Data 21 Model dan Analisis Data 21 Analisis pengaruh input terhadap risiko produksi 22 Analisis risiko harga 25 Preferensi Peternak 26 Definisi Operasional 27 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN USAHATERNAK AYAM BROILER Gambaran Umum Wilayah Penelitian 30 Karakteristik Usahaternak Ayam Broiler 30 Deskripsi Peternak Responden Ayam Broiler Karakteristik Usahaternak Gambaran Kemitraan Di Kabupaten Bekasi Keragaan Usahaternak Ayam Broiler 36 Persiapan Sebelum DOC Datang 36 Proses Budidaya 36 Pendapatan Usahaternak Ayam broiler 41 5 RISIKO PRODUKSI DAN RISIKO HARGA AYAM BROILER SERTA PREFERENSI PETERNAK Analisis Fungsi Produksi dan Fungsi Risiko Produksi Ayam 46

16 Broiler Analisis Risiko Harga Peternak Ayam Broiler Peluang Pengembalian Yang Diharapkan Varians Standar Deviasi Koefisien Variasi Preferensi Penggunaan Input Peternak Terhadap Risiko 56 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 60 Saran 60 DAFTAR PUSTAKA 62 LAMPIRAN 67 RIWAYAT HIDUP

17 DAFTAR TABEL 1 Kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam broiler nasional dari 2 tahun Perkembangan populasi ayam broiler di Kabupaten Bekasi Tahun Perkembangan harga ayam broiler Jawa Barat 4 4 Suhu ideal pada usaha peternakan ayam ras pedaging berdasarkan 8 umur ayam 5 Karakteristik peternak ayam broiler di Kabupaten Bekasi 31 6 Karakteristik usahaternak ayam broiler di Kabupaten Bekasi 33 7 Harga rata-rata input dan output dari peternak mandiri dan 41 peternak mitra ayam broiler di Kabupaten Bekasi tahun Analisis usahaternak ayam broiler 42 9 Hasil estimasi fungsi produksi dan fungsi risiko peternak di 48 Kabupaten Bekasi 10 Rata-rata harga ayam broiler (Rp/ekor) dan peluang yang 53 diperoleh peternak ayam broiler di Kabupaten Bekasi Hasil Perhitungan analisis risiko harga ayam broiler Preferensi risiko peternak ayam broiler pola mandiri di Kabupaten Bekasi tahun Rekapitulasi preferensi peternak mandiri di Kabupaten Bekasi Tahun DAFTAR GAMBAR Hubungan risiko dengan return pandangan lama Kurva yang menghubungkan varians income dengan income yang diharapkan Hubungan fungsi kepuasaan dengan pendapatan Kerangka konseptual penelitian DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil pendugaan parameter fungsi usahaternak ayam broiler peternak mandiri di Kabupaten Bekasi dengan metode OLS 68 2 Hasil pendugaan parameter fungsi usahaternak ayam broiler peternak mitra di Kabupaten Bekasi dengan metode OLS 69 3 Hasil pendugaan fungsi risiko produksi ayan broiler peternak mandiri 70

18 di Kabupaten Bekasi 4 Hasil pendugaan fungsi risiko produksi ayan broiler peternak mitra di 71 Kabupaten Bekasi 5 Hasil Absolute Risk Averse (ARA) Preferensi Risiko 72

19 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia sebagai sumber pendapatan masyarakat dan menyediakan lapangan pekerjaan. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas harga berlaku menurut sektor usaha pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama kedua yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian menyumbang persen dari total PDB pada tahun 2013 setelah industri pengolahan (23.69 persen). Melihat pentingnya sektor pertanian, maka diperlukan upaya nyata untuk mengembangkan dan memajukan sektor pertanian secara berkelanjutan (BPS 2014). Sektor pertanian secara luas terdiri dari beberapa sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan, kehutanan dan perternakan. Sub sektor peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan mewujudkan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa. Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan untuk sektor pertanian Indonesia sebesar 13 persen (BPS 2014). Kontribusi sub sektor peternakan bagi sektor pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini dalam mengembangkan usaha peternakan tersebut. Oleh karena itu, sub sektor peternakan yang dikembangkan nantinya diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran. Hasil utama dari sub sektor peternakan adalah daging. Daging merupakan sumber protein yang sangat perlu untuk dikonsumsi oleh manusia. Daging dapat diperoleh dari beberapa komoditas dari sub sektor peternakan seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, dan komoditas peternakan lainnya. Industri peternakan unggas khususnya ayam broiler merupakan industri peternakan yang pertumbuhannya tinggi dibandingkan dengan jenis ternak unggas lainnya. Selama kurun waktu , laju pertumbuhan populasi ayam broiler mencapai 5.64 persen per tahun (DJPKH 2013). Dari segi produksi, ayam broiler merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ternak lainnya. Dari total produksi nasional, produksi daging ayam broiler ini mencapai persen. Dari segi konsumsi, daging ayam broiler ini juga menempati urutan tertinggi dari konsumsi daging nasional, mencapai 86 persen. Konsumsi per kapita daging ayam broiler ini mencapai 3.5 kg/tahun, paling tinggi dibandingkan dengan jenis daging ternak lainnya (DJPKH 2013). Pesatnya pertumbuhan insdustri ayam broiler tersebut didukung oleh karakteristik proses produksi yang relatif cepat, tidak memerlukan lahan yang relatif luas, teknologi budidaya telah tersedia, pasar (permintaan) cukup terbuka, dan harga produk yang lebih murah dibandingkan produk ternak lainnya seperti daging sapi dan ayam buras. Disamping itu, jenis produk olahan yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku daging ayam broiler sangat bervariasi, sehingga sangat mendukung berkembangnya industri ayam broiler ini.

20 2 Pada kegiatan budidaya ayam broiler (on-farm), mayoritas pelakunya adalah peternak rakyat karena modal yang diperlukan relatif kecil, namun hanya menguasai persen produksi ayam broiler nasional. Hampir semua sarana produksi peternakan (seperti: DOC, pakan, peralatan, obat-obatan dan vaksin) diperoleh dari luar (off-farm), kecuali kandang dan tenaga kerja sehingga peternak rakyat sangat tergantung kepada pihak luar. Demikian pula halnya ketika peternak menjual hasil produksinya, peternak sangat tergantung kepada pihak luar (pedagang). Kondisi ini menyebabkan posisi tawar peternak relatif rendah terutama dalam proses sarana produksi dan pemasaran hasil. Produksi ayam broiler terbesar terdapat di Provinsi Jawa Barat (49 persen), Jawa Timur (12.53 persen) dan Jawa Tengah (6.18 persen). Salah satu sentra pembudidayaan ayam broiler terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Pada Tabel 1 memperlihatkan kontribusi Provinsi Jawa Barat dalam produksi ayam broiler nasional. Tabel 1. Kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam broiler nasional dari tahun No Tahun Produksi Nasional Produksi Jawa Barat Kontribusi (Ton) (Ton) (persen) * *) Data Sementara Sumber: Direktorat Jendral Peternakan 2014 (Diolah) Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2013, Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi ayam broiler nasional. Bahkan pada tahun , Provinsi Jawa Barat mampu memberikan kontribusi sebesar setengah dari produksi ayam broiler nasional. Kontribusi Provinsi Jawa Barat terhadap produksi ayam broiler juga terus meningkat. Hal ini dibuktikan oleh kecenderungan dari kontribusi Provinsi Jawa Barat yang meningkat walaupun beberapa kali terjadi sedikit penurunan. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam broiler yang meningkat khususnya daerah yang menjadi salah satu sentra produksi. Fadilah (2013), meskipun populasinya terus bertambah tetapi ketersediaan stok daging ayam ini belum bisa memenuhi permintaan yang juga terus meningkat. Salah satu daerah yang memproduksi ayam broiler di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Pada Tahun 2011, kontribusi populasi ayam broiler di Kabupaten Bekasi sebesar 2.25 persen terhadap populasi provinsi Jawa Barat. Setiap tahun populasi di Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan. Pemilihan Kabupaten Bekasi didasarkan pada tren pertumbuhan populasi ayam broiler di daerah ini yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Perkembangan populasi ayam broiler di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Tabel 2. Di samping itu, Kabupaten Bekasi merupakan salah satu pemasok hasil produksi peternakan

21 3 khususnya produksi ayam broiler untuk wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan sebagian wilayah Jakarta Timur. Tabel 2. Perkembangan populasi ayam broiler di Kabupaten Bekasi tahun Tahun Populasi (ekor) Pertumbuhan Jumlah (ekor) Presentase (%) Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013 (Diolah) Usaha peternakan ayam broiler biasanya menjumpai beberapa kendala yang merupakan hambatan. Kendala dapat berupa tingginya risiko yang dihadapi. Risiko yang sering ditemukan dalam usahaternak ayam broiler ini adalah risiko produksi dan risiko harga. Pengelolaan usahaternak khususnya ayam broiler selalu dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan yang diharapkan peternak. Tingginya tingkat risiko yang dihadapi pada usahaternak di Kabupaten Bekasi sangat dirasakan oleh peternak. beberapa faktor yang menyebabkan usahaternak ayam broiler ini dalam menghadapi tingkat risiko antara lain sumberdaya manusia, input produksi dan faktor alam. Akumulasi dari beberapa faktor penyebab risiko tersebut terlihat dari berfliktuatifnya tingkat mortalitas ayam yang terjadi pada peternak. Usahaternak ayam broiler di Kabupaten Bekasi terdapat dua pola, yaitu pola mandiri dan pola kemitraan. Pola mandiri, peternak tidak tergantung pada perusahaan mitra dalam mendapatkan sarana produksi. Peternak mandiri pengelolaannya independen dan mempunyai keputusan terhadap usahaternaknya, sedangkan peternak mitra sebaliknya. Hal ini dikarenakan pola mandiri memiliki modal sendiri sehingga memiliki kebebasan untuk membeli sarana produksi dan menjual hasil produksi kepada pihak manapun sesuai dengan keinginnannya. Lain halnya dengan pola kemitraan, dimana peternak mitra mendapatkan seluruh sarana produksi (DOC, pakan, vaksin dan obat-obatan) dipasok dari perusahaan inti. Peternak mitra sudah ada kejelasan pasar, dimana harus menjual hasil produksinya kepada perusahaan inti dengan harga yang berlaku pada saat itu. Perumusan Masalah Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko produksi yang relatif tinggi karena ayam broiler ini sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca ekstrim sehingga menyebabkan mortalitas tinggi, yang selanjutnya menimbulkan kerugian bagi peternak. Fluktuasi produksi yang terjadi menunjukkan adanya risiko pada kegiatan usahaternak ayam broiler. Risiko

22 4 produksi dapat diakibatkan oleh berbagai macam kendala dari faktor internal dan faktor eksternal produksi. Faktor internal yang dapat mempengaruhi produksi antara lain day old chick (DOC), pakan, vaksin, obat, tenaga kerja dan berbagai input produksi lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi produksi ayam broiler di antaranya pengaruh cuaca. Selain kendala dalam produksi yang dihadapi peternak ayam broiler di Provinsi Jawa Barat dan salah satunya Kabupaten Bekasi, peternak juga menghadapi kendala lain yaitu harga jual ayam broiler yang tidak selalu stabil. Fluktuasi rata-rata harga ayam broiler di Provonsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3. Harga jual ayam broiler salah satunya tercipta karena adanya kondisi permintaan dan penawaran di pasar, sehingga dalam kondisi tertentu saat jumlah ayam broiler meningkat, harga jual ayam bisa sangat rendah dan ketika jumlah ayam broiler menurun karena adanya kendala dalam proses produksi, harga jual ayam bisa meningkat. Harga jual ayam broiler bisa berfluktuatif bahkan hanya dalam hitungan hari. Tabel 3. Perkembangan harga jual produsen ayam broiler di Jawa Barat (Rp/Ekor) Bulan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2012 Tahun 2013 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 (Diolah) Menurut Patrick et al. (1985), risiko utama dari seorang pengambil keputusan diantaranya karena ketidakpastian cuaca, hama, dan penyakit. Indikasi adanya risiko produksi dan risiko harga ditunjukan oleh produksi dan harga yang diterima pengambil keputusan berfluktuatif. Risiko harga sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko produksi yang relatif tinggi karena rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca ekstrim sehingga dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi, yang selanjutnya menimbulkan kerugian. Pada Desember tahun 2014, mortalitas peternakan di Kabupaten Bekasi mencapai 10 persen. Hal ini dikarenakan ayam broiler di Kabupaten Bekasi diserang wabah penyakit seperti Newcastle Disease, Coli dan Chronic Respiratory Disease. Sedangkan untuk harga ayam broiler, sampai desember 2014 belum ada tanda-tanda perbaikan harga live bird (ayam hidup) broiler di tingkat peternak. Harga live bird di kandang masih dalam level Rp 13

23 5 000 Rp per kg. Meskipun harga ayam hidup sempat naik ke level harga Rp tetapi tidak lama harga mengalami penurunan kembali (Seno 2014). Menurut Sehabudin (2014), risiko produksi tercermin dari masih rendahnya produktivitas usahaternak yang belum sesuai dengan anjuran, seperti persiapan kandang, penanganan DOC, pemberian pakan, penanganan penyakit, serta penanganan panen dan pasca panen. Permasalahan risiko produksi yang dihadapi peternak di Kabupaten Bekasi diduga akibat penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja, pakan, obat-obatan, dan vaksin yang belum optimal sehingga menjadi faktor yang dapat menimbulkan risiko. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nugraha (2011) yang menunjukkan bahwa tenaga kerja dan vaksin dapat menimbulkan risiko karena penggunaan yang belum optimal dan tidak sesuai dengan anjuran. Pola usahaternak ayam broiler di Kabupaten Bekasi terdapat dua pola yaitu pola mandiri dan pola mitra. Adanya perbedaan pola dalam usahaternak ayam broiler akan berpengaruh pada perbedaan tingkat pendapatan usahaternak dalam hal jumlah faktor produksi (Bahari 2012). Selain itu adanya perbedaan pola usahaternak menyebabkan adanya perbedaan pola pemasaran hasil sehingga perlu diketahui mana yang lebih menguntungkan antara usahaternak ayam broiler antara pola mandiri dan pola mitra (Windarsari 2012). Perbedaan pola juga mengakibatkan risiko yang diterima oleh peternak berbeda. Risiko yang dihadapkan peternak mitra secara teori harusnya lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak mandiri. Hal tersebut dikarenakan peternak mitra mendapatkan kepastian input (modal) dan kepastian harga, tetapi peternak mandiri tidak. Akan tetapi, sebagian besar peternak mandiri di Kabupaten Bekasi tidak ada kemauan untuk melakukan pola usahaternak mitra. Mortalitas pada produksi dan fluktuatif harga ayam broiler berpotensi mengakibatkan kerugian bagi peternakan, sehingga perlu diteliti lebih lanjut apakah ada faktor risiko produksi lain selain risiko yang pada umumnya dialami oleh peternakan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa faktor risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai dampak dari pemanasan global. Selain itu, risiko produksi juga tergantung dari penggunaan input, seperti DOC, pakan, vaksin dan obat-obatan. Sedangkan risiko harga tergantung pada jumlah ayam broiler yang masuk ke pasar. Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya di musim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi dan mengukur tingkat risiko harga pada peternakan ayam broiler tersebut, maka perlu diidentifikasi bagaimana preferensi peternak terhadap risiko produksi mengenai penggunaan input masing-masing peternak. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam broiler dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada peternakan ayam broiler? 2. Bagaimana tingkat risiko harga pada peternakan ayam broiler?

24 6 3. Bagaimana preferensi peternak dalam menghadapi risiko? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan risiko produksi ayam broiler. 2. Mengukur tingkat risiko harga yang dihadapi peternakan ayam broiler di Kabupaten Bekasi. 3. Menentukan preferensi risiko terhadap keputusan peternak ayam broiler. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dibatasi menjadi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Bekasi yaitu Setu, Cikarang Selatan, Pebayuran dan Cibitung. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa di keempat kecamatan tersebut mudah dijangkau dan dapat dijumpai peternak dengan pola mandiri dan pola mitra. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai lingkup penelitian ini terbatas pada peternak mandiri dan mitra yang mengusahakan ayam broiler pada satu periode tertentu yaitu pada bulan Januari sampai dengan April 2015 di daerah Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis risiko produksi, tingkat risiko harga dan preferensi peternak ayam broiler. Data yang digunakan adalah data cross section. Pengukuran risiko produksi dalam penelitian ini hanya dilakukan dari sisi input, sedangkan pengukuran tingkat risiko harga dilakukan dari sisi output. Periode produksi usahaternak ayam broiler yang dianalisis hanya satu periode yaitu periode terakhir yang dilakukan. Hal ini dilakukan karena umumnya informasi penggunaan sarana produksi dan hasil produksi masih diingat oleh peternak. Karena hanya satu periode produksi, maka peluang terjadinya kondisi usahaternak mengalami kerugian atau sebaliknya dapat terjadi. Idealnya analisis usahaternak terutama analisis biaya dan pendapatan harus dalam satu tahun yang mencakup umumnya lima periode produksi. Input DOC tidak dimasukkan sebagai variabel eksplanatory dalam model produksi karena produksi ayam broiler merupakan proses pembesaran atau penggemukkan sehingga merupakan proses peningkatan bobot ayam sampai ayam siap panen. Kalau pun DOC dimasukkan dalam model, maka yang dapat dijadikan variabel adalah bobot DOC atau starin DOC Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan hasil penelitian berguna sebagai bahan masukan bagi peternak dalam mengalokasikan faktor produksi secara efisien sehingga akan diperoleh pendapatan yang maksimal dan bisa meminimalkan risiko. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah atau lembaga dalam menentukan kebijakan untuk pengembangan usahaternak ayam broiler.

25 7 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Produksi dan fungsi produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output. Dalam berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan adalah kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan antara produksi dengan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi. Fungsi produksi menjelaskan hubungan teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas (Debertin 1986). Menurut Coelli et al. (1998) fungsi produksi menerangkan hubungan teknis antara input dan output pada suatu proses produksi. Secara matematis bentuk umum fungsi produksi dapat dirumuskan: Y = f (X1, X2,, Xn ) (2.1) Dimana Y merupakan jumlah produksi yang dihasilkan atau output dari penggunaan masukan input, sedangkan X1, X2,, Xn merupakan faktor-faktor produksi atau input yang digunakan untuk menghasilkan output. Ada beberapa fungsi produksi yang selama ini dikenal dan digunakan dalam penelitian. Salah satunya adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Bentuk umum fungsinya adalah : Y = β0x1 β1 X2 β2... Xn βn e u (2.2) Pendugaan akan lebih mudah jika fungsi produksi Cobb-Douglas ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural menjadi : Ln Y = ln β0 + β1lnx1 + β2lnx βnlnxn + u ln e (2.3) Sumber-Sumber Risiko Produksi Peternakan Kegiatan pada sub sektor peternakan merupakan bisnis dimana peternak tidak dapat menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan penggunaan input tertentu. Hasil produksi yang berbeda-beda pada setiap periode produksi merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap peternak. Hal ini disebabkan karenasub sektor peternakan dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peternak. Risiko produksi pada produksi sub sektor peternakan lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya. Sebagai contoh adalah dalam kegiatan sub sektor peternakan, peternak tidak dapat menentukan secara pasti

26 8 jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu, hal ini sangat berbeda dengan kegiatan manufaktur dimana pengusaha sudah dapat memastikan berapa output yang mereka peroleh dengan penggunaan input tertentu. Dalam usaha di sub sektor peternakan, hasil yang diperoleh dapat lebih kecil dari hasil yang diperhitungkan sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi peternak. Faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama, predator dan penyakit merupakan sumber risiko utama pada usaha produksi komoditas peternakan. Sumber-sumber risiko diatas dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan produksi sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai perkiraan dan juga terjadinya fluktuasi produksi pada setiap periode produksi. Sama seperti sub sektor pertanian lainnya, terjadinya kegagalan dalam proses produksi atau budidaya pada sub sektor peternakan disebabkan oleh adanya serangan hama, predator, penyakit, perubahan cuaca dan penanganan yang kurang baik. Sebagai contoh adalah pada usaha peternakan ayam ras pedaging terdapat suhu ideal agar proses budidaya dapat berjalan dengan baik seperti pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan suhu ideal pada usaha budidaya ayam ras pedaging berdasarkan umur ayam. Jika suhu tidak sesuai, maka akan berpengaruh pada produksi ayam ras pedaging tersebut. Tabel 5. Suhu Ideal pada Usaha Peternakan Ayan Ras Pedaging Berdasarkan Umur Ayam. No Umur (hari) Suhu ( 0 C) Sumber: Rasyaf (2007). Faktor lain yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan ayam ras pedaging adalah penyakit. Selain menghambat perkembangan ayam, penyakit juga dapat menyebabkan kematian pada ayam. Penyakit-penyakit pada ayam adalah kotoran berdarah (coccidiosis), tetelo (newcasstle diseae), gumboro (infectious bursal disease), dan penyakit ngorok (chronic respiratory disease). Selain itu risiko produksi pada peternakan juga dapat disebabkan oleh kualitas input yang kurang baik, seperti yang diungkapkan oleh Solihin (2009) bahwa kualitas sapronak mempengaruhi mortalitas dalam usaha budidaya ayam ras pedaging. Selain berpengaruh terhadap mortalitas ayam, kualitas sapronak juga berpengaruh terhadap indeks prestasi produksi ayam. Risiko produksi pada peternakan juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, vaksin dan tenaga kerja seperti yang diungkapkan oleh Nugraha (2011) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging. Obat-obatan dan vaksin menjadi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko. Sedangkan tenaga kerja yang kurang baik dapat menjadi sumber risiko pada produksi ayam ras pedaging.

27 9 Konsep Risiko dan Preferensi Risiko Risiko dan ketidakpastian sering digunakan secara bersama-sama baik dalam jurnal maupun beberapa tulisan lainnya. Debertin (1986) menyebutkan bahwa Frank Knight membedakan definisi antara risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko dapat didefinisikan sebagai situasi dimana pembuat keputusan mengetahui alternatif hasil dan kemungkinan dengan setiap hasilnya. Ellis (1988), risiko dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suatu peristiwa yang mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Menurut Debertin (1986) risiko adalah suatu kejadian yang kemungkinan muncul dan menyebabkan fluktuasi hasil dimana kemungkinan/probabilitas hasil yang diterima dapat diestimasi. Sedangkan apabila pelaku usaha tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun distribusi probabilitas akan timbulnya suatu kejadian, disebut ketidakpastian (uncertainty). Menurut Hanafi (2007) mengatakan bahwa secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko yang bertujuan untuk menghindari perusahaan dari kerugian dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pentingnya pengelolaan risiko menurut Hanafi (2007) dapat dilihat melalui Gambar 1. yang menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya. Sumber : Hanafi (2007) Gambar 1. Hubungan Risiko dengan Return Pandangan Lama: Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan. McConell dan Dillon (1997) mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi peternak dalam sistem usahaternak berasal dari dua hal, yaitu : 1. Eksternal sistem usahaternak, antara lain keadaan alam, ekonomi, keadaan sosial, kebijakan pemerintah dan kondisi politik. Usaha pertanian khususnya sub sektor peternakan sangat tergantung dengan keadaan cuaca dengan segala ketidakpastiannya seperti musim kering yang berkepanjangan, banjir, badai atau dalam jangka panjang berupa terjadinya perubahan iklim (climate change). Risiko bersumber dari kondisi ekonomi adalah risiko pasar yang berhubungan dengan besarnya permintaan dan penawaran (akan mempengaruhi

28 10 harga output dan input produksi), tingkat inflasi atau suku bunga dan risiko produktivitas yang disebabkan karena penerapan suatu teknologi baru. Kondisi sosial pada umumnya bukan merupakan sumber risiko utama dalam sistem usahaternak. Kontribusi kondisi sosial terhadap risiko usahaternak adalah perubahan tingkat pendidikan dan gaya hidup, yang akan mempengaruhi pasokan tenaga kerja di bidang pertanian. 2. Internal sistem usahaternak, terutama disebabkan karena faktor kesehatan, hubungan inter personal (dipengaruhi oleh personality, kebiasaan/attitudes dan aspirasi), serta faktor pendekatan yang dilakukan peternak sebagai manager terhadap (a) konservasi dan degradasi sumber daya pertanian (resource and ecological risk), (b) penggunaan kredit pertanian (financial risk), dan (c) transfer usahatani antar generasi (succession risk). Beberapa ukuran risiko didasarkan pada nilai variance, standart deviation dan coefficient of variation (Anderson et al. 1977, Elton dan Gruber 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran lainnya. Seperti pada standart deviation merupakan akar kuadrat dari nilai variance sedangkan coefficient of variation merupakan rasio antara standart deviation dengan nilai ekspektasi. Pada umumnya peternak mengusahakan lebih dari satu kegiatan usahaternak. Oleh karena itu coefficient of variation sangat efektif dalam mengukur perbandingan variasi produksi atau harga atau pendapatan dari dua atau lebih kegiatan. Risiko yang dihadapi peternak bisa berupa risiko hasil atau risiko produksi, risiko penggunaan input dan risiko harga jual produksi. Risiko hasil ditimbulkan antara lain karena adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca/alam, dan variasi input yang digunakan. Salah satu model yang sering digunakan dalam mengestimasi adanya risiko produksi adalah model just dan pope. Just dan pope telah mempelajari banyak mengenai isu penting yang menyertakan input penurunan risiko. Model fungsi produksi dengan memasukkan unsur risiko didalamnya q = f(x) + g(x)ε (2.4) dimana x merupakan faktor produksi yang digunakan, ε mengikuti distribusi ε~(0,σ 2 e), q adalah besarnya produksi yang dicapai, f(x) adalah fungsi produksi rata-rata, sedangkan g(x) adalah fungsi varians atau fungsi risiko (Robison dan Barry 1987). Robison dan Barry (1987) menyatakan bahwa penggunaan input juga berpengaruh pada risiko produksi yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Inputinput yang bersifat risk reducing atau yang bersifat mengurangi risiko, diantaranya adalah input obat, vitamin, vaksin dan penggunaan tenaga kerja. Penggunaan jenis dan jumlah input yang digunakan dalam usahaternak, berada di bawah keputusan peternak. Peternak akan menentukan jumlah penggunaan input sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang dimiliki peternak. Dengan kata lain bahwa risiko yang dihadapi peternak akan berpengaruh pada pemilihan jenis input yang digunakan. Jika peternak bersifat risk averter, maka input yang menyebabkan variasi hasil akan dihindari oleh peternak dan peternak akan memilih input lain yang diperkirakan tidak menimbulkan variasi hasil yang

29 11 besar. Variasi hasil akan berakibat pada variasi pendapatan yang diterima oleh peternak. Menurut Villano et al. (2005) keberadaan risiko produksi akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dalam alokasi input usahatani. Ellis (1988) menjelaskan terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam melihat mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiatan produksi usahaternak, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan dalam serangkaian musim panen. Sedangkan pada perspektif asuransi terhadap kerugian atau kerusakan, risiko sebagai peluang adanya bencana yang menimbulkan kerugian. Risiko agribisnis peternakan meliputi risiko produksi, risiko pemasaran, risiko keuangan, risiko hukum dan risiko sumberdaya manusia. Dalam agribisnis peternakan ayam ras pedaging risiko terbesar berupa risiko produksi dan risiko harga, risiko produksi terkait cuaca, musim, wabah penyakit, dan kerusakan peralatan. Sutawi (1999) adapun risiko harga berupa fluktuasi harga pakan, DOC dan harga jual ayam. Risiko harga merupakan kontributor utama terhadap variabilitas pendapatan. Selain risiko produksi, peternak ayam broiler menghadapi risiko harga produk. Analisis risiko harga produk tidak dilakukan seperti analisis risiko produksi. Hal ini dikarenakan data yang tidak memadai sehingga tidak dimungkinkan dilakukan analisis seperti risiko produksi. Data yang tidak memadai disini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi harga produk, sementara peternak ayam broiler sebagai price taker. Dengan demikian, analisis risiko harga produk di analisis dengan menggunakan perhitungan variance secara manual yang merupakan penjumlahan selisih kuadrat harga produk dengan ekspektasi harga dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Adapun formulasi umum untuk mengestimasi risiko harga sebagai berikut : n σ 2 = i=1 Pi (Ri Ȓi) (2.5) dimana σ 2 merupakan variasi harga yang menunjukan adanya risiko harga, Pi merupakan peluang kejadian, Ri merupakan harga komoditas, Ȓi merupakan ekspektasi harga komoditas. Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi bergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan per hari, atau dapat terjadi dalam jangka panjang. Harga bahan pangan termasuk daging ayam broiler berfluktuatif. Harga bahan pangan seringkali bergejolak akibat berbagai faktor, baik fenomena alam (iklim), kegagalan pasar, juga masalah kelancaran distribusi. Fluktuasi harga daging ayam broiler dapat disebabkan oleh besarnya jumlah penawaran dan permintaan. Semakin tinggi jumlah penawaran maka harga akan rendah, sebaliknya jika jumlah penawaran semakin sedikit maka harga akan semakin meningkat (ceteris paribus). Menurut Burhani (2013), volatilitas harga daging ayam broiler di masa datang yang akan cenderung semakin kecil. Faktor yang mempengaruhi volatilitas harga daging ayam broiler di Indonesia yakni besarnya volatilitas pada satu periode sebelumnya.

30 12 Dalam usaha pertanian selalu dihadapkan pada situasi risiko dan ketidakpastian. Kesediaan peternak dalam menerima risiko yang besar berhubungan dengan sikap peternak tersebut. Ada peternak yang berani terhadap risiko, netral terhadap risiko dan takut terhadap risiko. Sebagian besar penelitian tentang produksi pertanian yang menggunakan fungsi produksi tidak memasukkan faktor risiko dalam fungsi tersebut. Padahal faktor risiko termasuk elemen yang penting dalam keputusan produksi pertanian, misalnya bagaimana pengaruh risiko terhadap penerapan teknologi usahaternak. Just dan Pope (1979) menjelaskan bahwa dalam menganalisis usaha pertanian sangat penting mempertimbangkan faktor risiko seperti risiko produksi yang terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menerapkan inovasi baru dan risiko harga. Kesediaan peternak untuk menerima risiko dan ketidakpastian tersebut terkait dengan sikap peternak tersebut. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan keputusan. Alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Anderson et al. 1977, Robison dan Barry 1987, Ellis 1988). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry 1987). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Sumber : Debertin, 1986 Gambar 2. Kurva yang Menghubungkan Varians Income dengan Income yang Diharapkan. Berdasarkan Gambar 2, perbedaan perilaku peternak terhadap risiko income yang dihadapi. Peternak risk averse mengharapkan income yang lebih tinggi dengan bertambahnya risiko income yang dihadapi, artinya apabila peternak

31 13 risk averse akan mengambil suatu peluang dengan risiko yang lebih besar akan mengharapkan income yang semakin besar pula. Sedangkan perilaku peternak risk taker akan mengambil suatu kesempatan walaupun hasil yang diperoleh rendah tetapi mempunyai peluang mendapatkan keuntungan lebih besar atau mengalami kerugian yang lebih besar pula. Peternak risk neutral menunjukkan perilaku akan mempunyai harapan income yang sama, tidak dipengaruhi oleh besarnya risiko yang dihadapi. Sumber: Ellis (1988) Gambar 3. Hubungan Fungsi Kepuasan Dengan Pendapatan Pada Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa Garis DC merupakan garis linier yang mengambarkan hubungan antara utilitas dan income dan mempunyai kemiringan/slope positif, yang berarti semakin tinggi income, semakin besar kepuasan atau utilitas seseorang. I1 dan I2 merupakan income dengan tingkat risiko yang berbeda dengan kemungkinan kejadian p1 dan p2 dimana p1 + p2 = 1. Apabila seseorang mempunyai income sebesar IA dimana IA mempunyai utilitas yang sama dengan IE dan orang tersebut akan menolak untuk mendapatkan income yang lebih besar dari IA (yaitu IE) dengan tujuan untuk mencari kepastian income, maka orang tersebut dikatakan bersifat risk averse, seperti yang ditunjukkan dalam fungsi utilitas DAC yang bersifat decreasing marginal utility. Apabila seseorang yang utilitasnya sama antara income yang pasti diperoleh (IE) dan dengan income yang beresiko (IA dan IB) dan dia memilih untuk mendapatkan income sebesar IE, maka orang tersebut dikatakan bersifat risk neutral, seperti ditunjukkan dalam garis

32 14 fungsi utilitas DC. Sedangkan apabila seseorang lebih suka untuk memilih income yang lebih tinggi lagi untuk mencapai utilitasnya, dan orang tersebut tidak memilih untuk income sebesar IA ataupun IE, tetapi akan memilih untuk mencapai income sebesar IB, maka orang tersebut bersifat risk taker, dengan kurva utilitas DBC yang bersifat increasing marginal utility (Elis, 1988). Ada tiga macam tipe seorang pengambil keputusan sehubungan dengan preferensi terhadap risiko yang dihadapinya. Ketiga tipe tersebut adalah (1) risk taker, (2) risk neutral, dan (3) risk averse. Petani risk averse mengharapkan income yang lebih tinggi dengan bertambahnya risiko income yang dihadapi, artinya apabila peternak risk averse akan mengambil suatu peluang dengan risiko yang lebih besar akan mengharapkan income yang semakin besar pula. Sedangkan perilaku peternak risk taker akan mengambil suatu kesempatan walaupun hasil yang diperoleh rendah tetapi mempunyai peluang mendapatkan keuntungan lebih besar atau mengalami kerugian yang lebih besar pula. Peternak risk neutral menunjukkan perilaku akan mempunyai harapan pendapatan yang sama, tidak dipengaruhi oleh besarnya risiko yang dihadapi. Secara normal tidak ada seorang pun yang mau masuk dalam lingkungan yang penuh dengan risiko dan ketidakpastian tanpa mengharapkan imbalan yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang tidak ada risiko dan ketidakpastiannya. Perilaku peternak yang takut terhadap risiko (risk averse) didasarkan pada maksimisasi utiliti tetapi ekspektasi maksimisasi profit dengan ausmsi harga dan produksi bersifat stochastic (Just and Pope 1979). Dua hal yang dapat menentukan respon produsen yaitu hubungan teknis antara kombinasi input dengan tingkat output serta perilaku produsen dalam memilih input, yang ditentukan oleh harga output dan harga input yang dapat diperdagangkan dan tersedianya faktor produksi tetap. Integrasi kedua hal tersebut berperan dalam memaksimumkan profit sebagai tujuan produsen dan secara langsung dapat menentukan keputusan yang optimal mengenai penawaran output dan permintaan input. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan keputusan. Alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Robison dan Barry 1987). Lebih lanjut dijelaskan lima komponen yang digunakan dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah the states of nature, the possible outcomes, the probabilities of outcomes, the choices dan the decision rule for ordering choices. Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return), tetapi kesejahteraan (utility). Variance merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan dalam menganalisis mengenai risiko. Menurut Ellis (1988), beberapa persoalan utama yang banyak menjadi topik perhatian penelitian dimana di dalamnya mencakup aspek perilaku risiko peternak dan menyangkut mata pencaharian atau sumber pendapatan yang diperoleh peternak kecil dan keluarganya antara lain :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 24 III. KERANGKA TEORITIS Bab ini menjelaskan beberapa teori yang terkait dengan penelitian, yaitu teori produksi, risiko produksi dan preferensi risiko petani. Kerangka pemikiran disajikan dalam Sub Bab

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU NIKEN INDRASARI B100100047 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

"/SF'S SKRIPSI DWI PUJA KESUMA PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

/SF'S SKRIPSI DWI PUJA KESUMA PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 "/SF'S b 6 003 EFISIENSI USAHA DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA INTI PLASMA DAN KERJASAMA OPERASIONAL AGRIBISNIS (Kasus pada Peternak Inti-Plasma di Kccamatan Cibungbulang dan KOA di Kecamatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Karakteristik Struktur Biaya, Tingkat Pendapatan, Pola Usaha Kemitraan dan Mandiri

ABSTRAK. Karakteristik Struktur Biaya, Tingkat Pendapatan, Pola Usaha Kemitraan dan Mandiri ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING PADA POLA DAN SKALA USAHA TERNAK YANG BERBEDA DI KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Bahari, D. I.*, Z. Fanani**, B.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO USAHATANI IKAN BANDENG DI DESA SUNGAI UNDANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS RESIKO USAHATANI IKAN BANDENG DI DESA SUNGAI UNDANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH 100 ANALISIS RESIKO USAHATANI IKAN BANDENG DI DESA SUNGAI UNDANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH (Risks Analyze Milkfish in Sungai Undang Village Seruyan Hilir Sub District

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM. 051510201086 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

(ANALYSIS OF NEEDED INVESTMENT FOR BROILER CHICKEN FARM IN PURBALINGGA)

(ANALYSIS OF NEEDED INVESTMENT FOR BROILER CHICKEN FARM IN PURBALINGGA) ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI USAHA PETERNAKAN AYAM NIAGA PEDAGING DI KABUPATEN PURBALINGGA (ANALYSIS OF NEEDED INVESTMENT FOR BROILER CHICKEN FARM IN PURBALINGGA) Atun Rohayat, Nunung Noor Hidayat, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS OLEH : SURYANI 107040002 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG Financial analysis from participants cattle ranchers of credit security food and energy

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO BUDIDAYA AYAM BROILER DI KABUPATEN BOYOLALI

MANAJEMEN RISIKO BUDIDAYA AYAM BROILER DI KABUPATEN BOYOLALI MANAJEMEN RISIKO BUDIDAYA AYAM BROILER DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : ZAENUL LAILY PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS Oleh ZURIANI 107039001 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Judul : Analisis Produksi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma PT. Bilabong di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang)

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma PT. Bilabong di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang) ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma PT. Bilabong di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang) SKRIPSI Oleh: Andi Kurnianto 124010138 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA Christy J. A. Sitepu *), Satia Negara Lubis **), Salmiah **) Alumni Departemen Agribisnis FP USU *), **) Staf Pengajar Departemen

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci