KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

Transkripsi

1 KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dedi Sufyadi 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan teknis, pendapatan dan kelayakan usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan Inti-Plasma. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang peternak yang melakukan usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan Inti-Plasma yang ada di Desa Cintaraja Kecamatan Singaparna, yang merupakan salah satu daerah sentra peternakan di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha menggunakan R-C rasio. Hasil produksi ayam yang dipanen mencapai ,5 kg memiliki berat ratarata 1,46 kg per ekor, dengan masa pemeliharaan 29 hari. Mortalitas mencapai 3,25 persen. FCR menunjukkan nilai 1,48, sehinga menghasilkan IP mencapai nilai 329. Pendapatan yang diterima peternak sebesar Rp ,00 per periode produksi dengan skala usaha ekor. Hasil analisis menunjukkan kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan yang dilakukan oleh responden berada dalam keadaan yang menguntungkan. Hal ini terlihat dari penerimaan peternak yang mampu menutupi seluruh biaya total selama periode produksi. R-C rasio menunjukkan nilai 1,13. Kata Kunci : Kelayakan Usaha, Peternakan Ayam Ras Pedaging, Pola Kemitraan Inti- Plasma, Desa Cintaraja 1

2 ABSTRACT This study aims to determine the performance of technical, income and eligibility broiler breeding business partnership pattern Inti-Plasma. The method used in this research is a case study on a farmer who did broiler breeding business partnership pattern Inti-Plasma in the village Cintaraja Singaparna the District, which is one of the central areas of the farm in the district of Tasikmalaya. The analysis used is the analysis of the feasibility of using the R-C ratio. Results harvested chicken production reached kg had an average weight of 1.46 kg per head, with a 29-day maintenance period. Mortality reached 3.25 percent. FCR showed values of 1.48, so that generate IP reached a value of 329. Revenue received breeder Rp. 35,200, per production period 13,000 tails with the business scale. The analysis showed activity of broiler farming partnership scheme carried out by respondents were in favorable circumstances. This can be seen from the reception breeder is able to cover the entire cost of the total during the production period. R-C ratio showed a value of Key Word:Feasibility, Broiler Farm, Partnership Pattern Inti-Plasma, Cintaraja Village PENDAHULUAN Ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan / produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Tabel 1: Produksi Daging Ternak Indonesia Tahun Produksi Daging Ternak Tahun Domba Ayam Ras Ayam Buras Sapi (Ton) (Ton) Pedaging (Ton) (Ton) Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 2016 Berdasarkan Tabel 1 ayam ras pedaging menempati posisi tertinggi produksi daging ternak nasional dan terus meningkat. Pada tahun 2015 produksi ayam ras pedaging mencapai 1,63 juta ton. Hal ini menunjukan bahwa usaha peternakan yang banyak diminati adalah usaha peternakan ayam ras pedaging karena memiliki permintaan yang tinggi. 2

3 Data BPS, 2016 menunjukan Pulau Jawa adalah produsen terbesar ayam ras pedaging Indonesia dengan total produksi mencapai 1,15 juta ton atau 71 persen dari total produksi nasional. Pencapaian produksi ini terbagi oleh Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta dan Provinsi Banten. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2: Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Pulau Jawa Tahun 2015 Provinsi Produksi (Ton) Persentase (%) DKI Jakarta ,89 Jawa Barat ,01 Jawa Tengah ,47 Jawa Timur ,50 DIY Yogyakarta ,56 Banten ,56 Pulau Jawa ,00 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 2016 Provinsi Jawa Barat menempati posisi tertinggi produsen ayam ras pedaging di Pulau Jawa, dengan total produksi ton pada tahun 2015 atau 49,01 persen produksi ayam ras pedaging di Pulau Jawa didominasi oleh Provinsi Jawa Barat. Bidang perunggasan menjadi andalan Kabupaten Tasikmalaya terutama budidaya ayam ras pedaging. Menurut Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, sentra budidaya ayam ras pedaging tersebar di daerah Cikatomas, Karangnunggal, Cibalong, Singaparna dan Leuwisari. Kemampuan produksi ayam ras pedaging Kabupaten Tasikmalaya yang demikian besar tidaklah dilakukan oleh peternak-peternak bermodal besar melainkan oleh peternak-peternak yang menjadi plasma dari sebuah inti atau perusahaan yang melaksanakan pola kemitraan (Trobos, 2008). Jenis pola usaha ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Tasikmalaya yaitu pola mandiri, pola kemitraan, dan pola makloon. Pola mandiri yaitu pola usaha yang menggunakan seluruh biaya usaha peternak sendiri. Pola ini memiliki cirri-ciri modal usaha sendiri, hasil produksi dipasarkan oleh peternak sendiri, tidak ada kepastian harga pasar, dan keuntungan serta kerugian di tanggung oleh peternak sendiri. Pola kemitraan yaitu pola ini merupakan kerja sama peternak dengan pihak lain seperti pabrik pakan, poultry shop, atau peternak besar. Bagian-bagian yang terdapat pada pola kemitraan yaitu inti-plasma, sewa kandang dan perlatan, dan 3

4 pola investor. Pada pola ini memiliki ciri-ciri pihak inti menyediakan segala sarana produksi (DOC,pakan, obat dan vaksin) dan ayam hasil pembesaran dibeli oleh PS sesuai harga yang telah disepakati dalam kesepakatan kontrak harga. Pola makloon pada dasarnya sama dengan pola kemitraan, namun yang membedakannya yaitu pada proses pembayaran dari hasil pemeliharaan. Hubungan peternak makloon (plasma) dengan PS memakai sistem upah per ekor berdasarkan indeks prestasi. Peternak hanya menyediakan kandang dan perlatan, sedangkan DOC, pakan dan obat semuanya dipenuhi oleh PS. Ayam setelah besar diambil kembali oleh PS. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Moehar Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu. Kasus yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kasus usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan inti-plasma di Desa Cintaraja Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja ( purposive) daerah tersebut merupakan tempat peternak plasma yang telah lama menjadi mitra dari salah satu poultry shop. Pemilihan responden di daerah penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan responden tersebut merupakan peternak plasma yang telah lama menjalankan usaha ayam ras pedaging dengan pola kemitraan inti-plasma. Penulis menggunakan metode analisis untuk mengetahui hasil dari keragaan teknis ayam ras pedaging pola kemitraan inti-plasma dengan menghitung mortalitas, FCR, body weight, umur panen dan IP Hari Santoso dan Titik Sudaryani (2015). Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha sudah berlangsung, penulis menggunakan metode analisis R-C rasio menurut Darsono dan Ari Purwanti (2008). Untuk analisis R-C rasio harus mengetahui besarnya penggunaan faktor produksi. Dengan mengetahui faktor produksi maka dapat di ketahui jumlah biaya, jumlah penerimaan dan jumlah pendapatan 4

5 HASIL PEMBAHASAN Teknik pemeliharaan ayam ras pedaging pola kemitraan yang dilakukan oleh peternak yang dijadikan sebagai responden terdiri dari: (1) persiapan kandang dan peralatan (2) pemesanan DOC (3) pemeliharaan DOC (4) pembesaran (5) panen dilanjutkan dengan pasca panen. Hasil ayam yang dipanen mencapai ,5 kg dengan berat rata-rata 1,46 kg. Mortalitas mencapai 3,25 persen. FCR menunjukkan nilai 1,48 dan rata-rata umur panen 29 hari sehinga menghasilkan nilai IP mencapai nilai 329. Total penerimaan peternak sebesar Rp ,00 per periode produksi. Penerimaan peternak terdiri dari hasil penjualan ayam sebesar Rp ,00, bonus FCR Rp ,00, bonus IP Rp ,00 dan hasil penjualan pupuk sebesar Rp Biaya total yang selama periode produksi sebesar Rp ,00. Pendapatan diperoleh dari pengurangan atas total penerimaan dengan biaya total selama periode produksi. Sehingga dapat diketahui bahwa, pendapatan yang diterima peternak sebesar Rp ,00 per periode produksi. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa usaha ternak yang dijalankan responden menggunakan pola kemitraan dalam keadaan yang menguntungkan. Karena R-C rasio > 1 ; maka usaha dinyatakan layak dilakukan, karena penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada biaya. Nilai R-C rasio yang diperoleh sebesar 1,13 lebih besar dari 1, artinya setiap pengeluaran biaya Rp. 1 menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,13. 5

6 SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah total bobot ayam yang dipanen mencapai ,5 kg, memiliki berat rata-rata 1,46 kg, dengan masa pemeliharaan 29 hari. Mortalitas mencapai 3,25 persen. FCR menunjukkan nilai 1,48, sehinga menghasilkan nilai IP Pendapatan yang diterima peternak responden sebesar Rp ,00 per periode produksi dengan skala usaha ekor. 3. Kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan yang dilakukan oleh responden berada dalam keadaan yang menguntungkan. Hal ini terlihat dari penerimaan peternak yang mampu menutupi seluruh biaya total selama periode produksi. R-C rasio menunjukan nilai 1,13 yang artinya, setiap pengeluaran biaya sebesar Rp.1 menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,13. SARAN Saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peternak diharapkan mampu meningkatkan kinerja dalam teknik pemeliharaan ayam ras pedaging. Menjaga hubungan bermitra dengan Ps yang bersangkutan, guna menjaga nama baik peternak. Mencari pihak inti atau Ps yang lebih baik, apabila pihak inti atau poultry shop tersebut melakukan hal-hal yang dapat merugikan peternak. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai usaha peternakan ayam ras pedaging khususnya dalam pola kemitraan. 6

7 DAFTAR PUSTAKA BPS Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi, Badan Pusat Statistik. Jakarta Darsono P dan Ari Purwanti Penganggaran Perusahaan. Mitra Wancana Media. Jakarta Hari Susanto dan Titik Sudaryani Panduan Praktis Pembesaran Ayam Pedaging Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta Timur. Moehar Daniel Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Buni Aksara. 7