RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK"

Transkripsi

1 RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Ryandi Simanjuntak H

4 ABSTRAK RYANDI SIMANJUNTAK. Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang potensial dikembangkan di Indonesia. Ayam ras pedaging merupakan komoditas dari sektor peternakan yang berkembang dengan pesat di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Sama seperti usaha agribisnis lainnya peternakan ayam ras pedaging menghadapi risiko produksi berupa mortalitas ayam pada setiap periode produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi dan merumuskan alternatif strategi dalam rangka mengurangi probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. Metode yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari sumber risiko adalah z-score dan Value at Risk (VaR). Sumber risiko produksi pada peternakan di Kecamatan Pamijahan adalah cuaca, hama dan predator, penyakit dan gangguan lingkungan. Berdasarkan Probabilitas, sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar adalah sumber risiko hama dan predator sedangkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terendah adalah gangguan lingkungan. Dampak terbesar disebabkan oleh sumber risiko penyakit sedangkan sumber risiko yang memiliki dampak terkecil adalah gangguan lingkungan. Kata Kunci: Risiko Produksi, ayam pedaging, pemetaan risiko. ABSTRACT RYANDI SIMANJUNTAK. Broiler Production Risk at Broiler Husbandry in Kecamatan Pamijahan Bogor District, West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI. Husbandry is one of the agricultural sector which has a potential to be developed. One of the many husbandry commodities grown in Indonesia, especially in West Java is broiler. Similarly with other agribusiness, broiler husbandry also has risk especially production risk which seen from the chicken mortality at each production period. This research objectives are to indentify production risk sources, to analyze the sources s probability and impacts, and to determine alternative strategy due to reduce the risk probability and impacts. To reach the research objectives, this research use several method such as Z-score and Value at Risk (VaR). Production risk sources at broiler husbandry in Kecamatan Pamijahan are weather, pests and predators, disease, and environmental disorders. According to probability the source which has the biggest probability is pests and predators and the lowest probability is environmental disorders. The biggest impact caused by disease and the lowest impact caused by environmental disorders. Key Word: Production Risk, broiler, risk mapping

5 RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Ryandi Simanjuntak NIM : H Disetujui oleh Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing, serta kepada Bapak Dr Amzul Rifin, SP, MA dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Adang, Bapak Mahmud, Bapak Yayat, Bapak Muhtadi, Bapak Nanang, Bapak Hendra, Bapak Deden, Bapak Anthony, Bapak H. Jaka dan Bapak Jamal yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor September,2013 Ryandi Simanjuntak

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Sumber-Sumber Risiko Produksi Pertanian 6 Penanganan Risiko Produksi Pertanian 7 Analisis Risiko Bisnis 8 Pengelolaan Risiko 8 KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Konsep Risiko 9 Manajemen Risiko 11 Konsep Penanganan Risiko 13 Kerangka Pemikiran Operasional 15 METODE PENELITIAN 17 Lokasi Penelitian 17 Data dan Sumber Data 17 Teknik Pengumpulan Data 17 Metode Analisis Data 18 Analisis Deskriptif 19 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 19 Analisis Dampak Risiko 20 Pemetaan Risiko 21 Penanganan Risiko 22 KEADAAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN 23 Keadaan Peternakan Di Kabupaten Bogor 23 Keadaan Geografi 24 Kondisi Demografi 24 Karakteristik Responden 25 Umur Responden 25 Tingkat pendidikan 26 Skala Usaha 26 Luas Kandang 27

10 Pengalaman Usaha 28 Proses Budidaya Ayam Ras Pedaging 28 Tahap Pra Produksi 28 Proses Budidaya 30 ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING 31 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi 31 Analisis Probabilitas Risiko Produksi 37 Analisis Dampak Risiko Produksi 42 Pemetaan Risiko 46 Strategi Penanganan Risiko 48 Strategi Preventif 49 Strategi Mitigasi 51 SIMPULAN DAN SARAN 54 Simpulan 54 Saran 55 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN 58 RIWAYAT HIDUP 64

11 DAFTAR TABEL 1 Total produksi daging nasional tahun Kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional tahun 2007 sampai tahun Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun Produksi ayam ras pedaging pada 10 kandang budidaya ayam ras pedaging pada periode terakhir produksi tahun Suhu ideal pada peternakan ayam ras pedaging 7 6 Metode analsis untuk menjawab tujuan penelitian 18 7 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar tahun Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Pamijahan tahun Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan usia di Kecamatan Pamijahan Tahun Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah Responden Peternak Ayam Ras Pedaging Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan Pamijahan Tahun Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan luas kandang di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan pengalaman usaha di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah kematian ayam karena pengaruh cuaca pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah kematian ayam karena hama dan predator pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah kematian ayam karena penyakit pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Jumlah kematian ayam karena gangguan lingkungan pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei Perhitungan probabilitas sumber risiko hama dan predator pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei Perhitungan probabilitas sumber risiko gangguan lingkungan pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei Perhitungan dampak sumber risiko cuaca pada peternakan di Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp Perhitungan dampak sumber risiko hama dan predator pada peternakan di Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp Perhitungan dampak sumber risiko penyakit pada peternakan di Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp

12 26 Perhitungan dampak sumber risiko gangguan lingkungan pada peternakan di Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp Perhitungan status sumber risiko pada peternakan di Kecamatan Pamijahan 47 DAFTAR GAMBAR 1 Peta risiko 12 2 Peta preventif risiko 13 3 Peta mitigasi risiko 15 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian analisis risiko produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan 16 5 Layout peta risiko 22 6 Peta risiko peternakan di Kecamatan Pamijahan 48 7 Pergeseran probabilitas sumber risiko 51 8 Pergeseran kuadran dengan pola kemitraan 54 DAFTAR LAMPIRAN 1 Populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun Distribusi penduduk Kecamatan Pamijahan berdasarkan usia tahun Usia responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Tingkat pendidikan responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun Pengalaman usaha responden sebagai peternak ayam ras pedaging 63

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia cukup besar. Pada tahun 2012 kontribusi sektor pertanian yang terdiri dari tanaman, peternakan, perikanan dan kehutanan dalam pembentukan PDB sebesar 15 persen (BPS, 2013). Dilihat dari keseluruhan sektor perekonomian pembentuk PDB, sektor pertanian berada di urutan kedua dimana urutan pertama adalah sektor Industri pengolahan. Dengan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia, sektor pertanian masih berpotensi untuk lebih berkembang lagi dan memberi kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran. Hasil utama dari subsektor peternakan adalah daging. Daging merupakan sumber protein yang sangat perlu untuk dikonsumsi oleh manusia. Daging dapat diperoleh dari beberapa komoditas peternakan seperti sapi, kerbau, kambing, ayam dan komoditas peternakan lainnya. Daging menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Perkembangan produksi daging di Indonesia berdasarkan komoditas peternakan Tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, produksi daging nasional berasal dari beberapa komoditi peternakan seperti ayam ras pedaging, ayam buras, ayam ras petelur, sapi, kambing, domba, kuda, itik dan komoditas peternakan lainnya. Produksi daging nasional paling banyak berasal dari ayam ras pedaging. Pada tahun 2008 ayam ras pedaging memberi kontribusi 47,7 persen, tahun 2009 sebesar 50 persen, tahun 2010 sebesar 51,3 persen, tahun 2011 sebesar 52,4 persen dan tahun 2012 sebesar 53,1persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap daging ayam cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun. Sementara urutan kedua diikuti oleh sapi potong. Selain sebagai pemberi kontribusi terbesar. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi ayam ras pedaging di Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi daging yang berasal dari ayam ras pedaging berkisar satu persen hingga tiga persen setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi peternakan ayam ras pedaging cukup besar untuk dikembangkan.

14 2 Tabel 1 Total produksi daging nasional tahun Jenis Produksi Daging (000 Ton) Kontribusi Terhadap Produksi Daging Nasional (%) * * Sapi Potong 392,5 409,3 436,5 485,3 505,5 18,4 18,6 18,4 19,0 18,8 Kerbau 39,0 34,6 35,9 35,3 35,3 1,8 1,6 1,5 1,4 1,3 Kambing 66,0 73,8 68,8 66,3 68,6 3,1 3,3 2,9 2,6 2,5 Domba 47,0 54,3 44,9 46,8 46,5 2,2 2,5 1,9 1,8 1,7 Babi 209,8 200,1 212,0 224,8 234,7 9,8 9,1 9,0 8,8 8,7 Kuda 1,8 1,8 2,0 2,2 2,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Ayam Buras 273,5 247,7 267,6 264,8 274,2 12,8 11,2 11,3 10,4 10,2 Ayam Ras Petelur 57,3 55,1 57,7 62,1 63,7 2,7 2,5 2,4 2,4 2,4 Ayam Ras 1 018, , , , ,8 47,7 50,0 51,3 52,4 53,1 Pedaging Itik 31,0 25,8 26,0 28,2 30,8 1,5 1,2 1,1 1,1 1,1 Kelinci 0,1 0,1 0,2 0, Burung Puyuh 0,2 0,1 0, Merpati/ Pigion 0,3 0,4 0,1 0, ,000 0 Total 2 136, , , , , Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2013(diolah) *) Data sementara Ayam ras pedaging merupakan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Saat ini budidaya ayam ras pedaging semakin digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi atau pun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Salah satu sentra pembudidayaan ayam ras pedaging di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 memperlihatkan kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional. Tabel 2 Kontribusi jawa barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional tahun 2007 sampai tahun 2011 No Tahun Produksi Nasional (Ton) Produksi Jawa Barat (Ton) Kontribusi (%) , ,00 29, , ,00 32, , ,89 33, , ,77 32, , ,09 33,3 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2013 (Diolah)

15 3 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 sampai tahun 2011 Jawa Barat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi ayam ras pedaging nasional. Bahkan Jawa Barat merupakan daerah yang memberi kontribusi terbesar dalam produksi ayam ras pedaging nasional. Kontribusi Jawa Barat terhadap produksi ayam ras pedaging juga terus meningkat, hal ini dibuktikan oleh kecenderungan kontribusi produksi Jawa Barat yang meningkat walaupun beberapa kali terjadi sedikit penurunan. Peternakan ayam ras pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skala peternakan kecil atau peternakan rakyat. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam ras pedaging khususnya di daerah yang menjadi sentral produksi. Salah satu daerah yang merupakan sentra produksi di Jawa Barat memiliki adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan kepada trend pertumbuhan populasi ayam ras pedaging di daerah ini yang semakin tinggi. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun Tahun Populasi (Ekor) Pertumbuhan Jumlah (Ekor) Persentase (%) , , ,9 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013 Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ayam di daerah Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor, daerah yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar adaah kecamatan Pamijahan. Sama seperti usaha agribisnis pada umumnya usaha peternakan ayam ras pedaging umumnya menghadapi beberapa kendala yang merupakan hambatan. Seperti yang sudah diketahui bahwa dalam kegiatan usaha agribisnis khususnya kegiatan budidaya, pengusaha dihadapkan pada risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Risiko yang sering ditemukan dalam usahaternak ayam ras pedaging ini adalah risiko produksi. Pengelolaan usahaternak khususnya ayam ras pedaging selalu dihadapkan pada risiko produksi, karena proses budidaya dipengaruhi oleh alam dan prosesnya tidak singkat. Risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging ditandai dengan adanya mortalitas ayam pada setiap periode produksi. Mortalitas atau kematian ayam menyebabkan penerimaan peternak menjadi berkurang. Salah satu contoh kasus risiko produksi yang dihadapi oleh peternakan ayam ras pedaging adalah terjadinya kematian ayam akibat kasus flu burung (avian influenza). Berdasarkan

16 4 hasil penelitian Ilham dan Yusdja (2010) wabah flu burung menyebabkan penurunan penerimaan peternak ayam ras pedaging sebesar 10 hingga 26 persen. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang analisis risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging. Perumusan Masalah Peternakan ayam ras pedaging merupakan sub sektor peternakan yang banyak diusahakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa di daerah tersebut merupakan Kecamatan yang memiliki populasi ayam terbesar di Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Sama halnya seperti usaha pertanian pada umumnya peternakan ayam ras pedaging menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya, dan salah satunya adalah risiko produksi. Mortalitas ayam ras pedaging pada peternakan merupakan indikasi adanya risiko produksi, dimana adanya mortalitas menyebabkan hasil yang diperoleh oleh peternak lebih kecil dengan hasil yang diperhitungkan. Kematian ayam selama masa produksi atau yang sering disebut dengan mortalitas ayam ras pedaging juga dialami oleh peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. Berdasarkan penelitian pada 10 peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan ditemukan bahwa mortalitas pada periode produksi terakhir berbedabeda. Mortalitas pada sepuluh peternakan yang diteliti dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi ayam ras pedaging pada 10 kandang budidaya ayam ras pedaging pada periode terakhir produksi tahun 2013 Peternakan DOC (Ekor) Jumlah Panen (Ekor) Mortalitas (%) , , , , , , , , , ,23 Tingkat kematian ayam yang dialami setiap peternakan di Kecamatan Pamijahan bervariasi. Mortalitas ayam pada sepuluh peternakan tersebut berkisar antara lima hingga delapan persen dari jumlah DOC pada awal produksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011) dan Amelia (2012),

17 5 mortalitas ayam ras pedaging terjadi karena kualitas DOC, faktor cuaca, hama dan penyakit. Mortalitas pada produksi ayam ras pedaging berpotensi mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sehingga perlu diteliti lebih lanjut apakah ada sumber risiko produksi lain selain risiko yang pada umumnya dialami oleh peternakan?. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa sumber risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai dampak dari pemanasan global. Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam ras pedaging. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya di musim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Setelah mengetahui sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging tersebut, maka perlu diidentifikasi seberapa besar probabilitas serta kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko tersebut? Dan apa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya mengurangi probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian yang dilakukan pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. 2. Menganalisis probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko produksi. 3. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam ras pedaging. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagai pertimbangan dalam pengambilan strategi pengendalian risiko. 2. Bagi pembaca dalam rangka penambahan informasi mengenai risiko produksi kususnya dalam usaha peternakan ayam ras pedaging. 3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai wadah dalam menerapkan teori risiko agribisnis yang dipelajari selama perkuliahan. Ruang Lingkup Penelitian Produk yang akan dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah ayam ras pedaging yang dibudidayakan pada peternakan ayam ras pedaging di beberapa peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jumlah peternakan yang diteliti adalah 10 peternakan ayam ras

18 6 pedaging. Kajian masalah yang diteliti adalah identifikasi sumber risiko produksi peternakan ayam ras pedaging. Sumber-sumber risiko yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sumber-sumber risiko yang berasal dari faktor eksternal peternakan. Penelitian ini menggunakan data produksi periode terakhir yaitu periode produksi April hingga Mei tahun 2013 pada setiap peternakan. Data tersebut terdiri dari jumlah DOC, data hasil panen, data mortalitas dan penyebab terjadinya kematian ayam. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang risiko produksi melainkan data cross section. Keterbatasan data tersebut menyebabkan data mortalitas ayam akibat dari masing-masing sumber risiko tidak dapat dilihat dari waktu ke waktu kususnya sumber risiko cuaca. TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Produksi Pertanian Kegiatan pertanian merupakan bisnis dimana petani tidak dapat menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan penggunaan input tertentu. Hasil produksi yang berbeda-beda pada setiap periode produksi merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap petani. Hal ini disebabkan karena pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh petani. Menurut Drollette (2009) risiko yang dihadapi oleh petani disebabkan oleh bermacam-macam sumber seperti cuaca, hama, penyakit, kualitas input serta kesalahan pekerja. Risiko produksi pada produksi pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya. Sebagai contoh adalah dalam kegiatan pertanian petani tidak dapat menentukan secara pasti jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu, hal ini sangat berbeda dengan kegiatan manufaktur dimana pengusaha sudah dapat memastikan berapa output yang mereka peroleh dengan penggunaan input tertentu. Dalam usaha pertanian, hasil yang diperoleh dapat lebih kecil dari hasil yang diperhitungkan sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi petani. Faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama, predator dan penyakit merupakan sumber risiko utama pada usaha produksi komoditas pertanian. Sumber-sumber risiko diatas dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan produksi sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai perkiraan dan juga terjadinya fluktuasi produksi pada setiap periode produksi. Salah satu sub sektor pertanian yang mengalami risiko produksi adalah sektor peternakan. Sama seperti sub sektor pertanian lainnya, terjadinya kegagalan dalam proses produksi atau budidaya disebabkan oleh adanya serangan hama, predator, penyakit, perubahan cuaca dan penanganan yang kurang baik. Sebagai contoh adalah pada usaha peternakan ayam ras pedaging terdapat suhu ideal agar proses budidaya dapat berjalan dengan baik seperti pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan suhu ideal pada usaha budidaya ayam ras pedaging berdasarkan umur ayam. Jika suhu tidak sesuai, maka akan berpengaruh pada produksi ayam ras pedaging tersebut.

19 7 Tabel 5 Suhu ideal pada peternakan ayam ras pedaging No Umur (hari) Suhu ( 0 C ) Sumber: Rasyaf,2007 Faktor lain yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan ayam ras pedaging adalah penyakit. Selain menghambat perkembangan ayam, penyakit juga dapat menyebabkan kematian pada ayam. Penyakit-penyakit pada ayam adalah kotoran berdarah (coccidiosis), tetelo (newcasstle diseae), gumboro (infectious bursal disease), dan penyakit ngorok (chronic respiratory disease). Penelitian-penelitian terdahulu seperti yang diungkapkan oleh Pinto (2011) dan Amelia (2012) bahwa dalam penelitian mereka tentang analisis risiko produksi peternakan ayam broiler bahwa dalam usaha peternakan ayam ras broiler yang menjadi sumber-sumber risiko produksi adalah kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama dan penyakit. Berdasarkan penelitian diatas risiko yang dihadapi peternak yaitu berupa mortalitas ayam menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Sumber risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar bagi peternak adalah penyakit. Selain itu risiko produksi pada peternakan juga dapat disebabkan oleh kualitas input yang kurang baik, seperti yang diungkapkan oleh Solihin (2009) bahwa kualitas sapronak mempengaruhi mortalitas dalam usaha budidaya ayam ras pedaging. Selain berpengaruh terhadap mortalitas ayam, kualitas sapronak juga berpengaruh terhadap indeks prestasi produksi ayam. Risiko produksi pada peternakan juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, vaksin dan tenaga kerja seperti yang diungkapkan oleh Nugraha (2011) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging. Obat-obatan dan vaksin menjadi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko. Sedangkan tenaga kerja yang kurang baik dapat menjadi sumber risiko pada produksi ayam ras pedaging. Penanganan Risiko Produksi Pertanian Risiko produksi dalam pertanian ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara hasil yang diperhitungkan dengan hasil yang diperoleh, selain itu fluktuasi hasil produksi yang dihasilkan pada setiap periode juga dapat menjadi indikator adanya risiko produksi. Fluktuasi produksi dapat menyebabkan kerugian bagi petani. Seperti yang diungkapkan Drollette (2009) bahwa Bagi seorang petani, menanam benih tidak menjamin adanya hasil yang diperoleh pada musim panen 2. Untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh petani maka perlu dilakukan penangannan risiko. Adapun tahapan dalam penanganan risiko adalah:

20 8 Analisis Risiko Bisnis Risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha dapat diukur dengan menggunakan metode alanalisis variance, standard deviation dan coefficient variation. Selain ketiga metode diatas kita perlu juga mengetahui expected return dari usaha tersebut. Semakin tinggi atau rendahnya risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha ditentukan oleh semakin besar atau kecilnya variance, standard deviation dan coefficient variation yang diperoleh. Ketiga metode diatas dan juga expected return saling berhubungan satu sama lain. Pada penelitian-penelitian tentang risiko produksi terdahulu banyak peneliti yang menggunakan ketiga metode diatas untuk mengukur tingkat risiko dari usaha yang sedang diteliti. Amelia (2012) menggunakan metode analisis variance, standard deviation dan coefficient variation dalam menganalisis risiko produksi ayam broiler pada peternakan bapak Maulid di kota Palembang. Nugraha (2011) juga menggunakan metode analisis variance dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam broiler pada kasus peternak plasma Cv Dramaga Unggas Farm. Metode alanalisis variance, standard deviation dan coefficient variation juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko dalam usaha peternakan seperti yang dilakukan Solihin (2009) dalam penelitian Risiko produksi dan harga dalam peternakan ayam broiler. Selain ketiga metode diatas, ada metode lain yang sering digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam melakukan analisis risiko. Pada penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko, metode analisis yang digunakan berbeda dengan metode yang sudah dijelaskan pada alinea sebelumnya. Metode yang digunakan Pinto (2011) dalam pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging adalah dengan terlebih dahulu mengidentifikasi sumber-sumber risiko. Tahap selanjutnya adalah menghitung probabilitas masingmasing sumber risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (z-score). Dampak yang disebabkan oleh risiko dapat dihitung dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Setelah ditemukan probabilitas dan dampak dari masing-masing risiko maka tahapan selanjutnya adalah menentukan status risiko. Status risiko ini penting untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko. Pengelolaan Risiko Risiko dapat menyebabkan profit yang diperoleh perusahaan tidak maksimum atau bahkan mengalami kerugian. Oleh karena itu perusahaan perlu mengelola risiko agar dampak risiko yang ditanggung oleh perusahaan menjadi berkurang. Dalam kegiatan bisnis khususnya pertanian ada beberapa strategi pengelolaan risiko yang dapat dilakukan antara lain diversifikasi produk, transfer atau pengalihan risiko, memelihara asset yang berhubungan dengan produksi untuk mencegah risiko. Diversifikasi produk adalah strategi mengurangi risiko dengan membagi aset ke dalam beberapa unit bisnis. Dengan adanya diversifikasi dapat menghindari perusahaan dari kerugan yang sangat besar karena adanya risiko. Cara lain untuk membagi risiko dengan pihak lain adalah dengan asuransi. Pasaribu dkk (2010) mengungkapkan bahwa tahun 2008 dan tahun 2009 telah

21 9 dilakukan ujicoba asuransi peternakan. Komoditi yang dijamin pada ujicoba tersebut adalah sapi potong dimana kematian sapi yang ditanggung oleh asuransi adalah sapi yang mati karena sakit dan hilang. Selain diversifikasi produk risiko dalam usaha pertanian dapat dikelola dengan melakukan pencegahan seperti yang diungkapkan Pinto (2011) bahwa untuk mengurangi risiko dalam usaha peternakan ayam ras pedaging usaha yang dapat dilakukan adalah dengan upaya preventif dan mitigasi. Upaya preventif dan mitigasi diharapkan mampu mengurangi kesalahan-kesalahan teknis ataupun pengaruh lingkungan luar yang dapat mencadi sumber kegagalan produksi. Strategi pengelolaan risiko yang digunakan oleh penelitian terdahulu diatas dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko hanya mampu mengurangi dampak dari risiko, belum ada penelitian yang telah menemukan cara untuk menjadikan sebuah usaha khususnya peternakan ayam ras pedaging menjadi tanpa risiko. Strategi preventif merupakan strategi yang disarankan oleh Solihin (2009) dalam upaya mengurangi risiko produksi ayam broiler. Upaya preventif yang disarankan dapat berupa perbaikan sumberdaya dan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Dengan upaya preventif tersebut diharapkan kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi produksi dapat dikurangi. Menurut Saadah dkk (2010) upaya mengurangi mortalitas dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti yaitu upaya mengurangi kematian ayam dengan tindakan isolasi, pengawasan lalu lintas, dan tindakan sanitasi. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, kematian ayam juga disebabkan oleh cuaca. Menurut Kusnadi dan Rachmat (2010) upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi kematian ayam akibat cuaca kususnya cuaca panas adalah dengan menggunakan suplementasi kunyit dalam ransum pakan. Akan tetapi sama halnya dengan strategi diversifikasi, strategi preventif ini juga tidak dapat menjadikan risiko menjadi nol. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumbersumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam mendukung penelitian yang dilakukan. Konsep Risiko Risiko terjadi ketika hasil yang kita harapkan (expected return) tidak sesuai dengan keadaan aktual. Risiko menurut Harwood et al (1999) adalah kemungkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berurangnya

22 10 kesejahteraan seseorang. Risiko menurut Robison dan Barry (1987) adalah suatu kejadian merugikan perusahaan dimana peluang dari terjadinya kejadian tersebut dapat diukur oleh perngambil keputusan di perusahaan tersebut. Adanya risiko dalam suatu usaha sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian (uncertainty) dapat mempengaruhi risiko yang akan dihadapi sebuah perusahaan, akan tetapi risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Peluang terjadinya sebuah risiko dapat diperhitungkan sedangkan peluang terjadinya ketidakpastian tidak dapat diperhitungkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang dapat merugikan perusahaan, hasil yang diperkirakan oleh perusahaan tidak sesuai dengan pencapaian perusahaan. Risiko ditentukan oleh besar atau kecilnya penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan maka risiko yang dihadapi perusahaan. Sebaliknya, jika penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan semakin kecil maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut semakin kecil. Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan yang bernilai negatif. Beberapa ukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Varian dan standar deviasi merupakan ukuran absolute dan bukan merupakan indikator tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya risiko sebuah usaha adalah dengan mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan untuk mendapatkan per rupiah return. Besarnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan untuk mendapatkan return sebesar satu rupiah disebut dengan koefisien variasi (coefficient variation). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, risiko biasanya berhubungan dengan produksi, pasar dan pemasaran, kelembagaan dan finansial. Jenis-Jenis risiko yang dihadapi pengusaha khususnya petani (Harwood et al.1999, Moschini. 1999) seperti berikut: a. Production Risik (Risiko Produksi) Risiko produksi terjadi diindikasikan oleh adanya ketidaksesuaian antara produksi yang dihasilkan dengan produksi yang sudah diperkirakan sebelumnya. Risiko produksi terjadi jika hasil yang diperoleh oleh sebuah usaha lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Risiko produksi merupakan risiko yang lebih sering dihadapi oleh pelaku bisnis pertanian di sektor onfarm daripada sub sektor lainnya. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan biasanya bersumber dari serangan hama penyakit, perubahan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dll. b. Marketing Risk (Risiko Pasar atau Harga) Risiko pasar adalah salah satu risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan agribisnis khususnya yang bergerak di bidang budidaya tanaman musiman. Risiko pasar atau harga disebabkan oleh adanya perubahan harga output dan juga harga input setelah produksi sudah dijalankan. Jangka waktu produksi produk-produk pertanian yang cukup panjang menyebabkan perubahan-perubahan harga sering

23 11 terjadi. Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan petani tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasaran. c. Institutional Risk (Risiko Kelembagaan) Risiko kelembagaan merupakan risiko yang disebabkan oleh munculnya kebijakan-kebijakan yang membuat perusahaan kesulitan dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Risiko kelembagaan juga dapat mempengaruhi harga hasil pertanian dan juga harga input pertanian. Perubahan kebijakan dan peraturan sangat berpengaruh pada sektor pertanian. Salah satu contohnya adalah peningkatan kuota impor dapat memunculkan masalah bagi produsen dalam negeri. Risiko kelembagaan dapat member dampak pada risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko keuangan. d. Financial Risks (Risiko Finansial) Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan finansial dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakan. Contoh dari risiko finansial adalah adanya piutang tak tertagih, perubahan biaya secara tibatiba, peningkatan suku bunga secara tiba-tiba juga dapat menjadi sumber terjadinya risiko keuangan, dll. e. Human Resource Management Risks (Risiko Sumberdaya Manusia) Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan optimal. Risiko suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang bekerja dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian. Risiko sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan produksi sehingga dapat mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Manajemen Risiko Risiko adalah kejadian yang berpotensi memberikan kerugian bagi perusahaan. Peluang terjadinya kejadian tersebut dapat diukur. Pengukuran risiko penting dilakukan untuk menentukan strategi yang dapat diambil untuk menghindari atau mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Penentuan strategi yang dilakukan oleh perusahaan disebut dengan manajemen risiko. Proses pengolaan risiko mulai dari proses identifikasi, pengukuran risiko, pemetaan risiko sampai pada pengambilan strategi pengendalian risiko disebut dengan manajemen risiko. Menurut Harwood et al (1999) manajemen risiko merupakan keputusan untuk memperbaiki sumberdaya yang dimiliki perusahaan, mengadopsi teknologi baru ataupun melakukan kontrak produksi ataupun pemasaran dengan pihak lain. Tujuan dari kegiatan diatas adalah untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Moschini dan Hennessy (1999) menjelaskan bahwa manajemen risiko bertujuan untuk mengontrol dampak yang mungkin dihadapi oleh perusahaan karena adanya risiko. Manajemen risiko tidak bertujuan untuk meningkatkan expected return akan tetapi untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Melalui manajemen risiko perusahaan dapat membuat metode tertentu agar suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan ataupun risiko-risiko

24 12 dari sebuah portofolio. Menurut Kountur (2008) dalam memanage sebuah risiko kususnya risiko produksi tahapan yang perlu dilakukan adalah: a. Pengukuran risiko Pengukuran risiko dilakukan untuk menentukan derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam manajemen risiko. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko ada bermacam-macam. Beberapa peneliti menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation dalam pengukuran risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan. b. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan prioritas risiko. Prioritas risiko ditentukan oleh probabilitas dan dampak yang disebabkan oleh risiko. Hasil perkalian antara probabilitas dan dampak risiko ditemukan status risiko. Status risiko dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko. Pembagian kuadran berdasarkan dampak dan probabilitas dapat dilihat pada Gambar 1. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 1. Peta risiko Sumber: (Kountur 2008) Kuadran satu merupakan kuadran dimana risiko memiliki probabilitas yang tinggi, akan tetapi dampak yang ditimbulkan berada di batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Kuadran dua merupakan risiko yang memiliki probabilitas yang tinggi dan dampak yang disebabkan juga tinggi yaitu melebihi batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemetaan risiko pada kuadran tiga adalah risiko yang memiliki probabilitas yang kecil dan dampak yang disebabkan juga kecil. Kuadran empat merupakan kuadran dimana risiko memiliki probabilitas yang kecil akan tetapi dampak yang disebabkan besar.

25 13 Konsep Penanganan Risiko Seperti sudah diungkapkan sebelumnya bahwa risiko dapat merugikan bagi perusahaan, oleh sebab itu perusahaan perlu melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan berdasarkan pemetaan risiko yang telah dilakukan. Menurut Kountur 2008 terdapat dua strategi dalam menangani risiko, yaitu: a. Preventif Preventif merupakan salah satu strategi yang dapat digunakanan dalam pengendalian risiko. Preventif bertujuan untuk mengurangi probabilitas dari sebuah risiko. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber-sumber risiko yang memiliki probabilitas besar. Sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran satu dan dua merupakan sumber risiko yang membutuhkan penanganan preventif. Strategi preventif dilakukan agar sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran satu dan dua bergeser ke kuadaran tiga dan empat. Pergeseran sumber-sumber risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 2. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 Besar Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 2. Peta preventif risiko Sumber: Kountur (2008) Sebuah perusahaan dapat melakukan pencegahan agar risiko tidak terjadi. Pencegahan dapat dilakukan melalui: 1. Perbaikan sistem. 2. Perbaikan dan mengembangkan sumberdaya manusia. 3. Memperbaiki fasilitas fisik. b. Mitigasi Penanganan risiko dilakukan agar dampak yang disebabkan oleh risiko tersebut tidak terlalu besar. Selain dengan pencegahan, penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan agar dampak yang disebabkan oleh risiko tidak terlalu besar. Mitigasi merupakan strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari sebuah risiko. Mitigasi dapat dilakukan untuk menangani sumber-sumber risiko yang memberi dampak besar. Sumber-sumber risiko yang memiliki dampak besar adalah sumber risiko yang berada pada

26 14 kuadran dua dan kuadran empat. Ada beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari risiko: 1. Diversifikasi Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko adalah dengan cara menempatkan aset di beberapa tepat/unit usaha agar risiko tidak menyebabkan aset perusahaan habis. Risiko dalam bisnis dapat dikurangi dengan melakukan beberapa unit bisnis. Penempatan aset di beberapa tempat dapat menghindari perusahaan dari kerugian besar jika salah satu unit bisnis tersebut mengalami kerugian atau bahkan bangkrut. Namun demikian, dalam melakukan diversifikasi perusahaan sebaiknya melakukan usaha yang masih berhubungan dengan bisnis utama. Hal ini dilakukan karena pembukaan usaha baru membutuhkan dana yang sangat besar. Alasan lain dari pemilihan usaha dalam diversifikasi adalah harus disesuaikan dengan SDM (sumber daya manusia) yang dimiliki perusahaan. 2. Penggabungan (Merger) Pola lain dalam penanganan risiko adalah dengan cara menggabungkan perusahaan dengan pihak perusahaan lain biasanya dalam bentuk akuisisi. Merger adalah penggabungan badan usaha dengan cara mengambil alih secara langsung kekayaan bersih (net asset) satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mengambil alih kekayaan bersih perusahaan lain tetap mempertahankan identitasnya dan melanjutkan usaha sebagai satu kesatuan ekonomi yang lebih besar. Merger dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko yang dapat dihadapi perusahaan tersebut. 3. Integrasi Vertikal (Vertical Integration) Menurut Harwood et al (1999), salah satu strategi untuk mengatasi risiko dengan pertanian adalah dengan integrasi vertikal. Integrasi vertikal adalah dengan mendisitribusikan output dari sebuah unit bisnis menjadi input bagi unit bisnis lainnya. Contoh penerapan integrasi vertikal adalah petani yang menghasilkan jagung menggunakan hasil panen mereka untuk menjadi pakan pagi ternak yang mereka miliki. Integrasi vertikal tersebut dapat menghindari kedua unit bisnis tersebut dari risiko harga output dan juga risiko harga input. 4. Kontrak Produksi (Production Contracts) Menurut Harwood et al (1999) kontrak produksi dapat mengurangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan kususnya risiko produksi. Kontrak produksi menwajibkan pemberi kontrak (perusahaan yang akan menjadi pembeli produk yang diproduksi) melakukan kontrol pada proses produksi dari komoditas atau produk tersebut. selain melakukan kontrol pada proses produksi, pada sistem kerjasama kontrak produksi mengharuskan pihak pemberi kontrak menyediakan input bagi perusahaan. Sehingga dengan demikian input yang diperoleh oleh petani lebih berkualitas. 5. Kontrak Pemasaran (Marketing Contracts) Risiko harga merupakan risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan yang menghasilkan komoditi pertanian kususnya komoditi yang bersifat musiman.

27 15 Menurut Harwood et al (1999) strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko harga adalah dengan melakukan kontrak pemasaran. Kontrak pemasaran adalah perjanjian tertulis antara produsen atau petani dengan pembeli dimana perjanjian tersebut dibuat sebelum panen. 6. Asuransi Asuransi tidak dapat mengurangi probabiltas sebuah risiko. Asuransi adalah cara pengurangan dampak risiko dengan mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak lain. Dampak risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan akan berkurang karena adanya pihak lain dalam hal ini perusahaan asuransi yang akan menanggung sebagian dari kerugian sebagai dampak risiko. Mitigasi diharapkan dapat menggeser sumber-sumber risiko yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran dua dan empat ke kuadran satu dan tiga. Pergeseran sumber-sumber risiko dengan adanya strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 3. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 Besar Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 3 Peta mitigasi risiko Sumber: Kountur 2008 Kerangka Pemikiran Operasional Sebuah kegiatan bisnis termasuk pertanian adalah kegiatan mengelolah sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Akan tetapi sebagaimana perusahaan pertanian lainnya, peternakan ayam ras pedaging menghadapi potensi kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi dapat disebabkan oleh kesalahan selama proses produksi atau disebabkan oleh faktor lingkungan seperti cuaca, hama dan penyakit. Dengan adanya risiko produksi, peternakan ayam ras pedaging khususnya yang berada di daerah Kecamatan Pamijahan tidak akan memperoleh profit maksimum seperti yang sudah direncanakan Untuk memperbaiki kinerja perusahaan, peternakan ayam ras pedaging maka perlu dianalisis risiko yang dihadapi perusahaan khususnya risiko produksi. Dengan melakukan analisis terhadap risiko perusahaan dapat mengetahui kerugian yang ditanggung perusahaan karena disebabkan oleh risiko produksi. Kerugian yang disebabkan oleh risiko produksi dapat dilihat dari adanya penyimpangan antara produksi yang direncanakan dengan produksi real yang dihasilkan oleh

28 16 perusahaan setiap periode produksi. Untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dapat digunakan metode yang umum digunakan yaitu variance, standard deviation dan coefficient variance. Selain itu jika tujuan dari analisis risiko adalah untuk melakukan pemetaan, maka metode yang dapat digunakan adalah dengan identifikasi sumber-sumber risiko, perhitungan probabilitas masing-masing sumber risiko, perhitungan dampak kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko serta melakukan pemetaan sumber sumber risiko. Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 4. Risiko produksi ayam ras Pedaging karena cuaca, hama dan predator, penyakit. Mortalitas Probabilitas sumber risiko Dampak sumber risiko Z-Score VaR Status risiko Pemetaan risiko Strategi penanganan risiko Gambar 4. Kerangka pemikiran operasional penelitian analisis risiko produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan

29 17 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di peternakan ayam ras pedaging berlokasi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan responden sepuluh peternak yang berada di beberapa desa di Kecamatan Pamijahan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan daerah yang memiliki populasi ayam ras pedaging tertinggi (Lampiran 1). Alasan lain pemilihan lokasi tersebut adalah karena selama ini belum ada penelitian mengenai analisis risiko produksi pada peternakan di daerah tersebut tersebut. Pemilihan responden juga dilakukan secara purposive dengan pertimbangan ketersediaan data yang dibutuhkan oleh penulis dan juga kesediaan para responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Mei hingga bulan Juni Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha peternakan, karyawan peternakan dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam ras pedaging yang berada di daerah Kecamatan Pamijahan. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan ayam yang tidak didokumentasikan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi perusahaan, jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara. Data produksi yang digunakan dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang risiko produksi melainkan data cross section. Keterbatasan data tersebut menyebabkan data mortalitas ayam akibat dari masing-masing risiko tidak dapat dilihat dari waktu ke waktu. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan responden juga dilakukan dengan sengaja (purposive), dimana responden yang akan dipilih adalah sepuluh peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan yang memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang akurat tentang peternakan ayam ras pedaging di daerah tersebut. Beberapa

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU NIKEN INDRASARI B100100047 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ryandi Simanjutak (2013) dengan judul Risiko Produksi Apyam broiler Pada Peternakan Di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG SKRIPSI RIZKI AMELIA H 34080043 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 1. VISI : Terwujudnya peningkatan kontribusi subsektor peternakan terhadap perekonomian. 2. MISI : 1. Menjamin pemenuhan kebutuhan produk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT MANGAPUL DAVID H34114040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA ERIF FARM DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SITI ROCHMAH

RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA ERIF FARM DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SITI ROCHMAH RISIKO PRODUKSI SUSU SAPI SEGAR PADA ERIF FARM DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SITI ROCHMAH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh : Yusmichad Yusdja Rosmijati Sajuti Wahyuning K. Sejati Iwan Setiajie Anugrah Ikin Sadikin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci