Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Tentara dan PNS di Instansi Militer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Tentara dan PNS di Instansi Militer"

Transkripsi

1 Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Tentara dan PNS di Instansi Militer Anissa F Wardhani & Dewa Fajar Bintamur Program Studi S1 Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia afwardhani@gmail.com Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar pada tentara dan PNS di instansi militer berdasarkan jenis golongan jabatan dengan menggunakan alat ukur Basic Psychological Needs Scale (BPNS). Partisipan penelitian ini berjumlah 277 orang yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik variabel status pekerjaan ataupun variabel jenis golongan tidak berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar. Hasil penelitian ini juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar antara tentara dan PNS yang dipengaruhi oleh interaksi antara variabel status pekerjaan dan jenis golongan. Berdasarkan penemuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar yang signifikan, baik pada dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan antara tentara dan PNS di instansi militer dan berdasarkan golongan. Kata kunci: pemenuhan kebutuhan psikologis dasar; kemandirian; kompetensi; keterhubungan Differences of Basic Psychological Need Fulfillment between Soldiers and Civil Servant in Military Institution Abstract The objective of this research is to examine the difference of basic psychological needs fulfillment between soldiers and civil servants in Military Institution based on work level measured by Basic Psychological Needs Scale (BPNS). Data were gathered from 277 respondents using the accidental sampling method. The result showed that work status and work level have no significant influence to basic psychological needs fulfillment. There were also no differences of basic psychological needs fulfillment between soldiers and civil servants that influenced by the interaction between work status and work level variabel. Based on this study, we can conclude that there are no significant differences on autonomy, competency, and relatedness between soldiers and civil servants in imilitary institution based on levels. Keywords: basic psychological needs fulfillment; autonomy; competency; relatedness 1

2 2 PENDAHULUAN Di dalam instansi militer yaitu TNI, terdapat dua pegawai negeri yang terdiri dari tentara dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Kedudukan PNS di instansi militer merupakan komplemen yang memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dengan tentara (PNS TNI merupakan Komplemen dari Prajurit, 2010). Keberadaan PNS di instansi militer merupakan bagian yang tidak terpisahkan satu sama lainnya dan secara bersama-sama dengan tentara mengabdi kepada negara di bidang pertahanan. Dua pegawai tersebut memiliki persamaan dalam lingkungan kerja, tanggung jawab menyelesaikan tugas, dan kesetaraan dalam bekerja sesuai golongan jabatan yang dimiliki. Dalam penugasannya, PNS di instansi militer lebih diarahkan pada bidang administrasi, pelayanan, dan bidang lain sesuai keahlian yang dimilikinya untuk mendukung kelancaran serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas tentara.penggunaan PNS di lingkungan militer merupakan pertimbangan adanya beberapa jabatan tertentu yang lebih efektif dan efisien dijabat oleh PNS yang dapat menjamin kontinuitas pelaksanaan tugas pokok instansi, karena tugas yang diberikan bersifat stasioner, yang berarti tidak terkena alih tugas secara geografi. Kemudian PNS sebagai komplemen di sini juga berarti rekan kerja yang telah disejajarkan atau disetarakan dengan tentara (Kolonel Kes. Sriyanto, komunikasi personal, 14 April 2014). Persamaan golongan atau kedudukan pada tentara dan PNS di instansi militer terkadang menjadi penghambat karir bagi PNS di instansi militer, karena PNS tidak pernah terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat pimpinan (eselon III ke atas). Hal ini menjadi pengaruh terhadap motivasi PNS di instansi militer dalam kehidupan pekerjaan dan seharihari, mengingat jenjang karir PNS tidak lebih baik dari tentara. Karena menurut Deci dan Ryan (2000) adanya ancaman dapat menghambat kemandirian individu, seperti menurunnya motivasi intrinsik serta kreativitas, dan lemahnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan latar belakang profesi, menyebabkan adanya perbedaan dalam job description yang merujuk pada perasaan internal diantara keduanya yang mengakibatkan munculnya perasaan dikesampingkan atau dibedakan oleh rekan kerja, atasan atau bawahan, hingga instansi. Hal ini dikarenakan dalam job description PNS, pekerjaan PNS lebih kepada tugas administratif, stasioner, dan tugas pelayanan. Sehingga hal ini menimbulkan sikap tentara yang kurang menghargaidan menganggap bahwa keberadaan PNS didalam lingkungan militer bukan sebagai rekan kerja melainkan sebagai pelengkap yang merujuk pada konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas. Adanya persoalan tersebut tidak menutup kemungkinan PNS yang

3 3 bekerja di instansi militer merasa dibedakan. Permasalahan lain yang dirasakan adalah perbedaan dari segi kedisiplinan antara tentara dan PNS yang merujuk pada perbedaan hukuman pelanggaran. Tentara merasa pelanggaran yang dilakukan PNS tidak mendapat tindakan tegas dan hukuman yang setara. Kemudian adapula masalah diluar pekerjaan seperti perbedaan gaji dan fasilitas. Masalah ini dikhawatirkan berdampak pada kinerja dan kehidupan sehari-hari tentara dan PNS militer, mengingat keduanya berada di lingkungan kerja dan lingkungan sosial yang sama. Menurut Gagne (2010) bahwa dukungan sosial di lingkungan kerja memprediksi motivasi kerja. Sehingga perlu adanya hubungan yang harmonis diantara keduanya. Dalam masalah ini, peneliti mengkaitkan tentara dan PNS di instansi militer dengan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar yang terdiri dari kebutuhan untuk mandiri, kompeten, dan terhubung dengan orang lain. Karena teori kebutuhan psikologis dasar melihat sejauh mana individu dapat memenuhi kebutuhan dalam lingkungan sosial. Menurut Deci (2001) terpenuhinya kebutuhan pekerja untuk mandiri, kompeten, dan terhubung dengan orang lain, memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan dan kesejahteraan di tempat kerja. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa perbedaan diantara keduanya disebabkan kemungkinan tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis dasar yang berdampak tidak munculnya kesejahteraan tentara dan PNS militer dalam bekerja dan kehidupan sehari-hari. Karena kesejahteraan individu di tempat kerja memiliki hubungan dengan kesejahteraan di kehidupannya (Page, 2005). Yang nantinya instansi tidak perlu khawatir dengan masalah kebutuhan primer, karena kesejahteraan individu merupakan prediktor yang tepat untuk melakukan perhitungan gaji yang sesuai, evaluasi kinerja, dan dukungan sosial (Staw, 1994). Wright dan Cropanzano (2000) juga menyatakan bahwa kesejahteraan berhubungan dengan performa kerja, pegawai yang menunjukkan performa kerja yang baik dalam organisasi seringkali juga memiliki kebahagiaan yang tinggi. Dengan demikian kepuasan ketiga kebutuhan psikologis dasar berkaitan dengan kesejahteraan individu, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar diantara tentara dan PNS di instansi militer yang nantinya berdampak kepada kesejahteraan keduanya secara seimbang dan kedepannya dapat melaksanakan serta menyelesaikan tugas instansi dengan kerjasama yang baik.

4 4 TINJAUAN TEORITIS Teori Kebutuhan Psikologis Dasar Teori kebutuhan psikologis dasar merupakan salah satu mini teori dari teori besar determinasi diri yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan psikologis dasar individu. Dalam kerangka teori determinasi diri, kebutuhan didefinisikan sebagai nutrisi, yaitu asupan yang penting untuk keberlangsungan pertumbuhan, integritas, dan kesejahteraan individu (Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan bawaan yang melekat pada sifat manusia, bukan suatu kebutuhan yang dipelajari (Deci & Ryan, 2000). Berdasarkan definisi kebutuhan pada perspektif teori determinasi diri, kebutuhan psikologis dasar didefinisikan sebagai kebutuhan yang bersifat bawaan dan universal pada level psikologis untuk memenuhi nutrisi yang memunculkan keberlangsungan pertumbuhan, integritas, dan kesejahteraan individu (Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan akan tiga elemen dasar ini dinyatakan sebagai akar kebutuhan jika dibandingkan dengan kebutuhan psikologis lainnya, seperti self-esteem, purposefulness, dan meaningfulness (Evans, 2009). Terdapat tiga kebutuhan psikologis dasar manusia yang terdiri dari kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk kompeten (need for competency), dan kebutuhan (need for relatedness) untuk terhubung dengan orang lain (Deci & Ryan, 2000). Berikut kebutuhan psikologis dasar, 1. Kemandirian Kemandirian merupakan sebuah perasaan bahwa individu dapat mengendalikan kehidupannya sendiri (King, 2011). Kebutuhan ini mengacu pada kebutuhan individu untuk merasakan bahwa tingkah lakunya berasal dari dirinya sendiri (Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan individu untuk menjadi self-determined, yang berartiindividu memiliki pilihan dalam memulai, mempertahankan, dan meregulasi kegiatan yang ia lakukan (Ryan & Deci, 2002). Kebutuhan ini bertujuan untuk individu dapat membuat suatu keputusan sendiri dan bebas melakukan suatu aktivitas tanpa terkait dengan peraturan eksternal (kontrol dari orang lain) yang berkenaan dengan area-area dalam kehidupan yang penting bagi individu tersebut (Deci & Ryan, 2000). Akan tetapi bukan berarti menjadi mandiri tidak lepas dari pengaruh orang lain, melainkan adanya perasaan pada individu bahwa dirinya memiliki pilihan dalam menentukan tingkah lakunya, baik tingkah laku yang muncul dari diri sendiri maupun bentuk respon atas keinginan orang lain (Deci & Vansteenkiste, 2004).

5 5 2. Kompetensi Kompetensi merupakan kebutuhan untuk merasa berhasil dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya serta mendapatkan kesempatan untuk melakukan dan menunjukkan kapasitas dirinya (Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan ini berkonsentrasi pada kemampuan menggunakan peluang untuk berlatih, memperluas dan mengekspresikan kemampuan seseorang (McGregor, 2010). Kebutuhan kompetensi ini dapat dipenuhi saat individu merasa bahwa ia mampu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan atau diharapkan (Reise, et al, 2000 dalam King, 2011). Kompetensi mengarahkan individu untuk mempertahankan dan meningkatkan keterampilan serta kemampuan diri secara kontinu dengan melakukan suatu kegiatan (Ryan & Deci, 2002). Kebutuhan ini tercermin dari kecenderungan individu untuk mengejar tantangan yang melewati tingkat keberfungsian individu dengan kegiatan yang dapat mengembangkan rasa percaya diri dan harga dirinya (Ryan & Powelson, 1991). 3. Keterhubungan Kebutuhan keterhubungan merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam sebuah hubungan yang hangat dengan orang lain (King, 2011). Kebutuhan akan keterhubungan dengan orang lain mengacu pada perasaan individu yang merasa diperhatikan dan dapat memperhatikan orang lain (Ryan & Deci, 2002). Beberapa psikolog mengatakan bahwa hubungan antar individu merupakan sumber motivasi yang terkuat (King, 2011). McGregor (2010) menyatakan bahwa individu akan merasa paling terhubung dengan sekitarnya ketika ia merasa diperhatikan dan signifikan bagi orang lain. Karena apabila individu merasa dirinya terkucilkan, kemungkinan besar ia akan menunjukkan perilaku negatif yang cenderung bersifat merusak diri sendiri (King, 2011). Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Dasar Berdasarkan teori determinasi diri, tingkah laku manusia dipengaruhi oleh interaksi individu dengan konteks sosialnya. Konteks sosial yang berbeda seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan pekerjaan dapat memberikan atau menghambat kesempatan individu untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasar (Ryan & Deci, 2002). Karena individu akan melakukan kegiatan, melakukan pencapaian tujuan, dan menjalin hubungan dengan orang lain yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan psikologis dasarnya (Deci & Ryan, 2000). Konteks untuk mendukung kemandirian individu adalah konteks yang menyediakan pilihan, memberikan kesempatan individu memilih, memberikan umpan balik yang sesuai serta kompeten, meminimalkan hadiah eksternal, dan evaluasi yang menekan (Reeve & Jang,

6 6 2006). Kemandirian dikembangkan saat individu mendapatkan dukungan untuk mandiri, yaitu memberikan kebebasan kepada individu untuk menentukan perilaku yang mereka lakukan (Deci & Ryan, 2000). Strategi motivasi seperti pemberian hadiah, imbalan, dan ancaman dapat menghambat kemandirian individu, seperti menurunnya motivasi intrinsik serta kreativitas, dan lemahnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah (Deci & Ryan, 2000). Dalam konteks kerja, para pekerja diberikan kesempatan dalam mengembangkan kompetensinya melalui tugas yang diberikan tempat ia bekerja. Selain melalui tugas, pekerja akan memiliki perasaan untuk kompeten karena saat melaksanakan dan menyelesaikan tugas ada proses yang terjalin didalamnya, seperti diskusi dengan rekan kerja hingga pujian dari orang sekitar. Kebutuhan untuk kompeten dapat didorong saat individu merasakan bahwa lingkungannya optimal dalam menyediakan informasi tentang cara yang efektif mencapai hasil yang diinginkan (Deci & Ryan, 2000). Kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain meliputi kehidupan sosial lingkungan seseorang (Hetland & Hetland, 2011). Dalam konteks kerja, tempat kerja merupakan area yang memberikan dukungan sosial, karena pekerja mengahabiskan sebagian besar waktunya dan usahanya di tempat kerja antara rekan kerja, atasan, dan bawahan (Hetland & Hetland, 2011). Gagne (2010) menunjukkan bahwa dukungan sosial di lingkungan kerja memprediksi motivasi kerja seseorang. Keberfungsian manusia secara optimal tergantung pada pemenuhan tiga kebutuhan psikologis dasar (Ryan & Deci, 2000). Pemenuhan dari kebutuhan dasar ini seperti suplai makanan bergizi yang mengarahkan orang kepada perilaku sosial yang lebih kompeten, vital, dan terintegrasi (Evans, 2009). Terpuaskannya tiga kebutuhan psikologis dasar pada individu dapat menghasilkan individu yang sehat, individu dengan perkembangan psikologis yang baik, dan individu yang sejahtera (Deci & Ryan, 2000). Sejumlah penelitian menunjukan bahwa kepuasan ketiga elemen kebutuhan psikologis dasar meningkatkan kesejahteraan, sedangkan ketika ketiga elemen tersebut diabaikan, maka akan menciptakan gangguan dalam hidupnya (Kasser & Ryan, 1993, 1996; A. M. Ryan, 2000 dalam Damon, Lerner, Renninger, & Sigel, 2006). Pemuasan tersebut dapat memberikan perubahan regulasi perilaku yang awalnya tidak termotivasi secara intrinsik menjadi perilaku yang termotivasi secara intrinsik. Deaux dan Snyder (2012) menyatakan bahwa semua motivasi dan suatu pencapaian memiliki efek terhadap kesejahteraan yang berhubungan dengan pemuasan kebutuhan psikologis dasar, yang dengan kata lain kebutuhan psikologis dasar berkontribusi dalam menghasilkan perbedaan kesejahteraan setiap orang. Menurut beberapa penelitian, pemenuhuan kebutuhan psikologis dasar berkorelasi secara positif dengan kesejahteraan psikologis (Sheldon &

7 7 Niemiec, 2006), harga diri (Thogersen-Ntoumani & Ntoumanis, 2007), kepuasan hidup (Meyer, Enstrom, harstveit, Bowles, & Beevers, 2007), dan berkolerasi secara negatif dengan depresi (Wei, Philip, Shaffer, Young, & Zakalik, 2005). Keterkaitan Kebutuhan Psikologis Dasar dengan Tentara dan PNS di Instansi Militer Adanya perbedaan yang berasal dari perasaan yang dikesampingkan atau dibedakan, memberikan pengaruh kepada hubungan diantara keduanya. Dalam hal ini, adapula pengaruh dari kedudukan tentara dan PNS sebagai pekerja di instansi yang terlihat dari golongan jabatan yang bersifat strata. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan adanya ketergantungan atau lepas tanggung jawab terkait tugas. Karena PNS ataupun tentara dengan golongan jabatan rendah merasa bahwa yang memiliki tanggung jawab dari dilaksanakan atau tidaknya perintah tugas adalah atasan. Dan sebaliknya, PNS ataupun tentara dengan golongan jabatan tinggi juga merasa bahwa bawahan akan melaksanakan perintah apapun selama perintah tersebut diberikan olehnya, sehingga bila tidak dilaksanakan atasan memiliki wewenang dalam mengambil keputusan pemberian hukuman. Sehingga dapat dikatakan kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan pada pekerja di instansi belum terpenuhi. Kebutuhan akan mandiri bukan berarti harus menjadi bawahan yang dapat mengerjakan segala sesuatu atau sebaliknya menjadi atasan yang dapat memutuskan sesuatu. Akan tetapi untuk menjadi mandiri, individu memiliki pilihan dalam memulai. Dalam kasus ini bukan atas dasar perintah kerjakan kemudian baru dikerjakan, sehingga ada paksaan di dalamnya, tetapi bagaimana individu tau kapan ia harus memulai mengerjakan apa yang diminta. Kemudian individu tau mengapa ia mempertahankan apa yang dipertahankan, seperti hak, yang dampaknya pada instansi dan rekan kerja yaitu tidak ada kecurangan atau ketidakadilan dari segi tugas, jabatan, materi. Dan individu meregulasi kegiatan yang telah ia lakukan. Menjadi mandiri dibutuhkan untuk dirinya memiliki pilihan dalam menentukan tingkah lakunya, baik tingkah laku yang muncul dari diri sendiri maupun bentuk respon atas keinginan orang lain (Deci & Vansteenkiste, 2004). Meskipun berada dibawah mata rantai komando, tentara dan PNS memiliki pilihan dalam bertingkah laku untuk tercapainya kesejahteraan di dalam diri. Pada instansi militer, jelas terlihat perbedaan kompetensi pada kedua pegawai negeri tersebut, mengingat keduanya memiliki perbedaan latar belakang profesi sehingga memiliki job description yang berbeda. Akan tetapi, berbeda dengan maksud kompetensi pada kebutuhan psikologis dasar. Karena kompetensi disini merupakan kebutuhan individu untuk mengejar tantangan yang melewati tingkat keberfungsian individu dengan kegiatan yang dapat mengembangkan rasa percaya diri dan harga dirinya (Ryan & Powelson, 1991).

8 8 Kemudian di dalam lingkungan kerja, pekerja tidak lepas dengan komunikasi diantara pekerja lainnya. Hal ini disebabkan adanya tujuan yang sama. Meskipun di dalam instansi militer memiliki pekerja yang berprofesi berbeda, akan tetapi komunikasi tetap terjalin. Disini terlihat bahwa, individu membutuhkan orang lain untuk melakukan suatu kegiatan. Maka kebutuhan terhubung dengan orang lain perlu dipenuhi sehingga perasaan terkucilkan yang cenderung merusak diri tidak muncul, karena apabila muncul akan berdampak kepada kedisiplinan tentara atau PNS dalam bekerja, menghadiri kegiatan kantor, dan absen kerja. METODE PENELITIAN Masalah utama pada penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar antara tentara dan PNS di instansi militer berdasarkan golongannya. Golongan terdiri dari tiga golongan jabatan, yaitu golongan II, III, dan IV. Variabel dalam penelitian ini adalah kebutuhan psikologis dasar sebagai varibel terikat dan status pekerjaan (tentara & PNS) serta golongan jabatan (golongan II, III, IV) sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan partisipan dengan karakteristik tentara dan PNS dengan golongan II, III, dan IV. Penelitian ini mempunyai 2 hipotesis yaitu hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis null (H0). Ha Terdapat perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan yang signifikan pada alat ukur BPNS antara tentara dan PNS di instansi militer berdasarkan golongan. Sementara H0 menyebutkan tidak terdapat perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan yang signifikan pada alat ukur BPNS antara tentara dan PNS di instansi militer berdasarkan golongan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-random sampling. Teknik sampling ini digunakan karenatidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi partisipan dalam penelitian (Kumar, 2005). Peneliti mengambil sampel dengan berkordinasi terlebih dahulu dengan pekerja di bagian personil untuk mendapatkan izin pengambilan data. Kemudian pengambilan sampel tentara dan PNS militer dengan golongan jabatan yang telah ditentukan dilakukan pada saat setelah apel pagi dan waktu istirahat siang. Dikarenakan di beberapa kantor instansi militer tidak semua dapat diakses dengan mudah dalam perizinan, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada ketersediaan atau kemudahan mengakses partisipan (Kumar, 2005).

9 9 Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner secara langsung berupa hardcopy. Kuesioner yang akhirnya dapat diolah berjumlah 277 kuesioner yang terdiri dari 126 tentara dan 151 PNS di instansi militer seluruh golongan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Basic Psychological Needs Scale Basic Psychological NeedsScale (BPNS) merupakan alat ukur yang dibuat oleh Deci dan Ryan (1992) untuk mengukur derajat kepuasan yang dimiliki seseorang terhadap pemenuhan ketiga kebutuhan psikologis dasar. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana kebutuhan psikologis dasar individu terpenuhi atau tidak. Peneliti menggunakan alat ukur BPNS yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Desela (2013). Alat ukur terdiri dari 21 item yang menggambarkan 3 kebutuhan psikologis dasar manusia dengan jawaban yang diukur menggunakan skala likert dengan nilai 1 (sangat tidak sesuai) hingga 7 (sangat sesuai). Sebanyak tujuh aitem mengukur pemenuhan kebutuhan untuk kemandirian, salah satu contoh item pada alat ukur yaitu Orang-orang di kantor mengatakan bahwa saya menguasai pekerjaan saya. Lalu enam item mengukur pemenuhan kebutuhan untuk kompeten, salah satu contoh item pada alat ukur yaitu Saya merasa tidak kompeten ketika saya bekerja. Dan delapan item mengukur pemenuhan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, salah satu contoh item pada alat ukur yaitu Saya sangat menyukai orang-orang di tempat kerja saya. Uji reliabilitas pada alat ukur merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh individu yang sama saat diuji ulang menggunakan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat aitem ekuivalen yang berbeda, atau pada saat kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Uji realibilitas menggunakan internal consistency. Peneliti menggunakan alat yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Desela (2013), kemudian disebarkan kepada 325 partisipan tentara dan pegawai negeri sipil di instansi militer, dan menghasilkan 277 data yang dapat diolah. Alat ukur BPNS yang telah di uji pertama menghasilkan nilai cronbach s alpha sebesar 0,46. Menurut Kaplan dan Saccuzzo (2005), nilai realibitas minimal 0,7 hingga 0,8 sudah dianggap baik. Melihat nilai cronbach s alpha sebesar 0,46 peneliti mengatasinya dengan melihat corrected item-total correlation. Item dibawah 0,2 dihapus dan dihitung kembali untuk mendapatkan nilai signifikan (Aiken & Groth-Marnat, 2006). Signifikan berarti item dianggap memiliki daya diskriminasi yang baik. Item yang dihapus adalah item 4 (-0,509), item 5 (-0,408), item 11 (- 0,367), item 13 (-0,047), item 14 (-0,45), item 15 (-0,541), dan item 19 (0,043). Tiga item

10 10 yang dihapus yaitu item 4, item 11, dan item 14 merupakan item pada dimensi kemandirian dan empat item yang dihapus yaitu item 5, item 13, item 15, dan item 19 merupakan aitem pada dimensi kompetensi. Dari hasil perhitungan selanjutnya didapatkan nilai cronbach s alpha naik menjadi 0,843, yang berarti alat ukur sudah baik. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua macam teknik penghitungan statistik untuk menginterpretasi data penelitian yaitu statistika deskriptif untuk distribusi frekuensi, mean, standar deviasi, dan range data demografis partisipan yaitu usia, jenis kelamin, status pekerjaan (tentara dan PNS), dan golongan yang dibagi menjadi empat golongan jabatan (golongan II, III, dan IV), dan Two-way Anova untuk menguji apakah variabel status pekerjaan partisipan (PNS atau tentara), variabel jenis golongan (golongan II, III, dan IV), serta interaksi antara variabel status pekerjaan dengan variabel jenis golongan memiliki peran terhadap variabel kebutuhan psikologis dasar (kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan). HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Partisipan Dari 325 kuesioner yang disebarkan dan dikumpulkan, hanya 277 yang dapat diolah datanya oleh peneliti. Total partisipan tentara adalah 126 orang dan total partisipan PNS di instansi militer adalah 151 orang. Penyebab berkurangnya data yang dapat diolah dikarenakan tidak diisinya item-item dalam kuesioner secara lengkap oleh partisipan. Dapat diketahui bahwa sebagian besar partisipan (58%) adalah laki-laki, (55%) adalah partisipan PNS militer, dan (40%) adalah golongan IV. Seluruh partisipan berusia berkisar 24 tahun sampai 57 tahun (M = 44,23, SD = 6,924). Gambaran Kebutuhan Psikologis Dasar Partisipan Peneliti mendapatkan gambaran deskriptif statistik untuk melihat perbandingan kebutuhan psikologis dasar dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan pada tentara dan PNS yang bekerja di instansi militer berdasarkan golongan. Terdapat tiga golongan yang membedakan tingkatan jabatan, yaitu mulai dari golongan terendah golongan II, hingga golongan tertinggi golongan IV. Dengan membandingkan nilai mean, nilai mean tertinggi pada kebutuhan psikologis dasar dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan diperoleh tentara golongan IV dan PNS militer golongan IV.

11 11 Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis kebutuhan psikologis dasar dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan pada tentara dan PNS militer berdasarkan golongannya menggunakan two-way Anova. Berikut hasil analisis data. Dependent Variable F Sig. Corrected Model Kemandirian Kompetensi Keterhubungan Intercept Kemandirian Kompetensi Keterhubungan Status Pekerjaan Kemandirian Kompetensi Keterhubungan Golongan Kemandirian Kompetensi Keterhubungan Status Pekerjaan* Golongan Kemandirian Kompetensi Keterhubungan Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel status pekerjaan (PNS atau tentara) tidak berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar, baik pada komponen kemandirian, kompetensi, mau pun keterhubungan. Untuk variabel golongan juga tidak ditemukan pengaruh dari golongan II, III, atau IV terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar, baik pada komponen kemandirian, kompetensi, mau pun keterbukaan. Juga tidak ditemukan interaksi antara variabel status pekerjaan dan variabel jenis golongan terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar untuk semua komponennya. DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan psikologis dasar diantara tentara dan PNS militer. Padahal dari hasil wawancara tentara dan PNS, terdapat perbedaan perasaan dibedakan oleh rekan kerja. Melihat kondisi ini, peneliti menduga bahwa perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar tidak tampak dikarenakan selain golongan jabatan mempengaruhi ada hal lain yang mempengaruhi, yaitu

12 12 informasi gambaran situasi pekerja di instansi militer yang masih kurang mendalam dan jalur masuk profesi. Untuk jalur masuk profesi, khususnya tentara, terdapat tiga jalur masuk yang berbeda, yaitu jalur perwira melalui pendidikan 4 tahun yang berasal dari lulusan SMA/SMK, perwira karir merupakan lulusan S1, dan jalur beasiswa. Tentara yang masuk lewat jalur perwira termasuk dalam golongan III dan IV. Meskipun memiliki golongan yang sama, ada gengsi tersendiri bagi tentara yang masuk jalur perwira melalui pendidikan 4 tahun, perwira karir, dan beasiswa. Hal ini menjadikan golongan III dan IV pada tentara tidak setara. Kemudian menurut Hetland (2010) gaya kepemimpinan penting dalam memberikan perasaan untuk mandiri, kompeten, dan terhubung di tempat kerja. Gaya kepemimpinan yang dapat mencegah pemenuhan kebutuhan psikologis dasar kemandirian, kompetensi, danketerhubungan beresiko bagi kesejahteraan (Deci & Ryan, 2000). Begitu juga sebaliknya, kepemimpinan dapat menentukan bahwa kebutuhan pengikutnya terpenuhi (Hetland & Hetland, 2011). Sehingga gaya kepemimpinan juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Tempat pengambilan data juga dapat mempengaruhi hasil pada analisis ini. Kemungkinan mempengaruhi karena di setiap tempat memiliki tugas yang berbeda, jumlah pegawai yang bekerja tidak sama (proporsi tentara dan PNS), dan wilayah keberadaan kantor. Adapun komitmen kerja yang dapat mempengaruhi hasil, karena masing-masing pegawai di instansi militer diikat dengan sumpah janji dan komitmen merupakan suatu ikatan psikologis pegawai pada organisasi. Bila pegawai memiliki komitmen yang tinggi, ia akan merasa lebih memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi dan akan menampilkan produktivitas yang tinggi (Mowday, Porter, & Steers, dalam Allen & Meyer, 1997). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang telah diterjemahkan oleh Desela (2013). Dengan hasil yang menunjukkan tidak ada perbedaan pemenuhan kebutuhan psikologis diantara tentara dan PNS di instansi militer, peneliti menduga terjemahan alat ukur untuk pekerja perusahaan tidak bisa disamakan dengan pekerja di instansi militer, karena berbeda situasi dan kondisi. KESIMPULAN Hasil menunjukkan bahwa variabel status pekerjaan (PNS atau tentara) dan variabel jenis golongan (golongan II, III, dan IV) tidak berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar (dimensi kemandirian, kompetensi dan keterhubungan). Selain itu, juga tidak didapatkan interaksi antara variabel status pekerjaan dengan variabel jenis golongan terhadap

13 13 variabel kebutuhan psikologis dasar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dasar baik dimensi kemandirian, kompetensi, dan keterhubungan antara tentara dan PNS di instansi militer dan berdasarkan golongan. SARAN Terdapat beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, yaitu mengevaluasi kembali alat ukur yang digunakan, karena banyaknya penghapusan item pada alat ukur. Dengan mengevaluasi, alat ukur tidak harus dihapus melainkan diperbaiki agar reliabilitas alat ukur dan hasil lebih menunjukkan apa yang ingin diukur dari partisipan penelitian. Kemudian untuk pengambilan sampel, sebaiknya tidak hanya diperhatikan dari segi tentara atau PNS yang memiliki golongan jabatan II, III, atau IV saja, tetapi perlu diketahui juga jalur masuk profesi yang dilewati pekerja. Sehingga pada profesi dan golongan yang sama setara. Perlu adanya wawancara dan observasi pada tentara dan PNS di instansi militer untuk mengetahui informasi tentang gambaran situasi pekerja di instansi militer, mengingat sulitnya informasi yang dapat diakses secara personal, dan melihat gaya kepemimpinan di tempat kerja yang perlu jadi pertimbangan dalam pengambilan sampel, karena gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis pekerja. DAFTAR PUSTAKA Aiken, L. R., & Groth-Marnat, G. (2006). Psychological testing and assessment. Boston: Pearson Education. Allen, Natalie J., & John P, Meyer. (1997). Commitment in the Workplace, Theory, Reasearch, and Application. UK: Sage Publications. Anastasia, A. & Urbina, S. (1997). Psychologycal Testing (7th Ed.). Upper Sadle River, NJ: Prentice-Hall International, Inc. Brown, L. V. (2007). Psychology of Motivation. New York: Nova Publishers. Damon, W., Lerner, R. M., Renninger, K. A., & Sigel, I. E. (2006). Handbook of Child Psychology, Child Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Deaux, K., & Snyder, M. (2012). The Oxford Handbook of Personality and Social Psychology. Oxford: Oxford University Press.

14 14 Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Self-Determination Theory: Macrotheory of Human Motivation, development, and Health. Canadian Psychology, Deci, E., & Ryan, R. (Eds.), (2002). Handbook of self-determination research. Rochester, NY: University of Rochester Press. Deci, E. L., Ryan, R. M., Gagne, M., Leone, D. R., Usunov, J., & Kornazheva, B. P. (2001). Need satisfaction, motivation, and well-being in the work organizations of a former Eastern Bloc country. Personality and Social Psychology Bulletin, 27, Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "What" and "Why" of Goal Pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11, Deci, E. L., & Vansteenkiste, M. (2004). Self-determination theory and basic need satisfaction: Understanding human development in positive psychology. Ricerche di Psicologia, 27, Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1992). The initiation and regulation of intrinsically motivated learning and achievement. Dalam A. K Boggiano & T. S. Pittman. Achievment and motivation. New York: Cambridge University Press. Desela, Finishia. (2013). Hubungan antara pemenuhan kebutuhan dasar psikologis dan kesejahteraan di tempat kerja pada karyawan penjualan. Depok: Universitas Indonesia. Evans, P. A. (2009). Psychological Needs and Social-cognitive Influences on Participation in Music Activities. Psychology, Gagné, M., Forest, J., Gilbert, M.-H., Aubé, C., Morin, E., & Malorni, A. (2010). The Motivation at Work Scale: Validation evidence in two languages. Educational and Psychological Measurement, 70, Gravetter, F. J., & Forzano, L. B. (2009). Research Methods for The Behavioral Sciences. Canada: Thomson Learning, Inc. Hetland, H., Skogstad, A., Hetland, J. and Mikkelsen, A. (2010), Leadership and learning climate in a worksetting, European Psychologist. Hetland, H., & Hetland, J. (2011). Leadership and fulfillment of the three basic psychological needs at work. Journal of Work and Organizational Psychology, King, L. A. (2011). The science of psychology: An appreciative view (2nd ed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Kaplan, R. M. & Sacuzzo. (2005). Psychological Testing: Principles, Application, and Issues. Belmont: Thomson Wadsworth. King, L. A. (2011). The science of psychology: An appreciative view (2nd ed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

15 15 Kolonel Kes. Sriyanto, A. (2014, 14 April). Wawancara Kepala Bagian Personil DIPSI AU: Sistem Perekrutan Tentara dan PNS di Instansi Militer serta Isu Kinerja Pegawai di Instansi. (A. F. Wardhani, Pewawancara). Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners (2nd ed.). London: SAGE Publication Ltd. McGregor, G. (2010). Wellbeing in Developing Countries: From Theory to Research. Cambridge: Cambridge University Press. Meyer, B., Enstrom, m. K., Harstveit, M., Bowles, D. P., & Beevers, C. G. (2007). Happiness and despair on the catwalk: Need satisfaction, well-being, and personality adjusment among fashion models. The Journal of Positive Psychology, 2, Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2002). Overview of self-determination theory: An organismic dialectical perspective. Dalam E. L. Deci & R. M. Ryan, Handbook of self determination research (pp. 3-33). New York: University of Rochester Press. Ryan, R. M., & Powelson, C. L. (1991). Autonomy and relatedness as fundamental to motivation and education. The Journal of Experimental Education, 60 (1), Sheldon, K. M., & Niemeic, C. P. (2006). It s not just the amount that counts: Balanced need satisfaction also affects well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 91, Thogerson-Ntoumani, C., & Ntoumanis, N. (2007). A self-determination theory approach to the study of body image concerns, self-presentation and self-perceptions in a sample of aerobic instructors. Journal of health Psychology, 12, Wei, M., Philip, A. S., Shaffer, A., Young, S. K., & Zakalik, R. A. (2005). Adult attachment, shame, depression, and loneliness: The mediation role of basic psychological needs satisfaction. Journal of Counseling Psychology, 52, Wright, T. A., & Cropanzano, R. (2000). Psychological Weil-Being and Job Satisfaction as Predictors of Job Performance. Journal nf Occupational Health Psychology, 05, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (diakses 16 April 2014). Peran, Fungsi, dan Tugas. (diakses 16 April 2014). Self Determination Theory. (diakses 16 April 2014). (2010, 14 Juni). PNS TNI Merupakan Komplemen dari Prajurit. (diakses 5 mei 2014)

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Dibimbing Oleh : Dr.Ahmad Gimmy Prathama Siswandi, M.Si ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

Psikometri Reliabilitas 2

Psikometri Reliabilitas 2 Modul ke: Psikometri Reliabilitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Reliabilitas 2 TIPE-TIPE RELIABILITAS Test-Retest Reliability Alternate-Form Reliability

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii Abstrak Pemenuhan terhadap basic needs satisfaction akan mendukung siswa untuk dapat berfungsi secara optimal dalam mencapai educational outcomes. Menggunakan teori basic need satisfaction oleh Deci &

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

BAB 6. Kesimpulan dan Saran BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya tentang hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja karyawan, maka penulis mengambil

Lebih terperinci

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung

Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Aden Rahmat Afrianto, Binsar Siregar, Insan Firdaus Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CAUSALITY ORIENTATION DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

HUBUNGAN ANTARA CAUSALITY ORIENTATION DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN HUBUNGAN ANTARA CAUSALITY ORIENTATION DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN Desyana Kurniawan, Dewa Fajar Bintamur Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS ANTAR DOSEN

KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS ANTAR DOSEN Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM) KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS ANTAR DOSEN Oleh Devani Laksmi Indyastuti Universitas Jenderal Sodirman devani20092010@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

Psikometri. Reliabilitas 1

Psikometri. Reliabilitas 1 Psikometri Modul ke: Reliabilitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Apa itu Reliabilitas? reliability is a synonym for dependability or consistency Tests that

Lebih terperinci

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN MIRANDA RIZKA Z SURYA CAHYADI ABSTRAK Keputusan pelajar untuk meregulasi fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Kuesioner Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari responden yang dilakukan dengan membagikan secara langsung dan melalui mailing

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) PADA REMAJA KELAS X DI SMAN 3 MALANG A. Pendahuluan Leli Nailul Muna (11410015) Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

Abstrak. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Abstrak. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran gaya selfregulation prosocial pada narapidana tahap tiga Lembaga Pemasyarakan Wanita X di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriprif.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian dan subyek penelitian. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode pengumpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN (The relationship between followership and commitment organization among employee) Teddy Arief Akbar Pembimbing : Bertina Sjabadhyni Fakultas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN TERHADAP RASA KOMPETENS DAN KETERHUBUNGAN DOSEN-DOSEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN TERHADAP RASA KOMPETENS DAN KETERHUBUNGAN DOSEN-DOSEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN TERHADAP RASA KOMPETENS DAN KETERHUBUNGAN DOSEN-DOSEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Devani Laksmi Indyastuti 1) E-mail:devani20092010@gmail.com 1) Economics

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Sampling, Sampling Distribution, Confidence Intervals, Effect Size, dan Statistical Power SAMPLING Teknik menentukan sampel dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

27 Universitas Indonesia

27 Universitas Indonesia 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode yang digunakan dalam penelitian ini, dimulai dengan deskripsi permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 23 4. METODE PENELITIAN 4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah karyawan sales dan marketing pada perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US:

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: DAFTAR PUSTAKA Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: Wadsworth Cengage Learning. Arishanti, K. I. (2007). Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional, dan Kepuasan Kerja

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian studi deskriptif mengenai self determination of values pada mahasiswa suku Batak Karo Universitas X Bandung dilakukan untuk mengetahui self determination of values mahasiswa suku Batak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut. 25 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari: pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, subjek

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Statistika Psikologi 2 Modul ke: 14 Arie Fakultas Psikologi Memilih Uji Statistika yang Tepat Review 1 14 Suciyana S., S.Si., M.Si. Program Studi Psikologi KonsepDasar Pada penelitian terhadap pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan perangkat sosial yang terdiri dari faktor-faktor manusia dan fisik. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam pengelolaan suatu organisasi.

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 2

Psikometri Validitas 2 Modul ke: Psikometri Validitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. VALIDITAS KRITERIA 2 Validitas Kriteria Validitas Kriteria menunjukkan efektivitas suatu tes dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia 29 BAB 3 METODE 3.1 Permasalahan Penelitian Permasalahan yang akan dipertanyakan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara kesepian dan agresi pada remaja yang sedang berpacaran? 3.2

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI GENDER KARYAWAN PT. INDOMARCO PRISMATA MEDAN ABSTRAK

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI GENDER KARYAWAN PT. INDOMARCO PRISMATA MEDAN ABSTRAK Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 1, hal. 19-24 19 PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI GENDER KARYAWAN PT. INDOMARCO PRISMATA MEDAN Putri Ayu Rizki dan Rahmi Lubis Universitas Medan Area ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT Self attribute merupakan suatu hal yang dimiliki oleh individu untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer ABSTRAK CHIKA ANINDYAH HIDAYAT. Gambaran Mengenai Iklim Organisasi pada Pegawai Biro Umum Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Iklim Organisasi merupakan sesuatu yang dihayati sebagai pengaruh subjektif

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang)

SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang) SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang) Naomi Soetikno, Debora Basaria email: naomis@fpsi.untar.ac.id

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG NADIA RAHMI ANDITA ABSTRAK Manusia menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ketiga ini akan dijelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, subjek penelitian, tipe dan desain penelitian, alat ukur yang digunakan dan prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

DETERMINASI DIRI MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TAHUN ANGKATAN

DETERMINASI DIRI MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TAHUN ANGKATAN 45 DETERMINASI DIRI MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TAHUN ANGKATAN 2009-2013 Irma Ayuning Tyas 1 Gantina Komalasari 2 Eka Wahyuni 3 Abstrak Artikel ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN AININ RAHMANAWATI ABSTRAK Mahasiswa, sebagai anggota dari pendidikan tinggi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Penelitian mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung ini dilakukan dengan tujuan untuk memeroleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan 123 BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA 5.1 Simpulan Penelitian ini menemukan faktor yang mempengaruhi kontradiksi pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Self-Regulation Akademik pada siswa kelas X SMA X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah seluruh

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA AGORA Vol. 4, No. 2, (2016) 389 PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA Rossalia Mahadewi Tanuwijaya dan Dhyah Harjanti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti BAB III METODELOGIPENELITIAN Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab ini, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak perubahan pada peningkatan kualitas hidup perawat melalui kesehatan. Dengan adanya obat-obatan,

Lebih terperinci

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Self-Regulation Akademik pada siswa kelas 10 SMA X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK Motivasi dan keyakinan akan kemampuan diri masih menjadi suatu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) Rian Pri¹, Zamralita² ¹Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email : rianpri13@gmail.com ²Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG Adriyan Wicaksono, Kartika Sari Dewi* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro adriyan.wicaksono@yahoo.com

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA Oleh : Mohamad Iksan NIS : 151095156 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2015

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DASAR DAN MOTIVASI KERJA ANTARA DOSEN-DOSEN DI KABUPATEN BANYUMAS DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERBEDAAN KEPUASAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DASAR DAN MOTIVASI KERJA ANTARA DOSEN-DOSEN DI KABUPATEN BANYUMAS DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERBEDAAN KEPUASAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DASAR DAN MOTIVASI KERJA ANTARA DOSEN-DOSEN DI KABUPATEN BANYUMAS DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Devani Laksmi Indyastuti 1), Rifqi Syaefurrohman 2) E-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. TOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPECTANCY THEORY

GAMBARAN TINGKAT MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. TOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPECTANCY THEORY Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA 2015, Vol. 4, No. 1, 14-19 GAMBARAN TINGKAT MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. TOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPECTANCY THEORY Elisabeth Lasmira Utami dan Retno Triani Magister

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian 32 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, partisipan penelitian (meliputi karakteristik partisipan, teknik pengambilan sample, dan jumlah partisipan), instrumen

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Uji t Sampel Berpasangan Fakultas Psikologi (Paired-samples t-test) Program Studi Psikologi Uji t Sampel Berpasangan Membandingkan data dari dua sampel, dimana tiap partisipan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: komitmen organisasional, dan kinerja karyawan

ABSTRAK. Kata-kata kunci: komitmen organisasional, dan kinerja karyawan ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh ketiga dimensi komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitian ini terdiri atas 93 orang karyawan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA

PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA PENGARUH PERAN AYAH (FATHERING) TERHADAP DETERMINASI DIRI (SELF DETERMINATION) REMAJA Leli Nailul Muna Elok Halimatus Sakdiyah Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 79 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan berbagai temuan selama melakukan penelitian yang dianalisis menggunakan metode kuantitatif. Pembahasan ini sebagai jawaban atas permasalahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi dunia industri

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV. A. Subyek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai karakteristik subyek, jumlah subyek, dan teknik pengambilan sampel. IV. A. 1. Karakteristik Subyek Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004). 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu metode penelitian yang bekerja dengan angka, datanya berwujud bilangan

Lebih terperinci

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung 1 Arpin Epriansa, 2 Dewi Sartika 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian dilakukan pada awal bulan Mei 2017 sampai dengan pertengahan bulan Juli 2017. Berikut ini adalah uraian gambaran umum subjek berdasarkan

Lebih terperinci