KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Kerja Strategic Marketing Plus 2000

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Kerja Strategic Marketing Plus 2000"

Transkripsi

1 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Kerja Strategic Marketing Plus 2000 Kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 melibatkan unsur company (perusahaan), customer (pelanggan), competitor (pesaing), dan change (perubahan) secara terintegrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ohmae (1983) dalam Kartajaya et al. (2002) yang menyebutkan bahwa terdapat tiga pemain yang harus diperhatikan untuk menyusun strategi, yaitu company, customer, dan competitor. Ketiga elemen ini secara kolektif disebut sebagai strategic triangle. Selain itu, D Aveni (1994) dalam Kartajaya et al. (2002) menyebutkan bahwa change dalam lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah memaksa perusahaan untuk terus secara aktif merumuskan strategi guna mendapatkan sumber-sumber dalam mencapai keunggulan kompetitif. Kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 digunakan sebagai landasan untuk memodifikasi strategi dan taktik pemasaran serta meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan dilakukannya analisis Strategic Marketing Plus 2000 adalah untuk mendapatkan gambaran umum situasi lingkungan bisnis yang mempengaruhi perusahaan serta kondisi internal dari perusahaan tersebut. Lingkungan bisnis (industri) terdiri atas unsur customer, competitor, dan change yang menghasilkan Competitive Setting Profile (CSP). Sedangkan kondisi internal perusahaan disebut Company Alignment Profile (CAP) yang terdiri atas komponen strategi, taktik, dan nilai pemasaran dari perusahaan. Hasil analisis Strategic Marketing Plus 2000 bersifat kualitatif dan kuantitatif. Menurut Kartajaya et al. (2002), instrumen yang bersifat kuantitatif pada umumnya memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan dibandingkan instrumen yang hanya bersifat kualitatif. Pertama, instrumen yang bersifat kuantitatif pada umumnya lebih mudah dievaluasi reliabilitas dan validitasnya. Kedua, hasil analisis yang bersifat kuantitatif memberikan kemudahan bagi para praktisi pemasaran untuk melakukan benchmarking dan 33

2 melihat perubahan dari setiap variabel yang diukur dari waktu ke waktu. Ketiga, ketika hasil analisis eksternal dan internal dibandingkan, pengukuran secara kuantitatif akan memberikan gambaran terhadap kesenjangan yang bersifat kuantitatif pula. Dengan demikian, hasil analisis tidak hanya memberikan informasi mengenai arah kesenjangan tetapi juga besarnya jarak dari kesenjangan tersebut. Informasi seperti ini akan lebih bernilai dan sangat penting bagi top manajemen sebagai masukan untuk menentukan seberapa jauh harus melakukan modifikasi terhadap strategi dan taktik pemasaran pada perusahaan Analisis Situasi Persaingan Perusahaan dapat melihat tingkat pesaingan bisnis yang sedang dihadapinya melalui Competitive Setting Index (CSI) yang diperoleh dari analisis CSP. Terdapat lima tingkatan situasi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu: stabil (stable), terganggu (interrupted), rumit (complicated), canggih (sophisticated), dan kacau (chaos). Tabel 10 menunjukkan pergeseran situasi persaingan bisnis yang memiliki tingkat minimum 2C dan maksimum 4C berdasarkan kondisi Customer (C1), Competitor (C3), dan Change (C4). Tabel 10. Situasi Persaingan Bisnis Berdasarkan CSP Competitive Setting Stable (2C) Interrupted (2,5C) Complicated (3C) Sophisticated (3,5C) Chaos (4C) Customer (C1) Buyer Consumer Customer Client Partner Competitor (C3) None Mild Strong Wild Invisible Change (C4) None Gradual Continuous Discontinuous Surprising Sumber: Kartajaya et al. (2002) Situasi persaingan 2C menunjukkan kondisi yang bersifat stabil. Perusahaan dapat dengan tenang melayani konsumen tanpa takut terganggu dengan pesaing maupun perubahan lingkungan bisnis, karena yang berada 34

3 dalam industri hanya Customer (C1) dan Company (C2). Dengan demikian, perusahaan dapat memperlakukan konsumen hanya sebagai pembeli (buyer). Bagi perusahaan yang berada pada situasi persaingan 2C, yang terpenting adalah transaksi, bukan hubungan jangka panjang. Pembeli berada dalam posisi yang sangat lemah sehingga harus menerima produk atau jasa apapun yang dihasilkan perusahaan karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Situasi ini merupakan kondisi industri yang bersifat monopoli. Situasi persaingan yang terganggu (interrupted) terjadi bila pesaing (C3) sudah mulai ada tetapi masih lemah posisinya. Pada situasi persaingan 2,5C ini, perubahan (C4) juga sudah mulai muncul secara bertahap (gradual). Dengan demikian, perlakuan perusahaan terhadap konsumen harus mulai meningkat. Bila sebelumnya konsumen hanya diperlakukan sebagai pembeli (buyer), pada kondisi ini perusahaan memperlakukan mereka sebagai konsumen (consumer) yang tidak hanya membeli tetapi mengkonsumsi produk atau jasa yang dijual. Apabila perubahan (C4) sudah semakin kontinyu, maka pesaing (C3) menjadi kuat posisinya. Situasi persaingan pada saat seperti ini telah berubah menjadi rumit (3C). Dengan demikian, Customer (C1) harus dianggap sebagai pelanggan yang penting bagi perusahaan agar mereka tidak beralih ke pesaing. Selain itu, perusahaan harus membuat strategi bersaing yang tepat karena konsumen memiliki posisi tawar yang kuat dalam menentukan pilihan produk yang dikonsumsinya. Perubahan yang semakin sulit ditebak (discontinuous) memacu situasi persaingan bergeser dari 3C menjadi 3,5C yaitu situasi persaingan yang canggih (sophisticated). Change (C4) yang diskontinyu mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi di masa depan seakan-akan tidak berhubungan dengan masa lalu. Hal ini mengakibatkan informasi masa lalu yang biasanya digunakan untuk memprediksi masa depan menjadi kurang relevan. Situasi 3,5C membuat Competitor (C3) menjadi semakin ganas (wild) dengan melakukan strategi yang sangat berbeda dari strategi konvensional. Pada situasi persaingan ini, konsumen harus diperlakukan sebagai klien yang diperhatikan lebih dari sekedar pelanggan biasa. 35

4 Pada situasi persaingan 4C, semua komponen C telah sangat aktif. Competitor dapat menjadi tak terlihat (invisible) karena banyaknya pesaing baru yang dianggap sebagai pesaing tidak langsung, strategi pemasaran yang tidak menggunakan media massa, dan pesaing global luar negeri yang memberikan semakin banyak pilihan kepada pembeli dengan berbagai cara serta menggunakan teknologi telekomunikasi dan informasi yang canggih. Change (C4) sering kali membuat kejutan (surprise). Situasi kacau (chaos) ini menyebabkan perusahaan (C2) harus memperlakukan pelanggan sebagai mitra kerja (partner). Perusahaan tidak bisa hanya sekedar berjualan, tetapi harus berinteraksi dengan konsumen demi kepentingan bersama. Perusahaan akan berhasil memenangkan persaingan bila mengusahakan situasi win-win dengan konsumennya Analisis Tipe Orientasi Pemasaran Perusahaan Perusahaan (Company/C2) dapat melihat tipe orientasi pemasarannya melalui Company Alignment Index (CAI) yang diperoleh dari analisis CAP. Masing-masing tipe orientasi pemasaran menurut kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan faktorfaktor kunci kesuksesan tertentu (Tabel 11). Adapun karakteristik dasar dari setiap tipe orientasi pemasaran perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Production Oriented Company Perusahaan yang berorientasi produksi sesuai untuk situasi persaingan yang masih bersifat 2C (stabil). Pada tipe perusahaan ini, fungsi produksi merupakan fungsi yang paling penting, sedangkan fungsi lainnya hanya dianggap sebagai penunjang. Hal yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah efisiensi operasi, standarisasi produk, dan distribusi massal. Pada situasi persaingan 2C, tipe perusahaan yang lebih berfokus pada produksi dapat sukses karena belum ada pesaing dan tidak ada perubahan dalam lingkungan. Dalam hal ini, pembeli harus menerima produk standar yang dibuat dan membelinya di tempat yang telah ditentukan. 36

5 2. Selling Oriented Company Pada saat industri telah berubah dan situasi persaingan bergeser menjadi 2,5C (terganggu) maka perusahaan harus menitikberatkan strategi pemasarannya pada cara penjualan yang persuasif, memperhatikan fitur produk, dan meningkatkan promosi massal. Perusahaan harus selalu meyakinkan konsumen untuk membeli produk mereka dengan memperbaiki produksi secara terus menerus. Perusahaan juga harus tetap mempromosikan produk untuk menjaga loyalitas konsumen agar tidak beralih ke pesaing. Dalam hal ini, peran fungsi penjualan menjadi lebih penting dibandingkan dengan fungsi produksi. 3. Marketing Oriented Company Perusahaan yang berorientasi pemasaran dibutuhkan ketika situasi persaingan telah berubah menjadi 3C (rumit). Pada saat seperti ini, pesaing telah memiliki posisi yang kuat dan perubahan lingkungan berlangsung secara kontinyu. Hal tersebut menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan karena keberadaan informasi yang transparan. Perusahaan yang berada pada situasi ini tidak menjual produknya ke keseluruhan pasar, tetapi mulai memilih segmen pasar yang paling efektif untuk dilayani. Produk yang dibuat perusahaan harus dapat berbeda dengan produk lainnya yang ada di pasaran dan menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, perusahaan perlu melakukan promosi secara seimbang kepada pemakai langsung (end-user) serta kepada agen maupun pengecer produknya. Dengan demikian, pemasaran menjadi fungsi yang paling dominan dalam perusahaan tersebut. 4. Market Driven Company Perusahaan yang berada pada situasi persaingan 3,5C (canggih) harus menjadi spesialis untuk melayani sebuah atau beberapa fragmen pasar. Kunci sukses bagi perusahaan dalam situasi ini adalah menyediakan produk khusus, sehingga konsumen dilayani secara khusus layaknya seorang klien. Bila sebuah produk yang sama ingin dipasarkan dalam beberapa fragmen pasar, maka harus ada beberapa elemen pemasaran yang dibuat berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing fragmen pasar. 37

6 5. Customer Driven Company Perusahaan pada situasi persaingan 4C (kacau) harus memberikan pelayanan khusus terhadap konsumennya. Pelayanan tersebut harus bersifat individual sehingga produk dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu konsumen. Perusahaan harus melakukan hubungan pemasaran di mana komunikasi bersifat interaktif dua arah untuk saling bertukar informasi dengan konsumen secara terus menerus. Basis data mengenai konsumen diperlukan untuk melakukan komunikasi seperti ini. Bisnis apapun dalam situasi 4C harus menempatkan dirinya sebagai bisnis jasa yang memberikan pelayanan prima kepada konsumen. Oleh karena itu, perusahaan berada pada posisi penyedia jasa (service provider) yang melayani konsumen sebagai mitranya. Tabel 11. Tipe Orientasi Pemasaran Perusahaan dan Faktor Kunci Kesuksesannya Company (C2) Type of Company Key Successful Factors Producer (2C) Product oriented Operational efficiency Product standardization Mass distribution Seller (2,5C) Selling oriented Persuasive selling Product featuring Mass promotion Marketer (3C) Marketing oriented Market effectiveness Product differentiation Balanced promotion Specialist (3,5C) Market driven Niche selectivity Product specialization Integrated communication Service- provider (4C) Customer driven Database accountability Product customization Interactive communication Sumber: Kartajaya et al. (2002) Analisis Kesenjangan Analisis kesenjangan (gap) dilakukan dengan cara membandingkan nilai rata-rata yang didapat dari situasi lingkungan bisnis (CSI) dan faktor- 38

7 faktor internal perusahaan (CAI). Analisis kesenjangan dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui kesesuaian strategi pemasaran yang diterapkannya dengan situasi lingkungan bisnis yang dihadapi. Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil analisis ini, yaitu: 1. Apabila CAI < CSI, artinya terjadi kesenjangan negatif. Situasi ini mengharuskan perusahaan untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka mengejar ketinggalan dari setiap perubahan yang terjadi di lingkungan bisnisnya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. 2. Apabila CAI = CSI, artinya adalah kesenjangan nihil. Pada situasi ini, perusahaan berada pada titik yang sama dengan situasi lingkungan bisnis yang dihadapinya. Dengan demikian, perusahaan dinilai siap untuk menghadapi situasi persaingan yang akan terjadi di masa mendatang. 3. Apabila CAI > CSI, artinya terjadi kesenjangan positif. Bagi perusahaan yang pangsa pasarnya kecil, kesenjangan positif menunjukkan bahwa perusahaan terlalu jauh dalam melakukan tindakan antisipatif atas perubahan akibat persaingan yang akan terjadi di masa mendatang. Sedangkan bagi perusahaan yang pangsa pasarnya besar, hal ini memiliki arti yang baik, di mana perusahaan dipandang siap menghadapi situasi persaingan yang akan terjadi di masa mendatang Kerangka Kerja MER Kotler (2005) mengungkapkan bahwa pengendalian yang bersifat strategis merupakan alat yang sangat ampuh untuk mengetahui efektivitas pemasaran secara keseluruhan. Adapun pengkajian efektifitas pemasaran dilakukan berdasarkan lima dimensi berikut ini: A. Filosofi Pelanggan. Pemasaran yang efektif terjadi ketika perusahaan telah dapat melayani kebutuhan dan keinginan dari pelanggan. Selain itu, manajemen berupaya untuk menciptakan tawaran dan rencana pemasaran yang berbeda untuk segmen pasar yang berbeda. Dalam melakukan perencanaan bisnis, 39

8 manajemen mempertimbangkan seluruh sistem pemasaran yang meliputi pemasok, saluran distribusi, pesaing, pelanggan, dan lingkungan yang mempengaruhinya. B. Organisasi Pemasaran Terpadu. Perusahaan yang telah mengintegrasikan pengendalian atas fungsi-fungsi pemasaran utama dapat dikatakan sebagai organisasi yang efektif. Dalam hal ini, manajemen pemasaran telah memelihara kerja sama yang baik dengan manajemen riset, produksi, pembelian, logistik, dan keuangan. Di samping itu, pengorganisasian proses pengembangan produk baru dilakukan oleh perusahaan melalui optimalisasi pemanfaatan seluruh sumberdaya yang dimilikinya. C. Informasi Pasar yang Memadai. Efektivitas pemasaran didukung oleh pelaksanaan studi riset pemasaran secara berkala mengenai pelanggan, pengaruh pembelian, saluran distribusi, dan pesaing. Dengan demikian, manajemen akan mengetahui potensi penjualan dan profitabilitas segmen pasar, pelanggan, wilayah, produk, saluran ditribusi, serta besarnya pesanan dalam kurun waktu tertentu sehingga pada akhirnya perusahaan dapat mengukur dan meningkatkan efektivitas pengeluaran pemasarannya. D. Orientasi Strategis. Perencanaan pemasaran formal sangat penting dilakukan sebagai landasan bagi kegiatan pemasaran perusahaan. Strategi pemasaran perlu dibuat dengan orientasi jangka panjang dan dilengkapi dengan perencanaan kontingensi (plan A-plan B). E. Efisiensi Operasional. Pemasaran yang efektif terwujud jika strategi pemasaran dikomunikasikan serta diterapkan secara efektif dan efisien oleh semua orang dalam perusahaan. Dalam hal ini, manajemen harus melakukan pekerjaannya secara efektif dengan memanfaatkan seluruh sumber daya pemasaran potensial yang dimiliki perusahaan. Selain itu, manajemen harus mampu untuk beraksi cepat dan efektif terhadap perkembangan lingkungan pemasaran yang dihadapinya. 40

9 Pemilihan Strategi Pemasaran Perusahaan Menurut Kartajaya et al. (2002), strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan dibedakan berdasarkan kriteria informasi yang dibutuhkan, jenis analisis yang digunakan, dan manajemen kualitas yang dianggap paling tepat. Ketiga kriteria tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Informasi Perusahaan dalam situasi persaingan 2C hanya membutuhkan informasi mengenai produksi dan distribusi. Pada situasi persaingan 2,5C data yang dibutuhkan perusahaan sudah mencakup informasi tentang produk dan promosi. Sedangkan pada situasi 3C, data yang diolah perusahaan sudah mencakup pelanggan, pesaing, dan pasar. Selanjutnya, perusahaan yang berada dalam situasi 3,5C sudah harus mengumpulkan ekspektasi dari suatu subsegmen pasar (niche expectation) dan mengidentifikasi sensitivitas subsegmen tersebut terhadap marketing mix yang ditawarkan (mix sensitivity). Adapun perusahaan 4C sudah harus melakukan riset tentang nilai-nilai yang dibutuhkan konsumen (customer value package) dan besarnya nilai pembelian yang dapat diharapkan dari seorang pembeli seumur hidupnya (lifetime value). 2. Analisis Perusahaan 2C melakukan analisis hanya menggunakan metode variansi internal, sedangkan perusahaan 2,5C melakukan analisis perbandingan antara biaya dan manfaat dari produk yang dihasilkan. Perusahaan 3C melakukan analisis perbandingan kondisi internal perusahaan dengan situasi eksternal yang terjadi, sedangkan perusahaan 3,5C menganalisis respon pasar terhadap produk dan pemasaran yang dilakukan. Adapun perusahaan 4C melakukan analisis pada jenis-jenis nilai yang dianggap paling berharga bagi pelanggan. 3. Manajemen kualitas Sikap perusahaan dalam menangani manajemen kualitas mencerminkan kepedulian perusahaan tersebut kepada pelanggannya. Pada situasi persaingan 2C, perusahaan menganggap produk mereka selalu memuaskan karena pembeli tidak mempunyai alternatif lain. Dengan 41

10 demikian, semua produk yang dihasilkan selalu dianggap OK. Perusahaan 2,5C perlu melakukan Quality Control (QC) karena pesaing sudah mulai muncul. Perusahaan 3C harus melangkah lebih jauh dengan menjalankan Quality Assurance (QA), sedangkan perusahaan 3,5C sudah melibatkan manajemen secara total untuk mengoptimalkan quality, cost, dan delivery melalui Total Quality Management (TQM). Perusahaan 4C harus memfokuskan diri pada Total Quality Service (TQS) dengan mencari tahu value yang diharapkan pelanggan, membuat strategi pelayanan dan membuat semua karyawan sadar akan hal tersebut, meninjau kembali proses pelayanan, dan secara terus menerus memantau hasilnya Kerangka Pemikiran Operasional Keberadaan tujuh perusahaan pesaing dalam industri eksportir pasta ubi jalar berdampak negatif terhadap PT. Galih Estetika sebagai perusahaan pioneer pengekspor pasta ubi jalar ke Jepang. Persaingan dalam perolehan bahan baku dan tenaga kerja serta pemenuhan permintaan pasar telah mengakibatkan PT. Galih Estetika mengalami penurunan volume penjualan rata-rata sebesar 10,72 persen selama empat tahun terakhir yang terjadi justru ketika permintaan pasar Jepang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,56 persen/tahun. Pangsa pasar PT. Galih Estetika pun menurun dari 27,52 persen pada tahun 2006 menjadi 23,96 persen pada tahun Dalam rangka menghadapi kondisi tersebut di atas, perlu dilakukan analisis situasi persaingan bisnis sehingga PT. Galih Estetika mengetahui posisinya di dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia. Selain itu juga perlu dilakukan analisis tipe orientasi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Galih Estetika. Hal tersebut dilakukan sebagai dasar untuk melakukan pembaharuan atas strategi pemasaran perusahaan agar dapat sesuai dengan situasi persaingan yang semakin ketat akibat keberadaan tujuh perusahaan pesaing dalam industri yang ditempatinya. Analisis strategi pemasaran akan menggambarkan posisi perusahaan dalam industri dengan melihat kekuatan 4C (Customer, Company, Competitor, 42

11 dan Change) berdasarkan konsep Strategic Marketing Plus Analisis tersebut dibagi menjadi dua lingkungan, yaitu eksternal dan internal. Dalam hal ini, lingkungan eksternal PT. Galih Estetika adalah industri eksportir pasta ubi jalar ke Jepang, sedangkan lingkungan internal PT. Galih Estetika meliputi strategi, taktik, dan nilai pemasaran yang diterapkan perusahaan. Analisis industri yang dihadapi PT. Galih Estetika meliputi permintaan pelanggan (C1), situasi pesaing (C3) dan perubahan lingkungan (C4) yang terjadi. Hasil analisis akan terangkum dalam CSP yang terdiri atas tiga komponen, yaitu: (1) permintaan pelanggan yang tercerahkan, tahu informasi, dan berkemampuan; (2) situasi pesaing secara umum, tingkat agresifitas, dan kapabilitas; serta (3) perubahan teknologi, ekonomi, dan pasar. Nilai CSP berupa CSI menggambarkan situasi persaingan bisnis yang akan dihadapi perusahaan dalam lima tahun mendatang. Analisis internal PT. Galih Estetika akan terangkum dalam CAP yang terdiri atas tiga komponen, yaitu: (1) strategi segmentation, targeting, dan positioning; (2) taktik diferensiasi, bauran pemasaran, dan penjualan; serta (3) nilai brand, service, dan process. Analisis CAP menghasilkan nilai CAI yang menggambarkan bentuk orientasi pemasaran PT. Galih Estetika. Tahap selanjutnya adalah analisis kesenjangan yang membandingkan nilai CSI dengan nilai CAI. Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan hasil analisis, yaitu nilai CAI lebih besar dari CSI, nilai CAI lebih kecil dari CSI, dan tidak ada kesenjangan yaitu nilai CAI sama dengan CSI. Setelah itu, dilakukan analisis dukungan potensi sumberdaya pemasaran terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan dengan menggunakan MER. Instrumen MER terdiri atas (1) filosofi pelanggan; (2) organisasi pemasaran terpadu; (3) informasi pasar yang memadai; (4) orientasi strategis; dan (5) efisiensi operasional. Hasil dari keseluruhan analisis ini kemudian menjadi dasar dalam pemilihan alternatif strategi pemasaran yang dianggap paling efektif dan sesuai dengan situasi persaingan yang dihadapi PT. Galih Estetika. Adapun alur kerangka pemikiran operasional penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 43

12 PT. Galih Estetika mengalami penurunan penjualan dan pangsa pasar akibat persaingan antar perusahaan dalam industri pasta ubi jalar ketika permintaan pasar Jepang meningkat Bagaimana kondisi eksternal dan internal PT. Galih Estetika? Bagaimana kesesuaian strategi pemasaran PT. Galih Estetika dengan situasi persaingan yang terjadi? Bagaimana efektivitas pemasaran PT. Galih Estetika dan alternatif strategi pemasaran yang lebih sesuai dengan situasi persaingan yang dihadapi? Kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 Kerangka kerja Marketing Effectiveness Review (MER) Analisis eksternal (situasi persaingan) Analisis internal (tipe orientasi pemasaran perusahaan) Analisis efektivitas pemasaran Customer (C1) Competitor (C3) Change (C4) Company (C2) Strategi, taktik, dan nilai pemasaran Filosofi pelanggan Organisasi pemasaran terpadu Informasi pasar yang memadai Orientasi strategis Efisiensi operasional Competitive Setting Profile (CSP) Company Alignment Profile (CAP) Competitive Setting Index (CSI) Company Alignment Index (CAI) Marketing Effectiveness Index (MEI) Analisis kesenjangan (gap) Kesesuaian strategi pemasaran perusahaan dengan situasi persaingan dalam industri Alternatif strategi pemasaran yang efektif dan sesuai dengan situasi persaingan Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Strategi Pemasaran Pasta Ubi Jalar PT. Galih Estetika Kuningan, Jawa Barat 44

Lampiran 1. Kuesioner Competitive Setting Profile (CSP)

Lampiran 1. Kuesioner Competitive Setting Profile (CSP) LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Kuesioner Competitive Setting Profile (CSP) Saya Laura Reviani Bestari, mahasiswa Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian mengenai Analisis

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep dan Definisi Pemasaran Definisi mengenai pemasaran diantaranya Kotler dan Lane (2007), pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi

Lebih terperinci

Smaller World. Early Start

Smaller World. Early Start Smaller World Competitive Advantage Early Start Better Trends? 1 KONSEP DASAR PEMASARAN Pada saat belum ada persaingan atau situasi persaingan tidak keras, maka pemasaran tidak ada belum terlalu dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Situasi Persaingan (Competitive Setting Profile)

Analisis Situasi Persaingan (Competitive Setting Profile) VI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN Analisis strategi pemasaran menggambarkan posisi PT. Galih Estetika dalam industri eksportir pasta ubi jalar dengan melihat kekuatan 4C yaitu Customer (C1), Company (C2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pergerakan industri yang dinamis dari tahun ke tahun membuat para pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver dan Slater (1990),

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran

Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran Market segmentation membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik atau perilaku

Lebih terperinci

Erita Dwi Cahyani Alumni Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia. Asmai Ishak Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Erita Dwi Cahyani Alumni Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia. Asmai Ishak Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. ISSN : 1410-9018 SINERGI KA JIAN BISNIS DAN MANAJEMEN Edisi Khusus on Marketing 2005 Hal. 1-29 AUDIT PEMASARAN BERDASARKAN STRATEGIC MARKETING PLUS 2000 CV. MORINDA HOUSE BOGOR Erita Dwi Cahyani Alumni

Lebih terperinci

BAB I PERANAN PEMASARAN DALAM ABAD 21

BAB I PERANAN PEMASARAN DALAM ABAD 21 BAB I PERANAN PEMASARAN DALAM ABAD 21 Ekonomi Baru Memperhatikan apa yang konsumen miliki hari ini dan tidak mereka miliki sebelumnya : Substansi meningkatkan kekuatan pembelian. Semakin banyak pilihan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

INDUSTRI DAN PEMASARAN PERTEMUAN III MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD

INDUSTRI DAN PEMASARAN PERTEMUAN III MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD INDUSTRI DAN PEMASARAN PERTEMUAN III MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD POKOK BAHASAN KOMPONEN UTAMA STUDI PEMASARAN UNSUR BAURAN PEMASARAN STRATEGI PEMASARAN KONSEP INTI PEMASARAN MANAJEMEN PEMASARAN

Lebih terperinci

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 EMA503 Manajemen Kualitas Detail Mata Kuliah 2 Kode EMA503 Nama Manajemen Kualitas Bobot 3 sks 6623 - Taufiqur Rachman 1 Pokok Bahasan 3 Pengantar & Definisi Mutu TQM QFD Budaya Mutu Biaya Mutu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya melihat merk dan promosi yang dilakukan perusahaan. Pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya melihat merk dan promosi yang dilakukan perusahaan. Pelanggan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelanggan mempunyai orientasi yang berbeda terhadap suatu produk, tidak hanya melihat merk dan promosi yang dilakukan perusahaan. Pelanggan mulai cerdas membeli

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU 1 PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU EMA503 Manajemen Kualitas Kontrak Perkuliahan 2 Kode Mata Kuliah : EMA-503 Nama Mata Kuliah : Manajemen Kualitas Kelas/Seksi : 01 & 10 Nama Dosen : Taufiqur Rachman E-mail

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai cara dilakukan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 10 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : SEGMENTATION TARGETING - POSITIONING Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa adalah bidang usaha yang unik. Unik karena bidang usaha ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa adalah bidang usaha yang unik. Unik karena bidang usaha ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa adalah bidang usaha yang unik. Unik karena bidang usaha ini tidak menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat, digenggam ataupun dibawa pulang. Akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Konsep Pemasaran

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Konsep Pemasaran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Konsep Pemasaran Kotler (2005) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR. Oleh : VINA SORAYA A

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR. Oleh : VINA SORAYA A PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR Oleh : VINA SORAYA A21107638 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Globalisasi perdagangan

Lebih terperinci

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Ganjil 2016/2017. EMA503 - Manajemen Kualitas

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Ganjil 2016/2017. EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 EMA503 Manajemen Kualitas Detail Mata Kuliah 2 Kode EMA503 Nama Manajemen Kualitas Bobot 3 sks 6623 - Taufiqur Rachman 1 Deskripsi Mata Kuliah 3 Mata kuliah Manajemen Kualitas dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PASTA UBI JALAR PT. GALIH ESTETIKA KUNINGAN, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PASTA UBI JALAR PT. GALIH ESTETIKA KUNINGAN, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PASTA UBI JALAR PT. GALIH ESTETIKA KUNINGAN, JAWA BARAT SKRIPSI LAURA REVIANI BESTARI H34060863 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda 7P Dalam Bauran Pemasaran, Dalam komunikasi pemasaran diperlukan suatu pendekatan yang mudah dan fleksibel yang terdapat pada bauran pemasaran (marketing

Lebih terperinci

Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan

Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan Pentingnya Pelanggan Dasar dari orientasi pemasaran adalah hubungan pelanggan yang kuat Menciptakan pelanggan yang loyal adalah inti dari setiap

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk

Lebih terperinci

IT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA PASIR MUKTI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA PASIR MUKTI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT AUDIT IT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA PASIR MUKTI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI WIWI HERYAWANTI H34052063 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i

Lebih terperinci

06FTPD. Marketing. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

06FTPD. Marketing. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Marketing Fakultas 06FTPD Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

BAB XI LOGIKA PEMASARAN

BAB XI LOGIKA PEMASARAN BAB XI LOGIKA PEMASARAN Universitas Gadjah Mada 1 XV.1 Strategi pemasaran Segmentation Variabel untuk membagi pasar bergeser dan geografi, demografi, perilaku, dan akhirnya individu. Dalam keadaan 4C (Customer,

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40%

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% MANAJEMEN PEMASARAN KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% Materi Perkuliahan (1) BAGIAN 1 : MEMAHAMI MANAJEMEN PEMASARAN - Mendefinisikan Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT

ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT Oleh : RAYI ANGGORORATRI A14104097 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing Definisi Marketing menurut Kotler & Keller (2006, p. 6), adalah sebuah fungsi dari organisasi dan merupakan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran Pengertian pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN LANJUT PERENCANAAN PEMASARAN. Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA. Modul ke:

KEWIRAUSAHAAN LANJUT PERENCANAAN PEMASARAN. Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA. Modul ke: KEWIRAUSAHAAN LANJUT Modul ke: PERENCANAAN PEMASARAN Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mempelajari materi kuliah Kewirausahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin cepatnya arus komunikasi sebagai konsekuensi dari liberalisasi dan globalisasi dunia. Liberalisasi

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Bauran Pemasaran 2.1.1. Pengertian Bauran Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet )

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) Oleh : ZULYAN FIRDAUS AFIF A14105630 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi berdampak sangat besar pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi permasalahan

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis harus menghadapi tuntutan bisnis yang terus menerus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis harus menghadapi tuntutan bisnis yang terus menerus mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, suatu persaingan antara perusahaan sudah menjadi tradisi yang tidak dapat dihindari. Tetapi perusahaan yang ingin bertahan dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan jasa yang diproduksi oleh produsen umumnya kepada masyarakat, dan khususnya

BAB II LANDASAN TEORI. dan jasa yang diproduksi oleh produsen umumnya kepada masyarakat, dan khususnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Pemasaran pada dasarnya merupakan rangkaian proses memasarkan barang dan jasa yang diproduksi oleh produsen umumnya kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis distribution store atau distro di beberapa kota besar di Indonesia terus membaik. Di Jakarta, misalnya, bisnis penjualan fashion dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. HM. Sampoerna,Tbk. di masa yang akan datang akan tetap fokus pada bisnis rokok di segmen kretek dan mild dengan brand-nya yang sudah popular yaitu Dji Sam Soe dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis sesuai dengan tujuan perumusan masalah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Kata pemasaran saat ini ada diterapkan di mana-mana. Secara formal dan informal, manusia dan organisasi berbaur dalam sejumlah kegiatan yang dapat disebut pemasaran.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing Konsep daya saing berhubungan dengan kemampuan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dalam memaksimalkan pencapaian tujuan (Tamba, 2004). Untuk meraih kesuksesan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan dasar manusia. Perkembangan teknologi smartphone sangat cepat. yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya belinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan dasar manusia. Perkembangan teknologi smartphone sangat cepat. yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya belinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan satu hal yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS Pengertian Tentang Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

KERANGKA TEORITIS Pengertian Tentang Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengertian Tentang Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya terdapat individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang 5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan, yang meliputi kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran Untuk memasarkan sebuah produk, perusahaan harus menggunakan sebuah strategi agar tidak ada kesalahan dalam memasarkan produk. Perusahaan terlebih dahulu harus

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU PERTEMUAN #1 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Materi #1 EBM503

Lebih terperinci

IMC 2. Penerapan tujuan IMC menjadi rangkaian program jangka panjang dan jangka pendek. Berliani Ardha, SE, M.Si

IMC 2. Penerapan tujuan IMC menjadi rangkaian program jangka panjang dan jangka pendek. Berliani Ardha, SE, M.Si Modul ke: IMC 2 Penerapan tujuan IMC menjadi rangkaian program jangka panjang dan jangka pendek Fakultas Komunikasi Berliani Ardha, SE, M.Si Program Studi Advertising & Marketing communication Pink flowers

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication II

Integrated Marketing Communication II Modul ke: Integrated Marketing Communication II Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication www.mercubuana.ac.id New Product Development

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, membuat perusahaan penyedia alat telekomuniasi (handphone)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, membuat perusahaan penyedia alat telekomuniasi (handphone) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin berkembang, membuat perusahaan penyedia alat telekomuniasi (handphone) bersaing ketat. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa melalui berbagai produknya. Banyaknya bank yang berdiri,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa melalui berbagai produknya. Banyaknya bank yang berdiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Saat ini perbankan telah memasuki persaingan berskala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Novianthi (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Novianthi (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara 26 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. Penelitian Terdahulu Novianthi (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Deferensiasi Dengan Keputusan Menggunakan Jasa Logistik di PT. Pos Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran yang tidak efektif (ineffective

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran yang tidak efektif (ineffective BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi menuntut kinerja yang sempurna dari setiap proses yang dijalankan oleh perusahaan. Pemasaran tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK MARKETING

ANALISIS ASPEK MARKETING ANALISIS ASPEK MARKETING Pemasaran/Marketing Adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara perusahaan, baik antar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Sehingga setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Jasa Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi terhadap cara mereka melayani konsumen, menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi semakin ketat dan terbuka. Mengingat kondisi persaingan yang dihadapi sekarang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN Oleh: Didik Darmanto Manajemen didix_11maret@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya unit usaha yang lahir dengan berbagai jenis usaha akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya unit usaha yang lahir dengan berbagai jenis usaha akhir-akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya unit usaha yang lahir dengan berbagai jenis usaha akhir-akhir ini, menunjukkan geliat ekonomi masyarakat semakin baik, dan sebaliknya pula seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan baik usaha dagang dalam penyediaan barang maupun UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan baik usaha dagang dalam penyediaan barang maupun UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat. Banyak usaha yang bermunculan baik usaha dagang dalam penyediaan barang maupun pelayanan jasa. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan masa kini sedang mengalami persaingan terberat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan masa kini sedang mengalami persaingan terberat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perusahaan masa kini sedang mengalami persaingan terberat yang pernah mereka hadapi, karena mereka beralih dari filosofi produk (produk masal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi persaingan yang semakin tinggi dan kompetitif tidak dapat dihindarkan. Situasi ini

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Kotler (2005) menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Kotler (2005) menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Kotler (2005) menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya terdapat individu dan kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK MARKETING. Business Plan Template

ANALISIS ASPEK MARKETING. Business Plan Template ANALISIS ASPEK MARKETING Business Plan Template Pemasaran/Marketing Adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan konsep kualitas hubungan, orientasi pelanggan, kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan

Lebih terperinci

KONSEP PEMASARAN. a. Production concept b. Product concept c. Selling concept d. Marketing concept

KONSEP PEMASARAN. a. Production concept b. Product concept c. Selling concept d. Marketing concept Nur Arifah, SKM, MA DEFINISI PEMASARAN Pemasaran berkenaan dengan distribusi actual produk dan proses pembelian serta penjualan; termasuk di dalamnya semua proses transportasi, penyimpanan, pemeriksaan,

Lebih terperinci

STRATEGI-STRATEGI PEMASARAN Menarik, Mempertahankan dan Menumbuhkan Pelanggan

STRATEGI-STRATEGI PEMASARAN Menarik, Mempertahankan dan Menumbuhkan Pelanggan STRATEGI-STRATEGI PEMASARAN Menarik, Mempertahankan dan Menumbuhkan Pelanggan Pemasaran Relasional dengan Pelanggan Supaya berhasil dalam persaingan di pasar yg sangat sengit sekarang ini, perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses perkembangan dunia usaha semakin pesat sekarang ini menyebabkan persaingan pasar semakin ketat. Dengan adanya persaingan pasar yang ketat ini sebuah

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication (IMC) : Pengantar Umum

Integrated Marketing Communication (IMC) : Pengantar Umum BAB 1 PENDAHULUAN Modul ini merupakan kerja Tim yang tergabung dalam tim Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran). Marketing communication merupakan salah satu unsur penting dalam proses pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan segala lini perusahaan pada masa kini merupakan hasil pengelolaan yang baik dalam tiap-tiap lini perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Segmenting, Targeting, Positioning Menurut Kotler (2001, p244), karena begitu banyaknya jenis konsumen yang berbeda-beda dengan beragam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian tujuan sangat bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia usaha Tour & Travel saat ini yang tidak lepas dari persaingan dengan para pelaku usaha sejenis, menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci