SKRIPSI. Oleh : : Ni Putu Ida Yuni Astuti. : Pendidikan Sejarah JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh : : Ni Putu Ida Yuni Astuti. : Pendidikan Sejarah JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL"

Transkripsi

1 SKRIPSI TRADISI NGEREBONG DI DESA PAKRAMAN PETILAN KESIMAN, DENPASAR TIMUR, BALI ( LATAR BELAKANG SEJARAH, PELAKSANAAN SISTEM RITUAL DAN ASPEK ASPEK RITUAL SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Oleh : Nama : Ni Putu Ida Yuni Astuti NIM : Jurusan : Pendidikan Sejarah JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016

2 TRADISI NGEREBONG DI DESA PAKRAMAN KESIMAN, DENPASAR TIMUR, BALI (LATAR BELAKANG SEJARAH, PELAKSANAAN SISTEM RITUAL DAN ASPEK ASPEK RITUAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH Ni Putu Ida Yuni Astuti, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A, Dr. Tuty Maryati, M.pd Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) Menngetahui Latar Belakang Sejarah Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Kesiman masih dipertahankan oleh masyarakat setempat, (2) Mengetahui tata cara ritual dari Tradisi Ngerebong,(3) Mengetahui Aspek-aspek dari Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Kesiman yang dapat di gunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Memilih Lokasi Penelitan berada di Desa Pakraman Kesiman tepatnya di Pura Petilan, ( 2) Teknik Penentuan Informan dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan juga Snow Ball, (3)Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan Observasi, Wawancara, Studi Dokumen dan Teknik Analisis Data. Dalam Teknik Analisis Data menggunakan penelitian deskriptif kualitif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar Belakang Sejarah Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Kesiman merupakan upacara yang dilakukan untuk menetralisir kekuatan jahat menjadi kekuatan baik dan mengindari masyarakat dari bencana alam. (2) Tata cara ritua l tradisi Ngerebong adalah dilakukannya tabuh rah, pelawatan berupa barong dn rangda diusung ke area wantilan yang selanutnya akan mengitari wantilan sebanyak tiga kali. (3) Aspek aspek dari tradisi Ngerebong yang dapat digunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA adalah sebagai berikut; Aspek Sejarah dan Aspek Pendidikan. Kata Kunci : Sejarah, Tradisi Ngerebong, Sumber Belajar Sejarah.. ABSTRACT The research if for (1) to know historical background Ngerebong Tradition in Pakraman Kesiman village still retained by local community, (2) to know about ritual procedures of Ngerebong Tradition, (3) to know about aspects of Ngerebong tradition in Pakraman Kesiman village that can be used as a saurce of learning in high school. The research in a qualitative with stages : (1) Selecting research located in Pakraman Kesiman village exactly at Petilan Temple. (2) Definition of informants technique is done by using Purposive Sampling and also Snow Ball. (3) Collection of data technique is using Observation, Interview, Study Documents and analysis of data. Analysis of data technique used Descrptive qualitive. The result showed: (1) Historical background of Ngerebong tradition in Pakraman Kesiman village is ceremony for neutralize the force s of evil into good strength and keep people from nature disasters. (2) Procedures of Ngerebong tradition performance is with Tauh Rah, following with Barong and Rangda takes to Wantilan area and than go around Wantilan area 3 times. (3) Aspects of Ngerebong tradition that can be used as a source of Learning history in high school is aspects of history and social aspects. Keywords : Historical, Ngerebong tradition, Source of historical studied.

3 PENDAHULUAN Selain memiliki pesona pemandangan alam, Pulau Dewata juga kaya akan tradisi budaya dan adat istiadat. Tidak heran, karena memang masyarakatnya masih berpegang teguh pada adat istiadat yang dijadikan sebagai kearifan local. Suku bangsa Bali merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaannya, sedangkan kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Kesiman merupakan salah satu desa yang masih melestarikan tradisinya. Desa Pakraman Kesiman meliputi Desa Kesiman Petilan, Desa Kesiman Kertalangu serta Kelurahan Kesiman dikenal memiliki puluhan pura yang saling terkait. Kramanya dikenal teguh memegang adat istiadatnya. Salah satu tradisi yang dilestarikan sampai saat ini adalah tradisi Ngerebong. Kata Ngerebong banyak diartikan sebagai berkumpul. Ada yang juga mengartikan berputar. Upacara Pengerebongan itu tergolong upacara bhuta yadnya atau pacaruan. Pusat dari tradisi ini dilakukan di Pura Petilan. Ada yang menyebut Ngerebong ini merupakan tradisi kuno agar warga terhindar dari musibah ataupun bencana. Keunikan dari tradisi ini yaitu tradisi Ngerebong ini tidak hanya diikuti oleh desa pekraman Kesiman saja, namun juga diikuti oleh beberapa desa pekraman yang lainnya. Selain itu keunikan yang lainnya yaitu tradisi ini terbilang sadis. Tradisi Ngerebong sudah berlangsung secara turun temurun akan tetapi hanya segelintir orang yang mengetahui bagaimana latar belakang atau sejarah mengenai munculnya tradisi Ngerebong. Masyarakat belum memahami makna yang terdapat dalam Tradisi Ngerebong. Sesungguhnya dalam tradisi Ngerebong banyak terdapat nilai nilai yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagai sebuah tradisi yang berlangsung di Desa Pakraman Petilan Kesiman, hal ini dapat dijadikan sebagai suatu sumber pada pembelajaran Sejarah terutama terkait dengan materi Sejarah kebudayaan. Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dijadikan pusat kajian yaitu: 1)Mengapa Di Desa Pakraman Petilan Kesiman, Denpasar Timur, Bali mempertahankan Tradisi Ngerebong 2)Bagaimana tata cara pelaksanaan system ritual Tradisi Ngerebong Di Desa Pakraman Petilan Kesiman, Denpasar Timur, Bali? 3) Aspek aspek ritual apa yang terdapat dalam tradisi Ngerebong yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah di SMA? Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Untuk mengetahui latar belakang sejarah Tradisi Ngerebong Di Desa

4 Pakraman Petilan Kesiman, Denpasar Timur, Bali masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat. 2) Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan system ritual Tradisi Ngerebong Di Desa Pakraman Petilan Kesiman, Denpasar Timur, Bali. 3) Untuk mengetahui aspek aspek ritual apa saja yang terdapat dalam tradisi Ngerebong yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah di SMA. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yaitu menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Agar lebih mudah dalam mengkaji permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan beberapa metode yang meliputi : (1) Memilih Lokasi Penelitian (2) Teknik Penentuan Informan (3) Teknik Pengumpulan Data yang meliputi Observasi, Wawancara, Studi Dokumen, Teknik Analisis Data dan Penyajian Data. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Pakraman Kesiman Pengungkapan sejarah desa pakraman Kesiman amat sulit karena tidak ada sumber tertulis misalnya dalam bentuk prasasti hanya diceritakan lewat Babad Wanggayah. Dalam Babad Wanggayah di ceritakan Ida Dalem Batu Ireng, yang juga bernama Sri Tapuk Ulung atau Daalem Beda Ulu tinggal di Bali pada tahun 1247 (Caka warsa Candra Sengkala : Resi Mengapit Tunggal). Beliau berkeinginan akan melepaskan diri dari ikatan duniawi dan mencapai moksa. Karena banyaknya musuh yang datang dari tanah Jawa yang berkeinginan untuk menyerang kerajaan Bali. Setelah Ida Dalem Batuireng moksa, putra beliau yang bernama Arya Panji mendirikan kerajaan yang terletak di Buruan Tegal Asah Sanur, sekitar tahun 1265 (Candra Sengkala bhuta Manapit Tunggal). Ketika Ida Dalem Batu Ireng kakasorang oleh Majapahit, yang menguasai kerajaan di Bali adalah Sira Kresna Kepakisan yang di dampingi oleh para Arya, Arya Wangbang kemudian mendirikan kerajaan puri di tepi tukad Ayung tempat Ida Dalem Batu Ireng Moksa. Setelah Arya Wang Bang Bang menerima warisan dari Dalem Moksa (Dalem Batuireng) dari Wong Bali yang terletak di tepi Tukad Ayung, kemudian disihir oleh Sira Arya Wang Bang, dan tempat peninggalan Ida Dalem Batuireng di beri nama KU SIMA. Sira Arya Wang Bang menyatakan arti Kesiman tidak lain adalah KU berarti Kukuh (kuat) Si ma, berarti hasil Prahyangan Dalem Muter. Prahyangan yang dibangun oleh Sira Arya Wang Bang di tepi We Ayung.

5 Desa Pakraman Kesiman dalam Perspektif Tri Hita Karana Dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Hita Karana ditekankan untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan alam sekitarnya agar tercipta kebahagiaan (palemahan), manusia dengan sesama manusia (pawongan) dan manusia dengan sang penciptanya, yaitu Tuhan (parhyangan). Palemahan (Kondisi Geografis Desa Pakraman Petilan Kesiman) Desa Pakraman Kesiman masuk ke dalam wilayah Kecamatan Denpasar Timur. Desa Pakraman Kesiman Petilan terletak kurang lebih 6 Km dari pusat kota Denpasar, sekretariatnya beralamat di Jalan WR. Supratman 219. Dengan luas wilayahnya adalah 2,84Km². Adapun batas batas luas wilayah Desa Pakraman Petilan Kesiman sebagai berikut Di sebelah utara : Desa Pekraman Tonja, Oongan dan Tembawu Di sebelah timur : Desa Batubulan dan Kabupaten Gianyar Di sebelah selatan : Desa Sanur Di sebelah barat : Desa Pekraman Tanjungbungkak. Pawongan (Keadaan Kependudukan Desa Pakraman Petilan Kesiman) a. Jumlah Penduduk Desa Pakraman Petilan Kesiman, Denpasar Timur adalah salah satu desa tua yang terpadat di Provinsi Bali. Desa Pakraman Petian Kesiman ini memiliki tiga desa dinas, yakni Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Petilan, dan Desa Kesiman Kertalangu. Banjar Pakraman yang menjadi wewidangan Desa Pakraman Kesiman, yaitu: (1) Banjar Ujung; (2) Banjar Cerancam; (3) Banjar Dauh Tangluk; (4) Banjar Pabean; (5) Banjar Dajan Tangluk; (6) Banjar Dangin Tangluk; (7) Banjar Abian Tubuh; (8) Banjar Kebonkuri Lukluk; (9) Banjar Kebonkuri Tengah; (10) Banjar Kebonkuri Mangku; (11) Banjar Kebonkuri Kelod; (12) Banjar Bukit Buwung; (13) Banjar Kuningan; (14) Banjar Abian Nangka Kaja; (15) Banjar Saraswati; (16) Banjar Meranggi; (17) Banjar Kesumajati; (18) Banjar Anyar; (19) Banjar Kedaton; (20) Banjar Abiannangka Kelod; (21) Banjar Kehen; (22) Banjar Batan Buah; (23) Banjar Kertapura; (24) Banjar K erta Langu; (25) Banjar Kerta Graha; (26) Banjar Tohpati; (27) Banjar Kertajiwa; (28) Banjar Tangguntiti; (29) Banjar Biaung; (30) Banjar Kesambi; (31) Banjar Batur Sari.

6 b. Hak dan Kewajiban Menjadi Warga Desa Pakraman Sebagai warga desa pakraman tentunya memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan selama menjadi warga dari suatu desa pakraman. Menurut Drs. I Made Karim (77 tahun) (wawancara 16 Juli 2016) mengatakan bahwa : Didalam mekanisme kehidupan desa pakraman, maka warga desa pakraman, mempunyai hak-hak tertentu sebagai imbangan atas kewajiban kewajibannnya yaitu : berhak untuk memilih kepala desa pakraman, ikut serta dalam sangkepan (rapat) desa pakraman, ikut serta dalam pemerintahan desa bersama-sama dengan prajuru lainnya berhak dipilih sebagai prajuru dan lain-lainnya. Selain memiliki hak hak sebagai warga desa pakraman warga juga memiliki kewajiban yaitu : 1. Melaksanakan ayahan desa (tugas-tugas krama desa). 2. Wajib tunduk dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku bagi desa adat c. Struktur Desa Pakraman Petilan Kesiman Desa Pakraman Kesiman menaungi tiga Desa Dinas, diantaranya Desa Kelurahan Kesiman, Desa Petilan Kesiman dan Desa Kertalangu yang masing masing desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Desa Pakraman sebagai satu kesatuan wilayah pakraman yang mempunyai otonomi tersendirilah, telah mampu berperan aktif dengan baik dan tercipta koordinasi yang serasi, selarah dan harmonis dengan konsep kemitraan dengan desa, sehingga gerak pembangunan dikembangkan senantiasa dengan mengacu kepada konsep Tri Hita Kirana. Dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam awig awig Desa Pakraman di Desa Kesiman sehingga penduduk dari tiga Desa dinas merupakan karma Desa yang bernaung di bawah Desa Pekraman Kesiman. Parahyangan (Pura yang Terdapat di Desa Pakraman Petilan Kesiman) Dalam suatu desa pakraman tentunya memiliki pura Khayangan Tiga yaitu: Pura Puseh, Pura Desa dan juga Pura Dalem. Di Desa Pakraman Kesiman juga terdapat Pura Klan/Warga/Soroh, diantaranya: (1) Pura Pasek, di Jalan WR. Supratman, piodalan dilaksaakan pada Anggra Kasih; (2) Pura Pengastulan, di Jalan Sulatri; dan (3) Pura Pauman Penatih, di Jalan Sulatri yang melaksanakan piodalan pada Umanis Galungan. Selain itu juga terdapat Pura Subak Padanggalak, di Jalan By Pass Ngurah Rai, Pura Subak Delodsema (Jalan

7 Waribang); dan Pura Subak Buaji (di Jalan Sedap Malam). Juga terdapat Pura Melanting (Bagian Bale Agung/Desa/Puseh) di Jalan WR. Supratman, yang melaksanakan piodalan pada Umanis Galungan/Purnama setelah Galungan. Pura lainnya yang juga terdapat di Desa Pakraman Kesiman yaitu Pura Taman Musen di Jalan WR. Supratman. Piodalan di Pura ini dilaksakan pada Purnama Kapat. Latar Belakang Ritual Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Petilan Kesiman. Sebelum dilaksanakannya tradisi Ngerebong di Pura Petilan Kesiman, dilakukan juga upacara Galungan dan Kuningan sebelumnya. Dengan melaksanakan upacara Galungan dan Kuningan dimana Dewa dan Roh Leluhur turun ke bumi untuk ikut merayakan upacara tersebut. Setelah upacara Galungan dan Kuningan selesai maka barulah dilaksanakan upacara Ngerebong dimana ini merupakan kelanjutan dari upacara Galungan dan Kuningan. Makna dari upacara Ngerebong sendiri untuk menetralisir kekuatan jahat ( bhuta) menjadi kekuatan yang baik ( dewa). Dengan melakukan upacara ini diyakini agar kekuatan jahat ( bhuta) tidak menggangu kehidupan manusia, sehingga kekkuatan jahat ( bhuta) ini diberikan imbalan yang berupa upacara pecaruan yang disebut dengan upacara Ngerebong. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Tradisi Ngerebong merupakan upacara pecaruan yang dilaksanakan di Pura Petilan. Dalam melaksanakan upacara ini masyarakat bersama sama berkumpul di Pura Petilan untuk melakukan upacara Ngerebong. Desa Pakraman Petilan Kesiman percaya jika mereka tidak melaksanakan upacara Ngerebong ini maka mereka akan mendapat musibah atau bencana alam. Maka dari itu upacara ini tetap dilaksanakan setiap enam bulan sekali tepatnya sepuluh hari setelah Kuningan agar tidak ada musibah atau bencana alam yang terjadi di desa itu khususnya. Penguatan Solidaritas Masyarakat Internal dan Eksternal Dalam upacara Ngerebong banyak masyarakat yang ikut serta didalamnya. Baik untuk mengikuti prosesi upacara maupun untuk menonton upacara / tradisi Ngerebong. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa desa Pakraman Kesiman memiliki 31 banjar, dimana pada saat upacara ini masyarakat atau warga masing masing banjar ikut serta dalam melaksanakan upacara tersebut. Mulai dari menyiapkan banten untuk upacara Ngerebong sampai dengan proses puncak upacara Ngerebong. Mereka bersama

8 sama melaksanakan tradisi tersebut. Selain itu masyrakat yang berada diluar desa pakraman Kesiman juga datang pada saat upacara Ngerebong. Upacara Ngerebong ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat desa pakraman Kesiman tetapi juga ada beberapa desa pakraman lain yang ikut serta dalam prosesi upacara itu. Pemenuhan Kebutuhan Estetis dan Sosial Pada tradisi Ngerebong ini juga menggunakan penjor. Penjor ini akan di buat oleh masing masing banjar yang ada didesa pakraman Kesiman. Penjor penjor ini nantinya akan di letakan didepan pura dan juga disekitaran wantilan yang letaknya di jaba pura. Hal unik dari penjor pada tradisi ini yaitu jika dilihat dari bentuknya penjor ini tidak seperti penjor pada umunya yang digunakan saat Galungan dan Kuningan. Ukuran penjor Ngerebong ini lima kali lebih besar dari penjor biasa. Penjor yang dibuat oleh masing masing banjar di desa pakraman Kesiman ini dibuat 3 hari sebelum upacara Ngerebong dilaksanakan. Penjor penjor ini juga nantinya akan dilombakan dan dinilai oleh juri pada hari upacara Ngerebong dilaksanakan, dan pemenangnya akan diumumkan beberapa hari setelahnya. Masing masing banjar berlomba lomba membuat penjor yang akan dilombakan. Pemenuhan Kebutuhan Hiburan ( Tabuh Rah) Dalam tradisi Ngerebong dilaksanakan juga tajen atau tabuh rah. Tajen adalah suatu permainan adu ayam atau sabung ayam dengan mengikatkan taji pada kaki ayam itu serta mengadunya, sebagai salah satu bentuk hiburan yang disertai taruhan uang. Taruhan uang itu sendiri adalah judi atau dyuta, sedang menyebabkan matinya ayam/mahluk utnuk kesenangan sematamata didalam ajaran Agama Hindu dinamai Himsa Karma yang tidak baik dilakukan oleh setiap orang yang berusaha untuk mengamalkan Dharma. Upacara Ngerebong sebagai Destinasi Pariwisata Banyak wisatawan asing yang datang pada saat proses upacara Ngerebong, tidak hanya untuk melihat ada juga yang mengabadikan tradisi dengan kamera. Selain wisatawan asing, wisatawan dalam negeri pun juga banyak yang datang hanya untuk melihat proses dari tradisi tersebut. Hal ini juga akan menguntungkan bagi masyarakat sekitar khusunya para pedangan yang berjualan di sekitar area Pura Petilan tempat dilaksanakannya tradisi Ngerebong.

9 Tata Cara Ritual Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Petilan Kesiman Dengan melaksanakan upacara Galungan dan Kuningan dimana Dewa dan Roh Leluhur turun ke bumi untuk ikut merayakan upacara tersebut. Setelah upacara Galungan dan Kuningan selesai maka barulah dilaksanakan upacara Ngerebong dimana ini merupakan kelanjutan dari upacara Galungan dan Kuningan. Makna dari upacara Ngerebong sendiri untuk menetralisir kekuatan jahat (bhuta) menjadi kekuatan yang baik (dewa). Dengan melakukan upacara ini diyakini agar kekuatan jahat ( bhuta) tidak menggangu kehidupan manusia, sehingga kekkuatan jahat ( bhuta) ini diberikan imbalan yang berupa upacara pecaruan yang disebut dengan upacara Ngerebong. Persiapan Upacara Ngerebong Sebelum suatu tradisi dilaksanakan tentunya ada persiapan persiapan yang harus dilakukan. Persiapannya yaitu salah satunya adalah membuat banten. Dalam suatu upacara agama dalam agama Hindu pasti selalu menggunakan banten untuk melengkapi upacara tersebut. Setiap upacara atau tempat upacara terkadang memiliki perbedaan dalam penyebutan atau jenis banten, Puncak Acara Tradisi Ngerebong Rangkaian upacara di Pura Petilan itu dimulai pada hari Umanis Galungan, upacara tersebut antara lain upacara Panyekeban, Nyanjan, Pemendakan, Nuwur, Mider Bhuwana, Mider Gita (marerentengan). Nanda (Nyapu Jagat) Mawayang-wayang/Malanang-lanang, Maberata. Sebagai penutup upacara Panyimpenan/Pemendakan, atau Tubuh Agung. Semua rangkaian upacara tersebut diikuti oleh semua Prasanak Pura Petilan. Pada hari Soma Paing Wuku Langkir dilangsungkan upacara Pemendakan di Pura Petilan. Seminggu kemudian dilangsungkan upacara yang terkenal dengan upacara Pengerebongan. Penutupan Tradisi Ngerebong Setelah semua pelawatan mengitari wantilan sebanyak tiga kali selanjutnya semua pelawatan berupa Barong dan Rangda serta beberapa orang yang mengalami kerasukan dibawa kembali kedalam Pura Petilan. Disana pelawatan berupa Barong dan Rangda akan diletakan kembali ke tempat yang sudah disediakan, sementara itu bebeapa orang yang mengalami kerasukan akan diberikan air suci (tirta) yang bisa membuat mereka kembali sadar. Setelah itu para pelawatan yang berupa Barong dan Rangda serta petapakan yang lainnya akan dibawa kembali ke puranya masing masing.

10 Dengan demikian berakhirlah upacara tradisi Ngerebong. Aspek aspek Ritual Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Aspek Sejarah (Sejarah Desa dan Tradisi Ngerebong) Sumber belajar sejarah itu bisa berbentuk peninggalan peninggalan sejarah yang ada disekitar lingkungan sekolah atau tempat belajar. Salah satu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar adalah tradisi Ngerebong yang ada di desa Pakraman Kesiman. Sebagai sumber pembelajaran kita dapat menggunakan sejarah dari desa itu sendiri maupun sejarah dari tradisi Ngerebong. Aspek Pendidikan Tradisi Ngerebong dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran bagi siswa dalam mata pelajaran sejarah khususnya Sejarah Kebudayaan. Tradisi juga bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah untuk peserta didik. Materi tentang tradisi ini terdapat pada kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sejarah di SMA. Selain menggunakan aspek sejarah sebagai sumber belajar, bisa juga digunakan dalam aspek pendidikan yang dapat diambil nilai nilainya seperti nilai sosial dan seni. Selain mengetahui bagaimana sejarah dan pelaksanaan tradisi Ngerebong, peserta didik juga akan mendapatkan manfaat dalam aspek sosial dalam melestarikan kebudayaan local serta nilai nilai kebudayaan lokal dan juga mengetahui tentang makna dan arti hidup bermasyarakat. Dalam tradisi ini juga terdapat nilai estetis (seni) dan juga social. Hal ini dapat kita lihat dari penjor yang digunakan dalam tradisi Ngerebong. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1) Latar belakang pemertahanan tradisi Ngerebong oleh masyarakat Desa Pakraman Petilan Kesiman yaitu adanya sistem keyakinan yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat bahwa dengan melakukan tradisi Ngerebong akan menetralisir kekuatan bhuta menjadi dewa dan juga pngertian dari Ngerebong sendiri yaitu berkumpulnya para dewa. 2) Prosesi upacara Pengerebongan dilakukan pada hari Redite Pon Medangsia sejak pagi kurang lebih pukul waktu setempat dilakukan upacara tabuh rah dengan tiga pasang adu ayam. Setelah semua pelawatan diusung ke Pura Petilan pada

11 sore harinya upacara Ngerebong dimulai. Satu persatu petapakan seperti Barong dan Rangda semua di usung ke wantilan pura. Selain petapakan beberapa orang yang kerasukan baik yang teriak teriak, menari maupun yang menancapkan kris ke dada, leher serta ubun ubun kepalanya juga dibawa ke wantilan. Setelah semua berada diwantilan maka akan diarak memutari wantilan sebanyak 3 kali dengan iringan gong. Setelah memutari wantilan sebanyak kali petapakan berupa Barong dan Rangda beserta orang orang yang kerasukan dibawa kembali ke dalam Pura Petilan. 3) Proses belajar mengajar pada pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia karena melalui proses belajar dapat memberikan pnagruh perkembangan dalam kemampuan akademis dan psikologis manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tradisi Ngerebong di Desa Pekraman Kesiman memiliki sesuatu yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Untuk iru diperlukan penggalian terhadap aspek aspek yang terdapat dalam tradisi Ngerebong yang nantinya dapat berguna bagi guru dan juga siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih menarik. Aspek aspek tersebut yaitu aspek sejarah, pengharagaan terhadap tradisi, aspek social dan juga seni. DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat Kebudayaan, Mentalitet dan pembangunan. Jakarta : PT.Gramedia Koentjaraningrat Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Penerbit Djambatan. Setiadi, Elly M. dkk Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media. Wiana, I Ketut Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik. Denpasar : Yayasan Dharma Neradha. Widja, I Gede Pengantar Ilmu Sejarah Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

JADWAL PELAYANAN MOBIL KELILING DALAM RANGKA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI dan BANGUNAN DI MASING- MASING DESA/ KELURAHAN KOTA DENPASAR TAHUN 2015

JADWAL PELAYANAN MOBIL KELILING DALAM RANGKA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI dan BANGUNAN DI MASING- MASING DESA/ KELURAHAN KOTA DENPASAR TAHUN 2015 JADWAL PELAYANAN MOBIL KELILING DALAM RANGKA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI dan BANGUNAN DI MASING- MASING DESA/ KELURAHAN KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NO HARI/TANGGAL JAM TEMPAT ALAMAT KECAMATAN DENPASAR TIMUR 1.

Lebih terperinci

NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR. 6 GG. II NO. 8X DENPASAR 3 PUSTU UBUNG KAJA 7 DS

NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR. 6 GG. II NO. 8X DENPASAR 3 PUSTU UBUNG KAJA 7 DS NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR. 6 GG. II NO. 8X DENPASAR 3 PUSTU UBUNG KAJA 7 DS NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR. 6 Gg. II No. 8X Denpasar 3 Pustu Ubung Kaja 7 Ds.

NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR. 6 Gg. II No. 8X Denpasar 3 Pustu Ubung Kaja 7 Ds. NAMA PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU DAN WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR No Kecamatan No Nama Puskesmas/Alamat/Ka.Pusk No Nama Pustu/Alamat No Wilayah Desa/Kelurahan 1 Denpasar Utara Jalan Ahmad

Lebih terperinci

DATA PASAR SEKOTA DENPASAR PASAR DAERAH / INPRESS

DATA PASAR SEKOTA DENPASAR PASAR DAERAH / INPRESS DATA PASAR SEKOTA DENPASAR PASAR DAERAH / INPRESS NO NAMA PASAR ALAMAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Pasar Inpress Sanglah Pasar Sanglah Pasar Abian Timbul Pasar Asoka Kreneng Pasar Kreneng Pasar

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

Data pasar desa "pasar rakyat indonesia"

Data pasar desa pasar rakyat indonesia Kota: Denpasar Provinsi: Bali Data pasar desa "pasar rakyat indonesia" No. Nama Alamat Lengkap Luas Lahan 1 Desa Pekraman Penatih Jl. Trenggana No. 2 Luas Bangunan Pengelola 43 Are 15 Are Desa Adat Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

DATA BANJAR ADAT TAHUN 2016

DATA BANJAR ADAT TAHUN 2016 DATA BANJAR ADAT TAHUN 2016 No. Banjar Adat Desa Pakraman Kecamatan Kelurahan 1 Kerta Pura Denpasar Denpasar Barat 1 Pemecutan 2 Busung Yeh Kauh Denpasar Denpasar Barat 2 Pemecutan 3 Busung Yeh Kangin

Lebih terperinci

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN Oleh I Gusti Agung Malini Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Selain ritual, menusukkan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem 2.1.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Gambaran umum ini menguraikan tentang sejarah singkat Desa Kesiman

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Gambaran umum ini menguraikan tentang sejarah singkat Desa Kesiman 58 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum daerah penelitian. Gambaran umum ini menguraikan tentang sejarah singkat Desa Kesiman Kertalangu, letak, luas dan kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DENPASAR UTARA DI KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DENPASAR UTARA DI KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DENPASAR UTARA DI KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. Bahwa berhubung dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016

DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016 DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016 Denpasar Barat No. Banjar Adat Desa Pakraman Kecamatan Kelurahan Sekaa Teruna 1 Kerta Pura Denpasar Denpasar Barat 1 Pemecutan ST. Kerta Winangun 2 Busung Yeh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Penulis : I Wayan Kardji Foto Cover & Ilustrasi : Repro Editor/Penyelaras

Lebih terperinci

PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang)

PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang) 481 PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang) I Wayan Gde Wiryawan, Wayan Suandhi, I Ketut Widnyana, I Wayan Wahyu Wira

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) 423988 KAJIAN PEMINDAHAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR LEMBAGA PERKREDITAN (LPD) DESA PAKRAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sabung ayam merupakan tradisi pertarungan antara dua ayam jantan pada suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

REKAPITULASI PSKS TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015

REKAPITULASI PSKS TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 REKAPITULASI PSKS TINGKAT KABUPATEN/KOTA Kesejahtera an (WPKS) Berbasis Dunia Yang Melakukan 1 DENPASAR BARAT 2 31 20 38 0 3 212 28 11 39 0 12 2 DENPASAR TIMUR 0 2 10 11 0 1 138 26 7 6 1 0 3 DENPASAR SELATAN

Lebih terperinci

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional (Studi Pada Kelian Adat Banjar Batu Bintang Kelurahan Dauh Puri Kelod Denpasar Barat) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya serta menjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si Pengantar Artikel berjudul Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna dan Nilai Budaya yang ditulis oleh Wardizal, S.Sen,

Lebih terperinci

KECAMATAN DENPASAR SELATAN

KECAMATAN DENPASAR SELATAN KECAMATAN DENPASAR SELATAN NO DESA / KEL. TANGGAL NO DUSUN/ LINGK. PELAKSANA 1 Pemogan 02 Juli 2018 1 Dusun Pemogan Kaja Team I 02 Juli 2018 2 Dusun Panti Gede Team II 03 Juli 2018 3 Dusun Panti Sari Team

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG Nyoman Surya Maha Putra I Wayan Suardana I Putu Sudana Email: nyomansuryamahaputra@yahoo.com PS. S1 Industri Perjalanan

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai potensi daya tarik wisata, baik berupa daya tarik wisata alam, budaya maupun buatan.

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI Oleh: A.A Gede Raka Putra Adnyana I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Dan Masyarakat ABSTRACT The

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh BAB VI KESIMPULAN Desa Jungutbatu yang secara administratif terletak di kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali menyimpan sejumlah pesona alam dan kebudayaan tersendiri. Desa ini berada di pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh TRADISI UPACARA ADAT BABORE SEBAGAI SARANA PENGOBATAN TRADISIONAL BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK KANAYATN DESA HILIR TENGAH KECAMATAN NGABANG KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. 1.1 Latar belakang Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang.

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Kekeliruan asumsi chactment area.

Kekeliruan asumsi chactment area. Kekeliruan asumsi chactment area. Perencanaan dan pembangunan drainase selayaknya dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh serta terkordinasi antar instansi. Saat ini masih ada instansi yang merencanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 NO TANGGAL DINA/WUKU DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 RERAINAN/ PIODALAN/PUJAWALI UPAKARA SANE KATUR PINANDITA SANE MUPUT TEMPEK PENGAREP

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN TESIS EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN I GUSTI NGURAH ARYA ASTANA NIM 1391061048 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh: TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh: Ida Ayu Putu Ratna Dewi*, Prof. Dr. Bawa Atmadja. M.A**, Dr.

Lebih terperinci

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Made Andika Hadiputra Evaganna 1*, Putu Sukardja 2, Ketut Darmana 3 [123] Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK KULKUL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM DESA PAKRAMAN DI BALI (STUDI KASUS DI BANJAR SARI DESA PAKRAMAN SUKAHET DAN BANJAR PANDE MAS DESA ADAT KUTA) SKRIPSI Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT JURNAL UDAYANA MENGABDI, VOLUME 15 NOMOR 1, JANUARI 2016 PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN I W. Sukerayasa 1, I. B. A. Swamardika 1, I W. A. Wijaya 1 I N. Surata 2,

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR

GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR Gambaran umum GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR KABUPATEN GIANYAR WILAYAH ADMINISTRATIF : 1. Denpasar Timur 11 Desa/Kelurahan, luas total 2.254 Ha. 2. Denpasar Selatan 10 Desa/Kelurahan, luas total 4.999 Ha.

Lebih terperinci

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN Oleh I Nyoman Payuyasa (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak Indonesia dikenal karena keragamannya. Hal ini juga membuat Indonesia rentan konflik. Aneka

Lebih terperinci

Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII

Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII I Wayan Gede Saputra K.W email: widiarsagede688@yahoo.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Cockfighting is a unique tradition

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH 2.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Tabuh Rah dan Sabungan Ayam (Tajen) Hubungan tabuh rah dengan sabungan ayam terdapat pandangan semu dari sebagian masyarakat awam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract 1 PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI Ida Bagus Gede Candra Prayoga Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Abstract Cultural values are

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Bali, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan selain sektor

BAB I PENDAHULUAN. Di Bali, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan selain sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Bali, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan selain sektor pertanian dan industri kecil dan menengah (Wihadanto dan Firmansyah, 2013). Pariwisata Bali

Lebih terperinci

DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016

DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016 DATA BANJAR ADAT DAN SEKAA TERUNA TAHUN 2016 No. Banjar Adat Desa Pakraman Kecamatan Sekaa Truna Desa 1 Margajati Denpasar Denpasar Utara ST. Marga Utama 1 Pemecutan kaja 2 Balun Denpasar Denpasar Utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tri Hita Karana Menurut Nadia dan Prastika (2008), Tri Hita Karana berasal dari suku kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti kemakmuran dan Karana berarti penyebab atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kelurahan Ubud Ubud merupakan salah satu destinasi utama pariwisata di Privinsi Bali. Nama Ubud sendiri berasal dari kata Ubad yang memilki arti sebagai obat.

Lebih terperinci

POTENSI DESA BONGKASA PERTIWI KABUPATEN BADUNG SEBAGAI DESA WISATA

POTENSI DESA BONGKASA PERTIWI KABUPATEN BADUNG SEBAGAI DESA WISATA POTENSI DESA BONGKASA PERTIWI KABUPATEN BADUNG SEBAGAI DESA WISATA Ida Bagus Dwi Setiawan¹) setiawangos@gmail.com ¹) Fakultas Pariwisata Universitas Udayana I Putu Budiarta²) putubudiarta@pnb.ac.id ²)

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI ARTIKEL Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI (Studi Tentang Perkembangan Pura Sebagai Destinasi Pariwisata serta Kontribusinya Bagi Pendidikan Sejarah) Oleh NI LUH PUTU

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

Penelusuran Nilai Tangible dan Intangible Heritage dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Tegallalang, Gianyar, Bali

Penelusuran Nilai Tangible dan Intangible Heritage dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Tegallalang, Gianyar, Bali SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Penelusuran Nilai Tangible dan Intangible Heritage dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Tegallalang, Gianyar, Bali Made Prarabda Karma prarabdakarma@gmail.com Perencanaan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh : I Gede Arcana, Nim 1214021017 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia KAJIAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP TRADISI NYAKAN DIWANG SEBAGAI RANGKAIAN UPACARA HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BANJAR, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Komang Widarini 1, Made Yudana 2, Ketut Sudiatmaka

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

NGAYAH PADA UPACARA PAMELASPASAN AGUNG PURA SANTI DHARMA, DI DUSUN RAJAN, DESA SENEPOREJO, KECAMATAN SILIRAGUNG, KABUPATEN BANYUWANGI

NGAYAH PADA UPACARA PAMELASPASAN AGUNG PURA SANTI DHARMA, DI DUSUN RAJAN, DESA SENEPOREJO, KECAMATAN SILIRAGUNG, KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT NGAYAH PADA UPACARA PAMELASPASAN AGUNG PURA SANTI DHARMA, DI DUSUN RAJAN, DESA SENEPOREJO, KECAMATAN SILIRAGUNG, KABUPATEN BANYUWANGI Oleh Tri Haryanto, S.Kar., M.Si.

Lebih terperinci