BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai potensi daya tarik wisata, baik berupa daya tarik wisata alam, budaya maupun buatan. Dalam perkembangan kepariwisataan di Bali, budaya Bali tampaknya telah menjadi daya tarik yang paling dominan bagi wisatawan (Ardika, 2007:78). Tidaklah mengherankan jika arah kebijakan pembangunan kepariwisataan yang dicanangkan Pemerintah Bali adalah pembangunan kepariwisataan berwawasan budaya (Mardika, dkk, 2010:2). Konsep pariwisata budaya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 1974 yang kemudian direvisi dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 1991, dan terakhir disempurnakan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun Sesuai dengan penjelasan Peraturan Daerah Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, disebutkan bahwa kepariwisataan yang dikembangkan di Bali adalah kepariwisataan yang berlandaskan pada kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama. Landasan ini menjadi acuan kabupaten dan kota di Bali dalam mengembangkan kepariwisataan di wilayahnya, termasuk Pemerintah Kota Denpasar. Kota Denpasar sendiri secara mendasar telah merefleksikan diri sebagai citra kota yang berbasis budaya lokal Bali (Mardika, dkk, 2010:24) melalui visi Kota Denpasar yakni Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya dalam Keseimbangan 1

2 2 Menuju Keharmonisan. Terkait dengan keberadaan Bali sebagai destinasi pariwisata internasional yang cukup populer, menyebabkan Kota Denpasar tidak luput dari berbagai pengaruh global, namun demikian nuansa tradisi masih tampak mewarnai penampilan Kota Denpasar sebagai kota budaya (Mardika, dkk, 2010:25; Wirawan, dkk, 2011:130). Setidaknya ini dapat dilihat dari masih lestari dan berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal di Kota Denpasar. Seperti, di setiap bale banjar 1 pada hari-hari tertentu masih terdengar suara gamelan (alat musik tradisional) yang disajikan secara khusus, baik untuk kepentingan melengkapi ritual keagamaan maupun untuk menunjang aktivitas masyarakatnya. Untuk membangun citra yang memposisikan Denpasar sebagai sebuah entitas berwawasan keunggulan kreasi budaya tentunya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan lembaga-lembaga tradisional, seperti desa adat, banjar 2 dan sekaa 3 sebagai bagian dari kebudayaan dan sekaligus lembaga kebudayaan Bali (Geriya, 2008:147). Melalui lembaga tradisional tersedia ruang dan wadah bagi warganya untuk berkreasi sekaligus sebagai upaya penguatan kontrol sosial desa dan banjar Bale (bahasa Bali), juga berarti "balai" (dalam bahasa Indonesia) yang artinya gedung, rumah atau bangunan terbuka. Kata banjar, selain berarti jajar atau berderet ke samping, juga memiliki arti kelompok. Kata banjar juga memiliki arti yang sama dengan banjah yang artinya "membentang". Sehingga, bale banjar mengandung arti "suatu balai atau tempat membentangkan suatu masalah yang dihadapi oleh krama banjar" atau "suatu bangunan terbuka yang digunakan untuk kepentingan bersama warganya." (Suardana. 16 Mei Bale Banjar, Bentuk yang Berkembang [Diunduh 30 Oktober 2014]. Sumber: URL: 16/a1.html). Banjar pakraman adalah kelompok masyarakat yang merupakan bagian desa pakraman. Desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri (Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman). Sekaa merupakan kesatuan dari beberapa anggota banjar yang menghimpun diri atas dasar kepentingan yang sama (Bagus, 1975; Astika, 1994, dalam Geriya, 2008:133).

3 3 terhadap penduduknya (Picard, 2006:198). Dengan demikian kreativitas seni dan budaya dapat tumbuh dan berkembang secara berjenjang dan berkelanjutan. Sebagai upaya membangun Denpasar sebagai kota budaya sekaligus untuk menarik lebih banyak wisatawan, Pemerintah Kota Denpasar berupaya untuk mengembangkan berbagai event seni dan budaya dengan melibatkan peran serta masyarakat. Ditinjau dari pengkategorian dan pendistribusian event di Kota Denpasar, event di Kota Denpasar terdiri atas event reguler, event khusus, event madya dan event utama (Bappeda Kota Denpasar, 2011:27-28). Sanur Village Festival, Maha Bandana Prasada, Pesona Pulau Serangan dan Denpasar Festival merupakan beberapa event utama di Kota Denpasar. Event utama ini didukung oleh event berskala madya di antaranya Pekenan Lais Meseluk, bookfair, perayaan Tumpek, omed-omedan dan sebagainya (Bappeda Kota Denpasar, 2011:11). Atraksi pawai ogoh-ogoh yang digelar setiap tahunnya sehari menjelang Hari Raya Nyepi juga merupakan salah satu event madya yang diselenggarakan di Kota Denpasar. Event ini sekaligus sebagai ajang kreativitas masyarakat yang berbasis budaya unggulan di Kota Denpasar. Dalam konteks budaya unggulan, tradisi ogoh-ogoh merupakan salah satu unsur budaya unggulan Kota Denpasar (Geriya, dkk, 2010:15). Unsur-unsur budaya unggulan termasuk tradisi ogoh-ogoh inilah yang dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh Pemerintah Kota Denpasar bersama dengan seluruh komponen masyarakat. Selama ini pawai ogoh-ogoh cenderung merupakan perayaan untuk masyarakat lokal yang dirayakan hampir di seluruh desa atau banjar yang ada di Bali. Namun, dalam beberapa tahun terakhir beberapa kabupaten dan kota di Bali telah mencoba

4 4 untuk mengembangkan kegiatan ini dengan mengadakan festival maupun parade ogoh-ogoh yang memiliki tujuan untuk melestarikan tradisi Bali, meningkatkan kreativitas seni dan juga untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali. Masing-masing wilayah di Bali memiliki cara tersendiri untuk mendukung kreativitas generasi muda dalam pawai ogoh-ogoh sekaligus untuk menarik minat wisatawan. Untuk wilayah Kuta, parade ogoh-ogoh yang digelar di Desa Adat Kuta disajikan dalam bentuk lomba yang rutin dilakukan sejak tahun 1990-an (Prabandari, 2009:73). Sistem penilaian lomba pun tergolong unik karena selain dinilai oleh juri lokal juga melibatkan wisatawan sebagai tim juri untuk menentukan pemenang lomba. 4 Lain halnya dengan di Desa Pakraman Tegallalang, Kabupaten Gianyar pengarakan ogoh-ogoh yang dilakukan dengan cara parade justru dilaksanakan dua hari sebelum Hari Raya Nyepi. 5 Pawai ogoh-ogoh di Kabupaten Buleleng memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan kabupaten-kabupaten lainnya yang ada di Bali. Jika pada umumnya pawai ogoh-ogoh hanya dilaksanakan sehari menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh pada bulan Maret atau April, pawai ogoh-ogoh di Kabupaten Buleleng justru diselenggarakan dua kali dalam setahun, yakni dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi dan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Singaraja yang 4 5 Ketut Efrata. 11 Maret Turis Jadi Juri Penilai Ogoh-ogoh di Kuta. [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL: Penilai-Ogoh-ogoh-di-Kuta Agung Dharmada. 24 Maret Di Tegallalang, Pawai Ogoh-Ogoh Sebelum Pengerupukan. [Diunduh 3 Februari 2015]. Sumber: URL:

5 5 jatuh setiap tanggal 30 Maret. 6 Dengan demikian, masyarakat Kota Singaraja dapat menikmati kemeriahan pawai ogoh-ogoh lebih dari sekali dalam waktu yang hampir berdekatan. Atraksi pawai ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi kini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang sedang berlibur di Pulau Bali. Para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara tidak segan-segan untuk berbaur dengan masyarakat lokal di beberapa tempat yang merupakan pusat rute perjalanan ogoh-ogoh. Seperti misalnya di kawasan Kuta, para wisatawan bahkan rela berdesakdesakan agar dapat mengabadikan jalannya pawai ogoh-ogoh. Menurut Caroline, wisatawan asal Perancis seperti dikutip dari situs online (30 Maret 2014) menyaksikan langsung atraksi ogoh-ogoh di jalan merupakan pengalaman pertamanya oleh karena itu semua bentuk ogoh-ogoh diabadikannya dalam bentuk foto. 7 Lain halnya dengan Rahayu, wisatawan domestik asal Surabaya seperti dikutip dari laman Antara Bali (11 Maret 2013) yang mengungkapkan rasa penasarannya ingin menyaksikan pawai ogoh-ogoh secara langsung walaupun harus berjalan cukup jauh dari hotel menuju tempat pawai Adnyana Ole. 12 April Menegakkan Ogoh-ogoh di Antara Ruang Sakral dan Sekuler [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL: Dewa Putu Sumerta. 30 Maret Pawai Ogoh-ogoh di Kuta Menarik Perhatian Turis [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL: Masuki. 11 Maret Ogoh-ogoh Magnet Bagi Ratusan Turis [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL:

6 6 Pernyataan dari kedua wisatawan tersebut menunjukkan bahwa tingginya antusiasme wisatawan dan masyarakat lokal akan tradisi ogoh-ogoh, padahal sebelum tahun 1980-an hampir tidak dijumpai adanya prosesi ogoh-ogoh menjelang malam pergantian Tahun Saka. 9 Ogoh-ogoh seperti telah menjadi bagian dari rangkaian ritual Tawur Kesanga menjelang perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, padahal pada mulanya antara ogohogoh dengan Hari Raya Nyepi tidak memiliki keterkaitan (Widnyani, 2012:23). Namun, sejak ditetapkannya hari libur Nyepi (Tahun Baru Saka) bagi umat Hindu sebagai hari libur nasional (Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 251 Tahun 1967 tentang Hari-hari Libur) (Indrayana, 2006:4-5) serta adanya himbauan dari Gubernur Bali, Prof. Dr. I.B. Mantra agar masyarakat membuat ogoh-ogoh pada hari ngerupuk serangkaian dengan pelaksanaan Tawur Kesanga (Buku Panduan Ogoh-ogoh Pengerupukan, 2011:6), keberadaan ogoh-ogoh kini telah menjadi agenda tahunan bagi sekaa teruna 10 di hampir setiap banjar di Bali. Ogoh-ogoh pun semakin populer sejak dipentaskan pertama kali dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) pada tahun Parade ogoh-ogoh ini diikuti oleh seluruh kabupaten dan kota di Bali (Indrayana, 2006:44) Adi Ginanjar Maulana. 22 Mei Pariwisata Bali: Mengancam Seni dan Budaya [Diunduh 19 Oktober 2014]. Sumber: URL: Sekaa Teruna adalah organisasi tradisional Bali di bidang kepemudaan yang ada di Bali. (Wayan P.Windia. 4 Januari Membangun Sekaa Teruna [Diunduh 30 Oktober 2014]. Sumber: URL: balipostcetak/2004/1/4/k2.html).

7 7 Tradisi ogoh-ogoh sebenarnya sudah dikenal pada zaman Dalem Balingkang di mana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai dalam upacara pitra yadnya (Indrayana, 2006:62). Selain itu, ada beberapa pendapat bahwa inspirasi ogoh-ogoh muncul dari tradisi ngelawang oleh kesenian Ndong-Nding yang ada di Kabupaten Gianyar dan Karangasem (Widnyani, 2012:21). Meskipun tidak diketahui mengenai tanggal pasti munculnya ogoh-ogoh, pawai ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi dapat dikatakan sebagai tradisi baru. Sebagaimana diungkapkan dalam penelitian Noszlopy (2003) disebutkan bahwa ogoh-ogoh kini telah menjadi tradisi baru yang sangat populer sebagai bagian dari ritual tahunan yang berlangsung pada malam sebelum Nyepi di Bali. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ogoh-ogoh juga mengalami perkembangan baik dari segi bahan, bentuk, tema maupun teknologi mulai dari pembuatan hingga penyajian ogoh-ogoh secara keseluruhan. Untuk bisa mewujudkan bentuk ogoh-ogoh yang sedemikian rupa dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam proses pembuatannya. Dana untuk pembuatan ogoh-ogoh biasanya berasal dari berbagai pihak, di antaranya anggaran kas sekaa teruna, bantuan dari pemerintah, donatur maupun sumbangan dari warga setempat. 11 Tradisi ogoh-ogoh juga diimplementasikan Pemerintah Kota Denpasar melalui lomba dan parade ogoh-ogoh sejak tahun Lomba dan parade ogohogoh pada tiga tahun pertama, yakni tahun 2004, 2005 dan 2006 dilaksanakan dalam rangka menyambut HUT Kota Denpasar yang jatuh setiap tanggal Masduki Attamami. 2 Maret Ogoh-ogoh Nyepi di setiap banjar dilombakan. [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL:

8 8 Februari dengan lokasi di catus pata Catur Muka sebanyak dua kali dan sekali dilaksanakan di wilayah Sanur (Buku Panduan Ogoh-ogoh Pengerupukan, 2011:6). Namun, sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Denpasar mulai memfasilitasi penyelenggaraan lomba dan parade ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan di kawasan Catur Muka Kota Denpasar dan daerah Sanur. 12 Setelah sempat vakum pada tahun 2009 karena bertepatan dengan jadwal kampanye terbuka pemilu legislatif, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kebudayaan Kota Denpasar kembali menggelar lomba dan parade ogoh-ogoh pada tahun 2010 dengan melibatkan seluruh sekaa teruna se-kota Denpasar yang dipusatkan di catus pata Catur Muka. Pada tahap seleksi di masing-masing kecamatan dipilih enam karya terbaik untuk mengikuti lomba ogoh-ogoh. Dua puluh empat karya ogoh-ogoh yang masuk nominasi kemudian dinilai kembali pada saat pawai ogoh-ogoh. Aksi protes terhadap hasil penilaian juri mewarnai pelaksanaan lomba dan parade ogoh-ogoh yang kembali digelar pada tahun Protes dilakukan oleh Banjar Batanbuah dengan membentangkan spanduk bernada protes atas penilaian para juri di masing-masing kecamatan yang dianggap kurang objektif. Kekecewaan juga muncul di Banjar Lebah berkaitan dengan sistem lomba yang digelar dan penilaian juri yang dinilai tidak adil Bali Post. 9 Maret Pastika: Ogoh-ogoh Pantas Jadi Festival Internasional. [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL: 13 Bali Post. 3 Maret Lomba Ogoh-ogoh Menuai Protes. [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL:

9 9 Untuk mencegah munculnya kembali protes dari kalangan sekaa teruna maka sejak tahun 2011 format penyelenggaraan lomba dan parade ogoh-ogoh diubah menjadi festival ogoh-ogoh. Mekanisme festival hanya melibatkan sekaa teruna yang berasal dari banjar adat saja. Peserta yang berkesempatan tampil dalam pelaksanaan pawai festival ogoh-ogoh merupakan perwakilan lima besar dari masing-masing kecamatan se-kota Denpasar yang masuk kategori terbaik se-kota Denpasar. Ogoh-ogoh yang masuk nominasi tidak lagi dinilai pada saat tampil pawai, melainkan hanya diarak mengelilingi catus pata Catur Muka diiringi dengan gamelan dan penataan gerak tari ogoh-ogoh. Pada tahun 2012, nama kegiatan yang sebelumnya festival ogoh-ogoh diganti menjadi parade ogoh-ogoh hingga sekarang. Meskipun berganti nama menjadi parade ogoh-ogoh, tahaptahap penyelenggaraan tetap sama seperti tahun sebelumnya yang terdiri atas tiga tahapan yakni sosialisasi, seleksi dan pawai. Penyelenggaraan parade ogoh-ogoh pada tahun 2014 sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya bagi peserta yang masuk kategori terbaik berkesempatan untuk tampil di catus pata Catur Muka pada malam pengerupukan, maka pada tahun 2014 hanya tampil di catus pata masing-masing desa pakraman. Dengan ditiadakannya penampilan peserta hasil seleksi ternyata secara tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah peserta seleksi. Sekaa teruna yang mengikuti seleksi mengalami penurunan menjadi 112 peserta, padahal sejak parade ogoh-ogoh tahun 2011, sekaa teruna yang mengikuti seleksi cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni 140 peserta pada tahun 2011, pada tahun 2012 sebanyak 150 peserta dan meningkat menjadi 169 peserta

10 10 pada tahun Selain itu pula, kendatipun format penyelenggaraan lomba dan parade ogoh-ogoh telah diubah, aksi protes dari peserta parade kembali terjadi pada tahun 2014 terkait dengan hasil penilaian tim juri. Aksi protes berasal dari sekaa teruna Banjar Tainsiat dengan memasang baliho besar di simpang empat depan bale banjar Tainsiat. 14 Dengan dikembangkannya pariwisata budaya di Kota Denpasar diharapkan parade ogoh-ogoh dapat menjadi salah satu ikon budaya unggulan di Kota Denpasar yang dapat menarik minat wisatawan sehingga secara tidak langsung nantinya dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung maupun menginap di Kota Denpasar. Pawai ogoh-ogoh yang digelar di catus pata Catur Muka ternyata tidak hanya menarik masyarakat lokal namun juga wisatawan domestik dan mancanegara yang tengah berlibur di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa travel agent di Kota Denpasar, penyelenggaraan parade ogoh-ogoh di Kota Denpasar memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan bahkan ada keinginan wisatawan untuk menyaksikan kembali parade ogoh-ogoh ke depannya. Hanya saja promosi yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar terkait parade ogoh-ogoh masih kurang, terutama infomasi ke pihak pelaku pariwisata khususnya travel agent, sehingga pihak travel agent cenderung bekerja secara mandiri dalam mempromosikan parade ogoh-ogoh di Kota Denpasar. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Kota Denpasar, mengingat selain keterlibatan dari 14 Asmara. 25 Maret Penilaian Lomba Ogoh-ogoh di Denpasar Diprotes. [Diunduh 5 Oktober 2014]. Sumber: URL:

11 11 masyarakat tentunya keterlibatan komponen pariwisata juga diperlukan agar hasil kreativitas masyarakat ini mampu memberikan nilai tambah bagi perkembangan kepariwisataan budaya di Kota Denpasar. Selain itu pula, untuk menjaga kualitas dan entitas penyelenggaraan parade ogoh-ogoh sebagai salah satu event di Kota Denpasar, tentunya fungsi evaluasi haruslah berjalan dengan baik agar nilai-nilai yang mendasari penyelenggaraan event dapat dipahami dan diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Akan tetapi, selama ini dalam penyelenggaraan event di Kota Denpasar belum ada indikatorindikator yang dijadikan dasar dalam melakukan evaluasi yang mampu memberikan gambaran dan ukuran tentang efektivitas sebuah event (Bappeda Kota Denpasar, 2011:25) termasuk parade ogoh-ogoh yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Evaluasi terhadap parade ogoh-ogoh selama ini telah dilakukan secara rutin setiap tahunnya namun belum secara menyeluruh. Menurut I Nyoman Oka selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) parade ogoh-ogoh tahun (wawancara, 05/01/2015) evaluasi yang telah dilakukan untuk penyelenggaraan parade ogoh-ogoh tahun 2011 meliputi memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada sebelumnya terutama dari segi waktu sosialisasi parade ogoh-ogoh. Seperti disampaikan I Nyoman Astita selaku Ketua Listibia Kota Denpasar sekaligus ketua tim panitia parade ogoh-ogoh Kota Denpasar (wawancara, 04/01/2015) bahwa untuk parade ogoh-ogoh tahun 2014, evaluasi lebih difokuskan pada protes yang terjadi serta kelebihan karya peserta seleksi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I

12 12 Made Mudra (wawancara, 15/01/2015) selain protes yang terjadi pada tahun 2014, evaluasi juga dilakukan terhadap bahan ogoh-ogoh serta tim yang dilibatkan. Tersirat dalam pernyataan Oka, Astita dan Mudra bahwa selama ini karena belum adanya indikator yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi, sehingga evaluasi yang dilakukan belum secara menyeluruh. Mengingat pada penyelenggaraan tahun 2014 muncul kembali protes dari sekaa teruna peserta seleksi dan juga terjadi penurunan jumlah peserta seleksi, serta terlebih lagi atraksi pawai ogoh-ogoh merupakan salah satu atraksi budaya di Kota Denpasar yang berbentuk hallmark event (Mahadewi, 2012:6) yang sudah dimasukkan dalam kalender event kepariwisataan Kota Denpasar, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap parade ogoh-ogoh tahun 2014 secara menyeluruh. Melalui evaluasi nantinya akan diperoleh informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan parade ogoh-ogoh sehingga dapat disusun rekomendasi terkait pelaksanaan parade ogoh-ogoh ke depannya sebagai upaya mendukung pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam kajian ini lebih difokuskan pada evaluasi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar. Permasalahan tersebut akan coba dipahami dengan menjawab pertanyaan penelitian yang dapat diformulasikan sebagai berikut.

13 13 1. Bagaimana implementasi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung Denpasar sebagai kota budaya? 2. Bagaimana kontribusi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung Denpasar dalam mengembangkan pariwisata budaya? 3. Bagaimanakah strategi pelaksanaan parade ogoh-ogoh untuk pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan parade ogoh-ogoh sebagai implementasi kebijakan pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan implementasi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung Denpasar sebagai kota budaya. 2. Untuk mengetahui kontribusi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung Denpasar dalam mengembangkan pariwisata budaya. 3. Untuk memberikan rekomendasi strategi pelaksanaan parade ogoh-ogoh untuk pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar.

14 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu manfaat. Adapun manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademik sebagai acuan dan referensi tentang arti penting event dikaitkan dengan pembangunan pariwisata yang dilaksanakan oleh pemerintah dewasa ini. Selain itu, tema penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain, terutama yang melakukan penelitian sejenis dengan topik dan permasalahan yang berbeda serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang relevan dengan penelitian ini Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, masyarakat, industri pariwisata dan wisatawan. 1) Bagi Pemerintah Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kota Denpasar dalam mengambil kebijakan terkait parade ogoh-ogoh sebagai implementasi visi Kota Denpasar. 2) Bagi Masyarakat Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai parade ogoh-ogoh guna meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian budaya dan tradisi lokal.

15 15 3) Bagi Industri Pariwisata Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu industri pariwisata dalam mendapatkan informasi tentang peluang pengemasan atraksi pawai ogoh-ogoh di Kota Denpasar menjadi paket wisata. 4) Bagi Wisatawan Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu wisatawan dalam mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan parade ogoh-ogoh di Kota Denpasar yang akan memperkaya pengalaman budaya mereka.

EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR

EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR JUMPA 2 [1] : 42-60 ISSN 2406-9116 EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR Ni Luh Putu Aristrawati Email: putu.ristra@gmail.com Abstract This article

Lebih terperinci

EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR

EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR TESIS EVALUASI PARADE OGOH-OGOH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR NI LUH PUTU ARISTRAWATI NIM 1391061007 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisionalnya. Tidak jarang tradisi serta kebudayaan dan kesenian yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisionalnya. Tidak jarang tradisi serta kebudayaan dan kesenian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun internasional, hal tersebut didukung dengan kebudayaan, tradisi, dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu bangsa yang sangat kaya dengan seni budaya baik berupa tari, musik, seni rupa hingga adat istiadatnya yang tersebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa kesenian Bali sebagai bagian integral kebudayaan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan merupakan daya tarik wisata yang sudah ramai dikunjungi sejak tahun 1930 (Picard, 2006). Hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah memiliki atraksi tersendiri guna mendatangkan wisatawan. Keunikan dan keindahan alam serta beragamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa

Lebih terperinci

TUJUAN LATAR BELAKANG

TUJUAN LATAR BELAKANG TABLE OF CONTENT Latar Belakang Tujuan Waktu, Tema Kegiatan Rangkaian Kegiatan - Pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa - Lombok Sumbawa Night Exhibition - Festival Pesona Mandalika - Parade Nasional Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan

Lebih terperinci

URUSAN PILIHAN PARIWISATA KONDISI UMUM

URUSAN PILIHAN PARIWISATA KONDISI UMUM 4.2.04 URUSAN PILIHAN PARIWISATA 4.2.04.1 KONDISI UMUM Dalam pelaksanaan urusan pilihan pariwisata Pemerintah Kota Semarang memiliki peranan yang cukup penting dan strategis, hal ini dikarenakan Kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018 BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka adalah pulau yang terletak di sebelah timur pulau Sumatera, Indonesia dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianzb Pariwisata telah bergerak sangat cepat dan telah menjadi stimulus pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata adalah bidang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pembangunan Kepariwisataan di Provinsi Bali

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali Sebagai pulau yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 km², Bali merupakan kesatuan wilayah Propinsi yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. 1.1 Latar belakang Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PELESTARIAN BUDAYA DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP (HERITAGE AND PROTECTION) BAGI KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional semakin besar. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Presentasi SAKIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RENCANA STRATEGIS TRANSISI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 017-018

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang beragama Hindu. Pesatnya perkembangan kepariwisataan di

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang beragama Hindu. Pesatnya perkembangan kepariwisataan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia memiliki potensi kepariwisataan yang besar berupa daya tarik keindahan alam, keanekaragaman seni dan budaya, serta kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat atas persetujuan pemerintah sejak tahun 2000. Hak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata sudah merupakan bagian penting dari kebutuhan manusia. Pariwisata sendiri sebenarnya adalah sebuah kegiatan rekreasi atau liburan yang mana seseorang

Lebih terperinci

Okokan. Kiriman: I Nyoman Putra Janiasa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Okokan. Kiriman: I Nyoman Putra Janiasa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Okokan Kiriman: I Nyoman Putra Janiasa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Ritual erat kaitannya dengan budaya, Pulau Bali terkenal akan berbagai macam ritual dan budayanya, dan merupakan daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh potensi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh potensi yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai destinasi wisata sudah terkenal baik pada tingkat nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh potensi yang dimiliki Bali, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku 74 BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam perkembangan dunia pariwisata di Indonesia, tradisi yang lakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang merupakan potensi besar yang dapat dikenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya Negara Indonesia adalah negara yang kaya dengan kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk diacung jempolkan. Objek

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman jenis budaya, adat istiadat dan seni, dilengkapi dengan pesona wisata alamnya yang sangat

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Bali sebagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijabarkan mengenai latar belakang Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dinilai banyak pihak memiliki banyak arti penting sebagai salah satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

Bagian II Pelaksanaan Kegiatan Program IAI Daerah Bali (Periode )

Bagian II Pelaksanaan Kegiatan Program IAI Daerah Bali (Periode ) 1 Bagian I Pendahuluan Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali periode 2005-2008 adalah kepengurusan yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Daerah IAI Daerah Bali yang diselenggarakan pada tanggal 26 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu instrumen yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu instrumen tradisional yang berasal dari material Bambu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, seni dan budaya tradisional sering kali menjadi topik yang terlupakan di kalangan masyarakat Indonesia. Akibatnya, tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, berada antara 110045'15'' - 110045'35'' Bujur Timur dan antara 7036'00''-

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan. Judul :Pengaruh Kompetensi Dan Kapabilitas Terhadap Keunggulan Kompetitif Dan Kinerja Perusahaan Pada Pondok Wisata (Villa) Di Kota Denpasar-Bali. Nama : I Putu Pratama Adiputra NIM : 1315251096 Abstrak

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki karakteristik struktur perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar ekonomi

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-32, 12 Juni 2010 Sabtu, 12 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-32, 12 Juni 2010 Sabtu, 12 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-32, 12 Juni 2010 Sabtu, 12 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PESTA KESENIAN BALI KE-32 DI DENPASAR, PROVINSI BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Upaya-upaya peningkatan daya tarik yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat pada tahun 2008-2010 menunjukkan hasil yang positif bagi pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten terbesar di Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar 306.519 Ha. Letaknya sangat strategis dan berbatasan dengan kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah, pengembangan destinasi baru pariwisata menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh daerah-daerah

Lebih terperinci