BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem
|
|
- Siska Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem Gambaran Umum Desa Pakraman Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus mengenai desa pakraman yang sekaligus memperkuat kedudukan dan landasan eksistensi desa pakraman. Peraturan daerah tersebut yaitu Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat. Sebelumnya, istilah yang digunakan adalah desa adat sesuai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa adat sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu, harta kekayaan sendiri, dan berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Namun, Peraturan Daerah 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai 30
2 Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali kemudian dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sehingga pada tahun 2001 diganti menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun 3003 tentang Desa Pakraman. Peraturan daerah ini pada dasarnya tetap berpegang pada falsafah Tri Hita Karana, sebagai landasan dalam pembuatan peraturan daerah di Bali. Dan selanjutnya, istilah desa yang digunakan di Bali adalah desa pakraman sesuai dengan maksud Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun Dalam Perda ini diuraikan pengertian desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan masyarakat umat Hindu secara turuntemurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian keberadaan desa pakraman telah diakui secara formal menurut perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi landasan desa pakraman yang ada di Bali Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak Berdasarkan data yang penulis dapatkan dilapangan bersumber dari informan yaitu Bapak Nengah Putu Kastawan yang penulis temui di rumahnya di Banjar Dinas Jero Kawan Asak pada tanggal 1 31
3 september Adapun data-data struktur kepengurusan Desa Pakraman Asak sebagai berikut: KRAMA SAING DULUN TAMPUL 1 De Bahan Wayan 2 De Bahan Nyoman 3 De Ngempat Wayan 4 De Nempat Nyoman 5 De Ngempat Alit Wayan 6 De Ngempat alit Nyoman 7 De Ngempat Asta Wayan 8 De Ngempat Asta Nyoman 9 De Desa Guna Wayan 10 De Desa Guna Nyoman 11 De Jurulis Wayan 12 De Jurulis Nyoman KRAMA SAING TEBEN TAMPUL 13 De Bahan Alit Wayan 14 De Bahan Alit Nyoman 15 De Catur Desa Wayan 16 De Catur Desa Nyoman 17 De Sapta Desa Wayan 18 De Sapta Desa Nyoman 19 De Merta Maya Wayan 20 De Merta Maya Nyoman 21 De Dulun Pemuit Wayan 22 De Dulun Pemuit Nyoman 23 De Pemuit Wayan 24 De Pemuit Nyoman Sistem organisasi kepengurusan Desa Pakraman Asak disebut Krama Saing dengan jumlah 24 orang yang terdiri dari Krama Saing 32
4 Dulun dan Krama Saing Teben Tambul. Didalam menjalankan tugastugasnya kedudukan tertinggi di krama saing disebut De Bahan, jabatan De Bahan di Desa Pakraman Asak adalah orang yang bertugas mengatur jalannya upacara di pura desa seperti Usaba Kasa, Usaba Kedasa, dan kegiatan upacara lainnya, bahwa didalam menjalankan tugas-tugas sesuai struktur kepengurusan yang disebut Krama Saing. Desa Asak sebagai desa tua agak berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali, bahwa kedudukan De Bahan sangat dominan memegang peranan penting didalam mengatur kerja yang menyangkut operasional upacaraupacara yang diselenggarakan di Desa Pakraman Asak yang di bantu oleh Penyarikan. De Bahan adalah sebagai pemucuk pimpinan yang berhubungan dengan operasional upacara-upacara adat di desa, sedangkan kelian adat berfungsi sebagai pimpinan yang mengatur masyarakat adat sebagai tokoh masyarakat. Anggota krama saing didalam menjalankan tugasnya di desa ada tata krama seperti tradisi Desa Pakraman Asak, bahwa anggota Krama Saing wajib berambut panjang, berbusana tradisional sesuai dengan posisi jabatannya atau yang di sebut Pesaluk yaitu menggunakan keris yang terselip dipunggungnya, bahwa yang mendampingi dari De Bahan Wayan di dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah De Bahan Nyoman. 33
5 1. Krama Saing Dulun Tampul Tugas-tugas Krama Saing Dulun Tampul adalah untuk melakukan kegiatan/ mengurus kelengkapan upacara yang terkait dengan perbutan bebantenan yang berhubungan dengan Dewa Yadnya. 2. Krama Saing Teben Tampul Tugas-tugas Krama Saing Teben Tampul yaitu bertugas membuat perlengkapan sarana upacara dalam kaitan dengan Butha Yadnya. Anggota Krama Saing di Desa Pakraman Asak berjumlah 24 orang yang dibantu oleh satu orang Penyarikan desa bertugas mengendalikan pemerintahan Desa Pakraman Asak dengan segala agenda/tugas upacara sesuai dengan nomor urutnya masing-masing dalam jangka waktu 3 tahun (tiga kali usaba kasa) pimpinan Krama Saing yang disebut De Bahan Wayan dan De Bahan Nyoman dianggap selesai (tamat) melaksanakan kewajiban selanjutnya diberi gelar De Salah, De Salah bertugas dalam waktu satu tahun sebagai Juru Arah Desa yaitu memberitahu kepada masyarakat desa terhadap agenda kegiatan di Desa Pakraman Asak dengan cara memberitahukan berjalan berkeliling desa dan berhenti pada perempatan-perempatan jalan yang telah ditentukan pada waktu sandi kala mengucapkan kata-kata pengarah dengan 34
6 membawa tombak dengan pakaian putih dan rambut panjang terurai yang biasanya disebut Ngauk. Setelah De Bahan tamat dari tugasnya maka akan diganti oleh yang dibawahnya yang disebut De Ngempat demikian seterusnya yang didasarkan pada nomor urut yang disebut Tegak. 35
7 Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak I Nyoman Winata (Pemucuk) I Ketut Sudira (Petajuh) I Ketut Sudana (Penyarikan) I Ketut Simur (Petengen) Parhyangan Pawongan Palemahan I Nengah Sarga (Mangku Desa) (Koordinator) I Nyoman Mudra (Koordinator) I Nyoman Rumiana (Koordinator) (Anggota) I Nyoman Gedur (Mangku Puseh) I Wayan Cidra (Mangku Dalem) I Gede Mahaputra Jro Ni Kadek Ayu (Anggota) I Ketut Sulendra I Ketut Musta I Nengah Raka I Nyoman Rateng Jro Nyoman Pidada Anggota) I Nengah Bontak I Nengah Mesir I Ketut warta I Nengah Wardana I Wayan Orta Krama Desa 36
8 2.1.3 Hak dan Kewajiban Warga Terhadap Ayahan Desa Kewajiban setiap warga Desa Pakraman Asak untuk melaksanakan ayahan desa diawali dengan turunnya warga masyarakat untuk ngayah ke desa yang disebut me krama saing, warga masyarakat yang mendapat arahan turun untuk me krama saing adalah warga masyarakat yang tercatat sesuai nomor urut waktu pernikahannya oleh penyarikan desa yang di sebut dengan Tegak yang di ambil dari krama desa nyoman. Krama Desa Nyoman adalah krama desa yang sudah bulu angkep (menikah) dan memperoleh pecatu (gantalan desa) yang berasal dari Desa Asak dan tinggal di Desa asak, krama desa nyoman ini berhak atas pecatu (tanah garapan) yang berasal dari tanah desa yang disebut dengan gantalan desa dan berkewajiban untuk menjalankan ayahan desa. Bahwa disamping adanya yang disebut dengan Krama Desa Nyoman untuk melaksanakan ayahan desa di desa asak juga ada organisasi ditingkat banjar yang disebut dengan pauman. Organisasi Pauman adalah kumpulan masyarakat ditingkat banjar yang dipimpin oleh kelian pauman, organisasi pauman berbeda dengan organisasi banjar sekalipun kenyataannya di desa asak kelian pauman adalah juga merupakan kelian banjar karena tempatnya menjadi satu, kegiatan organisasi pauman sangat menunjang kegiatan di banjar dalam segala hal, perbedaanya adalah organisasi pauman merupakan organisasi yang mempunyai kekayaan atas tanah yang cukup luas yang anggotanya 37
9 berasal dari warga desa asak yang masih dalam ikatan perkawinan (bulu angkep) yang awalnya berasal dari 40 orang (berdasarkan prasasti desa asak), setiap anggota pauman yang masih dalam ikatan perkawinan berhak atas jaminan pecatu (gantalan) atas tanah pauman yang disebut dengan gantalan pauman yang luasnya ditentukan oleh pimpinan pauman. Setiap warga masyarakat yang sudah bercerai atau salah satunya meninggal (tidak lagi bulu angkep) maka secara otomatis berhenti menjadi anggota pauman, namun masih sebagai anggota banjar. Di Desa Pakraman Asak organisasi pauman dibagi menjadi 2 wilayah yaitu pauman asak kangin dan pauman asak kawan, sedangkan organisasi banjar adalah organisasi yang keanggotaannya berasal dari seluruh warga masyarakat Desa Pakraman Asak yang tidak terkait dengan status perkawinan. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka seluruh anggota pauman atau banjar ditambah dengan pendatang yang tinggal di Desa Pakraman Asak adalah merupakan anggota masyarakat Desa Pakraman Asak yang disebut dengan Desa Sabu. Di bidang keagamaan Desa Asak Karangasem memiliki Pura Khayangan Tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura dalem Bija. Disamping Pura Khayangan Tiga di Desa Pakraman Asak juga terdapat pura-pura lainnya, seperti: 38
10 a. Pura Melanting b. Pura Dugul/Ulun Suwi c. Pura Prajapati d. Pura Muter e. Pura Dalem Alit Di Desa Pakraman Asak juga dapat dijumpai tradisi yang tidak dimiliki oleh desa-desa lainnya, demi menjaga tradisi adat yang diturunkan secara turun-temurun dari leluhur mereka pada jaman dahulu, Seperti halnya Desa Pakraman Asak daerah Kabupaten Karangasem. Banyak keunikan-keunikan yang dimiliki oleh desa ini Seperti, tradisi Menek Bajang atau yang sering disebut Mabuang merupakan upacara dimana seorang anak menginjak dewasa dan diharuskan menari di pura desa. Tradisi lainnya yaitu Tuk-tukan merupakan tradisi adu Jempana, jempana merupakan tempat prasasti yang diangkat dan diarak mengelilingi desa. Dan tradisi Usaba Kaulu yaitu merupakan tradisi mecaru besar yang dilakukan satu tahun sekali yang jatuhnya pada Sasih Kaulu. Tradisi ini dilakukan oleh anak lakilaki yang sudah dewasa (sudah metatah/potong gigi, dan mengikuti upacara mabuang) dimana anak laki-laki tersebut harus mengejar dan membunuh sapi tersebut yang akan digunakan untuk mecaru. 39
11 Desa Asak termasuk wilayah Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada cukup untuk mendukung dalam rangka melaksanakan program pembangunan. Potensi penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembanguna, sehingga penduduk merupakan sumber daya sebagai salah satu faktor penentu pembangunan. Berhasil tidaknya pembangunan tersebut tergantung dari kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Masalah penduduk perlu mendapat penanganan yang serius sehingga mobilitas penduduk dapat diketahui secara akurat sehingga beban desa menampung jumlah penduduk dapat dikendalikan sesuai dengan daya dukung alam yang tersedia. 2.2 Sejarah Desa Pakraman Asak Karangasem Nama Desa Asak adalah berasal dari nama orang yaitu Pangeran Asak, adalah keturunan dari Adipati Shri Naraya Kresna Kepakisan, Pangeran Asak dalam tugasnya sebagai pengembara bertugas melakukan pengintaian terhadap keberadaan masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan. Pangeran Asak pernah tinggal di wilayah timur pulau Bali yang berbatasan dengan Desa Tenganan yang merupakan bagian dari masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan sehingga beliau melakukan pengawasan dari wilayah timur Desa Tenganan yang dibatasi oleh sebuah bukit yang disebut dengan Bukit Tenganan. 40
12 Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah tempat pengintaian yang ditempati tersebut diberi nama Desa Asak, sesuai dengan nama Pangeran Asak. Selanjutnya pangeran asak pernah menetap di Desa Asak dan melakukan pengembaraan ke wilayah lain di Bali sebagai tugasnya melakukan pengawasan/ pengintaian dan akhirnya Pangeran Asak menetap di Desa Kapal Mengwi Badung, dan mempunyai keturunan bernama I Gusti Arya Manginte. Desa Pakraman Asak merupakan Desa Tua yang ada kaitannya dengan kepemerintahan Kerajaan Gel-gel yang dalam kisah sejarahnya paska wafatnya Raja Gel-gel Dalem Watu Renggong dengan diangkat putra sulung yang bernama I Dewa Pemayun sebagai Raja tahun caka 1472 atau 1550 masehi yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Bekung. Dalem Pemayun dalam memimpin kerajaan dengan usia yang sangat muda boleh dikatakan masih usia anak-anak, dengan keadaan tersebut maka semua urusan kepemerintahan dijalankan oleh Maha Patih Agung yang bernama I Gusti Arya Batanjeruk, sehingga Dalem Pemayun diangkat sebagai raja terkesan hanya sebagai simbol belaka, hal ini memunculkan kecemburuan sosial di lingkungan keluarga-keluarga terdekat kerajaan sehingga berdampak adanya pemberontakan I Gusti Agung Maruti yang menyebabkan Maha Patih I Gusti Arya Batanjeruk mundur dari jabatannya sebagai Mahapatih dan pergi bersama istrinya dan putra angkatnya menuju ke arah timur, namun kepergian I Gusti Batanjeruk dikejar sampai di Jungutan, Desa Bungaya dan terbunuh 41
13 oleh I Gusti Arya Manginte pada Caka 1478 atau 1556 masehi dengan tombaknya yang bernama Ki Baru Gudug. Setelah I Gusti Batanjeruk terbunuh I Gusti Arya Manginte menetap di Desa Asak dan pernah melakukan perjalanan ke Pulau Lombok ke wilayah Pangutan Asak, namun perjalanannya tidak terlalu lama kerena I Gusti Arya Manginte dipanggil oleh Raja untuk kembali ke Bali. Namun setelah pulang ke Bali ternyata I Gusti Arya Manginte tidak langsung menghadap Raja di Gel-gel namun beliau langsung menuju Desa Asak dan menetap di Desa Asak pada Caka 1478 sesuai dengan prasasti yang tersimpan di Merajan Agung Jero Mekel Asak. I Gusti Arya Manginte dan I Mangungang diberikkan kekuasaan oleh raja yang disuratkan oleh Penyarikan Blangsinga untuk mengurus Desa Asak dengan segala kewenangannya sebagai pemacek/pimpinan Desa Asak Dengan kewenangannya tersebut I Gusti Arya Manginte membentuk pemerintahan di Desa Asak yang awalnya terbentuk dari 40 orang warga masyarakat Asak yang dipilih oleh I Gusti Arya Manginte yang selanjutnya disebut pembantu/ kaki tangan beliau di dalam menjalankan pemerintahan di Desa Asak yang kepengurusannya disebut Krama Saing. Pemerintahan yang diterapkan oleh I Gusti Arya Manginte di Desa Asak pada zaman dulu yaitu segala bentuk penjatuhan sanksi mulai dari sanksi ringan sampai sanksi yang berat, yang berwenang adalah I Gusti Arya Manginte, tanpa sepengetahuan beliau siapapun tidak boleh mengambil 42
14 keputusan. Namun, seiring perkembangan jaman penjatuhan sanksi yang diterapkan di Desa Asak telah banyak mengalami banyak perubahan dalam tata cara menjatuhkan sanksi, dimana yang dulunya hanya I Gusti Arya Manginte saja yang boleh mengambil keputusan sedangkan sekarang pengambilan keputusan dalam menjatuhkan sanksi di sepakati secara bersama-sama yaitu keputusan di tingkat keprajuruan sampai pada kesepakatan krama desa Asak karangasem. 43
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
Lebih terperinciOleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
Lebih terperinciKONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK
1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan
Lebih terperinciPROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten
Lebih terperinciAbstract. Balinese society are bound by two village system, they are village
MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id
Lebih terperinciEKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI
EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI OBYEK / DAYA TARIK WISATA YANG DI KERJASAMAKAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciTEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG
TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda
Lebih terperinciSISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap
SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani) Oleh I
Lebih terperinciEKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh :
257 EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG Oleh : I Wayan Eka Artajaya, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Pakraman Tegallalang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN (SIMDUK) DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi adalah auditor internal. Pekerjaan ini memiliki beban kerja yang berat, batas waktu pekerjaan yang
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem kekerabatan berdasarkan prinsip purusa (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal yang dianut oleh masyarakat
Lebih terperinciberagam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang merupakan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan
Lebih terperinciSENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :
SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR
Lebih terperinciPERAN DESA ADAT KUTA DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (Studi tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan)
PERAN DESA ADAT KUTA DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (Studi tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan) SKRIPSI Oleh: Gusti Bagus Agung Swandhita NIM. 1021005021 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciBAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI
BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI 2.1. Sejarah Pemerintahan Desa Adat di Bali Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu deça, seperti Dusun, Desi, Negara, Negeri, Nagaro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan yang memadukan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) dalam
Lebih terperinciKASUS BANTUAN SOSIAL FIKTIF DI KLUNGKUNG TERANCAM. nusabali.com
KASUS BANTUAN SOSIAL FIKTIF DI KLUNGKUNG TERANCAM nusabali.com Kasus dugaan korupsi dana Bantuan Sosial (bansos) fiktif pembangunan Merajan Sri Arya Kresna Kepakisan di Banjar Anjingan, Desa Pakraman Getakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup
Lebih terperinciTanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya
Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan
Lebih terperinciJAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN
JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN Oleh Ni Putu Ayu Yulistyadewi Desak Putu Dewi Kasih I Gst Ayu Putri Kartika Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Traditional
Lebih terperinciPENDAMPINGAN KELUARGA KKN-PPM UNUD PERIODE XIII TAHUN 2016
PENDAMPINGAN KELUARGA KKN-PPM UNUD PERIODE XIII TAHUN 2016 DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN/KOTA NAMA MAHASISWA FAKULTAS/PS : DESA SELAT : SELAT : KARANGASEM : KOMANG TEJA NUGRAHA : PERTANIAN/ARSITEKTUR
Lebih terperinciPENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN AWIG-AWIG DESA ADAT OLEH KRAMA DESA DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROPINSI BALI
PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN AWIG-AWIG DESA ADAT OLEH KRAMA DESA DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROPINSI BALI Oleh : BUDI KRESNA ARYAWAN, SH B4B.004.083 Telah dipertahankan
Lebih terperinciPOLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI
Jurnal Sabua Vol.1, No.1: 1-7, Mei 2009 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI Veronica A. Kumurur 1 & Setia Damayanti 2 1 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Program Pendampingan Keluarga (PPK) merupakan program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Kota
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI
SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI THE LEGAL CONSEQUENCES OF NYEBURIN MARRIAGE ACCORDING ON BALINESE ADAT LAW Putu Agus Hendra Sudiartawan NIM. 100710101191 KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) adalah suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Program Pendampingan Keluarga (PPK) merupakan program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN-PPMdi Universitas Udayana. PPK
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-
BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Bali sebelum adanya LPD telah banyak terbentuk kelompok sekeha-sekeha yang intinya
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak, remaja, dewasa, dan tua. Masa dewasa inilah manusia menetapkan keputusan besar dalam hidupnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu kebutuhan dan kepentingan dari berbagai kegiatan pembangunan dalam upaya menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi,
Lebih terperinciKata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing
Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma) OLEH
Lebih terperinciMAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016
MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 Latar Belakang dan Asal-Usul Om Swastyastu, Keinginan kami sebagai penggagas berdirinya Majelis Adat Pekraman di wilayah Lampung, agar cita-cita luhur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu
Lebih terperinciKapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali
Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, 16 22 November 2008. Kapan Boleh Menikah? Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali DEWASA atau belumnya seseorang niscaya sudah ditentukan batasnya. Sebelum
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) adalah suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Lebih terperinciKondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1
I. PENDAHULUAN 1.1 Tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa untuk Mewujudkan Desa Bebandem yang BERSEMI (Bersih, Sehat,Mandiri dan Terintegrasi) 1.2 Lokasi Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan
Lebih terperinciOLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM
OM SWASTI ASTU OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BH Primer 1. Norma atau kaedah dasar yakni Pembukaan UUD 1945. 2. Peraturan dasar (BT UUD
Lebih terperinciSeetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli
Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Made Andika Hadiputra Evaganna 1*, Putu Sukardja 2, Ketut Darmana 3 [123] Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1
Lebih terperinciAnggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPI SPANYOL
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPI SPANYOL Doddy Irawan Ni Wayan Bejug W. Kurniawan Rizalina Tama S. Yogawira Prada Pasiaji Shantosa Yudha Siswanto Seilendria Hadiwardoyo Negara Kerajaan Spanyol,
Lebih terperinciARYA WANG BANG SIDEMEN MERAJAN GEDONG SELAT
SUSUNAN PANITIA KARYA NGENTEG LINGGIH NUBUNG DAGING TAHUN 2015 1. Yajamana Karya : Ida Pedanda Gede Made Buruan 2. Tapini : Ida Pedanda Istri Rai Pemayun : Ida Ayu Ngurah 3. Pamiteket Karya : I Gusti Mangku
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KULKUL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM DESA PAKRAMAN DI BALI (STUDI KASUS DI BANJAR SARI DESA PAKRAMAN SUKAHET DAN BANJAR PANDE MAS DESA ADAT KUTA) SKRIPSI Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global status report on NCD World Health Organization (WHO) menyatakan penyebab kematian semua umur di dunia 68% karena penyakit tidak menular. Perubahan pola gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu kebutuhan dan kepentingan dari berbagai kegiatan pembangunan dalam upaya menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii
Lebih terperinciKata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.
Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Aset LPD di Kabupaten Gianyar Nama : Ni Made Jeny Lestari Dewi NIM : 1315351091 Abstrak Pertumbuhan
Lebih terperinciDAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2012
DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2012 Model A3- KWK.KPU TPS : 01 KABUPATEN : GIANYAR DESA / KELURAHAN : PEJENG KANGIN PROVINSI : BALI KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai wilayah perairan yang dikelilingi oleh samudra-samudra yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau dan gugusan pulau, besar dan kecil. Kepulauan Indonesia bertebaran dan mempunyai wilayah perairan
Lebih terperinciKEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG
KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar
Lebih terperinciKEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG
KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar akan
Lebih terperinciPERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang)
481 PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang) I Wayan Gde Wiryawan, Wayan Suandhi, I Ketut Widnyana, I Wayan Wahyu Wira
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman
Program Kerjasama Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat dan Perguruan Tinggi Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman Desa: Bantang Kecamatan: Kintamani Kabupaten:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai potensi daya tarik wisata, baik berupa daya tarik wisata alam, budaya maupun buatan.
Lebih terperinciEKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI
EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI Kadek Yudhi Pramana A.A Gede Oka Parwata A.A Istri Ari Atu Dewi Hukun dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Desa Pakraman
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA
PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa memperhatikan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali)
C 01 PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali) Teuku Muhammad Shaleh Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam mendorong
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website
Lebih terperinciLAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN
LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,
BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN 2.1. Letak geografis Desa Pakraman Abangan Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang, Kecamatan Tegallalang dan Kabupaten Gianyar. Mengenai
Lebih terperinciDi samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah
BAB VI KESIMPULAN Dari pengungkapan sejumlah fakta dan rekonstruksi yang dilakukan, penelitian ini menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut ini : Sultan Hamengku Buwono VII adalah seorang raja yang
Lebih terperinciPROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 268/ HK / 2015 TENTANG
PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 268/ HK / 2015 TENTANG PENETAPAN KELOMPOK TANI TERNAK PENERIMA BANTUAN BIOGAS PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA BADAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan
BAB IV ANALISIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO MENGENAI PENOLAKAN GUGATAN NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERMOHONAN CERAI TALAK NOMOR : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda A. Analisis Undang-Undang Perkawinan dan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI
Lebih terperinci