TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:"

Transkripsi

1 TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh: Ida Ayu Putu Ratna Dewi*, Prof. Dr. Bawa Atmadja. M.A**, Dr. Tuty Maryati, M.Pd*** Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan latarbelakang Tradisi Ngerebeg tetap dipertahankan. (2) Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg. (3) Mendeskripsikan nilainilai dari Tradisi Ngerebeg yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian,penelitian ini berlokasi di desa pakraman Tegal darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, (2) Pendekatan penelitian, menggunakan pendekatan kualitatif. (3) Teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling (4) Teknik pengumpulan data, melalui data primer dan data sekunder. (5) Teknik validitas atau teknik keabsahan data, dengan triangulasi data (6) Teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pemertahanan Tradisi Ngerebeg di latar belakangi karena adanya suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah mengakar di masyarakat, di samping adanya alasan pelestarian budaya, melanjutkan tradisi dari desa asal, pelestarian budaya, penguatan solidaritas, aset ekonomi desa, penguatan ekonomi keluarga, memperkuat agama Hindu. Tata cara pelaksanaan tradisi Ngerebeg diantaranya: persiapan dan pelaksanaan upacara (tempat, waktu, perlengkapan, pemimpin dan peserta upacara). Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Ngerebeg diantaranya: nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetis, nilai social dan nilai politik. Kata Kunci: Tradisi, Ngerebeg, nilai tradisi. ABSTRACT This study aimed (1) to describe the background of tradition Ngerebeg retained. (2) Describe the procedures of Tradition Ngerebeg. (3) Describe the values of tradition Ngerebeg utilized as a source of teaching history. This study uses a qualitative method by stages; (1) Location determination techniques of research, this research is located in Tegal, Darmasaba village, Abiansemal subdistrict, Badung regency (2) The research approach, using qualitative approach. (3) Determination techniques informant, using Primary and Secondary data. (4) Data collection techniques, (5) The validity of technique or techniques data authenticity, using Triangulasion data. (6) The data analysis technique. The results showed that, retention of Ngerebeg Tradition happends because of the existence of a trust and confidence that has become a root in the community, in addition to the grounds of cultural preservation, continuing the tradition of the original village, the fulfillment sense of security the abstract, cultural preservation, strengthening solidarity, economic asset village, economic strengthening families, strengthening the Hindu religion. The procedure for execution Ngerebeg tradition include: the preparation and execution of the ceremony (place, time, equipment, leaders and participants of the ceremony). The values contained in Ngerebeg tradition are: religious values, economic values, aesthetic values, social values and political values. Keywords: Tradition, Ngerebeg, the value of tradition.

2 PENDAHULUAN Bali mempunyai daya tarik tersendiri baik dari segi keindahan alam, keramahan penduduk maupun kebudayaannya yang memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakatnya yang berciri sosial religius. Masyarakat Bali memiliki nilai religius yang tinggi. Implementasi dari nilai religius yang tinggi dapat dilihat pada pelaksanaan berbagai upacara ritual di sepanjang dinamika kehidupan masyarakatnya dan bahkan hampir di setiap sisi kehidupan masyarakat Bali tidak akan terlewatkan tanpa melalui sebuah upacara. Salah satu keunikan Bali yang menjadi daya tarik sendiri para wisatawan adalah masyarakatnya yang masih berpegangan pada tradisi-tradisi kuno yang tersebar di berbagai pelosok desa di Bali. Tradisi berasal dari suatu kebudayaan atau yang juga disebut peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat serta pembawaan yang diperoleh dari anggota masyarakat. Istilah peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks (Koentjaraningrat, 2002:182). Kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai identitas suatu bangsa maupun daerah tertentu. Mengenal kebudayaan suatu daerah atau bangsa berarti mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan. Kebudayaan terdiri dari berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas cita-cita atau paham dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai (Soelaeman, 2002:21). Walaupun masyarakat Bali telah mengalami perubahan dalam berbagai hal seperti sudah berkembangnya teknologi serta banyaknya masyarakat yang meniru kehidupan budaya luar, tetapi dalam kenyataannya masih ada yang tetap mempertahankan tradisi leluhurnya. Kemajuan teknologi dan perkembangan kebudayaan modern pada saat ini tidak mengikis kepercayaan umat Hindu terhadap tradisi atau kebudayaan kuno yang telah mereka lakukan secara turuntemurun. Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dan dilakukan pada era modernisasi seperti sekarang ini adalah Tradisi Ngerebeg. Walaupun tradisi ini dilaksanakan ditengah-tengah era modernisasi seperti sekarang ini,tetapi masyarakat tetap melaksanakan upacara tersebut,karena mereka percaya bahwa tradisi tersebut mampu menetralisir sifat-sifat jahat yang ada di desa tersebut,jadi tradisi ini memiliki tujuan yaitu nyomnya butha agar tidak mengganggu masyarakat desa. Tradisi Ngerebeg merupakan suatu kebudayaan yang telah mengakar di kalangan masyarakat Desa Pakraman Tegal Darmasaba. Desa Tegal Darmasaba,berada di Kecamatan Abiansemal,Kabupaten Badung,Bali. Tradisi ini sangat unik, karena dalam proses pelaksanaan tradisi ini berbeda dengan tradisi-tradisi pada umumnya. Berbeda dengan tradisi Grebeg yang ada di Yogyakarta yang dilaksanakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhamad, Dalam proses pelaksanaannya dilakukan oleh anggota keraton dengan membawa gunungan dari buah. Dalam bahasa Jawa, kata garebeg, gerbeg atau grebeg, bermakna: suara angin menderu. Sedangkan hanggarebeg, mengandung makna mengiring raja, pembesar atau pengantin garebeg di Kesultanan Yogyakarta dan di Kesunan Surakarta mempunyai makna khusus, yakni upacara kerajaan yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi

3 Muhammad SAW, merayakan Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan dalam tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Tegal Darmasaba diikuti oleh seluruh masyarakat. Mereka berkeliling di sekitar Desa Pakraman setempat dengan membawa berbagai peralatan seperti tombak,tedung dan lain sebagainya. Iringan-iringan peserta Ngerebeg dimeriahkan oleh suara gamelan dan teriakan-teriakan yang membuat suasana semakin semarak dan bernuansa religius. Jika mengacu pada kuriulum 2013 mata pelajaran Sejarah di kelas X di SMA, Kompetensi Inti (KI) yang dibahas yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sedangkan Kompetesi Dasarnya (KD) yaitu menganalisis keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia di bidang kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini. Berdasarkan indikator tersebut yaitu di kelas X sangat baik diterapkan dalam pembelajaran karena lebih membantu siswa lebih mengenal tradisi yang ada di wilayah Indonesia. Tradisi Ngerebeg ini merupakan salah satu budaya lokal yang memiliki nilai-nilai karakter dan merupakan sumber sejarah, serta dapat di integrasikan kedalam kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Sejalan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis masalah tentang pendidikan karakter melalui pendekatan budaya atau pun tradisi yang mengakar di masyarakat Desa Tegal Darmasaba yang bernama tradisi Ngerebeg kedalam pembelajaran sejarah. Berdasar pada latar belakang permasalahan terdapat tiga permasalahan yang dikaji pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1) Mengapa Tradisi Ngerebeg tetap pertahankan oleh masyarakat di Desa Tegal Darmasaba?. 2) Bagaimana tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg di Desa Tegal Darmasaba Bali?. 3) Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Tradisi Ngerebeg yang bisa dimanfaatkan pada sumber pembelajaran Sejarah di SMA?. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah 1) pemertahanan tradisi yang terdiri dari pengertian tradisi, latar belakang pemertahanan tradisi, dan usaha pemertahanan tradisi. 2) sistem ritual yang terdiri dari sistem keyakinan, sistem ritual/upacara, peralatan ritual, tempat dan waktu upacara, dan peserta upacara. 3) sumber belajar sejarah, yaitu dengan menjadikan tradisi ngerebeg sebagai pengayaan materi dalam pembelajaran sejarah. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan latar belakang tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Tegal Darmasaba masih tetap di pertahankan oleh masyarakat setempat. 2) Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Tegal,Darmasaba,Badung. 3) Mendeskripsikan nilai-nilai dari Tradisi Ngerebeg yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yaitu menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Agar lebih mudah dalam mengkaji permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan beberapa metode yang meliputi : (1) Lokasi Penelitian tepatnya di Desa Tegal Dramasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, (2) Pendekatan Penelitian, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif (3) Teknik Penentuan Informan, penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara porposive sampling (4) Metode Pengumpulan Data, Data dalam penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer (5) Teknik Validitas atau Teknik Keabsahan Data, pengecekan data digunakan untuk memperoleh keyakinan terhadap

4 kebenaran data penelitian kualitatif yang dilakukan dengan Triangulasi Data dan (6) Teknik Analisis Data, Pada analisis data dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh bisa menggunakan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, display, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara porposive sampling atau sampel bertujuan. Informan merupakan penduduk asli desa Tegal Darmasaba dan penduduk pendatang yang mengetahui tentang tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan di desa Tegal Darmasaba, Kecamatan Abiansemal. Prosedur pengambilan sampel secara purposive kemudian dikembangkan melalui teknik snowball. Data dalam penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer. Data skunder diperoleh dari buku-buku, arsip/dokumen, sumber-sumber. Data primer diperoleh melalui observasi wilayah dan diisi wawancara. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dengan wawancara dan observasi yang dilaksanakan berkaitan dengan tradisi ngerebeg di Desa Pakrakan Tegal Darmasaba diantaranya, yaitu: 1. Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Ngerebeg Pemertahanan tradisi Ngerebeg dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman darmasaba karena diyakini bahwa tradisi bagi suatu daerah pada dasarnya harus tetap dijunjung tinggi pelaksanaannya. Pemertahan tradisi disuatu tempat akan memberikan warna bagi corak kehidupan masyarakat, yang tentunya akan membedakan dengan desa maupun daerah lain. Dalam mempertahankan tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba kuat dipengaruhi oleh beberapa alasan atau faktor-faktor, yaitu adanya sistem keyakinan, melanjutkan tradisi Ngerebeg dari desa asal yaitu Desa Bantiran, pemenuhan rasa aman, pelestarian budaya,aset ekonomi desa pakraman,penguatan ekonomi keluarga,dan memperkuat agama Hindu. 1) Keyakinan atau Kepercayaan Setiap manusia sadar dan percaya akan adanya alam dunia yang tidak nampak yang berada diluar batas panca indra dan akalnya. Dunia adalah gaib atau supranatural. Makhluk dan kekuatan yang menduduki dunia gaib itu adalah dewadewa yang baik maupun yang jahat, makhluk-makhluk halus lainnya seperti rohroh leluhur, roh-roh lainnya yang baik maupun yang jahat, kekuatan sakti yang bias berguna maupun yang bias menyebabkan bencana (Koentjaraningrat, 1985:231). Bertolak dari hal tersebut, begitu pun dengan tradisi Ngerebeg di desa pakraman Darmasaba yang masih dipertahankan karena sarat akan keyakinan dan kepercayaan dari masyarakatnya, sehingga tradisi Ngerebeg masih tetap bertahan sampai sekarang. 2) Melanjutkan Tradisi dari Desa Asal Tradisi Ngerebeg sebenarnya adalah tradisi asli yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bantiran. Desa Bantiran adalah salah satu desa yang terletak tidak jauh dari wilayah desa Darmasaba. Asal usul masyarakat Darmasaba adalah dari Desa Bantiran. Termasuk tradisi yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh masyarakat desa Darmasaba adalah berasal dari Desa Bantiran. Berdasarkan latar belakang terjadinya tradisi Ngerebeg ini,bahwa dahulunya di Desa Bantiran terjadi wabah penyakit yang menyebabkan banyaknya korban berjatuhan. Akibat dari wabah itu,salah satu raja yang memipin Bali pada masa itu,memberikan arahan agar masyarakat Bantiran untuk sementara berpindah tempat ke desa lain yaitu desa Darmasaba,dan untuk mengusir dan menetralisir hal-hal negative yang terjadi masyarakat desa Bantiran juga melaksanakan sebuah tradisi yaitu Ngerebeg. Sampai saat ini tradisi Ngerebeg masih dilaksanakan oleh masyarakat desa Darmasaba. Tradisi ini masih dilanjutkan oleh masyarakat Desa Darmasaba dikarenakan sudah menjadi sebuah kebiasaan dan kewajiban bagi masyarakat desa Darmasaba dengan harapan agar

5 sifat-sifat negatif bisa dinetralisirkan dengan upacara tersebut. 3) Pelestarian Budaya Melihat kenyataan bahwa para generasi muda bangsa Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik ataupun lebih unik dan praktis, kebudayaan lokal banyak yang luntur akibat tidak ada generasi penerus yang akan mewarisinya. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya yang mana kebudayaan Bangsa ini adalah budaya-budaya lokal adalah kewajiban setiap lapisan masyarakat, dimana peran setiap mereka yang terus berusaha untuk mewarisi kekuatan budaya lokal akan menjadi kekuatan budaya itu untuk tetap ada. Menurut Prebekel Desa Darmasaba I Wayan Kaler (58 tahun) (wawancara 7 Mei 2015) menyatakan secara singkat bahwa, tradisi Ngerebeg merupakan suatu seni sakral yang termasuk bagian dari kebudayaan lokal khususnya bagi masyarakat Desa Darmasaba yang harus dilestarikan. Di samping itu, dalam tradisi ini, dibutuhkan kreativitas seni dari para peserta Ngerebeg yang terdiri dari anak-anak remaja,dimana mereka kebanyakan mendapatkan tugas sebagai pengiring dalam tradisi ini. 4) Penguatan Solidaritas Dilaksanakannya tradisi Ngerebeg,maka secara tidak langsung solidaritas antara masyarakat desa Darmasaba akan menjadi kuat. Karena dengan dilaksanakannya tradisi ini seluruh masyarakat akan berkumpul dan saling berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Rasa kebersamaan akan dirasakan oleh masyarakat Desa Darmasaba karena di dalam upacara Ngerebeg masyarakat dituntut untuk saling bekerjasama anatara satu dengan lainnya untuk ngayah,seperti membawa umbul-umbul dan nyongsong Ida Bhatara Patapakan. 5) Aset Ekonomi Desa Pakraman Tradisi Ngerebeg memiliki efek ekonomi dalam tahap perluasan kerja yang efek terjadinya secara tidak langsung. Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg menjadi suatu tontonan bagi wisatawan, selanjutnya kehadiran wisatawan tersebut mampu menginspirasi masyarakat Desa Dramasaba dalam berbagai bidang jasa maupun lainnya. Dalam bidang jasa,masyarakat desa Darmasaba yang berkecimpung di dunia pariwisata akan mengundang wisatawan-wisatawan untuk ikut serta menonton upacara Ngerebeg. Dengan cara tersebut masyarakat desa secara tidak langsung sudah memperkenalkan tradisi Ngerebeg di kancah nasional maupun internasional. Selain itu masyarakat akan menyediakan jasa untuk dokumentasi upacara Ngerebeg tersebut,jadi jika ada wisatawan yang ingin memiliki dokumentasi lengkap terkait dengan pelaksanaan upacara Ngerebeg ini akan disediakan jasa dokumentasi dengan harga untuk wisatawan local sebesar Rp sedangkan wisatawan internasional sebesar Rp Ini membuktikan bahwa upacara Ngerebeg sangatlah berpengaruh dalam roda perekonomian masyarakat khususnya perekonomian desa pakraman. 6) Penguatan Ekonomi Keluarga Tradisi Ngerebeg ini memiliki efek yang sangat kuat bagi roda perekonomian,tidak hanya bagi perekonomian desa tetapi juga perekonomian keluarga. Tradisi ini mampu menarik seluruh masyarakat untuk datang dan menyaksikan tradisi tersebut,selain desa Darmasaba lebih dikenal oleh masyarakat luas,tradisi Ngerebeg juga berpengaruh bagi masyarakat yang mengais rejeki pada saat upacara tersebut berlangsung. Dengan banyaknya masyarakat yang datang baik untuk berpartisipasi dan menonton upacara,sangat menguntungkan bagi pedagang yang berjualan di area pura,dan sangat berpengaruh dalam pendapatan mereka yang bertambah dengan dilaksanakan upacara Ngerebeg. 7) Memperkuat Agama hindu Sangat disadari bahwa upacara Ngerebeg akan memperkuat agama Hindu,karena dilaksanakannya upacara ini,masyarakat akan datang ke Pura dengan perlengkapan persembahyangan seperti canang sari,kuangen,dupa,dan

6 melakukan persembahyangan,ini membuktikan bahwa tradisi atau upacara ini mampu memperkuat agama Hindu. 2. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Secara umum dalam tata cara pelaksanaan tradisi ngerebeg terdiri dari dari dua tahap yaitu tahap persiapan upacara dan tahap pelaksanaan upacara serta penutupan upacara. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut. 1) Persiapan Upacara Persiapan diawali dengan mengadakan suatu pertemuan atau paruman yang dihadiri oleh Bendesa Adat, Kelian Desa, Wakil Kelian Desa, Jro Mangku serta pengurus-pengurus yang mempunyai kepentingan. Pertemuan ini dilaksanakan di Pura Dalem. Pura Dalem dipilih sebagai tempat pertemuan karena selain terdapat wantilan,pura ini adalah pura pusat desa dan upacara Ngerebeg melibatkan seluruh banjar,jadi pertemuan dilaksanakan di Pura Dalem desa Darmasaba. Pertemuan tersebut akan membahas tentang besarnya biaya yang akan dikeluarkan, serta apa saja yang akan dihaturkan oleh karma desa Darmasaba. Kemudian bendesa adat akan menunjuk atau membagikan tugas kepada masingmasing banjar dinas untuk ngayah pada saat upacara Ngerebeg. Pelaksanaan upacara Ngerebeg ini dibawah Koordinasi I Made Lepur (Bendesa Adat Tegal Darmasaba), sehingga sarana yang dipersiapkan oleh krama desa Pakraman Darmasaba seperti janur, kelapa,babi. Dalam pembuatan banten untuk upcara Ngerebeg dibuat langsung oleh krama Desa Darmasaba secara bergotong royong. Sebelum pelaksanaan upacara Ngerebeg, beberapa kegiatan dilakukan seperti gotong royong membersihkan Pura, pemasangan peralatan upacara seperti pemasangan umbul-umbul di depan Pura dan di sepanjang jalan yang akan dilewati oleh iring-iringan Ngerebeg, sarana upacara yaitu membuat banten, serta mempersiapkan hewan yang akan digunakan sebagai sarana upacara yaitu celeng butuhan. 2) Pelaksanaan Upacara (1) Tempat Upacara Tradisi Ngerebeg dilaksananakan mulai dari Pura Dalem Gede yang dijadikan tempat penyimpanan banten,dan sarana upacara lainnya. Dipilihnya Pura Dalem Gede sebagai tempat dilangsungkan upacara Ngerebeg karena Gedong pusat pura yang ada di desa Darmasaba terletak di Pura Dalem tersebut. Setelah dilakukannya persembahyangan bersama,krama yang mendapatkan tugas untuk ngayah akan melakukan ritual penyamblehan atau penyembelihan terhadap babi butuhan bertempat di wantilan Pura Dalem. Disana dilaksanakan Tradisi Ngerebeg dan disepanjang jalan sampai perbatasan desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Lokasi Upacara (2) Waktu Upacara Tradisi Ngerebeg dilaksanakan pada Wraspati Keliwon Langkir setiap 210 hari sekali,tepatnya hari kamis setelah hari raya kuningan. Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg rutin dilaksanakan karena kepercayaan leluhur yang dari turun temurun selalu dilaksanakan. Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba tidak berani untuk tidak melaksanakan upacara ini dikarenakan takut ada sesuatu buruk yang akan terjadi untuk desa mereka. Dipilihnya Wraspati Langkir sebagai hari dilaksanakan upacara Ngerebeg dikarenakan hari itu memang tepat untuk dilaksanakannya upacara Ngerebeg. (3) Perlengkapan Upacara Pada pelaksanaan Tradisi Ngerebeg banyak diperlukan alat-alat atau bahanbahan. Adapun beberapa alat-alat atau bahan-bahan dalam pelaksanaan Tradisi Ngerebeg antara lain,seperti tumpeng

7 solas,yang terdiri dari banten pejati asoroh,1 banten gebogan alit,banten pengambean asoroh tumpeng 2 bungkul,banten dapetan yang terdiri dari dapetan pokok satu rangkaian dengan tumpeng 3 bungkul.dapetan pengiring 4 tanding dengan tumpeng 4 bungkul,banten soda,peras asoroh 2 bungkul. Banten tumpeng solas ini disertai dengan biukaon,prascita,pengulapan. Selain itu terdapat banten segehan agung yang berisikan tempeh,taledan,raka-raka akebisakebis sampian plaus,ituk-ituk 11 meider berisi nasi sasah putih,bawang,jahe,daksina jangkep beralas ituk-ituk masibeh (entog-entog),payuk pere,canang sari dan berisikan jinah bolong 200 kepeng. Selain itu terdapat juga banten segehan panca warna dan celeng butuhan. Perlengkapan lain yang juga termasuk kedalam upacara Ngerebeg yaitu umbul-umbul. Umbul-umbul ini dipilih sebagai salah satu sarana atau alat upacara karena memiliki arti atau makna tersendiri bahwa diharapkan tidak ada gangguan atau hambatan pada saat masyarakat melakukan upacara Pengrebegan atau keliling desa,jadi perjalanan peserta upacara pada saat melakukan keliling desa diharapkan berjalan lancar dengan adanya symbol keamanan yaitu umbul-umbul. (4) Pemimpin Upacara dan Peserta Upacara Pada setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada tiga kelompok yang harus dilibatkan yang disebut dengan Tri manggalaning Yadnya yaitu 1) Sang Sadaka, yaitu pendeta yang akan memimpin secara ritual suatu upacara keagamaan, 2) Sang Widya, yaitu tukang banten yang akan membuat dan mengatur upakara atau sesaji. 3) Sang Yajamana, yaitu umat yang menyelenggarakan upacara keagamaan itu (Wiana, 1996 :13). Begitu pula dalam upacara Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba yang dilaksanakan mulai dari Pura Dalem, dan perempatan melibatkan banyak orang, yang memimpin upacara (Sang Sadaka) Tradisi Ngerebeg adalah jro mangku kahyangan 3,yaitu pemangku pura puseh,dalem dan pura desa. Sedangkan tukang bantennya adalah Kelian Desa Tegal Darmasaba (I Made Lepur ) yang dibantu oleh prajuru desa dan srati banten yang tugasnya di Pura Dalem. Pemangku dipilih dalam upacara ini dikarenakan upacara ini menggunakan banten alit,maka dari itu masyarakat desa memilih pemangku sebagai pemimpin upacara tersebut. Selain itu dalam upacara ini seluruh Bhatara Patapakan disetiap pura akan tedun,jadi dalam pelaksanaannya pemangku dari masing-masing pura harus memimpin jalannya upacara. Dalam upacara ini melibatkan seluruh masyarakat desa pakraman Darmasaba. Ada 12 banjar dinas yang terlibat dalam upacara ini. Seluruh masyarakat desa Darmasaba berbaur untuk melaksanakan upacara Ngerebeg. (5) Prosesi Upacara 1. Upacara Pebersian Upacara Pebersian ini,banten prayascita dan biakaon akan dihaturkan terlebih dahulu kepada ida batara petapakan (barong,rangda),yaitu dengan memercikan air suci (tirta) dihadapan barong,dan rangda. Setelah itu air suci akan dipercikan kepada masyarakat atau pemedek yang mengikuti upacara Ngerebeg. Tujuan dari upacara ini adalah untuk membersihkan segala hal yang bersifat buruk baik yang ada di dalam diri kita maupun yang ada disekitar kita. Uapacara Pebersian dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Upacara Pebersian 2. Upacara Persembahyangan Upacara persembahyangan dilakukan secara bersamaan oleh seluruh masyarakat Desa Darmasaba yang mengikuti upacara Ngerebeg.

8 Persembahyangan ini dipimpin oleh seluruh mangku yang muput upacara. Upacara persembahyangan ini dilaksanakan di wantilan atau bale agung Pura Dalem. Tujuan dari persembahyangan ini yaitu untuk mewujudkan rasa bhakti kehadapan Tuhan beserta segala manifestasinya,selain itu untuk memohon kesalamatan kehadapan Tuhan,dengan diadakan upacara Ngerebeg maka diharapkan Tuhan memberikan keselamatan dan menjauhkan masyarakat Desa Pakraman Darmasaba dari sifat-sifat negative. 3. Penyamblehan Penyambleh adalah penaburan darah binatang korban dengan jalan memotong leher binatang itu atau menikamnya dengan keris. Upacara ini menggunakan babi butuhan sebagai penyambleh. Setelah babi ini disembelih,darah dari kepala babi ini akan dioleskan disetiap Ida Batara Petapakan. Sedangkan badan babi akan dijadikan masakan yaitu lawar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Dalam setiap perjalanan mengelilingi desa,iring-iringan akan berhenti di setiap banjar dan pura. Selain itu iring-iringan akan membentuk lingkaran di setiap perempatan. Iring-iringan Ida Batara Petapakan akan berhenti sejenak di setiap banjar atau pura untuk melakukan ritual persembahyangan,dengan sarana banten segehan panca warna yang dipimpin oleh jro mangku.iring-iringan akan bersorak sambil berlari untuk mengelilingi desa. Tujuan dari upacara ini adalah untuk menetralisir sifat-sifat jahat atau negative yang ada di desa,selain itu juga untuk menghindari desa dari wabah penyakit (grubug). Puncak acara ngerebeg dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Puncak Acara Ngerebeg Gambar 3. Upacara Panyemblehan 4. Puncak Acara Ngerebeg Setelah dilakukan penyamblehan,upacara selanjutnya yaitu puncak acara Pengrebegan. Sebelum berkeliling desa,iring-iringan akan mengelilingi wantilan atau bale agung terlebih dahulu sebanyak 3 kali. Pada puncak upacara ini Ida Batara Petapakan yang terdiri dari barong,barong landung dan rangda akan tedun dan mengelilingi wantilan dengan diiringi oleh pemedek atau masyarakat desa dan diiringi pula dengan gambelan. Setelah berkeliling sebanyak 3 kali,maka iring-iringan akan menuju desa dan mengelilingi desa pakraman Darmasaba. (6) Upacara Penutupan Upacara penutupan ini dilakukan setelah dilaksanakannya upacara Pengrebegan yaitu keliling desa dengan iring-iringan Ida Bhatara Petapakan. Setelah berkeliling desa,iring-iringan Ida Bhatara Petapakan akan kembali ke Pura Dalem,sebelum iring-iringan masuk ke dalam pura,jro mangku akan menghaturkan segehan warna lima di depan iring-iringan Ida Bhatara Petapakan. Upacara ini dilakukan di jaba Pura,ini dilakukan karena dihaturkan segehan warna lima memiliki arti yaitu sebagai persembahan untuk bhuta kala,diharapkan para bhuta kala tidak mengganggu pengiring maupun Bhatara Patapakan. Dengan dihaturkannya segehan warna lima oleh pemangku,berakhir pula upacara Pengrebegan tersebut. 3. Nilai-Nilai dan Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah 1) Nilai-Nilai dalam Upacara Ngerebeg

9 (1) Nilai Religius Upacara sacral ngerebeg merupakan suatu upacara untuk melakukan wujud bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan meminta perlindungan dari-nya. Jadi dapat di ketahi bahwa tradisi Ngerebeg memiliki nilai religius dalam pelaksanaannya dan merupakan bagian utama dari nilai pendidikan karakter. (2) Nilai Ekonomi Tradisi Ngerebeg ini sangat menguntungkan bagi para pelaku ekonomi desa khususnya para pedagang kecil. Ekonomi adalah salah satu factor pemertahanan tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba. (3) Nilai Estetis Nilai estetis terdapat dalam tradisi Ngerebeg, seperti dalam hal seni dalam musik gambelan maupun dalam membuat banten. (4) Nilai Sosial Dalam pelaksanaan tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba, tentu tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu, yaitu konsep Tri Hita Karana. Dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Hita Karana ditekankan untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan sang penciptanya, manusia dengan sesame manusia serta manusia dengan alam. (5) Nilai Politik Tradisi Ngerebeg terkandung nilai politik,dimana dalam pelaksanaan upacara ini melibatkan prajuru desa atau pemimpinpemimpin desa pakraman Darmasaba. Dalam peranan prajuru desa dalam upacara ini sangatlah penting,karena prajuru desa yang mengatur seluruh serangkaian upacara Ngerebeg. Dalam upacara ini kelian adatlah yang mengatur dan menjadi ketua dalam upacara tersebut. Secara tidak langsung peran dari prajuru desa dalam upacara ini akan memperkuat posisi mereka masing-masing. (6) Nilai Teoritis Dalam tradisi ngerebeg adapun nilai teoritis yang dimiliki adalah bagaimana latar belakang terjadinya tradisi Ngerebeg, tata urutan pelaksanaan tradisi Ngerebeg, mengetahui nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetika dan nilai politik yang terdapat dalam tradisi Ngerebeg, untuk itu diharapkan kedepanya bagi generasi muda agar tradisi ini mampu dipelajari dan dpertahankan. 2) Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pemanfaatan tradisi ngerebeg sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di SMA dapat dilaksanakan dengan penyesuaian kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran sejarah SMA. Tradisi ngerebeg tersebut digunakan sebagai pengayaan materi ajar demi mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Penyisipan ngerebeg sebagai pengayaan materi dapat dilaksanakan melalui pengembangan RPP yang disesuaikan dengan KI dan KD di silabus pada materi dan pokok bahasan yang sesuai. SIMPULAN DAN SARAN Berdasakan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut. 1) Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Darmasaba berpedoman pada loka dresta yaitu tradisi yang sudah diterima secara turun temurun oleh masyarakat Desa Pakraman Darmasaba. Tradisi ini sampai sekarang masih dipertahan dan tradisi ini dilakukan setiap wrespati ngepik yaitu hari kamis. Tradisi Ngerebeg masih bertahan sampai sekarang karena adanya kepercayaan dari para masyarakat jika tidak dilaksanaka akan terjadi suatu bencana yang melanda desa. Selain itu, ada faktor lain yang turut mempengaruhi keberlangsungan tradisi Ngerebeg antara lain : keyakinan,melanjutkan tradisi dari desa asal yaitu desa Bantiran,pemenuhan rasa aman,pelestarian budaya,penguatan solidaritas,upacara Ngerebeg sebagai asset ekonomi desa pakraman,penguatan ekonomi keluarga,dan memperkuat agama Hindu. 2) Tradisi Ngerebeg memiliki beberapa tata upacara sebagaimana layaknya upacara lainnya. Tahap pelaksanaan upacara Ngerebeg yaitu: (1) Tahap Persiapan; (2) Pebersian (3) Persembahyangan (4) Penyambleh (5) Puncak Upacara Ngerebeg,dan penutup. 3) Tradisi Ngerebeg merupakan salah satu

10 budaya lokal yang memiliki nilai-nilai dan dapat di implementasikan ke dalam pembelajaran sejarah. Adapun nilai-nilai dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba yang dapat diimplementasikan ke dalam pelajaran Sejarah di antaranya : nilai religious, teoritis, estetis, sosial dan nilai politik. Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran dan masukan kepada Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba, siswa dan guru, masyarakat umum, dan pemerintah. Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba, hendaknya pelaksanaan Tradisi Ngerebeg tetap dipertahankan sebagai suatu warisan budaya yang juga memiliki nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sumber berpijak dan bertindak yang positif. Siswa dan guru, agar tradisi Ngerebeg diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber belajar di luar sekolah sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya berkaitan dengan sejarah kebudayaan dan pendidikan karakter dapat ditingkatkan, dan khusus untuk guru agar dapat memanfaatkan sarana teknologi yang ada, guna mewujudkan strategi pembelajaran inovatif. Masyarakat umum, diharapkan dapat memfungsikan Tradisi Ngerebeg sebagai sumber belajar umum secara positif dan mampu melestarikan hasil budaya leluhur. Pemerintah yang terkait, diharapkan ikut serta menjaga eksistensi Tradisi Ngerebeg melaui kebijakankebijakan yang bisa menjaga dan mempertahankan Tradisi Ngerebeg karena merupakan bagian dari warisan leluhur yang perlu dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA Koentjaraninggrat Asas-asas Ritus Upacara dan religi dalam Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Renika Cipta. Soelaeman, M. Munandar Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT Reflika Aditama. Wiana, K Memelihara Tradisi Weda. Denpasar: BP

11

ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL ARTIKEL Judul TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim 1214021006 JURUSAN

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Wayan Kartini Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iwickpratiwi@gmail.com

Lebih terperinci

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Lebih terperinci

TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH)

TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH) TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH) Oleh: I Wayan Suwartika 1014021021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI Oleh I Wayan Budeyasa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Caru palguna tradition which

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Putu Ayu Ariastuti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ayu_aryastuti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Negara Indonesia adalah Negara yang beranekaragam, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG I Putu Adi Saputra, I Ketut Laba Sumarjiana Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa SMK Negeri 8 Surakarta merupakan SMK Negeri yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kesenian tradisional adalah kesenian rakyat yang merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada mitos, sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 145 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Tradisional Kampung Banceuy Desa Sanca Kabupaten Subang (Kajian

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui nilai-nilai adat, peraturan

Lebih terperinci

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Made Andika Hadiputra Evaganna 1*, Putu Sukardja 2, Ketut Darmana 3 [123] Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya serta menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat, peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ARTIKEL OLEH NI PUTU DIAH LISTIANI 0914041069 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci