Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut"

Transkripsi

1 "OPINION LEADER" PERANANNYA DALAM PROSES ADOPSI TEKNOLOGI IB TERNAK SAPI MADURA Jauhari Efendy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan opinion leader dalam proses adopsi teknologi inseminasi buatan (18) ternak sapt Madura. Pengambilan data dilaksanakon di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah surval deskriptif. Jumlah responden sebanyak 51 orang. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opinion leader merupakan salah satu status fungsional dalam sistem sosial yang memiliki peran penting berkaitan dengan penyebarluasan teknologi ke dalam sistem sosial. Opinion leader memiliki hubungan sosial lebih luas dart pada anggota sistem sosial lainnya, bersifat kosmopolit, lebih sering terdedah dengan media massa, mengadakan perjalanan ke luar daerah, serta lebih sering berinteraksi dengan agen pembaharu, sehingga lebih terbuka terhadap masuknya ide-fde baru. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi teknologi IB pada ternak sapt Madura akan sangat membantu tugos seorang agen pembaharu. Ada duo keuntungan yang diperoleh agen pembaharu dengan memanfaatkan peran opinion leader. Pertama, ketika fde-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampal kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran (peternak sap!) dan kedua, melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (18) dart tentangan yang mungkin timbul dart dalam sistem sosial itu sendiri. Kata kunci : Opinion leader, 18, kecepatan adopsi inovasi, kosmopolit. PENDAHULUAN ~erkembangan dan kema juan sektor pertanian saat ini tidak terlepas dart berkembangnya * dunia teknotogi usahatani atau inovasi dengan penemuan-penemuan barunya balk berupa gagasan, tindakan, atau barang-barang yang dianggap baru. Hampir setiap saat teknotogi baru (di bidang pertanian) dihasilkan oleh berbagai pihak maupun lembaga-lembaga riset dalam rangka merubah kondisi pertanian yang bersifat sub sistem dan tradisional menjadi sistem usahatani komersial. Namun dalam kenyataannya menyebarkan teknologi usahatani sampai diterapkannya teknotogi tersebut oteh pengguna (petani) tidaklah semudah proses penciptaannya. Tidak sedikit usaha-usaha pembangunan maupun penyebaran ide-ide baru gagal dan kandas di tengah jalan. Inovasi tersebut tidak berhasil diadopsi karena berbagai alasan diantaranya betum ditemukannya format yang tepat dan terbukti efektif dalam proses penyebarannya. Hat ini menunjukkan bahwa mengkomunikasikan ide-ide baru untuk dapat diterima dan diterapkan oleh pengguna (petani) secara memuaskan ternyata bukan sesuatu hat yang mudah dan sederhana metainkan serba rumit. Teknotogi inseminasi buatan (IB) telah diperkenalkan di Indonesia pada permulaan tahun 1950-an. Namun penerapan secara metuas tanpa perencanaan yang matang dan petaksanaan program yang tidak tepat dan sistematis telah menyebabkan lebih banyak kegagalan dari pada keberhasilan selama 20 tahun sejarah perkembangan di negeri ini (Atmaditaga et al., 1974). Berbagai konsekuensi di atas tentunya telah merugikan berbagai pihak seperti : organisasi/institusi, petaksana operasional, keyakinan terhadap teknotogi yang diperkenalkan, dan bahkan terhadap program pembangunan pemerintah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan dalam program adopsi inovasi teknologi IB tidak dapat dicapai hanya dengan bantuan material dan biaya dari pemerintah tetapi harus ditunjang pula oleh adanya sating pengertian antara calon adopter dengan petugas serta pengetahuan dan keterampilan semua pihak yang berkecimpung dalam percepatan proses adopsi inovasi teknologi IB (Toelihere, 1985). Prosiding Peternakan

2 Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut tersebar ke dalam sistem sosial dan mempengaruhinya (Hanafi, 1987). Faktor yang penting diperhatikan dalam upaya mendiseminasikan suatu inovasi adalah seberapa besar inovasi tersebut mampu memberikan perubahan lebih balk dari teknologi yang digantikannya. Suatu inovasi yang secara signifikan mampu memberikan keuntungan yang relatif besar akan lebih mudah diadopsi. Demikian juga teknologi yang simpel dan mudah dalam penerapannya akan lebih disukai oleh para pengguna (petani) yang secara umum kondisi tingkat pendidikan dan pengetahuannya rendah. Keterlibatan berbagai pihak balk yang secara langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam proses adopsi inovasi memegang peran penting dalam penyebaran inovasi ke dalam sistem sosial. Agen pembaharu (PPL) dan tokoh masyarakat (pemuka pendapat/opinion leader) diharapkan sebagai motor penggerak diterima dan diterapkannya suatu teknologi oleh sistem sosial. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi karena mereka memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain (anggota sistem masyarakat) agar bertindak dan bersikap menurut cara-cara tertentu. Mungkin para opinion leader tersebut menduduki jabatan formal, akan tetapi pengaruh itu berlaku secara informal. Timbulnya pengaruh dari seorang opinion leader bukan ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi format, melainkan karena kemampuan dan hubungan antar pribadi dengan anggota masyarakat (Rogers, 1995). METODOLOGI Pengambilan data dilaksanakan di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah surval deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 51 orang peternak sapi Madura yang tergabung dalam Kelompok Peternak Sapi Madura "Barokah". Prosedur pemilihan sampel ditakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System (Rogers and Kincaids, 1981). Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden maupun dengan tokoh kunci (PPL Peternakan). Penentuan anggota sistem sosial sebagai opinion leader dilakukan melalui pendekatan teknis sosiometri. Teknik ini merupakan alat ukur yang paling valid untuk menentukan siapa saja pemuka pendapat (opinion leader) datam suatu sistem sosial sesuai dengan pandangan para pengikutnya. Metode sosiometri dapat dilakukan dengan cara menanyakan anggotaanggota sistem sosial dengan siapa biasanya mereka meminta nasehat, pendapat, maupun masukan, serta saran-saran berkaitan dengan teknologi inseminasi buatan (IB) (Hanafi, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Beternak sapi bagi sebagian besar masyarakat Desa Manding Selatan merupakan bentuk usaha yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena berkaitan dengan aktivitas usahatani yaitu sebagai ternak kerja pengolah lahan pertanian. Disamping itu beternak sapi menjadi salah satu bentuk usahatani yang sudah membudaya dari generasi ke generasi dimana daerah ini merupakan salah satu sentra pengembangan ternak sapi Madura di Kabupaten Sumenep. TeknologilB bagi masyarakat peternak sapi di Desa Manding Selatan bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Beberapa diantaranya bahkan sudah banyak yang mengenal dan memahami teknologi ini tetapi hanya sampai pada tingkatan kognitif (pengetahuan). Hat ini karena mengintroduksikan inovasi IB sampai diadopsinya teknologi tersebut secara memuaskan membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Soekartawi (1988) menjelaskan tentang pengadopsian inovasi dalam suatu sistem sosial dibutuhkan jangka waktu tertentu. Dimensi waktu Jauhart Efendy

3 terlihat pada proses pengambilan keputusan inovasi, kecepatan adopsi inovasi datam sistem sosiat, serta keinovatifan individu terhadap inovasi. Profit dan Karakteristik Opinon Leader Metatui pendekatan teknis sosiometri diperoteh data bahwa dari 51 anggota sistem sosiat (peternak sapi Madura) terdapat empat orang yang termasuk datam kategori opinion leader. Pemitihan keempat orang tersebut sebagai opinion leader didasarkan atas kenyataan bahwa mereka lebih banyak dipitih oteh anggota sistem sosial sebagai pihak yang banyak dihubungi untuk diminta informasi dan pendapatnya sehubungan dengan penerapan teknotogi IB dibanding dengan rata-rata anggota sistem sosiat tainnya. Tabel 1. Data sosiometri interaksi sosial petemak sapi Madura No. No. responden yang dihubungi Rata-rata interaksi sosial : 3,4 orang * : opinion leader Jumlah anggota sistem sosiat yang menghubungi responden tersebut (orang) Status datam sistem sosial 1. 1' 18 Ketua ketompok, inseminator Pengurus ketompok Pengurus ketompok Pengurus kelompok * ' 13 Pengurus kelompok Responden no. 1 merupakan salah satu anggota sistem sosiat yang paling banyak dikenat dan dihubungi oleh anggota sistem sosial. Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 1, dari keempat opinion leader terlihat bahwa yang bersangkutan mendapatkan sejumlah besar pitihan atau dihubungi oleh anggota sistem sosial untuk mendapatkan informasi tentang teknologi IB dengan jumlah terbanyak. Hat ini karena responden tersebut selain berkedudukan sebagai ketua kelompok (Ketompok Peternak Sapi Madura "Barokah ") juga petugas inseminasi (inseminator) dan sekaligus aparat desa (kepata dusun) yang disegani oleh masyarakat setempat. Status sebagai inseminator memungkinkan dirinya untuk setatu berinteraksi balk dengan masyarakat peternak sapi maupun pihak lain yang berkompeten datam proses adopsi inovasi IB. Dart data pitihan sosiometri diketahui bahwa responden ini memiliki sifat kosmopolit yang cukup balk, sehingga terbuka terhadap informasi dan teknologi yang diperkenatkan kepadanya. Menurut berbagai sumber diperoteh informasi bahwa yang bersangkutan setatu menjadi pioner dan memberi contoh datam setiap upaya pengembangan teknotogi pertanian (inovasi). Prosiding Peternakan

4 Opinion leader lainnya (responden no. 2 dan 39) mendapatkan sejumlah besar pilihan untuk diminta informasi dan saran-sarannya tentang penerapan teknotogi IB sehubungan dengan status dirinya yang dianggap sebagai peternak maju dan kedudukannya yang cukup tinggi datam sistem sosiat masyarakat (aparat desa). Dalam berbagai kesempatan mereka senantiasa diminta nasehat-nasehatnya oleh sebagian anggota sistem sosial dalam menyetesaikan berbagai kasus terutama ketika terjadi perselisihan antar warga. Sebagai peternak maju pengetahuannya tentang teknologi IB yang diperoleh dari pengatamannya beternak sapi sangat membantu anggota sistem sosial datam memberikan pengertian dan pemahaman sehingga membantu proses pengambilan keputusan untuk menerima dan selanjutnya mengadopsi teknologi IB. Sementara itu responden no. 9 dijadikan sebagai opinion leader oleh anggota sistem sosial karena salah satu ternak sapi yang dimiliki terpilih sebagai juara pertama dalam "Kontes Sapi" tingkat propinsi. Prestasi yang dicapai tetah menjadikan dirinya sebagai tempat rujukan dan bertanya bagi sebagian anggota sistem sosial untuk mendapatkan berbagai informasi yang berguna dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi khususnya yang berkaitan dengan teknik pemilihan induk (sapi betina). Kerjasama Agen Pembaharu dengan Opinion Leader Mengintroduksikan teknologi IB sampai diadopsinya teknotogi tersebut ternyata bukan suatu proses yang mudah. Bahkan ketika teknologi IB telah dapat diterima oleh sebagian masyarakat sasaran (peternak sapi) perkembangannya berjalan sangat lambat dan tidak menutup kemungkinan berhenti di tengah jalan sebetum teknologi tersebut diadopsi secara luas. Penyebaran inovasi ke masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan sistem sosial merupakan suatu usaha yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagatannya. Keberadaan seorang agen pembaharu (dalam hat in! PPL Peternakan) merupakan ujung tombak keberhasilan dalam proses difusi inovasi teknotogi IB pada ternak sapi Madura. Namun apabila mengabaikan keterlibatan pihak lain (seperti tokoh masyarakat) mengakibatkan upaya sosialisasi teknologi IB akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya di tingkat masyarakat pengguna (peternak sap!). Hat ini mengingat penerapan teknologi IB sangat berkaitan dengan berbagai macam aspek, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Aspek teknis dalam penerapan teknologi IB pada ternak sapi berkaitan dengan prosedur pelaksanaan inseminasi. Memberikan pemahaman aspek teknis kepada calon pengguna (peternak sapi) membutuhkan intensitas Interaksi cukup tinggi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat pengguna (peternak sapi). Kendala yang bersifat sosiat-keagamaan juga menjadi faktor penghambat yang seringkati dihadapi dalam kaitannya dengan proses adopsi inovasi IB. Banyak kalangan tokoh agama (Islam) meragukan boteh tidaknya teknologi tersebut diterapkan. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi IB akan sangat membantu tugas seorang agen pembaharu dimana biasanya waktu dan tenaga yang dimitiki sangat terbatas, sedangkan lingkup wilayah dan jangkauan sasaran yang akan dicapai begitu luas. Keberadaan dan peran yang diberikan oleh para opinion leader dalam proses sosialisasi teknotogi IB dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya dari seorang agen pembaharu. Memanfaatkan peran dan tenaga opinion leader berarti agen pembaharu tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosiat satu per satu. Hat ini karena setetah ide-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampai kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran. Efektivitas tugas seorang agen pembaharu dengan melibatkan peran opinion leader tidak saja memudahkan intensitas komunikasi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat Jauhari Efendy

5 sasaran (peternak sapi) tetapi juga dapat melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (IB) dari tentangan yang mungkin timbul dari dalam sistem sosial itu sendiri. Dalam hat ini peran yang diberikan oleh opinion leader adalah mengadakan pendekatan dengan para tokoh agama (kyai dan ulama) agar mendapatkan dukungan pada saat teknologi IB diterapkan di tingkat masyarakat peternak. KESIMPULAN Opinion leader adalah derajat dimana seorang anggota sistem sosial mempunyal pengaruh terhadap individu lain dalam mengubah sikap dan perilaku secara informal. Identifikasi peranan seseorang sebagai opinion leader dalam suatu sistem sosial dapat diukur dari banyaknya jumlah anggota sistem sosial yang mengadakan interaksi dengan individu tersebut dibanding dengan rata-rata interaksi anggota sistem sosial lainnya. Sehubungan dengan proses adopsi inovasi teknologi IB pada ternak sapi Madura maka pemanfaatan peran dan keberadaan opinon leader dapat membantu keberhasilan tingkat adopsi inovasi. Hat ini karena setelah ide-ide tersebut (teknologi IB) sampai kepada opinion leader maka dengan segera disebarkan kepada anggota sistem sosial lainnya. DAFTAR PUSTAKA Atmadilaga, D; D. Suharto ; M.R. Toelihere ; M.A. Dasuki ; M. Harimurti ; dan A. Adnan Evaluasi hasil keglatan Inseminast Buatan (IB) pada saps di Jawa ( ). Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Hanafi, A Memasyarakatkan ide-ide baru. Usaha Nasional. Surabaya. Rogers, E.M Diffusion of Innovation-fourth edition. The Free Press. New York. Rogers, E.M. and L. Kincaids Communication network. The Free Press. New York. Soekartawi Prinsip dasar komunikasi pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Toelihere, M. R Fisiologi reprodukst pada ternak. Angkasa. Bandung. Prosiding Peternakan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCEPATAN ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI MADURA (STUDI KASUS PADA KELOMPOK TERNAK BAROKAH)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCEPATAN ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI MADURA (STUDI KASUS PADA KELOMPOK TERNAK BAROKAH) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCEPATAN ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI MADURA (STUDI KASUS PADA KELOMPOK TERNAK BAROKAH) (Factors Affecting Acceleration of Innovation Adoption of Artificial

Lebih terperinci

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic and Its Perception toward Artificial Insemination)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, 165 169 Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 13 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI OPINION LEADER Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan baik melalui wawancara terhadap narasumber maupun hasil penelitian selama penelitian, maka peneliti dapat menarik

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

6. Keputusan Menteri Riset, Teknotogi dan Pendidikan Tinggi Nomor 138lMlKpllY120j5 tentang Pengangkatan Rektor lt5 Masa Jabatan ;

6. Keputusan Menteri Riset, Teknotogi dan Pendidikan Tinggi Nomor 138lMlKpllY120j5 tentang Pengangkatan Rektor lt5 Masa Jabatan ; KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp : 031-599425'1-54, 5947 27 4, 5945472 (Hunting) Fax : 03'1-5947264. 5950806

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah 19 Desember 2016 Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah Inovasi senantiasa mencakup 2 komponen: 1. Komponen gagasan

Lebih terperinci

Dewi Eka Wahyu Nurcahyo, M Munandar Sulaeman, Didin Supriat Tasripin

Dewi Eka Wahyu Nurcahyo, M Munandar Sulaeman, Didin Supriat Tasripin HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (Kasus pada peternakan sapi perah anggota KPSBU di TPK Ciater, Kabupaten Subang) Dewi

Lebih terperinci

Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp : , , (Hunting) Fax :

Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp : , , (Hunting) Fax : KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp : 031-5994251-54, 5947274, 5945472 (Hunting) Fax : 031-5947264. 5950806 http://www.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting dalam mempengaruhi kemajuan pertanian di Indonesia. Perkembangan teknologi pertanian dan teknologi informasi harus dapat

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Opinion Leader Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Opinion Leader Opinion leader adalah orang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M.

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M. KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU Syahdar Baba 1, Hastang 1, M. Risal 2 1Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Pengertian Adopsi - Proses yg melibatkan dimensi Waktu - Berkaitan dengan pengambilan keputusan Adopsi :Proses /Peristiwa diterimanya suatu

Lebih terperinci

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER 46 BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER Merujuk pada definisi difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971), terdapat empat unsur dalam proses difusi, yaitu: (1) inovasi, (2) saluran

Lebih terperinci

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *)

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) INFORMATION NET AND INOVATION DECISION OF INTEGRATED PEST MANAGEMENT TECHNOLOGY IN EAST LOMBOK REGENCY

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi Inovasi

Pengertian Komunikasi Inovasi Modul 1 Pengertian Komunikasi Inovasi Ir. M. Priono, M. Si. Dra. Nila Kusuma Widrati, M. Si. M PENDAHULUAN anusia sebagai makhluk yang memiliki daya pikir dan emosi, hidup dalam sistem sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia PENDAHULUAN Latar Belakang Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia yang sering dipandang sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Titik tolak dari falsafah pembangunan

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT

DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal. 253-260 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT Muhammad Ansorudin Sidik Peneliti pada Pusat Pengkajian Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan daging sapi yang sampai saat ini masih mengandalkan pemasukan ternak

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (Kasus pada peternakan sapi perah anggota KPSBU di TPK Ciater, Kabupaten Subang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat Pedesaan Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I34120145 Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr

Lebih terperinci

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship Between Caracteristic with Perception of Farmer Beef Cattle to Artificial Insemination) Lilis

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

,'Z.^' \t. I /-' r1-:,j\-:. - r:' '\_ NOMOR 72 TAHUN 2OO9 NOMOR 8 TAHUN 2OO9 TENTANG ALOIGSI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

,'Z.^' \t. I /-' r1-:,j\-:. - r:' '\_ NOMOR 72 TAHUN 2OO9 NOMOR 8 TAHUN 2OO9 TENTANG ALOIGSI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - r:' '\_,'Z.^' \t. I /-' r1-:,j\-:. \itffi w"r:ry LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KONAWE NOMOR 72 TAHUN 2OO9 PERATURAN DAEMH KABUPATEN KONAWE NOMOR 8 TAHUN 2OO9 TENTANG ALOIGSI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti EKONOMI Oleh Tjeppy D. Soedjana dan Atien Priyanti 19 1 Mengurangi Risiko Menurunnya Pendapatan Usaha tani di pedesaan biasanya dilakukan dengan lahan garapan yang kecil, modal yang terbatas, dan penyediaan

Lebih terperinci

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA Agustina Abdullah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Abdullah_ina@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi

Lebih terperinci

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR Albi Akandri Hasibuan, Susy Edwina, Roza Yulida Agriculture faculty

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

: a. bahwa sebagai tindak [anjut atas Peraturan Menteri Riset,

: a. bahwa sebagai tindak [anjut atas Peraturan Menteri Riset, KEMENTERIAN RISEI TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp : 031-5994251 -54, 5947 27 4, 5945472 (Hunting) Fax : 03'1-5947264. 5950806

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA X, Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, III. METODE PENELITIAN Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Penelitian ini berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2017. Kecamatan Sayegan berada pada

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

THE IMPLEMENTATION PROCESS

THE IMPLEMENTATION PROCESS CHAPTER ANALYSIS THE IMPLEMENTATION PROCESS Diterjemahkan dari Buku: Investigating Implementation Strategis for www-based Learning Environments Penulis: Omari R. Oliver & Herrington Penerbit: International

Lebih terperinci

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28 Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG KELURAHAN TUAN-TUAN KECAMATAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi Sains Peternakan Vol. 12 (2), September 2014: 107-113 ISSN 1693-8828 Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi E. Anggriyani Politeknik ATK, Yogyakarta Jl. Ateka, Bangunharjo,

Lebih terperinci

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi. Analyze The Influence of Farmers Affection on Adoption of Innovation

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi. Analyze The Influence of Farmers Affection on Adoption of Innovation Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi E. Anggriyani Politeknik ATK, Yogyakarta Jl. Ateka, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta Email: emiliana.anggry@gmail.com emilia_anggri@kemenperin.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe / Sifat Penelitian Menurut Sugiyono pengertian metodologi dalam penelitian adalah Merupakan cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional d

Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional d KONDISI TERNAK KERBAU DI KAWASAN AGROPOLITAN DATARAN TINGGI BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA Prama Yufdy dan Lermansius Haloho Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara ABSTRAK Pada Kawasan Agropolitan

Lebih terperinci

yang dibutuhkan. Angka sumbangan ini sebenarnya sudah menurun dibandingkan tahun 1998 sebesar 84% (BPS, 2002). Konsekuensinya, Pemerintah membuka kera

yang dibutuhkan. Angka sumbangan ini sebenarnya sudah menurun dibandingkan tahun 1998 sebesar 84% (BPS, 2002). Konsekuensinya, Pemerintah membuka kera PERAN TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK LOKAL Abdullah Bamualim dan Wirdahayati R.B Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Barat ABSTRAK Ternak lokal, khususnya ternak sapi dan kerbau, sangat

Lebih terperinci

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan.

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan. Modul ke: Opinion Leader Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Opinion leader atau pemimpin opini sebagai pihak-pihak yang memiliki peran besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat mengandalkan sektor pertanian dan sektor pengolahan hasil pertanian sebagai mata pencarian pokok masyarakatnya. Sektor

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

;3. TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KETUA DAN SEKRETARIS PROGRAM STUDI DI LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMEER TENTANG

;3. TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KETUA DAN SEKRETARIS PROGRAM STUDI DI LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMEER TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus lts Sukolilo-Surabaya 601'l 1 Telp : 031-5994251 -54, 5947 27 4, 5945472 (Hunting) Fax : 031'5947264' 5950806

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (LC) 5E DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA WORK SHEET UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT (PTK Siswa Kelas VIIA Semester Genap SMP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

penduduknya mengkonsumsi protein hewani yang berkisar antara gram/kapita/tahun. Bita ditinjau lebih jauh, rendahnya konsumsi protein hewani terl

penduduknya mengkonsumsi protein hewani yang berkisar antara gram/kapita/tahun. Bita ditinjau lebih jauh, rendahnya konsumsi protein hewani terl MELIRIK POTENSI SAPI LOKAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KECUKUPAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN Asdi Agustar dan Jaswandi Fakuttas Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK Tingkat konsumsi

Lebih terperinci

Analisis tingkat adopsi Inseminasi Buatan oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Analisis tingkat adopsi Inseminasi Buatan oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Analisis tingkat adopsi Inseminasi Buatan oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Amidah Amrawati dan St.Nurlaelah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fak. Peternakan

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU 15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 13 Opinion Leader Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Studi Publik Relations http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Istilah opinion leader menjadi perbincangan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : ISI FORM D *Semua Informasi Wajib Diisi *Mengingat keterbatasan memory database, harap mengisi setiap isian dengan informasi secara general, singkat dan jelas. A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART

HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART DAN MODEL UNTUK SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 MASARAN SRAGEN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Keberdayaan petani termasuk juga petani tebu tidak hanya ditentukan oleh kemampuan adopsi inovasi usahatani yang berbasis teknologi. Adopsi inovasi kelembagaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci