Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional d
|
|
- Utami Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONDISI TERNAK KERBAU DI KAWASAN AGROPOLITAN DATARAN TINGGI BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA Prama Yufdy dan Lermansius Haloho Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara ABSTRAK Pada Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara (KADTBB SU) pemeliharaan ternak kerbau sangat dominan, karena kondisi sumberdaya alam sangat mendukung. Adanya keterkaitan yang kuat antara sistem pertanian dengan ternak kerbau; berfungsi sebagai alat transportast pertanian, hijauan/rumput yang ada disekitar lahan pertanian dan limbah pertanian sebagal pakan ternak, juga penghasit daging, tabungan, dan kelengkapan pada acara adat tertentu, terutama bagi suku Tapanult. Berdasarkan populasi, ternak kerbau di KADTBB SU sebanyak ekor (51%), ditkutt jumlah pemotongan sebanyak ekor (40%), dengan produkst daging ton (40%). Status teknologi ternak kerbau, umumnya dipelihara di Padang atom dan di sekitar lahan pertanian, sehingga sumber pakan berasal dart padang atom maupun dart limbah pertanian. Hijauan dart Padang Alam kekurangan Protein dan mineral, tetapt hijauan dart sekeliling lahan pertanian relatif mampu mencukupt kebutuhan nutrisi ternak Kerbau. Periode jarak beranak yang tertalu panjang, perlunya pejantan unggul dan pemberian pakan tambahan. Peluang pengembangan ternak kerbau di KADTBB sangat besar, karena keterkattan dengan pertanian dan budaya sangat besar serta di dukung agroekosistem yang sesuai, serta untuk memasok kebutuhan daging dalam rangka kecukupan daging Kata kund : Kerbau, agropotitan, status teknologi, dan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumut. PENDAHULUAN ~t Propinsi Sumatera Utara, Dataran Tinggi Bukit Barisan merupakan suatu kawasan yang erhampar dari Barat sampai ke Timur, dengan agroekosystem yang relatif sama. Ada delapan kabupaten yang termasuk daerah ini, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Tapanuti Utara, Dairi, Toba Samosir (TOBASA), Humbang Hasundutan (HUMBAHAS), Pakpak Barat dan Samosir. Dataran Tinggi ini mempunyai potensi sangat besar bagi pembangunan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta sebagai daerah tujuan wisata. Sebagian lahannya subur dan yang tainnya kurang subur sehingga diperlukan pengolahan dan pemberian bahan organik. Di Dataran Tinggi ini masih dijumpai tahan kosong yang pertu dibuka dan diusahai untuk pengembangan agribisnis sehingga kesejahteraan petani meningkat. Umumnya masyarakat bercocok tanam hortikultura sayuran dan buah, tanaman pangan, perkebunan, peternakan (ruminansia besar dan kecil serta unggas) dan perikanan tangkap dan budidaya. Pembangunan di Kawasan Dataran Tinggi ini tertinggat dibandingkan witayah Pantai Timur yang lebih maju. Agar laju pembangunan di daerah ini tebih cepat maka 8 pemkab dan 1 kota bersatu dalam Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara (KADTBB SU) untuk meningkatkan koordinasi, kerjasama dan perencanaan pembangunan yang lebih terarah dan sating mendukung. Satah satu kesepakatan yang diambit yaitu ditetapkan komoditas unggulan dan Pusat Kawasan, Pusat Distrik, Wilayah Distrik, Lokalitas (Desa) Agropolitan per masing-masing kabupaten dan kota (Anonimous, 2003). KADTBB SU memiliki banyak kesamaan dalam hat agroekologi, jenis komoditas dan sosial budaya. Percepatan pembangunan dengan model KADTBB SU, ditargetkan pendapatan meningkat dari $ US pada tahun 2003 menjadi $ US 3.000/ kapita pada tahun Pengoptimalan produksi komoditi utama wilayah metatui industri pengolahan berorientasi pasar serta pengembangan Integrated farming livestock berbasis siklus. Sumber pendapatan diharapkan berasat dari on farm (sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan), off farm dan non farm. Juga dari jasa, perdagangan, agroindustri, wisata dan sumber pertumbuhan lainnya. Prosiding Peternakon
2 Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional dan sambitan yang sudah turun-temurun. Pemeliharaan ternak apa adanya sehingga masukan teknologi belum begitu nyata datam produksi ternak, otomatis produktivitas ternak masih rendah. Pada KADTBB SU, ternak yang dominan dipelihara adatah kuda, kerbau, ayam buras, babi, sapi, domba, itik dan kambing (Tabet 1). Khusus ternak kerbau sangat besar peranannya pada sistem pertanian di KADTBB SU disamping sebagai penghasit daging, juga digunakan sebagai pedati untuk mengangkut sarana produksi dan hasit pertanian. Disamping itu, ternak kerbau juga diperlukan untuk acara adat tertentu, terutama bagi suku Tapanuli ternak kerbau merupakan jenis ternak yang tertinggi dan biasa disebut "Gaja Toba ". Secara umum, sarana jatan ke tokasi sentra-sentra pertanian masih jatan tanah, yang relatif sutit ditalui kenderaan roda empat, sehingga peranan ternak kerbau sebagai pedati sangat dibutuhkan petani. Bagi ternak kerbau yang sudah tertatih untuk menarik pedati harganya akan jauh lebih tinggi, dibandingkan kerbau biasa. Dengan demikian, ternak kerbau sebagai satah satu atat transportasi mempunyai peranan yang sangat penting datam sistem pertanian di Dataran Tinggi. Pada makatah ini akan dipaparkan Kondisi Ternak Kerbau DI Kawasan Agropotitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. Maka akan diperoleh manfaat guna mengoptimatkan peranan ternak kerbau bagi kehidupan masyarakat di KADTBB. Populasi dan Penyebaran Ternak di KADTBB SU Pada KADTBB SU, populasi ternak didominasi oteh ternak yang secara spesifik memang cocok di kembangkan di daerah tersebut. Berdasarkan statistik peternakan ada dua jenis ternak yang persentase populasinya di atas 50% dari jumlah ternak yang ada di Sumatera Utara, diantaranya Kuda (95%)' dan Kerbau (51%). Sedangkan ternak yang tainnya di bawah 40%, yaitu Ayam buras (38%), Babi (34%), Sapi (28%), Domba (13%), Itik (10%) dan Kambing (7%) (Tabel 1). Di lihat dari sisi penyebaran populasi, ternak besar seperti : Sapi didominasi oteh Kabupaten Simalungun ekor dan Karo ekor; Kerbau oleh Kabupaten Simatungun ekor, Toba Samosir ekor dan Tapanuli Utara ekor ; Kuda ada dua kabupaten yakni Tapanuti Utara ekor dan Toba Samosir ekor. Ternak kecil metiputi : Kambing di Kabupaten Simatungun ekor dan Toba Samosir ekor ; Domba didominasi Kabupaten Simatungun ekor; Ternak Babi ada 3 kabupaten yaitu Tapanuli Utara ekor, Toba Samosir ekor dan Simatungun ekor. Ternak unggas : Ayam Buras ada 3 kabupaten yaitu Simatungun ekor, Karo ekor dan Dairi ekor ; Itik ada dua kabupaten Toba Samosir ekor dan Simalungun ekor (Tabet 1). Tabel 1. Populasi dan penyebaran ternak di kabupaten/ kota KADTBB SU, Tahun ). No. Kabupaten Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Ayam Buras Itik 1. TapanuliUtara Toba Samosir Simatungun Dairi Karo H.Hasundutan2j Pakpak Barat2~ Samosir2~ Pematang Siantar Jumlah/ Persentase Total Sumut Sumber : Buku Statistik Peternakan 2003" (Diotah) Keterangan angka sementara 2 j masih bergabung dengan kabupaten induk 20 6 Prama Yufdy don Lermansius Haloho
3 Pemotongan dan Produksi Daging Ternak Kerbau Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging di propinsi Sumatera Utara, pada tahun 1996 mengimpor sapi potong sebanyak ekor, pada tahun 1999 sebanyak ekor dari luar propinsi. Padahal potensi Sumut untuk memenuhi kebutuhan lokat sangat besar maupun sebagai pemasok ke luar Sumut, seperti daerah Batam, Singapura, Jepang, dan lain-lain. Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi ternak kerbau di Sumatera Utara sebanyak ekor, sekitar 51% ( ekor) berada di KADTBB SU. Tabel 2. Populasl, pemotongan (ekor) dan produksl daging (ton) temak kerbau per kabupatenl kota di Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2003'~. No. Kabupaten/Kota Total (ekor) Populasi Pemotongan Produksi daging (ton) 1. Nias ,45 2. Mandailing Natal ,57 3. TapanuliSelatan ,02 4. TapanuliTengah ,57 5. Tapanuli Utara ,36 6. Toba Samosir ,35 7. Labuhan Batu ,46 8. Asahan ,44 9. Simalungun , Dairi , Karo , DO Serdang , Langkat , Nias Selatan 2) 0 0 9, Humbang Hasundutan 2) Pakpak Barat 2) Samosir 2) Serdang Bedagai 2) Sibolga Tanjung Balai , Pematang Siantar , Tebing Tinggi , Medan , Binjei , Padang Sidempuan Jumlah ,6 Total dl KADTBB Persentase Sumber : Buku Statistik Peternakan 2003 (Diolah) Keterangan :') masih bergabung dengan kabupaten induk 2) angka sementara Total pemotongan ternak kerbau di KADTBB SU pada tahun 2003 sebanyak ekor (40%), dengan produksi daging ton atau sekitar 40% dari yang ada di Sumut. Tentunya sumbangan ternak kerbau sebagai pemasok daging kerbau sebanyak 40% dari total produksi daging Kerbau yang ada di Sumut. Ini merupakan sumbangan yang cukup berarti bagi kecukupan daging di KADTBB SU khususnya dan Sumut umumnya. Status Teknologi Ternak Kerbau Kondisi agroekosistem KADTBB SU yang sangat sesuai untuk pengembangan peternakan termasuk kerbau, adanya lahan kosong dan lahan-lahan pertanian banyak ditumbuhi rumput alam sehingga kebutuhan hijauan pakan relatif tercukupi dan sebagai tempat penggembalaan. Was padang pengembalaan/ padang alam di Kabupaten Karo ha, Dairi ha, Simalungun ha dan Tapanuli Utara ha. Padang alam ini hanya ditumbuhi rumput alam dan leguminosa lain serta dimanfaatkan secara terus menerus secara alami tanpa ada usaha perbaikan dengan memasukkan hijauan unggul, tapi peranannya sebagai tempat penggembalaan bagi kehidupan ternak sangat besar. Prosiding Peternakan
4 Pemeliharaan ternak kerbau di KADTBB SU berada pada ekosistem tanaman pangan dan padang alam atau kombinasi keduanya, sistim pemeliharaan ekstensif (tradisionil), dengan tujuan pemeliharaan untuk ternak kerja, tabungan dan kebutuhan acara adat. Skala pemeliharaan berkisar 1-2 ekor, tergantung kemampuan petani. Pada pemeliharaan kerbau in!.beberapa hat perlu diperhatikan dan mendapat penanganan, antara lain : periode jarak beranak yang terlalu panjang. Salah satu penyebabnya menurut hasit penelitian adalah disebabkan pemenuhan nutrisi yang kurang memadai untuk mendukung proses reproduksi yang optimal. Oleh karena itu perlu penyuluhan pemberian pakan ternak kerbau sesuai rekomendasi dari lembaga penelitian. Khusus peternak kerbau di Tapanuti Utara dan Tobasa yang memanfaatkan susu kerbau menjadi "dadih" atau susu kerbau (Dali). Hat ini diduga, mengakibatkan kebutuhan susu bagi anak kerbau tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jadi tambat dan performance kerbau semakin kerdil. Satah satu program yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produktivitas kerbau lokal adalah mengadakan perkawinan silang dengan kerbau perah (kerbau murrah) melalui inseminasi buatan disertal pemberian pakan yang memadai (Romjati, 2006). Sedangkan hasit rumusan workshop "Rencana Tindak Program Menuju Kecukupan Daging Sap! 2010" yang dilaksanakan Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Direktorat Perbibitan dan Budidaya Ruminansia Ditjen Peternakan, Perguruan Tinggi pada tanggal Mei 2006 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Salah satu hasit rumusan yang diputuskan yaitu revitalisasi UPT Daerah dan Pusat, khusus bagi BPTU Si Borong-Borong melakukan program persilangan Kerbau Murah dan lumpur di BPTU ini harus segera dihentikan karena tidak produktif. Peningkatan mutu genetik ternak kerbau di BPTU ini dapat ditakukan dengan menjaring pejantan unggul dari daerah lain (misainya, dari Banten). Padang alam yang ada juga-sudah tidak dapat mendukung produksi ternak, hat ini sejalan dengan hasil pengamatan Ibrahim, dkk (1995) bahwa di Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara, ternak ruminansia umumnya dilepas di Padang Penggembataan yang merupakan padang rumput alam. Dengan asumsi bahwa semua ternak ruminansia dipelihara dalam sistim penggembalaan, ratio ternak persatuan tuas mencapai 1 : 4 satuan ternak perhektar. Tingkat penggunaan ini terlalu tinggi mengingat rendahnya daya dukung padang penggembalaan yang ada. Selanjutnya dinyatakan bahwa kerbau yang digembatakan di Kecamatan Barumun Tengah dan Kabupaten Tapanuti Selatan masih kekurangan nutrisi dan mineral. Secara umum dapat ditaporkan bahwa status nutrisi, ditin jau dari segi mineral dan protein merupakan dua faktor pembatas utama bagi tingkat produksi ternak kerbau di daerah tersebut. Pada kerbau jantan yang digembatakan, pemberian mineral sa ja tidak cukup untuk menigkatkan pertambahan berat badan (PBB), tetapi penambahan pakan penguat meningkatkan PBB kerbau sebesar 49%. Walaupun demikian penambahan mineral ternyata sangat penting pada saat nutrisi kerbau balk, mineral meningkatkan PBB sebesar 44% terhadap pertakuan pakan penguat. Sedangkan untuk kerbau betina, penambahan mineral saja juga tidak berpengaruh nyata terhadap PBB, pemberian pakan penguat saja meningkatkan PBB menjadi 50 kg/ 3 bin atau sekitar 35% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penambahan mineral terhadap pakan penguat hanya meningkatkan PBB sebesar 14%. Pada penelitian ini juga nampak bahwa pertambahan bobot jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina. Hasil penelitian ini juga memberikan satu indikasi bahwa padang penggembalaan yang ada di Barumun Tengah ini tidak mampu memberikan protein dan mineral bagi kerbau. Sementara hasil penelitian Batubara, dkk (1992), menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan 0,5% dari bobot badan kerbau lumpur jantan memberikan pertambahan efisiensi penggunaan pakan tertinggi atau dua kali lipat dibanding hanya yang diberi rumput. Komposisi pakan adalah Bungkit Inti Sawit (BIS) sebanyak 91,50%, molases 7,15% dan mineral campuran 1,35% Proma Yufdy don Lermanslus Haloho
5 Peluang Pengembangan Ternak Kerbau Peternakan sebagai salah satu bagian penting pada kehidupan masyarakat KADTBB SU, selain pertanian. Pembangunan pertanian dan peternakan sating mendukung dan menguntungkan, sehingga sistim pertanian terpadu memberi manfaat yang besar bagi keduanya. Di satu sisi, hasil pertanian seperti : Jagung, Ubikayu, rumput-rumputan, limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga ada nilai tambahnya. Secara tidak langsung kebutuhan pakan (hijauan dan konsentrat) bagi ternak dapat dipenuhi. Di sisi lain, pupuk kandang sebagai limbah ternak sangat diperlukan sebagai sebagai sumber organik bagi tanaman guna menyuburkan tanah, sehingga produktivitas pertanian meningkat. Populasi ternak bertambah, otomatis produksi daging meningkat. Dampak berikutnya yang secara langsung dirasakan petani adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya. Salah satu faktor yang menentukan dalam peningkatan populasi kerbau adatah ketersediaan betina. Betina sebagai sumber caton bibit sehingga dihasilkan induk yang produktif. Berdasarkan Tabet 3, jumlah jantan sekitar ekor dan betina ekor. Berarti populasi betina yang lebih banyak maka ketersediaan caton induk Kerbau akan lebih banyak tersedia. Maka peluang pengembangan Kerbau akan selalu terjaga, apalagi tingkat pemotongan masih relatif kecil dibandingkan populasi yang ada per kabupaten/ kota. Dengan demikian, peluang pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat besar, karena keterkaitan dengan sistem pertanian dan budaya yang sangat besar serta di dukung agroekosistem yang ada. Tabel 3. Perbandingan jantan dan betina ternak kerbau per kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2003 'i. No. Kabupaten/Kota Jantan Betina 1. TapanuliUtara Toba Samosir Simalungun Dairi Karo Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir 2) Pematang Siantar Total di KADTBB Persentase Jumlah Sumut Sumber : Buku Statistik Petemakan 2003 (Diotah). Keterangan : '1 masih bergabung dengan kabupaten induk. 2' Angka sementara. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. Pada KADTBB SU, ternak kerbau sangat besar peranannya bagi kehidupan masyarakat, disamping sebagai penghasil daging, juga digunakan sebagai alat transportasi pertanian dan untuk acara adat. 2. Populasi ternak kerbau di Sumatera Utara sebanyak ekor, sedangkan di KADTBB SU, sekitar 51% ( ekor), jumlah pemotongan sebanyak ekor (40%), dengan produksi daging ton (40%). 3. Status teknotogi ternak kerbau, umumnya dipelihara di Padang Alam, di sekitar lahan pertanian dan limbah pertanian sebagai sumber pakan. Wataupun kebutuhan nutrisi dan mineral masih kurang, periode jarak beranak yang tertatu panjang, sehingga pertu pejantan unggul dan pemberian pakan tambahan. Prosiding Peternakan
6 4. Petuang pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat besar, karena keterkaitan yang erat dengan sistem pertanian dan budaya serta dukungan agroekosistem yang sesuai. Implikasi Kebijakan Pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat sesuai dan didukung oleh agroekosistem, sistem pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan kebutuhan adat. Sebaran populasi ternak kerbau di KADTBB SU sekitar ekor (51%), jumlah pemotongan sebanyak ekor (40%), dengan produksi daging ton (40%). Sejalan dengan hat di atas, maka inovasi teknologi untuk mendukung pengembangan ternak kerbau perlu menjadi perhatian, sehingga populasi dan produktivitasnya meningkat. Dukungan kebijakan sangat dibutuhkan balk datam peningkatan mutu hijauan pakan, pemberian pakan tambahan, introduksi bibit unggut dan pencegahan penyakit. DAFTAR PUSTAKA Anonimous Master Plan Agropolitan Kawasan Agropolitan Dataran Tingg! Bukit Barlsan Sumatera Utara. BAPPEDA Sumatera Utara. Anonimous Rumusan Workshop "Rencana Tindak Program Menuju Kecukupan Dosing Sap! 2010". Dilaksanakan Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Direktorat Perbibitan dan Budidaya Ruminansia Ditjen Peternakan, Perguruan Tinggi pada tanggal Mei 2006 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Batubara, L. P, Mursal Boer dan Simon Elieser. Jurnal Penelitian Peternakan Sunset Put1h (JPPS) Vol 1 (1). Sub Balai Penelitian Ternak Sungei Putih. Dinas Peternakan Propinsi Buku Statistik Peternakan Tahun Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Romjali, R Agribisnis Peternakan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional. BPTP Sumatera Utara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Ibrahim, T, L.P. Batubara, D. Sihombing, M. Doloksaribu, L. Haloho dan P.M. Horne Produktivitas Ternak Ruminansia di Padang Penggembalaan Sumatera Utara. Prosiding Seminar Sehari Strategi dan Komunikasi hasil Penelitian Peternakan "Strategi Penelitian dan Pengembangan Peternakan Datam Menunjang Agribisnis di Sumatera Utara. Sub Balitnak Sei Putih, Badan Litbang Pertanian Prama Yufdy don Lermanslus Haloho
BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciProvinsi Sumatera Utara: Demografi
Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciSejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.
Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI TERNAK SAPI DAN KERBAU Di Propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian merupakan salah satu andalan sebagai sumber Pendapatan Asti Daerah
PROFIL PETERNAKAN SAPI DAN KERBAU DI PROPINSI SUMATERA UTARA Prama Yufdy dan Lermansius Haloho Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara ABSTRAK Keberhasilan pembangunan nasional dengan tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
Lebih terperinciLampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)
LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44
Lebih terperinciLAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA
LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA Medan, Desember 2014 PENDAHULUAN Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Suamtera Utara sebagai salah
Lebih terperinciBAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA
39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera
Lebih terperinciSISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI
SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI BUSTAMI dan ENDANG SUSILAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Ternak kerbau mempunyai nilai sejarah kebudayaan masyarakat Jambi. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.
Lebih terperinciKEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015
BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan
12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pembangunan agropolitan merupakan wilayah terpadu melalui pembangunan sektor pertanian primer dalam arti luas (pertanian, perkebunan,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Daging Sapi Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia adalah sapi asli Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial
Lebih terperinciAyam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.
NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara
Lebih terperinciDUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL
DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA
Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga
Lebih terperinciPROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI
PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan
Lebih terperinciKERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH
KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Lebih terperinciLampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun
Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010
PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN
Lebih terperinciKAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA
PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sumber produksi daging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan jenis tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan
PENGANTAR Latar Belakang Kambing mempunyai peran yang sangat strategis bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan hidup dan merupakan bagian penting
Lebih terperinciIntegrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing
AgroinovasI Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing 7 Ketersediaan sumberdaya alam yang semakin kompetitif dan terbatas telah disadari dan kondisi ini menuntut adanya upaya-upaya inovatif dan bersifat
Lebih terperinciSumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba
, Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengenal batas batas administrasi wilayah, sehingga sudah waktunya strategi
PENDAHULUAN Latar Belakang Dinamika pembangunan di sektor pertanian, dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat dan kompleks. Program pembangunan di sektor pertanian dititikberatkan pada agribisnis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciBab 4 P E T E R N A K A N
Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama
Lebih terperinciSTRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN
STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan
Lebih terperinciLingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :
PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciRINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI
SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang
Lebih terperinciLampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN
Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1975, keikutsertaan petani dalam pengadaan tebu hanya terbatas sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, sebagian besar bahan
Lebih terperinciSistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar
Lebih terperinci