KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A"

Transkripsi

1 KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA. (Dibawah bimbingan NIZAR NASRULLAH). Kampus merupakan suatu lingkungan pendidikan tinggi yang didalamnya terdapat aktivitas pendidikan berikut dengan fasilitas pendukungnya. Kampus sebagai lingkungan pendidikan selayaknya memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Agar tercapainya tujuan pendidikan didalamnya, diperlukannya penerapan ilmu lanskap sebagai ilmu yang mempelajari tata ruang. Salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu lanskap yaitu penataan sirkulasi/ jalan. Penataan difokuskan pada street furniture yakni segala bentuk kelengkapan jalan dan terdapat di atas tanah dengan tujuan pengadaannya adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum (dalam arti aman, nyaman dan indah) (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga,1995). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu konsep street furniture jalan dalam lingkup Kampus IPB Dramaga. Street furniture berfungsi memberikan informasi tentang fasilitas kampus, rambu jalan dan sarana pelayanan terhadap pengguna jalan dalam kampus agar sirkulasi pengguna jalan dapat dengan lancar dan aman serta mudah terarahkan kepada suatu sarana kampus yang di tuju. Selain itu pelayanan di sekitar jalan ini memfasilitasi pengguna jalan untuk istirahat dengan nyaman, dan memudahkan untuk mendapatkan pelayanan transportasi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan Simond (1983). Metode ini terdiri dari enam tahap yaitu: persiapan (komisi pengawas), research, analisis, sintesis, konstruksi, dan operasi. Hasil studi ini berupa konsep tertulis yang kemudian akan lebih dijelaskan dalam konsep dasar street furniture, lalu dijabarkan kembali ke dalam konsep pengembangan. Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan identitas kampus, memperhatikan estetika, fungsional, dan kenyamanan pengguna jalan. Identitas kampus IPB adalah kampus pertanian dalam arti luas yang terdiri atas fasilitas pendidikan atau

3 lebih di kenal dengan istilah Green Campus, dan berkesan sejuk serta bersahabat dengan alam. Identitas ini dapat diwakilkan dengan street furniture/ perabot jalan disepanjang jalan lingkar kampus yang di akses pengguna. Konsep Green Campus yang akan diterapkan pada street furniture pada tapak akan sangat terlihat atau yang akan menonjol adalah pada bagian bangunan seperti: halte, papan tanda/ signage, papan informasi, bangku, tempat sampah, dan lampu jalan. Bangunan dan pelengkap ini akan ditampilkan dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan memberikan simbolisme sebagai tempat pengembangan pendidikan dan pengembangan ilmu dari bidang pertanian dalam arti luas. Bahan atau material yang akan digunakan diantaranya kayu, besi, batu bata, batu hias, dan batu kali. Sedangkan gambar yang akan ditampilkan banyak menggunakan pola-pola organis (lengkung) dan beberapa dalam bentuk garis tegas (geometris). Untuk warna yang digunakan di dominasi dengan warna hijau dan coklat. Perkerasan yang di maksud dalam konsep ini yaitu jalur-jalur selain jalan kendaraan bermotor, yakni pedestrian dan jalur sepeda. Perkerasan ini berfungsi sebagai jalur sirkulasi manusia untuk menuju ke suatu lokasi yang ditujunya. Perkerasan ini ditampilkan untuk memperbaiki dan memperindah eksisting tapak serta memperkuat identitas kampus sebagai kampus hijau. Pada jalur pedestrian maupun sepeda dapat di buat variasi dengan memainkan karakter seperti pola, warna, bentuk, atau pergantian material. Dengan permainan karakter seperti di atas, sudah tentu pengguna akan merasa nyaman dan tidak bosan saat melaluinya. Untuk konsep vegetasi, pada dasarnya hanya memperbaiki, melengkapi, dan memperindah bagian-bagian yang sudah ada. Penambahan dapat berupa pohon, semak, maupun groundcover baik yang di tanam langsung atau dengan pot. Vegetasi yang digunakan dapat dikelompokkan ke dalam fungsi yang berbeda, diantaranya fungsi estetis, dan peneduh. Penerapan konsep street furniture yang sederhana dan tepat guna diperlukan dalam lingkar kampus IPB Dramaga. Selain berfungsi memberikan informasi, street furniture pun memberikan kemudahan agar sirkulasi pengguna jalan menuju ke suatu lokasi yang di tuju dapat terarahkan dengan lancar dan aman. Penataan

4 dan perawatan street furniture dalam kampus IPB Dramaga perlu diperhatikan, agar fasilitas yang diberikan berjalan sesuai fungsinya.

5 KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor INDRA SAPUTRA A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Maret 1985, merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dalam keluarga M. Muchlis Rachman dan Titin Martini. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Taman Pagelaran Ciomas Bogor pada tahun 1997, pendidikan menengah diselesaikan di SLTP Negeri 4 Bogor, Jawa Barat pada tahun 2000 dan SMU Kornita Bogor, Jawa Barat pada Tahun Penulis di terima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan unit usaha mahasiswa Studio Pro ARL.

7 KATA PENGANTAR Bismillahirohmaanirrrohim, Alhamdulillah segala puji dan syukur pada Allah SWT, karena limpahan kasih dan kemurahan-nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Penulisan ini berisi penelitian tentang Konsep Street Furniture Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga. Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan tugas akhir ini. 2. Dosen pembimbing akademik Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc. 3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS. dan Ir. Marietje Wungkar, M.Si. atas bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tugas akhir ini. 4. Bagian properti IPB yang telah memberikan data. 5. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran studi ini. Akhirnya Penulis berharap adanya kritik dan saran untuk perbaikan tulisan ini. Perbaikan ini akan sangat berguna bagi Penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik. Bogor, Januari 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Studi... 2 Manfaat Studi... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Sirkulasi... 3 Kelas dan Spesifikasi Prasarana Jalan... 3 Street Furniture... 5 Rambu Jalan... 5 Halte... 6 Lampu Jalan... 7 Bangku Jalan... 7 Tempat Sampah... 8 Papan Petunjuk Jalan dan Informasi... 8 Jalur Pejalan Kaki... 9 Penanaman Jalur Hijau Jalan METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Studi Persiapan Survei Lapang Analisis Sintesis Konsep Batasan Studi Hasil Studi INVENTARISASI Aspek Fisik... 20

9 ii Letak, Luas dan Batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan Iklim Tata Guna Lahan Vegetasi dan Satwa di Sekitar Jalan Visibilitas Jalan-jalan Dalam Kampus Kelengkapan Jalan Sarana Transportasi Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus Aspek Sosial ANALISIS DAN SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Iklim Tata Guna Lahan Vegetasi dan Satwa di Sekitar Jalan Visibilitas Jalan-jalan Dalam Kampus Kelengkapan Jalan Sarana Transportasi Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus Aspek Sosial KONSEP Konsep Dasar Konsep Bangunan dan Pelengkap Konsep Perkerasan Konsep Vegetasi KESIMPULAN DAN SARAN... 81

10 iii Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 85

11 DAFTAR GAMBAR Teks Nomor Halaman 1. Pembagian untuk Jalur Pejalan kaki, Sepeda dan Lalu Lintas (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1988) Penanaman Jalur Hijau Jalan dapat Membentuk Ruang di Atas Kepala/ Ruang Overhead (Booth, 1983) Vegetasi pada Jalan sebagai Pembingkai Pemandangan (Simond,1983) Peta Lokasi Proses Konsep Street Furniture Jalan Kampus IPB Dramaga Paving Yang Rusak dan Ditumbuhi Gulma Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Lingkar Kampus Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian I Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian II Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian III Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian IV Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian V Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian VI Inventarisasi Per Bagian Inventarisasi Bagian I Inventarisasi Bagian II Inventarisasi Bagian III Inventarisasi Bagian IV Inventarisasi Bagian V Inventarisasi Bagian VI Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus Grafik Rata-rata Suhu Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) Grafik Rata-rata Curah Hujan Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) Grafik Rata-rata Kelembaban Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) Grafik Rata-rata Kecepatan Angin Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) Gedung Rektorat Pada Tapak Area Praktek Lapang/ Arboretum Lanskap dan Jalan Sepanjang Arboretum Hutan Eksisting (Pohon Sengon dan Pohon Karet) Pedestrian Yang Rusak dan Kurangnya Pedestrian di Beberapa Bagian Tapak Rambu Lalu-Lintas Yang Tidak Terawat Kurang Tepat Peletakannya, dan Penempatan Yang Berlebihan Fire Hydrant Yang Tidak Terawat dan Ditumbuhi Gulma Tempat Sampah Yang Rusak Dan Tidak Terawat Halte/ Shelter Di Titik-Titik Tertentu Dalam Kampus Beberapa Papan Tanda Yang Tidak Sesuai Ketentuan...62

12 23. Fasilitas Operasional Kampus Bus dan Sepeda Tempat Komersil Dalam Kampus Peta Analisis Sintesis Material Bangunan dan Pelengkap Jalan v

13 vi DAFTAR TABEL Teks Nomor Halaman 1. Kelas Jalan Berdasarkan Dimensi dan Muatan Sumbu Terberat Lebar Trotoar berdasarkan Lokasi Lebar Trotoar berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki Lebar Trotoar Berdasarkan Keadaan Tertentu Data yang dibutuhkan dan sumber data Pembagian Lokasi di Dalam Tapak Data Iklim 5 tahun ( ) Di Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Tata Guna Lahan Dalam Tapak Inventarisasi Vegetasi per-bagian Inventarisasi Vegetasi Bagian I Inventarisasi Vegetasi Bagian II Inventarisasi Vegetasi Bagian III Inventarisasi Vegetasi Bagian IV Inventarisasi Vegetasi Bagian V Inventarisasi Vegetasi Bagian VI Dimensi Jalan dalam Kampus Tipe Jalan dalam Kampus Kelengkapan Jalan Kelengkapan Jalan Bagian I Kelengkapan Jalan Bagian II Kelengkapan Jalan Bagian III Kelengkapan Jalan Bagian IV Kelengkapan Jalan Bagian V Kelengkapan Jalan Bagian VI Analisis dan Sintesis Aspek Fisik dan Sosial Spesifikasi Material, Ukuran, serta Kapasitas Konsep Bangunan dan Kelengkapan Jalan Jumlah dan Letak Konsep Bangunan (Kelengkapan Jalan) Spesifikasi Material, Warna, Serta Pola Pada Konsep Perkerasan Fungsi Vegetasi Pada Konsep Vegetasi Spesifikasi Vegetasi Pada Konsep Vegetasi

14 vii DAFTAR LAMPIRAN Teks Nomor Halaman 1. Peta Konsep Tata Letak Bangunan dan Pelengkap Jalan Sketsa Konsep Halte/Shelter Sketsa Konsep Papan Petunjuk Sketsa Konsep Papan Tanda Peruntukkan Instansi Umum Sketsa Konsep Papan Tanda Fakultas Sketsa Konsep Papan Tanda Peruntukkan Penginapan Sketsa Konsep Papan Informasi Peruntukkan Event Sketsa Konsep Papan Informasi Peruntukkan Himbauan Standar Rambu Lalu Lintas Sketsa Konsep Bangku Jalan Sketsa Konsep Tempat Sampah Sketsa Konsep Lampu Jalan Sketsa Konsep Jam Landmark Sketsa Konsep Pot Median Jalan Peta Konsep Perkerasan Sketsa Konsep Pedestrian Peta Konsep Vegetasi Sketsa Konsep Vegetasi Estetis dan Peneduh Kuisioner

15 PENDAHULUAN Latar belakang Kampus merupakan suatu lingkungan pendidikan tinggi yang didalamnya terdapat aktivitas pendidikan berikut dengan fasilitas pendukungnya. Kampus sebagai lingkungan pendidikan selayaknya memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Adapun dominasi pengguna dari sebuah kampus yaitu civitas akademika seperti, mahasiswa, staf pengajar (dosen), karyawan dan alumni. Kegiatan yang berlangsung di suatu kampus pada umumnya yaitu seperti pembelajaran (kuliah), praktikum, penelitian/ riset dan pelayanan administrasi. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, tentu saja diperlukan suatu lingkungan yang kondusif agar tujuan dari pendidikan di suatu kampus tersebut tercapai. Dalam hal ini, agar tercapainya tujuan tersebut diperlukannya penerapan ilmu lanskap sebagai ilmu yang mempelajari tata ruang. Salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu lanskap yaitu penataan sirkulasi/ jalan. Lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Simonds (1983), Adapun komponen dari lanskap jalan dapat dikategorikan sebagai street furniture. Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan dan terdapat di atas tanah dengan tujuan pengadaannya adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum (dalam arti aman, nyaman dan indah). Yang termasuk dalam street furniture antara lain, lampu, halte, jalan penyeberangan, rambu-rambu lalulintas, unsur tanaman sebagai peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki, tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak surat, wadah tanaman, tanda informasi, dan lain-lain. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan suatu perguruan tinggi negeri yang berwawasan pertanian. Salah satu kampusnya berlokasi di Dramaga Bogor.

16 2 Kampus IPB Dramaga merupakan objek studi yang akan di teliti. Hasil penelitian ini mencangkup keseluruhan konsep penataan tentang street furniture agar dapat merepresentasikan identitas Kampus IPB sebagai kampus hijau. Dengan demikian seluruh konsep akan berdampak pada pemilihan material yang digunakan baik hardscape maupun softscape-nya. Material yang akan digunakan merupakan material yang ramah lingkungan agar menjaga kenyamanan pengguna dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas visual lingkungan kampus maupun kualitas pendidikan pada umumnya. Tujuan Studi Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu konsep street furniture jalan dalam lingkup Kampus IPB Dramaga. Street furniture berfungsi memberikan informasi tentang fasilitas kampus, rambu jalan dan sarana pelayanan terhadap pengguna jalan dalam kampus agar sirkulasi pengguna jalan dapat dengan lancar dan aman serta mudah terarahkan kepada suatu sarana kampus yang di tuju. Selain itu pelayanan di sekitar jalan ini memfasilitasi pengguna jalan untuk istirahat dengan nyaman, dan memudahkan untuk mendapatkan pelayanan transportasi. Manfaat Studi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi sebagai pemecahan masalah jalur sirkulasi yang terjadi di seputar Kampus IPB Dramaga melalui penataan street furniture didalamnya.

17 TINJAUAN PUSTAKA Sirkulasi Pada umumnya pengertian sirkulasi yaitu penghubung antara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Sedangkan pada dasarnya sirkulasi menurut Simond (1983), yaitu suatu jalur yang menyerupai aliran sungai dan dapat dilalui dengan jarak terdekat bagi penggunanya. Berdasarkan jenis peruntukkannya, sirkulasi dibagi menjadi tiga yaitu; sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi sepeda, dan sirkulasi kendaraan bermotor. Harris dan Dines (1988) mengemukakan bahwa sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama, yaitu: 1. Menciptakan suatu akses/ jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan. 2. Menciptakan suatu hubungan antar tata guna lahan yang ada. 3. Menciptakan suatu jalur pergerakan bagi orang maupun barang. Menurut Simond (1983), konfigurasi jalan secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa pola sirkulasi, yaitu sebagai berikut: 1. Linier; Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop). 2. Radial; Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat bersama. 3. Spiral (Berputar); Suatu jalan tunggal menerus yang berasal dan titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah. 4. Grid; Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat. 5. Jaringan; Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titiktitik tertentu dalam ruang. Kelas dan Spesifikasi Prasarana Jalan Pengaturan kelas jalan dilakukan berdasarkan peraturan perundangundangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dalam UU RI No. 14/ 1992

18 4 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, serta dalam PP No. 43/ 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan umum. Kelas jalan di bagi ke dalam kelas I, II, IIIA, IIIB dan IIIC berdasarkan kemampuannya untuk dilalui oleh kendaraan dengan dimensi dan MST (Muatan Sumbu Terberat) tertentu (Tabel 1). Tabel 1. Kelas Jalan Berdasarkan Dimensi dan Muatan Sumbu Terberat Kendaraan. Kelas I Kelas II Kelas IIIA Kelas IIIB Kelas IIIC Fungsi Jalan Arteri Arteri Arteri / Kolektor Kolektor Kolektor Dimensi / Lebar Kend. Maks. 2,50 M Maks. 2,50 M Maks. 2,50 M Maks. 2,50 M Maks. 2,50 M Dimensi / Panjang Kend. Maks. 18,0 M Maks. 18,0 M Maks. 18,0 M Maks. 18,0 M Maks. 18,0 M MST > 10 Ton 10 Ton 8 Ton 8 Ton 8 Ton Menurut UU RI No. 38/ 2004 Pasal 10 tentang jalan, pengelompokan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarananya terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Jalan Bebas Hambatan (Freeway) Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/ tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median. 2. Jalan Raya (Highway) Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah. 3. Jalan Sedang (Road) Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter. 4. Jalan Kecil (Street) Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter.

19 5 Street Furniture Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa street furniture atau perabot jalan adalah semua elemen yang ditempatkan secara kolektif pada suatu lanskap jalan untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi, perlindungan dan kenikmatan pengguna jalan. Elemen ini harus merefleksikan karakter dari lingkungan setempat dan menyatu dengan keadaan sekitar. Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), street furniture/ perabot jalan adalah fasilitas yang ditempatkan di sepanjang jalan yang merupakan pelengkap atau pendukung bagi jalur pejalan kaki. Penyediaannya disesuaikan dengan jenis kawasan yang mengunakan jalur pejalan kaki Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang mudah di dapat, kuat terhadap cuaca, mudah dalam perawatan, mudah dalam perbaikan, kuat dan aman bagi pengguna jalan maupun lingkungan sekitarnya (Harris dan Dines 1988). Sarana pelengkap jalan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi keamanan dan kenyamanan adalah lampu, halte, jalan penyeberangan, rambu-rambu lalu-lintas, unsur tanaman sebagai peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki. 2. Fungsi pelengkap adalah tempat duduk, tempat sampah, telepon. kotak surat, wadah tanaman, informasi dan lain-lain. 3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft material maupun hard material di lihat dari bentuk, tekstur maupun warnanya. Rambu Jalan Menurut Ditjen Bina Marga (1990), rambu merupakan alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan, dan mengarahkan terhadap pengguna jalan agar pengguna jalan dapat dengan mudah terarahkan kepada suatu tempat yang di tuju. Rambu yang efektif haruslah memenuhi ketentuan yang dapat dipenuhi oleh pengguna. Rambu yang efektif yakni memenuhi kebutuhan, menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan, memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti, dan juga

20 6 menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon (Ditjen Bina Marga, 1990). Berdasarkan Ditjen Bina Marga (1990), untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembuatan konsep dan pemasangan rambu adalah: 1. Keseragaman bentuk dan ukuran rambu; untuk mempermudah tugas pengemudi mengenal, memahami, dan memberikan respon. Konsisten dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi. 2. Desain rambu; warna, bentuk ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar akan menarik perhatian pengguna jalan. 3. Lokasi rambu; penempatan rambu harus disesuaikan dengan jarak pengguna jalan. Dengan maksud agar pada saat pengemudi berjalan dengan kecepatan normal memiliki cukup waktu untuk memberikan respon. Dan juga peletakkan rambu yang tepat, tidak terhalang apapun di depannya. 4. Pemeliharaan rambu; diperlukan agar tetap berfungsi dengan baik. Halte Harris dan Dines (1988) mengemukakan bahwa persyaratan untuk halte bis adalah memiliki kebebasan pandangan ke arah kedatangan kendaraan baik dalam posisi berdiri maupun duduk di halte dan zona perhentian bis harus merupakan bagian dari jaringan akses pejalan kaki. Di dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 juga menyebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4 meter dan tinggi bagian atap yang paling bawah minimal 2,5 meter dari lantai.

21 7 Lampu Jalan Menurut Harris dan Dines (1988), penerangan jalan bertujuan untuk mengakomodasikan pergerakan yang aman bagi pejalan kaki dan kendaraan. Dalam pergerakan, pemakai jalan dapat dibantu orientasinya untuk mengenai zona yang berbeda dari penggunaan suatu tapak melalui hirarki efek penerangan yang tepat. Hirarki penerangan terlihat dari perbedaaan jarak, ketinggian dan warna cahaya lampu yang digunakan. Penerangan juga harus cocok secara fungsional dan dalam skala yang sesuai baik bagi pejalan kaki maupun jalur kendaraan. Untuk penerangan jalur pejalan kaki dapat digunakan lampu dengan ketinggian yang relatif rendah agar memberikan skala manusia dan menerangi kanopi bawah dari pohon tepi jalan. Sifat penerangan untuk pedestrian walk sebaiknya tidak seragam sepanjang jalan, sebaliknya untuk jalur kendaraan harus seragam secara keseluruhan. Lampu penerangan jalan rata-rata memiliki ketinggian 6-15,2 meter, sedangkan untuk jalur pejalan kaki, distribusi pencahayaan vertikal harus mencapai 2 meter agar penglihatan ke arah pejalan kaki lain tetap jelas. Fasilitas penerangan jalan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 Pasal 2 huruf e dalam, harus memenuhi persyaratan : a. Ditempatkan ditepi sebelah kiri jalur lalu lintas menurut arah lalu lintas atau di pulau lalu lintas; b. Jarak tiang penerangan jalan sekurang- kurangnya 0,60 meter dari tepi jalur lalu lintas; c. Tinggi bagian yang paling bawah dari lampu penerangan jalan sekurangkurangnya 5,00 meter dari permukaan jalan. Bangku Jalan Bangku jalan adalah bangku yang ditempatkan dipinggir jalan sebagai bagian dari perabot jalan, yang ditempatkan di kawasan pejalan kaki khususnya di kawasan wisata atau pertokoan, maupun taman kota ( Jenis bangku dapat dikelompokan menjadi bangku duduk untuk sendiri dan bangku duduk untuk berkelompok. Pemilihan bentuk, bahan, dan warna disesuaikan dengan ketersediaan, fungsi dan

22 8 suasana lingkungan. Pertimbangan dalam perencanaan bangku adalah memenuhi kriteria nyaman, bentuknya sederhana, mudah pemeliharaannya, tahan terhadap vandalisme dan memiliki ketahanan yang tinggi. Penempatan bangku harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain, letaknya terlindung dari angin, posisinya strategis, dan ditempatkan di luar jalur jalan (Harris dan Dines, 1988). Bangku taman yang nyaman juga mempertimbangkan standar dimensi, yaitu tinggi bangku dari permukaan tanah + 37,5 cm, lebar bangku antara 37,5 45 cm, dan panjang bangku bervariasi tergantung kebutuhan. Bangku dapat dilengkapi juga dengan sandaran tangan dan sandaran belakang yang bentuk dan ukurannya dapat divariasikan sesuai kebutuhan (Harris dan Dines 1988). Tempat Sampah Tempat sampah (bahasa Inggris: waste container) adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik ( Untuk menjaga lingkungan sebaiknya tempat sampah ditempatkan dalam jumlah yang banyak. Pertimbangan merencanakan tempat sampah adalah mudah di lihat, bentuknya mudah dikenali, terjangkau, ditempatkan lebih banyak pada titik-titik yang terdapat banyak aktivitas manusia. Tempat untuk menampung sampah juga sebaiknya memiliki ukuran yang cukup lebar untuk menampung jumlah sampah, bahan yang langsung menyentuh sampah hendaknya tahan air dan dilengkapi dengan penutup. Ukuran untuk satu tempat sampah adalah tinggi + 91,5 cm dan diameter maksimal 76 cm (Harris dan Dines, 1988). Papan Petunjuk Jalan dan Informasi Papan petunjuk jalan dan informasi adalah papan yang memberikan petunjuk kepada pemakai jalan mengenai arah, tempat dan informasi, yang meliputi rambu pendahuluan, rambu jurusan (arah), tempat dan informasi, yang meliputi rambu penegasan, rambu petunjuk batas wilayah dan rambu lain yang memberikan keterangan dan fasilitas yang bermanfaat bagi pemakai jalan (Ditjen Binamarga dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota No.01/P/BNKT/1991). Papan informasi (signage) diletakan pada jalur amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus

23 9 pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau (Direktorat Penataan Ruang Nasional, 1993). Jalur Pejalan Kaki Menurut Simond (1983), karakter dari jalur pejalan kaki dapat dimengerti dengan cara membandingkan hal tersebut dengan arus atau sungai dan dapat ditempuh dari satu titik ke titik lain dengan jarak yang terdekat. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi di mana pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal baik dari segi keamanan, kenyamanan dan kelancaran perjalanan bagi pemakainya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995). Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan, trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pejalan kaki berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 dapat di lihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Lebar Trotoar berdasarkan Lokasi. No. Lokasi trotoar Lebar trotoar minimum meter 3 meter 4. Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah Perkantoran utama Daerah industri: a. jalan primer b. jalan akses Di wilayah pemukiman : a. jalan primer b. jalan akses 3 meter 4 meter 2,75 meter 2 meter Tabel 3. Lebar Trotoar berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki. No. Jumlah pejalan kaki/ detik/ meter Lebar trotoar orang 3 orang 2 orang 1 orang 2,3-5,0 meter 1,5-2,3 meter 0,9-1,5 meter 0.6-0,9 meter

24 10 Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1995) trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, di beri lapis permukaan, di beri elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas (bila telah tersedia jalur parkir), di buat sejajar dengan jalan, tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan topografi setempat tidak memungkinkan. Trotoar pada pemberhentian bus harus dapat ditempatkan berdampingan/ sejajar dengan jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau di belakang halte. Lebar trotoar dapat direncanakan sesuai dengan batasan lebar minimum berdasarkan keadaan tertentu (Tabel 4). Beberapa tipe penempatan trotoar antara lain, di tepi jalur utilitas, di tepi dalam saluran drainase, di tepi lereng, di jembatan, dibangunan pertokoan, diterowongan, di depan dan di belakang halte (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995). Tabel 4. Lebar Trotoar Berdasarkan Keadaan Tertentu. Lebar trotoar (m) Keadaan / Situasi 1,5 Jalan di daerah pasar 1,0 Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar 0,5 Jalan di daerah lain Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Penanaman Jalur Hijau Jalan Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1988) jalur tanaman adalah bagian dari jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain, yang ditempatkan menerus sepanjang trotoar, jalur sepeda atau bahu jalan dan median jalan. Pembagian untuk jalur pejalan kaki, jalur sepeda dan lalu lintas dapat di lihat pada Gambar 1.

25 11 Gambar 1. Pembagian untuk Jalur Pejalan kaki, Sepeda dan Lalu Lintas (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1988). Menurut Booth (1983), penanaman jalur hijau jalan merupakan hal penting dalam merancang dan mengelola ruang serta memecahkan masalah. Selanjutnya, jalan juga dapat membentuk ruang horizontal, vertikal dan ruang di atas kepala (overhead plane), serta berkaitan erat dengan strukrur bangunan (Gambar 2). Gambar 2. Penanaman Jalur Hijau Jalan dapat Membentuk Ruang di Atas Kepala/ Ruang Overhead (Booth, 1983).

26 12 Gambar 3. Vegetasi pada Jalan sebagai Pembingkai Pemandangan (Simond, 1983). Menurut Simonds (1983), penanaman jalur hijau jalan adalah berdasarkan pada fungsi tanpa melupakan nilai keindahannya. Selanjutnya dikemukakan bahwa vegetasi pada jalan dapat memperjelas bentuk dan memperkuat keberadaan tapak, membangun dan menghubungkan pola-pola terbuka, tertutup, atau setengah terbuka dalam tapak, dapat memperjelas bentuk tapak, membingkai pemandangan (Gambar 3), mempersatukan gedung-gedung yang berdiri sendiri (independent), menyediakan perubahan visual dari satu tempat ke tempat lain, melindungi dari serta menangkap cahaya matahari, memberikan efek bayangan, mempunyai fungsi sebagai naungan, menghisap air hujan, membersihkan udara, mengatur iklim mikro juga melindungi dari polusi. Booth (1983), menambahkan bahwa di samping menahan polusi, vegetasi jalan juga dapat menjaga kelembaban tanah, mencegah erosi dan kehilangan tanah, memodifikasi suhu udara dan menyediakan habitat bagi burung dan binatang. Material tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol privasi, pelengkap, pemersatu, pembatas, identitas, dan pelembut dari segi estetis. Penanaman jalur hijau jalan harus dapat memenuhi fungsi sebagai struktur pengontrol ekologis dan pengontrol sosial. Penanaman jalur hijau jalan dapat bersifat sederhana dalam pelaksanaannya dengan berpedoman kepada kebutuhan, kecocokan penampilan di tiap musim, penampilan di tiap tahapan pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan (Simonds, 1983). Syarat-syarat

27 13 penting dalam pemilihan pohon jalan menurut Nurisjah dan Pramukanto (1998) adalah: 1. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tetapi tidak terlalu teduh, selalu hijau dan tidak mudah meluruhkan daun yang berakibat mengotori jalan. 2. Mempunyai batang dan percabangan yang kuat dan tidak mudah patah. 3. Struktur percabangan tegak atau semi tegak dan tidak mudah jatuh/ menjurai. Lebih baik lagi jika dengan percabangan yang kompak dibandingkan dengan yang tumbuh meninggi, khususnya untuk pohon yang tumbuh di bawah jaringan kabel listrik/ telepon. 4. Pertumbuhan tajuk pohon tidak menghalangi atau menganggu lalu lintas. 5. Tajuk pohon berjarak paling rendah tiga meter di atas permukaan tanah atau untuk jenis yang bertajuk rendah dapat dilakukan pemangkasan. 6. Hasil generatif berupa bunga, buah, dan biji tidak mengganggu lalu lintas. 7. Pohon tidak mengeluarkan atau menghasilkan zat yang dapat merusak atau membuat jalan licin, terutama di waktu hujan. 8. Perakaran dalam dan tidak merusak jalan dan saluran drainase. 9. Tidak peka terhadap serangan hama atau penyakit. 10. Bukan merupakan tanaman inang yang disukai oleh serangga yang dapat menghabiskan daun-daunnya. 11. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan tumbuh, seperti sesuai dengan iklim dan kondisi tanah serta ketinggian dari permukaan laut. 12. Mengandung nilai estetis yang menarik berupa warna daun bunga, buah maupun bentuk tajuk. 13. Mempunyai kecepatan tumbuh yang sedang, tidak terlalu lambat atau terlalu cepat (indikator siklus hidup yang pendek). 14. Daun buah tidak beracun dan berduri, tahan terhadap polusi udara, tanah dan air. Dasar penentuan komposisi tanaman jalan yang dapat memberi kesan estetika menarik adalah tanaman disajikan secara massal, di susun secara kontinyu dan linier di sepanjang jalan, menggunakan berbagai variasi bentuk tajuk, warna

28 14 dan ukuran daun, kombinasi antara penutup tanah, semak, perdu dan pohon, memberi focal point/ kontras dan menggunakan display tanaman khusus pada tempat-tempat tertentu (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996).

29 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dalam kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. Kampus IPB Dramaga ini terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (Gambar 4). Pengambilan data pada penelitian ini di mulai dari bulan April sampai Agustus Metode Studi Proses perencanaan secara skematis ditunjukkan dengan Gambar 5. Bagan alur pada gambar tersebut menunjukkan hubungan antara proses-proses perencanaan yang bertahap menjadi metode penelitian yang komprehensif. Metode studi yang dilakukan menggunakan pendekatan (Simond, 1983). Persiapan Research Analisis Sintesis Konsep - Pernyataan Kebutuhan Pengguna - Penyusunan rencana kerja - Penetapan Rencana Anggaran Biaya - Survei Lapang - Pengumpulan Data - Interview - Observasi - Pengambilan Foto - Analisis Tapak - Review Regulasi Pemerintah - Ketetapan - Kemungkinan - Program Pengembang - Studi Skematik - Analisis Perbandingan - Analisis Dampak - Literatur - Penyatuan Pendapat - Metode Pelaksanaan - Pengembangan ide - Tata Ruang - Desain sketsa - Peletakan Pertemuan awal Rencana Kerja Peta dasar, pendukung file data Pendalaman Peta dasar, pendukung lokasi file data Penyimpulan/ Solusi Masalah Aplikasi ide pengembangan/ Desain Sketsa Gambar 5. Proses Konsep Street Furniture Jalan Kampus IPB Dramaga.

30 16

31 17 Persiapan Pada tahap ini, ada beberapa kegiatan yang mencakup didalamnya yaitu penetapan lokasi penelitian, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan data serta informasi tentang program kampus IPB Dramaga Bogor dalam pengembangan dan pengelolaannya. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini yaitu pengetahuan tentang konsep dasar dan fungsi utama dari street furniture kampus tersebut. Survei Lapang Merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer dan data sekunder serta informasi tapak dilapangan maupun dari pustaka yang mendukung penelitian melalui survei tapak berupa pengamatan dan pengambilan foto atau sketsa, pengambilan pustaka dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap keinginan civitas akademika, masyarakat yang memanfaatkan fasilitas kampus dan pihak tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tahap ini merupakan tahap pemahaman dan penghayatan terhadap tapak. Kondisi fisik tapak adalah data utama yang diinventarisasikan, dan data sosial sebagai daya dukung. Data yang diperoleh merupakan hasil dari survai lapang dan studi pustaka. Bentuk data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder. Untuk penyusunan konsep street furniture ini, data yang di ambil yaitu dari aspek fisik seperti letak, luas, dan batas tapak, aksesibilitas dan sistem transportasi, ketinggian, topografi dan kemiringan lahan, iklim, tata guna lahan, serta vegetasi dan satwa. Sedangkan data pelengkapnya yaitu seperti peraturan pemerintah tentang jalan, jenis jalan dan lainnya diperoleh dari instansi terkait atau studi pustaka. Selain dari itu dilakukan pula penyebaran kuisioner kepada 30 responden untuk mengetahui keinginan pengguna. Data yang dibutuhkan beserta sumbernya dijabarkan pada Tabel 5.

32 18 Tabel 5. Data yang dibutuhkan dan sumber data. No. Data Jenis Sumber Data 1. Letak, Luas, dan Batas tapak Sekunder Properti IPB 2. Aksesibilitas dan Sistem Sekunder Properti IPB Transportasi 3. Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Sekunder Properti IPB 4. Iklim : a. Suhu Sekunder BMG Dramaga b. Curah Hujan Sekunder BMG Dramaga c. Kelembaban Nisbi Sekunder BMG Dramaga d. Kecepatan Angin Sekunder BMG Dramaga 5. Tata Guna Lahan Sekunder Lapang 6. Vegetasi dan Satwa di sekitar jalan Primer Lapang 7. Visibilitas Primer Lapang 8. Peraturan Pemerintah tentang jalan Sekunder Bina Marga 9. Jalan-jalan dalam Kampus: a. Dimensi Jalan Primer Lapang b. Tipe Jalan Primer Lapang 10. Kelengkapan Jalan Primer Lapang 11. Sarana Transportasi Primer Lapang 12. Tempat-tempat komersil dalam Kampus Primer Lapang 13. Data Sosial Primer Lapang Analisis Semua kondisi awal tapak dianalisis untuk mendapatkan kemungkinan pengembangan street furniture dari tapak. Analisa aspek jalan, pengguna jalan, dan lingkungan sekitar jalan menghasilkan beberapa kemungkinan dari jenis-jenis street furniture yang diperlukan. Dalam pengembangan tapak, faktor pengguna jalan menjadi pertimbangan utama dalam pengembangannya. Kemudian dilakukan penilaian berdasarkan kesesuaian dengan hasil analisa aspek jalan dan lingkungan sekitar jalan serta aspek pengguna jalan.

33 19 Sintesis Secara keseluruhan tahap sintesis merupakan suatu tahap pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan studi. Berbagai potensi dan kenyamanan yang terdapat di dalam dan di sekitar tapak lanskap diusahakan untuk dimanfaatkan dan dikembangkan namun bagian yang peka diusahakan untuk dilestarikan dan tidak di ganggu. Hasil ini dikembangkan untuk mendapatkan konsep street furniture yang sesuai dengan aktifitas pengguna serta sistem transportasinya. Konsep Pada tahap ini merupakan pengembangan ide berdasarkan potensi dan solusi masalah yang ada pada tahap sintesis. Konsep yang diterapkan adalah alternatif konsep dengan tingkat kesesuaian lingkungan yang terbaik. Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan kriteria seperti keamanan, pola tata letak, kenyamanan, kelayakan, dan kebutuhan serta keinginan pengguna. Batasan Studi Batasan tahapan yang dilakukan sampai dengan penyusunan suatu konsep dengan menitikberatkan pada efektifitas dari street furniture jalan. Hasil Studi Hasil studi yang dihasilkan akan berupa konsep tertulis, dan menjelaskan suatu konsep dasar street furniture lalu dijabarkan kembali ke dalam konsep pengembangan.

34 INVENTARISASI Aspek Fisik Letak, Luas, dan Batas Tapak Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di kota Bogor tepatnya di Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan seluas 203,5 ha tersebut, secara geografis terletak antara BT BT dan LS LS, berada pada lokasi 12 Km. arah barat laut dari pusat Kota Bogor. Kampus IPB Dramaga Bogor sendiri dibatasi pada bagian Selatan oleh Desa Babakan Doneng, bagian Timur dibatasi oleh Desa Babakan Raya, bagian Utara dibatasi oleh Sungai Ciapus, dan pada bagian Barat dibatasi oleh Sungai Cihideung. Tapak yang akan digunakan dalam studi ini adalah jalan lingkar di dalam kampus yang di bagi kedalam beberapa bagian (Gambar 6). Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah proses inventarisasi dan perencanaan. Lebih jelasnya pembagian ini dapat di lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pembagian Lokasi di Dalam Tapak. BAGIAN Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV Bagian V Bagian VI LOKASI Pintu masuk utama IPB sampai persimpangan Rektorat-Jl. Ramin. Sepanjang Jl. Ramin sampai persimpangan Jl. Meranti-Parkir GWW. Sepanjang Jl. Meranti sampai persimpangan Al-Hurriyah-GOR-Perumdos. Sepanjang Jl. Kamper (LSI). Sepanjang Jl. Agatis/ Persimpangan Al-Hurriyah-GOR-Perumdos sampai persimpangan Rektorat. Sepanjang Jl. Pinus/ Pintu alternatif masuk-keluar kampus (SMK KORNITA), Kampung Cangkurawok. Keseluruhan panjang jalan lingkar kampus ini adalah m dengan lebar daerah milik jalan (damija) bervariasi antara 4 m sampai 8 m. Luasan dan panjang lingkar kampus ini di peroleh dari gambar ulang (as built drawing) dengan perbandingan peta Rencana Induk Lokasi studi ini merupakan jalan yang menghubungkan antar fakultas, asrama mahasiswa, dan berbagai fasilitas

35 21 utama yang ada di IPB seperti GOR, gedung perpustakaan pusat LSI, gedung GWW, dan masjid Al Hurriyah. Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Kampus IPB Dramaga memiliki aksesibilitas yang baik karena dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan umum dan pribadi. Kendaraan umum yang dapat digunakan adalah angkutan umum (angkot) dengan trayek Bubulak- Leuwi Liang, Bubulak-Jasinga, Bubulak-Ciampea, maupun Bubulak-Kampus Dalam, sedangkan bis yang dapat digunakan dari arah Bogor adalah bis dengan jurusan Pandeglang-Rangkas Bitung. Untuk pintu masuk kampus sendiri terdapat beberapa alternatif. Intensitas pengguna yang paling padat untuk yang menggunakan kendaraan bermotor adalah pintu satu yang merupakan pintu masuk utama. Pintu satu memiliki gerbang dengan beberapa traffic island sebelumnya dan dilengkapi dengan pos satpam sebagai pendukung fungsi keamanan di kampus. Pintu yang juga dapat dilalui kendaraan bermotor adalah pintu belakang Kampung Cangkurawok, dan merupakan pintu alternatif kendaraan bermotor untuk keluar-masuk kampus. Pintu ini berada pada penghujung kampus yang berdekatan dengan asrama putra. Pejalan kaki dapat mengakses Kampus IPB dengan beberapa alternatif pula. Intensitas yang paling tinggi adalah pintu kecil Kampung Babakan Raya (Bara). Pintu kecil ini langsung menghubungkan pengguna dengan Fakultas Pertanian (Faperta). Pintu ini paling ramai karena jalan Babakan Raya merupakan pusat Rumah Inap/ Kost para mahasiswa yang sudah tidak lagi diwajibkan asrama, jalan ini pun merupakan pusat aktivitas mahasiswa di luar kampus, seperti makan, rental komputer, penjualan alat tulis, dan lain-lain. Pintu kecil lainnya yang dapat di akses adalah dua pintu kecil samping kiri dan belakang GWW/ GRAWIDA, serta pintu kecil dekat halte BNI. Pintu kecil BNI dan pintu kecil samping kiri GWW berseberangan langsung dengan jalan utama dan hanya dapat dilalui oleh orang saja. Berdekatan dengan pintu-pintu kecil ini, terdapat halte/ pangkalan ojek, shelter sepeda dan pangkalan becak yang dapat digunakan pengguna kampus untuk mencapai tujuan di dalam kampus yang diinginkan.

36 22 Pada pintu satu yang dapat di akses kendaraan bermotor tidak terlalu mengalami kendala dalam hal kemacetan, karena pada pintu ini digunakan sirkulasi dua arah yang dibatasi oleh median jalan. Selain itu pintu ini juga dapat di akses oleh pejalan kaki, karena tersedia trotoar/ pedestrian di tepi bahu jalannya. Untuk pedestrian di dalam kampus ini, secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat terlihat pada banyaknya pedestrian dengan paving yang sudah pecah, berlubang, kotor oleh daun kering, bahkan ada yang sudah tertutup gulma (Gambar 6). (a) (b) Gambar 6. (a). Paving Yang Rusak dan (b). Paving Yang Ditumbuhi Gulma. Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Kondisi topografi di sepanjang tapak cukup bervariasi. Sebagian besar tapak memiliki kelas lereng 1%-5%. Sebagian daerah Utara dan Barat tapak memiliki kelas 5%-10%. Kelas lereng 10%-15% berada pada bagian belakang kandang sapi dan sebagian pinggiran sungai sebelah Barat tapak memiliki kelas lereng lebih 15%. Iklim Data iklim lokasi studi dengan elevasi 190 mdpl diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I Dramaga Bogor tahun (Tabel 7). Data yang disajikan adalah data tiap tahun. Data yang diperoleh tidak dirata-ratakan karena dalam kurun waktu lima tahun ini bisa terjadi perubahan iklim yang nyata sehingga tidak memungkinkan untuk memperoleh data yang stabil.

37 23 Tabel 7. Data Iklim 5 tahun ( ) di Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor. Tahun/ Bulan 2005 Curah hujan (mm/ tahun) Suhu rata-rata ( C) Suhu maks. ( C) Suhu min. ( C) Kelembaban (%) Kecepatan angin ratarata (knot) JAN ,2 29,7 23,0 90 2,3 PEB ,4 30,8 23,0 89 2,1 MAR ,0 31,3 23,2 87 2,4 APR ,2 31,9 23,2 85 2,3 MEI ,4 31,9 23,5 85 1,9 JUN ,9 31,4 23,0 87 1,9 JUL ,6 31,4 21,7 83 2,0 AGS ,7 31,6 21,4 82 2,3 SEPT ,1 32,3 22,0 82 1,6 OKT ,0 32,2 22,7 84 2,0 NOP ,8 31,6 22,9 84 1,2 DES ,5 30,4 22,9 86 1,0 Rata2/bulan 267,0 25,9 31,5 22,7 84,8 1,9 TOTAL 3259,0 309,8 376,5 272,4 1023,0 23, JAN ,2 29,8 22,9 89 2,6 PEB ,5 30,9 22,8 89 2,4 MAR ,8 30,9 22,9 84 3,1 APR ,8 31,6 23,0 84 2,9 MEI ,0 31,5 22,6 84 1,9 JUN ,7 31,5 22,0 81 2,0 JUL 26 26,1 32,0 22,2 79 2,2 AGS 74 25,2 32,0 20,6 76 2,5 SEPT 69 25,9 33,6 20,8 72 2,8 OKT ,7 34,1 22,1 74 2,8 NOP ,4 33,0 22,8 83 2,5 DES ,1 31,5 23,2 87 2,4 Rata2/bulan 252,1 32,1 22,3 81,2 81,2 2,5 TOTAL ,3 382,5 268,0 981,8 30, JAN ,1 31,7 22,4 81 3,0 PEB ,1 29,7 22,6 90 2,2 MAR ,7 30,7 22,9 86 3,7 APR ,8 31,6 22,9 85 2,1 MEI ,0 31,8 22,9 86 1,9 JUN ,6 31,4 22,3 83 2,0 JUL ,6 31,7 21,8 81 2,2 AGS ,4 31,9 21,3 79 2,5 SEPT ,0 32,6 21,6 77 2,9 OKT ,0 32,7 22,3 81 2,6 NOP ,9 32,0 22,1 81 2,6 DES ,3 30,0 22,4 89 3,0 Rata2/bulan 332,4 25,7 31,5 22,3 93,6 2,5 TOTAL ,3 377,8 267,5 1000,0 30,9

38 24 Lanjutan Tabel 7. Tahun/ Bulan Curah hujan (mm/ tahun) 2008 Suhu rata-rata ( C) Suhu maks. ( C) Suhu min. ( C) Kelembaban (%) Kecepatan angin ratarata (knot) JAN ,7 31,1 22,1 84 3,1 PEB 338,5 24,4 28,1 22,1 90 3,2 MAR ,1 30,9 22,0 87 2,5 APR ,6 31,5 22,2 86 2,3 MEI ,8 31,7 21,9 82 2,2 JUN ,6 31,5 21,8 83 2,0 JUL ,2 32,0 20,6 77 2,4 AGS ,6 31,7 21,8 81 2,2 SEPT ,9 32,8 21,7 80 2,6 OKT ,8 32,2 22,0 84 2,4 NOP ,8 31,3 22,5 86 2,8 DES ,5 30,5 22,4 87 2,8 Rata2/bulan 304,1 25,5 31,3 21,9 84,2 2,5 TOTAL 3584,5 305,9 375,1 263,1 1010,1 30, JAN ,0 29,3 22,0 88 2,9 PEB ,1 29,6 22,1 88 3,5 MAR ,8 32,0 21,8 82 2,9 APR ,2 32,1 22,6 82 2,3 MEI ,1 31,7 22,8 85 2,2 JUN ,1 31,8 22,8 81 2,1 JUL 25,8 32,1 21,9 77 2,4 AGS 41 26,4 32,9 22,0 74 2,4 SEPT 26,6 33,7 22,6 75 2,7 Rata2/bulan 233,4 25,9 31,7 22,3 81,3 2,6 TOTAL 1634,0 233,2 285,2 200,7 732,1 23,4 Σ RATA2/ TAHUN 3597,4 293,5 359,4 254,3 949,4 2,4 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I Dramaga Bogor tahun Tata Guna Lahan Tata guna lahan pada tapak sebagian besar sudah di dominasi oleh bangunan, meskipun terdapat beberapa hektare area hijau yang dijadikan sebagai lokasi praktikum dan penelitian bagi mahasiswa. Lebih jelasnya tata guna lahan dapat di lihat pada Tabel 8.

39 25 Tabel 8. Tata Guna Lahan Dalam Tapak. BAGIAN LOKASI TATA GUNA LAHAN Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV Bagian V Bagian VI Pintu masuk utama IPB sampai persimpangan Rektorat-Jl. Ramin. Area di Kiri-Kanan Jl. Ramin sampai persimpangan Jl. Meranti-Parkir GWW. Area di Kiri-Kanan Jl. Meranti dan Jl. Tanjung sampai persimpangan Al- Hurriyah-GOR-Perumdos. Persimpangan Al-Hurriyah sampai persimpangan GWW/ Area di Kiri-Kanan Jl. Kamper (LSI). Area di Kiri-Kanan Jl. Agatis/ Persimpangan Al-Hurriyah-GOR- Perumdos sampai persimpangan Rektorat. Area di Kiri-Kanan Jl. Pinus/ Pintu alternatif masuk-keluar kampus (SMK KORNITA), Kampung Cangkurawok. Tata guna lahan di bagian ini dominasinya adalah area penerimaan saja. Tata guna lahan di bagian ini di dominasi oleh sarana praktikum Arsitektur Lanskap berupa lapangan (Arboretum), Plaza Akademik, dan bangunan GWW. Dominasi tata guna lahan di bagian ini yaitu: gedung perkuliahan (FAPERTA, FMIPA, dan FAHUTAN), area penginapan (Wisma dan asrama putri), dan tempat ibadah (Masjid Al- Hurriyah). Dominasi tata guna lahannya yaitu: gedung penelitian FATETA (SEAFAST dan PAU), gedung perkuliahan (FATETA, FEMA dan FAPERTA), dan perpustakaan pusat (LSI). Dominasi tata guna lahan di bagian ini yaitu: Gedung Olah Raga, gedung perkuliahan (FAPERIKAN, FAPET, dan FKH), area praktikum dan penelitian (FAPERIKAN, FAPET, dan FKH), hutan eksisting (Karet dan Sengon), dan gedung rektorat. Dominasi tata guna lahan di bagian ini yaitu: gedung penginapan (asrama putra), dan area penelitian (FAPERTA). Vegetasi dan Satwa di Sekitar Jalan Vegetasi di tepi lingkar jalan kampus dapat dikatakan bervariasi jenisnya. Pada bagian tertentu di setiap bagian tersusun vegetasi yang seragam dan berulang atau berganti di bagian lain. Hal ini jelas terlihat pada bagian satu yaitu pintu masuk utama IPB yang berjajar Cemara Kipas (Thuja orientalis) berseling di bagian belakang yaitu pohon Cemara Balon (Casuarina sumatrana). Median jalan dari pintu satu ini dihiasi groundcover Bayam Merah (Iresine sp.). Awalnya terdapat beberapa tanaman semak dan penutup tanah pada median jalan seperti Kana (Canna hybrida) dan Sutra Bombay (Portulaca grandiflora), namun karena kurangnya perawatan yang intensif pada tanaman tersebut sehingga banyak yang layu dan mengalami kematian. Kebanyakan vegetasi di sekitar tapak adalah jenis pohon dengan fungsi peneduh dan pengarah. Pohon peneduh yang banyak terdapat antara lain, Akasia (Acasia mangium/ auriculiformis), Jakaranda (Jacaranda acutifolia), Ketapang (Terminallia cattapa), pohon Sapu Tangan (Maniltoa grandiflora), Tanjung (Mimusoph elengi), dan lain-lain. Sedangkan pohon peneduh yang berfungsi pula sebagai pohon hias (bunga) antara lain Dadap Merah (Erythrina cristagalli),

40 26 Bunga Mentega (Nerium oleander), Sikat Botol (Callistemon cifrinus), Kembang Merak (Caesalpinia pulcherima), Bungur (Langerstromia indica), Kupu-kupu (Bauhinia purpurea). Untuk pohon pengarah di dominasi oleh Palem, pohon bertajuk piramidal dan kolumnar diantaranya, Sawit (Elais guineensis), Kelapa (Cocos nucifiera), Rasamala (Altingia excelsa), Kidamar (Aghatis dammara), Palem Raja (Roystonia regia), Glodogan Daun (Polyalthia fragrans). Lebih jelasnya vegetasi perbagian ditunjukan pada Tabel 9. berikut ini : Tabel 9.1. Inventarisasi Vegetasi Bagian I Vegetasi Nama Latin Nama Lokal 1. Artocarpus heterophyllus 1. Nangka Pohon 2. Cannarium hirsutum 2. Kenari 3. Casuarina sumatrana 3. Cemara Balon 4. Thuja orientalis 4. Cemara Kipas Semak 1. Iresine herbstii 1. Bayam-bayaman Groundcover 1. Axonopus compressus 2. Rumput Gajah Biasa Tabel 9.2. Inventarisasi Vegetasi Bagian II Vegetasi Nama Latin Nama Lokal 1. Acasia mangium 2. Bahunia purpurea 3. Bambussa multiplex 4. Ceiba pentandra 5. Cerbera manghas 6. Chrysophyllum cainito 7. Delonix regia 1. Akasia Mangium 2. Kembang Kupu-kupu 3. Bambu Pagar 4. Randu 5. Bintaro 6. Sawo Duren 7. Flamboyan Pohon 8. Ficus benjamina 8. Beringin 9. Ficus lyrata 9. Biola Cantik 10. Michelia champaca 11. Podocarpus sp. 12. Polyalthia longifolia 13. Pterocarpus indicus 14. Samanea saman 15. Spathodea campanulata 16. Tamarindus sp. 10. Cempaka 11. Kiputri 12. Glodokan Tiang 13. Angsana 14. Kihujan 15. Kecrutan 16. Asam Keranji Semak 1. Cordyline terminalis 1. Hanjuang Groundcover 1. Axonopus compressus 1. Rumput gajah biasa

41 27 Tabel 9.3. Inventarisasi Vegetasi Bagian III Vegetasi Nama Latin Nama Lokal 1. Adenanthera microsperma 2. Agathis dammara 3. Albazia falcataria 4. Antidesma bunius 5. Areca catechu 6. Averrhoa pentandra 7. Bambussa tuldoides 1. Saga 2. Kidamar 3. Sengon 4. Buni 5. Pinang 6. Belimbing 7. Bambu Krisik Pohon Semak Groundcover 8. Cananga odorata 9. Cannarium hirsutum 10. Cinnamomum burmanii 11. Cocos nusifiera 12. Erythrina crista-galli 13. Ficus benjamina 14. Ficus elastica 15. Maniltoa grandiflora 16. Mimusops elengi 17. Nephelium lappaceum 18. Polyalthia longifolia 19. Pterocarpus indicus 20. Roystonea regia 21. Salacca zalacca 22. Samanea saman 23. Tectona grandis 24. Veitchia merillii 1. Mussaenda philippica 2. Pachystachys lutea L. 8. Kenanga 9. Kenari 10. Kayu Manis 11. Kelapa 12. Dadap Merah 13. Beringin 14. Beringin Karet 15. Daun Saputangan 16. Tanjung 17. Rambutan 18. Glodokan Tiang 19. Angsana 20. Palem Raja 21. Salak 22. Kihujan 23. Jati 24. Palem Putri 1. Bunga Lilin 2. Nusa Indah Tabel 9.4. Inventarisasi Vegetasi Bagian IV Vegetasi Nama Latin Nama Lokal Pohon 1. Chrysophyllum cainito 2. Cocos nusifiera 3. Elaeis guinensis 4. Filicium decipiens 5. Heliconia colinsiana 6. Morinda citrifolia 7. Pinus mercusii 8. Pterocarpus indicus 9. Tamarindus sp. 1. Sawo Duren 2. Kelapa 3. Sawit 4. Kerai Payung 5. Pisang Hias 6. Mengkudu 7. Pinus 8. Angsana 9. Asam Keranji Semak 1. Codiaeum variegatum 1. Puring Groundcover

42 28 Tabel 9.5. Inventarisasi Vegetasi Bagian V Vegetasi Nama Latin Nama Lokal 1. Agathis dammara 2. Albasia falcataria 3. Ceiba pentandra 1. Kidamar 2. Sengon 3. Randu Pohon 4. Felicium decipiens 4. Kerai Payung 5. Maniltoa grandiflora 5. Sapu Tangan 6. Roystonea regia 6. Palem Raja 7. Terminalia katappa 7. Ketapang Semak 1. Acalypha sinensis 1. Teh-tehan Groundcover Tabel 9.6. Inventarisasi Vegetasi Bagian VI Vegetasi Nama Latin Nama Lokal Pohon 1. Albazia falcataria 2. Arenga pinnata 3. Artocarpus heterophyllus 4. Cocos nusifiera 5. Delonix regia 6. Nephelium lappaceum 7. Pinus mercusii 8. Pterocarpus indicus 9. Tectona grandis 1. Sengon 2. Aren 3. Nangka 4. Kelapa 5. Flamboyan 6. Rambutan 7. Pinus 8. Angsana 9. Jati Semak Groundcover Satwa yang terdapat di sekitar tapak yang dapat diamati di pohon dan semak tepi jalan adalah berbagai jenis burung, seperti burung layang-layang, burung kutilang, burung anyam-anyaman, bajing, kadal, ular, musang, dan kera. Untuk jenis satwa serangga antara lain kupu-kupu, belalang, dan kepik. Visibilitas Visiblitas di dalam kampus secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Karakter pemandangan di setiap bagian dalam kampus berbeda. Pemandangan yang menjadi ciri khas Kampus IPB Dramaga ini adalah hutan. Pemandangan ini hampir ada di setiap bagian tapak, namun sebagian besar terletak pada bagian V yaitu persimpangan Al-Huriyyah sampai persimpangan rektorat yang di dominasi oleh hutan eksisting seperti karet dan sengon. Visibilitas yang khas selain hutan

43 29 adalah bangunan segitiga yang juga merupakan konsep arsitektur bangunan di Kampus IPB Dramaga. Danau pun merupakan suatu point of interest di dalam kampus, namun pemandangan ini tidak terlalu terlihat dari bagian sisi jalan karena letaknya yang agak curam dan terhalang oleh pohon tepi jalan. Salah satu yang dapat mendukung visibilitas yang baik saat malam hari adalah lampu jalan. Sudah seharusnya lampu menjadi perhatian untuk pengelola kampus karena banyak yang sudah tidak fungsional. Jalan-Jalan Dalam Kampus Jalan lingkar di dalam kampus memiliki dimensi dan tipe jalan yang bervariasi di tiap bagiannya. Secara umum jalan lingkar memiliki kriteria kelas jalan kecil sampai sedang saja, yakni hanya dapat dilalui oleh kendaraan berukuran maksimal 12x2,5 m. Sedangkan untuk spesifikasi kelas jalannya selain pada bagian I dan II, hampir di setiap bagian termasuk dalam kelompok III B dan III C yaitu kelas jalan yang memiliki lebar jalan 5,5 7 m. Maka dari itu bila di lihat dari dimensi dan tipe kelas jalannya, jalan lingkar di dalam kampus hanya dapat dilalui oleh kendaraan bermotor saja. Seringkali ditemukannya pengguna sepeda dan pejalan kaki menggunakan bahu jalan, sehingga mengganggu kenyamanan dan keamanan bagi masingmasing pengguna jalan. Hal ini disebabkan sempitnya damija dan hanya dibagian tertentu saja yang telah disediakan jalur khusus untuk sepeda serta pejalan kaki. Secara lengkap keterangan tentang dimensi dan tipe jalan dapat di lihat dalam penjabaran Tabel 10. dan Tabel 11. serta pada Gambar 7. potongan dimensi dan tipe jalan lingkar kampus di bawah ini. Tabel 10. Dimensi Jalan dalam Kampus. Bagian Damija Selokan Jalur Badan Panjang Trotoar Median Sepeda Jalan Jalan I 20 m 2x1-2x1 2x6 1.5 m 198 m II 9.5 m 2x ,9 m III 12 m 2x ,27 m ,63 m IV 7.5 m 2x ,12 m V 12 m 2x ,40 m ,03 m VI 8 m 2x ,64 m

44 30 Tabel 11. Tipe Jalan Dalam Kampus. Bagian I II III IV V VI Keterangan Kelengkapan Jalan Bagian I (Pintu masuk utama IPB sampai persimpangan Rektorat-Jalan Ramin). Kelengkapan Jalan Bagian II (Persimpangan Rektorat-Jalan Ramin sampai persimpangan Parkir GWW- Jalan Meranti-Parkir BDP). Kelengkapan Jalan Bagian III (Persimpangan Jalan Ramin-GWW sampai persimpangan Al-Hurriyah- GOR-Perumdos/ Sepanjang Jalan Meranti). Kelengkapan Jalan Bagian IV (Persimpangan Al-Hurriyah sampai persimpangan GWW-Parkir BDP/ Sepanjang Jalan Kamper). Kelengkapan Jalan Bagian V (Persimpangan Al-Hurriyah-GOR- Perumdos sampai persimpangan Rektorat-Jalan Ramin). Kelengkapan Jalan Bagian VI (Persimpangan Lab. Rehabilitasi Primata sampai pintu alternatif masuk-keluar kampus Kampung Cangkurawok). Kriteria Kelas Jalan Spesifikasi Kelas Jalan Sedang Kecil III B III C Gambar 7.1. Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian I.

45 31 Gambar 7.2. Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian II. Gambar 7.3. Gambar Potongan Dimensi dan Tipe Jalan Bagian III.

46 34

47 35

48 36

49 37

50 38

51 39

52 40

53 41

54 42

55 43

56 44

57 45

58 46 Sarana Transportasi Sarana transportasi yang terdapat di dalam kampus untuk pengguna umum secara keseluruhan dapat dibagi menjadi empat macam, diantaranya yaitu sepeda, becak, motor (ojek), dan bus. Pengguna kampus dapat memilih kendaraankendaraan tadi yang paling efisien dari tempat mereka awal menempuh. Kendaraan baru yang saat ini juga menjadi pilihan adalah sepeda. Kampus ini menyediakan unit berikut dengan lima parkirannya (shelter). Sudah banyak yang menggunakan alternatif transportasi ini. Dari pihak kampus, sebaiknya dapat menambah track sepeda agar keamanan dan kenyamanan pengguna sepeda dapat terjamin. Tranportasi komersil merupakan suatu mata pencaharian dan juga sebagai fasilitas bagi civitas akademik. Transportasi ini di dalam kampus terdiri dari dua macam yang dimiliki masyarakat sekitar, antara lain becak dan ojek. Kendaraan komersil becak memiliki jam operasional dan pangkalan yang lebih sedikit dibandingkan dengan ojek. Becak hanya beroperasi pada jam kerja yaitu jam WIB. Sedangkan untuk ojek sendiri saat ini sudah terdapat beberapa pangkalan yang dilengkapi dengan pondokan. Jam kerja kendaraan ini yaitu mulai dari pagi hari pukul sampai pada malam hari pukul WIB. Terdapat pula fasilitas kendaraan roda empat berupa bis yang disediakan oleh pihak kampus sebagai antar-jemput pegawai maupun mahasiswa, serta terdapat bis yang memiliki rute sekitar jalan lingkar kampus. Bus tersebut mulai beroperasi dari pagi hari pukul dan berakhir sampai sore hari pukul 15.30, dengan jumlah armada + 38 yang beroperasi, 16 ukuran besar dan 22 berukuran kecil. Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus Tersedia pula di dalam kampus tempat-tempat komersil yang berada di beberapa bagian tapak. Tempat-tempat komersil tersebut berupa Agrishop, kantinkantin, Agrimart, dan lain-lain. Keberadaan tempat ini mempermudah civitas kampus mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya di dalam kampus. Dan di sisi lain keberadaan tempat ini menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, juga sebagai pendapatan bagi kampus ini sendiri.

59 47 Gambar 9. Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus. Aspek Sosial Aspek sosial adalah aspek yang berpengaruh dalam tapak. Aspek ini merupakan penentu kebutuhan yang dapat di lihat dari aktivitas pengguna. Adapun secara keseluruhan pengguna jalan lingkar kampus terdiri dari : 1. Seluruh civitas akademika yaitu mahasiswa, staf pengajar, dan karyawan. 2. Masyarakat sekitar kampus yang memiliki mata pencaharian sebagai supir ojek, becak, dan pedagang. 3. Pengunjung yaitu orang-orang yang datang untuk keperluan-keperluan tertentu dalam waktu yang singkat. Aktivitas yang terjadi di sepanjang tapak bermacam-macam, antara lain berjalan baik dengan kaki ataupun kendaraan, bersepeda, menunggu, menelepon, bersosialisasi. Selain itu ada pula penduduk sekitar yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang dan tukang ojek/ becak yang menggunakan jalan lingkar kampus sebagai tempat beraktivitas. Untuk hari kerja yaitu senin sampai jumat merupakan hari yang padat, pengguna biasanya beraktivitas dari pagi jam sampai jam sore harinya. Pada hari sabtu dan minggu aktivitas yang di lakukan tidak seperti

60 48 biasanya, karena pada hari ini jalan kampus biasanya digunakan hanya untuk jalan-jalan ataupun berolahraga. Penyebaran kuisioner hanya dilakukan kepada 30 responden. Hal ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang keinginan pengguna, tingkat keamanan dan kenyamanan pengguna akan street furniture yang berada di dalam lingkar kampus IPB Dramaga. Selain itu dapat menjadi dasar dalam memberikan solusi untuk menampilkan suatu street furniture yang fungsional, aman dan nyaman.

61 ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya. Jalan ini berbentuk linear dengan lebar jalan rata-rata 6-8 m. Panjang jalan yang dijadikan lokasi studi adalah ,32 m. Jalan ini merupakan jalan utama di dalam kampus IPB Darmaga. Daerah milik jalan (damija) yang dimiliki beberapa titik cukup lebar sekitar + 20 m sehingga memungkinkan untuk memperluas daerah manfaat jalan (damaja). Namun ada juga beberapa titik yang berdampingan dengan bangunan atau bahu jalan yang sempit sehingga hanya diperlukan perbaikan atau penambahan kelengkapan jalan. Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Jalur yang terdapat di area studi dapat di bagi menjadi beberapa bagian, antara lain jalur kendaraan bermotor, jalur pejalan kaki atau pedestrian, dan jalur sepeda. Pada jalur kendaraan bermotor secara umum dalam kondisi baik, namun ada di beberapa bagian yang kondisinya perlu diperbaiki. Secara keseluruhan tidak terdapat suatu masalah yang besar pada jalur ini. Jalur pejalan kaki pada area ini memiliki berbagai ukuran dari 0,5-2 m. Perbedaan ukuran pada jalur ini, dikarenakan pedestrian yang sudah rusak. Selain itu ada pula titik-titik di mana pedestrian banyak ditumbuhi rumput, dikotori daun-daun kering dan conblock yang lepas atau pecah. Hal ini menyebabkan pejalan kaki merasa kurang nyaman saat melaluinya. Sejak tahun 2008 kampus telah menambahkan salah satu jalur alternatif di dalam kampus IPB. Jalur yang di maksud adalah jalur sepeda. Jalur ini memiliki ukuran lebar 2 m dengan panjang ,67 m. Dengan melihat kondisi saat ini, sepertinya perlu dilakukan perbaikan dan penambahan jalur sepeda mengingat sudah banyak civitas kampus yang menggunakan alternatif transportasi ini.

62 50 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Pada beberapa titik di tapak terdapat perbedaan dalam konturnya yang merupakan potensi yang dapat dikembangkan. Perbedaan kontur ini dapat diaplikasikan dengan penataan elemen-elemen lanskap dengan memperhatikan jenis tanaman, warna, tekstur, dan bentuk tajuk untuk meningkatkan kualitas good view. Kontur pada tapak juga dapat menjadi kendala dalam menempatkan perabot jalan, seperti shelter, gazebo, dan lain-lain. Namun selalu ada solusi pada tiap kendala, salah satunya dengan memodifikasi lahan yang akan diletakkan bangunan atau hardscape dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna. Selain itu pada kontur yang memiliki kemiringan yang cukup besar dapat digunakan vegetasi dengan akar yang kuat menahan tanah agar tidak terjadi longsor atau semacamnya. Pada titik-titik yang datar, kendalanya adalah timbul kesan monoton di dalamnya. Namun hal ini merupakan potensi untuk peletakan bangunan atau hardscape. Untuk mengatasi kendala dalam hal topografi datar, dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi dengan berbagai jenis, warna, tinggi-rendah dan tekstur sehingga dapat menghilangkan kesan monoton. Untuk penggunaan elemen-elemen keras lainnya juga dapat diaplikasikan pada paving yang digunakan. Permainan warna, bentuk, tekstur dan pola paving juga penting dalam kondisi ini. Selain itu penempatan elemen yang menarik sebagai point of interest di rasa perlu namun tetap memperhatikan unsur unity tapak, nilai estetis, fungsi, keamanan dan kenyamanan. Iklim Saat ini, secara keseluruhan iklim suhu Darmaga mengalami peningkatan yang sebelumnya iklim berkisar antara C sekarang berkisar pada angka C (Gambar 11). Hal ini juga dipengaruhi karena berkurangnya lahan hijau karena pembukaan lahan yang banyak menebang vegetasi atau pohon baik di lingkungan kampus maupun lingkungan di luar kampus. Suhu yang ideal untuk daerah tropis adalah C, sehingga suhu di daerah tersebut masih cukup nyaman untuk pengguna melakuakan aktivitas didalamnya.

63 51 Grafik Suhu Dramaga 2005-September C JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL bulan AGS SEPT OKT NOP DES Gambar 10. Grafik Rata-rata Suhu Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) Grafik Curah Hujan Dramaga periode 2005-September 2009 mm/tahun JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL bulan AGS SEPT OKT NOP DES 2005 Series Series Series3 Series Series Gambar 11. Grafik Rata-rata Curah Hujan Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun )

64 52 Gambar 12. Grafik Rata-rata Kelembaban Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun ) grafik kecepatan angin Dramaga periode September knot JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL bulan AGS SEPT OKT NOP DES Series Series Series Series Series Gambar 13. Grafik Rata-rata Kecepatan Angin Pada Tapak. (Sumber: Stasiun Klimatologi I Darmaga Bogor Tahun )

65 53 Dari grafik curah hujan di atas kawasan Darmaga termasuk tinggi dengan angka mencapai mm/ tahun. Curah hujan tertinggi banyak terjadi pada bulan Mei, November, dan Desember di tahun 2007 (Gambar 12). Curah hujan yang tinggi menyebabkan jalan menjadi licin dan terdapat genangan air di beberapa bagian. Genangan air disebabkan kondisi jalan yang kurang bagus, banyaknya gulma pada pedestrian, daun kering dan saluran drainase yang tidak lancar karena tertutup hal-hal tersebut. Adapun solusi yang dapat ditempuh antara lain, sebagai berikut : 1. Penggunaan material yang memiliki daya serap tinggi dan tekstur yang sedikit kasar agar tidak licin saat basah. 2. Pembuatan jalan dan drainase dengan kemiringan yang memperhatikan topografi pada tapak agar air dapat mengalir dengan lancar. 3. Pemilihan vegetasi yang banyak menyerap hujan seperti tanaman berdaun jarum (conifer) dengan tampungan sebanyak 40% dan tanaman berkanopi yang dapat mengurangi air hujan yang jatuh sebanyak 20%, serta tanaman yang memiliki percabangan horisontal akan lebih efektif menahan air hujan (Grey dan Daneke, 1978). 4. Perawatan jalan yang intensif, dalam hal ini tentang masalah kebersihan. Kelembaban udara pada tapak cukup tinggi. Kelembababan yang paling rendah dalam lima tahun terakhir adalah tahun 2006 yaitu pada bulan September 72% dan yang paling tinggi tahun 2007 di bulan Februari yang mencapai 90% (Gambar 13). Angka yang cukup tinggi membuat para pengguna jalan menjadi cepat lelah. Hal ini dikarenakan terhambatnya penguapan air dalam tubuh sehingga panas tubuh meningkat yang pada akhirnya membuat pengguna cepat lelah. Kecepatan angin jika di lihat dari grafik di atas tidak mengalami masalah yang berarti. Kecepatan angin paling tinggi ada pada titik 3,8 knot atau sama dengan 7,03 km/ jam. Menurut Lynch (1993), standar kenyamanan ruang luar, misalnya tempat duduk-duduk kecepatan angin tidak boleh lebih dari 14 km/ jam sedangkan untuk berjalan kaki tidak boleh lebih dari 43 km/ jam. Dengan demikian kecepatan angin tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan.

66 54 Iklim merupakan faktor-faktor yang tidak tetap yang memiliki hubungan timbal balik seperti suhu, radiasi matahari, angin, curah hujan dan kelembaban udara (Laurie, 1990). Oleh karena itu, dalam membuat sebuah konsep lanskap, karena merupakan titik awal dari perencanaan dan perancangan hendaknya melihat faktor iklim. Aplikasi dari perhatian kepada iklim salah satunya pada material bangunan maupun hardscape yang dapat menyerap panas dengan mempertimbangkan jenis bahan, warna dan perlakuannya dalam pembuatannya (Simonds, 1983). Selain itu vegetasi juga memiliki peran penting dalam membuat area tapak menjadi nyaman karena fungsi pohon atau vegetasi lainnya dapat menurunkan iklim mikro. Untuk aplikasi pada perencanaan jalan, penempatan gazebo/ shelter juga memiliki peranan yang penting. Tata Guna Lahan Berdasarkan hasil pengamatan, perbandingan lahan terbuka dan pendirian bangunan tidak seimbang dengan lahan hijau yang ada. Hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna dan berpengaruh terhadap kehidupan satwa eksisting. Kendala tersebut dapat di antisipasi dengan cara menyeimbangkan setiap melakukan pembangunan bangunan atau pembukaan lahan di ganti dengan penataan vegetasi di beberapa bagian tapak yang sekiranya masih dapat dilakukan penanaman vegetasi, agar iklim mikro selalu dalam keadaan stabil, lingkungan kampus tetap terjaga kelestariannya dan juga keberadaan satwa tidak terganggu habitatnya. Vegetasi dan Satwa di Sekitar Jalan Terdapatnya vegetasi di sepanjang jalan lingkar kampus dapat mempengaruhi iklim mikro di sekitar tapak. Selain dari itu fungsi dari keberadaan vegetasi dapat juga mempengaruhi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Secara umum fungsi adanya vegetasi di sepanjang jalan kampus yaitu selain sebagai unsur estetis, vegetasi digunakan juga sebagai penaung, penyerap polusi dan mengurangi kebisingan juga untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Pada contohnya di bagian I yaitu pintu utama masuk-keluar kampus. Dibagian ini terdapat median jalan sebagai pemisah jalur keluar dan

67 55 masuk yang ditanami dengan tanaman groundcover, yaitu bayam merah (Iresine sp.). Namun kondisi tanaman yang berada di media jalan tersebut selalu diganti keberadaannya, hal ini dikarenakan kurangnya perawatan yang intensif dan kesalahan dalam pemilihan tanaman sehingga mengakibatkan tanaman rusak dan cepat mati. Untuk mengatasi masalah tanaman tepi jalan, tanaman yang perlu digunakan harus memiliki kriteria sebagai berikut (Nurisjah dan Pramukanto, 1998) : 1. Mempunyai batang dan percabangan yang kuat dan tidak mudah patah. 2. Struktur percabangan tegak atau semi tegak dan tidak mudah jatuh/ menjurai. Lebih baik lagi jika dengan percabangan yang kompak dibandingkan dengan yang tumbuh meninggi, khususnya untuk pohon yang tumbuh di bawah jaringan kabel listrik/ telepon. 3. Pertumbuhan tajuk pohon tidak menghalangi atau menganggu lalu lintas. 4. Tajuk pohon berjarak paling rendah tiga meter di atas permukaan tanah atau untuk jenis yang bertajuk rendah dapat dilakukan pemangkasan. 5. Hasil generatif berupa bunga, buah dan biji yang tidak mengganggu lalu lintas. 6. Pohon tidak mengeluarkan atau menghasilkan zat yang dapat merusak atau membuat jalan licin, terutama di waktu hujan. 7. Perakaran dalam dan tidak merusak jalan dan saluran drainase. 8. Tidak peka terhadap serangan hama atau penyakit. 9. Bukan merupakan tanaman inang yang disukai oleh serangga yang dapat menghabiskan daun-daunnya. 10. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan tumbuh, seperti sesuai dengan iklim dan kondisi tanah serta ketinggian dari permukaan laut. 11. Mengandung nilai estetis yang menarik berupa warna daun bunga, buah maupun bentuk tajuk. 12. Mempunyai kecepatan tumbuh yang sedang, tidak terlalu lambat atau terlalu cepat (indikator siklus hidup yang pendek). 13. Daun buah tidak beracun dan berduri, tahan terhadap polusi udara, tanah dan air.

68 56 Di satu sisi terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah yaitu pohon cemara kipas (Thuja orientalis), dan dibelakangnya ditanami dengan pohon kenari (Cannarium hirsutum) yang berfungsi salah satunya sebagai penaung. Keberadaan pohon-pohon tersebut perlu dipertahankan, hanya perawatannya saja yang perlu diperhatikan seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta kebersihan dari daun yang sudah mati. Di bagian lainnya pun terdapat variasi vegetasi eksisting maupun tanaman yang sengaja di tanam. Vegetasi tersebut perlu dipertahankan karena selain memiliki potensi sebagai keanekaragaman hayati juga sebagai pengatur iklim mikro. Tetapi terdapat kendala di beberapa bagian tapak yang penanaman dan perawatannya kurang diperhatikan, sehingga berdampak buruk bagi para pengguna jalan. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tetapi tidak terlalu teduh, selalu hijau dan tidak mudah meluruhkan daun yang berakibat mengotori jalan. Keberadaan satwa di suatu lokasi dipengaruhi pula oleh vegetasi. Karena keberadaan vegetasi merupakan suatu habitat, tempat mencari makan dan sebagai tempat beristirahatnya satwa. Maka dari itu sekarang ini jarang sekali ditemukannya satwa di sekitar kampus yang berkeliaran selain di pagi dan sore hari, hal ini di karenakan vegetasi habitat mereka telah berubah bentuk menjadi pembangunan gedung kampus. Visibilitas Menurut Simond (1998) visual merupakan suatu pemandangan yang diamati dari suatu titik yang menguntungkan. Pandangan ini akan terlihat lebih menarik apabila direncanakan dan dikembangkan menjadi sesuatu yang kontras. Perencanaan yang baik akan meningkatkan nilai kualitas visual lingkungan, salah satunya dengan menonjolkan good view. Good view yang ada pada tapak adalah pintu masuk IPB dengan pandangan yang tertuju pada Gedung Rektorat (Gambar 14). Gedung rektorat merupakan good view dengan arsitekturnya yang khas. Bentuknya yang segitiga, membuat kontras pada lingkungan disekitarnya. Untuk membuatnya lebih estetik, dapat dilakukan dengan mengunakan semak rendah pada traffic island di

69 57 depannya dan mempertahankan vegetasi pengarah di sepanjang jalan dan penunjuk suatu lokasi yang jelas menuju gedung tersebut. Gambar 14. Gedung Rektorat Pada Tapak Good view yang lainnya adalah pada bagian II yaitu jalan sepanjang arboretum (Gambar 15). Pada bagian ini, pohon-pohon besar di bahu jalan membuat suasana hijau yang menjadi identitas kampus menjadi terlihat, sejuk, nyaman, dan teduh merupakan beberapa kesan saat melalui jalur ini. Hal ini dapat dipertahankan dan dikembangkan dengan menambah soft atau hard material dengan prinsip repetisi atau membuat permainan warna dan pola agar tidak monoton bagi pejalan kaki dan pengguna kendaraan. (a) (b) Gambar 15. (a). Area Praktek Lapang/ Arboretum Lanskap dan (b). Jalan Sepanjang Arboretum. Selanjutnya Good view juga terletak di bagian V, mulai dari Fakultas Kedokteran Hewan menuju pintu utama keluar-masuk kampus. Good view yang

70 58 ditimbulkan adalah suasana seperti hutan, karena terdapat beberapa variasi vegetasi eksisting seperti area hutan karet dan sengon yang cukup terjaga kelestariannya. Keberadaan hutan ini perlu dipertahankan keberadaannya dengan melakukan pemeliharaan agar tetap terjaga kestabilannya, agar tidak terjadi kecelakaan karena ada pohon yang tumbang, bekerja sebagaimana fungsinya yaitu sebagai paru-paru kampus, habitat satwa, serta menjaga kestabilan air tanah. (a) (b) Gambar 16. (a). Hutan Sengon dan (b). Hutan Karet. Jalan-Jalan Dalam Kampus Secara keseluruhan jalan lingkar kampus memiliki dimensi dan tipe jalan yang bervariasi di tiap bagiannya. Umumnya jalan yang berada di dalam kampus hanya dilalui oleh kendaraan bermotor saja, hanya di beberapa bagian saja terdapat jalur khusus untuk sepeda. Di lihat dari kondisi keseluruhan sepanjang jalan lingkar kampus termasuk baik, namun terdapat di beberapa bagian yang mengalami kerusakan seperti berlubang, bergelombang dan lebar jalan yang sempit. Hal ini merupakan suatu masalah yang pada jalan di dalam kampus, dan pemecahannya yaitu dengan cara melakukan pelebaran damija yang sama di tiap bagiannya, perbaikan dan perawatan jalan serta pembuatan khusus jalur sepeda dengan marka jalan sebagai pembatas antara jalur sepeda dengan pedestrian jalan dan kendaraan bermotor. Pada bagian pedestrian jalan rata-rata kondisinya kurang begitu baik hampir di semua bagian, hanya di bagian I saja yang terlihat terawat. Selain itu di beberapa bagian tidak terdapat pedestrian jalan, seperti pada bagian III, V, dan VI sehingga para pejalan kaki menggunakan badan jalan untuk menuju ke suatu

71 59 lokasi dan membahayakan keselamatannya. Hal-hal tersebut merupakan suatu kendala, dan pemecahannya yaitu dengan membuat jalur pedestrian di bagianbagian yang tidak terdapat pedestriannya, memberikan fasilitas khusus bagi pejalan kaki seperti bangku, tanaman peneduh, dan tempat sampah, serta perawatan yang intensif dalam masalah kebersihan pedestrian. Tipe jalan di tiap bagian tapak diperlukannya suatu tindakan seperti penambahan, perbaikan, dan perawatan yang intensif agar kondisi jalan berjalan sesuai dengan fungsinya. Demi terciptanya keadaan yang aman dan nyaman di jalan lingkar kampus, diperlukannya pembuatan jalur pedestrian dan pelebaran jalan di beberapa bagian tapak agar para pengguna jalan terjaga dalam aktivitasnya. Diperlukannya perbaikan pedestrian, jalan, dan kelengkapan jalan di beberapa bagian tapak, agar para pengguna merasa aman dan nyaman. Perawatan dilakukan secara rutin, agar kelengkapan jalan bekerja sesuai dengan fungsinya. Kelengkapan Jalan Kelengkapan jalan atau street furniture merupakan suatu fasilitas yang penting bagi pengguna jalan, yaitu sebagai suatu fasilitas yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Street Furniture juga dapat menjadi penguat dari identitas sebuah tapak. Fasilitas ini terdiri dari pedestrian, rambu lalu-lintas, fire hydrant, tempat sampah, halte/ shelter dan papan tanda. Pada umumnya masalah yang dihadapi oleh pihak kampus dalam kelengkapan jalan yaitu peletakan fasilitas jalan yang tidak tepat dan perawatannya yang kurang intensif, sehingga kelengkapan jalan tidak sesuai fungsinya lagi. Pedestrian di sepanjang lingkar kampus hanya terdapat di beberapa bagian saja, yaitu hanya di bagian I, II, dan IV saja. Sehingga di beberapa bagian lainnya para pengguna jalan menggunakan bahu jalan untuk menuju ke suatu lokasi. Pedestrian juga banyak yang mengalami kerusakan sehingga mengurangi ukuran lebar sebenarnya dan banyaknya paving yang lepas serta di kotori daun dan ditumbuhi rumput. Dengan demikian perlu adanya perbaikan dan penambahan jalur pedestrian pada tapak.

72 60 (a) (b) Gambar 17. (a). Pedestrian Yang Rusak dan (b). Kurangnya Pedestrian Di Beberapa Bagian Tapak. Rambu lalu-lintas terdapat di setiap bagian tapak, namun masih terdapat rambu yang tidak terawat, dalam peletakannya masih ada yang tidak tepat dan berlebihan dalam penempatannya di suatu tapak. Rambu yang efektif harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. memenuhi kebutuhan. 2. menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan. 3. memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti. 4. menyediakan waktu yang cukup kepada pengguna jalan dalam memberi respon. (a) (b) (c) Gambar 18. (a). Rambu Lalu-Lintas Yang Tidak Terawat, (b). Kurang Tepat Peletakannya, dan (c). Penempatan Yang Berlebihan.

73 61 Fire hydrant terdapat di seluruh bagian tapak dan di titik-titik tertentu. Namun bila di lihat dari kondisinya saat ini, fire hydrant yang ada sangatlah tidak fungsional. Hal ini dikarenakan kurangnya perawatan yang intensif sehingga banyak sekali yang rusak, dipenuhi lumut, dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. (a) (b) Gambar 19. (a). Fire Hydrant Yang Tidak Terawat dan (b). Fire Hydrant Ditumbuhi Gulma. Sekarang ini sudah banyak terdapat tempat sampah di setiap bagian tapak dengan titik-titik yang sudah cukup strategis. Tempat sampah ada yang berbahan dari semen yang berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara dan ada juga tempat sampah yang terbuat dari drum maupun berbahan plastik, dengan diberikan warna yang berbeda untuk menandakan sampah organik dan anorganik. Tetapi masalah yang dialami dalam hal ini yakni perawatannya saja yang masih kurang intensif, dikarenakan adanya tempat sampah yang sudah rusak namun tidak juga diperbaiki. (a) (b) Gambar 20. (a). Tempat Sampah Yang Rusak dan (b). Tidak Terawat.

74 62 Dengan disediakannya kendaraan operasional di kampus yaitu bus dan sepeda, maka pembangunan halte/ Shelter di tiap bagian pun dilakukan. Namun yang menjadi kendala pada saat ini yaitu desain dan peletakan yang kurang tepat. Desain terlalu kaku dan formal serta menggunakan material yang kurang ramah terhadap lingkungan. (a) (b). Gambar 21. (a). Shelter sepeda Di Titik-Titik Tertentu Dalam Kampus dan (b). Halte. Untuk papan tanda, saat ini terdapat di setiap bagian tapak. Papan tanda ini berfungsi baik sebagai penunjuk arah menuju suatu lokasi maupun nama lokasi tersebut. Kendala papan tanda di lingkar kampus ini yaitu peletakan yang tidak tepat sehingga ada yang terhalang oleh tanaman, ukuran yang tidak sesuai, dan banyaknya berbagai papan tanda di satu titik. (a) (b) (c) Gambar 22. (a), (b). Papan Penunjuk Arah Lokasi, dan (c). Papan Tanda Lokasi.

75 63 Sarana Transportasi Sarana transportasi di dalam kampus terdapat empat jenis kendaraan, diantaranya yakni sepeda, becak, motor (ojek), dan bus. Para pengguna transportasi dalam kampus bebas untuk memilih kendaraan yang akan digunakannya. Pihak kampus menyediakan fasilitas transportasi baru yang gratis bagi civitas kampus yaitu sepeda. Pihak kampus menyediakan fasilitas tersebut unit beserta dengan lima shelternya di lokasi yang dianggap strategis dan ramai aktivitas. Namun yang menjadi masalah pada fasilitas ini yaitu jalur khusus bersepeda yang kurang terawat dan hanya terdapat di bagian tertentu saja. Selain sepeda, kampus pun menyediakan fasilitas transportasi komersil berupa becak dan motor (ojek). Fasilitas transportasi ini dikelola oleh masyarakat sekitar kampus sebagai mata pencahariannya. Di sisi lain masalah yang di alami pada fasilitas ini yaitu tidak disediakannya shelter di titik-titik tertentu khusus bagi motor (ojek) dan becak serta kurangnya pengarahan yang diberikan pihak kampus sebagai pemberi ijin kepada pengendara motor (ojek) agar tidak ugalugalan dalam berkendara. Terdapat pula fasilitas lain yang diberikan oleh pihak kampus, yaitu kendaraan beroda empat berupa bus beserta haltenya. Keberadaan bus tersebut disediakan untuk fasilitas transportasi antar-jemput pegawai dan mahasiswa. Kondisi dari bus tersebut masih layak pakai meskipun perawatannya yang kurang, dikarenakan harga suku cadang yang relatif masih tinggi harganya. Masalah lain yaitu halte bus yang tidak ada nama lokasi halte, tidak sesuai dalam peletakan dan disainnya berdasarkan Kep. Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 1993.

76 64 (a) (b) Gambar 23. (a). Fasilitas Operasional Kampus Bus dan (b). Sepeda. Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus Terdapat di beberapa bagian tapak tempat-tempat komersil seperti Kantinkantin, Agrimart, Wisma, dan lainnya. Keberadaan tempat-tempat ini tidak terlalu menjadi kendala, namun yang menjadi kendala dalam hal ini yaitu keberadaan tempat ini tidak di dalam satu lokasi di tiap bagiannya sehingga dapat memudahkan pengguna untuk memanfaatkannya. (a) (b) Gambar 24. (a). Kantin GWW dan (b). Agrimart IPB. Aspek Sosial Berdasarkan pengamatan lapang, aspek ini merupakan penentu kebutuhan yang dapat di lihat dari aktivitas pengguna. Aktivitas yang terjadi di sepanjang tapak bermacam-macam, antara lain berjalan baik dengan kaki ataupun kendaraan, bersepeda, menunggu, menelepon, bersosialisasi. Selain itu ada pula penduduk

77 65 sekitar yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang dan tukang ojek/ becak yang menggunakan jalan lingkar kampus sebagai tempat beraktivitas. Hasil dari kuisioner yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan penguna sudah merasa nyaman pada saat memasuki kawasan kampus IPB Dramaga, namun masih terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pengguna jalan diantaranya yaitu dalam hal informasi. Sering sekali terdapatnya pengguna kampus kurang mendapatkan informasi tentang suatu lokasi ataupun arah menuju ke suatu lokasi yang ditujunya. Hal ini mungkin disebabkan karena letak dan jumlah serta desain dari papan informasi yang kurang fungsional dan tidak menarik perhatian pengguna. Untuk kelayakan dari street furniture-nya sendiri, banyak dari responden yang mempermasalahkan tentang kebersihan, perawatan dan desain yang tidak seragam, serta banyak yang mengusulkan penambahan dari segi penerangan (lampu), tempat sampah, dan juga bangku. Lebih terperinci data analisis dan sintesis akan dijabarkan pada tabel 13. Tabel 13. Analisis dan Sintesis Aspek Fisik dan Sosial. Aspek Fisik Letak, Luas, dan Batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi POTENSI Berada di dataran relatif tinggi dengan luasan yang cukup luas dan bersebelahan dengan rumah warga serta beberapa sungai. Lokasi dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Terdapat dua akses (pintu utama dan alternatif) masukkeluar kampus untuk kendaraan bermotor dan sembilan akses untuk orang. Ada kendaraan khusus untuk civitas akademika berupa bis. ANALISIS HAMBATAN. Jalan alternatif akses masuk-keluar kampus kurang lebar dan juga di beberapa bagian tapak. Akses untuk orang terlalu banyak. SINTESIS Penataan street furniture di beberapa bagian tapak, sehingga fasilitasnya dapat bermanfaat secara fungsional. Pelebaran dan perawatan jalan diperlukan. Ditutupnya beberapa akses yang kurang vital untuk orang, agar memudahkan dalam pemantauan keamanan.

78 66 Lanjutan Tabel 13. Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Iklim Suhu Curah hujan Aspek Fisik Kelembaban Kecepatan Angin Tata Guna Lahan POTENSI Topografi yang berbukit memberikan kesan dinamis dan view yang menarik di beberapa bagian tapak. Perubahan suhu tidak terlalu mencolok (optimal). Jumlah curah hujan cukup untuk mendukung ketersediaan air bagi tanaman. Tidak terlalu kencang, sehingga tidak mengganggu kegiatan pengguna jalan. Masih terdapatnya area hijau di tiap bagian. ANALISIS HAMBATAN Kesan monoton timbul pada topografi yang datar. Penempatan street furniture di lahan yang miring. Pada siang hari tapak sangat panas, membuat kenyamanan rendah pada beberapa bagian tapak. Sering terdapat genangan air di beberapa bagian jalan sesaat setelah hujan. Sangat tinggi, ketidakkenyamanan pada manusia untuk beraktivitas. Kecepatan angin tidak cukup untuk menurunkan kelembaban dan kenyamanan tapak akan rendah. Alih fungsi lahan hijau menjadi gedung. SINTESIS Pemanfaatan topografi yang datar sesuai kebutuhan. Penataan street furniture atau vegetasi dengan berbagai jenis, warna, tinggi-rendah dan tekstur secara fungsional. Keragaman vegetasi yang tinggi dan rimbun. Penambahan vegetasi yang dapat menyerap panas dan radiasi sinar matahari serta menurunkan suhu. Perbaikan jalan yang rusak dan tidak rata. Membersihkan, memperbaiki, dan merawat saluran drainase. Penggunaan vegetasi tertentu untuk tetap menjaga ketersediaan air dalam tanah. Pengawasan dan perawatan terhadap bangunan dan perlengkapan pada street furniture, khususnya yang ber-material kayu. Tidak menggunakan vegetasi yang kemungkinan terjadi penguapannya tinggi. Penataan vegetasi yang membentuk suatu koridor besar pada jalan, sehingga angin akan bergerak disepanjang koridor tersebut. Mempertahankan area eksisting di tiap bagian. Keseimbangan dalam pemanfaatan area untuk menjaga kestabilan iklim mikro.

79 67 Lanjutan Tabel 13. Vegetasi dan Satwa di Sekitar Jalan Visibilitas Jalan jalan Dalam Kampus Aspek Fisik Kelengkapan Jalan Sarana Transportasi Tempat-tempat Komersil Dalam Kampus POTENSI Terdapat vegetasi dan satwa yang beraneka ragam. Adanya vegetasi dan satwa budidaya di lokasi. Arsitektural gedung dan bentangan hijau merupakan suatu faktor pendukung good view. Terdapat di tiap bagian tapak. Memudahkan civitas akademika untuk menuju ke suatu lokasi yang ditujunya. Fasilitas pendukung dan memudahkan bagi civitas akademika untuk mendapatkan kebutuhannya. ANALISIS HAMBATAN SINTESIS Dilakukan penyesuaian pada rencana penataan vegetasi di tapak, yang dapat mempengaruhi kehidupan satwanya. Penyediaan tempat Masih kurangnya sampah di spot-spot kesadaran tertentu. masyarakat akan kebersihan Penataan street furniture atau vegetasi dengan Penataan street berbagai jenis, warna, furniture dan vegetasi tinggi-rendah dan tekstur yang kurang tepat. secara fungsional. Perbedaan dimensi dan tipe jalan di tiap bagiannya. Kurang lebarnya damija, sehingga pedestrian dan jalur sepeda tidak terdapat di beberapa bagian. Perawatan jalur sirkulasi kurang intensif. Peletakan kelengkapan jalan yang kurang tepat dan tidak fungsional. Perawatan yang tidak intensif. Peletakan dan penataan halte kurang tepat. Kurang patuhnya bagi pengguna jalan tentang keberadaan street furniture. Penataan yang tidak terpusat, menyulitkan konsumen di bagian tertentu untuk mencapainya. Kebersihan area kurang terjaga. Memperlebar dan menyamakan dimensi serta tipe jalan di tiap bagian tapak. Perbaikan, kebersihan, dan perawatan jalur sirkulasi perlu ditingkatkan. Penambahan dan peletakan kelengkapan jalan sesuai kebutuhan. Respon pengelola terhadap kendala kelengkapan jalan ditingkatkan. Penyesuaian peletakan dan penataan halte sesuai situasi dan kondisinya. Pemberian informasi terhadap pengguna jalan tentang pentingnya keberadaan street furniture, baik secara persuasif maupun media informasi lainnya. Pemberian area dan nama lokasi khusus tempat komersil di beberapa bagian. Pemberian kelengkapan jalan seperti papan tanda atau papan informasi sebagai penunjuk suatu lokasi.

80 68 Lanjutan Tabel 13. Aspek Sosial POTENSI Selain civitas akademika, pengguna jalan pun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung. Rindangnya pohon membuat pengguna jalan merasa teduh dan nyaman. ANALISIS HAMBATAN Pengetahuan pengguna jalan yang masih kurang tentang pentingnya keberadaan street furniture. Street furniture yang tidak fungsional dan kurangnya pencahayaan pada malam hari. SINTESIS Peningkatan kualitas dan kuantitas perabot jalan untuk mendukung kebersihan, keamanan dan kenyamanan pengguna.

81 69

82 KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan identitas kampus, memperhatikan estetika, fungsional, dan kenyamanan pengguna jalan. Identitas kampus IPB adalah kampus pertanian dalam arti luas yang terdiri atas fasilitas pendidikan dan penelitian, atau di kenal dengan istilah Green Campus yang ditampilkan dengan lanskap berkesan sejuk serta bersahabat dengan alam. Identitas ini dapat ditampilkan pada street furniture/ perabot jalan disepanjang jalan lingkar kampus yang di lalui pengguna. Konsep Bangunan dan Pelengkap Konsep Green Campus yang akan diterapkan pada street furniture pada tapak akan sangat terlihat atau yang akan menonjol adalah pada bagian bangunan seperti: halte, papan tanda/ signage, papan informasi, bangku, tempat sampah, dan lampu jalan. Bangunan dan pelengkap ini akan ditampilkan dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan memberikan simbolisme sebagai tempat pengembangan pendidikan dan pengembangan ilmu dari bidang pertanian dalam arti luas. Bahan atau material yang akan digunakan diantaranya kayu, besi, batu bata, batu hias, dan batu kali (Gambar 26). Sedangkan gambar yang akan ditampilkan banyak menggunakan pola-pola organis (lengkung) dan beberapa dalam bentuk garis tegas (geometris). Untuk warna yang digunakan di dominasi dengan warna hijau dan coklat. Peletakan dan detail material, ukuran, dan kapasitas pada konsep ini dijabarkan dalam Tabel 14. dan Lampiran 1. Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

83 71 Halte/ Shelter merupakan salah satu komponen penting dalam street furniture,fungsinya selain sebagai tempat menunggu bis, halte pun dapat difungsikan sebagai tempat berteduh, ataupun tempat istirahat. Pada tapak, halte ditampilkan dengan atap yang berpola melengkung pada bagian tengahnya, berbahan fiber, memiliki rangka penyangga dari besi dan papan nama lokasi halte. Sebagai penyangga utamanya digunakan besi silinder berbentuk huruf Y dan berwarna coklat kayu. Pada bagian belakang dan samping kanan halte menggunakan kaca fiber dengan bingkai kusen dari besi, bagian tengah kaca diletakkan papan informasi berupa peta rute dan jadwal bis kampus IPB Dramaga beroperasi. Bangku pada halte yang ditampilkan berbahan besi dan di susun secara vertikal dengan panjang 1,5 m. Halte ditempatkan pada posisi yang berpotensi ramai pengguna dan di tempat-tempat yang di anggap intensif, seperti pada bagian III yaitu depan Fakultas Pertanian dan Asrama Putri. Gambar alternatifnya dapat di lihat pada Lampiran 2. Papan tanda atau signage berfungsi memberikan informasi tentang arah letak suatu fasilitas yang di tuju dan di anggap penting, serta memberikan identitas nama suatu lokasi seperti papan penamaan pada fakultas, asrama, perpustakaan, dan lain sebagainya yang di anggap penting. Konsep yang diterapkan pada tapak yaitu menyeragamkan beberapa papan tanda/ signage yang memiliki fungsi fasilitas sama, penataan kembali di beberapa bagian tapak agar lebih fungsional dan menambahkan papan tanda di titik-titik yang strategis. Terdapat tiga jenis papan tanda/ signage yang ditampilkan pada tapak. Pertama yaitu papan tanda menunjukan bahwa tempat tersebut berfungsi sebagai fasilitas pendidikan, dalam hal ini yaitu papan nama pada tiap fakultas. Papan tanda yang ditampilkan di buat lebih formal, dengan bentuk yang organis, warna disesuaikan dengan fakultasnya, memiliki bahan yang tingkat adaptasinya tinggi terhadap iklim lingkungan (Lampiran 3). Kedua, tempat yang berfungsi memberikan pelayanan terhadap pengguna, contohnya yaitu poliklinik, perpustakaan, dan lain-lainnya. Penampilan papan tanda untuk fasilitas ini menggunakan material kayu yang dipasangkan secara vertikal setinggi 2,5-3 m, dengan gradasi ketinggian kayu, berwarna coklat terang, terdapat nama lokasi dan logo kampus IPB yang disesuaikan (Lampiran 4). Papan tanda ketiga yaitu

84 72 penamaan suatu fasilitas yang sifatnya semi-formal, seperti halnya penginapan, asrama, dan lain-lainnya. Papan tanda ini ditampilkan dengan pola organis, menggunakan material batu bata, dan nama dari lokasi tersebut. (Lampiran 5). Papan tanda yang berfungsi sebagai penunjuk arah ditampilkan dalam bentuk yang menarik perhatian, terlihat jelas tulisannya dari jarak m, tetapi sederhana dalam bentuknya. Material untuk papan namanya menggunakan bahan kayu yang adaptif terhadap iklim mikro dengan ukuran cm, tiang penyangganya dari besi setinggi 5,5-6 m dengan warna hijau tua dan logo IPB kecil diatasnya. Penempatan dari papan tanda ini diletakkan pada sisi jalan, persimpangan dan damaja sebelum lokasi yang di tunjuk (Lampiran 6). Papan informasi berfungsi sebagai pemberi informasi tentang situasi dan kondisi dalam tapak. Untuk bagian yang belum terdapat, maka konsep ini akan diterapkan didalamnya. Papan informasi yang ditampilkan di bagi ke dalam tiga jenis, diantaranya papan dengan fungsi informatif seperti peta, tiang event, dan lain-lain, papan tanda himbauan serta papan tanda lalu lintas. Untuk papan informatif akan ditampilkan dengan material besi sebagai tiang penyangganya dengan tinggi 5,5 6 m serta terdapat logo IPB kecil diatasnya, terdapat dua tempat menyimpan spanduk/ banner di kedua sisinya dengan panjang dan lebar 1 x 2 m (Lampiran 7). Pada papan tanda himbauan akan berfungsi sebagai himbauan bagi civitas kampus untuk selalu menjaga lingkungan sekitarnya. Material yang digunakan untuk papan tanda ini dominan adalah kayu dengan bentuk yang menarik (Lampiran 8). Sedangkan untuk papan tanda rambu lalu lintas sudah menjadi standar nasional, hanya peletakkannya saja yang perlu diperbaiki agar lebih fungsional dan tepat sasaran (Lampiran 9). Papan informasi ini diadakan sebagai pesan yang interaktif antara pengurus kampus dengan seluruh pengguna khususnya civitas akademika. Bangku difungsikan sebagai tempat untuk duduk atau sekedar beristirahat yang diletakkan pada tepi jalan. Penempatan bangku pada peta konsep didasarkan pada survei dari pengguna sehingga pada pelaksanaanya bangku menjadi sesuatu yang fungsional. Peletakkan bangku ini ditempatkan setiap 200 m di lokasi yang intensitas penggunanya cukup tinggi, seperti di bagian III, IV, dan V yaitu tiap fakultas, asrama serta tempat penting lainnya dan 500 m untuk tingkat

85 73 penggunanya kurang tinggi seperti bagian I, II, dan VI yaitu pintu masuk utama, sepanjang jalan arboretum dan sepanjang jalan alternatif masuk-keluar kampus IPB kampung Cangkurawok. Material bangku yang digunakan adalah kombinasi besi sebagai penyangga, kayu sebagai papan duduk dan sandarannya, dengan kapasitas 4 5 orang untuk menempatinya. (Lampiran 10). Tempat sampah berfungsi sebagai tempat penampungan sampah-sampah yang berukuran kecil saja. Tempat sampah yang ditampilkan memiliki dua bagian, yaitu organik dan anorganik. Material yang digunakan yaitu bahan yang tidak mudah rusak/ bocor seperti plastik atau seng, dengan tiang penyangga dari balok kayu, bentuk bak segitiga yang menempel pada tiang penyangganya, memiliki tutup yang berlubang untuk membuang sampah, memiliki warna yang berbeda untuk organik coklat tua dan untuk yang anorganik warna terang dengan keterangan tulisan didepannya. Bak sampah dapat di angkat agar mudah dipindahkan ke tempat pengumpulan sampah oleh kendaraan pengangkut sampah (Lampiran 11). Untuk mengurangi sampah di dalam tapak, maka setiap 200 m akan diletakan tempat sampah untuk bagian dengan tingkat aktivitas yang cukup intensif dan 500 m untuk bagian dengan tingkat pengguna non intensif. Lampu jalan berfungsi sebagai sarana penerangan yang sangat diperlukan khususnya pada malam hari. Selain dapat menerangi tapak, lampu juga berdampak besar pada peningkatan visual tapak. Lampu yang dapat menunjang pada konsep ini adalah jenis lampu tenaga surya, yang dimaksudkan dapat menjadi sebuah alternatif penerapan hemat energi karena menggunakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Material lampu jalan yang digunakan adalah besi sebagai tiangnya dengan tinggi 6 8 m dan berwarna hijau terang, terdapat solar system diatasnya sebagai penerima cahaya matahari yang anti air, memiliki accu sebagai penampung energi, dan lampu yang digunakan adalah putih dengan jarak tiap lampu 15 m. (Lampiran 12). Jam traffic island diterapkan untuk memberikan kemudahan kepad pengguna jalan dalam melihat waktu. Jam tersebut ditampilkan berbentuk prisma tegak segitiga dengan ketinggian 2 m, dengan material semen dilapisi oleh papan kayu berwarna coklat dipermukaannya. Peletakkan yang strategis jam tersebut hanya pada traffic island di pintu masuk utama IPB saja. (Lampiran 13).

86 74 Pot tanaman diletakkan pada median jalan pintu masuk utama IPB. Selain berfungsi sebagai tempat tanaman penghias, pot tersebut juga berfungsi untuk mengurangi cahaya kendaraan yang menyilaukan dari arah yang berlawanan. Material yang digunakan adalah besi sebagai penyangganya, ornamen batu sebagai potnya. Jarak antar pot m. (Lampiran 14).

87 75

88 76

89 77 Konsep Perkerasan Perkerasan yang di maksud dalam konsep ini yaitu jalur-jalur selain jalan kendaraan bermotor, yakni pedestrian dan jalur sepeda. Perkerasan ini berfungsi sebagai jalur sirkulasi manusia untuk menuju ke suatu lokasi yang ditujunya. Perkerasan ini ditampilkan untuk memperbaiki dan memperindah eksisting tapak serta memperkuat identitas kampus sebagai kampus hijau. Pada jalur pedestrian maupun sepeda dapat di buat variasi dengan memainkan karakter seperti pola, warna, bentuk, atau pergantian material. Dengan permainan karakter seperti di atas, sudah tentu pengguna akan merasa nyaman dan tidak bosan saat melaluinya. Untuk konsep perkerasan baik bahan dan peletakannya akan lebih dijabarkan dalam Tabel 16. dan Lampiran 15 serta serta tampilan sketsa pedestrian pada Lampiran 16.

90 78

91 79 Konsep Vegetasi Vegetasi merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting dalam pembentukan lanskap dalam sebuah kawasan. Pada tapak, yakni jalan lingkar Kampus IPB Dramaga sudah terdapat banyak titik yang dilengkapi pohon tepi jalan dan groundcover pada median jalan. Namun dalam konsep vegetasi kali ini, pada dasarnya hanya memperbaiki, melengkapi, dan memperindah bagian-bagian yang sudah ada. Penambahan dapat berupa pohon, semak, maupun groundcover baik yang di tanam langsung atau dengan pot. Vegetasi yang digunakan dapat dikelompokkan ke dalam fungsi yang berbeda, diantaranya fungsi estetis, dan peneduh. Fungsi-fungsi dari vegetasi tersebut juga berkaitan dengan jenis tajuk pohon yang bermacam-macam antara lain bulat, kerucut, kolumnar, menyebar, payung, tak beraturan, kubah, oval, dan lain-lain. Vegetasi yang saat ini sudah ada dipertahankan namun ada bagian yang ditambahkan dan diperbaiki formasi atau peletakkannya. Untuk fungsi dan spesifikasi vegetasi dapat di lihat pada Tabel 17. dan Tabel 18. Serta peta konsep vegetasi pada Lampiran 17. Untuk vegetasi estetis, fungsinya lebih kepada memperindah bagian jalan sehingga dapat mencegah kesan monoton serta dapat meningkatkan kualitas visual pada tapak. Biasanya vegetasi ini memiliki karakteristik warna pada tubuh vegetasi, baik dari bunga, daun, maupun batang. Untuk vegetasi estetis di jalan, diutamakan vegetasi dengan tingkat pemeliharaan non intensif. Fungsi ini juga dapat memainkan pola penanaman seperti pola geometris maupun organis. Contoh dari vegetasi estetis adalah Bougenvil (Bougenvillea sp.), Bakung (Imperata cylindrica), Kayu manis (Cinnamomun burmanii), Bungur (Langerstromia indica), dan lain-lain. Vegetasi dengan fungsi peneduh adalah pohon dengan tajuk jenis payung, bulat, kubah, dan oval. Pohon-pohon dengan jenis tersebut di atas dapat memberikan keteduhan untuk pengguna jalan sehingga dapat menciptakan kenyamanan. Contoh dari jenis tajuk ini antara lain: Flamboyan (Delonix regia); Bentuk payung: Beringin (Ficus benjamina); Bentuk kubah: Cemara Angin (Casuarina sumatrana); Bentuk bulat: Kenari (Canarium hirsutum); dan bentuk

92 80 oval: Glodogan Tiang (Polyalhea longifolia). Sketsa konsep vegetasi estetis dan peneduh dapat di lihat pada Lampiran 18.

93 81

94 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kampus merupakan wadah atau sarana pendidikan, dengan demikian kampus memerlukan lingkungan yang kondusif untuk mendukung hal tersebut. Untuk itu diperlukannya penataan landscape. Salah satu bagian penting dalam kampus ini adalah street furniture dalam kampus itu sendiri. Konsep dasar Street furniture yang akan diterapkan dalam lingkungan kampus ini berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, ramburambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan identitas kampus, memperhatikan estetika, fungsional, dan kenyamanan pengguna jalan. Identitas kampus IPB adalah kampus pertanian dalam arti luas yang terdiri atas fasilitas pendidikan atau lebih di kenal dengan istilah Green Campus, yang identik dengan kesan asri dan sejuk serta bersahabat dengan alam. Identitas ini dapat diwakilkan dengan street furniture/ perabot jalan disepanjang jalan lingkar kampus yang di akses pengguna. Konsep dari Street Furniture di bagi ke dalam tiga konsep, antara lain Konsep Bangunan dan Perlengkapan, Konsep Perkerasan, dan Konsep Vegetasi. Hal yang paling mendasar pada konsep yang dibuat yaitu ditampilkan dalam bentuk yang natural. Street furniture yang diperlukan adalah halte/ shelter, bangku jalan, tempat sampah, papan tanda, papan informasi, lampu, pot tanaman, dan papan jam. Untuk hardscape-nya digunakan bahan dan warna yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. adalah: 1. Masih kurangnya pengetahuan dan respon dari beberapa civitas akademika dalam hal penting adanya suatu street furniture/ kelengkapan jalan. 2. Masalah perawatan lingkungan kampus yang kurang intensif. 3. Desain dan peletakan street furniture yang kurang fungsional. 4. Rentannya sikap vandalisme dari para pengguna terhadap street furniture.

95 83 Saran Penerapan konsep street furniture yang sederhana dan tepat guna diperlukan dalam lingkar kampus IPB Dramaga. Selain berfungsi memberikan informasi, street furniture pun memberikan kemudahan agar sirkulasi pengguna jalan menuju ke suatu lokasi yang di tuju dapat terarahkan dengan lancar dan aman. Di sisi lain penataan dan perawatan street furniture dalam kampus IPB Dramaga perlu diperhatikan, agar fasilitas yang diberikan berjalan sesuai fungsinya.

96 DAFTAR PUSTAKA Booth, N.K Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press Inc. Illinois. 315 p. Chiara, J.D., and L.E. Koppelman Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Penerbit Erlangga. 380 hal. Departemen Perhubungan Undang-undang RI No. 14/1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta. 53 hal. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Undang- Undang RI No. 13/1980 tentang Jalan. Jakarta. 29 hal., Departemen Pekerjaan Umum Undang- Undang RI No. 26/1985 tentang Jalan. Jakarta. 29 hal., Menteri Dalam Negeri Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta. 11 hal., Departemen Pekerjaan Umum Tata Cara Pemasangan Rambu. Jakarta. 17 hal., Departemen Pekerjaan Umum. PP No. 43/1993. Prasarana Lalu Lintas Jalan. Jakarta. 54 hal., Departemen Pekerjaan Umum Petunjuk Perencanaan Trotoar. Jakarta. 23 hal., Departemen Pekerjaan Umum Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Jakarta. 53 hal., Direktorat Pembinaan Jalan Kota. No 01/P/BNKT/1991. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan. Jakarta. 78 hal. Direktorat Penataan Ruang Nasional Pedoman Badan Standarisasi Nasional. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta 23 hal. Grey, G. W. and F. J. Deneke Urban Forestry. John Wiley and Sons Inc. New York. 274p. Harris, C.W., dan N.T. Dines Time Saver Standar for Landscape Architecture. Mc Graw Hill Book Co. New York.

97 85 Laurie, M Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. PT. Intermatra. Bandung. 135 hal. Lynch, K dan Gary Hack Site Planning. John Wiley and Sons Inc. New York. Menteri Perhubungan. No KM 65 tahun Fasilitas Pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta. 7 hal. Nurisjah, S., dan Q. Pramukanto Pedoman Praktikum perencanaan Lanskap. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan). Simonds, J Landscape Architecture. Me Graw Hill Co. New York. 331 p. Walker, T. D Rancangan Tapak dan Pembuatan Detail Kontruksi. Jakarta : Erlangga.

98 86

99 87

100 88

101 89

102 90

103 91

104 92

105 93

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN BAB VII PENGHIJAUAN JALAN Materi tentang penghijauan jalan atau lansekap jalan, sebagian besar mengacu buku "Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996" merupakan salah satu konsep dasar

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Jalur Pejalan Kaki Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Oleh sebab itu, fasilitas bagi pejalan kaki perlu disediakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ALTERNATIF KONSEP PERANCANGAN FASILITAS KORIDOR HIJAU BAGI PEJALAN KAKI DI KAMPUS KONSERVASI UNNES

ALTERNATIF KONSEP PERANCANGAN FASILITAS KORIDOR HIJAU BAGI PEJALAN KAKI DI KAMPUS KONSERVASI UNNES ALTERNATIF KONSEP PERANCANGAN FASILITAS KORIDOR HIJAU BAGI PEJALAN KAKI DI KAMPUS KONSERVASI UNNES Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Sebagai Kampus Konservasi,

Lebih terperinci

INVENTARISASI Aspek Fisik

INVENTARISASI Aspek Fisik INVENTARISASI Aspek Fisik Letak, Luas, dan Batas Tapak Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di kota Bogor tepatnya di Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan seluas 203,5 ha

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27 PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema BAB 3 TINJAUAN TEMA 3.1 LATAR BELAKANG TEMA Tema yang diangkat untuk mendukung pasar modern ini adalah Ruang dan Sirkulasi adapun latar belakang tema ini didasari oleh unsur dari ruang dan sirkulasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator); POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan 4 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap inventarisasi tapak dan tahap perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci