Banking Weekly Hotlist (17 November 21 November 2014)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (17 November 21 November 2014)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (17 November 21 November 2014) Senin, 17 November 2014 Simpanan Bisa Lebih Tinggi Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, memperkirakan pertumbuhan DPK akan mencapai 12-14%, sementara pertumbuhan kredit dipatok 15-17%. Pertumbuhan kredit pun cenderung beragam antar kelompok BUKU bank. Pertumbuhan kredit bank pada kelompok BUKU IV tercatat 10,9%, sementara BUKU I lebih tinggi yakni 19,1%. Rasio LDR juga membaik dari 92,12% pada Juli 2014 menjadi 90,63% pada Agustus Hingga akhir tahun, Bank Indonesia memprediksi LDR mencapai 89% - 90%. Berdasarkan survei The Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions 2014, pada triwulan III 2014, konsumen Indonesia cenderung fokus menabung. Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia mengatakan sekitar 74% masyarakat yang disurvei mengalokasi dana cadangan dalam bentuk tabungan. Kondisi ini meningkat dibandingkan persentase triwulan sebelumnya yang tercapai 65%. Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, mengatakan penetapan suku bunga acuan tidak selalu mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh di Jepang dan Eropa dimana suku bunga kian rendah, namun tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Adapun Bank Indonesia kembali menetapkan BI Rate pada level 7,5%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi terus melambat yakni mencapai 5,01% pada triwulan III (Sumber: Kompas, 17 November 2014, 20) Bisnis Kartu Debet Bakal Melonjak Tommy Singgih, Vice President Head of Business Development PT MasterCard Indonesia, mengatakan pangsa penggunaan kartu debet di Indonesia baru mencapai 10%. Oleh karena itu pihaknya mengatakan bahwa potensi kartu debet masih tinggi namun harus diiringi dengan peningkatan akses masyarakat terhadap perbankan. Selain itu, potensi yang tinggi juga seiring dengan kebijakan pembatasan kartu kredit oleh Bank Indonesia yang membatasi penggunaan kartu kredit untuk nasabah dengan penghasilan Rp 3-10 Juta. Tommy menuturkan kebijakan tersebut tidak akan mempengaruhi bisnis kartu kredit perusahaan karena pihaknya telah fokus

2 pada segmen atas (affluent). Berdasarkan data Bank Indonesia, transaksi menggunakan kartu debet pada September 2014 mencapai 344,5 juta kali dengan nilai nominal Rp 379,2 triliun. Upaya pengembangan kartu kredit dan debet terus dilakukan oleh MasterCard dengan mengeluarkan program MasterCard Destination Bali. Poully Gunharie, Vice President Acceptance Development MasterCard Indonesia, mengatakan program ini didasari oleh potensi Bali sebagai magnet pariwisata yang sangat tinggi. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 November 2014, 23) Laba Seret, Pertumbuhan Kantor Lesu Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Agustus 2014, jumlah jaringan bank umum tercatat unit, meningkat 4,07% dibandingkan posisi Desember 2013 (year to date/ytd). Kondisi ini melambat dibandingkan posisi Agustus 2013 yang meningkat sebesar 7,05% (ytd). Perlambatan terutama terjadi pada kelompok bank campuran dan bank asing. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, mengatakan perlambatan ini terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan laba perbankan, sehingga bank lebih mengurangi ekspansi. Selain mengurangi ekspansi, strategi lain yang dipilih oleh bank adalah merelokasi kantor bank yang sekiranya kurang potensial ke lokasi lain yang lebih strategis dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini diakui oleh Benny Purnomo, Wakil Presiden Direktur PT Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank). Pada tahun 2015 pihaknya berencana untuk melakukan relokasi kantor yang dinilai kurang produktif. Walaupun tidak melakukan ekspansi pada tahun depan, bank MNC akan menganggarkan belanja modal dengan memperkuat basis teknologi informasi. Vera Eve Lim, Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk, mengatakan pihaknya telah memangkas 200 kantor cabang baik induk maupun anak perusahaan seiring dengan penurunan laba bersih konsolidasi sebesar 25%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 November 2014, 24) Bank Indonesia Minta Rasio Likuiditas Dikerek Bank Indonesia meminta perbankan untuk menjaga rasio likuiditas (liquid coverage ratio/lcr). Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan bahwa saat ini rasio LCR perbankan telah mencapai 90%. Pada tahun depan, OJK berencana mulai menerapkan perhitungan LCR perbankan dari 60% lalu dinaikkan bertahap hingga 100% pada tahun Berdasarkan dokumen consultative paper, LCR merupakan standar perhitungan rasio likuiditas dari kerangka Basel III yang dipublikasi oleh Basel Committee on Banking Supervision (BCBS). Rasio ini bertujuan untuk mendorong ketahanan jangka pendek berdasarkan profil resiko likuiditas bank dengan memastikan bahwa bank memiliki kecukupan HQLA (High Quality Liquid

3 Asset). Budi Satria, Sekretaris PT BRI Tbk mengatakan BRI telah melakukan LCR sebagaimana perhitungan, adapun nilai LCR perseroan mencapai level 250%. Selain LCR, perhitungan resiko likuiditas lain dalam consultative paper antara lain penggunaan monitoring tool untuk pengawasan dan Net stable Funding Ratio (NSFR). Halim menambahkan bahwa BI tengah mengkaji konsep NSFR yang dapat mengatur rasio likuiditas jangka panjang industri perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 November 2014, 24) Selasa, 18 November 2014 OJK Endus Praktik Monopoli Bancassurance OJK mengungkapkan sedikitnya enam bank diindikasikan melakukan praktik monopoli bancaassurance. Berdasarkan laporan pengaduan masyarakat, kerjasama bancaassurance keenam bank tersebut menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak memberikan pilihan produk yang memadai bagi konsumen. Dumoly Pardede, Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK mengatakan praktek ini sangat merugikan konsumen dan mendorong iklim usaha yang tidak sehat, oleh karena itu pihaknya berencana untuk membentuk tim pengawasan. Bancaassurance merupakan salah satu jalur distribusi yang efektif untuk meningkatkan pendapatan perusahaan asuransi di Indonesia. Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), kontribusi bancaassurance terhadap premi asuransi jiwa mencapai 35% pada semester I/2014. Sebelumnya PT BRI Tbk telah diberikan penalti senilai Rp 25 miliar dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) karena telah melakukan monopoli asuransi kepada nasabah Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Hal yang sama juga terjadi pada PT Asuransi Jiwa Bringin dan PT Heksa Eka Life Insurance yang mendapatkan penalti masing-masing sebesar Rp 19 miliar dan Rp 13 miliar. Anthony Soewandy, CEO Bank Victoria, memperkirakan produk asuransi dengan unsur investasi akan tumbuh sebesar 25% pada tahun mendatang. Bancassurance masih mempunyai potensi yang tinggi karena selain menguntungkan perusahaan asuransi, bank juga mendapatkan keuntungan untuk meningkatkan pendapatan dari fee based income. (Sumber: Bisnis Indonesia, 18 November 2014, 3) Biaya Transfer Maksimal Rp Bank Indonesia menetapkan biaya transfer sebesar Rp melalui automated teller machine (ATM), lebih rendah dibandingkan biaya transaksi tarik tunai antar bank sebesar Rp

4 Peter Jacobs, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan jika biaya transfer terlalu tinggi maka akan berlawanan dengan apa yang difokuskan Bank Indonesia saat ini yakni mewujudukan cashless society melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Adapun BI juga memahami kenaikan biaya transaksi antarbank karena alasan inflasi. Suwignyo Budiman, Direktur PT BCA Tbk, mengatakan pihaknya telah menyesuaikan tarif transfer antar bank sesuai dengan arahan Bank Indonesia per tanggal 1 November Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Muamalat dan PT Bank Mandiri. Bank Mualamat mengumumkan perubahan tersebut melalui website bank. (Sumber: Bisnis Indonesia, 18 November 2014, 3) BI Waspadai Lembaga Shadow Banking Bank Indonesia dan OJK saat ini tengah mengindentifikasikan dan mengkaji adanya kemungkinan Shadow Banking di Indonesia. Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, mengatakan shadow banking merupakan salah satu megatren yang tidak dapat dihindari, sehingga perlu disediakan landasan hukum dan pemahaman yang jelas terkait shadow banking. Misalnya, terkait lembaga keuangan mikro banyak yang bersifat tradisional dan non-tradisional yang dapat dikategorikan shadow banking, oleh karena itu diperlukan suatu kejelasan Undang- Undang keuangan mikro, sehingga megatren ini dapat diatasi. Adapun jumlah shadow banking diperkirakan telah melalui jumlah lembaga pembiayaan formal. Nanang Hendarsah, Deputi Task Force Financial Bank Indonesia, mengatakan bahwa kondisi shadow banking di Indonesia masih terkendali. Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk mengatakan kemungkinan terciptanya shadow banking sangat kecil karena kebijakan industri perbankan saat ini cenderung ketat. Adapun agenda sektor keuangan dalam G-20 adalah mengatasi shadow banking, meningkatkan ketahanan lembaga keuangan terhadap krisis, mengatasi resiko sistemik yang disebabkan oleh kegagalan lembaga keuangan besar serta melanjutkan agenda reformasi pasar keuangan derivatif. (Sumber: Bisnis Indonesia, 18 November 2014, 20) Awal 2015, Bunga Kredit Rumah Turun Kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK pada bulan Oktober lalu mendorong sejumlah perbankan menghitung kembali suku bunga KPR. Tony Tardjo, Head of Consumer Lending PT Bank CIMB Niaga Tbk, mengatakan pihaknya akan menurunkan suku bunga KPR untuk mencapai target KPR. Menurutnya, dengan adanya kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK seharusnya pada tahun depan suku bunga KPR sudah dapat diturunkan. Adapun besarnya penurunan suku bunga KPR sangat tergantung dari kondisi pasar pada awal

5 tahun depan. Hingga September 2014, suku bunga KPR perseroan tercatat 12%. Senada, Maryono, Direktur Utama Direktur utama PT BTN Tbk, mengatakan penurunan tersebut merupakan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito. Pihaknya baru akan menurunkan bunga KPR pada bulan Januari tahun depan karena mayoritas simpanan deposito di BTN berdurasi 3 bulan sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Selain itu, pihaknya mengaku kesulitan ketika akan menaikkan suku bunga KPR karena sebagian besar nasabah BTN merupkan masyarakat menengah bawah. KPR BTN hingga kuartal III/2014 tercatat Rp 97,94 triliun atau sebesar 88,61% dari total kredit BTN. (Sumber: Bisnis Indonesia, 18 November 2014, 20) Tahun Depan Margin Perbankan Diprediksi Naik Net Interest Margin (NIM) diperkirakan membaik pada tahun depan seiring melonggarnya likuiditas. Selain itu, adanya kebijakan pembatasan suku bunga deposito pun merupakan salah satu faktor peningkatan NIM karena dengan adanya kebijakan tersebut biaya dana menjadi menurun. Vera Eve Lim, Direktur Keuangan PT Bank Danamon Tbk mengungkapkan apabila tidak ada perubahan BI Rate, maka NIM akan mengalami perbaikan. Selain itu, kebijakan pembatasan suku bunga kredit deposito pun efektif menekan biaya dana deposito, sehingga NIM meningkat. Per kuartal III 2014, NIM Bank Danamon tercatat 8,3%. Pada tahun depan, pihaknya memperkirakan akan terjadi perbaikan likuiditas dimana pertumbuhan likuiditas akan berada diatas pertumbuhan kredit. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Maryono, Direktur Utama PT BTN Tbk. Menurutnya, penurunan suku bunga kredit baru bisa dilakukan setidaknya tiga bulan setelah penurunan suku bunga deposito. Penurunan suku bunga deposito yang lebih cepat dibandingkan penurunan suku bunga kredit mendorong kenaikan NIM. Per September 2014, NIM BTN tercatat 4,42%. Achmad Baiquni, Direktur Keuangan PT BRI Tbk memperkirakan hingga akhir tahun ini, NIM BRI akan terjaga pada level 8% karena biaya dana yang terus menurun. Biaya dana menurun seiring penurunan suku bunga deposito BRI sebesar basis poin. Selain itu, pihaknya mengaku segmen kredit BRI yang fokus pada kredit mikro mampu memberikan margin yang tinggi. Nelson Tampubolon mengatakan NIM perbankan akan membaik seiring kebijakan pembatasan bunga deposito, namun dalam jangka panjang NIM akan kembali pada level yang wajar. NIM perbankan diperkirakan akan mencapai 5%, namun akan mengalami penyesuian setelah perbankan menurunkan suku bunga kredit. (Sumber: Bisnis Indonesia, 18 November 2014, 20)

6 Rabu, 19 November 2014 Tekan Ekspektasi Inflasi, BI Naikkan BI Rate 25 Bps Seiring dengan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,75% untuk menekan ekspektasi inflasi. Selain itu, Bank Indonesia pun menetapkan lending facility rate sebesar 8%, meningkat 50 basis poin dan tetap mempertahankan deposit rate pada level 5,75%. Agus DW Martowardojo, mengatakan dengan kenaikan ini diperkirakan ekspektasi inflasi pasca kenaikan BBM tetap terkendali dan bersifat temporer. Selain itu, kebijakan ini pun mampu menjaga inflasi 2015 tetap pada target BI sebesar 4%±1%. Kebijakan ini dinilai masih konsisiten dalam mengelola transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Berdasarkan data Bank Indonesia, defisit neraca transaksi berjalan menurun dari US$ 8,7 miliar pada kuartal II 2014 menjadi US$ 6,8 miliar pada kuartal III Selain itu, Bank Indonesia juga menyiapkan kebijakan makroprudensial dalam rangka memperluas sumber pendanaan bagi perbankan, mendukung pendalaman pasar keuangan serta mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif yang prioritas. Kebijakan tersebut antara lain memperluas cakupan definisi simpanan dalam indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dan mendorong penyaluran kredit UMKM. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia menambahkan dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi akhir tahun diperkirakan mencapai 7,7% - 8,1%. Selain melalui peningkatan BI rate, Bank Indonesia pun akan berkoordinasi dengan pemerintah terkait kenaikan tarif angkutan umum dan upaya stabilisasi harga pangan. David Sumual, Ekonom PT BCA Tbk mengatakan langkah BI dalam menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin merupakan langkah yang tepat untuk menjaga ekspektasi inflasi. Kenaikan ini diperkirakan akan menjaga inflasi pada kisaran 7,5%. Namun, kebijakan ini berpotensi menggerus pertumbuhan ekonomi karena daya beli masyarakat akan tertahan. Lebih lanjut pihaknya memperkirakan hingga akhir tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 19 November 2014, 1)

7 Kenaikan Harga BBM Tidak Berdampak Signifikan Kenaikan harga BBM bersubsidi diyakini sejumlah regulator dan pelaku perbankan tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja perbankan. OJK memperkirakan kebijakan ini hanya akan sedikit menurunkan permintaan kredit, sementara sejumlah perbankan mengatakan kebijakan ini tidak akan mendorong rasio kredit bermasalah (NPL). Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengatakan perbankan telah mengantisipasi hal ini dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Selain itu, OJK telah melakukan stress test dan hasil tes tersebut menunjukkan bahwa industri keuangan, termasuk perbankan cukup kuat dalam menghadapi tantangan. Adapun dalam tiga bulan atau empat bulan kedepan, kredit konsumsi, seperti Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) diperkirakan akan mengalami penurunan namun dalam jangka panjang akan meningkat dan kembali stabil. Budi G Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong Bank Indonesia dalam meningkatkan BI rate sebesar 25 basis poin, namun dengan kenaikan ini, pihaknya meyakini tidak akan ada kenaikan resiko kredit. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan menurunkan permintaan kredit, khususnya kredit konsumsi pada awal tahun Pihaknya memperkirakan pertumbuhan kredit konsumsi tidak akan sebesar periode sebelumnya. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, mengungkapkan kebijakan ini tidak akan mempengaruhi peningkatan NPL, namun akan berpengaruh pada penurunan permintaan kredit konsumsi, seperti KPR, KKB dan kartu kredit hingga tahun depan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 19 November 2014, 8) Bank Swasta Prediksi Kredit Konsumen Tumbuh di Bawah 15% Sejumlah bank swasta memperkirakan pertumbuhan kredit konsumen tidak akan mencapai level 15%. Kenaikan harga BBM bersubsidi diyakini merupakan faktor utama penyebab penurunan kredit konsumen ini. Michellina Triwardhany, Consumer Banking Director PT Bank Danamon Indonesia Tbk menargetkan pertumbuhan kredit konsumen sebesar 24% hingga akhir tahun Namun pada tahun 2015, pihaknya memperkirakan pertumbuhan kredit konsumen tidak akan mencapai 15%. Per September 2014, kredit ritel dan konsumen Bank Danamon tumbuh sebesar 24% menjadi Rp 10,38 triliun. Jumlah ini meliputi portofolio KPR, Kredit Tanpa Anggunan (KTA), kartu kredit dan pembiayaan syariah. Tahun depan, bank akan lebih fokus memasarkan kartu kredit dan KTA. Bianto Surodjo, Ritel & Consumer Director PT Bank Permata Tbk, mengatakan pertumbuhan kredit konsumsi pada tahun depan akan melambat dan cenderung sama pada tahun ini. Per September 2014, outstanding kredit konsumsi Bank Permata mencapai Rp 23,37 triliun, tidak jauh berbeda dengan posisi Desember

8 2013 yang mencapai 23,1 triliun. Pada tahun 2015, pihaknya menargetkan pertumbuhan total kredit akan mencapai 15% dan akan tetap fokus pada produk KPR dan KKB. Sementara itu, PT OCBC Niaga menargetkan pertumbuhan kredit konsumen hanya sebesar 11% pada tahun depan. Andrea Krishnawan, Direktur Bank OCBC NISP, mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada permintaan kredit segmen ritel. Selain itu, regulasi kredit properti yang lebih ketat sejak September 2013 pun membuat pertumbuhan KPR terhambat. Perkiraan perlambatan pertumbuhan KPR, mendorong Bank OCBC NISP lebih gencar mendorong bisnis kartu kredit. Meri Ui, Division Head Unsecured Loan OCBC NISP mengatakan pertumbuhan bisnis kartu kredit pada tahun 2015 dipatok sebesar 30-40%. Adapun per September 2014, kinerja bisnis kartu kredit Bank OCBC NISP telah mencapai 32%. Untuk mencapai target, pihaknya akan tetap fokus membidik segmen affluent dan emerging affluent serta bertumpu pada strategi cross selling. (Sumber: Indonesia Finance Today, 19 November 2014, 8) Modal dan LCR Perbankan Penuhi Basel III Sejumlah kalangan menilai perbankan Indonesia telah memenuhi beberapa kriteria aturan Basel III, yakni permodalan dan pemenuhan alat likuid atau Liquidity Coverage Ratio (LCR). Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia mengatakan, rasio modal inti perbankan Indonesia mencapai 14% - 15%, berada diatas ketentuan Basel III sebesar 8%. Selain itu, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 19%. Selain dari sisi permodalan, tingkat LCR Indonesia juga hampir mencapai 100%, yakni 90%. Kondisi ini jauh diatas ketentuan OJK sebesar 70%. LCR merupakan rasio alat likuid yang wajib dimiliki perbankan untuk menopang likuiditas saat krisis berlangsung selama 30 hari. Rasio ini harus terus ditingkatkan hingga mencapai 100% pad tahun Sebelumnya OJK telah menerbitkan consultative paper yang berisikan pemenuhan LCR sebesar 70% pada 2015 dan 100% hingga akhir Ketentuan ini berlaku untuk bank BUKU III dan BUKU IV serta untuk kantor cabang asing (KCBA). Gandjar Mustika, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, mengatakan bank perlu menjaga alat likuid yang berkualitas tinggi atau High Quality Liquid Asset (HQLA). Selain itu, bank perlu menghitung net cash outflow atau arus kas keluar. Aryo Bimo Notowidigdo, Kepala Divisi treasury PT BNI Tbk, mengatakan alat likuid pada bank BUKU III dan IV sudah cukup untuk memenuhi LCR. Lebih lanjut, potensi dana keluar Indonesia terbilang minim karena operasional bank asal Indonesia di luar negeri tidak signifikan. Per September 2014, aset kantor luar negeri BNI mencapai US$ 1,71 miliar atau setara Rp 34,2 triliun. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk juga mengungkapkan bahwa LCR bank telah mencapai 150% sedangkan rasio cadangan sekunder mencapai 30%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 19 November 2014, 9)

9 Surat Utang akan Masuk Komponen LDR Bank Indonesia akan memperluas cakupan definisi simpanan dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan menambahkan surat-surat berharga pada komponen simpanan, sehingga komponen simpanan akan terdiri dari surat utang dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengungkapkan dengan adanya pengaturan ini maka bank memiliki pilihan mencari dana baik dari obligasi maupun DPK. Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan makroprudensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menekan ekspektasi inflasi sebagai akibat dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Perluasan definisi simpanan ini akan meningkatkan jumlah DPK, sehingga rasio intermediasi perbankan (Loan to Deposit Ratio/LDR) akan menurun. Penurunan ini akan mendorong ruang ekspansi kredit bagi perbankan. Irman A. Zahiruddin, Direktur PT BTN Tbk, mengatakan hal ini sudah sepantasnya dilakukan pasalnya bank juga mengandalkan sumber dana lain untuk menopang ekspansi. Untuk BTN, rasio yang digunakan adalah Loan to Funding Ratio (LFR). Saat ini LFR BTN tercatat 87%. Bank kerap menggunakan surat utang sebagai sumber dana ekspansi kredit. Surat utang merupakan solusi untuk mengatasi mismatch pembiayaan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Vera Eve Lim, Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Menurutnya, bank cenderung kesulitan mencari sumber dana di luar DPK dalam mendanai kredit. Hingga September LDR Bank Danamon tercatat 91,3%, namun apabila surat berharga dimasukkan dalam DPK, maka rasio tersebut mencapai 85,9%. Sementara Aviliani, Pengamat Ekonomi Economic Think Tank (EC Think) memperkirakan pada tahun 2015, perbankan Indonesia akan mengalami kesulitan likuiditas. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit mendorong kebutuhan akan modal meningkat. Adapun hal yang harus dilakukan perbankan dalam mendapatkan likuidtas adalah dengan menaikkan suku bunga simpanan, mencari pinjaman dari luar negeri walaupun memiliki resiko yang tinggi yakni resiko fluktuasi nilai tukar dan ketiga adalah dengan melakukan penjualan saham dan atau menerbitkan obligasi. Lebih lanjut, Aviliani memperkirakan pertumbuhan kredit tahun depan akan mencapai 15%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 19 November 2014, 9) Pasar Global Berpengaruh Kredit macet Jusuf Kala, Wakil Presiden Republik Indonesia menilai kredit macet pada sektor perkebunan dan pertambangan cenderung tinggi. Namun, hal ini bukan berasal dari bank, melainkan dari kondisi global. Melemahnya permintaan dan harga komoditas di pasar global merupakan penyebab menurunnya kedua sektor tersebut. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan kredit macet di kedua sektor ini masih terjaga. Adapun kenaikan kredit macet sektor perkebunan dan pertambangan terutama terjadi di Sumatera dan

10 Kalimantan. Sigit Pramono, Ketua umum Perbanas, mengatakan perbankan cenderung mengikuti arah sektor masing-masing. Pertumbuhan kredit akan mengikuti tren kegiatan ekonomi di suatu tempat. Sementara Budi G. Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan kegiatan ekonomi akan sangat berpengaruh pada program pemerintahan baru. Namun, hal ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. (Sumber: Kompas, 19 November 2014, 20) Bank Indonesia Overdosis Lana Soelistianingsih, Ekonom Universitas Indonesia, mengatakan kebijakan kenaikan BI Rate oleh Bank Indonesia terlalu reaktif dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kenaikan BI Rate, maka pengusaha akan cenderung memilih menarik utang luar negeri dengan suku bunga yang lebih rendah, padahal utang luar negeri Indonesia kian membesar. Hingga September 2014, utang luar negeri Indonesia tercatat US$ 292,3 miliar, meningkat 2,1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI mengatakan kebijakan tersebut dilakukan untuk menekan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, menambahkan penetapan kenaikan BI Rate pun sejalan dengan situasi suku bunga global yang meningkat. Ryan Kiryanto, Ekonom PT BNI Tbk mengatakan kebijakan ini akan berdampak bagi perbankan dan sektor riil. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah memangkas estimasi pertumbuhan menjadi 5,1% dari 5,2%. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan RI, mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan mengurangi konsumsi rumah tangga, belanja negara dan investasi. (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 1) Emiten Perbankan Tumbuh 30% Walaupun mengalami penurunan kinerja, performa saham emiten perbankan justru kian bertumbuh. PT BNI Tbk mencatat pertumbuhan kapitalisasi pasar terbesar yakni 36,56% dari Rp 80,4 triliun pada awal tahun menjadi Rp 109,8 triliun pada akhir bulan lalu. Walaupun begitu, PT BCA Tbk masih menjadi emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar yakni Rp 318,5 triliun pada Oktober Alfred Nainggolan, Analis PT Koneksi Kapital, mengakui emiten perbankan banyak menjadi buruan baik oleh investor asing maupun lokal. Sonny John mengatakan empat bank dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi yakni BCA, BNI, Bank Mandiri dan BRI diperkirakan mampu menjaga stabilitas NIM hingga akhir tahun, seiring potensi penurunan cost of fund dan membaiknya likuiditas. Sanjay Jain, analis Credit Suisse, mengatakan selain keempat bank BUKU IV tersebut, emiten bank lain yang mencatatkan kapitalisasi yang baik adalah Bank Danamon, BTN, BTPN dan Bank Jabar. Alfred menambahkan

11 potensi saham perbankan masih tinggi hingga tahun depan. Kenaikan kapitalisai yang besar juga mendorong tren positif terhadap deviden dalam beberapa tahun terakhir, Seperti contoh, BCA akan membagikan deviden sebesar Rp 1,23 triliun untuk periode tahun buku (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 13) Ketergantungan Pendapatan Bunga Masih Tinggi Perbankan di Indonesia masih sangat bergantung pada pendapatan bunga sebagai sumber utama pendapatan perbankan. Per Agustus 2014, pendapatan bunga perbankan berkontribusi sebesar 78% dari total pendapatan, lebih tinggi dibandingkan kondisi Agustus 2013 yang mencatat kontribusi sebesar 75,9%. Kontribusi pendapatan bunga terbesar diraih oleh kelompok bank BUSN non devisa yakni 95,1% dari total pendapatan. Sebaliknya pendapatan non bunga masih cenderung rendah. Hal yang sama juga terjadi pada BPD. Hotma Parulian Manalu, Manager Financial Institution Ratings PT Pemeringkat Efek Indonesia, mengatakan ketergantungan BPD pada penyaluran kredit cukup besar terlihat dari NPL BPD yang cenderung tinggi dibandingkan kelompok bank lain. Sementara Syarkawi Rauf, Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha, menegaskan margin perbankan, khususnya pada kredit mikro sudah terlalu tinggi. Pihaknya berharap ada roadmap dari OJK untuk menekan suku bunga kredit perbankan, khususnya mikro. (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 23) Bank Syariah Mulai Ekspansi Bank Syariah akan memperluas ekspansi melalui layanan berbasis kartu. Hendiarto, Direktur Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengatakan pada tahun depan pihaknya berencana untuk mengerluarkan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) berbasis syariah dan saat ini rencana tersebut tengah dikaji. Tujuan utama perseroan dalam bisnis kartu ini adalah sebagai bentuk pengembangan produk yang ditujukan untuk mengaktifkan nasabah existing customer based yang loyal kepada perseroan dan untuk meningkatkan cross selling dan kegiatan transaksional. Sebelumnya hanya BNI Syariah yang satu-satunya bank syariah yang masuk ke dalam bisnis kartu yakni hasnah card. BNI Syariah pun kerap pesimis terhadap bisnis ini mengingat tahun ini perseroan hanya menetapkan target penambahan kartu yang moderat yakni sebesar kartu. Dinno Indiano, Direktur Utama BNI Syariah, mengatakan perseroan menghadapi tantangan berat tahun depan seiring dengan kebijakan pembatasan kartu oleh BI. Menurutnya, Bank Indonesia seharusnya memberikan keberpihakan pada bank syariah mengingat segmentasi kartu bank syariah masih cenderung rendah. J Mahameru, Kepala Divisi Kartu BNI Syariah, mengatakan pihaknya akan menyasar segmen nasabah yang sering

12 berpergian ke luar negeri, hal ini didukung oleh kerjasama perseroan dengan perusahaan penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia melalui program promosi bersama untuk cicilan paket umrah dengan menggunakan kartu hasanah debit maupun kartu pembiayaan hasanah card. Selain itu, strategi lainnya yang akan dilakukan oleh perseroan adalah dengan meningkatkan limit kartu pada musim liburan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 24) Wapres Jusuf Kalla Minta Bunga Kredit Turun Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia meminta perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit yang kian tinggi. Tingginya suku bunga perbankan akan membuat daya saing industri keuangan Indonesia rendah dibandingkan negara lain, apalagi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Selain itu, bunga yang tinggi akan mempersulit masyarakat dan perusahaan yang membutuhkan modal kerja. Sementara itu, Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengatakan pihaknya tidak dapat mengeluarkan regulasi untuk membatasi suku bunga kredit, namun mengharuskan pelaku perbankan untuk melakukan efisiensi. Selain itu, dalam meningkatkan efisiensi OJK tengah berupaya untuk melakukan konsolidasi perbankan. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengungkapkan tingginya suku bunga perbankan dipengaruhi oleh sejumlah faktor baik faktor eksternal maupun faktor internal. Tingginya tingkat inflasi di Indonesia mendorong regulator untuk meningkatkan suku bunga acuan. Selain itu, ekspektasi terhadap tingkat pengembalian dana pada produk perbankan kian tinggi sehingga meningkatkan biaya dana, apabila biaya dana dapat ditekan maka suku bunga kredit pun dapat menurun. Sementara itu, Syarkawi Rauf, Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta OJK dalam membuat roadmap untuk menurunkan suku bunga perbankan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 24) Banking Hitung Ulang Biaya Kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong sejumlah perbankan untuk menghitung kembali target dan rencana bisnis bank (RBB). Tri Joko Prihanto, Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada penyaluran kredit perbankan dan pada akhirnya akan berdampak pada rasio kredit macet (NPL) jika perbankan tidak berhati-hati. Walaupun begitu, perbankan telah mengantisipasi dampak kenaikan harga ini dalam RBB dan pengaruhnya tidak akan signifikan terhadap kinerja perbankan. Jahja Setiaamadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan meningkatkan resiko inflasi, sehingga suku bunga acuan harus meningkat,

13 begitupula dengan suku bunga perbankan. Walaupun bepengatruh negatif terhadap daya beli masyarakat namun akan memperkuat APBN. Berdasarkan data Bank Indonesia, suku bunga menunjukkan tren yang meningkat. Suku bunga deposito naik 18 basis poin ke 8,48% pada September 2014, sementara suku bunga kredit meningkat 11 bps ke 12,87%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 19 November 2014, 24) Kamis, 20 November 2014 Akses Semakin Terbuka OJK menerbitkan layanan keuangan nirkantor yakni layanan keuangan melalui agen yang berlaku pada tanggal 1 januari Layanan ini dilakukan untuk memperluas akses masyarakat. Regulasi ini tertuang dalam peraturan OJK Nomor 19/POJK.03/2014 mengenai Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif. Lembaga keuangan yang dapat mengajukan permohonan layanan keuangan nirkantor adalah bank, perusahaan, asuransi, asuransi syariah serta lembaga jasa keuangan lainnya. Layanan dasar perbankan yang dapat diakses masyarakat antara lain tabungan, kredit mikro, asuransi mikro, dan produk lainnya yang disetujui OJK. Rekening tabungan nirkantor hanya boleh dimiliki oleh masyarakat yang belum mempunyai rekening. Adapun saldo maksimal Rp 20 Juta dan bagi hasil mulai dari Rp 1. Selain tabungan, masyarakat juga dapat mengajukan kredit mikro, khususnya untuk kegiatan usaha yang produktif. Adapun nasabah harus memiliki rekening maksimal 6 bulan baru dapat mengajukan pinjaman, namun kepemilikan kurang dari 6 bulan juga dapat diberikan pinjaman apabila disetujui oleh bank dan bank yakin akan kegiatan usaha nasabah. Layanan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk menabung. Selain itu, layanan ini merupakan potensi DPK bagi perbankan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) September 2014, DPK perbankan meningkat 12,84%, sementara kredit meningkat 12,86%. Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk akan memulai segera layanan ini melalui 450 agen. (Sumber: Kompas, 20 November 2014, 20) Paket November Buka Akses Finansial Muliaman D. Hadad mengatakan serangkaian aturan yang diistilahkan paket November dilakukan untuk memperdalam pasar keuangan serta memperkuat fungsi pengaturan dan pengawasan oleh regulator. Terkait industri perbankan, pengaturan ini menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnis perbankan. Lima dari enam beleid sektor perbankan mengatur agar bank semakin memperkuat kapasitas internal. Aturan-aturan tersebut antara lain penerapan tata kelola terintegrasi dan manajemen resiko bagi

14 konglomerasi keuangan, penilaian kualitas asset dan kewajiban penyertaan modal minimum bagi perbankan syariah, peningkatan modal BPR dan mendorong pendalaman pasar keuangan melalui layanan keuangan tanpa kantor (laku pandai). Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan konglomerasi keuangan di industri keuangan mendapatkan porsi penting dalam rencana pengawasan dan pengaturan oleh regulator. Dalam pelaksanaanya, setiap induk konglomerasi diwajibkan menunjuk direktur yang membawahi fungsi pengawasan terintegrasi, membentuk komite manajemen resiko terintegrasi berikut satuan kerja yang melakusanakan fungsi tersebut. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk mengaku siap melakusanakan aturan tersebut. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 November 2014, 3) Giliran OJK Minta Bank Tahan Bunga Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengharapkan kenaikan BI Rate tidak memicu perbankan dalam menaikkan suku bunga deposito kembali. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, mengatakan pihaknya tidak serta merta menyesuaikan suku bunga simpanan, terutama deposito karena ingin melihat terlebih dahulu dampak dari kenaikan harga bahan bakar terhadap inflasi dan ketersediaan DPK. Likuiditas BCA pun dinilai cukup dengan LDR yang mencapai 75,9%. Selain itu, pihaknya juga memantau pergerakan dana deposito. Apabila terdapat tendensi menurun, pihaknya akan menaikkan suku bunga depostio agar dana tertarik kembali. Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Permata Tbk. Roy Arman Arfandi, Plt Direktur Utama Bank Permata mengatakan pihaknya ingin melihat perkembangan pasar terlebih dahulu. Sementara itu, Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan PT BRI Tbk mengatakan tidak menutup kemungkinan perseroan akan menaikkan suku bunga yang tinggi diatas aturan OJK. Kenaikan ini akan mendorong besarnya cost of fund, sehingga perlu menaikkan suku bunga kredit. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 November 2014, 24) Insentif Kredit UMKM Disiapkan Bank Indonesia mempersiapkan kebijakan makroprudensial untuk meningkatkan penyaluran dana ke sektor UMKM. Agus Martowardojo meminta perbankan untuk mengurangi penyaluran kredit ke sektor yang tidak produktif. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia, pihaknya berpaya untuk mendorong perbankan agar menyalurkan dana ke sektor produktif, seperti UMKM dengan memberikan insentif. Menurutnya apabila perbankan telah melakukan penyaluran ke UMKM dengan pangsa pasar tertentu terhadap total outstanding perbankan, Bank Indonesia akan memberikan jasa giro kepada perbankan tersebut. Adapun saat ini

15 rencana tersebut masih dalam tahap pengkajian. Berdasarkan PBI Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan UMKM minimal 20% yang dilakukan secara bertahap. Pada 2015, bank harus menyalurkan kredit ke sektor UMKM sebesar 5% dari total kredit dan semakin meningkat pada 10%, 15% dan 20% pada tahun 2016, 2017 dan Adapun jumlah penyaluran kredit UMKM pada September Rp 655,62 triliun, tumbuh 11,24%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 November 2014, 24) Jumat, 21 November 2014 Bank Mengerem Kredit Kendaraan Bermotor OJK mencatat Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) telah mengalami perlambatan sejak triwulan II Berdasarkan data dari OJK, hingga kuartal III 2014, KKB mencatat Rp 121,09 triliun, meningkat 14,79% (year on year/yoy). Kondisi ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 17,63% (yoy). PT Bank CIMB Niaga Tbk mengatakan pihaknya tidak akan menargetkan KKB yang tinggi, yakni hanya 10%. Hal ini dilakukan sebagai respon atas kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk mencapai target tersebut pihaknya akan menurunkan suku bunga kredit, walaupun BI trlah menaikkan BI Rate. Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Danamon Tbk. Pihaknya melalui anak perusahaannya, Adira Finance, menargetkan pertumbuhan pembiayaan kendaraan hanya sebesar 3%. Selain KKB, secara umum perseroan juga menargetkan pertumbuhan kredit konsumer yang lebih rendah. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan menurunkan permintaan KKB. Namun dampaknya hanya selama 3-6 bulan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 November 2014, 19) BI Kembangkan Prinsipal Domestik Direktur Kebijakan dan Perizinan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Farida Peranginangin mengatakan saat ini Bank Indonesia tengah membangun infrastruktur pembayaran ritel domestik dan akan dirilis pada tahun depan. Setelah dirilis nantinya sistem pembayaran tersebut akan dialihkan pada lembaga yang berbasiskan profit. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi peran principal asing dalam sistem pembayaran domestik. Steve Marta, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) mengatakan wacana ini telah direncanakan sejak 3 tahun lalu. Walaupun begitu, dengan adanya infrastruktur ini maka akan tercipta efisiensi biaya dan akan memperluas jangkauan domestik. Upaya ini akan berdampak pada penciptaan National Payment Strategy System (NPSS). Hampir semua penyebaran kartu

16 domestik menggunakan principal asing. Santoso, Senior General Manager Head of Consumer Card PT BCA Tbk mengatakan saat ini pihaknya bekerjasama dengan American Express. Potensi transaksi American Express sangat besar mengingat 5-10% transaksi di Indonesia telah menggunakan kartu. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 November 2014, 20) J Trust Co, Ltd. Bayar Tunai Rp 4,41 Triliun J Trust Co, Ltd secara resmi menjadi pemegang 99% saham PT Bank Mutiara Tbk setelah membayar Rp 4,41 triliun. J Trust pun berkomitmen menambah modal untuk memperkuat Bank Mutiara. Kartika Wirdjoatmodjo, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mrngatakan nilai penjualan sebesar Rp 4,41 trilium merupakan prestasi, pasalnya tidak banyak penjualan bank yang mengalami penyehamatan dapat mencapai 50% dari penyertaan modal sementara sebesar Rp 8,2 triliun. Sebesar 0,996% saham Bank Mutiara masih dimiliki oleh LPS. Sisa tersebut akan dijual selama 2 bulan kedepan kepada pihak yang ditunjuk oleh J Trust. Dengan terjualnya Bank Mutiara, total aset LPS menjadi sekitar Rp 50 triliun, Nobiru Adachi, Representatif Director & Senior Managing Director J Trust Co. Ltd mengatakan pihaknya akan mengembangkan Bank Mutiara dengan menyasar segmen ritel, mikro dan small medium enterprises (SME). J Trust menilai potensi bisnis perbankan sangat besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mewajibkan J Trust untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) menjadi di atas 14% dalam waktu 3 tahun kedepan. Selain itu, pihaknya juga meminta agar J Trust tidak menjual Bank Mutiara dalam 10 tahun kedepan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 November 2014, 20) ***

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Senin, 12 Januari 2015 Pendatang Baru Kian Ekspansif Sejumlah bank pendatang baru di segmen mikro tengah aktif berekpansi menyalurkan kredit. Salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Senin, 26 Januari 2015 BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat sebagai upaya untuk menjaga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Bank Danamon Laporan Tahunan 2006 18 Laporan Direktur Utama Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Di tahun 2006 Bank Danamon memperingati ulang tahunnya yang ke-50 dan menjadi lebih kuat pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan III 2017 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 29 September 2017 30 Juni 2017 29 September

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. Posisi Laporan : Triwulan IV - 2016 NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Laporan Direktur Utama

Laporan Direktur Utama 22 PT Bank Danamon Indonesia Tbk Laporan Tahunan 2008 Laporan Utama Pemegang Saham yang Terhormat, Tahun 2008 merupakan periode dengan banyak peristiwa yang menggoncangkan fondasi sektor keuangan global

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 18) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Senin, 5 Januari 2015 Kredit Melemah hingga Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan kredit cenderung melambat seiring dengan perlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam

Lebih terperinci

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat sepanjang tahun 2011 telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan terus meningkat sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV (1) (2) (3) (4) Bank Secara Individual

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Perekonomial global pada tahun 2015 secara umum mengalami perlambatan. Perekonomian negara negara besar yang melambat, seperti Tiongkok, AS, dan negara-negara

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017) MAKROEKONOMI BI: IMF WBG ANNUAL MEETINGS 2018 MOMENTUM EKONOMI RI Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai terpilihnya Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai LAPORAN PERHITUNGAN Posisi Laporan : Triwulan I 2018 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 31 Maret 2018 30 Desember 2017 31 Maret 2018 30 Desember 2017 Nilai Nilai Nilai Jumlah

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dunia akhir-akhir ini berpengaruh terhadap melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial Crisis tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian LAPORAN POSISI KEUANGAN BCA membukukan posisi keuangan yang solid, didukung oleh posisi permodalan dan likuiditas

Lebih terperinci

Margin Tebal Topang Laba

Margin Tebal Topang Laba PERBANKAN Senin, 21 November 2016 23 PERBANYAK JUMLAH ATM KREDIT BERMASALAH NPL Bakal Terus Menyusut JAKARTA Seiring dengan proyeksi perbaikan pertumbuhan kredit pada tahun depan, kenaikan rasio kredit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (24 November 28 November 2014)

Banking Weekly Hotlist (24 November 28 November 2014) Banking Weekly Hotlist (24 November 28 November 2014) Senin, 24 November 2014 Sejumlah Bank Tahan Kenaikan Bunga Kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 7,75% tidak lantas mendorong kenaikan suku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

Bank Umum dan Bank Sentral

Bank Umum dan Bank Sentral Bank Umum dan Bank Sentral Peran Ban dalam Perekonomian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penring dalam penyediaan likuiditas keuangan dalam perekonomian Bank dapat berperan dalam

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. Posisi Laporan : Triwulan I - 2017 NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan I 2017 No. Komponen Jumlah data Poin yang 1 digunakan dalam perhitungan LCR HIGH QUALITY LIQUID ASSET (HQLA) Total High

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci