II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi yang ternyata sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi. Suatu kehidupan baru akan terjadi dalam rahim seorang ibu setelah adanya konsepsi. Faktor gizi banyak berperan dalam perkembangan kehidupan baru ini. Pada awal kehamilan, di rahim ibu dibentuklah plasenta, kantong amnion dan tali pusar. Dalam plasenta, yang terdiri dari jaringan berpori halus, terdapat pembuluh darah ibu dan janin yang berdampingan (Atmatsier, et al 2011). Ibu hamil membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna menopang pertumbuhan dan kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan yang berjarak kurang dari setahun kehamilan sebelumnya akan menguras cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat dilindungi namun kesehatan ibu dapat menurun (Atmatsier, et al 2011). Banyak perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan. Volume darah bertambah; ukuran dan kekuatan rahim bertambah; otot-otot lebih fleksibel dalam mempersiapkan kelahiran; kaki membengkak akibat meningkatnya konsentrasi hormon estrogen yang diperlukan untuk menahan air dan membantu mempersiapkan rahim untuk persalinan; payudara membesar dan berubah guna mempersiapkan penyediaan ASI. Sementara itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam tubuh ibu. Perubahan-perubahan ini perlu disertai dengan bantuan makanan bergizi, aktivitas fisik secara teratur dan cukup istirahat. Kebutuhan energi ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuh-kembang janin dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik. Jumlah energi yang dibutuhkan bervariasi dan berbeda untuk setiap ibu hamil. AKG 2004 menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak 180 kkal di atas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara tahun berkisar antara kkal/hari (Atmatsier, et al 2011).

2 6 Asam lemak esensial tak jenuh jamak harus dikonsumsi dari makanan karena asam lemak esensial tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam lemak esensial utama adalah asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat. Turunan dari asam lemak linoleat adalah asam lemak arakidonat sedangkan turunan dari asam lemak linolenat adalah asam eikosapentaenoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Suplai asam lemak tidak jenuh jamak kepada janin tergantung pada status asam lemak tidak jenuh jamak ibu hamil, yang menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Status DHA neonatal berkaitan dengan lingkar kepala, panjang dan berat bayi yang baru lahir (Bowman dan Russell 2001). Protein diperlukan untuk membentuk otot, rahim, payudara, suplai darah dan jaringan pada bayi. Asupan protein yang rendah menyebabkan berat badan bayi lebih rendah dibandingkan dengan berat badan bayi rata-rata umumnya. Kebutuhan protein ibu hamil bertambah sebanyak 17 gram tiap trimester, sehingga menjadi 67 gram per hari (Foster 2009). Zat Gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein adalah vitamin-vitamin B, yaitu thiamin, riboflavin dan piridoksin. Kebutuhan akan vitamin-vitamin ini sedikit meningkat dengan meningkatnya kebutuhan energi dan protein. Dengan demikian kecukupan sehari ibu hamil akan thiamin menjadi 1,3 mg, riboflavin 1,4 mg, niasin 18,0 mg dan piridoksin 1,7 mg. Selama kehamilan terjadi pembentukan sel-sel yang luar biasa banyaknya, disertai penambahan volume darah. Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan asam folat, kobalamin, besi dan seng memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran yang amat penting dalam sintesis DNA, RNA dan sel-sel baru. Kebutuhan asam folat ibu hamil sehari adalah 600 mcg (meningkat 50%). Kebutuhan kobalamin ibu hamil dalam sehari adalah 2,6 mcg. Kebutuhan besi ibu hamil per hari adalah 26 mg pada trimester I (tidak ada peningkatan), 35 mg pada trimester II dan 39 mg pada trimester III. Sedangkan kebutuhan seng ibu hamil dalam sehari adalah 10,5-15,2 mg pada trimester I, 13,5-18,2 mg pada trimester II dan 19,5-24,2 mg pada trimester III (Atmatsier, et al 2011). Kebutuhan vitamin D serta mineral-mineral pembentuk tulang berupa kalsium dan magnesium meningkat selama kehamilan. Kekurangan akan zat-zat gizi ini menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Kebutuhan mineral pembentuk tulang lain berupa fosfor dan fluor tidak meningkat selama

3 7 kehamilan. Vitamin D memegang peranan penting dalam absorpsi dan utilisasi kalsium. Dengan demikian, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan riketsia pada janin dan osteomalasia pada ibu. Konsumsi kalsium yang cukup selama kehamilan diperlukan untuk memelihara keutuhan tulang ibu dan memasok kalsium untuk pertumbuhan tulang janin. Kebutuhan kalsium ibu hamil rata-rata dalam sehari adalah 950 mg dan kebutuhan magnesium ibu hamil mencapai mg dalam sehari (Atmatsier, et al 2011). Kebutuhan zat-zat gizi lain seperti vitamin A dan C serta mineral yodium, selenium dan mangan meningkat selama kehamilan. Vitamin A memegang peranan penting dalam reproduksi, sistem imun dan diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin A meningkat selama kehamilan, yaitu 300 RE untuk tiap trimester hingga mencapai 800 RE. Kebutuhan vitamin C sedikit meningkat selama kehamilan, yaitu sebanyak 10 mg untuk tiap trimester. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang diperlukan untuk mencegah infeksi. Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Yodium merupakan bagian dari hormon tiroid yang mengatur reaksi biokimia, termasuk metabolisme energi, sintesis protein dan aktivitas enzim. Hormon tiroid memegang peranan penting dalam pembentukan myelin sistem syaraf pusat yang paling aktif terjadi pada masa bayi selama dalam kandungan. Angka kecukupan Yodium ibu hamil meningkat sebanyak 50 mcg. Selenium di dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase sebagai antioksidan. Selain itu selenium bekerja sama dengan enzim yang mengubah hormon tiroid ke dalam bentuk aktifnya, yang berperan dalam metabolisme energi. Angka kecukupan selenium meningkat sebanyak 5 mcg per hari. Mangan dalam jumlah kecil terutama terdapat dalam tulang dan organ tubuh yang aktif secara metabolik, seperti hati, ginjal dan pankreas. Mangan bertindak sebagai kofaktor berbagai enzim yang mengatur berbagai proses metabolisme. Angka kecukupan mangan ibu hamil meningkat sebanyak 0,2 mg per hari (Atmatsier, et al 2011). Setelah melahirkan, para ibu memiliki kebutuhan energi dan gizi yang lebih banyak dari sebelum ibu melahirkan. Karena sang ibu memiliki kewajiban memberikan ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan pertama pasca kelahiran, demi meningkatkan kekebalan tubuh dan pemenuhan protein utama pada bayi. Selain menyusui, ibu juga mengalami masa nifas selama 6 minggu sampai 3 bulan pasca melahirkan. Nifas adalah keluarnya darah dari rahim ibu hamil setelah atau bersamaan dengan proses kelahiran bayi. Darah nifas ini

4 8 keluar disebabkan adanya pemulihan organ genetalia agar berfungsi normal seperti masa sebelum hamil dan melahirkan. Untuk itu para ibu memerlukan gizi dan nutrisi yang sangat menunjang bagi pemulihan organ genetalia ini dan proses menyusui bayi dengan ASI eksklusif. Status gizi ibu yang kurang ketika menyusui tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI, kecuali pada volumenya, meskipun kadar vitamin dan mineralnya lebih rendah. Lain halnya dengan kondisi malnutrisi ekstrim yang berkepanjangan, kuantitas dan kualitas ASI dapat berpengaruh. Kondisi ini dimungkinkan karena produksi ASI bukan proses yang terjadi sesaat tetapi merupakan proses yang sudah dimulai sejak kehamilan, sehingga gizi pada masa kehamilan pun turut berpengaruh, dengan demikian kekurangan gizi pada masa menyusui tidaklah terlalu mengkhawatirkan jika gizi pada waktu hamil tercukupi (Sulistyoningsih 2011). Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan selama kehamilan. Pemberian ASI yang berhasil akan disertai dengan menurunnya berat badan ibu secara berangsur selama enam bulan sesudah melahirkan. Selama hamil sebagian besar ibu dapat menyimpan sebanyak 2-4 kg lemak pada tubuh. Waktu menyusui, sebagian lemak ini dapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan tambahan energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI. Diperkirakan simpanan lemak ini dapat menyediakan sebanyak kkal/hari selama tiga bulan pertama menyusui. Jumlah ini hanya merupakan sebagian dari energi yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI. Sisa kebutuhan energi ini harus didatangkan dari makanan sehari-hari. Tambahan energi sehari yang dibutuhkan ibu menyusui berupa angka kecukupan energi sehari untuk enam bulan pertama adalah 500 kkal, sedangkan untuk enam bulan kedua adalah 550 kkal (Atmatsier, et al 2011). Angka kecukupan protein berupa tambahan protein untuk enam bulan pertama dan enam bulan kedua menyusui adalah sebanyak 17 gram/hari. Tambahan ini diperlukan untuk produksi ASI. Pada umumnya kekurangan asupan zat gizi berpengaruh terhadap volume ASI yang diproduksi, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutunya. Mutu ASI dalam hal ini dapat dipertahankan dengan mengambil zat-zat gizi tersebut dari persediaan ibu. Contohnya kalsium; asupan kalsium ibu tidak berpengaruh terhadap nilai kalsium ASI. Kekurangan kalsium ini diambil dari persediaan kalsium ibu dalam tulang. Dengan demikian densitas tulang ibu dapat berkurang.

5 9 Agar tidak merugikan ibu, sebaiknya zat-zat gizi termasuk vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk produksi ASI diperoleh dari makanan ibu (Almatsier, et al 2011). B. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Tahapan pengembangan SNI yakni perencanaan yang dituangkan dalam Program Nasional Perumusan Standar (PNPS); proses perumusan, terdiri dari drafting, rapat teknis dan rapat konsensus; jajak pendapat dan pemungutan suara; penetapan SNI; serta pemeliharaan SNI, terdiri dari kaji ulang dan tindak lanjut kaji ulang (revisi, abolisi atau tetap) (BSN 2005). Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan adalah (1) transparansi dan keterbukaan; (2) konsensus dan tidak memihak; (3) efektif dan relevan; (4) koheren; (5) dimensi pengembangan. Perumusan SNI tidak dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan yang berkelebihan dan sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang telah ada sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan, geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik lainnnya. Proses perumusan SNI dilaksanakan melalui tahapan yan terdapat pada Gambar 1 (BSN 2005). Indonesia adalah salah satu negara yang sudah memiliki Standar Nasional untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yaitu SNI Standar ini memuat uraian tentang definisi minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui, yaitu produk berbentuk bubuk maupun cair, khusus untuk ibu hamil dan atau ibu menyusui, mengandung energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang diperhitungkan berdasarkan tambahan kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk kelompok tersebut dengan atau tanpa penambahan komponen bioaktif dan atau bahan tambahan pangan yang diizinkan (BSN 2005). SNI ini secara detail memuat standar komposisi dan syarat mutu, cara uji dan pengambilan contoh, pengemasan dan pelabelan produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Syarat mutu kandungan gizi minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui ditetapkan supaya dapat memenuhi kebutuhan

6 10 Keterangan : S : Setuju MASTAN : Masyarakat standar TS : Tidak Setuju RSNI : Rancangan Standar Nasional Indonesia RASNI : Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia Gambar 1 Tahapan perumusan SNI tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan zat gizi terdiri dari zat gizi makro, vitamin dan mineral yang wajib ditambahkan serta mineral yang dapat ditambahkan. Vitamin yang wajib ditambahkan terdiri dari vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12 dan vitamin C sedangkan mineral yang wajib ditambahkan terdiri dari kalsium, besi dan seng. Persyaratan mutu pada SNI ini dibagi menjadi 2

7 11 bagian, yaitu untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui. Rincian persyaratan kandungan zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1 (BSN 2005). Tabel 1 Persyaratan mutu SNI tentang minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui terkait dengan kandungan gizi (BSN 2005) No Syarat Mutu Satuan SNI Produk berbentuk Bubuk (per 100 g) Ibu Hamil Produk Berbentuk Cair (per 100 ml) Produk berbentuk Bubuk (per 100 g) Ibu Menyusui Produk Berbentuk Cair (per 100 ml) 1. Energi Kkal Min. 370 Min 65 Min. 400 Min Protein g ,2-4, , Lemak g Min. 3,5 Min. 0,6 Min. 7 Min. 1,2 4. Karbohidrat g Maks. 65 Maks. 11,4 Maks. 65 Maks. 11,4 5. Vitamin A mcg/ RE 6. Vitamin B1 mg 0,5-1,0 0,1-0,2 0,3-1,0 0,1-0,2 7. Vitamin B2 mg 0,5-1,1 0,1-0,2 0,4-1,1 0,1-0,2 8. Vitamin B3 mg ,1-2, ,5-2,5 9. Vitamin B6 mg 0,6-1,3 0,1-0,2 0,5-1,3 0,1-0,2 10. Vitamin B9 mcg Vitamin B12 mcg 0,3-2,4 0,1-0,4 0,4-2,4 0,1-0,4 11. Vitamin C mg ,5-13, Kalsium mg , Besi mg Min. 10 Min. 1,8 Min.6 Min. 1, Seng mg Min. 5 Min. 0,9 Min. 4,6 Min. 0,8 16. Magnesium mg , Mangan mg 0,3-1,8 0,1-0,3 0,8-1,8 0,14-0, Iodium mcg ,75-26, Selenium mcg ,2-5, ,88-5, Fluor mg 0,3-2,5 0,1-0,4 0,2-2,5 0,04-0,44 C. Label Pangan dan Informasi Nilai Gizi (ING) Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan terdiri dari dua bagian yaitu bagian utama dan bagian informasi. Bagian utama label adalah bagian dari label yang memuat keterangan penting untuk diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label harus ditempatkan pada sisi

8 12 kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label setidaknya memuat keterangan mengenai : (1) nama produk, (2) berat bersih, (3) nama produsen dan (4) nomor pendaftaran. Sedangkan pada bagian informasi memuat pernyataan atau keterangan mengenai : (1) daftar bahan atau komposisi, (2) informasi nilai gizi, (3) tanggal kedaluwarsa, (4) petunjuk penyimpanan, (5) petunjuk penggunaan dan (6) kode produksi (Pemerintah RI 1999). Pangan olahan untuk konsumsi oleh kelompok tertentu seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut, maka pada label pangan olahan tersebut wajib mencantumkan informasi nilai gizi. Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel. Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999). Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman kandungan gizi pada label yang tertuang pada Pasal 32 bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut

9 13 wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut. Pedoman tersebut mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain (BPOM 2005) Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK dapat dilihat pada Tabel 2. Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi

10 14 bagi orang sehat, agar tercegah dari kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi. Kekurangan asupan gizi akan menyebabkan terjadinya defisiensi atau penyakit kurang gizi dan kelebihan akan menyebabkan terjadinya efek samping. Pada keadaan ekstrim kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian (IOM, 2002 dalam Muhilal & Hardinsyah 2004). Angka Kecukupan Gizi (AKG) ditetapkan berdasarkan kajian dan kesepakatan pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian kebutuhan gizi. oleh karena itu ketersediaan data hasil penelitian kebutuhan gizi diperlukan sebagai basis mengestimasi AKG (Muhilal & Hardinsyah 2004). Tabel 2 Acuan label gizi produk pangan (BPOM 2007) No Zat Gizi Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen Satuan Umum Bayi 0-6 bulan Anak 7-23 bulan Anak 2-5 tahun Ibu hamil Ibu menyusui 1. Energi kal Lemak total g Lemak jenuh g Kolesterol mg < <300 < Asam linoleat g Protein g Karbohidrat total g Serat makanan g Vitamin A*) RE Setara karoten mcg total*) Setara beta mcg karoten*) 10. Vitamin D mcg Vitamin E mg Vitamin K mcg Thiamin mg 1,0 0,3 0,5 0,7 1,3 1,3 14. Riboflavin mg 1,2 0,3 0,5 0,6 1,4 1,5 15. Niasin mg Asam folat mcg Asam mg 7 1,4 2,0 3,0 7 7 pantotenat 18. Piridoksin mg 1,3 0,1 0,4 0,6 1,7 1,8 19. Vitamin B12 mcg 2,4 0,4 0,6 1,0 2,6 2,8 20. Vitamin C mg Kalium mg Natrium mg < < Kalsium mg Fosfor mg Magnesium mg Besi mg 26 0, Yodium mcg Seng mg 12 5,5 8 9,4 14,7 13,9 29. Selenium mcg Mangan mg 2 0,003 0,8 1,4 2 2,6 31. Flour mg 2,5 0,01 0,6 0,8 2,7 2,7 Tahun 1997 International Life Sciences Institute (ILSI) South East Asia Region bersama FAO mengambil prakarsa mendiskusikan harmonisasi AKG

11 15 bagi Asia Tenggara melalui regional workshop. Regional workshop menyepakati tentang definisi, kegunaan, cakupan zat gizi, pengelompokan umur, penetapan ukuran tubuh dan basis perhitungan AKG. AKG digunakan untuk penilaian konsumsi pangan dan gizi penduduk; untuk penilaian risiko ketidakcukupan pangan; basis perencanaan menu, suplementasi dan pendidikan gizi; basis label dan pengembangan produk pangan serta regulasi pangan; dan penilaian dan perencanaan penyediaan dan produksi pangan (Muhilal & Hardinsyah 2004). D. Persepsi Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memliki hak penuh dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini tentunya akan dipengaruhi oleh pihak pemasar atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus terhadap konsumen tersebut. Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh persepsi konsumen dan oleh karena itu pihak pemasar harus dapat memahami persepsi konsumen terhadap produk. Perbedaan dalam persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya. Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat bermanfaat bagi pemasar karena persepsi konsumen dapat dijadikan dasar dalam melakukan market segmentation. Selain persepsi konsumen, dalam merancang strategi pemasaran, perusahaan juga harus mempelajari keinginan, sikap dan perilaku konsumen. Perusahaan-perusahaan sudah tentu berkeinginan untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam perilaku konsumen yang menyebabkan semakin membaiknya persepsi konsumen terhadap merek-merek tertentu yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Engel et al. 1994). Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi diartikan sebagai proses pemaparan individu untuk menerima, memperhatikan serta memahami informasi. Sedangkan, menurut Kotler (2001), persepsi merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi untuk memaknai sesuatu. Mowen dan Minor (2002), mengemukakan bahwa persepsi akan memiliki hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan,

12 16 memori, persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya, persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya dan pada tahap perhatian konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Pada tahap pemahaman, konsumen akan menyusun dan menerjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut. Tahap keempat dari pengolahan informasi adalah penerimaan. Setelah konsumen melihat stimulus, memperhatikan, dan memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut. Inilah yang disebut sebagai persepsi konsumen terhadap objek tersebut. Persepsi konsumen tersebut merupakan output dari penerimaan konsumen terhadap stimulus. Pengolahan informasi memiliki lima tahap yang terdiri atas tahapan-tahapan Pemaparan Perhatian Pemahaman Penerimaan Gambar 2 Proses terbentuknya persepsi (Mowen dan Minor 2002)

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 BAB III ACUAN LABEL GIZI Jika kita membeli produk makanan atau minuman di supermarket, seringkali Informasi Nilai Gizi yang tercetak pada kemasan

Lebih terperinci

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG NOMOR:HK.00.05.5.1142 TENTANG ACUAN PENCANTUMAN PERSENTASE ANGKA KECUKUPAN GIZI PADA LABEL PRODUK PANGAN RI, Menimbang : a. bahwa pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.52.6291 TENTANG KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. bahwa

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. 2.1 Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

INFORMASI NILAI GIZI

INFORMASI NILAI GIZI Format Informasi Nilai Gizi untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji. (URT) ( g) Jumlah Sajian per Kemasan :. JUMLAH PER SAJIAN Sereal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Q1 Apakah iklan pangan yang dievaluasi menggunakan kata-kata

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI BERDASARKAN STUDI LITERATUR Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai empat jenis produk yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

Grup I- Label Pangan

Grup I- Label Pangan Grup I- Label Pangan Label produk pangan adalah setiap keterangan mengenai produk pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

Lebih terperinci

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9.1 Ketentuan tentang pencantuman vitamin, mineral dan zat gizi lain mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut. 8.9.2

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) untuk balita dengan berat badan di bawah standart dalam bentuk

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK ELIN HERLINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Produk Minuman Khusus Ibu Hamil dan/atau Ibu Menyusui Masa Kehamilan dan masa menyusui merupakan masa khusus dimana ibu dapat mengalami kondisi khusus berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin

TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin 4 TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin Awal terjadinya kehamilan yang dialami seorang wanita diawali dengan adanya konsepsi. Pada tahap ini faktor gizi sangat berperan penting untuk

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk. 7 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mata Kuliah (Pilihan): Ilmu Gizi 2 SKS STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Kompetensi

Lebih terperinci

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.09909 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN KLAIM DALAM LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT 1. Asam

Lebih terperinci

Lantin sulistyorini, Erti Ikhtiarini Program studi Ilmu Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan

Lantin sulistyorini, Erti Ikhtiarini Program studi Ilmu Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan KULIAH KERJA NYATA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN-PPM) GERAKAN SAYANG IBU DAN BAYI (GeSIB) SEBAGAI SOLUSI MASALAH KURANG ENERGI KALORI (KEK) PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER Lantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK DAN JASA

BAB 2 PRODUK DAN JASA BAB 2 PRODUK DAN JASA Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk ataupun jasa. Sebuah produk adalah segala sesuatu yang dapat di tawarkan kepada konsumen untuk memuaskan kebutuhan dan

Lebih terperinci

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc Tujuan Pembelajaran Mengetahui ruang lingkup gizi Mengetahui hubungan gizi dengan kesehatan Mengetahui Pengelompokan

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Produk Susu untuk Batita (1-3 Tahun) Merek Dancow Batita Nama/NRP : Pagitta Puteri Fabiola/A103043

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak v Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak Speaker: dr. FALLA ADINDA BIOGRAFI dr. Fala Adinda Pringgayuda Dokter Laktasi sertifikasi SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) Head consultant doctor PT Pathlab Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kurang gizi dan gizi buruk merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Data tahun 2007 memperlihatkan

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Bahan Makanan Dinsosnakertrans Kab. Nganjuk Semula : BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN LEMBAR DATA PEMILIHAN A. LINGKUP PEKERJAAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Takaran Saji Minuman Komersial Minuman komersial yang digunakan sebagai sampel pada peneilitian ini merupakan minuman komersial yang pada awalnya merupakan minuman yang sesuai

Lebih terperinci

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1 TAKARAN SAJI Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1.1 Pengertian a. Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan untuk tubuh kita. Mineral bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus mendapatkannya dari luar tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : a. Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu, atau b. Zat gizi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes 1 GIZI BALITA dan ANAK 1-5 tahun Balita Dibedakan : * 1 3 tahun : Batita * 4 5 tahun : usia pra sekolah >5 thn- 9 tahun anak-anak Pertambahan tinggi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.710, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Minuman. Khusus. Ibu Hamil. Menyusui. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes PENDAHULUAN Bayi : Umur 0-12 bulan Bayi Cukup Bulan (Full term) Usia kehamilan Berat Badan Tinggi Badan : 270 290 hari : 2,7 3,2 kg : 48 50 cm 2. Bayi Prematur 3. Bayi BBLR Masa

Lebih terperinci

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi. 7.10 ZAT BESI 7.10.1 Ketentuan Zat besi wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN Pendahuluan Masa hamil: masa sangat penting Keadaan ibu dan janin terkait satu dengan yang lain Keadaan kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah menetapkan rencana aksi pembinaan gizi yang sangat erat kaitannya dengan status gizi masyarakat karena dengan status gizi yang baik akan menghasilkan manusia

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk zatzat

BAB I PENDAHULUAN. anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk zatzat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masa bayi dan balita merupakan masa paling baik untuk menerima asupan gizi, semakin baik asupan gizi yang diperoleh, maka semakin baik pula perkembangan fisik sang

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci