HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Takaran Saji Minuman Komersial Minuman komersial yang digunakan sebagai sampel pada peneilitian ini merupakan minuman komersial yang pada awalnya merupakan minuman yang sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan oleh Codex (FAO & WHO 2010). Menurut Codex kategori terbesar pada minuman komersial yaitu, susu, minuman non alkohol dan minuman beralkohol. Pada penelitian ini kategori yang diambil adalah minuman non alkohol serta susu. Hal ini di karenakan konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih terlihat pada minuman komersial tersebut (Santoso et al 2011). Minuman komersial dengan dua kategori tersebut kemudian terbagi lagi menjadi beberapa kategori minuman seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel tersebut menggambarkan beberapa kategori minuman komersial, jumlah sampel berdasarkan kategori minuman tersebut serta takaran saji yang digunakan pada penelitian ini. Komponen utama dalam tubuh manusia adalah air. Sebagai salah satu zat gizi mikro, air mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia, seperti pengangkutan, metabolisme dan sirkulasi zat gizi dan non gizi, kontraksi otot, pengendalian suhu tubuh, transmisi impuls saraf, pengaturan keseimbangan elektrolit, dan proses pembuangan zat tak berguna bagi tubuh. Namun, air sangat sering terlupakan sebagai zat gizi yang penting bagi tubuh. Kebutuhan tubuh akan air tidak dapat dipenuhi oleh tubuh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia perlu memenuhi kebutuhan airnya melalui asupan air yang cukup (Santoso et al 2011). Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan yang hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya pemenuhan air oleh tubuh berdampak buruk bagi kesehatan atau dapat meningkatkan resiko kejadian berbagai penyakit, seperti sembelit, kram, batu ginjal, infeksi saluran kemih. Konsumsi air yang kurang juga berdampak menurunkan stamina, produktivitas kerja dan meningkatkan risiko kecelakaan kerja (Santoso et al 2011). Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air yang berasal dari makanan adalah 28% dan dari minuman adalah 72% dengan sumber minuman tersebut berasal dari air putih (28%) dan minuman lainnya (44%). Penelitian di Amerika Serikat juga menunjukkan asupan air sebesar ml/hari, dengan rincian air putih 673 ml, susu 312 ml, teh dan

2 kopi 360 ml, dan minuman ringan 420 ml per hari. Asupan air dalam penelitian tersebut tidak termasuk air dari makanan. Hasil penelitian di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang utama adalah air putih (74%), kemudian diikuti dengan teh dan kopi (32%), serta minuman ringan (17%). Penelitian THIRST di Indonesia menunjukkan bahwa orang dewasa (71,3%) lebih menyukai air putih sebagai minuman utama setiap hari. Pilihan kesukaan lainnya adalah teh, kopi, jus dan susu bagi orang dewasa. Air putih yang dikonsumsi berasal dari air putih tanpa kemasan (36%) dan air putih kemasan (36%) (Santoso et al 2011). Tabel 3 Jumlah sampel berdasarkan kategori dan volume takaran saji Minuman Komersial yang di Analisis No Kategori Minuman Jumlah Takaran Saji ( Sampel Minimum Maksimum 1 Susu Cair Susu Bubuk Air Mineral Dalam Kemasan Jus Buah dan Sayur Cair Jus Buah dan Sayur Bubuk Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori Minuman Berasa berbasis Air Isotonik Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink Minuman Lain Teh Cair Minuman Lain Teh Bubuk Minuman Lain Kopi Bubuk Jumlah 248 Jenis minuman komersial yang dianalisis memiliki jumlah sampel berdasarkan kategori yang cukup beragam dan didominasi oleh jenis minuman kategori susu cair dan jus buah dan sayur cair, hal ini disebabkan oleh sampel pada kategori minuman tersebut memiliki jumlah sampel yang cukup banyak beredar. Takaran saji pada tiap jenis minuman juga bervariasi. Kategori air mineral memiliki takaran saji yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis minuman lainnya. Volume minimal takaran saji pada minuman komersial yaitu pada kategori susu cair. Sampel minuman komersial yang digunakan berasal dari pembelian yang dilakukan di beberapa swalayan terbesar di kota Bogor. Pada Tabel 3 selain takaran saji juga ada takaran saji dengan volume yang lebih besar pada minuman komersial yang terdapat di kota Bogor yang tidak di jadikan sampel dalam penelitian ini, salah satunya yaitu 1,5 L pada air mineral.

3 Pemeriksaan pada sampel dengan volume lebih dari 600 ml tidak dilakukan adalah dengan asumsi ph minuman komersial dengan volume tersebut memiliki ph yang sama dengan sampel yang memiliki volume yang lebih rendah dari 600 ml. Quality appearence menurut Patterand dan Hotchkiss 1995 adalah faktorfaktor yang mencakup ukuran, bentuk, keutuhan, bentuk lain dari kerusakan, kondisi permukaan yang masih baik, kelemahan, warna, dan konsistensi. Untuk produk minuman komersial, quality appearance ini akan dapat dilihat pada awalnya dari kondisi fisik kemasan minuman komersial yang dijual di pasaran. Kondisi fisik dari sampel minuman komersial yang digunakan sebagai sampel, telah dilakukan seleksi pada saat pembelian dilakukan berdasarkan quality appearance, hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kerusakan pada sampel minuman komersial yang dianalisis. Kandungan Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak Minuman Komersial Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan maupun minuman yang diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi, mengganti jaringan yang aus serta rusak, memproduksi substansi tertentu misalnya enzim, hormon dan anti bodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi kelompok makronutrien, yang terdiri atas protein, lemak serta karbohidrat. Kelompok mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral (Hartono 2006). Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan, karna adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, sehingga agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuh manusia tersebut (Kartasapoetra 2002). Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal. Apabila konsumsi energi melalui makanan telah terpenuhi dan kemudian di tambah dengan adanya kalori dari minuman akan mengakibatkan kelebihan energi pada seseorang. Jika hal ini maka kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier 2004). WHO menganjurkan kepada konsumen untuk membatasi konsumsi minuman berkalori agar energi dari penambahan gula (added sugar) tidak lebih dari 10% konsumsi energi total. Seorang remaja atau dewasa dengan kebutuhan

4 energi 2000 kkal akan memperoleh 20% energi dari penambahan gula bila mengkonsumsi dua gelas (kemasan) minuman komersial berkalori (Krebss-Smith 2001; Duffey & Pumpkin 2006; Barquera et al 2008) Kandungan Energi tertinggi pada sampel minuman komersial per 100 ml nya yang dianalisis terlihat pada minuman kategori susu bubuk dengan rata-rata 71 kkal/100 ml dengan nilai yang tidak jauh berbeda dengan kategori minuman berasa berbasis air energy drink yang memiliki nilai rata-rata 71 kkal/100 ml (Tabel 4). Tabel 4 Kandungan Energi Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD* (kkal/100 Median (kkal/ 100 Minimum (kkal/100 Maksimum (kkal/100 1 Susu Cair 69 ± Susu Bubuk 71 ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 49 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk 21 ± Minuman Berasa berbasis 24 ± Air Soda Berkalori 7 Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 0 ± Minuman Berasa berbasis Air Isotonik 24 ± Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 71 ± Minuman Lain Teh Cair 39 ± Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi Kategori minuman yang memiliki kandungan kalori terendah terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air soda non-kalori dengan rata-rata 0 kkal/100 ml. Konsumsi pada kategori minuman berasa berbasis air energy drink menurut penelitian Kurniawan (2000) juga menjadi sampel yang cukup banyak di konsumsi oleh konsumen yang berusia tahun. Konsumsi yang cukup tinggi dan juga kandungan energi pada kategori minuman berasa berbasis air energy drink diduga memiliki kontribusi energi yang cukup tinggi terhadap konsumen yang mengkonsumsi jenis minuman tersebut. Kandungan kalori yang terdapat pada kategori minuman susu bubuk juga dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti pada sampel. Data yang berasal dari penelitian Rachma (2009) juga menunjukkan tingginya frekuensi konsumsi sampel pada penelitian tersebut terhadap kategori susu bubuk. Hal ini diduga dapat menjadi salah satu hal yang menjadi kontribusi yang cukup berpengaruh terhadap konsumsen yang mengkonsumsi minuman komersial tersebut, hal ini sejalan dengan data yang terdapat pada sumber Santoso et al

5 (2011) konsumsi minuman pada kategori susu bubuk juga merupakan minuman komersial ketiga terbanyak yang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sumber energi yang memiliki konsentrasi tinggi salah satunya adalah bahan makanan sumber karbohidrat, seperti gula. Semua bahan makanan yang dibuat dengan bahan tersebut merupakan sumber energi. (Almatsier 2004). Minuman dengan penambahan kandungan energi yang cukup tinggi juga dapat menjadi penyumbang energi pada konsumen yang mengkonsumsi minuman tersebut. Beberapa penelitian telah membuktikan konsumsi yang cukup tinggi pada minuman tertentu dapat menjadi salah satu penyumbang energi yang cukup berarti terhadap penambahan energi konsumen yang mengkonsumsi minuman tersebut. Salah satu minuman yang dapat menjadi penyumbang energi tersebut adalah minuman komersial yang banyak beredar di masyarakat (Krebss- Smith 2001, Duffey & Pumpkin 2006, Barquera et al 2008). Komposisi kandungan karbohidrat tertinggi pada sampel minuman komersial per 100 ml nya terlihat pada minuman dengan kategori susu bubuk dengan rata-rata 13.8 g/ 100 ml. Kandungan karbohidrat terendah pada sampel minuman komersial terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air soda non kalori dengan rata-rata 0 g/100 ml. Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi yang juga akan memberikan kontribusi kandungan kalori yang berarti terhadap konsumsi. Konsumsi yang cukup berarti dan didukung dengan kandungan energi yang cukup tinggi pada minuman kategori susu bubuk dapat memberikan kontribusi kalori yang berarti pada sampel yang mengkonsumsi minuman komersial kategori tersebut (Rachma 2009 dan Santoso et al 2011). Tabel 5 Kandungan Karbohidrat Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD Median Minimum Maksimum (g/100 (g/ 100 (g/100 (g/100 1 Susu Cair 10.4 ± Susu Bubuk 13.8 ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 12.1 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk 5.3 ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 6.1 ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori Minuman Berasa berbasis Air Isotonik 6.2 ± Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 10.0 ± Minuman Lain Teh Cair 9.7 ± Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi

6 Protein merupakan salah satu bahan penyusun tubuh yang mengandung nitrogen dengan unit dasarnya yaitu asam amino. Protein merupakan zat pembentuk tubuh yang penting di samping air, lemak, mineral, karbohidrat, dan berbagai vitamin yang terdapat di seluruh tubuh pada otot, kulit, rambut, jantung, dan organ tubuh lainnya (Kartasapoetra 2002). Asam amino penting dari kelompok non-esensial salah satunya adalah taurin. Taurin dapat disebut sebagai asam amino detoksifikasi yang bekerja mengikat dan menetralkan ksenobiotik (istilah umum untuk semua jenis toksin. Taurin (taurine) adalah asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti glisin dalam menetralkan semua jenis toksin (xenobiotik) berbahaya. Manfaat lain taurin adalah sebagai pengendali neurotransmitter yang dapat mencegah kejang. Taurin yang terkandung di dalam produk minuman pembangkit tenaga (energy drink) digunakan sebagai unsur utama. Penggunaan taurin adalah sebagai pemulih stamina dosis 1000 mg sehari (Herwana 2005). Protein dengan kandungan komposisi tertinggi pada sampel minuman komersial per 100 ml nya terlihat pada kategori minuman susu cair dengan ratarata 2.5 g/ 100 ml (Tabel 6). Nilai komposisi kandungan terendah untuk zat gizi protein pada sampel minuman komersial terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air soda non kalori dengan rata-rata 0 g/100 ml. Kandungan protein pada minuman komersial juga merupakan salah satu penyumbang kalori pada minuman tersebut, dan kandungan protein tertinggi yang terdapat pada sampel minuman dengan kategori susu cair dan juga susu bubuk merupakan sampel yang juga dapat dikategorikan sebagai konsumsi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat, hal ini terdapat pada penelitian Rachma (2009) dan Santoso et al (2011), yang menunjukkan frekuensi konsumsi minuman kategori susu bubuk dan cair yang cukup banyak dikonsumsi.

7 Tabel 6 Kandungan Protein Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD Median Minimum Maksimum (g/100 (g/ 100 (g/100 (g/100 1 Susu Cair 2.5 ± Susu Bubuk 1.0 ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 0.0 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk 6 Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 0.0 ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 8 Minuman Berasa berbasis Air Isotonik 9 Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 0.5 ± Minuman Lain Teh Cair 11 Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi Menurut Almatsier (2004) Lemak merupakan sumber energi berkonsentrasi tinggi. Analisis komposisi kandungan lemak tertinggi untuk sampel minuman komersial per 100 ml nya terlihat pada minuman kategori susu cair dengan rata-rata g/ 100 ml (Tabel 7). Zat gizi lemak dengan komposisi kandungan terendah pada sampel minuman komersial terlihat pada kategori minuman jus buah dan sayur cair dengan rata-rata dan standar deviasi 0.01 ± 0.05 g/100 ml. Komposisi kandungan lemak yang cukup beragam pada kategori ini menyebabkan nilai standar deviasi yang lebih tinggi dari nilai rata-rata pada sampel. Tabel 7 Kandungan Lemak Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD Median Minimum Maksimum (g/100 (g/ 100 (g/100 (g/100 1 Susu Cair ± Susu Bubuk 4.31 ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 0.01 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk 6 Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 7 Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 8 Minuman Berasa berbasis Air Isotonik 9 Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 10 Minuman Lain Teh Cair 0.02 ± Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi

8 Komposisi kandungan zat gizi lemak yang terdapat pada minuman komersial juga merupakan salah satu penyumbang kalori pada minuman komersial tersebut, dan dengan kandungan lemak yang cukup tinggi pada minuman susu cair dan susu bubuk yang konsumsinya juga cukup banyak pada penelitan Rachma (2009) dan Santoso et al (2011). Hal ini dapat diduga sebagai salah satu penyumbang kalori tambahan pada konsumen yang mengkonsumsi minuman komersial kategori susu cair dan susu bubuk. Kandungan Vitamin pada Minuman Komersial Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karna itu pemenuhannya harus di dapatkan dari sumber pangan, baik makanan maupun minuman. Tiap vitamin memiliki tugas yang sangat spesifik dalam tubuh. Vitamin merupakan zat organik yang dapat rusak karna penyimpanan dan pengolahan (Almatsier 2004). Pada minuman komersial vitamin dapat berasal dari kandungan alami minuman tersebut serta termasuk kedalam zat gizi, maupun tergolong ke dalam zat lain yang ditambahkan ke dalam minuman komersial yang dapat termasuk ke dalam golongan zat fungsional sebagai anti oksidan (Suriawiria 2002). Vitamin A dan B1 yang dianalisis berdasarkan komposisi nutrition fact pada sampel produk minuman komersial yang digunakan memiliki kandungan tertinggi per 100 ml nya terlihat pada minuman kategori susu cair dengan ratarata dan standar deviasi ± IU/100 ml untuk vitamin A, 0.12 mg/100 ml nilai rata-rata untuk vitamin B1. Jenis sampel minuman komersial yang memiliki kandungan vitamin A dan B1 terendah terlihat pada minuman kategori susu bubuk dengan rata-rata dan standar deviasi vitamin A sampel ± IU/100 ml dan vitamin B1 terdapat pada sampel kategori minuman berasa berbasis air energy drink 0.01 mg/100 ml (Tabel 8). Vitamin A dan B1 dengan kandungan yang cukup tinggi terlihat pada minuman komersial kategori susu cair. Sebagai penyumbang yang cukup berarti dalam pemenuhan vitamin A dan B1 pada kebutuhan konsumen yang mengkonsumsi minuman komersial, konsumsi minuman komersial kategori susu cair termasuk ke dalam konsumsi yang cukup banyak di konsumsi oleh konsumen, hal ini sesuai dengan penelitian Rachma (2009) dan Santoso et al (2011) yang menyatakan banyaknya konsumen yang mengkonsumsi minuman komersial kategori susu cair.

9 Tabel 8 Kandungan Vitamin A dan B1 pada Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD Vit A (IU/100 Min Maks Vit A (IU/100 ± SD Vit B1 Min Maks Vit B1 1 Susu Cair ± ± Susu Bubuk ± ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair ± ± Jus Buah dan Sayur Bubuk ± ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 7 Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 8 Minuman Berasa berbasis Air Isotonik ± Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink ± Minuman Lain Teh Cair 11 Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi, min; minimum, maks; maksimum Vitamin B2 dan B6 yang komposisinya paling tertinggi pada sampel minuman komersial per 100 ml terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air energy drink dengan rata-rata dan standar deviasi 0.25 ± 0.44 mg/100 ml dan 2.40 mg/100 ml. Kandungan terendah Vitamin B2 terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air soda berkalori dengan rata-rata 0.01 ± 0.05 mg/100 ml, sedangkan untuk vitamin B6 terdapat pada sampel minuman dengan kategori susu bubuk dengan rata-rata dan standar deviasi 0.01 ± 0.03 mg/100 ml (Tabel 9). Konsumsi minuman komersial kategori minuman berasa berbasis air energy drink merupakan salah satu jenis minuman komersial yang cukup banyak di konsumsi oleh sampel pada penelitian Rachma (2009). Sehingga konsumsi pada kategori minuman berasa berbasis air energy drink dapat menjadi salah satu penyumbang vitamin B2 dan B6 pada konsumen yang mengkonsumsi minuman komersial tersebut.

10 Tabel 9 Kandungan Vitamin B2 dan B6 pada Minuman Komersial No Kategori Minuman ± SD Vit B2 Min Maks Vit B2 ± SD Vit B6 Min Maks Vit B6 1 Susu Cair 0.10 ± ± Susu Bubuk 0.02 ± ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 0.03 ± ± Jus Buah dan Sayur Bubuk ± Minuman Berasa berbasis Air 0.01 ± Soda Berkalori 7 Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 8 Minuman Berasa berbasis Air Isotonik ± Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 0.25 ± ± Minuman Lain Teh Cair 11 Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi, min; minimum, maks; maksimum Sampel minuman komersial dengan kategori minuman berasa berbasis air soda berkalori yang memiliki kandungan vitamin B2 terendah dengan rata-rata dan standar deviasi 0.01 ± 0.05 mg/100 ml dan vitamin B6 terdapat pada sampel minuman kategori susu bubuk 0.01 ± 0.03 mg/100 ml. Nilai minimum dan maksimum terendah pada sampel minuman komersial yang dianalisis yaitu pada sampel minuman kategori susu bubuk dengan nilai 0.00 dan 0.24 mg/100 ml untuk kandungan vitamin B2, sedangkan kandungan terendah vitamin B6 yaitu 0.00 dan 0.12 mg/100 ml. Analisis untuk kadar Vitamin B9 dan C tertinggi per 100 ml pada sampel yang digunakan terlihat pada kategori minuman berasa berbasis air isotonik dengan rata-rata dan standar deviasi ± mg/ 100 ml untuk vitamin B9 dan vitamin C ± mg/100 ml. Komposisi kandungan vitamin B9 dan C terendah pada sampel minuman komersial terlihat pada kategori minuman jus buah dan sayur bubuk dengan rata-rata dan standar deviasi 2.50 ± 7.07 mg/100 ml untuk vitamin B9, sedangkan vitamin C pada sampel kategori susu bubuk 1.06 ± 3.00 mg/100 ml. Pada Tabel 10 nilai ini juga diikuti dengan nilai minimum dan maksimum yang juga merupakan komposisi dengan sampel jenis minuman komersial yang sama.

11 Tabel 10 Kandungan Vitamin B9 dan C pada Minuman Komersial No 1 Susu Cair 2 Susu Bubuk Kategori Minuman ± SD Vit B ± ± 9.71 Min Maks Vit B ± SD Vit C Min Maks Vit C 3.24 ± ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair ± 2.64 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk ± 2.50 ± Minuman Berasa Berbasis Air Soda Berkalori 7 Minuman Berasa Berbasis Air Soda Non-kalori 8 Minuman Berasa Berbasis Air ± ± Isotonik Minuman Berasa Berbasis Air Energy Drink 10 Minuman Lain Teh Cair ± Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi, min; minimum, maks; maksimum Minuman komersial dengan kategori minuman berasa berbasis air isotonik yang pada penelitian ini merupakan penyumbang terbesar terhadap asupan vitamin B9 dan vitamin C pada konsumen yang mengkonsumsi minuman berasa berbasis air isotonik, namun berdasarkan penelitian Santoso et al (2011) konsumsi pada kategori minuman berasa berbasis air isotonik sangat jarang di konsumsi oleh sampel pada penelitian tersebut. Kandungan Mineral pada Minuman Komersial Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang dan gigi (Almatsier 2004). Penambahan mineral mineral tertentu seperti kalsium dan fosfor menjadi salah satu faktor penghambat pelepasan mineral kalsium pada gigi ketika terjadi paparan dengan minuman yang memiliki ph rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Magalhaes et al (2009). Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan salah satunya untuk pemeliharaan keseimbangan asam-basa (Almatsier 2004). Mineral pada sampel minuman komersial yang dianalisis berdasarkan nutrition fact produk memiliki komposisi kandungan tertinggi per 100 ml terlihat pada jenis minuman kategori susu cair dengan rata-rata mg/100 ml untuk kadar

12 natrium, sedangkan rata-rata dan standar deviasi kalium yaitu ± mg/100 ml (Tabel 11). Kandungan mineral terendah natrium dan kalium pada sampel minuman komersial terlihat pada minuman kategori susu bubuk dengan rata-rata dan standar deviasi 3.00 ± g/100 ml untuk natrium dan 0.00 g/100 ml pada kandungan kalium terendah. Minuman dengan kategori susu cair dan minuman berasa berbasis air isotonik merupakan minuman dengan kandungan natrium dan kalium yang cukup tinggi pada minuman komersial. Menurut penelitian Santoso et al (2011) konsumsi minuman komersial dengan kategori susu cair termasuk dalam kategori minuman yang cukup banyak di konsumsi, sedangkan minuman dengan kategori minuman berasa berbasis air isotonik termasuk dalam kategori yang jarang di konsumsi pada sampel penelitian tersebut, sehingga konsumsi minuman kategori susu cair akan memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap asupan mineral natrium dan kalium konsumen yang mengkonsumsi minuman tersebut. Konsumsi minuman dengan kategori minuman berasa berbasis air isotonik di duga tidak akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap konsumen yang mengkonsumsi minuman komersial tersebut, karena konsumsi yang cukup rendah oleh sampel terhadap minuman komersial tersebut. Tabel 11 Kandungan Natrium dan Kalium Minuman Komersial ± SD Min Maks ± SD Natrium No Kategori Minuman Natrium Kalium 1 Susu Cair ± ± Min Maks Kalium Susu Bubuk 3.00 ± ± AirMineralDalamKemasan 4 Jus Buah dan Sayur Cair 7.56 ± ± Jus Buah dan Sayur Bubuk ± ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 5.71 ± ± Minuman Berasa berbasis ± Air Soda Non-kalori ± Minuman Berasa berbasis ± ± Air Isotonik Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 10 Minuman Lain Teh Cair ± ± Minuman Lain Teh Bubuk 12 Minuman Lain Kopi Bubuk *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi, min; minimum, maks; maksimum

13 ph pada Minuman Komersial ph adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. ph merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena derajat keasaman air akan mempengaruhi sistem metabolisme dalam tubuh manusia (Prasetyo 2005). Standar Nasional Indonesia (SNI ) menetapkan ph AMDK (Air Minum dalam Kemasan) yaitu berkisar antara 6,5 hingga 8,5 untuk Air mineral, sedangkan air demineral Menurut Trisnanto (2008), minuman ringan still drink maupun yang bersoda memiliki ph rendah (ph < 4,5). Kopi dan teh biasanya memiliki tingkat keasaman netral (ph < 5-7). Berdasarkan ph-nya, terdapat dua jenis jus yakni acidic juices (ph < 4,6) dan low acidic juices (ph > 4,6). Susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus dengan ph susu segar terletak antara 6,5 hingga 6,7 (Sandrapratama 2009). Standar Nasional Indonesia untuk beberapa kategori minuman komersial memiliki standar ph, seperti minuman berasa berbasis air isotonik diharuskan memiliki standar ph maksimum 4.0. Minuman berasa berbasis air energy drink memiliki batas untuk standar ph, yaitu Air minum dalam kemasan memiliki dua standar berdasarkan proses pembuatannya. Menurut hasil penelitian Prasetyo (2005), demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan ph di bawah 7. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa air minum yang bersifat asam (ph < 7) dapat menyebabkan terjadinya kasus erosi gigi. Proses demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi yang merupakan komponen utama enamel akibat proses kimia. Saat ini banyak minuman dengan ph di bawah 5,5 yang dikonsumsi oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dengan melakukan perendaman terhadap premolar gigi rahang atas, hasil menunjukkan bahwa sampel yang direndam dalam minuman cola menyebabkan kekerasan gigi berkurang atau menurun. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ph minuman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya erosi enamel. ph yang rendah pada minuman tersebut dipengaruhi oleh bahan tambahan makanan (BTM), kandungan kalori, suhu, enzim, kemasan, lama penyimpanan, efek fermentasi, serta kandungan mineral dari minuman tersebut (Prasetyo 2005; Magalhes et al 2009).

14 ph tertinggi pada sampel minuman komersial yang di analisis dengan menggunakan alat ph meter terlihat pada jenis minuman air mineral dengan ratarata Sampel minuman komersial dengan kadar ph terendah terlihat pada jenis minuman jus buah sayur 3.26 (Tabel 12). Tabel 12 Nilai ph Minuman Komersial No Jenis Minuman ± SD Mininum Maksimum ph ph ph 1 Susu Cair 6.33 ± Susu Bubuk 6.73 ± AirMineralDalamKemasan 6.69 ± Jus Buah dan Sayur Cair 3.82 ± Jus Buah dan Sayur Bubuk 3.26 ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Berkalori 3.27 ± Minuman Berasa berbasis Air Soda Non-kalori 4.22 ± Minuman Berasa berbasis Air Isotonik 3.84 ± Minuman Berasa berbasis Air Energy Drink 3.42 ± Minuman Lain Teh Cair 4.78 ± Minuman Lain Teh Bubuk 5.68 ± Minuman Lain Kopi Bubuk 6.39 ± *ket : ; rata-rata, SD ; standar deviasi Hasil dari penelitian Alamsyah (2010) diketahui bahwa minuman dengan ph lebih rendah dari 3.00 memiliki kemampuan yang sangat cepat dalam mempengaruhi erosi enamel gigi. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian ini yang menemukan bahwa sampel sebelumnya memang memiliki kadar ph yang rendah (Maghales et all 2008). Sampel minuman lainnya memiliki kadar ph yang cukup bervariasi, namun didominasi oleh kadar ph yang rendah karna adanya penambahan BTP seperti asam askorbat, penambahan flavoring, penambahan pemanis dengan kandungan kalori tertentu, suhu minuman, penambahan enzim pada minuman tertentu, misalnya pada minuman kesehatan. Pengemasan minuman yang dapat menjaga ataupun menurunkan efek perubahan organoleptik pada minuman komersial, lama penyimpanan minuman komersial dan tempat penyimpanan sebelum di konsumsi oleh konsumen, efek fermentasi beberapa minuman yang sengaja di olah dengan efek perubahan komposisi pada minuman tersebut. (Lussi 2004; Prasetyo 2005; Maghlaes et al 2009; Lussi & Jaeggi 2006)

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah salah satu faktor kehidupan yang sangat penting untuk diperhatikan. Menurut data Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI pada 2002, konsumsi kalsium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. Salah satu alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air

BAB I PENDAHULUAN. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang paling vital bagi kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air dalam jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin.

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air, dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia selalu membutuhkan minum untuk mempercepat proses metabolisme dalam tubuh dan agar terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh, hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

PENERAPAN KATEGORISASI RISIKO PENILAIAN PANGAN OLAHAN. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 19 Desember 20170

PENERAPAN KATEGORISASI RISIKO PENILAIAN PANGAN OLAHAN. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 19 Desember 20170 PENERAPAN KATEGORISASI RISIKO PENILAIAN PANGAN OLAHAN Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 19 Desember 20170 Latar Belakang Perka Badan POM RI No. 12 tahun 2016 tentang Pendaftaran Pangan Olahan Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (www.wikipedia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (www.wikipedia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Suplemen Berenergi 1. Pengertian Suplemen Berenergi Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk menambah energi, kesegaran, stimulasi metabolisme, memelihara

Lebih terperinci

B E R B A G A I M I N U M A N K O M E R S I A L

B E R B A G A I M I N U M A N K O M E R S I A L ASPEK GIZI DAN ph BERBAGAI MINUM AN KOMERSIAL FATHIN GAANIYATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUTE PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT FATHIN GAANIYATI. Nutrient Aspect and ph

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soft Drink 2.1.1 Pengertian Soft Drink Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman kemasan atau disebut juga cup drink tidak hanya berisi air putih biasa tetapi kini berisi minuman berflavor seperti teh, kopi, jus buah, dan jus sayuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Suplemen Minuman Berenergi Suplemen minuman berenergi adalah minuman penambah energi termasuk ke dalam kategori suplemen makanan. Suplemen makanan merupakan produk yang dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, banyak dijumpai berbagai produk minuman kemasan yang beredar di masyarakat dengan bermacam-macam varian rasa. Hal ini diiringi dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan GIZI & PANGAN PENDAHULUAN Gizi seseorang tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman serbuk instan adalah minuman yang diproduksi oleh suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman tersebut dijual dan dapat ditemukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia belum optimal dilakukan sampai dengan memanfaatkan limbah hasil pengolahan, padahal limbah tersebut dapat diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati yang belum dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah tanaman waluh. Pemanfaatan tanaman waluh dimasyarakat belum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian. (The Tree of Life) atau pohon yang amat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian. (The Tree of Life) atau pohon yang amat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang dapat menjaga stamina dan tampil prima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci