IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Produk Minuman Khusus Ibu Hamil dan/atau Ibu Menyusui Masa Kehamilan dan masa menyusui merupakan masa khusus dimana ibu dapat mengalami kondisi khusus berhubungan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Selain itu, ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan asupan zat gizi yang berbeda dengan kelompok wanita pada umumnya. Karena kebutuhan khusus ini, maka hal ini membuka peluang besar bagi industri pangan untuk merancang makanan atau minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Menurut Yang dan Huffman (2011) produk pangan yang khusus diformulasi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan ibu menyusui dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi dan zat gizi lainnya. Akan tetapi, di negara berkembang, hanya ada sedikit produk yang diperuntukkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui yang terjangkau dan tersedia di pasaran. Di Indonesia, produk pangan yang diperuntukkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui masih terbatas jenisnya. Di pasaran, hanya ditemukan produk pangan khusus untuk ibu hamil dan ibu menyusui yang berupa produk minuman yang berbasis susu. Produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui ini tersedia dalam bentuk bubuk atau bentuk cair siap minum. Berdasarkan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah memberikan izin edar berupa nomor pendaftaran (BPOM RI MD/ML) untuk produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui sebanyak 103 buah. Gambar 3 menunjukkan tren perkembangan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Jumlah Produk Tahun Gambar 3 Tren produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang telah memperoleh izin edar periode tahun

2 26 Berdasarkan tren perkembangan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui periode tahun 2007 sampai dengan 2011 terdapat peningkatan jumlah produk yang telah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini dapat berarti bahwa produk tersebut banyak diproduksi oleh industri pangan dan banyak dikonsumsi oleh kelompok ibu hamil dan ibu menyusui. Perkembangan produk pangan untuk ibu hamil dan ibu menyusui tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui. Berdasarkan hasil inventarisasi data produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui periode tahun 2007 sampai dengan 2011 diketahui bahwa dari 103 produk yang memiliki izin edar terdapat 19 nama dagang/merek minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa sebagian besar nama dagang/merek memiliki jumlah produk lebih dari 1 (satu) produk, dikarenakan sebuah nama dagang/merek dapat memiliki beberapa varian rasa, jenis susu (bubuk dan UHT), jenis dan ukuran kemasan, serta status perusahaan. Beberapa faktor tersebut berpengaruh terhadap perolehan izin edar yang berupa nomor pendaftaran sehingga dalam satu nama dagang/merek dapat memiliki beberapa nomor pendaftaran. Jumlah varian dan produk Varian Rasa Produk Gambar 4 Sebaran jumlah produk dan jumlah varian rasa berdasarkan nama dagang yang telah memperoleh izin edar periode tahun Gambar 4 menunjukkan sebaran varian rasa dari 19 nama dagang/merek yang telah mendapat izin edar, sebanyak 4 nama dagang yang memiliki jumlah varian rasa yang cukup banyak. Varian rasa yang umum terdapat pada produk

3 27 adalah coklat dan vanila, sedangkan varian rasa lainnya seperti moka, stroberi, jeruk, mangga, vanila-mangga, dan plain (tanpa rasa). Varian rasa yang diberikan oleh setiap perusahaan dalam produknya dimaksudkan untuk memberikan pilihan kepada konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut berdasarkan selera dari konsumen itu sendiri. Hasil pengamatan di beberapa toko modern bahwa dari 19 nama dagang/merek yang telah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan periode tahun 2007 sampai dengan 2011 tidak semuanya terdapat di pasar. Adapun yang beredar di pasar sebanyak 12 nama dagang. Berdasarkan konfirmasi dari pihak perusahaan diketahui bahwa nama dagang yang tidak beredar tersebut disebabkan berbagai alasan seperti bahwa perusahaan tidak memproduksi atau mengimpor produk tersebut kembali atau nama dagang tersebut telah berganti dengan nama dagang yang baru atau nama dagang tersebut sedang dalam proses daftar ulang izin edar. Tabel 4 menunjukkan sebaran nama dagang yang beredar di pasaran. Tabel 4 Sebaran nama dagang produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui berdasarkan peredaran di pasar Perusahaan Jumlah Nama Dagang Nama Dagang Keterangan (beredar di pasar) PT Abbot Indonesia 1 Mama s Best Tidak PT Fonterra Brands Indonesia 2 1. Anmum Materna 2. Anmum Lacta Ya Ya PT Frisian Flag 1 Frisianflag Mama Tidak PT Gizindo Primanusantara 1 SUN Ya PT Mirota KSM 1 Lactona Ibu Ya PT Mead Johnson Indonesia 1 Enfa Mama Ya PT Nutricia Indonesia 2 1. Bebemum 2. Nutrima Tidak Ya PT Nestle Indonesia 1 Nestle Mom & Me Ya PT Nutrifood Indonesia 1 WRP NewMom Tidak PT Polaris Healthcare 1 PHI Tidak PT Rasa Pangan Distrindo 1 Vineral Tidak PT Sanghiang Perkasa 4 1. Prenagen Mommy 2. Prenagen Lactamom 3. Lovamil 4. Prenamil PT Sarihusada 2 1. Lactamil 2. SGM Bunda Ya Ya Ya Tidak Tabel 5 menjelaskan bahwa tidak semua produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diproduksi oleh perusahaan itu sendiri. Beberapa perusahaan memproduksi produknya sendiri dan juga memaklonkan produknya Ya Ya

4 28 kepada perusahaan lain. Alasan perusahaan yang memaklonkan produknya dikarenakan perusahaan tersebut tidak memiliki peralatan untuk memproduksinya seperti perusahaan yang mengeluarkan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui dalam bentuk cair. Selain itu juga terdapat 3 (tiga) perusahaan yang mengimpor produknya. Tabel 5 Sebaran perusahaan berdasarkan cara memproduksi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Perusahaan Produksi sendiri Status Produksi Produksi dengan maklon Diimpor PT Abbot Indonesia - - PT Fonterra Brands Indonesia - PT Frisian Flag - - PT Gizindo Primanusantara - - PT Mirota KSM - - PT Mead Johnson Indonesia - - PT Nutricia Indonesia - - PT Nestle Indonesia - - PT Nutrifood Indonesia - - PT Polaris Healthcare Indonesia - - PT Rasa Pangan Distrindo - - PT Sanghiang Perkasa - PT Sarihusada - Berdasarkan hasil analisis harga produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui pada Tabel 6, produk dengan nama dagang Prenagen mommy emesis merupakan produk dengan harga paling mahal yaitu sebesar Rp 190 per gram dan Rp per saji. Sedangkan produk dengan nama dagang SUN ibu merupakan produk dengan harga paling murah yaitu sebesar Rp 73 per gram dan Rp per saji. Berdasarkan anjuran konsumsi dapat dilihat bahwa produk dengan nama dagang Enfamama merupakan produk yang paling mahal yaitu sebesar Rp sedangkan produk dengan nama dagang SGM bunda merupakan produk paling murah yaitu sebesar Rp Dengan adanya berbagai jenis pilihan harga yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui, diharapkan bahwa produk ini dapat dikonsumsi oleh semua kelas sosial sehingga produk ini juga dapat membantu mengatasi masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui di Indonesia.

5 29 Tabel 6 Analisis harga produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Nama Dagang Harga (Rp) Berat bersih (g) Takaran saji (g) Harga per gram (Rp) Harga per saji (Rp) Anjuran konsumsi (gelas) Anmum Lacta Anmum Materna Enfa Mama dan 3 Lactamil Lovamil Nestle Mom & Me Nutrima Prenagen Mommy Prenagen Mommy Emesis Prenagen Lacta SGM Bunda SUN Ibu Takaran Saji Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga (URT) yang sesuai dengan produk pangan tersebut. URT meliputi antara lain sendok teh, sendok makan, sendok takar, gelas, botol, kaleng, mangkuk/cup, cungkus, sachet, keping, buah, biji, potong dan iris (BPOM 2005). Takaran saji yang tercantum dalam produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui meliputi 29 (49%) produk menggunakan takaran saji 40 g, 13 (22%) produk menggunakan takaran saji 35 g, 9 (15%) produk menggunakan takaran saji 50 g, 4 (7%) produk menggunakan takaran saji 30 g dan 1 (2%) produk masing-masing menggunakan takaran saji 37,5 g dan 50,3 g. Gambaran tentang takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui ditunjukkan pada Gambar 5. Ukuran rumah tangga (URT) yang digunakan untuk menyatakan takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui adalah sendok makan dan sendok takar. Produk yang menggunakan ukuran sendok makan sebanyak 48 (86%) produk dengan takaran saji dan jumlah sendok makan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7. Dari tabel tersebut, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata berat produk per sendok makan adalah 10,8 g.

6 30 Produk yang menggunakan ukuran sendok takar sebanyak 8 (14%) produk dengan takaran saji (7 sendok takar), sehingga ukuran baku untuk 1 sendok takar adalah 7,1 g. % jumlah produk , ,3 Takaran saji (g) Gambar 5 Takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Saat ini Indonesia belum memiliki standar baku takaran saji dan URT untuk produk pangan sehingga takaran saji dan URT yang digunakan pada produk ini bervariasi. Takaran saji perlu dibakukan untuk setiap jenis pangan dengan mempertimbangkan aspek rasionalitas dan kemampuan konsumsi. Penentuan takaran saji untuk produk pangan yang beredar harus disetujui oleh Badan POM pada saat penilaian keamanan pangan/pendaftaran. Tabel 7 Ukuran rumah tangga sendok makan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Takaran saji (g) URT (sdm) Jumlah produk Berat per sdm (g) , , ,7 37, , , , , ,5 50, ,6 2. Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Petunjuk penyajian produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui sangat bervariasi. Petunjuk penyajian terkait dengan rekonstitusi produk dengan

7 31 penambahan air. Gambaran antara takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Hubungan antara takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan Takaran saji (g) Jumlah air yang ditambahkan (ml) Konsentrasi produk per sajian (g/ml) , , , , ,22 37, , , , , ,26 50, ,21 Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai minimun dan maksimum konsentrasi produk per sajian yaitu 0,17g/ml dan 0,26 g/ml. Jumlah takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan sangat bervariasi. Terdapat produk dengan jumlah takaran saji yang lebih besar tetapi jumlah air yang ditambahkan lebih sedikit. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai konsentrasi produk per sajian adalah 0,20 g/ml. Rata-rata konsentrasi produk per sajian berada pada kisaran 0,19 g/ml sampai dengan 0,22 g/ml dengan ragam 0,00067 g/ml dan simpangan baku 0,026 g/ml pada selang kepercayaan 95%. B. Kesesuaian Kandungan Gizi terhadap SNI Sebagaimana ditetapkan dalam SNI , zat gizi yang terkandung dalam minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diupayakan dapat memenuhi kebutuhan tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui. SNI tersebut menyatakan batasan kandungan zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Untuk zat gizi mikro (vitamin dan mineral) ditetapkan beberapa vitamin dan mineral yang harus terdapat dalam produk serta vitamin dan mineral yang dapat ditambahkan ke dalam produk tersebut. Kriteria penilaian kesesuaian standar dibagi menjadi 2 yaitu (1) kesesuaian standar untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk

8 32 maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela dan (2) kesesuaian standar untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk. Produk yang tidak mencantumkan informasi kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diasumsikan tidak sesuai dengan standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat ditambahkan ke dalam produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui secara sukarela, pengkajian hanya dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan gizi tersebut pada label. Produk dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Pada umumnya syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI dinyatakan dalam 100 gram produk. Oleh karena itu, kandungan gizi yang tercantum dalam label per sajian, dihitung terlebih dahulu menjadi per 100 g produk. Produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikaji keseluruhannya berjumlah 59 produk dimana dari jumlah tersebut terdiri dari 30 produk minuman khusus ibu hamil, 22 produk minuman khusus ibu menyusui dan 7 produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. 1. Minuman Khusus Ibu Hamil Berdasarkan hasil kajian produk minuman khusus ibu hamil, untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk tersebut maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela, sebanyak 4 (13%) produk sesuai dengan standar dan 26 (87%) produk tidak sesuai standar. Apabila analisis dilakukan untuk semua zat gizi yang wajib terkandung dalam produk, sebanyak 4 (13%) produk minuman khusus ibu hamil yang sesuai standar. Hal ini dikarenakan komponen zat gizi yang tidak sesuai standar paling banyak terdapat pada zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang wajib terdapat dalam produk. Hasil kajian selengkapnya terkait jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu hamil ditunjukkan pada Lampiran 2. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa persentase produk minuman khusus ibu hamil yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi protein (20%), lemak (7%), karbohidrat (10%), vitamin A (63%), vitamin B1 (27%), vitamin B2 (30%), vitamin B3 (23%), vitamin B6 (47%), vitamin B9 (83%), vitamin B12 (40%), vitamin C (67%), kalsium (63%), besi (3%), magnesium (10%), iodium (17%) dan selenium (11%). Dari zat gizi tersebut, yang wajib terdapat

9 33 dalam produk minuman khusus ibu hamil meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, besi dan seng. Sedangkan magnesium, mangan, iodium, selenium dan flour bersifat sukarela. Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total Persentase Kesesuaian Sesuai standar Tidak sesuai standar Gambar 6 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI Energi Berdasarkan Gambar 7a, diketahui bahwa sebanyak 30 (100%) produk minuman khusus ibu hamil memenuhi persyaratan kandungan energi yaitu minimal sebesar 370 kkal. Kebutuhan ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuhkembang janin dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik (Atmatsier, et al 2011). Menurut IOM (1990) suplementasi energi semasa kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi melalui laju pertambahan berat badan selama kehamilan. Akan tetapi, efektifitas penambahan tersebut terjadi pada wanita hamil yang rentan gizi dan rendah konsumsi kalorinya. Yang dan Huffman (2011) menyatakan bahwa ketika ketahanan pangan tidak menjadi isu yang

10 34 dibahas, konsumsi energi dari produk dapat dinyatakan pada batas kkal untuk menghindari konsumsi energi yang berlebihan. Jika ketahanan pangan menjadi masalah, suplementasi energi dapat ditambahkan pada persentase yang cukup tinggi (>35%) yang dapat diperoleh dari lemak. Protein Berdasarkan penelitian dari 30 produk minuman khusus ibu hamil diketahui bahwa sebanyak 23 (91%) produk sesuai standar dan sebanyak 7 (9%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar tersebut memiliki nilai kandungan protein dibawah nilai standar (18-25 g) yaitu berkisar 17-17,5 g. Berdasarkan Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi (ING) pada Label Pangan bahwa untuk keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel ING, ditetapkan ketentuan pembulatan nilai kandungan gizi dan persentase AKG. Dengan demikian nilai yang tercantum pada tabel ING merupakan hasil pembulatan dari kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Dalam hal nilai protein yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai protein hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai protein tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai protein yang kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g sedangkan pembulatan lebih dari 0,5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 gram terdekat (BPOM 2005). Profil nilai kandungan protein produk minuman khusus ibu hamil dapat dilihat pada Gambar 7b. Lemak Berdasarkan Gambar 7c, diketahui bahwa terdapat sebanyak 28 (93%) produk sesuai dengan standar dan sebanyak 2 (7%) produk tidak sesuai standar. Nilai kandungan lemak pada produk yang tidak sesuai standar (maks. 3,5 g) yaitu 2,5 g. Nilai lemak yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai lemak hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai lemak tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai lemak total yaitu kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g; 0,5 g sampai 5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 0,5 g terdekat; dan lebih dari 5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat (BPOM 2005).

11 35 (a) (c) Kandungan Energi (kkal) Kandungan Lemak (g) Kode Produk Kode Produk SNI : min 370kkal SNI : min 3,5g (b) 29 (d) 70 Kandungan Protein (g) Kandungan Karbohidrat (g) Kode Produk SNI : 18g-25g Kode Produk SNI : maks 65g Gambar 7 Profil kesesuaian kandungan energi (a), protein (b), lemak (c) dan karbohidrat (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI

12 36 Karbohidrat Berdasarkan hasil penelitian dari 30 produk diketahui bahwa sebanyak 27 (90%) produk sesuai standar dan sebanyak 3 (10%) produk tidak sesuai dengan standar. Nilai produk yang tidak sesuai standar dikarenakan kandungan karbohidratnya melebihi nilai yang dipersyaratkan dalam standar (maks 65 g) yaitu 67 g dan 68 g. Nilai karbohidrat yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai karbohidrat hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai karbohidrat tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai karbohidrat yaitu kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g sedangkan lebih dari 0,5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat (BPOM 2005). Selain itu kemungkinan juga nilai karbohidrat yang tidak sesuai standar dikarenakan formulasi dari ingredien produk yang dilakukan oleh produsen. Profil kandungan karbohidrat produk dapat dilihat pada Gambar 7d. Vitamin A Profil kandungan vitamin A produk ditampilkan pada Gambar 8a. Produk yang sesuai standar sebanyak 11 (37%) produk sedangkan sebanyak 19 (63%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar tersebut mempunyai nilai kandungan vitamin A yang melebihi standar ( mcg). Berdasarkan Allen (2005) bahwa suplementasi vitamin A selama kehamilan dapat mengurangi risiko kematian ibu sebesar 40%. Penyebab berkurangnya risiko kematian ibu dikarenakan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Manfaat lainnya dari suplementasi vitamin A pada ibu hamil adalah meningkatnya konsentrasi hemoglobin sekitar 10g/L pada populasi yang mengalami defisiensi. Menurut Picciano dan Mc Guire (2004) selama kehamilan, tambahan vitamin A diperlukan untuk mendukung metabolisme dan pertumbuhan jaringan pada ibu hamil begitu pula dengan pertumbuhan dan perkembangan janin. Peningkatan kebutuhan akan vitamin A relatif kecil dan sebaiknya dipenuhi melalui makanan (bukan suplemen). Yang perlu menjadi perhatian adalah toksisitas vitamin A selama kehamilan pada populasi ibu hamil yang sehat. Konsumsi vitamin A berlebih yang berasal dari suplemen memberikan efek teratogenik. Batas aman (upper level) dari vitamin A pada kelompok ibu hamil adalah 3000 mcg. Walaupun sebagian besar nilai kandungan vitamin A produk melebihi nilai kandungan vitamin A standar, tetapi masih di bawah nilai upper level. Menurut Muhilal dan Hardinsyah (2004) bahwa penetapan upper level

13 37 salah satunya didasarkan pada evaluasi asupan suatu zat gizi yang terkait dengan suplemen gizi bukan dari makanan sehari-hari. Pemerintah perlu memperhatikan penetapan nilai kandungan vitamin A jika standar ini akan direvisi, dengan mempertimbangkan konsumsi vitamin A dari makanan lainnya dan anjuran konsumsi produk minuman khusus ibu hamil yang sebagian besar produk memberikan anjuran konsumsi 2 kali sehari. Vitamin B1 Gambar 8b menunjukkan profil kandungan vitamin B1 pada produk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 22 (73%) produk sesuai standar dan sebanyak 8 (27%) produk tidak sesuai dengan standar. Nilai produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan vitamin B1 produk melebihi nilai standar. Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi. Selain itu vitamin B1 dibutuhkan dalam metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, yang peran utamanya adalah dalam metabolisme karbohidrat. Oleh karena vitamin B1 larut dalam air maka tidak membahayakan bila dikonsumsi berlebihan karena akan dibuang melalui urin (Almatsier 2001). Vitamin B2 Gambar 8c menunjukkan profil kandungan vitamin B2 dalam produk. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa sebanyak 20 (70%) produk sesuai standar dan sebanyak 10 (30%) produk tidak sesuai dengan standar. Vitamin B2 terutama berfungsi dalam pembentukan enzim-enzim yang penting untuk produksi energi melalui siklus asam sitrat/rantai transpor elektron. Berdasarkan perannya tersebut, asupan vitamin B2 selama kehamilan dapat bermanfaat untuk energi dan mood ibu hamil (Judge & Beck 2008). Kebutuhan vitamin B2 meningkat 7% dikarenakan meningkatnya sintesis jaringan janin dan ibunya serta sedikit peningkatan pada utilisasi energi. Suplementasi vitamin B2 dapat meningkatkan respon hematologi terhadap zat besi dan jika terjadi defisiensi, suplementasi diperlukan untuk mengembalikan normalitas biokimia. Tidak terdapat bukti bahwa vitamin B2 memiliki toksisitas dengan pemberian secara oral dan tidak ada batas aman (upper level) yang ditetapkan (Ladipo 2000).

14 38 Kandungan Vitamin A (mcg) (a) Kandungan Vitamin B2 (mg) (c) 3 2,5 2 1,5 1 0, SNI : mcg Kode Produk SNI : 0,5-1mg Kode Produk (b) 3 (d) 22 Kandungan Vitamin B1 (mg) 2,5 2 1,5 1 0, SNI : 0,5-1mg Kode Produk Kandungan Vitamin B3 (mg) Kode Produk SNI : 6-14mg Gambar 8 Profil kesesuaian kandungan vit. A (a), vit.b1 (b), vit.b2(c) dan vit.b3 (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI

15 39 Kandungan Vitamin B6 (mg) (a) 12,5 11,5 10,5 9,5 8,5 7,5 6,5 5,5 4,5 3,5 2,5 1,5 0, SNI : 0,6-1,3mg Kode Produk (b) 1600 Kandungan Vitamin B12 (mcg) (c) 6 5,5 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Kode Produk SNI : 0,3-2,4mcg (d) 170 Kandungan Vitamin B9 (mcg) Kandungan Vitamin C (mg) SNI : mcg Kode Produk SNI : 14-75mg Kode Produk Gambar 9 Profil kesesuaian kandungan vit.b6 (a), vit.b9 (b), vit.b12 (c) dan vit.c (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI

16 40 Vitamin B3 Berdasarkan penelitian diketahui sebanyak 23 (77%) produk sesuai standar dan sebanyak 7 (23%) produk tidak sesuai standar. Dari 6 produk yang tidak sesuai standar (6-14mg) kandungan vitamin B3, sebanyak 2 produk yang memiliki nilai di bawah standar dan sebanyak 4 produk yang memiliki nilai di atas standar. Gambar 8d menunjukkan profil kandungan vitamin B3 dalam produk. Serum vitamin B3 menurun selama kehamilan dan kebutuhan vitamin B3 meningkat 10% (Ladipo 2000). Vitamin B6 Berdasarkan Gambar 9a, diketahui sebanyak 16 (53%) produk sesuai standar dan sebanyak 14 (47%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B6 yang melebihi nilai yang dipersyaratkan. Vitamin B6 membantu mengurangi efek mual dan muntah selama kehamilan yang merupakan gejala yang paling umum pada wanita hamil. Beberapa studi memberikan bukti bahwa suplementasi vitamin B6 selama kehamilan dapat mengurangi efek mual dan muntah tanpa ada efek samping yang membahayakan. Berdasarkan laporan Thaver (2006) bahwa tidak cukup bukti untuk memberikan kesimpulan bahwa suplementasi vitamin B6 selama kehamilan memberikan efek klinis. Oleh karena itu perlu dilakukan uji klinis untuk menjamin isu ini mengingat efek mual dan muntah memberikan komplikasi serius pada wanita hamil. IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk vitamin B6 yaitu 100 mg per hari selama kehamilan (Picciano & Mc Guire 2009). Vitamin B9 / Asam Folat Berdasarkan hasil kajian kesesuaian kandungan vitamin B9 pada produk terhadap standar pada Gambar 9b, sebanyak 5 (17%) produk sesuai standar dan sebanyak 25 (83%) produk tidak sesuai standar. Sebagian besar produk yang tidak sesuai standar nilainya melebihi persyaratan. Hal ini kemungkinan dikarenakan semua produk minuman khusus ibu hamil menyatakan klaim manfaat terhadap kesehatan yaitu diet gizi seimbang dengan asupan folat yang cukup dapat mengurangi risiko kelainan kongential pada janin, misalnya gangguan perkembangan neural tube berupa kelainan otak atau spinal cord. Penyebab kelainan perkembangan neural tube adalah multifaktorial dan klaim kandungan gizi asam folat, berupa klaim mengandung asam folat dengan

17 41 persyaratan sedikitnya mengandung 10-19% AKG per sajian dan klaim tinggi/kaya akan asam folat dengan persyaratan sedikitnya mengandung 20% AKG per sajian (BPOM 2005). Dikarenakan tidak adanya pembatasan maksimal untuk persyaratan klaim tinggi/kaya maka hal ini kemungkinan dimanfaatkan oleh produsen untuk mempromosikan produknya dengan kandungan asam folat yang lebih tinggi dari produk sejenis lainnya, sehingga memberikan nilai jual lebih. Menurut Green, et al (2005) bahwa untuk mengurangi risiko Neural Tube Defect (NTD), wanita yang merencanakan kehamilan disarankan untuk mengonsumsi 400 mcg asam folat per hari, baik dari suplemen ataupun dari makanan yang difortifikasi. Konsumsi tersebut dimulai sebelum kehamilan sampai dengan akhir trimester pertama. Konsumsi asam folat dapat meningkatkan konsentrasi folat darah, dengan meningkatnya konsentrasi folat darah dapat mengurangi risiko terjadinya NTD. Fortifikasi asam folat telah meningkatkan rata-rata status folat darah di Amerika Serikat dan Kanada dan hal ini terkait dengan menurunnya kejadian NTD. Berdasarkan Picciano dan Mc Guire (2009) IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk asam folat yaitu 1 mg per hari untuk wanita usia 19 tahun ke atas. Batas aman ini tidak berlaku untuk folat dalam pangan tetapi hanya dalam bentuk sintetik yang diperoleh dari suplemen dan pangan yang difortifikasi. US Centers for Disease Control and Prevention juga merekomendasikan untuk mengonsumsi total folat kurang dari 1 mg per hari. Vitamin B12 Gambar 9c menunjukkan profil kandungan vitamin B12 produk. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa sebanyak 18 (60%) produk sesuai standar dan sebanyak 12 (40%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B12 yang melebihi nilai standar. Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme asam nukleat dan mencegah anemia megaloblastik. Tidak ada efek yang membahayakan kesehatan terkait mengonsumsi sejumlah vitamin B12 dari makanan ataupun suplemen. Data terkait efek yang membahayakan dari konsumsi vitamin B12 dalam jumlah besar masih terbatas (IOM 1998). FAO/WHO merekomendasikan 40% peningkatan kebutuhan vitamin B12 untuk memenuhi kebutuhan janin dan peningkatan kebutuhan metabolisme (Ladipo 2000).

18 42 Vitamin C Profil kandungan vitamin C produk ditampilkan pada Gambar 9d. Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 10 (33%) produk sedangkan sebanyak 20 (67%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan vitamin C yang melebihi standar. Selama masa kehamilan, serum vitamin C menurun <50%, sebagian karena diambil untuk kebutuhan janin dan sebagian lagi karena hemodilusi. Kecukupan gizi vitamin C pada wanita hamil 67% lebih tingggi daripada wanita yang tidak hamil, hal ini dikarenakan untuk menggantikan kehilangan dari cadangan tubuh wanita hamil (Ladipo 2000). Kalsium Profil kandungan kalsium produk ditampilkan pada Gambar 10a. Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 11 (37%) produk sedangkan sebanyak 19 (63%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan kalsium yang melebihi standar. Menurut Kollasa dan Weismiller (2008), sekitar 99% kalsium pada wanita hamil dan janinnya tersimpan pada tulang dan gigi. Kehamilan berkaitan dengan meningkatnya turnover tulang untuk memenuhi kebutuhan. Jika terjadi kekurangan kalsium dari makanan, maka kalsium pada tulang ibu akan diberikan kepada janinnya. Suplementasi kalsium selama kehamilan mengurangi tekanan darah. Penelitian klinis untuk menguji hipotesis bahwa suplementasi kalsium selama kehamilan mengurangi kejadian pregnancy-induced hypertension memberikan hasil yang bervariasi. Oleh karenanya, tidak perlu suplementasi kalsium secara rutin dengan 2000 mg per hari untuk wanita hamil. Untuk wanita hamil yang makanannya kekurangan kalsium (900 mg per hari), menderita hipertensi dan mempunyai sejarah preeklampsia maka suplementasi kalsium disarankan. Besi Profil kandungan besi produk ditampilkan pada Gambar 10b. Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 29 (97%) produk sedangkan sebanyak 1 (3%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan besi di bawah standar yaitu 8,3 mg.

19 (a) 65 (b) Kandungan Kalsium (mg) Kandungan Besi (mg) SNI : mg Kode Produk SNI : min 10mg Kode Produk (c) Kandungan Seng (mg) SNI : min 5mg Kode Produk Gambar 10 Profil kesesuaian kandungan kalsium (a), besi (b) dan seng (c) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI

20 44 Pemerintah telah menetapkan AKG besi untuk wanita usia tahun sebesar 26 mg per hari dan untuk wanita hamil mendapat tambahan sebesar 9 mg per hari pada trimester 2 dan 13 mg per hari pada trimester 3. Defisiensi zat besi yang terjadi dikarenakan kurangnya asupan bioavaibilitas zat besi mengakibatkan anemia dan berkaitan dengan kematian ibu. Defisiensi zat besi juga diketahui dapat mempengaruhi status imun (Ladipo 2000). Menurut Picciano dan Mc Guire (2008) IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk zat besi yaitu sebesar 45 mg per hari dari semua sumber. Hal ini dikarenakan dampak negatif dari toksisitas zat besi. Seng Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 30 (100%) produk. Profil kandungan seng produk ditampilkan pada Gambar 10c. Menurut Picciano dan Mc Guire (2008) suplementasi seng sebaiknya tidak melebihi nilai batas aman (upper level) yaitu 40 mg per hari. Besi dapat menekan plasma seng pada wanita hamil, oleh karenanya suplementasi seng sekitar 15 mg direkomendasikan jika suplementasi besi di atas 30 mg. Sedikit data terkait dengan defisiensi seng selama kehamilan. Rendahnya konsentrasi plasma seng selama kehamilan diakibatkan rendahnya bioavaibilitas seng dari makanan atau tingginya jumlah tembaga dan zat besi dalam makanan yang menjadi kompetitor dalam penyerapan seng, selain itu defisiensi seng mengakibatkan aborsi, congenital abnormal, kelahiran prematur, intrauterine growth retardation dan preeklampsia (Ladipo 2000). 2. Minuman Khusus Ibu Menyusui Hasil kajian menunjukkan bahwa produk minuman khusus ibu menyusui yang memenuhi standar untuk persyaratan keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela sebanyak 9 (41%) produk dan 13 (59%) produk tidak sesuai standar. Apabila analisis dilakukan untuk standar kandungan zat gizi wajib, sebanyak 9 (41%) produk minuman khusus ibu menyusui sesuai dengan standar. Hasil kajian selengkapnya terkait dengan jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu menyusui ditunjukkan pada Lampiran 3.

21 45 Berdasarkan gambar 11 diketahui bahwa persentase produk minuman khusus ibu menyusui yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi protein (9%), vitamin A (45%), vitamin B1 (36%), vitamin B2 (36%), vitamin B3 (27%), vitamin B6 (36%), vitamin B9 (59%), vitamin B12 (41%), vitamin C (45%), kalsium (50%), seng (5%), magnesium (5%), iodium (9%) dan selenium (8%). Berdasarkan hasil kajian kesesuaian kandungan gizi produk dengan SNI bahwa zat gizi yang paling banyak tidak memenuhi persyaratan adalah zat gizi mikro seperti vitamin B9 (asam folat), vitamin C, vitamin A dan kalsium. Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total Persentase Kesesuaian Sesuai standar Tidak sesuai standar Gambar 11 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI Energi Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan energi produk ditampilkan pada Gambar 12a. Asupan energi tambahan yang disarankan pada 6 bulan pertama masa menyusui adalah 500 kkal dengan asumsi 170 kkal per hari akan dimobilisasi dari akumulasi cadangan energi pada masa kehamilan. Kebutuhan energi pada masa pemberian ASI eksklusif (780 ml per hari) lebih besar dibandingkan pada masa kehamilan.

22 46 Kandungan Energi (kkal) Kandungan Protein (g) (a) SNI : min 400kkal Kode Produk (b) SNI : 20-34g Kode Produk Kandungan Lemak (g) (c) SNI : min 7g Kode Produk (d) Kandungan Karbohidrat (g) Kode Produk SNI : maks 65g Gambar 12 Profil kesesuaian kandungan energi (a), protein (b), lemak (c) dan karbohidrat (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI

23 47 Asupan tambahan energi yang disarankan setelah enam bulan pertama berkurang menjadi 400 kkal per hari karena laju produksi ASI menurun menjadi 600 ml per hari (Picciano 2003). Protein Gambar 12b menampilkan profil kandungan protein produk. Berdasarkan hasil kajian, sebanyak 20 (91%) produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan dan sebanyak 2 (9%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan proteinnya dibawah standar yaitu 17 g. Lemak Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai kandungan lemak yang dipersyaratkan dalam standar yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan lemak produk ditampilkan pada Gambar 12c. Ibu menyusui memerlukan lemak sebagai sumber energi dan sumber asam lemak esensial. Komposisi asam lemak pada ASI tergantung bahan sumber lemak dalam makanan sehari-hari dan cadangan lemak pembentuk lemak. Karenanya, memperhatikan asupan lemak pada ibu menyusui sangat penting agar komposisi optimal asam lemak pada ASI dapat dicapai. Karbohidrat Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan karbohidrat produk ditampilkan pada Gambar 12d. Vitamin A Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 12 (55%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin A dan sebanyak 10 (45%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin A melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin A produk ditampilkan pada Gambar 13a. Walaupun terdapat beberapa produk yang memiliki kandungan vitamin A yang melebihi standar akan tetapi nilainya masih dibawah nilai upper level, sebagaimana ditetapkan oleh IOM (2001) bahwa upper level vitamin A untuk ibu menyusui sebesar 3000 mcg per hari. Ketika bayi lahir, cadangan vitamin A-nya sangat kecil sehingga mereka

24 48 sangat tergantung pada asupan vitamin A. ASI merupakan sumber vitamin A yang baik dan defisiensi klinis vitamin A hampir tidak pernah terjadi pada bayi yang diberi ASI selama satu tahun kehidupannya. Memelihara asupan vitamin A dalam ASI mempertahankan status vitamin A bayi (Allen 2005). Vitamin B1 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B1 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B1 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B1 produk ditampilkan pada Gambar 13b. Peningkatan kebutuhan vitamin B1 selama masa menyusui lebih tinggi dibandingkan kehilangan vitamin B1 pada ASI, hal ini dikarenakan kebutuhan vitamin B1 tergantung pada asupan energi yang diharapkan lebih tinggi selama masa menyusui. Asupan vitamin B1 ibu yang rendah dapat mengakibatkan rendahnya kandungan vitamin B1 pada ASI (IOM 1991). Vitamin B2 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B2 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B2 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B2 produk ditampilkan pada Gambar 13c. Selama masa menyusui kebutuhan vitamin B2 yaitu sebesar 1,6 mg per hari, lebih besar dari kebutuhan pada masa kehamilan. Miyake et al melaporkan bahwa konsumsi vitamin B2 pada trimester ketiga kehamilan berhubungan dengan menurunnya risiko depresi setelah melahirkan. Hal tersebut diduga karena vitamin B2 merupakan dalam regenerasi homosistein yang terlibat dalam produksi serotonin (Judge & Beck 2008). Vitamin B3 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 16 (73%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B3 dan sebanyak 6 (27%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B3 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B3 produk ditampilkan pada Gambar 13d.

25 49 Kandungan Vitamin A (mcg) (a) Kandungan Vitamin B2 (mg) (c) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, SNI : mcg Kode Produk SNI : 0,4-1,1mg Kode Produk (b) 3 (d) Kandungan Vitamin B1 (mg) 2,5 2 1,5 1 Kandungan Vitamin B3 (mg) , SNI : 0,3-1mg Kode Produk SNI : 3-14mg Kode Produk Gambar 13 Profil kesesuaian kandungan vit.a (a), vit.b1 (b), vit.b2 (c) dan vit.b3 (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI

26 50 Kandungan Vitamin B6 (mg) (a) Kandungan Vitamin B12 (mcg) (c) kandungan Vitamin B9 (mcg) SNI : 0,5-1,3mg Kode produk (b) SNI : 0,4-2,4mcg Kode Produk (d) 200 Kandungan Vitamin C (mg) SNI : mcg Kode Produk SNI : 45-75mg Kode Produk Gambar 14 Profil kesesuaian kandungan vit. B6 (a), vit. B9 (b), vit. B12 (c) dan vit. C (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI

27 51 Vitamin B6 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B6 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B6 melebihi persyaratan. Profil kandungan vitamin B6 produk ditampilkan pada Gambar 14a. Kandungan vitamin B6 pada ASI sangat dipengaruhi oleh asupan makanan. Kandungan ASI wanita yang disuplementasi dengan 2,5 mg per hari vitamin B6 bernilai dua kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak disuplementasi. Asupan vitamin B6 yang rendah selama menyusui dapat berakibat buruk terhadap bayi dan ibunya (IOM 1991). Vitamin B9 / asam folat Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 9 (41%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B9 dan sebanyak 13 (59%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B9 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B9 produk ditampilkan pada Gambar 14b. IOM (1998) menetapkan upper level sebesar 1000 mcg untuk vitamin B9 yang berasal dari suplemen makanan dan/atau makanan yang difortifikasi dengan vitamin B9. Vitamin B12 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 12 (59%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B12 dan sebanyak 10 (41%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B12 melebihi persyaratan dalam standar. IOM (1998) menyatakan bahwa tidak ada efek yang merugikan terkait dengan konsumsi vitamin B12 baik dari pangan maupun suplemen. Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan efek yang merugikan akibat konsumsi vitamin B12 yang tinggi. Profil kandungan vitamin B12 produk ditampilkan pada Gambar 14c. Vitamin C Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 10 (55%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin C dan sebanyak 12 (45%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin C melebihi standar sebanyak 10 produk sedangkan sebanyak 2 produk memiliki kandungan vitamin C di bawah nilai standar. IOM (2000)

28 52 menetapkan upper level vitamin C sebesar 2000 mg. Walaupun masih terdapat 10 produk yang memiliki kandungan vitamin C melebihi nilai kandungan vitamin C standar, tetapi masih di bawah nilai upper level. Profil kandungan vitamin C produk ditampilkan pada Gambar 14d. Kalsium Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 11 (50%) produk sesuai dengan standar kandungan kalsium dan sebanyak 11 (50%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan kalsium melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan kalsium produk ditampilkan pada Gambar 15a. Menurut IOM (1991) kebutuhan kalsium untuk ibu menyusui perlu menjadi perhatian mengingat banyak ibu menyusui yang kesulitan mengonsumsi kalsium sesuai dengan kebutuhan yang disarankan yaitu 1200 mg per hari, khususnya jika produk susu tidak menjadi bagian dari makanannya. Asupan kalsium yang rendah tidak akan mempengaruhi konsentrasi kalsium pada ASI, tetapi berpengaruh terhadap densitas tulang ibu untuk jangka waktu lama, khususnya jika masa menyusuinya cukup lama walaupun hal ini tidak pasti. Terdapat beberapa bukti berdasarkan studi hewan bahwa penyerapan kalsium meningkat selama masa menyusui. Walaupun status kalsium hanya salah satu dari banyak faktor pada etiologi osteoporosis, disarankan kepada ibu menyusui untuk mengonsumsi pangan sumber kalsium. Besi Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar kandungan besi yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. IOM (2001). Profil kandungan besi produk ditampilkan pada Gambar 15b. Seng Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 21 (95%) produk sesuai dengan standar kandungan seng dan sebanyak 1 (5%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan seng di bawah nilai yang dipersyaratkan dalam standar. Profil kandungan seng produk ditampilkan pada Gambar 15c.

29 (a) (b) Kandungan Kalsium (mg) Kandungan Besi (mg) SNI : mg Kode Produk SNI : min 6mg Kode Produk Kandungan Seng (mg) (c) SNI : min 4,6mg Kode Produk Gambar 15 Profil kesesuaian kandungan kalsium (a), besi (b) dan seng (c) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI

30 54 Peningkatan kebutuhan seng selama kehamilan sebesar 4 sampai 13 kali lebih tinggi dari perkiraan seng yang disekresi pada ASI. Rendahnya asupan seng tidak menggambarkan rendahnya konsentrasi seng pada ASI dan tidak ada risiko kesehatan yang terkait dengan asupan seng yang lebih rendah dari kebutuhan yang disarankan (IOM 1991). 3. Minuman Khusus Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Pada SNI minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui tidak terdapat persyaratan khusus untuk produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan gizi yang terdapat dalam standar tersebut diperuntukan untuk produk minuman khusus ibu hamil dan produk minuman khusus ibu menyusui sehingga dalam melakukan kajian kesesuaian digunakan persyaratan dengan nilai kisaran antara persyaratan kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil dan persyaratan kandungan gizi produk minuman khusus ibu menyusui. Hasil analisis kesesuaian produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui dengan standar kandungan gizi wajib maupun kandungan gizi yang dapat ditambahkan diperoleh sebanyak 7 (100%) produk tidak memenuhi standar. Hasil kajian selengkapnya terkait dengan jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan Gambar 16 diketahui persentase produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi energi (14%), lemak (14%), karbohidrat (86%), vitamin A (71%), vitamin B1 (57%), vitamin B2 (86%), vitamin B3 (14%), vitamin B6 (86%), vitamin B9 (29%), vitamin B12 (86%), vitamin C (86%), kalsium (43%), seng (14%), dan iodium (50%). Berdasarkan hasil kajian kesesuaian 3 (tiga) kategori produk minuman khusus baik untuk ibu hamil maupun ibu menyusui terhadap SNI, menunjukkan bahwa sebagian besar produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan gizi dalam produk tersebut melebihi nilai standar. Walaupun diketahui, nilai zat gizi yang melebihi standar tersebut masih di bawah nilai upper level. Selain itu tidak adanya persyaratan untuk produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui dapat menyulitkan penilaian produk tersebut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan juga formulasi produk oleh produsen. Hal tersebut terlihat bahwa 100% produk ini tidak sesuai standar. Dengan pertimbangan diatas maka perlu menjadi perhatian bagi pemerintah jika akan

31 55 memberlakukan SNI Minuman Khusus Ibu Hamil dan/atau Ibu Menyusui menjadi wajib atau sebagai regulasi teknis. Dalam hal penetapan nilai zat gizi untuk produk ini, sebaiknya mempertimbangkan takaran saji, anjuran konsumsi serta asupan zat gizi dari makanan lainnya. Agar tidak terjadi kelebihan konsumsi zat gizi tertentu dari produk ini terutama pada ibu hamil dan ibu menyusui dengan status gizi normal. Adapun hal lain yang perlu ditekankan, bahwa produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui ini merupakan makanan tambahan yang diharapkan dapat menyumbangkan asupan gizi bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Sehingga dengan diberlakukannya SNI tersebut menjadi wajib atau sebagai regulasi teknis diharapkan tidak ada lagi produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui yang memiliki kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total Persentase Kesesuaian Sesuai standar Tidak sesuai standar Gambar 16 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui terhadap SNI C. Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kajian tentang persentase Angka Kecukupan Gizi setiap zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui dilakukan dengan mengacu kepada acuan label gizi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

32 56 HK tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan tahun 2007 untuk kelompok ibu hamil dan ibu menyusui. 1. Minuman Khusus Ibu Hamil Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu hamil yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 5. Sebaran mengenai rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu hamil per sajian ditunjukkan pada Gambar 17. Rata-rata vitamin B6 memberikan persentase terbesar (62%) terhadap AKG. Hal ini dikarenakan terdapat 3 buah produk yang memiliki persentase terhadap AKG sebesar 295% dan ketiga produk tersebut ditujukan untuk awal kehamilan dengan menyatakan klaim fungsi vitamin B6 yaitu dapat menghilangkan rasa mual pada masa kehamilan. Terjadinya mual selama awal kehamilan dikarenakan defisiensi protein yang sangat cepat yang merupakan reaksi fisiologi tubuh akibat ketidakseimbangan homeostatic. Ketidakseimbangan tersebut didorong oleh kebutuhan untuk sintesis protein dalam rangka pembelahan sel dan perkembangan sel, dimana cadangan protein yang tersedia untuk janin dan ibunya tidak mencukupi untuk mencapai proses ini secara optimal. (Green 2010). Vitamin B6 berperan dalam bentuk fosforilasi Pyridoxal 5' phosphate (PLP) dan pyridoxamine 5' phosphate (PMP) sebagai ko-enzim aktif terutama dalam transaminasi, dekarbosilasi dan reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein. Vitamin B6 juga berperan dalam perkembangan kognitif melalui biosintesis nuerotransmitter dan mempertahankan homocysteine, asam amino dalam darah pada tingkat normal. Berdasarkan mekanisme tersebutlah vitamin B6 dapat membantu mengurangi rasa mual selama awal kehamilan (Almatsier 2001). Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil per saji adalah 21%. 2. Minuman Khusus Ibu Menyusui Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu menyusui yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 6. Sebaran rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu menyusui per sajian ditunjukkan pada Gambar 18. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa vitamin D memberikan suplementasi terbesar yaitu 60% terhadap AKG. Vitamin D berperan dalam memfasilitasi penyerapan kalsium dan pembentukan

33 57 tulang. Vitamin D 3 (kolekalsiferol) dibentuk di dalam kulit oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D 3 di dalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25- hidroksi kolekalsiferol [25(OH)D 3 ] yang lima kali lebih aktif daripada vitamin D 3. Bentuk [25(OH) D 3 ] adalah bentuk vitamin D yang paling banyak di dalam darah dan banyaknya tergantung pada konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah kalsitriol atau 1,25-hidroksi kolekalsiferol yang 10 kali lebih aktif dari vitamin D 3. Bentuk aktif ini dibuat oleh ginjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya. Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum darah rendah, merupakan perantara yang merangsang poduksi kalsitriol oleh ginjal. Jadi taraf konsumsi kalsium yang rendah tercermin pada taraf kalsium serum yang rendah. Hal ini yang akan mempengaruhi sekresi PTH dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh ginjal (Almatsier 2001). Menurut IOM dalam Picciano dan Mc Guire (2008) menyatakan bahwa wanita, baik yang sedang hamil maupun tidak hamil, yang menerima paparan sinar matahari secara rutin tidak perlu suplementasi vitamin D. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang memproduksi minuman khusus ibu hamil dalam membuat formulasi produknya. Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu menyusui per saji adalah 21%. Rata-rata % AKG per saji Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam Linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Yodium Seng Selenium Mangan Flour Gambar 17 Rata-rata persentase AKG per saji produk minuman khusus ibu hamil

34 58 Rata-rata % AKG per saji Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Iodium Seng Selenium Mangan Flour Gambar 18 Rata-rata persentase AKG per saji Minuman Khusus Ibu Menyusui 3. Minuman Khusus Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 7. Sebaran rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui per sajian ditunjukkan pada Gambar 19. Berdasarkan Gambar tersebut diketahui bahwa vitamin C memberikan suplementasi terbesar terhadap AKG yaitu 64%, hal ini diduga karena produk yang khusus diperuntukkan ibu hamil dan ibu menyusui pada umumnya mengandung zat besi dan dengan adanya vitamin C ini membantu penyerapan zat besi. Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk non-hem, meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati (Almatsier 2001). Tidak terdapat bukti bahwa asupan vitamin C di negara berkembang tidak mencukupi, tetapi fluktuasi musiman dilaporkan terjadi di Gambia. Sharma et al dan Clemetson dan Cafaro melaporkan hubungan antara kejadian abruptio

35 59 placentae dan konsentrasi vitamin C yang rendah. Konsumsi dosis tinggi > 1000 mg per hari secara rutin tidak disarankan (Ladipo 2000). Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui per saji adalah 23%. Rata-rata % AKG per saji Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Iodium Seng Selenium Mangan Flour Gambar 19 Rata-rata persentase AKG per saji minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa rata-rata persentase AKG untuk produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui per sajian berkisar 21-23%. Nilai tersebut hanya menunjukkan rataan persentase AKG dan tidak mewakili persentase AKG setiap komponen gizi. Jika dilihat dari persentase AKG produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui persentase AKG untuk zat gizi makro paling besar menyumbangkan 11% AKG sedangkan untuk zat gizi mikro bervariasi nilainya, sumbangan terbesar yaitu 64% AKG. Persentase AKG pada label dicantumkan per takaran saji sehingga takaran saji sangat mempengaruhi informasi tentang jumlah kandungan gizi produk. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa produk minuman khusus ibu hamil dan/atau menyusui memiliki takaran saji yang bervariasi yaitu 30 g sampai dengan 50,3 g. Saat ini pemerintah belum menetapkan takaran saji baku untuk produk ini. Hal ini yang mungkin dimanfaatkan oleh produsen untuk

36 60 memformulasikan sejumlah takaran saji tertentu untuk produknya sehingga produk tersebut memiliki nilai kandungan zat gizi yang lebih tinggi per sajiannya dibandingkan dengan produk pesaingnya yang mungkin memiliki jumlah takaran saji yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah takaran saji yang lebih besar, memiliki kandungan zat gizi yang lebih besar pula. Selain itu ketiadaan takaran saji baku juga dapat dimanfaatkan produsen untuk mengajukan klaim gizi atau klaim kesehatan. Mengingat klaim gizi dan klaim kesehatan dihitung berdasarkan nilai kandungan zat gizi tertentu per sajinya terhadap AKG. 4. Zat gizi dan non gizi Zat gizi adalah substansi yang memberikan energi, diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan/atau pemeliharaan kesehatan, yang jika kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh. Sedangkan zat non gizi adalah substansi yang terdapat dalam pangan yang tidak berfungsi sebagai zat gizi tetapi mempengaruhi kesehatan (BPOM 2011). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diketahui bahwa, terdapat 16 jenis zat gizi dan non gizi yang dicantumkan dalam label sebagaimana tersaji pada Tabel 9. Ke-16 jenis zat gizi dan non gizi tersebut tidak memiliki nilai AKG sehingga pada informasi nilai gizi dinyatakan dengan nilai kandungan zat tersebut per saji. Pencantuman zat gizi dan non gizi yang tidak memiliki AKG ini biasanya ditujukan untuk klaim gizi. Tabel 9 Zat gizi dan non gizi dalam label produk Zat Gizi 1. Klorida 2. Tembaga 3. Molybdenum 4. Biotin 5. Kolin 6. Inositol 7. Omega 3 8. Omega 6 9. DHA 10. EPA 11. Laktosa Zat Non Gizi 1. Prebiotik FOS 2. Prebiotik GOS 3. Prebiotik inulin 4. Probiotik 5. Kolagen

37 61 5. Kesesuaian klaim gizi dan kesehatan terhadap ketentuan yang berlaku Ketentuan yang mengatur mengenai klaim gizi dan kesehatan dimulai tahun 2005 dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional yang selanjutnya direvisi pada tahun 2011 dalam Peraturan Kepala Badan POM tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Aturan lain yang terkait adalah ketentuan tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi penduduk Indonesia dan ketentuan tentang Acuan Label Gizi. Pada Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission menetapkan bahwa pencantuman klaim gizi dan kesehatan harus memenuhi sejumlah persyaratan. Salah satu persyaratan tersebut adalah bahwa klaim kandungan gizi hanya diizinkan untuk energi, protein, karbohidrat, lemak dan komponennya, serat, vitamin dan mineral yang telah mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) atau acuan label gizi (ALG). Sementara klaim gizi hanya diizinkan untuk zat-zat gizi esensial yang telah mempunyai NRV atau zat-zat gizi yang tercantum dalam pedoman gizi yang ditetapkan oleh instansi berwenang (Sihombing 2008). Sejumlah label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui dijumpai mencantumkan klaim beberapa zat gizi dan non gizi. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa zat besi paling banyak dinyatakan sebagai klaim kandungan gizi yaitu sebanyak 51 produk. Hal ini dikarenakan zat besi berperan mencegah dan mengatasi anemia defisiensi besi pada masa kehamilan. Sedangkan zat non gizi yang banyak dinyatakan sebagai klaim pada label produk adalah prebiotik FOS yaitu sebanyak 23 produk. Prebiotik berfungsi untuk membantu mempertahankan fungsi saluran cerna. Label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikaji dalam penelitian ini adalah produk yang telah memiliki izin edar berupa nomor pendaftaran periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, maka kajian klaim untuk produk ini menggunakan Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional tahun Walaupun saat ini terdapat peraturan terbaru tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang diterbitkan tahun 2011, akan tetapi peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 4 Januari Pada peraturan tahun 2005, klaim terdiri dari klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi dan klaim manfaat terhadap kesehatan. Komponen yang dapat menyatakan klaim terdiri dari vitamin, mineral, gula alkohol, asam lemak tidak

38 62 jenuh, peptida dan protein tertentu, asam amino, serat pangan, prebiotik, probiotik, kolin, lesitin, inositol, karnitin, skualen, isoflavon, fitosterol, fitostanol, polifenol dan komponen fungsional lain yang akan ditetapkan kemudian. Sedangkan jika meninjau peraturan terbaru tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan tahun 2011 diketahui bahwa peraturan terbaru tersebut hanya mengatur klaim gizi (klaim kandungan gizi dan klaim perbandingan zat gizi), klaim kesehatan (klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain dan klaim penurunan risiko penyakit) dan klaim indeks glikemik. Komponen yang diperbolehkan dinyatakan sebagai klaim hanya untuk zat gizi makro (energi, protein dan lemak), vitamin, mineral dan serat pangan sedangkan untuk komponen gizi dan non gizi yang tidak terdapat pada peraturan tersebut, yang akan diajukan sebagai klaim maka dapat dilakukan penilaian dan kajian tersendiri oleh Tim Mitra Bestari Badan POM. Tabel 11 menunjukkan matriks klaim gizi dan kesehatan berdasarkan kedua peraturan tentang klaim tersebut pada produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Tabel 10 Klaim zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan Zat Gizi dan Non Gizi Jumlah Klaim 1. Zat besi Kalsium Asam folat Omega Omega Kolin Prebiotik FOS DHA Prebiotik inulin Vitamin B Protein Vitamin D Prebiotik GOS Lemak Vitamin C Fosfor Vitamin E Probiotik Vitamin B Vitamin B Vitamin B3 01

39 63 Tabel 11 Matriks Peraturan Pangan Fungsional dan Peraturan Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan Zat gizi/non gizi Peraturan Pangan Fungsional (2005) Klaim kand. gizi Klaim fungsi gizi Klaim manfaat terhadap kesehatan Peraturan Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan (2011) Klaim kand. gizi Klaim Kesehatan Klaim fungsi gizi Klaim penurunan risiko penyakit 1. Zat besi Kalsium Asam folat Omega Omega Kolin Prebiotik FOS 8. DHA Prebiotik inulin 10. Vitamin B Protein Vitamin D Prebiotik GOS 14. Lemak Vitamin C Fosfor Vitamin E Probiotik Vitamin B Vitamin B Vitamin B3 - - D. Persepsi Konsumen Survei yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi, pemahaman dan pola konsumsi konsumen terhadap produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Responden yang dipilih adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang mengonsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Selain itu peneliti juga melakukan survei kepada ibu hamil dan ibu menyusui yang tidak mengonsumsi produk tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai alasan responden tidak mengonsumsinya. Gambar 20 menunjukkan alasan responden tidak mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui.

40 64 takut gemuk ; 5% tidak suka susu; 45% asupan pangan telah mencukupi; 15% konsumsi minuman lain; 20% konsumsi suplemen; 15% Gambar 20 Sebaran responden berdasarkan alasan tidak mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa alasan terbanyak responden tidak mengonsumsi minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui (45%) dikarenakan tidak menyukai susu. Walaupun disebut sebagai produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui, akan tetapi bahan dasar produk ini adalah susu. Responden yang memberikan alasan tidak menyukai susu adalah ibu hamil, hal ini mungkin dikarenakan ibu hamil mengalami perubahan fisiologi yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsinya. 1. Profil Responden Pada penelitian ini, responden terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok ibu hamil dan kelompok ibu menyusui. Pengelompokan tersebut didasarkan pada peruntukan produk. Profil umum responden meliputi usia, usia kehamilan, riwayat kehamilan, bulan pemberian ASI, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Keseluruhan profil responden ibu hamil dan ibu menyusui dapat dillihat pada Tabel 12. Usia. Usia seluruh responden ibu hamil berkisar antara 17 tahun hingga 39 tahun. Umumnya responden ibu hamil (87%) berada pada kelompok tahun. Sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak berada pada kelompok usia yang memiliki risiko kehamilan. Salah satu keadaan yang menambah risiko kehamilan adalah usia ibu ketika hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (Basri 2011). Untuk responden ibu menyusui usia keseluruhannya berkisar antara 19 tahun hingga 41 tahun. Umumnya responden ibu menyusui (83%) berada pada kelompok tahun.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1 TAKARAN SAJI Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1.1 Pengertian a. Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi

Lebih terperinci

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1055, 2015 BPOM. Takaran Saji. Pangan Olahan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 BAB III ACUAN LABEL GIZI Jika kita membeli produk makanan atau minuman di supermarket, seringkali Informasi Nilai Gizi yang tercetak pada kemasan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Grup I- Label Pangan

Grup I- Label Pangan Grup I- Label Pangan Label produk pangan adalah setiap keterangan mengenai produk pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Q1 Apakah iklan pangan yang dievaluasi menggunakan kata-kata

Lebih terperinci

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. 2.1 Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Jakarta selama delapan bulan sejak bulan Agustus 2007 sampai dengan Maret 2008. Data awal diperoleh dari Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan

Lebih terperinci

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. Jus Sehat Untuk IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. A Publication of Nutrisi penting dalam segelas jus sehat Kesehatan janin pada masa kehamilan sangatlah penting.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.09909 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN KLAIM DALAM LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT 1. Asam

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologi. Status gizi merupakan hal yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI BERDASARKAN STUDI LITERATUR Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai empat jenis produk yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

for Kids dalam Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS

for Kids dalam Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS Edisi 2 Februari Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A BETA-GLUKAN dalam OAT ENERGI & GIZI UNTUK BUMIL VEGETARIAN SARAPAN, MODAL BERAKTIVITAS Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS Februari 2016 1 Food

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

INFORMASI NILAI GIZI

INFORMASI NILAI GIZI Format Informasi Nilai Gizi untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji. (URT) ( g) Jumlah Sajian per Kemasan :. JUMLAH PER SAJIAN Sereal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL Menimbang : a. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.710, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Minuman. Khusus. Ibu Hamil. Menyusui. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.52.6291 TENTANG KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. bahwa

Lebih terperinci

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9.1 Ketentuan tentang pencantuman vitamin, mineral dan zat gizi lain mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut. 8.9.2

Lebih terperinci

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mata Kuliah (Pilihan): Ilmu Gizi 2 SKS STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Kompetensi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kurang gizi dan gizi buruk merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Data tahun 2007 memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Mengkonsumsi Asam Folat 1. Pengertian Perilaku Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

makalah KEK dalam kehamilan

makalah KEK dalam kehamilan makalah KEK dalam kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi di ASEAN. Menurut data SDKI tahun 2007 didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu keadaan di dalam tubuh yang ditandai dengan terjadinya defisiensi pada ukuran dan jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk melakukan pertukaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) untuk balita dengan berat badan di bawah standart dalam bentuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan. Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini

Lebih terperinci

111. KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

111. KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 111. KERANGKA PEMKRAN & HPOTESS Keran~ka Pemikiran Bayi lahir dengan status gizi dan kesehatan yang optimal lahir dari ibu dengan kondisi kehamilan yang optimal. Kondisi tersebut dapat terjadi jika status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk zatzat

BAB I PENDAHULUAN. anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk zatzat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masa bayi dan balita merupakan masa paling baik untuk menerima asupan gizi, semakin baik asupan gizi yang diperoleh, maka semakin baik pula perkembangan fisik sang

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci