V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI BERDASARKAN STUDI LITERATUR Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai empat jenis produk yang diproduksi PT. Arnotts Indonesia yakni biskuit, cookies, wafer, dan wafer stick meliputi komposisi bahan baku yang digunakan, kandungan zat gizi bahan baku, proses produksi, susut masak atau persentasi kerusakan zat gizi selama proses produksi dan perhitungan perkiraan kandungan zat gizi yang tersisa pada produk akhir. Kemudian dilakukan perhitungan informasi nilai gizi termasuk perkiraan jumlah kandungan nutrisi dan ditentukan kemudian klaim terhadap produk berdasarkan studi literatur. Perhitungan dilakukan terhadap 13 merek produk. Tahap pertama yang dilakukan dalam studi literatur adalah mengumpulkan komposisi bahan baku produk. Selanjutnya dari masingmasing bahan baku produk didaftar masing-masing kandungan gizi dan jumlah yang digunakan dalam produksi kemudian akan didapat perkiraan total kandungan gizi pada produk akhir. Tidak semua bahan baku yang digunakan dimasukkan ke dalam perhitungan, bahan baku yang tidak memiliki zat gizi tertentu atau jumlah kandungan zat gizinya mendekati nol per 100 gram produk tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Jumlah formula terigu yang digunakan adalah formula sebenarnya yang digunakan pada proses produksi biskuit dan wafer di PT. Arnotts Indonesia. Sedangkan, formula bahan baku lainnya merupakan hasil studi literatur. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk biskuit dapat dilihat pada Tabel 3. Formula bahan baku selain tepung terigu dapat dilihat pada tabel Tabel 4 dan informasi nilai gizi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk biskuit tertera dalam Tabel 5. 35

2 Tabel 3. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk biskuit Produk Biskuit dengan Selai Wafer stick Coklat Wafer stick vanila Cookies Choco snack Biskuit Lapis Coklat Wafer long Choco vanilla Bahan Baku Tepung terigu, selai, lemak nabati (sawit), gula, sirup fruktosa, susu skim, natrium bikarbonat, lesitin kedelai, garam, vanilla flavor, telur. gula, tepung terigu, minyak nabati(sawit), cokelat bubuk, tapioka, pati jagung, tepung beras, karamel, garam, lesitin kedelai, flavor vanilla, telur, susu bubuk. gula, tepung terigu, minyak nabati(sawit), pati jagung, tapioka, maltodextrin, whey, dekstrosa, tepung beras, karamel, susu bubuk, lesitin kedelai, garam, flavor vanilla, telur. Tepung terigu, coklat butir, gula, lemak nabati(sawit), mentega, susu skim, sirup glukosa, sirup fruktosa, telur, natrium bikarbonat, ammonium bikarbonat, garam, flavor vanila Gula, lemak nabati(palm oil shortening), tepung terigu, coklat bubuk, susu bubuk, sirup golden, sirup fruktosa, caramel, ammonium bikarbonat, ekstrak malt, garam, natrium bikarbonat, lesitin kedelai, pasta hazelnut, telur, flavor vanilla. Gula, lemak nabati(palm oil shortening), tepung terigu, coklat bubuk, whey, sirup golden, susu bubuk, sirup fruktosa, caramel, natrium bikarbonat, ammonium bikarbonat, ekstrak malt, flavor vanilla, garam, dekstrosa, lesitin kedelai, pasta hazelnut, telur. Gula, lemak nabati (palm oil shortening), tepung terigu, coklat bubuk, maltodekstrin, susu skim, buttermilk, minyak nabati, karamel, mentega,lesitin kedelai, tapioka, garam, natrium bikarbonat, ammonium bikarbonat, flavor telur., pasta hazelnut. Tabel 4. Komposisi Biskuit, Cookies, Wafer dan Wafer Stick (dalam %) Produk Biskuit dengan selai Wafer Stick coklat Wafer Stick vanilla Susu Bubuk Susu skim Telur Bubuk Coklat Whey mentega margarin 6,30 3, ,88 0,65 7,54 6,66 3,6 0,88 0,65 6,66 3,6 Cookies 3,3 6,5 11 1,6 Biskuit 0,656 6,3 6,3 7,54 Lapis 3 36

3 Coklat Wafer Lapis Coklat 3,5 7,1 7,54 Tabel 5. Informasi Nilai Gizi Beberapa Bahan Baku dalam Pembuatan Biskuit (per 100 gram bahan baku) Satuan Tepung Susu Susu Bubuk Telur Terigu Bubuk skim Coklat Whey Vitamin A RE 0 276, ,4 Vitamin B6 mg 0,04 0,3 0,34 0,39 0,185 0,62 Vitamin B 12 mcg 0 3,25 3,99 3,95 0 2,5 Vitamin C mg 0 8,64 5, ,9 Kalsium mg ,4 1230, , ,4 Tembaga mg 0,144 0,08 0,04 0,2 3,5185 0,05 Vitamin D mcg 0 7,8 1 4,7 0 0 Vitamin E mg 0,056 1,08 0,02 4,38 0,37 0,01 Folat mcg , ,03 33,2 Zat Besi mg 4,64 0,47 0,31 6,79 15,56 1,24 Magnesium mg 22 8, , , ,95 Mangan mg 0,68 0,04 0,02 0,13 3,703 0,01 Niasin mg 5,904 0,65 0,89 0,3 2,407 1,16 Asam Pantothenat mg 0,44 2,27 3,23 5,91 0,185 5,63 Fosfor mg ,5 984, , ,5 Vitamin B2 (Riboflavin) mg 0,42 1,21 1,74 1,54 0,37 2,06 Selenium mcg 33,896 16,3 27,2 119,6 13,48 27,3 Vitamin B1 (Thiamin) mg 0,496 0,28 0,41 0,2 18,512 0,62 Zn mg 0,696 3,34 4,41 5,28 6,296 6,31 Sumber: Silver, 2007 Perkiraan nilai gizi total pada produk akhir dapat dihitung dengan menggunakan data komposisi bahan baku yang tertera pada Tabel 3 dan daftar kandungan gizi tiap bahan baku pada Tabel 4. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Sedangkan dari hasil perhitungan tersebut diperoleh perkiraan nilai gizi total pada produk akhir seperti terlihat pada Tabel 5 untuk vitamin dan Tabel 6 untuk mineral. Perhitungan dilakukan berdasarkan kandungan nilai gizi produk per 100 gram produk. 37

4 Contoh perhitungan kandungan nilai gizi produk akhir untuk produk biskuit dengan jam (vitamin B2, riboflavin) adalah sebagai berikut: Diketahui: 1. Jumlah akhir produk jadi (kg) dari Arnott = 823,23 2. Jumlah terigu yang digunakan (kg) = Jumlah vitamin dari terigu (mg/100 g terigu) = 0,42 4. Jumlah vitamin B2 masing-masing bahan baku biskuit (mg/100 g bahan): Telur = 1,54 Skim = 1,74 Susu full cream Bubuk) = 1,21 Bubuk coklat = 0,37 Whey = 2,06 5. Susut masak vitamin B2 pada proses pemanggangan = 15% Jumlah bahan baku yang ditambahkan => (dari resep) Tahapan perhitungan: 1. Hitung jumlah vitamin / 100g produk masing-masing bahan baku = > Jumlah yang ditambahkan/100 x Jumlah vitamin Telur = 3,50 /100 x 1,54 Skim = 6,30 /100 x 1,74 Susu full cream Bubuk) = 0 / 100 x 1,21 Bubuk coklat = 0/ 100 x 0,37 Whey = 0 / 100 x 2,06 2. Jumlahkan semua hasil dari perhitungan jumlah vitamin/ 100 g produk masing-masing bahan baku setelah itu akan didapat jumlah total vitamin/ 100 g produk (sebelum dikurangi susut masak). = (3,50 /100 x 1,54) + (6,30 /100 x 1,74) + (0 / 100 x 1,21) + (0/ 100 x 0,37) + (0 / 100 x 2,06) = 0,66 3. Jumlah total vitamin/ 100 g produk (sebelum dikurangi susut masak) dikurangi dengan jumlah susut masak (15 %) akan didapat perkiraan total vitamin pada produk akhir mg/ 100 g. = 0,66- (15% x 0,66) = 0,56 38

5 Tabel 6. Perkiraan Total Vitamin pada produk akhir NO PRODUK Vitamin A (RE/100g Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Folate (mcg/100g Vitamin C Asam Panthotenat Vitamin B12 (mcg/100g Vitamin E Vitamin D (mcg/100g 1 Biskuit dengan jam Cookies a Cookies b Wafer stick a Choco snack Rice Puff Biscuit Snack Biskuit lapis coklat Wafer lapis coklat Cookies c Cookies d Wafer stick b Wafer stick c

6 Tabel 7. Perkiraan Total Mineral pada Produk Akhir NO PRODUK Fosfor Kalsium Zat Besi Tembaga Mangan Selenium Zink Magnesium 1 Biskuit dengan jam Cookies a Cookies b Wafer stick a Choco snack Rice Puff Biscuit Snack Biskuit lapis coklat Wafer lapis coklat Cookies c Cookies d Wafer stick b Wafer stick c

7 VERIFIKASI ANALISIS KANDUNGAN GIZI Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah verifikasi hasil perkiraan zat gizi. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan hasil perkiraan yang sudah dilakukan. Zat gizi yang diverifikasi dipilih berdasarkan perkiraan cukup atau tidaknya zat gizi untuk diklaim serta faktor ketersediaan dan kepopuleran produk di pasar. Berdasarkan hal tersebut dipilih sebanyak empat produk yang diperkirakan mengandung zat gizi yang memenuhi syarat klaim produk untuk diverifikasi. Verifikasi tidak dilakukan pada semua varian produk karena fokus penelitian adalah memberi gambaran akan kemungkinan klaim yang mungkin dilakukan pada produk-produk Arnotts. Verifikasi dilakukan pada beberapa produk yakni choco snack, biskuit lapis cokelat, wafer lapis coklat, dan cookies d, untuk melihat kandungan vitamin B1 (choco snack dan cookies d), B12 (choco snack dan cookies d), Folat (cookies d), E (cookies d). Verifikasi juga dilakukan terhadap kandungan mineral yakni zat besi (choco snack dan biskuit lapis coklat), Kalsium (choco snack dan wafer lapis coklat), dan Magnesium (choco snack). Verifikasi vitamin dilakukan di pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) gizi Bogor dengan metode HPLC sedangkan verifikasi mineral dilakukan di balai penelitian tanaman tropis (Balittro) Bogor. Verifikasi dilakukan dengan dua ulangan. Perbandingan hasil verifikasi vitamin dengan nilai yang diperkirakan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 menunjukkan perbandingan hasil verifikasi mineralnya. Detail hasil analisis dapat dilihat pada COA (Certificate of Analysis) yang tertera pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil verifikasi pada produk choco snack diperoleh kandungan vitamin B1 sebesar 0,2015 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 0,37 mg/100 gram produk, kandungan vitamin B12 sebesar 0,785 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 0,42 mg/100 gram produk. Kandungan mineral magnesium sebesar 92,4 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 60,84 mg/100 gram produk, kandungan mineral kalsium sebesar 333,9 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 100,39 mg/100 gram produk, 41

8 kandungan mineral zat besi sebesar 20,3 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 4,24 mg/100 gram produk. Sedangkan untuk produk biskuit lapis coklat yang diverifikasi hanya kandungan zat besinya saja. Berdasarkan hasil verifikasi diperoleh kandungan mineral zat besi sebesar 14,1 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 3,55 mg/100 gram produk. Kandungan mineral kalsium pada produk wafer lapis coklat hasil verifikasi adalah sebesar 351,3 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 156,02 mg/100 gram produk. Produk lain yang juga diverifikasi adalah cookies d untuk kandungan vitamin B1, B12, Folat, dan vitamin E. Berdasarkan hasil verifikasi pada produk cookies d diperoleh kandungan vitamin B1 sebesar 0,2505 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 0,25 mg/100 gram produk, kandungan vitamin B12 sebesar 1,0085 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 0,34 mg/100 gram produk, kandungan Folat sebesar 79,135 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 66,69 mg/100 gram produk, kandungan vitamin E sebesar 2,08 mg/100 gram produk sedangkan angka perkiraannya sebesar 2,66 mg/100 gram produk. Hasil verifikasi memiliki beberapa perbedaan dengan nilai perkiraan kandungan nilai gizi dari studi literatur. Hasil verifikasi vitamin B1 hampir sama dengan nilai perkiraan pada studi literaturnya untuk produk cookies d namun memiliki nilai yang lebih kecil untuk produk choco snack. Verifikasi kandungan vitamin B12 menunjukkan hasil yang sama-sama lebih tinggi untuk produk choco snack dan cookies d. Hasil verifikasi mineral semuanya menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perkiraan hal ini dapat terjadi karena semua bahan pangan pasti memiliki kandungan mineral tapi belum tentu memiliki kandungan vitamin. Nilai perbandingan hasil verifikasi vitamin dan mineral ini bisa dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. 42

9 Tabel 8. Perbandingan Hasil Verifikasi Vitamin B1 (mg/100 g B12 (mcg/100 g Folate (mcg/100 g E (mg/100 g NO PRODUK Perkira Verifik Perkiraan Verifikasi FK Perkiraan Verifikasi FK Perkiraan Verifikasi FK an asi FK 1 Choco 0,37 0,20 0,42 0,79 snack 77.03% % % 2,66 2, Cookies d 0,25 0,25 0,34 1,01 66,69 79,14 % Tabel 9. Perbandingan Hasil Verifikasi Mineral Mg (mg/100 g Ca (mg/100 g Fe (mg/100 g NO PRODUK Perkiraan Verifikasi FK Perkiraan Verifikasi FK Perkiraan Verifikasi FK % % 60,84 92,40 100,39 333,90 Choco snack 4,24 20,30 2 Biskuit lapis coklat 3,55 14,10 3 Wafer lapis coklat 156,02 351, % 43

10 Contoh perhitungan faktor koreksi: a. Vitamin B1 pada produk choco snack - Perkiraan (mg/ 100 g = 0,37 - Hasil verifikasi (mg/ 100 g = 0,20 - Faktor Koreksi (A) = (Hasil verifikasi/perkiraan) x 100 % = (0,20/0,37) x 100% = 54,05 % b. Vitamin B1 pada produk cookies d - Perkiraan (mg/ 100 g = 0,25 - Hasil verifikasi (mg/ 100 g = 0,25 - Faktor Koreksi (B) = (Hasil verifikasi/perkiraan) x 100 % = ( 0,25/ 0,25) x 100 % = 100% Faktor Koreksi rata-rata = (FK a + FK b)/2 = (54,05% %)/2 = 77,03% Formatted: Indonesian, Do not check spelling or grammar Formatted: Indonesian, Do not check spelling or grammar Formatted: Indonesian, Do not check spelling or grammar Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Hanging: 0,42 cm, Tab stops: 0 cm, Left + 0,85 cm, Left + 1,48 cm, Left + 7,2 cm, Left Formatted: Indonesian, Do not check spelling or grammar Formatted: Indonesian, Do not check spelling or grammar Perbedaan hasil verifikasi dengan hasil perhitungan sebenarnya wajar saja terjadi seperti yang disebutkan oleh Potter dan Hotchkiss (1995) karena seperti halnya protein, kandungan zat gizi dalam bahan pangan yang ditentukan oleh analisis kimia maupun analisis fisik mungkin saja dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam menentukan status gizi dari sebuah makanan. Ketelitian analis, prosedur analisis yang panjang, serta kondisi alat yang digunakan untuk analisis juga akan berpengaruh terhadap hasil verifikasi. Perbedaan juga dapat disebabkan karena kesalahan jumlah formula pada saat perkiraan, karena formula (selain tepung terigu) bukan merupakan formula asli yang digunakan pada proses produksi melainkan hanya merupakan hasil dari studi literatur. Apabila hasil verifikasi lebih kecil, mungkin disebabkan adanya bahan baku hasil studi literatur yang sebenarnya tidak dipakai atau jumlahnya lebih kecil dalam produksi sebenarnya daripada nilai yang diperkirakan. Begitu pula sebaliknya, nilai verifikasi yang lebih besar mungkin disebabkan bahan baku yang dipakai dalam produksi jumlahnya lebih besar daripada hasil perkiraan. Selain itu perbedaan dapat juga disebabkan karena kerusakan lain yang tidak teridentifikasi selama 44

11 penyimpanan dan proses produksi seperti penyimpanan bahan baku pada kondisi yang berbeda-beda sehingga kerusakan yang terjadi pun berbeda misalnya suhu ruang pendingin yang tidak stabil akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada kondisi bahan baku. Serta suhu oven yang tidak tetap dapat menyebabkan kerusakan zat gizi produk yang bervariasi pula. Setelah produk diverifikasi kemudian ditentukan faktor koreksinya, faktor koreksi dipakai untuk melihat seberapa besar perbedaan hasil verifikasi terhadap hasil perkiraan. Faktor koreksi terhadap vitamin B1 adalah sebesar 77,03%, faktor koreksi terhadap vitamin B12 adalah sebesar 242,58%, faktor koreksi terhadap folat adalah 118,67%, dan faktor koreksi untuk vitamin E adalah sebesar 78,20%. Sedangkan faktor koreksi untuk mineral magnesium adalah sebesar 151,8%, faktor koreksi Kalsium sebesar 278,88%, dan faktor koreksi terhadap zat besi adalah sebesar 437,98%. Semakin faktor koreksi mendekati 100 % artinya hasil perkiraan akan semakin mendekati hasil verifikasi. Faktor koreksi juga digunakan untuk mengoreksi angka kandungan vitamin dan mineral pada produk lain yang tidak diverifikasi agar semakin mendekati angka sebenarnya. Nilai total vitamin dan mineral setelah terkoreksi kemudian akan digunakan sebagai dasar perhitungan AKG selanjutnya. Nilai total vitamin dan mineral terkoreksi dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel

12 Tabel 10. Total Vitamin pada produk akhir (terkoreksi) NO PRODUK Vitamin A (RE/100g Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Folate (mcg/100g Vitamin C Asam Panthotenat Vitamin B12 (mcg/100g Vitamin E Vitamin D (mcg/100g 1 Biskuit dengan jam Cookies a Cookies b Wafer stick a Choco snack * * 2.08* Rice Puff Biscuit Snack Biskuit lapis coklat Wafer lapis coklat Cookies c Cookies d * * * Wafer stick b Wafer stick c Keterangan: angka yang di-highlight merupakan angka yang sudah dikoreksi dengan faktor koreksi. Sedangkan, untuk angka dengan tanda * merupakan angka asli hasil verifikasi. 46

13 Tabel 11. Total Mineral pada produk akhir (terkoreksi) NO PRODUK Fosfor Kalsium Zat Besi Mangan Selenium Zink Magnesium 1 Biskuit dengan jam Cookies a Cookies b Wafer stick a Choco snack * 20.3* * 6 Rice Puff Biscuit Snack Biskuit lapis coklat * Wafer lapis coklat * Cookies c Cookies d Wafer stick b Wafer stick c Keterangan: angka yang di-highlight merupakan angka yang sudah dikoreksi dengan faktor koreksi. Sedangkan, untuk angka dengan tanda * merupakan angka asli hasil verifikasi. 47

14 ANGKA KECUKUPAN GIZI PRODUK Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (BPOM, 2005). Penentuan AKG merupakan tahap lanjutan dari penelitian ini. AKG dibuat berdasarkan zat gizi produk yang telah diverifikasi dengan menggunakan faktor koreksi. Standar yang digunakan dalam menentukan AKG mengacu pada standar yang dikeluarkan BPOM pada tahun Perhitungan kandungan nutrisi dan persentasi angka kecukupan gizi didasarkan pada takaran saji. Menurut FDA (Nielsen, 2003), takaran saji diartikan sebagai jumlah makanan yang biasa dikonsumsi per kondisi makan tertentu oleh orang-orang berumur 4 tahun atau lebih yang diukur dengan ukuran yang umum digunakan pada kehidupan sehari-hari dan sesuai untuk ukuran makanan. Sedangkan menurut badan POM (2003) takaran saji dapat diartikan sebagai sejumlah pangan yang biasa dikonsumsi setiap kali makan yang dinyatakan dalam ukuran yang biasanya dipakai dalam rumah tangga sesuai dengan jenis pangan tersebut. Sebagai contoh takaran saji untuk produk choco snack adalah 25 gram per takaran saji. Jumlah produk per takaran saji ini digunakan sebagai dasar perhitungan untuk kandungan vitamin dan mineral per takaran saji. Setelah mendapatkan kandungan vitamin dan mineral per takaran saji, persentase AKG dapat dihitung dengan membandingkan jumlah kandungan vitamin atau mineral dengan standar AKG yang dikeluarkan oleh BPOM. Standar AKG berbeda-beda tergantung kelompok konsumennya. Perbedaan kelompok konsumen ini didasarkan pada perbedaan asupan nutrisi yang dibutuhkan. sstandar yang digunakan BPOM dikeluarkan pada tahun 2007 seperti dapat dilihat pada Tabel 12. Dalam perhitungan persentase AKG, berlaku juga aturan pembulatan seperti yang dikeluarkan oleh BPOM pada tahun Hal itu dapat dilihat pada Tabel 13.

15 Tabel 12. Standard AKG berdasarkan kelompok konsumen (BPOM 2007)Tabel 12. Standard AKG berdasarkan kelompok konsumen No. Zat Gizi Satua n Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen Umum Bayi 0-6 bulan Anak 7-23 bulan Anak 2-5 tahun Ibu Hamil Ibu Menyusui 1 Energi Kal Lemak Total g Lemak Jenuh g Kolesterol mg <300 <300 <300 5 Asam Linoleat g Protein g Karbohidrat Total g Serat Makanan g Vitamin A RE Setara Karoten mcg Total Setara Beta Karoten mcg Vitamin D mcg Vitamin E mg Vitamin K mcg Thiamin mg Riboflavin mg Niasin mg Asam Folat mcg Asam Panthotenat mg Piridoksin mg Vitamin B12 mcg Vitamin C mg Kalium mg Natrium mg < < Kalsium mg Fosfor mg Magnesium mg Besi mg Yodium mcg Zink mg Selenium mcg Mangan mg Sumber: BPOM, 2007

16 Tabel 13. Aturan Pembulatan untuk Pernyataan Kandungan Zat Gizi pada Label Zat Gizi Aturan Pembulatan Jumlah Tidak Signifikan Kalori, kalori dari < 5 kalori ditulis sebagai nihil (0) < 5 kalori lemak, kalori dari < = 50 kalori dibulatkan ke 5 kalori lemak jenuh terdekat > 50 kalori dibulatkan ke 10 kalori terdekat Lemak total, lemak < 0,5 g ditulis sebagai nihil (0) < 0,5 g polyunsaturated, lemak monounsaturated, lemak jenuh < = 5 g dibulatkan ke 0,5 g terdekat > 5 g dibulatkan ke 1 g terdekat Kolesterol < 2 g ditulis sebagai nihil (0) < 2 mg 2-5 g dituliskan sebagai kurang dari 5 g > 5 g dibulatkan ke 5 g terdekat Natrium, Kalium < 5 mg ditulis sebagai nihil (0) < 5 mg mg dibulatkan ke 5 mg terdekat > 140 mg dibulatkan ke 10mg terdekat Total karbohidrat, < 0,5 g ditulis sebagai nihil (0) < 1 g gula, gula < 1 g ditulis sebagai mengandung alkohol,karbohidrat kurang dari 1 g atau kurang dari 1 lain, serat pangan, g serat larut, serat > =1 g dibulatkan ke 1 g terdekat tidak larut, Protein

17 Vitamin dan < 2 % AKG dapat ditulis sebagai: Mineral (1) 2 % bila jumlah sebenarnya adalah 1 % atau lebih (2) Nihil (0) (3) Tanda yang mengacu kepada pernyataan mengandung kurang dari 2% AKG zat gizi yang dimaksud (4) Untuk Vitamin A dan C, Kalsium, zat besi : pernyataan bukan sumber yang signifikan---- (zat gizi yang dimaksud) <= 10 % AKG- dibulatkan ke 2% terdekat >10 % -50% AKG dibulatkan ke 5% terdekat >50 % AKG dibulatkan ke 10% terdekat Beta Karoten < = 10% Vitamin A - dibulatkan ke 2% terdekat >10% - 50% Vitamin A - dibulatkan ke 5% terdekat >50% Vitamin A dibulatkan ke 10 % terdekat Sumber: BPOM, 2005 < 2% AKG

18 Contoh perhitungan persentase AKG vitamin B1 untuk choco snack adalah sbb: 1. Takaran saji produk = 25 gram per takaran saji 2. Kandungan vitamin B1 (Tabel 10) = 0.20 mg / 100 g produk 3. Kandungan B1 per takaran saji = (2) x (1) = 0.20 mg/100 g x 25 g = mg 4. % AKG untuk Umum AKG 1 mg (Tabel 12) = 0.05 mg / 1 mg x 100% = 5.0 % 5. % AKG untuk Anak 2-5 tahun AKG 0.7 mg = 0.05 mg / 0.7 mg x 100% = 7.14 % = 8 % (dibulatkan) 6. % AKG untuk Ibu hamil AKG 1.3 mg = 0.05 mg / 1.3 mg x 100% = 3.85 % = 4 % (dibulatkan) Aturan pembulatan yang berlaku untuk % AKG untuk Umum adalah apabila hasil perhitungan AKG berkisar antara 2% sampai 10 % maka hasil dibulatkan ke 2 % terdekat (ke atas atau ke bawah). Oleh karena hasil perhitungannya adalah 5.0%, maka pembulatan tidak dilakukan. Sedangkan untuk % AKG untuk anak 2-5 tahun berlaku aturan pembulatan ke atas karena hasil perhitungannya adalah 7.14 % sehingga dibulatkan menjadi 8 %, dan untuk % AKG Ibu hamil juga dilakukan pembulatan ke atas. Hasil perhitungan nilai % AKG vitamin dan mineral untuk produk-produk yang diverifikasi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14 sampai Tabel 17. Tabel 14. Persentase Angka Kecukupan Gizi Produk Choco snack Takaran saji 25 g No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Umum Anak-anak Ibu Hamil Kelompok Vitamin 1 A <2% <2% <2% 2 B1* ) 5 8 4

19 3 B B B6 <2% 2 <2% 6 Folate C <2% <2% <2% 8 Asam Panthotenat B12* ) E* ) D <2% 2 2 Kelompok Mineral 1 Fosfor Kalsium* ) Zat Besi* ) Mangan Selenium Zink Magnesium* ) * ) Zat Gizi yang sudah diverifikasi Tabel 15. Persentase Angka Kecukupan Gizi Produk Cookies d Takaran saji 29 g No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Umum Anak-anak Ibu Hamil Kelompok Vitamin 1 A <2% <2% <2% 2 B1* ) B B B6 <2% <2% <2% 6 Folate* ) C <2% <2% <2% 8 Asam Panthotenat <2% 4 <2% 9 B12* ) E D <2% <2% <2% Kelompok Mineral 1 Fosfor Kalsium <2% 15 <2% 3 Zat Besi 2 6 <2% 4 Mangan Selenium Zink <2% <2% <2% 7 Magnesium <2% 4 <2% * ) Zat gizi yang sudah diverifikasi

20 Tabel 16. Persentase Angka Kecukupan Gizi Produk Wafer Lapis Coklat No. Takaran saji Zat Gizi 18 g % AKG per takaran saji Umum Anak-anak Ibu Hamil Kelompok Vitamin 1 A <2% 2 <2% 2 B1 2 2 <2% 3 B B3 <2% 4 <2% 5 B6 <2% <2% <2% 6 Folate 2 6 <2% 7 C <2% <2% <2% 8 Asam Panthotenat B E D Kelompok Mineral 1 Fosfor Kalsium* ) Zat Besi 2 6 <2% 4 Mangan Selenium Zink Magnesium * ) Zat gizi yang sudah diverifikasi Tabel 17. Persentase Angka Kecukupan Gizi Produk Biskuit Lapis Coklat Takaran saji 30 g No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Umum Anak-anak Ibu Hamil Kelompok Vitamin 1 A 2 2 <2% 2 B B B B6 <2% 2 <2% 6 Folate C <2% <2% <2% 8 Asam Panthotenat B E D <2% 2 2 Kelompok Mineral 1 Fosfor Kalsium 4 6 4

21 3 Zat Besi* ) Mangan Selenium Zink Magnesium * ) Zat gizi yang sudah diverifikasi Berdasarkan % AKG pada Tabel 14 Tabel 17 di atas, beserta beberapa tambahan informasi dari kemasan actual produk, maka kandungan gizi produk dapat dituliskan dalam bentuk Informasi Nilai Gizi seperti pada Tabel Tabel 18. Informasi nilai Gizi untuk produk Choco Snack Informasi Nilai Gizi Takaran Saji 25 g Jumlah Sajian per Kemasan 1 Jumlah Per sajian Kalori 133 kkal Kalori dari Lemak kkal % AKG % AKG per 100 g Lemak Total 6.9 g 11 Lemak Jenuh Kolesterol Natrium 86 mg 4 Karbohidrat Total 16.2 g 5 Serat Pangan Gula Protein 1.6 g 3 Vitamin A 0 0 Kalsium Vitamin C 0 0 Zat Besi Vitamin E 4 16 Thiamin 5 20 Niasin 6 24 Asam Folat 8 32 Vitamin B Fosfor Magnesium 8 32 Zink 4 16 Selenium Mangan 8 32

22 Tabel 19. Informasi nilai Gizi untuk produk Cookies d Informasi Nilai Gizi Takaran Saji 29 g Jumlah Sajian per Kemasan 3 Jumlah Per sajian Kalori 141 kkal Kalori dari Lemak kkal % AKG % AKG per 100 g Lemak Total 5.9 g 10 Lemak Jenuh Kolesterol Natrium 142 mg 6 Karbohidrat Total 19.8 g 7 Serat Pangan Gula Protein 2.1 g 4 Vitamin A 0 0 Kalsium 0 0 Vitamin C 0 0 Zat Besi 2 6 Vitamin E 4 15 Thiamin 5 15 Niasin 4 15 Asam Folat 4 15 Vitamin B Fosfor 4 15 Magnesium 0 0 Zink 0 0 Selenium Mangan 4 15 Tabel 20. Informasi nilai Gizi untuk produk Wafer Lapis Coklat Informasi Nilai Gizi Takaran Saji 18g Jumlah Sajian per Kemasan 1 Jumlah Per sajian Kalori 90 kkal Kalori dari Lemak kkal % AKG % AKG per 100 g Lemak Total 4.5g 7 Lemak Jenuh Kolesterol 0 mg 0 Natrium 80 mg 4 Karbohidrat Total 12 g 4 Serat Pangan

23 Gula 7 g Protein 1 g 1 Vitamin A 0 0 Kalsium Vitamin C 0 0 Zat Besi 2 10 Vitamin E 4 20 Thiamin 2 10 Niasin 0 0 Asam Folat 2 10 Vitamin B Fosfor Magnesium 4 20 Zink 2 10 Selenium Mangan 4 20 Tabel 21. Informasi nilai Gizi untuk produk Biskuit Lapis Coklat Informasi Nilai Gizi Takaran Saji 30 g Jumlah Sajian per Kemasan 2 Jumlah Per sajian Kalori 150 kkal Kalori dari Lemak kkal % AKG % AKG per 100 g Lemak Total 6 g 10 Lemak Jenuh Kolesterol 0 mg 0 Natrium 140 mg 6 Karbohidrat Total 22 g 7 Serat Pangan Gula 12 g Protein 1 g 2 Vitamin A 2 6 Kalsium 4 15 Vitamin C 0 0 Zat Besi Vitamin E 4 15 Thiamin 6 20 Niasin 4 15 Asam Folat 6 20 Vitamin B Fosfor Magnesium 4 15 Zink 2 6 Selenium Mangan 8 25

24 KLAIM PRODUK Klaim pada label adalah pernyataan atau suatu gambaran yang menyatakan, menyarankan bahwa produk pangan mengandung zat dan manfaat tertentu atau bermanfaat bagi kesehatan (BPOM, 2004). Menurut Badan POM bentuk klaim terdiri dari klaim fungsi zat gizi, klaim kandungan zat gizi, klaim pangan diet, klaim perbandingan zat gizi, klaim kesehatan, dan klaim halal. Klaim fungsi zat gizi adalah klaim yang menjelaskan tentang fungsi fisiologis, fungsi pada tubuh dan perkembangannya. Contoh fungsi klaim fungsi zat gizi yang diizinkan misalnya Kalsium membantu pertumbuhan tulang dan gigi, protein membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, zat besi sebagai faktor pembentukan sel darah merah, vitamin E membantu melindungi jaringan lemak dalam tubuh dari proses oksidasi, asam folat berperan membantu perkembangan tengkorak dan sumsum tulang belakang janin,dan lain-lain. Klaim fungsi zat gizi vitamin dan mineral dapat dicantumkan pada produk pangan dengan syarat apabila 5% dari jumlah yang dianjurkan untuk dikonsumsi (5% dari AKG) tersedia pada setiap penyajian yang dinyatakan pada label. Di sisi lain, klaim perbandingan zat gizi adalah klaim yang membandingkan tingkat zat gizi dan atau tingkat nilai energi dari dua atau lebih pangan. BPOM pada tahun 2004 mengeluarkan standar penentuan klaim untuk zat gizi seperti yang tercantum pada Tabel 22. Tabel 22. Standar Penentuan Klaim Berdasarkan Kandungan Zat Gizi Komponen Klaim Kondisi Energi Lemak Lemak tersaturasi Rendah Bebas Rendah Bebas Rendah *) Bebas 40 kkal (170 kj) per 100 g (padat) atau 20 kkal (80 kj) per 100 ml (cairan) 4 kkal per 100 ml (cairan) 3 g per 100 g (padat) 1,5 g per 100 ml (cairan) 0,5 g per 100 g (padat) atau 100 ml (cairan) 1,5 g per 100g (padat) 0,75 g per 100 ml(cairan) dan 10 % dari energi

25 0,1 g per 100 g (padat) 0,1 g per 100 ml (padat) Kolesterol Bebas < 2 mg per saji, dan hanya berlaku bila kadar lemak jenuh < = 2 g per saji Gula Bebas 0,5 g per 100 g (padat) 0,5 g per 100 ml (cairan) Natrium Bebas < 5 mg Natrium Protein Serat, Kalium, Vitamin, dan Mineral Rendah Kurang Sumber Tinggi Mengandung, Memberikan, Merupakan Sumber yang Baik <= 140 mg natrium per saji Sedikitnya mengandung natrium 25% lebih rendah dari jumlah natrium dalam pangan sejenis per saji 10 % dariakg per 100 g (padat) 5% dari AKG per 100 ml (cairan) atau 5 % dari AKG per 100 kkal (12 % dari AKG per 1 MJ) atau 10 % dari AKG per sajian 2 kali lebih banyak dari pada sumber atau lebih 10-19% dari AKG per sajian Tinggi, Kaya Akan, Sumber yang Sangat Baik Sumber: BPOM, 2004 Sedikitnya 20 % dari AKG per sajian Mengacu pada Tabel 22 dan berdasarkan % AKG produk pada Tabel 14 hingga Tabel 17, maka produk choco snack, cookies d, wafer lapis coklat dan biskuit lapis coklat dapat diberikan klaim seperti tertera pada Tabel 23 hingga Tabel 26.

26 Tabel 23. Kemungkinan Klaim pada Produk Choco snack No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Klaim Produk Umum Kelompok Vitamin 1 A <2% 2 B1* ) 5 Fungsi (mengandung) 3 B B3 6 Fungsi (mengandung) 5 B6 <2% 6 Folate 8 Fungsi (mengandung) 7 C <2% 8 Asam Panthotenat 2 9 B12* ) 8 Fungsi (mengandung) 10 E* ) 4 11 D <2% Kelompok Mineral 1 Fosfor 10 2 Kalsium* ) 10 3 Zat Besi* ) 20 (tinggi/kaya akan) 4 Mangan 8 Fungsi (mengandung) 5 Selenium 25 (tinggi/kaya akan) 6 Zink 4 7 Magnesium* ) 8 Fungsi (mengandung) Klaim-klaim yang dapat diberikan kepada choco snack adalah klaim fungsi zat gizi dan klaim perbandingan zat gizi. Produk choco snack dapat diklaim fungsi zat gizi karena produk choco snack mengandung vitamin B1 (sudah diverifikasi), B3, Folate, B12 (sudah diverifikasi), Mangan dan Magnesium (sudah diverifikasi) karena memiliki AKG minimum sebesar 5 %. Sedangkan klaim perbandingan zat gizi sebagai sumber vitamin B2, fosfor, dan Kalsium (sudah diverifikasi) bisa diberikan kepada produk choco snack karena memiliki AKG terhadap zat-zat gizi tersebut sebanyak minimum10 % dari AKG. Selain itu produk choco snack juga tinggi atau kaya akan zat besi (sudah diverifikasi) dan selenium.

27 Tabel 24. Kemungkinan Klaim pada Produk Cookies d No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Klaim Produk Umum Kelompok Vitamin 1 A <2% 2 B1* ) 5 Fungsi (mengandung) 3 B B3 4 5 B6 <2% 6 Folate* ) 4 7 C <2% Asam 8 Panthotenat <2% 9 B12* ) E 4 11 D <2% Kelompok Mineral 1 Fosfor 4 2 Kalsium <2% 3 Zat Besi 2 4 Mangan 4 5 Selenium 15 6 Zink <2% 7 Magnesium <2% Klaim-klaim yang dapat diberikan kepada produk cookies d adalah klaim fungsi zat gizi dan klaim perbandingan zat gizi. Produk cookies d dapat diklaim fungsi zat gizi karena produk ini mengandung vitamin B1 (sudah diverifikasi) dan folat karena memiliki AKG sebesar 5 % untuk masing-masing vitamin. Sedangkan klaim perbandingan zat gizi sebagai sumber vitamin B2, B12 (sudah diverifikasi), dan Selenium bisa diberikan kepada produk cookies d karena memiliki AKG terhadap zat-zat gizi tersebut sebanyak minimum10 % dari AKG per takaran saji.

28 Tabel 25. Kemungkinan Klaim pada Produk Wafer Lapis Coklat No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Umum Kelompok Vitamin 1 A <2% 2 B1 2 3 B B3 <2% 5 B6 <2% 6 Folate 2 7 C <2% Asam 8 Panthotenat 2 9 B E 4 11 D 2 Kelompok Mineral 1 Fosfor 10 2 Kalsium* ) 10 3 Zat Besi 2 4 Mangan 4 5 Selenium 15 6 Zink 2 7 Magnesium 4 Klaim Produk Klaim-klaim yang dapat diberikan kepada wafer lapis coklat berdasarkan analisa dan verifikasi adalah klaim perbandingan zat gizi. Klaim perbandingan zat gizi dapat diberikan kepada produk wafer lapis coklat karena produk ini mengandung vitamin B2, B12, Fosfor, Kalsium (sudah diverifikasi), dan Selenium sebanyak minimum 10 % dari AKG per takaran sajinya.

29 Tabel 26. Kemungkinan Klaim pada Produk Biskuit Lapis Coklat No. Zat Gizi % AKG per takaran saji Klaim Produk Umum Kelompok Vitamin 1 A 2 2 B1 6 Fungsi (mengandung) 3 B B3 4 5 B6 <2% 6 Folate 6 Fungsi (mengandung) 7 C <2% 8 Asam Panthotenat 2 9 B E 4 11 D <2% Kelompok Mineral 1 Fosfor 10 2 Kalsium 4 3 Zat Besi* ) 15 4 Mangan 8 Fungsi (mengandung) 5 Selenium 20 6 Zink 2 7 Magnesium 4 (tinggi/kaya akan) Klaim-klaim yang dapat diberikan kepada biskuit lapis coklat adalah klaim fungsi zat gizi dan klain perbandingan zat gizi. Produk biskuit lapis coklat dapat diklaim fungsi zat gizi karena produk ini mengandung vitamin B1, folat, dan Mangan minimum sebesar 5 %. Sedangkan klaim perbandingan zat gizi sebagai sumber vitamin B2, B12, fosfor, dan zat besi (sudah diverifikasi) bisa diberikan kepada produk biskuit lapis coklat karena memiliki AKG terhadap zat-zat gizi tersebut sebanyak minimum10 % dari AKG. Selain itu produk ini juga tinggi atau kaya akan Selenium.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG NOMOR:HK.00.05.5.1142 TENTANG ACUAN PENCANTUMAN PERSENTASE ANGKA KECUKUPAN GIZI PADA LABEL PRODUK PANGAN RI, Menimbang : a. bahwa pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 BAB III ACUAN LABEL GIZI Jika kita membeli produk makanan atau minuman di supermarket, seringkali Informasi Nilai Gizi yang tercetak pada kemasan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) untuk balita dengan berat badan di bawah standart dalam bentuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.52.6291 TENTANG KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INFORMASI NILAI GIZI PANGAN PRODUK BISKUIT, COOKIES, WAFER, DAN WAFER STICK UNTUK TUJUAN KLAIM PRODUK DI PT. ARNOTTS INDONESIA SKRIPSI

PENGEMBANGAN INFORMASI NILAI GIZI PANGAN PRODUK BISKUIT, COOKIES, WAFER, DAN WAFER STICK UNTUK TUJUAN KLAIM PRODUK DI PT. ARNOTTS INDONESIA SKRIPSI PENGEMBANGAN INFORMASI NILAI GIZI PANGAN PRODUK BISKUIT, COOKIES, WAFER, DAN WAFER STICK UNTUK TUJUAN KLAIM PRODUK DI PT. ARNOTTS INDONESIA SKRIPSI GADING INAYAH AVIANISA F 24103125 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Q1 Apakah iklan pangan yang dievaluasi menggunakan kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. 2.1 Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

INFORMASI NILAI GIZI

INFORMASI NILAI GIZI Format Informasi Nilai Gizi untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji. (URT) ( g) Jumlah Sajian per Kemasan :. JUMLAH PER SAJIAN Sereal

Lebih terperinci

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Produk Susu untuk Batita (1-3 Tahun) Merek Dancow Batita Nama/NRP : Pagitta Puteri Fabiola/A103043

Lebih terperinci

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.09909 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN KLAIM DALAM LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT 1. Asam

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh

Lebih terperinci

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9.1 Ketentuan tentang pencantuman vitamin, mineral dan zat gizi lain mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut. 8.9.2

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1 TAKARAN SAJI Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1.1 Pengertian a. Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc.

Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc. Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti materi ini: Mahasiswa memahami tujuan dari suplementasi bahan pangan Mahasiswa memahami berbagai macam metode suplementasi

Lebih terperinci

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi. 7.10 ZAT BESI 7.10.1 Ketentuan Zat besi wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

Grup I- Label Pangan

Grup I- Label Pangan Grup I- Label Pangan Label produk pangan adalah setiap keterangan mengenai produk pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. BISKUIT Biskuit merupakan makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah. Biskuit merupakan makanan kering yang tergolong makanan panggang atau kue kering. Biskuit

Lebih terperinci

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk. 7 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2. Spesifikasi MRS Broth (merk Merck )

2. Spesifikasi MRS Broth (merk Merck ) Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Penelitian 1. Spesifikasi Susu UHT Full Cream Ultra Milk Ultra Jaya Takaran saji 1 kotak (200 ml) Jumlah sajian per kemasan: 1 Komponen Satuan Jumlah (per 200 ml) Lemak total

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, karena pangan merupakan salah satu faktor utama yang dibutuhkan mahluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014). 4. PEMBAHASAN Snack atau yang sering disebut dengan makanan selingan adalah suatu produk yang biasannya dikonsumsi diantara waktu makan utama. Snack biasa dikonsumsi dengan jangka waktu 2-3 jam sebelum

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK ELIN HERLINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Sampel Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel 35 Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Mineral Kalsium dan Besi Gambar. Gambar Kristal Kalsium Sulfat (Perbesaran 10x10) Gambar

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : a. Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu, atau b. Zat gizi tersebut

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT Oleh : ENDANG SUPRIYATI, SE KETUA KWT MURAKABI ALAMAT: Dusun Kenteng, Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. APA YANG ADA dibenak dan PIKIRAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kesumba (Bixa orellana) merupakan salah satu tanaman yang berupa pohon, tanaman tersebut biasa ditanam di pekarangan rumah atau di pinggiran jalan sebagai

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada balita dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Bahan Makanan Dinsosnakertrans Kab. Nganjuk Semula : BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN LEMBAR DATA PEMILIHAN A. LINGKUP PEKERJAAN

Lebih terperinci

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2014 Wilayah Indonesia Rawan Bencana Letak geografis Wilayah Indonesia Pertemuan 3 lempengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas (golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah sayuran. Seperti yang kita ketahui sayuran dan buahbuahan merupakan

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mata Kuliah (Pilihan): Ilmu Gizi 2 SKS STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN Kompetensi

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki nutrisi yang lebih komplek dibandingkan dengan beras. Jagung sangat

Lebih terperinci

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk MAKANAN FORMULA WHO dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO Anak Gizi Buruk 1. Tahap Stabilisasi 2. Tahap Transisi 3. Tahap Rehabilitasi (Tumbuh Kejar) 1 KRITERIA GIZI BURUK (WHO-1998)

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci