KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK"

Transkripsi

1 KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK ELIN HERLINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Jakarta, Agustus 2008 Elin Herlina NRP F

3 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

4 ABSTRACT ELIN HERLINA. Study on Conformance of Formulated Complementary Foods to the National Standard and Its Contribution on Nutrition Need of Infant/Young Children. Under the direction of FERI KUSNANDAR and NURHENI SRI PALUPI. Formulated complementary foods have an important role on the nutritional status of infant/young children. Indonesia has enacted four standard (SNI) related to the formulated complementary foods which are instant powder, biscuit, ready to be consumed and ready to be prepared form. According to the Government Regulation, SNI is voluntarily implemented but it could be mandatory with respect to the consumer safety, security, health, environment and/or economic consideration. The objectives of this study were : (a) to review nutrient content declared on the label of registered complementary foods compared with the SNI, (b) to review the percentage of Recommended Daily Allowance declared on the label compared to the nutrition need of infant/young children, (c) to understand the consumer concern on the label and consumption pattern of infant/young children and (d) to review the contribution of formulated complementary foods on nutrition need of infant and young children. Data collected include references, regulations and standards related to complementary feeding, survey result, label of registered complementary foods. The study showed that the percentage of complementary foods which did not meet the level of certain nutrient required by the standard for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to be prepared form were 32 %, 87 %, 67 %, and 100 % respectively. Whereas, the percentage of complementary foods which did not meet overall nutrient requirements stated on the standard, either nutrient that should be contained therein or voluntarily added, for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to be prepared form were 68 %, 100 %, 73 %, and 100 %, respectively. Serving size of complementary foods compared to the reference amounts for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to prepared form were %, %, % and %, respectively. Survey result showed that 28 % infant and young children consumed the complementary food instant powder and the frequency of consumption was 2,7 times per day. Biscuit was consumed by 44 % infant and young children and the frequency of consumption was 1,6 times per day. Infant and young children need some nutrients such as energy, protein, fat, linoleic acid, carbohydrate, beta carotene total carotene folic acid, potassium, sodium, phosphor, magnesium, zinc, selenium and iodine from other sources to fulfill the recommended daily intake.

5 RINGKASAN ELIN HERLINA. Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak. Dibimbing oleh FERI KUSNANDAR dan NURHENI SRI PALUPI. Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan dan status gizi bayi dan anak. Selain makanan yang dibuat di rumah, saat ini tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar. Dalam hal ini telah ditetapkan 4 Standar Nasional Indonesia (SNI) meliputi (a) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 4 : Siap Santap. SNI bersifat sukarela dan dapat diberlakukan wajib apabila berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis. Mengingat Indonesia masih mempunyai berbagai masalah gizi pada bayi dan anak maka pemberlakuan SNI MP-ASI perlu mendapat perhatian dan prioritas utama. Tujuan dari penelitian yang dilakukan meliputi : (a) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI, (b) mengkaji persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak, (c) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi/anak, dan (d) mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan gizi harian bayi/anak. Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP- ASI terhadap SNI MP-ASI dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan data produsen/importir dan label produk MP-ASI yang terdaftar tahun 2002 s/d 2007, pengelompokan label sesuai jenis MP-ASI, kompilasi informasi pada label terkait dengan kandungan gizi dan pengolahan data. Kegiatan dalam rangka pengkajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak meliputi pengumpulan data sesuai dengan kegiatan yang dilakukan untuk tahap penelitian kajian kesesuaian kandungan gizi untuk mendapatkan data persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI. Kajian terhadap pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan anak mencakup kegiatan penyusunan kuesioner, penetapan responden, penetapan lokasi pengamatan, pelaksanaan survei dan pengolahan data. Kajian kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan harian bayi dan anak dilakukan dengan menggabungkan data tentang pola konsumsi per hari sebagai hasil survei dengan persentase AKG per saji produk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit per saji dan mengidentifikasi zat gizi yang memerlukan asupan dari pangan lain dan zat gizi yang sudah memenuhi bahkan melebihi kecukupan gizi harian bayi/anak. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa takaran saji yang digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan lokal mencapai % dari takaran saji baku (15 g), produk MP-ASI bubuk instan impor %, produk MP-ASI biskuit

6 mencapai % dari takaran saji baku (7 g), dan MP-ASI siap masak siap konsumsi mencapai % dari takaran saji baku (110 g). Persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan SNI terkait kandungan gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 29 %, MP-ASI bubuk instan impor 87 %, MP-ASI biskuit 61 %, dan MP-ASI siap masak 100 %. Apabila analisa dilakukan terhadap semua zat gizi baik yang wajib terkandung dalam produk MP-ASI maupun yang dapat ditambahkan secara sukarela, persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai standar meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 68 %, MP-ASI bubuk instan impor 100 %, MP-ASI biskuit 73 % dan MP-ASI siap masak 100 %. Produk dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI. Persentase produk MP-ASI bubuk instan impor yang tidak sesuai standar disebabkan karena jenis zat gizi yang diatur dalam SNI lebih banyak daripada standar yang ditetapkan oleh Codex sebagai standar global. Hal tersebut dimungkinkan karena penetapan SNI disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan status gizi masingmasing negara. Rata-rata persentase AKG semua komponen gizi untuk jenis MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 27 % AKG, MP-ASI bubuk instan impor 31 % AKG, MP-ASI biskuit 14 % AKG dan MP-ASI siap masak 19 % AKG. Dengan demikian, untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak, diperlukan jumlah sajian per hari untuk MP-ASI bubuk instan lokal sebanyak 3.7 kali, MP-ASI bubuk instan impor 3.2 kali, MP-ASI biskuit 7.1 kali dan MP-ASI siap masak 5.3 kali. Pemahaman responden terhadap label produk MP-ASI meliputi 54 % selalu membaca label, 42 % kadang-kadang dan 4 % tidak pernah membaca label. Sebanyak 7 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai perhatian pertama saat membaca label dan 43 % responden memilih ING sebagai pilihan kedua yang menjadi perhatian saat membaca label. Pertimbangan utama responden dalam memilih produk MP-ASI meliputi faktor harga 54 %, kandungan gizi 22 %, merek terkenal 20 % dan 4 % tergantung kemauan anak anak. Untuk penyiapan dan penggunaan MP-ASI, sebanyak 76 % selalu mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label dan 24 % tidak mengikuti petunjuk tersebut. Produk MP-ASI bubuk instan dikonsumsi oleh 28 % bayi/anak, dengan ratarata pemberian MP-ASI bubuk instan 2.7 saji per hari. Produk MP-ASI biskuit dikonsumsi oleh 44 % bayi/anak dengan rata-rata pemberian MP-ASI biskuit 1.6 saji per hari. Terdapat produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan standar kandungan gizi yang tercantum dalam SNI MP-ASI. Takaran saji yang tercantum pada label produk MP-ASI lebih tinggi dibandingkan dengan takaran saji baku. Berdasarkan hasil kajian, terdapat beberapa zat gizi yang memerlukan asupan dari sumber makanan lain. Disamping itu juga terdapat zat gizi yang melebihi AKG harian Pemerintah perlu menetapkan takaran saji baku untuk semua jenis produk MP-ASI sehingga dapat digunakan sebagai acuan penilaian produk pangan dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk sebelum diedarkan. Industri pangan hendaknya lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan yang tercantum dalam SNI MP-ASI dalam rangka meningkatkan status gizi bayi/anak Indonesia. Konsumen perlu memperhatikan kandungan gizi produk yang tercantum pada label dan meningkatkan kepedulian terhadap asupan gizi dari produk MP-ASI dalam rangka pemenuhan kecukupan gizi harian bayi dan anak.

7 KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK ELIN HERLINA Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Program Studi Teknologi Pangan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 Judul Tugas Akhir : Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak Nama : Elin Herlina NRP : F Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. (Ketua) Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi (Anggota) Diketahui Ketua Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal ujian : 31 Mei 2008 Tanggal lulus :

9 PRAKATA Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tesis berjudul Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Teknologi Pangan. Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. dan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MS, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai. 2. Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi., selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan untuk perbaikan tesis ini. 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana. 4. dr. M. Hayatie Amal, MPH., selaku Direktur Penilaian Keamanan Pangan yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini. 5. Ir. Sri Irawati Susalit, selaku Direktur Standardisasi Produk Pangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana dan memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini. 6. Rekan-rekan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dan Direktorat Standardisasi Produk Pangan yang selalu memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan tesis ini. 7. Mbak Tika, sebagai asisten koordinator program studi pascasarjana teknologi pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini. 8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian studi. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Jakarta, Agustus 2008 Elin Herlina

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 18 April 1967 sebagai anak bungsu dari almarhum Bapak Moh. Ishak dan Ibu K. Permayanti. Tahun 1985, penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bandung dan pada tahun yang sama diterima melanjutkan studi di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung. Penulis menyelesaikan program Sarjana Farmasi pada tahun 1990 dan melanjutkan pendidikan Profesi Apoteker pada institusi yang sama dan lulus pada tahun Sejak tahun 1992, penulis bekerja di Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan yang pada tahun 2000 menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui beasiswa yang diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.

11 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii ix xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)... 4 Informasi Nilai Gizi (ING)... 7 Takaran Saji Produk MP ASI Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Kandungan Gizi Produk MP ASI dengan SNI MP-ASI Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Produk MP ASI Tingkat Pemahaman Konsumen terhadap Produk MP ASI serta Pola Konsumsi bayi/anak Kontribusi Produk MP ASI terhadap Kecukupan Gizi Harian Bayi/Anak sesuai Pola Konsumsi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi Pembulatan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun Acuan label gizi produk pangan Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 24 bulan yang tidak diberi ASI Kerangka pikir penelitian Ukuran rumah tangga sendok makan MP-ASI bubuk instan lokal Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI biskuit Takaran saji produk MP-ASI siap masak Kepadatan energi produk MP-ASI siap masak siap konsumsi Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI siap masak siap konsumsi Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit viii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dan jumlah air yang ditambahkan Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor dengan SNI Takaran saji produk MP-ASI biskuit Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI biskuit Jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit Berat per keping produk MP-ASI biskuit Takaran saji dan jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI biskuit dengan SNI Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI siap masak dengan SNI Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal per saji Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor per saji Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit per saji Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak per saji Rata-rata persentase AKG dan jumlah saji per hari yang diperlukan untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak Proporsi jumlah responden di tiap wilayah Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan ix

15 22 Komposisi responden berdasarkan pekerjaan Komposisi responden berdasarkan jumlah anak Kebiasaan konsumen membaca label produk pangan Perhatian responden terhadap informasi nilai gizi pada label Proporsi responden yang mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label produk MP-ASI Pertimbangan responden dalam membeli produk MP-ASI Persentase bayi/anak yang mengonsumsi ASI, susu bayi, makanan bayi rumahan, MP ASI bubuk instan, MP ASI biskuit, buah-buahan dan lain-lain Proporsi responden yang memberikan ASI Proporsi responden yang memberikan susu formula bayi Proporsi responden yang memberikan ASI, susu formula bayi serta ASI dan susu formula bayi Proporsi pemberian makanan bayi yang dibuat di rumah Proporsi responden yang memberikan MP-ASI bubuk instan Pola konsumsi dengan MP-ASI bubuk instan Proporsi responden yang memberikan MP-ASI biskuit Pola konsumsi dengan MP-ASI biskuit x

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion: Infant and Toddler Foods Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pola pemberian makan bayi dan anak Data umum produk MP-ASI bubuk instan lokal Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal Data umum produk MP-ASI bubuk instan impor Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor Data umum produk MP-ASI biskuit Kandungan gizi produk MP-ASI biskuit Data umum produk MP-ASI siap masak Kandungan gizi produk MP-ASI siap masak Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak Data umum responden Pemahaman responden terhadap produk MP-ASI Pola konsumsi harian bayi dan anak xi

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian khusus, karena hal tersebut sangat berperan terhadap tingkat kesehatan dan status gizi bayi dan anak. Rendahnya status gizi bayi/anak dapat disebabkan antara lain karena kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak mengandung energi, zat gizi makro dan mikro yang cukup. Malnutrisi merupakan masalah kesehatan utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Sekitar sepertiga anak usia di bawah lima tahun di negara berkembang mempunyai tinggi badan yang kurang. Periode usia sampai 2 tahun merupakan masa kritis bagi peningkatan perkembangan kesehatan yang optimal. Pengaruh yang langsung dari gizi kurang selama masa tersebut meliputi terlambatnya perkembangan mental dan motorik. Sedangkan pengaruh jangka panjang dari kurangnya zat gizi yang terjadi pada masa dini dihubungkan dengan kemampuan bekerja dan intelektual (WHO 2003). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Prevalensi kurang gizi balita terus mengalami kenaikan sejak tahun 2000 (24.7 %) kemudian 26.1 % (2001), 27.3 % (2002) dan 27.5 % (2003) (Depkes 2004a). WHO (2006) mempublikasikan indikator kesehatan di Indonesia pada tahun 2004, meliputi balita dengan tinggi badan kurang (28.6 %), balita dengan berat badan kurang (19.7 %) dan balita dengan kelebihan berat badan (5.1 %). Pada masa usia 6 sampai dengan 24 bulan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh kelompok usia tersebut sangat terbatas. Jenis makanan selain ASI antara lain susu formula bayi dan susu formula lanjutan, Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan buah-buahan tertentu. MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak dapat berupa makanan bayi yang dibuat sendiri di rumah dengan bahan makanan yang tersedia dan variasi dapat ditentukan oleh masing-masing orang tua. Mengingat konsumen dalam hal ini bayi dan anak tidak dapat menentukan secara langsung jenis pangan yang akan dikonsumsinya, maka peranan orang tua terutama ibu menjadi sangat penting. Pemahaman seorang ibu terhadap produk yang diberikan kepada bayi dan anak mereka sangat mempengaruhi 1

18 asupan gizi yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi bayi dan anak. Pemahaman tersebut dapat dilihat dari kebiasaan membaca informasi tentang produk pangan baik melalui label atau sumber informasi lain, serta pola konsumsi harian meliputi jenis dan jumlah makanan yang diberikan kepada bayi dan anak. Disamping makanan pendamping ASI yang dibuat di rumah, saat ini tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar. Berdasarkan bentuknya, produk MP-ASI dikelompokkan menjadi : (1) MP-ASI bubuk instan, (2) MP-ASI biskuit, (3) MP-ASI Siap Masak dan (4) MP-ASI Siap Santap sebagaimana standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional meliputi : (a) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 4 : Siap Santap. Produk MP-ASI diformulasi khusus sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi kelompok konsumen tersebut. Jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam makanan untuk bayi dan anak dalam 100 g pangan dengan basis berat kering, sekurang-kurangnya 2/3 dari persyaratan kebutuhan harian (CAC 1991). Pemerintah RI (2000) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI) berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia dan bersifat sukarela untuk diterapkan oleh pelaku usaha. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam hal SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah RI (2004) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia dapat diberlakukan secara wajib dengan mempertimbangkan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis harus memenuhi standar mutu tertentu. Mengingat pentingnya kecukupan gizi bagi kelompok konsumen usia 6 sampai dengan 24 bulan dalam menunjang pembangunan manusia Indonesia sejak usia dini, maka pemberlakuan SNI MP-ASI perlu mendapat perhatian dan prioritas utama. Sampai saat ini, Indonesia masih mempunyai berbagai masalah 2

19 gizi pada bayi dan anak antara lain gizi buruk dan gizi kurang, anemia gizi besi, kurang vitamin A, gangguan pertumbuhan, dan lain-lain. Dalam rangka pemberlakuan secara wajib SNI MP-ASI tersebut, sebagai tahap awal, diperlukan adanya pengkajian terhadap produk MP-ASI yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pengkajian diarahkan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan kandungan gizi produk MP-ASI dan kontribusi produk MP ASI terhadap pemenuhan gizi harian bayi/anak termasuk pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI. Tujuan Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah (1) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) MP-ASI, (2) mengkaji persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak, (3) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) serta pola konsumsi bayi/anak, dan (4) mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan gizi harian bayi/anak. Kegunaan Hasil kajian diharapkan dapat digunakan oleh pihak Pemerintah sebagai dasar penyusunan kebijakan lebih lanjut dalam rangka pemberlakuan SNI MP- ASI secara wajib serta kebijakan di bidang peningkatan status gizi bayi dan anak. Bagi pihak produsen, hasil kajian ini dapat menjadi acuan dalam memproduksi MP-ASI agar memenuhi persyaratan serta turut aktif dalam meningkatkan status gizi masyarakat khususnya bayi dan anak. Bagi konsumen diharapkan hasil kajian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang produk MP-ASI sehingga dapat memanfaatkan label sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang tepat terutama perihal kandungan gizi produk MP-ASI serta dikaitkan dengan kebutuhan bayi/anak terhadap kecukupan zat gizi yang diperoleh dari produk pangan tersebut. Lebih jauh konsumen dapat memanfaatkan hasil penelitian ini terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan status gizi bayi dan anak dengan melakukan pemilihan produk MP-ASI yang tepat. 3

20 TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri dari 4 bagian yaitu (a) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bagian 4 : Siap Santap. SNI tersebut dikembangkan dan disusun dengan tujuan untuk : (1) melindungi kesehatan konsumen khususnya bayi dan anak, (2) menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan (3) mendukung perkembangan industri MP-ASI. Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) didefinisikan sebagai makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi (BSN 2005a). MP ASI Bubuk Instan adalah MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika dengan hanya penambahan air minum atau cairan lain yang sesuai (BSN 2005a). MP ASI Biskuit adalah MP ASI yang diproduksi melalui proses pemanggangan yang dapat dikonsumsi setelah dilumatkan dengan penambahan air, susu, atau cairan lain yang sesuai untuk bayi diatas 6 (enam) bulan atau berdasarkan indikasi medik, atau dapat dikonsumsi langsung sesuai umur dan organ pencernaan bayi/anak (BSN 2005b). MP ASI Siap Masak adalah MP ASI yang telah diproses dan harus dimasak dengan air atau cairan lain yang sesuai sebelum dikonsumsi (BSN 2005c). MP ASI Bubuk Instan dideskripsikan berbentuk serbuk, serpihan, hablur, granul. MP ASI Bubuk Instan jika ditambah cairan menghasilkan bubur halus, bebas dari gumpalan dan dapat disuapkan dengan sendok. Sedangkan deskripsi MP ASI Siap Masak berbentuk serbuk, ekstrudat, butiran, pasta (antara lain mie, makaroni) dan atau campurannya. MP ASI Siap Masak merupakan produk yang setelah dimasak sesuai petunjuk yang tertera di dalam kemasan dapat menghasilkan makanan yang bentuk dan teksturnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan bayi dan anak dalam menelan dan atau mengunyah. 4

21 Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, jika suatu pangan ditambah dengan satu atau lebih zat gizi yang telah ditetapkan angka kecukupan gizinya, maka jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan yang terkandung dalam 100 g pangan sekurang-kurangnya 2/3 dari nilai kecukupan harian (CAC 1991). Pertimbangan dalam menetapkan ketentuan tersebut antara lain kondisi negara setempat termasuk kontribusi zat gizi dalam pola makan yang diperoleh dari makanan pokok, dan status gizi dari kelompok populasi target pada usia tersebut. SNI MP-ASI memuat ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, komposisi dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran, metode uji dan pengambilan contoh, higiene, pengemasan, dan pelabelan. Komposisi produk MP-ASI meliputi bahan utama dan bahan lain. Sebagai bahan utama, produk MP-ASI terbuat dari salah satu atau campuran bahanbahan berikut dan atau turunannya : serealia (misal beras, jagung, gandum, sorgum, barley, oats, rye, millet, buckwheat), umbi-umbian (misal ubi jalar, ubi kayu, garut, kentang, gembili), bahan berpati (misal sagu, pati aren), kacangkacangan (misal kacang hijau, kacang merah, kacang tunggak, kacang dara), biji-bijian yang mengandung minyak (misal kedelai, kacang tanah, wijen), susu, ikan, daging, unggas, buah dan atau bahan makanan lain yang sesuai (BSN 2005a, 2005b, 2005c). Syarat mutu produk MP-ASI meliputi bentuk dan tekstur, kadar air, kadar abu, kepadatan energi, protein, karbohidrat (termasuk serat pangan), lemak (termasuk asam lemak trans), vitamin dan mineral. Zat gizi yang dikandung MP-ASI harus dapat mendampingi ASI untuk mencapai kecukupan gizi pada kelompok umur tersebut. Persyaratan mutu produk MP-ASI bubuk instan, biskuit, dan siap masak ditunjukkan pada Tabel 1. Persyaratan untuk vitamin dan mineral terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan ketentuan wajib dan tidaknya terdapat dalam produk pangan. Ketentuan tentang pengelompokkan tersebut didasarkan kepada status gizi bayi dan anak di Indonesia serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi MP- ASI sesuai dengan jenisnya. Untuk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI siap masak, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D dan vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 dan asam pantotenat. Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, dan iodium, sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium. 5

22 Tabel 1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi (BSN 2004a, 2004b, 2004c) No Parameter Satuan Syarat Mutu MP-ASI Bubuk Instan Biskuit Siap Masak 1 Energi i) kkal/g Min 0,8 Min 4 Min 0,8 2 Protein g/100 kkal Min 2 Maks 5,5 Min 1,5 Min 2 Maks 5,5 g/100 g Min 8 Maks 22 Min 6 Min 8 Maks 22 3 Karbohidrat ii) g/100 kkal Maks 7,5 Maks 7,5 Maks 7,5 g/100 g Maks 30 Maks 30 Maks 30 Fruktosa g/100 kkal Maks 3,75 Maks 3,75 Maks 3,75 g/100 g Maks 15 Maks 15 Maks 15 4 Serat pangan g/100 kkal Maks 1,25 Maks 1,25 Maks 1,25 g/100 g Maks 5 Maks 5 Maks 5 5 Lemak g/100 kkal Min 1,5 Maks 3,75 Min 1,5 Maks 4,5 Min1,5 Maks 3,75 g/100 g Min 6 Maks 15 Min 6 Maks 18 Min 6 Maks 15 Asam lemak trans % total lemak Maks 4 Maks 4 Maks 4 6 Vitamin A RE/100 kkal Min 62,5 Maks180 Min 62,5 Maks180 Min 75 Maks 225 RE/100 g Min 250 Maks 700 Min 250 Maks 700 Min 300 Maks Vitamin D mcg/100 kkal Min 0,75 Maks 2,5 Min 0,75 Maks 2,5 Min 1 Maks 3 mcg/100 g Min 3 Maks 10 Min 3 Maks 10 Min 4 Maks 12 8 Vitamin C mg/100 kkal Min 6,25 Min 20 mg/100 g Min 27 Min 80 9 Vitamin E mg/100 kkal Min 1 Min 1 Min 1,25 mg/100 g Min 4 Min 4 Min 5 10 Vitamin K mcg/100 kkal Min 2,5 Min 2,5 Min 3 mcg/100 g Min 10 Min 10 Min Vitamin B1 mg/100 kkal Min 0,1 Min 0,2 mg/100 g Min 0,4 Min 0,7 12 Vitamin B2 mg/100 kkal Min 0,1 Min 0,2 mg/100 g Min 0,4 Min 0,7 13 Niasin mg/100 kkal Min 1 Min 1,6 mg/100 g Min 4 Min 6,5 14 Vitamin B12 mcg/100 kkal Min 0,075 Min 0,15 mcg/100 g Min 0,3 Min 0,6 15 Asam folat mcg/100 kkal Min 6,25 Min 12 mcg/100 g Min 27 Min Vitamin B6 mg/100 kkal Min 0,2 Min 0,3 mg/100 g Min 0,7 Min 1,2 17 Asam pantotenat mg/100 kkal Min 0,3 Min 0,5 mg/100 g Min 1,3 Min 2,3 18 Natrium (Na) iii) mg/100 kkal < 100 < 200 < 100 < 200 < 100 < Kalsium (Ca) mg/100 kkal Min 50 Min 50 Min 50 mg/100 g Min 200 Min 200 Min Besi (Fe) mg/100 kkal Min 1,25 Min 1,25 Min 1,25 mg/100 g Min 5 Min 5 Min 5 21 Seng (Zn) mg/100 kkal Min 0,6 Min 0,6 Min 0,6 mg/100 g Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5 22 Iodium (I) mcg/100 kkal Min 11,25 Min 13,5 mcg/100 g Min 45 Min Selenium (Se) mcg/100 kkal Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5 mcg/100 g Min 10 Min 10 Min 10 i) Kepadatan energi dihitung terhadap produk siap dikonsumsi untuk MP-ASI bubuk instan, siap masak dan siap santap ii) Jumlah karbohidrat yang ditambahkan dari sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau madu jika bahan tersebut ditambahkan pada produk. iii) < 100 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk bayi, dan < 200 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk anak usia diatas 12 bulan 6

23 Untuk MP-ASI biskuit, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D, sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E dan vitamin K. Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium. Informasi Nilai Gizi (ING) Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel. WHO (2004) mendefinisikan nutrition labeling sebagai daftar zat gizi pada label pangan dengan beberapa bentuk pencantuman jumlah zat gizi. Sedangkan CAC (2006) menyatakan definisi nutrition labelling adalah deskripsi yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kandungan gizi pangan kepada konsumen. Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999). Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman kandungan gizi pada label bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan kandungan 7

24 gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Sebagai petunjuk pelaksanaan dari ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut, telah ditetapkan pedoman pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain. Format informasi nilai gizi yang ditetapkan dalam Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan meliputi berbagai format yang dapat digunakan sesuai dengan ukuran kemasan, bentuk pangan yang dikemas. Berbagai bentuk format tersebut meliputi (a) format umum, (b) format untuk pangan yang ditujukan bagi bayi/anak usia 6 sampai 24 bulan, (c) format untuk pangan yang ditujukan bagi anak usia 2 sampai 5 tahun, (d) format untuk pangan yang di dalam kemasannya berisi 2 atau lebih pangan yang dikemas secara terpisah dan dimaksudkan untuk dikonsumsi masing-masing, atau pangan dari jenis yang sama namun berbeda rasa, aroma atau warna, (e) format untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi, (f) format untuk pangan yang harus diolah terlebih dahulu, (g) format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 100 cm 2, dan (h) format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 30 cm 2. 8

25 Dalam rangka keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel informasi nilai gizi, ditetapkan ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan zat gizi dan persentase angka kecukupan gizi. Ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan gizi dan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman jumlah kandungan gizi pada informasi nilai gizi ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dengan demikian, nilai yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi sebagai salah satu keterangan pada label pangan merupakan hasil pembulatan dari kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi pada label harus disertai dengan hasil pengujian laboratorium terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam produk akhir yang akan diedarkan. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagaimana disebutkan dalam Depkes (2005), dinyatakan bahwa kegunaan AKG diutamakan untuk (1) acuan dalam menilai kecukupan gizi, (2) acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi, (3) acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, (4) acuan pendidikan gizi, dan (5) acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Yuniastuti (2008) menjelaskan lebih lanjut tentang kegunaan angka kecukupan gizi sebagai berikut : (1) Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survei konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survei konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagai tingkat konsumsi. (2) Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS), lembaga pemasyarakatan, panti sosial. (3) Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologis sehingga untuk tingkat produksi sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15 %. (4) Patokan label gizi pada makanan kemasan. 9

26 (5) Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur, fisiologis dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan gizi. Tabel 2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005) Komponen gizi Kandungan per sajian Pembulatan Energi total < 5 kkal 0 kkal 5 kkal 50 kkal Kelipatan 5 kkal terdekat > 50 kkal Kelipatan 10 terdekat Lemak total < 0,5 g 0 g 0,5 5 g Kelipatan 0,5 g terdekat > 5 g Kelipatan 1 g terdekat Protein < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat Karbohidrat total < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat Natrium < 5 mg 0 mg 5 mg 140 mg Kelipatan 5 mg terdekat > 140 mg Kelipatan 10 mg terdekat Serat pangan < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat Tabel 3 Pembulatan nilai persentase informasi nilai gizi (BPOM 2005) AKG dalam rangka pencantuman Komponen gizi Persentase Pembulatan Lemak total 0 % 0 % > 0 % Kelipatan 1 % terdekat Protein 0 % 0 % > 0 % Kelipatan 1 % terdekat Karbohidrat total 0 % 0 % > 0 % Kelipatan 1 % terdekat Natrium 0 % 0 % > 0 % Kelipatan 1 % terdekat Serat pangan 0 % 0 % > 0 % Kelipatan 1 % terdekat Vitamin dan mineral < 2 % 0 % 2 % - 10 % Kelipatan 2 % terdekat > 10 % Kelipatan 5 % terdekat Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, usia yang terkait dengan kelompok target konsumen produk MP-ASI adalah bayi usia 7 11 bulan dan anak usia 1 3 tahun. Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi kelompok anak usia tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. 10

27 Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun (Depkes 2005) No Parameter Satuan AKG untuk Kelompok umur 7 11 bulan 1 3 tahun 1 Energi kkal Protein g Vitamin A re Vitamin D mcg Vitamin E mg Vitamin K mcg Thiamin mg 0,4 0,5 8 Riboflavin mg 0,4 0,5 9 Niasin mg Asam folat mcg Piridoksin mg 0,3 0,5 12 Vitamin B12 mcg 0,5 0,9 13 Vitamin C mg Kalsium mg Fosfor mg Magnesium mg Besi mg Yodium mcg Seng mg 7,5 8,2 20 Selenium mcg Mangan mg 0,6 1,2 22 Fluor mg 0,4 0,6 Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK dapat dilihat pada Tabel 5. Acuan Label Gizi tersebut merupakan hasil kajian pakar yang tertuang dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 dan merupakan rekomendasi bagi pihak Pemerintah yang kemudian ditetapkan dalam bentuk peraturan teknis oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Acuan label gizi ditetapkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia 11

28 yang juga merupakan hasil kajian pakar dalam Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional tahun 2004 tersebut. Tabel 5 Acuan Label Gizi Produk Pangan (BPOM 2007) Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen No Zat Gizi Bayi 0 6 Anak 7 23 Anak 2 5 Ibu Ibu Satuan Umum bulan bulan tahun Hamil Menyusui 1 Energi Kal Lemak total g Lemak jenuh g Kolesterol mg < <300 <300 5 Asam linoleat g - 2,0 3,0 4, Protein g Karbohidrat Total g Serat Makanan g Vitamin A *) RE Setara karoten total *) mcg Setara beta karoten *) mcg Vitamin D mcg Vitamin E mg Vitamin K mcg Thiamin mg 1,0 0,3 0,5 0,7 1,3 1,3 14 Riboflavin mg 1,2 0,3 0,5 0,6 1,4 1,5 15 Niasin mg Asan folat mcg Asam Pantotenat mg 7 1,4 2,0 3, Piridoksin mg 1,3 0,1 0,4 0,6 1,7 1,8 19 Vitamin B 12 mcg 2,4 0,4 0,6 1,0 2,6 2,8 20 Vitamin C mg Kalium mg Natrium mg < < Kalsium mg Fosfor mg Magnesium mg Besi mg 26 0, Yodium mcg Zink mg 12 5,5 8 9,4 14,7 13,9 29 Selenium mcg Mangan mg 2 0,003 0,8 1,4 2 2,6 31 Fluor mg 2,5 0,01 0,6 0,8 2,7 2,7 *) Vitamin A bersumber dari pangan (non sintetik) Untuk vitamin A dari sumber hewani atau retinol, 1 RE setara 1 RAE (Retinol Activity Equivalent) Untuk memenuhi setara RAE dari karoten total, nilai RE dikali 24 Untuk memenuhi setara RAE dari beta karoten, nilai RE dikali 12 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tersebut merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Kepala Badan POM No. HK tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan. Selengkapnya tentang acuan pencantuman angka kecukupan gizi berdasarkan 12

29 Peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Lebih lanjut pengkajian dan pembahasan terhadap label produk MP-ASI mengacu pada AKG tahun 2003 mengingat produk tersebut mendapatkan persetujuan mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 dimana masih diberlakukan Keputusan Kepala Badan POM No. HK tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan. Tabel 6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan (BPOM 2003a) No Zat Gizi AKG Satuan Keterangan 1 Energi 950 kkal 2 Protein 20 g 3 Lemak total 30 g 4 Asam linoleat 3.0 g 6 Karbohidrat 150 g 9 Vitamin A 400 RE 1 RE = 1 mcg retinol 10 Karoten total 4800 mcg 1 RE = 12 mcg karoten 11 Beta karoten 2400 mcg 1 RE = 6 mcg beta karoten 12 Vitamin D 5.0 mcg 13 Vitamin E 5.0 mg 14 Vitamin K 10.0 mcg 15 Thiamin 0.5 mg 16 Riboflavin 0.5 mg 17 Niasin 6.0 mg 18 Vitamin B6 0.5 mg 19 Asam pantotenat 2.0 mg 20 Asam folat 160 mcg 21 Vitamin B mcg 22 Vitamin C 40 mg 23 Kalium 700 mg 24 Natrium 350 mg 25 Kalsium 500 mg 26 Fosfor 400 mg 27 Besi 9.0 mg 28 Magnesium 50 mg 29 Zink 6.0 mg 30 Selenium 15 mcg 31 Iodium 100 mcg Takaran Saji Produk MP-ASI Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi adalah takaran saji produk yang dicantumkan pada label. Takaran saji baku sebagai acuan untuk pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan belum ditetapkan di Indonesia. Sedangkan negara lain yang sudah mempunyai ketentuan tentang 13

30 takaran saji tersebut antara lain Amerika Serikat dan Canada. Code of Federal Regulation (CFR) menetapkan Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion untuk produk pangan yang beredar di Amerika Serikat. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut kelompok umur. Sehubungan dengan belum adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan pencantuman takaran saji di Indonesia, maka industri dapat menetapkan takaran saji produk yang akan diedarkannya. Takaran saji tersebut harus disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan merupakan salah satu substansi penilaian yang dilakukan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk pangan. Berdasarkan BPOM (2003b, 2005), definisi takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah tangga sebagaimana disebutkan diatas meliputi antara lain sendok teh (5 ml), sendok makan (10 ml), sendok takar, gelas (200 ml), botol, kaleng, mangkuk/cup, bungkus, sachet, keping, buah, biji, potong, iris. Khusus untuk pangan bayi dan anak di bawah lima tahun ukurannya sesuai dengan petunjuk penggunaan. Negara yang telah menetapkan ketentuan terkait dengan takaran saji adalah Canada dan Amerika Serikat. Takaran saji yang ditetapkan oleh Canada tertuang dalam Reference Amounts and Serving Sizes (Essential to making a nutrient content claim and preparing a nutrition facts table). Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menetapkan jumlah reference amount berdasarkan kelompok umur untuk menggambarkan jumlah yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan oleh individu dalam setiap kelompok populasi tersebut. Pengelompokkan tersebut meliputi (a) pangan untuk usia 4 tahun atau lebih, dan (b) pangan untuk bayi atau anak dibawah 4 tahun. Reference amount pangan yang ditujukan bagi bayi atau anak dibawah 4 tahun hanya berlaku untuk pangan yang diformulasikan atau diproses secara khusus untuk dikonsumsi oleh bayi atau anak dibawah 4 tahun. Ketentuan tersebut tertuang dalam Code of Federal Regulation (CFR) tentang Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : General Food Supply dan Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut 14

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK ELIN HERLINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Jakarta selama delapan bulan sejak bulan Agustus 2007 sampai dengan Maret 2008. Data awal diperoleh dari Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 BAB III ACUAN LABEL GIZI Jika kita membeli produk makanan atau minuman di supermarket, seringkali Informasi Nilai Gizi yang tercetak pada kemasan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG NOMOR:HK.00.05.5.1142 TENTANG ACUAN PENCANTUMAN PERSENTASE ANGKA KECUKUPAN GIZI PADA LABEL PRODUK PANGAN RI, Menimbang : a. bahwa pangan yang disertai pernyataan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.05.52.6291 TENTANG KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. bahwa

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09605 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI BERDASARKAN STUDI LITERATUR Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai empat jenis produk yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1 TAKARAN SAJI Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi. 5.1.1 Pengertian a. Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi

Lebih terperinci

INFORMASI NILAI GIZI

INFORMASI NILAI GIZI Format Informasi Nilai Gizi untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji. (URT) ( g) Jumlah Sajian per Kemasan :. JUMLAH PER SAJIAN Sereal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN 7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan Standar Nasional Indonesia Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 1 : Bubuk Instan ICS 67.230 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN 8.9.1 Ketentuan tentang pencantuman vitamin, mineral dan zat gizi lain mengikuti ketentuan tentang pencantuman zat gizi yang berada dalam kelompok tersebut. 8.9.2

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 2 : Biskuit

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 2 : Biskuit Standar Nasional Indonesia Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bagian 2 : Biskuit ICS 67.230 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dan pola konsumsi konsumen di Jakarta Pusat terhadap produk uman ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Hasil

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011 DIREKTUR STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN POM RI 1 Maret 2012 1 LIST PERATURAN 1. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.11.11.09605 Tahun 2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh

Lebih terperinci

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini. 2.1 Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain

Lebih terperinci

Grup I- Label Pangan

Grup I- Label Pangan Grup I- Label Pangan Label produk pangan adalah setiap keterangan mengenai produk pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1055, 2015 BPOM. Takaran Saji. Pangan Olahan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Q1 Apakah iklan pangan yang dievaluasi menggunakan kata-kata

Lebih terperinci

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA

KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA KESESUAIAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA, ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERSEPSI KONSUMEN ATI WIDYA PERANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada 2013 menunjukan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek)

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) untuk balita dengan berat badan di bawah standart dalam bentuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika

Lebih terperinci

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk. 7 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI OLEH DIKA YULANDA BP. 07117007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada balita dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI Volume 10, No.5 September 2009 ISSN 1829-9334 INFORMASI NILAI GIZI PRODUK PANGAN Manfaat & cara pencantuman DAFTAR ISI Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Advertisement of Nutrition Message in Food Product Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tren penggunaan pesan terkait kesehatan oleh produsen semakin meningkat, sehingga memberikan konsekuensi penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc.

Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc. Adelya Desi Kurniawati STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti materi ini: Mahasiswa memahami tujuan dari suplementasi bahan pangan Mahasiswa memahami berbagai macam metode suplementasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI STANDAR BUBUK TABUR GIZI I. Pendahuluan a. Latar Belakang Masa balita merupakan masa yang

Lebih terperinci

Kesesuaian komposisi gizi dan klaim kandungan gizi (Atmaja AT; dkk)

Kesesuaian komposisi gizi dan klaim kandungan gizi (Atmaja AT; dkk) Kesesuaian komposisi gizi dan klaim kandungan gizi (Atmaja AT; dkk) KESESUAIAN KOMPOSISI GIZI DAN KLAIM KANDUNGAN GIZI PADA PRODUK MP-ASI BUBUK INSTAN DAN BISKUIT (CONFORMITY OF NUTRITIONAL COMPOSITION

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

Tuna dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng Standar Nasional Indonesia Tuna dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Periode emas tersebut dapat diwujudkan apabila pada masa ini, bayi dan anak mendapatkan asupan

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ksep Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Bahan Makanan Dinsosnakertrans Kab. Nganjuk Semula : BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN LEMBAR DATA PEMILIHAN A. LINGKUP PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi. 7.10 ZAT BESI 7.10.1 Ketentuan Zat besi wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014). 4. PEMBAHASAN Snack atau yang sering disebut dengan makanan selingan adalah suatu produk yang biasannya dikonsumsi diantara waktu makan utama. Snack biasa dikonsumsi dengan jangka waktu 2-3 jam sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kacang Hijau 4 TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kacang Hijau Wilayah produksi utama kacang hijau membentang dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara (Rubatzky & Yamaguchi 1998). Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng Standar Nasional Indonesia Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : a. Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu, atau b. Zat gizi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas (golden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan permasalahan besar yang dapat mempengaruhi pembangunan bidang kesehatan dan sumber daya manusia

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING Teti Estiasih 1 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 2 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 1. PENDAHULUAN Teti Estiasih -THP - FTP - UB Pendahuluan Industri pangan, badan pemerintah

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Produk Susu untuk Batita (1-3 Tahun) Merek Dancow Batita Nama/NRP : Pagitta Puteri Fabiola/A103043

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

Food. Healthy Diet. for Kids. Diet Alami. Komersial. Gula. Makanan Bayi JIKA BALITA BERDIET. Pasca Melahirkan. dalam. Edisi 7 Juli Vol

Food. Healthy Diet. for Kids. Diet Alami. Komersial. Gula. Makanan Bayi JIKA BALITA BERDIET. Pasca Melahirkan. dalam. Edisi 7 Juli Vol Edisi 7 Juli Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A JIKA BALITA BERDIET Gula dalam Makanan Bayi Komersial Diet Alami Pasca Melahirkan Healthy Diet Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi 7

Lebih terperinci